Oleh :
KELOMPOK 5
RISKA DEFIYANI M
NIM: 220401005
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji syukur atas segala rahmat, taufik serta hidayah penulis haturkan
kepada Allah SWT, sehingga dalam penulisan makalah ini dengan judul Pekerja
Seks Komersial dan Drag Abuse bisa penulis selesaikan dengan lancar.
Sudah tentu dalam penulisan makalah ini melibatkan beberapa pihak yang
terkait dengan makalah yang telah disusun penulis. Oleh karena itu, penulis
terdapat banyak kekurangan. Baik dari segi bahasa, penyusunan kalimat, maupun
isi makalah ini. Oleh karena itu, penulis berharap semoga makalah ini dapat
serta penulis juga berharap agar para pembaca bisa memberikan saran dan kritikan
pada makalah ini supaya kedepannya penulis dapat memperbaiki kekurangan pada
makalah ini dan dapat lebih baik lagi pada kesempatan yang lain.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
Komersial……...…………………………………………………………………12
A. Kesimpulan...........................................................................................................14
B. Saran.....................................................................................................................14
PENDAHULUAN
1
2
B. Rumusan Masalah
komersial ?
komersial ?
C. Tujuan Penulisan
seks komersial.
PEMBAHASAN
35/2009, Narkotika adalah zat atau obat yang berasaldari tanaman atau bukan
di kalangan remaja secara signifikan. Anak pada usia remaja merupakan fase usia
yang rentan untuk terjerumus dalam penggunaan narkoba yang dianggap sebagai
sesuatu yang baru dan menantang. Remaja juga menjadi mudah tergoda ketika
dalam keadaan frustasi atau depresi sehingga mudah jatuh pada masalah
3
4
sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan penelitian ini. Hasil penelitian
darurat narkoba, dan tentunya hal ini harus menjadi perhatian seluruh pihak dan
ini menunjukan peningkatan, hal ini disebabkan karena remaja cenderung ingin
menyerap nilai-nilai baru, selalu ingin tahu dan selalu ingin mencoba hal baru,
termasuk terhadap sesuatu hal yang mengandung bahaya atau resiko (risk taking
remaja, yakni berbagai upaya preventif atau pencegahan, edukasi serta kampanye
anti narkoba, dan upaya penindakan, yang perlu dilakukan secara massive mulai
bunga Opium yang biasa disebut dengan “Hul Gill”, yang memiliki arti obat yang
menggembirakan. Sebutan ini diberikan oleh masyarakat Sumeria. Hul Gill ini
banyak tumbuh didaerah dataran tinggi dan juga sekitar pegunungan. Pada zaman
tersebut, serbuk ini diketahui memiliki fungsi sebagai obat tidur atau obat
penghilang rasa sakit. Obat ini digunakan dengan cara menghirup serbuk sari
tersebut. Orang orang zaman tersebut menggunakan serbuk sari bunga ini juga
sebagai obat bius bagi seseorang yang mengalami luka serius agar tidak merasa
1
https://jurnal.unpad.ac.id/jppm/article/viewFile/36796/pdf
5
sakit saat diobati. Selain itu, serbuk ini juga dapat digunakan sebagai racun untuk
berburu karena dapat menyebabkan hewan buruan tertidur sehingga lebih mudah
Pada tahun 1805 seorang dokter yang berkebangsaan Jerman yang bernama
nama morfin (morphine). Kata Morfin sendiri diambil dari salah satu nama dewa
Yunani yakni Morphius yang berarti dewa mimpi. Morfin dikenalkan sebagai
pengganti dari Opium yang merupakan candu mentah. Pada tahun 1874, seorang
memanaskan morfin. Obat dengan metode bakar ini biasa kita kena dengan
sebutan Sintesis Heroin (Putaw). Pada abad 19, peredaran morfin sangatlah
berkembang terutama di negara Amerika dan Eropa. Pada saat itu opium
dikategorikan kedalam jenis obat yang sudah dipatenkan sehingga status dari
opium adalah legal di mata hukum. Pada tahun 1898 narkotika diproduksi secara
massal oleh seorang produsen obat asal Jerman yang bernama Bayer. Pabrik
tersebut memproduksi obat penghilang rasa sakit dan kemudian memberi nama
untuk obat tersebut dengan nama “heroin”. Pada tahun itulah narkotika digunakan
secara resmi dalam dunia medis sebagai obat penghilang rasa sakit atau sebagai
obat bius. Tujuan awal dari dikembangkannya narkotika ini tidak lain adalah
perkembangan narkotika tidak lepas dari sasaran para petinggi Politik. Banyak
6
permainan licik di dalam perdagangan narkotika menjadikan obat ini tidak lagi
Penambahan zat adiktif yang berlebihan ini selain dapat memicu seseorang
mengalami halusinasi yang tinggi, dapat juga menimbulkan efek samping yang
serius, seperti kerusakan jaringan saraf dan organ-organ tubuh yang dimana dapat
undangan yang meminta farmasi untuk memberikan label yang jelas untuk setiap
kandungan dari obat yang diproduksi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada
atau tidaknya kandungan opium yang terkandung didalam obat tersebut. Pada
seluruh pemakai dan penjual narkoba agar wajib membayar pajak, melarang
memberikan narkotika kepada para pecandu narkoba yang tidak ingin sembuh
serta menahan paramedis dan menutup tempat rehabilitasi. Peraturan ini bernama
Harrison Act, yang disahkan pada kongres tahun 1914 yang dimana peraturan ini
adalah bagian utama pertama dari Undang Undang Anti Narkoba Federal.
Peraturan ini mengharuskan siapa pun yang berurusan dengan opium, morfin,
heroin, kokain, atau sejenisnya untuk mendaftar kepada Pemerintah Federal dan
yang secara efektif melarang penggunaan obat-obat an ini secara umum. Namun
penggunaan heroin untuk tujuan medis, dan mengklaim bahwa penggunaan heroin
Pada tahun 1923, Amerika melarang penjualan bentuk narkotika, terutama Heroin.
klaim bahwa itu memberi pemerintah terlalu banyak kekuasaan atas kehidupan
Sehingga ketika datang depresi besar pada tahun 1929, memperbesar efek
hilangnya pendapatan pajak alkohol pada pemerintah federal, dan pada tahun
Orba pada masa itu memandang bahwa masalah narkoba tidak akan berkembang,
mengingat dasar Indonesia yaitu Pancasila dan Agamis. Anggapan inilah yang
Narkoba atau yang biasa kita kenal dengan Badan Narkotika Nasional. Badan
Narkotika Nasional juga memiliki cabang, yakni Badan Narkotika Provinsi dan
a. Faktor Subversi
kewajibannya sebagai warga negara. Faktor subversi ini biasanya tidak berdiri
b. Faktor Ekonomi
Hal ini kerap terjadi di kalangan atas maupun bawah. Bagi kalangan atas
narkoba dan obatobatan yang digunakan baik oleh kalangan bawah maupun
9
kalangan atas tentunya memiliki perbedaan. Baik dari segi obat-obatan yang
c. Faktor Lingkungan
faktor lingkungan dari luar keluarga, faktor lingkungan yang tercemar oleh
kebiasaan, faktor lingkungan yang bebas dan liar, dan faktor dari dalam
liar dan bebas menjadi faktor yang memiliki persentase terbesar dalam
bebas dan liar adalah lingkungan yang lepas dan bebas dari pengawasan dan
yang biasanya pula menjadi sumber distribusi narkotika dan obat keras
lainnya.
uang dari yang telah memakai jasa mereka tersebut.2 Dalam literatur lain
2
Koentjoro, On The Spot Tutur Dari Sarang Pelacur, (Yogyakarta: Tinta, 2004), 26.
10
PSK yang dimaksut pada penelitian ini adalah; seseorang perempuan yang
kehidupan manusia itu sendiri. Pelacuran selalu ada sejak zaman purba
tingkah laku cabul yang tidak ada bedanya dengan kegiatan pelacuran.
adalah pesta korban untuk para dewa, khususnya pada dewa Bacchus yang
terdiri atas upacara kebaktian penuh rahasia dan bersifat sangat misterius
3
Tjohjo Purnomo. Dalam Ashadi Siregar, Dolly, Membedah Dunia Pelacuran Surabaya, Kasus
Kompleks Pelacuran Dolly, (Jakarta: Grafitipers, 1983), 11.
11
Majapahit. Salah satu bukti yang menunjukkan hal ini adalah penuturan
berkembang. Banyak remaja dan anak sekolah ditipu dan dipaksa menjadi
Jawa dan Sumatera. Hal ini bisa dilihat dari pernyataan dua bekas tentara
terdapat setidaknya 29 rumah bordil yang dihuni oleh lebih dari 280 orang
pelacur (111 orang dari Toraja, 67 orang dari Jawa dan 7 orang dari
Madura).
PSK adalah faktor ekonomi. Faktor ekonomi dalam hal ini adalah sulit
Selain faktor ekonomi, ada juga faktor lainnya seperti sulitnya mencari
4
Kartono, Kartini, Patologi Sosial Jilid 1, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2005), 209.
12
nyata. Dampak yang ditimbulkan dari adanya PSK ini tidak membawa
dampak yang sangat serius di dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan baik
para PSK maupun pengguna jasa bukanlah warga dari masyarakat sekitar.
PSK-PSK di wilayah ini bisa bebas menjajakkan dirinya hingga saat ini.
penelitian.5
Lingkungan.
Seks Komersial
Di kalangan masyarakat Indonesia, PSK dipandang negatif, dan
5
https://journal.uny.ac.id/index.php/dimensia/article/view/3433
13
individu PSK yang ada tetapi mereka juga memandang rendah keluarga
yang baik bagi anaknya. Sudah menjadi pengetahuan kita bersama, banyak
sekali masyarakat yang mengucilkan PSK, dan hal itu juga berlaku bagi
rendah keluarga dari PSK itu, misalnyanya anak dari 62 seorang PSK,
anak seorang PSK akan dikucilkan oleh teman sebayanya, sebab orang tua
nistakarena mereka menganggap bahwa jika ibunya saja bekerja seperti itu
6
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/5620-BAB_VII.pdf
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lingkungan.
B. Saran
makalah ini, baik dari segi tata bahasa, isi, maupun referensi karena penulis
hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik
Koentjoro, On The Spot Tutur Dari Sarang Pelacur. Yogyakarta: Tinta. 2004.
Purnomo, Tjohjo. Dalam Ashadi Siregar. Dolly. Membedah Dunia Pelacuran
Surabaya. Kasus Kompleks Pelacuran Dolly. Jakarta:
Grafitipers. 1983.
Kartono. Kartini. Patologi Sosial Jilid 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2005.
https://journal.uny.ac.id/index.php/dimensia/article/view/3433
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/5620-BAB_VII.pdf
15