Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ISU-ISU TERKINI PADA KESEHATAN

REPRODUKSI
“Situasi Pornografi di Indonesia”

Oleh Kelompok 4 :

1. Annisa Nurul Izza 1711213041

2. Fitria Rahmi 1711211026

3. Hanny Octaviana Efendi 1711213001

4. Mike Rasyadi 1711212044

5. Olivya Millyan Samber 1611213018

6. Siti Hadist Nabilla Marta 1711213035

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis ucapkan atas

kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Situasi Pornografi

di Indonesia” tepat pada waktunya. Makalah ini dimaksudkan untuk

menyelesaikan tugas mata kuliah Isu-Isu Terkini Pada Kesehatan

Reproduksi.

Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak

lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada dosen pengampu dan

kepada teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami

harapkan untuk perbaikan makalah kedepannya. Demikian penulis

mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua.

Padang, September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI .......................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................3
1.3 Tujuan ..........................................................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5
2.1 Pengertian pornografi ..................................................................................................5
2.2 Pornografi Muncul Dalam Berbagai Perwujudan .......................................................5
2.3 Situasi Pornografi di Indonesia ...................................................................................6
2.4 Implikasi pornografi terhadap kespro ..........................................................................9
2.5 Pengaruh perkembangan teknologi dengan pornografi .............................................10
2.6 Upaya Pemerintah mengatasi pornografi dan seksualitas .........................................11
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................13
3.2 Saran ..........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

iii
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi,

mendefenisikan pornografi itu sebagai gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan,

suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau

bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau

pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual

yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. Pornografi memiliki

berbagai dampak negatif. Menurut sejumlah penelitian diungkapkan bahwa

dampak adiksi terhadap pornografi lebih berbahaya daripada dampak

narkoba.

Permasalahan di Negara berkembang yang menonjol menurut WHO

salah satunya masalah kesehatan reproduksi remaja termasuk seks pranikah.

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi seks bebas pada remaja adalah

keterbukaan informasi dari berbagai media massa yang sulit diseleksi, baik

melalui siaran televisi, film, serta akses internet. Pornografi merupakan salah

satu jalan yang mendorong seks bebas/seks pranikah. Komisioner Bidang

Pornografi dan Cyber Crime Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI),

Margaret Aliyatul Maimunah turut membenarkan. Hal ini diperkuat dengan

peningkatan kasus pengaduan anak berdasarkan Klaster Perlindungan Anak

Bidang Pornografi dan Cyber Crime KPAI tahun 2011-2018. Jumlah total

pengaduan kasus pornografi dan cyber crime pada 2014 sebanyak 322 kasus,

2015 ada 463 kasus, 2016 meningkat 587 kasus, 2017 menjadi 608 kasus, dan

1
2018 naik menjadi 679 kasus. Jenis aduannya berupa anak korban kejahatan

seksual daring, anak pelaku kejahatan daring, anak korban pornografi di

media sosial, anak pelaku kepemilikan media pornografi, dan anak pelaku

perundungan di medsos.

Berdasarkan laporan America Demographics Negozine, disebutkan

bahwa jumlah situs porno meningkat pesat setiap detiknya dengan 28.258

pengguna internet melihat situs porno. Negara Indonesia adalah Negara yang

mendapat peringkat ke 2 dari 2005-2010 pengakses situs porno di internet

(Fadlulloh, 2015). Kementrian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia

telah mempublikasikan data tingkat pengaksesan situs porno di Indonesia

mencapai US 3.673 per detik atau setara dengan Rp 33 juta lebih setiap

detiknya. Pengakses terbanyak dilakukan oleh remaja SMP sebanyak 4500

orang. Sedangkan 97,2% remaja SMA di Indonesia pernah mengakses situs

porno. Dari data pengaksesan situs porno tersebut, terungkap bahwa 62,1%

remaja tersebut mengaku penah melakukan hubungan seks dan 21,1% pernah

melakukan aborsi (JPNN, 2013). Hal ini merupakan dampak negatif dari

pengaksesan situs porno.

Mudahnya akses internet mepunyai berbagai dampak positif bagi

kehidupan, namun juga dibarengi oleh dampak negatif. Kurang baiknya

pengaruh internet seperti akses pornografi yang cenderung “bebas” terhadap

remaja sangat memprihatinkan. Padahal remaja merupakan masa transisi yang

sangat rentan terutama berkaitan dengan perkara kesehatan reproduksi. Maka

dari itu, kelompok mencoba memaparkan fenomena dan situasi pornografi di

2
Indonesia serta pengaruhnya terhadap kesehatan reproduksi, khususnya bagi

remaja.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pornografi?

2. Bagaimana bentuk perwujudan Pornografi?

3. Bagaimana situasi pornografi di Indonesia?

4. Bagaimana implikasi pornografi terhadap kesehatan reproduksi?

5. Bagaimana pengaruh perkembangan teknologi dengan pornografi ?

6. Apakah upaya yang dilakukan pemerintah menangani pornografi dan

seksualitas?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Penulisan ini bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Isu-Isu

Terkini Pada Kesehatan Reproduksi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pornografi.

2. Untuk mengetahui bentuk perwujudan dari pornografi

3. Untuk mengetahui situasi pornografi saat ini.

4. Untuk mengetahui implikasi pornografi terhadap kesehatan

reproduksi.

5. Untuk mengetahui perkembangan teknologi dengan pornografi

6. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam menangani

pornografi.

3
1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini bermanfaat untuk bagi pembaca agar menambah

wawasan tentang Situasi Pornografi di Indonesia, serta dapat memahami

upaya pemerintah dalam menangani masalah pornografi agar kemudian

dapat membantu menyukseskan penjalananupayaini.

4
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pornografi

Istilah pornografi bila dilacak pengertiannya secara etimologis berasal dari


Bahasa Yunani kuno “porne” yang berarti wanita jalan, dan “graphos” yang
artinya gambar atau lukisan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1988:696), pornografi di artikan sebagai (1). Penggambaran tingkah laku
secara erotis dengan lukisan atau untuk membangitkan nafsu birahi,
mempunyai kecenderungan merendahkan kaum wanita; (2). Bahan yang
dirancang dengan sengaja dan semata –mata untuk membangkitkan nafsu
seks. Esther D. Reed (1994: 66) dikutip dalam Supartiningsih (2004)
berpendapat bahwa pornografi secara material menyatukan seks atau
eksposur yang berhubungan dengan kelamin sehingga dapat menurunkan
martabat atau harga diri.

Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi menjabarkan


pengertian pornografi sebagai gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara,
bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau
bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau
pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual
yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat (Kementerian Hukum
dan Hak Azasi Manusia, 2008).

2.2 Pornografi Muncul Dalam Berbagai Perwujudan

1. Film. Pengertian porno dalam hal ini adalah:


a) adegan atau kesan pria atau wanita telanjang, eksposur organ vital,
ciuman, adegan, gerakan, suara persenggamaan atau kesan
persenggamaan;
b) perilaku seksual yang tampil secara fisikal, kesan, dan verbal,
sentuhan, prostitusi, kontak seksual agresif dan seterusnya

5
2. Musik. Pengertian porno dalam hal ini adalah syair dan bunyi yang
mengantarkan atau mengesankan aktivitas dan organ seksual serta bagian-
bagian tubuh tubuh tertentu secara porno, baik secara eksplisit maupun
implisit.
3. Tabloid/majalah/koran/buku, di mana gambar atau kata-kata yang
mengeksplisitasi seks, syahwat atau penyimpangan seksual serta gambar-
gambar telanjang atau setengah telanjang sehingga perhatian pembaca
langsung tertuju pada bagian-bagian tertentu yang bias membangkitkan
rangsangan seksual.

2.3 Situasi Pornografi di Indonesia

Kementerian Pemberdayan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA)


menyatakan, perkembangan teknologi informasi atau internet menciptakan
banyak kesempatan. Dalam konteks yang dimaksud adalah kesempatan
komersial bagi pelaku eksploitasi seksual secara online. Kementerian
Pemberdayan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), sebagai lembaga
yang erat kaitannya dengan ini mengungkapkan dari hasil penelitian ,
sebanyak 400 ribuan IP address terpantau mendownload konten pornografi.
Dari jumlah tersebut, pemilik IP address adalah anak di bawah umur. 435.944
IP address milik anak (telah) mendownload pornografi.

Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan, pornografi dan


pengaruh teman menjadi faktor utama yang mempengaruhi anak melakukan
kekerasan seksual kepada anak. Selain kedua faktor tersebut, pengaruh
narkoba/obat, trauma masa kecil, dan pengaruh keluarga juga disebut menjadi
faktor determinan. Hal tersebut diungkapkan Khofifah dari hasil penelitian
tentang kekerasan seksual anak terhadap anak. Penelitian ini dilakukan oleh
Balai Besar Penelitian dan Pengambangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial
Yogyakarta (B2P3KS) bekerja sama dengan End Child Prostitution, Child
Pornography & Trafficking Of Children For Sexual Purposes (ECPAT)
Indonesia.

6
Kurang lebih satu dekade yang lalu, jumlah orang yang mengakses pornografi
atau juga yang mengalami kecanduan akibat pornografi masih sangatlah
rendah jika dibandingkan dengan jumlah yang ada sekarang ini. Karena dulu
akses terhadap internet masih sangat terbatas. Berbeda dengan sekarang di
mana internet membuat pornografi bisa muncul dari mana saja.

Pornografi menyerang dengan cara-cara berbahaya :

1. Accessible (mudah diakses). Internet membuat pornografi mudah


diakses secara langsung dalam bentuk yang beragam. Hanya dengan
menekan sebuah tombol, ratusan juta gambar porno bisa langsung
dilihat.
2. Affordable (terjangkau). Jika dulu akses pornografi perlu dilakukan
dengan mengeluarkan banyak uang dan usaha karena hanya bisa
didapat melalui buku, majalah, atau VCD, kini jutaan gambar porno
dari seluruh dunia dapat dilihat secara gratis hanya dengan satu kali
klik di internet. Tak hanya itu, semua semakin mudah dijangkau
dengan fitur share atau berbagi file.
3. Anonymous (kerahasiaan). Ketakutan terbesar yang dirasakan oleh para
pengguna pornografi adalah diketahui orang lain. Namun sekarang,
sebab pornografi dapat diakses melalui genggaman, pecandu atau
orang yang mengakses pornografi dapat melakukannya secara
diamdiam.
4. Aggressive (agresif). Saat ini, bukan hanya pornografi yang dicari oleh
penggunanya, tapi juga pornografilah yang mencari penggunanya.
Contohnya adalah mouse trapped, yaitu trik jahat yang digunakan oleh
penyedia pornografi di internet dengan melakukan serangan gambar
pornografi yang ganas secara terus menerus dan membuat window
tidak dapat ditutup.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise,


dalam acara Koordinasi Pelaksanaan Model Desa/Kelurahan Bebas Pornografi
Anak di Jakarta (03/09) berulang kali menekankan pentingnya melindungi
anak dari bahaya pornografi. Bentuk perlindungan bukan hanya

7
pendampingan terhadap penggunaan gawai dan internet oleh orangtua,
melainkan juga upaya antisipatif agar anak tidak menjadi korban eksploitasi
seksual secara online.

“Indonesia belum memiliki konsep antisipatif 50 tahun yang lalu, bahwa


perubahan sains dan teknologi akan berkembang begitu cepat seperti saat ini
dan membawa dampak dan perilaku baru bagi masyarakat terutama anak. Di
rumah, di sekolah, di mana-mana, anak-anak begitu bergantung dengan gawai
dan internet sedangkan bahaya pornografi mengancam mereka. Indoensia
sudah darurat pornografi. Kita harus menjaga anak-anak kita,” ujar Menteri
Yohana.

Menteri Yohana menjelaskan secara global, trend anak-anak yang menjadi


korban pornografi terus meningkat secara signifikan. Dari data The NCMEC
Cybertipline menyebutkan lebih dari 7,5 juta laporan eksploitasi seksual anak
dalam 20 tahun terakhir dan meningkat pesat dalam lima tahun terakhir.

“ECPAT International dalam studi globalnya tentang “Trends in Online Child


Sexual Abuse Material” tahun 2018 menyebutkan adanya peningkatan dari
waktu ke waktu terkait kasus kriminal kejahatan materi yang menampilkan
kekerasan atau eksploitasi anak atau pornografi anak, khususnya terkait
penyebarluasan gambar pornografi yang dibuat sendiri oleh remaja dan
tersebar secara online,” terang Koordinator Nasional ECPAT Indonesia,
Ahmad Sofian dalam acara yang sama.

Merespon fakta tersebut, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan


Perlindungan Anak (Kemen PPPA) bekerjasama dengan ECPAT Indonesia
melakukan upaya pencegahan dan penanganan pornografi anak sejak pada
level pemerintah Desa/Kelurahan, dengan mencanangkan 8 (delapan)
Desa/Kelurahan Bebas Pornografi Anak. Desa/keluarahan tersebut yakni 2
desa di Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Nagari Lubuk Basung, Nagari
Sungai Pua), 2 desa di Kabupaten Bangka Tengah (Desa Lubuk Pabrik, Desa
Sungai Selatan Atas), 2 desa di Kabupaten Pangkalanbun (Desa Pasir Panjang,

8
Desa Pangakalan Satu), Kelurahan Nunhila di Kota Kupang, dan Kelurahan
Maccini Parang di Kota Makassar.

Di sisi lain, Menteri Yohana menerangkan Kemen PPPA telah bekerjasama


dengan kementerian dan lembaga terkait untuk memerangi pornografi dan
mencegah eksploitasi seksual anak secara online, seperti melakukan MOU
dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Republik Indonesia, untuk mendampingi dan membentuk fasilitator bagi desa
yang telah mencanangkan sebagai desa/kelurahan bebas pornografi.

“Marilah kita serius untuk memperhatikan dampak pornografi ini. Kalau kita
biarkan, anak-anak akan jadi korban teknologi ke depan, jangan sampai ini
terjadi. 8 desa dan kelurahan sebagai model percontohan dan rujukan bagi
desa lainnya membentuk lingkungan bebas pornografi bagi anak. Tujuannya,
menciptakan harmonisasi dan sinergitas bersama dalam mencegah pornografi
pada anak dan itu adalah salah satu konsep antisipatif yang kita bangun untuk
masa depan anak-anak kita,” jelas Menteri Yohana. Pencanangan
Desa/Kelurahan bebas pornografi anak merupakan langkah awal pemerintah
untuk mewujudkan Desa/Kelurahan yang memiliki regulasi dan kebijakan
yang melindungi anak dari paparan atau objek pornografi.

2.4 Implikasi pornografi terhadap kespro

Efek pornografi terhadap remaja terdiri dari empat tahapan yang meliputi
adiksi, eskalasi, desensitisasi dan act out. menurut Supriati & Fikawati,
2009 dalam Rachmaniar, Prihandidi, & Janitra, (2018):
1. Adiksi adalah tahap kecanduan, yaitu keinginan untuk mengkonsumsi
pornografi kembali timbul setelah terpapar oleh konten tersebut
sebelumnya.
2. Eskalasi yaitu munculnya kebutuhan untuk mengonsumsi konten
pornografi dengan muatan materi seks yang lebih berat daripada
sebelumnya.
3. Desensitisasi, merupakan tahap ketika materi seks yang awalnya tabu,
tidak bermoral dan merendahkan martabat manusia secara perlahan

9
dianggap sebagai sesuatu yang biasa, bahkan pada tahap ini, seseorang
dapat menjadi tidak sensitif terhadap korban kekerasan seksual. Hal ini
juga senada dengan pandangan ahli yang melihat pornografi sebagai
bentuk subordinasi terhadap perempuan.
4. Act out, adalah tahapan yang dapat dikategorikan sebagai tahapan yang
paling nyata karena pada tahap ini, seseorang dapat mengaplikasikan
perilaku seksual pornografi yang selama ini hanya dikonsumsinya.

2.5 Pengaruh perkembangan teknologi dengan pornografi

Perkembangan dan kebebasan media massa merupakan tolak ukur


kemajuan dunia informasi. Demikian pula yang terjadi di Indonesia, media
cetak, dan elektronik berkembang cukup pesat khususnya dengan
kehadiran teknologi komunikasi berbasis digital. Perkembangan media
digital berdampak positif, seperti menyediakan kemudahan akses atas
informasi, memudahkan komunikasi tanpa perlu mengkhawatirkan jarak
dan waktu, serta berkontribusi terhadap pertumbuhan demokrasi. Berbeda
dengan media massa tradisional seperti televisi, radio dan media cetak,
media digital atau media baru cenderung lebih membuka kesempatan bagi
masyarakat untuk berpartisipasi di dalamnya baik sebagai konsumen
maupun produsen konten (user generated content) atau yang seringkali
dikenal dengan istilah prosumer (Ott & Mack, 2014).

Namun di sisi lain, perkembangan media digital juga tidak terlepas dari
dampak negatif. Salah satunya terkait produksi, distribusi dan konsumsi
konten pornografi. Seiring dengan perkembangan tersebut, merupakan
lahan yang subur untuk berkembang nya pornografi di tengah masyarakat.
Pornografi yang pada awalnya hanya didistribusikan melalui video
Betacam kemudian keping Digital Versatile Disk (DVD) maupun Versatile
Compact Disk (VCD), saat ini dapat dikonsumsi melalui laptop, tablet,
smartphone, serta perangkat digital lainnya dengan didukung oleh koneksi
internet. Sejumlah riset menunjukkan bahwa akses konten pornografi
paling banyak memalui smartphone. Data survey yang dirilis oleh Asosiasi

10
Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) sepanjang tahun 2016
menyebutkan bahwa sebanyak 132,7 juta orang Indonesia telah terhubung
ke internet. Seperti yang dilansir oleh situs berita Kompas, data APJII
tersebut juga menyebutkan bahwa rata-rata pengakses internet di Indonesia
menggunakan perangkat telepon genggam, yaitu 47,6 persen, sedangkan
sisanya mencakup perangkat lain, seperti komputer (Widiartanto, 2016).
Selain itu, berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Juniper Research,
selama semester pertama tahun 2015 terdapat sekitar 136 miliar video
porno yang diakses melalui smartphone (Surahman, 2015).

Menurut Pratama dan Notobroto, 2017, ada beberapa faktor (internal


dan eksternal) yang mempengaruhi remaja dalam melakukan seks bebas
pranikah; (1) 60% remaja berimajinasi melakukan hubungan seksual
setelah mengakses situs porno, dan (2) 40% karena pengaruh negative dari
lingkungan.

2.6 Upaya Pemerintah mengatasi pornografi dan seksualitas

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika


(Kemenkominfo) memang telah berupaya membatasi distribusi konten
pornografi dengan melakukan pemblokiran atas sejumlah situs yang
menampilkan pornografi melalui program Internet Positif, di samping
pemblokiran atas situs-situs selain pornografi yang juga dianggap memiliki
dampak negatif. Namun upaya ini nampaknya belum berhasil sepenuhnya
mengatasi peredaran pornografi di Internet. Hal ini dapat dilihat dari
munculnya beragam tutorial di internet untuk membobol Internet Positif.
Selain itu, Kemenkominfo pun menyatakan bahwa konten pornografi,
seperti di media sosial, memang tidak dapat diblokir secara total
(Nursalikah, 2017).

Selain restriksi melalui program Internet Positif, pemerintah juga


sebenarnya telah memiliki regulasi untuk mengatasi penyebaran dan
dampak negatif pornografi khususnya bagi anak-anak dan remaja, yaitu
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 serta ketentuan pidana penjara

11
dan denda sejumlah uang terhadap setiap orang yang memproduksi,
membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan,
mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan,
atau menyediakan jasa pornografi.

Selama ini, pemerintah dan masyarakat juga telah mengupayakan berbagai


hal untuk mencegah bisnis seksual (prostitusi) dan perilaku-perilaku seksual
menyimpang lainnya. Namun demikian, permasalahan pornografi tetap
banyak terjadi di berbagai pelosok negeri karena adanya kemudahan dalam
mengakses internet. Pertahanan utama untuk mengatasi terhadap pornografi
adalah menciptakan keluarga yang hangat, kondisi perkawinan yang baik
dan hubungan yang baik antara orang tua dan anak serta pengawasan orang
tua yang ketat terhadap penggunaan internet.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pornografi merupakan gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,


gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk
pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau
pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual
yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. Di Indonesia,
pengaksesan terhadap situs pornografi ini begitu banyak meskipun
pemerintah telah menetapkan berbagai aturan dan penekanan akses
pornografi. Dampak dari pornografi terhadap kesehatan reproduksi begitu
berbahaya dan dapat mendorong perilaku seks bebas, terutama pada remaja.
Hal ini juga akan bermuara pada peningkatan kehamilan tidak diinginkan
pada remaja, aborsi, penularan IMS, dan masih banyak lagi.

3.2 Saran

Pornografi dapat memberikan dampak yang buruk bagi orang yang


mengaksesnya. Terlebih jika telah adiktif. Pemerintah juga telah
mengupayakan cara agar pornografi tidak semakin menjadi di Indonsia, maka
dari itu seluruh elemen masyarakat hendaknya turut membantu. Seperti
memulai kesadaran diri sendiri untuk menghindari pornografi. Serta bagi
anak-anak dan remaja sangat diperlu adanya pengawasan dari orang tua.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. 2008. Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi.

CNN Indonesia. 2019. “Polri Sebut 236 Kasus Pornografi Terjadi Sepanjang 2019”.
Diakses dari https://m.cnnindonesia.com/nasional/20190803195708-12-
418125/polri-sebut-236-kasus-pornografi-terjadi-sepanjang-2019.
Fadlulloh, F. 2015. “Presentasi Ponografi Di Indonesia dan Dunia”. Diakses
dari http://presentasi-ponografi-diindonesia-dan.html.
Nursalikah, A. 2017. “Kemenkominfo: Konten Porno tidak Bisa Diblokir
Total”. Diakses dari
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/11/08/oz3en8366-
kemenkominfo-konten-porno-tidak-bisa-diblokir-total.
Rachmaniar., Prihandini, Puji., & Janitra, P.A. 2018. Perilaku Penggunaan
Smartphone dan Akses Pornografi di Kalangan Remaja Perempuan.
Jurnal Komunikasi Global, Volume 7, No.1.
Kementerian Pemperdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 2019. Waspada
Pornografi Bagi Anak, Kemen PPA Lakukan Tindakan Antisipatif. Diakses dari
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/2301/waspada-
pornografi-bagi-anak-kemen-pppa-lakukan-tindakan-antisipatif
RSUP Dr. Sardjito. 2019. RSUP Dr. Sardjito Bersama FKKMK UGM Gelar
Seminar Sehari “Dampak Pornografi Terhadap Kesehatan Reproduksi. Diakses
darihttps://sardjito.co.id/2019/03/30/rsup-dr-sardjito-bersama-fkkmk-ugm-
gelar-seminar-sehari-dampak-pornografi-terhadap-kesehatan-reproduksi/
Kementerian Pemperdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 2017. Modul
Creative Digital Education. Diunduh dari
https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/990b7-creative-digital-
education.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai