PENYALAHGUNAAN NAPZA
DISUSUN OLEH:
KEPERAWATAN B
KELOMPOK 2
BAU SANTI NUR : 70300117079
SALLY PURWANTI : 70300117048
USWATUN HASANAH : 70300117050
ISRAWATI : 70300117084
MUTMAINNAH : 70300117057
HIKMA SARI : 70300117082
ABDUL WAHID : 70300117060
NUR HIDAYANTI : 70300117043
IMRAN AZHARI FAHMI : 70300115056
2018/2019
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B.Tujuan....................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian............................................................................................4
B. Jenis-jenis narkotika dan psikotropika................................................4
C. penyalahgunaan narkotika dan psikotropika.......................................6
D. Efek/Akibat pemakaian zat................................................................12
E. Faktor penyebab penggunaan narkoba...............................................14
F. pencegahan dan penanggulangan.......................................................15
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
A. pengkajian..........................................................................................22
B. Diagnosa............................................................................................23
C. Intervensi...........................................................................................24
BAB 4 PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan penggunaan Narkoba Psikotropika dan Zat Adiktif lain
(NAPZA) merupakan masalah yang menjadi keperihatinan dunia
internasional disamping masalah HIV/AIDS, kekerasan, kemiskinan,
pencemaran lingkungan, pemanasan global, kelangkaan pangan.
Pengetahuan merupakan hal yang penting, pengetahuan merupakan
salah satu determinan, dimana determinan ini dapat mempengaruhi sikap
terhadap perilaku tertentu. Disamping itu banyak dampak negatif dari
penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA, seperti perilaku kekerasan
dimasyarakat, tindakan kriminal, dan seks bebas dan penularan penyakit
menular seperti HIV/AIDS. Peneliti berasumsi bahwa terjadinya perilaku
penyalahgunaan NAPZA karena siswa kurang pengetahuan terhadap
dampak dari penggunaan NAPZA sehingga mempengaruhi sikap dan
perilakunya.
Menurut data Badan Narkotika Nasional (2006) angka pidana
narkotika juga meningkat tajam yaitu sekitar 20,5%. Penggunaan NAPZA
dengan cara suntik juga menjadi salah satu faktor yang memicu
peningkatan infeksi HIV (Sumiati, dkk 2009).
Sejak tahun 1987, PBB mengeluarkan laporan tahunan konsumsi
narkoba di dunia. Saat ini, sekitar 25 juta orang yang mengalami
ketergantunagan NAPZA, di Indonesia pengguna NAPZA mencapai 3,8
juta jiwa. Yang menjadi lebih memprihatinkan adalah usia produktif, dan
sebagian besar diantaranya adalah remaja dan dewasa awal (20-30 tahun).
70% dari total pengguna NAPZA di Indonesia anak usia sekolah, 4% lebih
lebih siswa SMA dan selebihnya mahasiswa. Hal ini bila tidak segera
ditanggulangi merupakan ancaman bagi kesejahteraan generasi yang akan
datang, dimana anak sebagai generasi muda merupakan penerus cita-cita
perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional
yang perlu untuk dilindungi (Natsir, dkk 2012).
ii
Fakta yang sangat memprihatinkan adalah lebih dari 90% adalah
kelompok usia produktif, yaitu umur 15-34 tahun dan 90% dari kelompok
mencoba memakai narkoba adalah kelompok pelajar, saat ini sekitar
15.000 penyalahgunaan narkoba, usia muda meninggal dunia setiap tahun
akibat over dosis, AIDS, dan jantung, paru-paru, hati dan ginjal (BNN
2011).
Penyalahgunaan narkoba adalah masalah perilaku sosial, sehingga
perlu pemberian informasi atau pengetahuan yang harus didukung oleh
upaya pendidikan kepada anak sejak usia dini sehingga dapat mengubah
perilaku dan pola pikir anak, selain membimbing anak agar tumbuh
menjadi lebih dewasa (BNN 2011).
Penyalahgunaan narkotika dan beberapa obat terlarang di Sulawesi
Selatan terus meningkat dari tahun ketahun. Berdasarkan data prevalensi
penyalahgunaan narkoba berdasarkan umur 10-59 tahun, yang dilakukan
oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Wilayah Sul-Sel tiga
tahun terakhir ini, pada tahun 2012 dari jumlah penduduk 6.130.377 ada
131.200 orang penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang dengan
prevalensi 2,14%, dan angka tersebut mengalami peningkatan pada tahun
2013 jumlah penduduk 6.205,153 ada 136.671 penyalahgunaan narkotika
dan obat terlarang dengan prevalensi 2,20%, dan pada tahun 2014 dari
jumlah penduk 6.279.928 ada 142.141 orang penyalahguna dengan
prevalensi 2,25% jumlah ini akan terus meningkat jika tidak ada
penanganan yang tepat (BNN 2014).
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan NAPZA?
2. Apa saja jenis-jenis (Narkotika, Psikotropika)?
3. Bagaimana Penyalahgunaan dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika)?
4. Efek Dan dampak apa saja yang ditimbulkan dari pemakaian NAPZA
(Narkotika, Psikotropika)?
5. Faktor apa saja yang menjadi penyebab penggunaan NAPZA?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan penggunaan
NAPZA?
iii
C. Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan menjadi sumber informasi
mahasiswa sehingga dapat menjelaskan mengenai NAPZA. Mahasiswa
juga mampu memberikan implementasi yang tepat dalam upaya pemberian
pelayanan kesehatan pada klien yang mengalami NAPZA.
Pentingnya mengetahui apa itu NAPZA dan dampak dari
penyalahgunaan NAPZA bagi kehidupan masyarakat terutama kaum
remaja. Besarnya peran orang tua, pendidik, dan tenaga kesehatan dalam
memberikan pendidikan kepada anak-anaknya mnengenai NAPZA sangat
besar. Jika orang tua tidak mampu melakukan pendekatan terhadap anak-
anaknya maka anak akan merasa bebas dan melakukan apapun yang ingin
dilakukannya termasuk pergaulan bebas yang akan membawanya ke
penyalahgunaan NAPZA. Oleh sebab itu, sangat di tekankan pendidikan
dan pendekatan dari orang tua sejak dini. Selanjutnya adalah peran
pendidik dan tenaga kesehatan sebagai pemberi edukasi di kalangan
masyarakat. Makalah ini juga merupakan media bagi para masyarakat
terkhusus remaja untuk mengetahui apa itu NAPZA dan bagaimana
dampak penyalahgunaan NAPZA
iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
ganja dan kokain. Zat adiktif adalah zat yang bila digunakan secara teratur,
kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki, kebutuhan akan harga
sebagai berikut :
1. Golongan Narkotika
a. Narkotika Golongan I :
5
menimbulkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan 1 heroin/putauw,
kokain, ganja.
b. Narkotika Golongan II :
Contoh kodein.
2. Golongan Psikotropika
a. Psikotropika Golongan I :
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat
kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD).
b. Psikotropika Golongan II :
atau ritalin).
6
sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital,
Flunitrazepam).
d. Psikotropika Golongan IV :
a. Minuman berakohol
syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari
7
Ayat yang berhubungan:
Artinya:
90. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan.
Pembahasannya: Sertiap minuman yang memabukkan adalah khamar
dan yang setiap memabukkan adalah haram.barang siapa yang kecanduan
minuman keras dan mati kemudian tidak bertaubat maka nanti ia tidak
akan meminumnya di akhirat.
b. Inhalansia
Gas yang dihirup dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa
c. Tembakau
alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan,
8
karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan
sebagai berikut:
1. Golongan Narkotika
a. Opiad
Opioid atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium, Papaver
Nama Opioid juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat
dari opium dan narkotik sintetik yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak
didapatkan dari opium. opiat alami lain atau opiat yang disintesis dari opiat
hydromorphone (Dilaudid).
penyakit infeksi lainnya melalui jarum suntik dan penurunan hasrat dalam
overdosis.
overdosis berat) dan satu (atau lebih) tanda berikut, yang berkembang
selama, atau segera setelah pemakaian opioid, yaitu mengantuk atau koma
psikologis yang bermakna secara klinis misalnya: euforia awal diikuti oleh
9
apatis, disforia, agitasi atau retardasi psikomotor, gangguan
Kram otot parah dan nyeri tulang, diare berat, kram perut, rinorea
fisik dasar yang parah, seperti penyakit jantung. Gejala residual seperti
mungkin menetap selama sebulan setelah putus zat. Pada tiap waktu
1) Candu
dan dinamai "Lates". Getah ini dibiarkan mengering pada permukaan buah
suatu adonan yang menyerupai aspal lunak. Inilah yang dinamakan candu
tua atau coklat kehitaman. Diperjual belikan dalam kemasan kotak kaleng
dengan berbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak,burung elang, bola
dunia, cap 999, cap anjing, dsb. Pemakaiannya dengan cara dihisap.
2) Morfin
10
Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin
pahit, berbentuk tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan
3) Heroin (putaw)
Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin
Indonesia pada akhir - akhir ini . Heroin, yang secara farmakologis mirip
heroin adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien
yang baik.
4) Codein
5) Demerol
ditelan atau dengan suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan
tidak berwarna.
6) Methadon
11
(Dolphine), pentazocine (Talwin), dan propocyphene (Darvon). Saat ini
7) Kokain
narkotik, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif dan efek
merugikannya telah dikenali. Nama lain untuk Kokain : Snow, coke, girl,
lady dan crack ( kokain dalam bentuk yang paling murni dan bebas basa
2. Golongan Psikotropika
12
dengan Ecstasi dan psikotropik Gol II yang dikenal dengan nama Shabu-
shabu.
a. Ecstasy
(MDMA). Senyawa ini ditemukan dan mulai dibuat di penghujung akhir abad
lalu. Pada kurun waktu tahun 1950-an, industri militer Amerika Serikat
kebenaran. Setelah periode itu, MDMA dipakai oleh para dokter ahli jiwa.
kadang lengan, kaki dan rahang terasa kaku, serta mulut rasanya kering. Pupil
mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula akan
timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu
diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak
terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita menjadi hebat
dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi hilang. Kepala terasa
kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti ini, kita merasa
membutuhkan teman mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk
menghilang dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu kita akan merasa sangat
b. Shabu-shabu
ujung satu ke arah ujung yang lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya
dihirup dengan sebuah Bong (sejenis pipa yang didalamnya berisi air). Air
Bong tersebut berfungsi sebagai filter karena asap tersaring pada waktu
13
melewati air tersebut. Ada sebagian pemakai yang memilih membakar Sabu
dengan pipa kaca karena takut efek jangka panjang yang mungkin ditimbulkan
tersinggung), terlebih bagi mereka yang sering tidak berpikir positif, dan
dalam kehidupan, sebaiknya narkotika jenis ini tidak dikonsumsi. Hal ini
memakai dalam jumlah banyak dalam satu sesi dan sukar berhenti kecuali jika
Sabu yang dimilikinya habis. Hal itu juga merupakan suatu tindakan bodoh
dan sia-sia mengingat efek yang diinginkan tidak lagi bertambah (The Law Of
Bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan Narkotika dan
kecanduan.
bukan obat.
14
Dalam jumlah yang kecil, alkohol menimbulkan perasaan relax, dan
rasa sedih dan kemarahan. Bila dikonsumsi lebih banyak lagi, akan
diri, tanpa ada perasaan terhambat menjadi lebih emosional (sedih, senang,
Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula
akan timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan bernafas
(untuk itu diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut
kita menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi
hilang. Kepala terasa kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti
b. Nikotin
Obat yang bersifat adiktif, sama seperti Kokain dan Heroin. Bentuk
nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang dihisap dalam bentuk
rokok, cerutu, dan pipa. Tembakau juga dapat digunakan sebagai tembakau
15
kenyataannya sampai saat ini masih banyak orang yang terus merokok. Hal ini
darah serebral. Berbeda dengan efek stimulasinya pada sistem saraf pusat,
tembakau adalah nikotin. Nikotin adalah zat kimia yang sangat toksik.
kegagalan ) pernafasan.
c. Desainer
Zat Desainer adalah zat-zat yang dibuat oleh ahli obat jalanan. MEreka
membuat obat-obat itu secara rahasia karena dilarang oleh pemerintah. Obat-
menderita. Zat-zat ini banyak yang sudah beredar dengan nama speed ball,
16
1. Golongan Depresan (Downer)
aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah :
3. Golongan Halusinogen
Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk :
a. Dampak Fisik:
eksim.
17
3) Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi
hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya.
b. Dampak Psikologi:
1) Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus
18
obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis
Gejala fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti
dll.
lain:
lebih berani, keren, percaya diri, kreatif, santai, dan lain sebagainya. Efek
keren yang terlihat oleh orang lain tersebut dapat menjadi trend pada
kalangan tertentu sehingga orang yang memakai zat terlarang itu akan
2. Solidaritas Kelompok
lain baik secara terpaksa atau tidak terpaksa akan ikut menggunakan
menimbulkan rasa sakit yang tidak tertahankan dapat membuat orang jadi
tertarik jalan pintas untuk mengobati sakit yang dideritanya yaitu dengan
4. Coba-coba / penasaran
19
Dengan merasa tertarik melihat efek yang ditimbulkan oleh suatu
zat yang dilarang, seseorang dapat memiliki rasa ingin tahu yang kuat
untuk mencicipi nikmatnya zat terlarang tersebut. Jika iman tidak kuat,
maka seseorang dapat mencoba ingin mengetahui efek dari zat terlarang.
Tanpa disadari dan diinginkan orang yang sudah terkena zat terlarang itu
berhenti.
5. Menyelesaikan Masalah
Orang yang dirudung banyak masalah dan ingin lari dari masalah
dapat terjerumus dalam pangkuan narkotika, narkoba atau zat adiktif agar
dapat tidur nyenyak atau jadi gembira ria dan kemudian merasa
terlarang agar bisa menjadi yang terhebat, penuh tenaga dan penuh percaya
diri.
F. Upaya pencegafan dan penanggulangan
20
obatan illegal dan melakukan tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk
Narkoba.
narkoba melalui jalur hokum, yang dilakukan oleh para penegak hukum
dll.
narkoba.
21
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Tahap pengkajian terdiri atas kumpulan data yang meliputi data biologis,
psikologis, social, dan spiritual. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah
sebagai berikut :
1. Identitas
a. Nama
b. TTL
c. Umur
d. Agama
e. Pekerjaan
f. Alamat
2. Kaji situasi kondisi penggunaan zat
a. Kapan zat digunakan
b. Kapan zat menjadi lebih sering digunakan/mulai menjadi masalah
c. Kapan zat dikurangi/dihentikan, sekalipun hanya sementara
3. Kaji risiko yang berkaitan dengan penggunaan zat
a. Berbagi peralatan suntik
b. Perilaku seks yang tidak nyaman
c. Menyetir sambil mabuk
d. Riwayat over dosis
e. Riwayat serangan (kejang) selama putus zat
4. Kaji pola penggunaan
a. Waktu penggunaan dalam sehari (pada waktu menyiapkan makan
malam)Penggunaan selama seminggu
b. Tipe situasi (setelah berdebat atau bersantai di depan TV
c. Lokasi (timbul keinginan untuk menggunakan NAPZA setelah berjalan
melalui rumah Bandar)
d. Kehadiran atau bertemu orang-orang tertentu (mantan pacar, teman pakai)
22
e. Adanya pikiran-pikiran tertentu (“Ah, sekali nggak bakal ngerusak” atau
“Saya udah nggak tahan lagi nih, saya harus make”)
f. Adanya emosi-emosi tertentu (cemas atau bosan)
g. Adanya faktor-faktor pencetus (jika capek, labil, lapar, tidak dapat tidur atau
stress yang berkepanjangan.
5. Kaji hal baik/buruk tentang penggunaan zat maupun tentang kondisi bila
tidak menggunakan
a. Pohon Masalah
b. Resiko Menciderai Diri
c. Gangguan Konsep Diri
d. Koping mal adaptif
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan buku SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) pada
klien dengan penyalahgunaan napza sebagai berikut:
1. Koping tidak efektif berhubungan dengan kerentanan pribadi;kesulitan
menangani situasi baru.
2. Ketidakberdayaan berhubungan dengan adiksi zat dengan tanpa periode
pantangan. Episode kesadaran kompulsif berupaya untuk pada gaya hidup
tidak berdaya.
3. Harga diri rendah berhubungan dengan stigma sosial yang melekat pada
penyalahgunaan zat.
C. Intervensi keperawatan
Berdasarkan buku SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dan
buku DUNGUS pada klien dengan penyalahgunaan napza sebagai berikut:
1. Koping tidak efektif berhubungan dengan kerentanan pribadi: kesulitan
menangani situasi baru
1) Observasi
a. Identifikasi respons emosional terhadap kondisi saat ini
b. Identifikasi beban prognosis secara psikologis
c. Identifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan setelah pulang
d. Identifikasi kesesuaian antara harapan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
23
2) Terapeutik
a. Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga
b. Terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang tidak menghakimi
c. Diskusikan rencana medis dan perawatan
d. Fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan keluarga atau antar
anggota keluarga
e. Fasilitas pengambilan keputusan dalam merencanakan perawatan jangka
panjang, jika perlu
f. Fasilitas anggota keluarga dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan konflik
nilai
g. Fasilitas pemenuhan kebutuhan dasar keluarga (mis. tempat tinggal, makanan,
pakaian)
h. Fasilitas anggota keluarga melalui proses kematian dan berduka, jika perlu
i. Fasilitas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan peralatan yang di
perlukan untuk mempertahankan keputusan perawatan pasien
j. Bersikap sebagai pengganti keluarga untuk menenangkan pasien dan/atau jika
keluarga tidak dapat memberikan perawatan
k. Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang di gunakan
l. Berikan kesempatan berkunjung bagi anggota keluarga
3) Edukasi
a. Informasikan kemajuan pasien secara berkala
b. Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia
4) Kolaborasi
a. Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu
5) Mandiri
a. Pastikan dengan apa pasien ingin di sebut atau di panggil
Rasional : menunjukkan penghargaan dan hormat, dan memberikan rasa
orientasi dan kontrol
b. Tunjukkan pemahaman dan situasi saat ini dan metode koping sebelumnya
atau yang lain terhadap masalah kehidupan
Rasional : memberikan informasi terhadap derajat menyangkal,
mengidentifikasi koping yang di gunakan pada rencana perawatan saat ini
24
c. Hadapi dan periksa menyangkal kelompok sebayah
Rasional : menyangkal adalah pertahanan utama pada adiktif. Kontfontasi oleh
teman senasib membantu menerima realita penggunaan obat adalah masalah
utama
d. Tetap bersikap tidak menghakimi, waspada terhadap perubahan dalam
perilaku misalnya gelisah, peningkatan ketegangan
Rasional : kontrofontasi menimbulkan peningkatan agitasi, yang menurunkan
keamanan pasien atau staf
e. Berikan umpan balik positif untuk mengekspresikan pasien kesadaran
terhadap menyangkal pada diri sendiri atau orang lain
Rasional : umpan balik positif perlu untuk meningkatkan harga diri dan
menguatkan kesadaran diri dalam perilaku
f. Pertahanan harapan pasti bahwa pasien ikut serta dalam kelompok pemulihan
atau terapi secara teratur
Rasional : ikutsertaan di hubungkan dengan penerimaan kebutuhan terhadap
bantuan, untuk bekerja dengan menyangkal, dan untuk mempertahankan bebas
obat dalam jangka panjang
g. Atur aktivitas hiburan yang berhubungan dengan pemulihan misalnya aktivitas
sosial dalam kelompok pendukung dimana isu-isu bebas dari zat terdeteksi
Rasional : penemuan metode alternatif dari rekreasi dan untuk koping
terhadap kebutuhan obat dapat mengingatkan pasien bahwa adiksi adalah
proses hidup jangka panjang dan kesempatan untuk mengubah pola tersedia.
h. Gunakan dukungan sebaya untuk mendapatkan cara-cara koping pada
kebutuhan obat
Rasional : kelompok bantuan diri adektif tersedia untuk belajar dan
meningkatkn pantangan pada setiap anggota dengan pemahaman dan
dukungan serta tekanan dari sebaya
i. Berikan informasi tentang pengguanaan adiktif versus eksperiental, pengunaan
kadang-kadang, teori gangguan biokomia/genetik (predisposisi genetik),
penggunaan teraktivasi oleh lingkunga, farmakologi stimula, keinginan
komplusif sesuai dengan kejadian jangka panjang
25
Rasional : progresif kontinum penggunaan pada individu adiksi adalah dari
ekperimental atau rekreasi untuk penggunaan adiktif
j. Dorong dan dukung pengambilan tanggung jawab pasien untuk pemulihannya
sendiri (misalnya, perkembangan perilaku alternatif untuk penggunaan obat).
Bantu pasien untuk belajar tanggung jawabnya pada pemulihan
Rasional : menyangkal pada di pindahkan denga tindakan tanggung jawab bila
pasien menerima realita tanggung jawabnya sendiri
k. Susun batasan dan hadapi upaya untuk membuat pemberi perawatan
menanggung kebutuhan khusus. Memebuat pengecualiaan untuk tidak
mengikuti perilaku yang di setujui berupa untuk melanjutkan penggunaan obat
Rasional : pasien telah belajar perilaku manipulatif sepanjang hidupnya dan
perlu belajar cara baru untuk memenuhi kebutuhan. Dengan mengikuti
konsekuensi kegagalan untuk mempertahankan batasan dapat membantu
pasien mengubah perilaku tidak efektif
a. Bantu pasien untuk belajar atau mendorong penggunaan keterampilan
relaksasi, bimbingan imajinasi, visualisasi.
Rasional : membantu pasien untuk rileks memgembangkan cara baru untuk
menghadapi stres, mengatasi masalah.
1) Observasi
2) Terapeutik
26
g. Diskusi cara mempersiapakan diri dalam kondisi stres
dibawah umur)
3) Edukasi
4) Kolaborasi
5) Mandiri
a. Bantu pasien untuk mengenal adanya masalah.
saat ini.
27
Rasional: bila memungkinkan didiskusikan, maka solusi yang paling berguna
menjadi jelas.
menghakimi.
personal/interperdonal.
28
3. Harga diri rendah berhubungan dengan stigma sosial yang melekat pada
penyalahgunaan zat
1) Observasi
a. Identivikasi budaya,agama,ras,jenis kelamin dan usia terhadap harga diri
b. Monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri
c. Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan
2) Terapeutik
a. Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
b. Motivasi menerima tantangan atau hal baru
c. Diskusi pernyataan tentang harga diri
d. Diskusi kepercayaan terhadap penilaian diri
e. Diskusi pengalaman yang meningkatkan harga diri
f. Diskusi persepsi negatif diri
g. Diskusi alasan mengkritik diri atau rasa bersalah
h. Diskusi penetapan tujuan realistis untuk mencapai harga diri lebih tinggi
i. Diskusi bersama keluarga untuk menetapkan harapan dan batasan yang jelas
j. Berikan umpan balik positif atas peningkatan mencapai tujuan
k. Fasilitasi lingkungan dan aktifitas yang meningkatkan harga diri
3) Edukasi
a. Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam perkembangan konsep
positif deri pasien
b. anjurkan mengidentifikasi kekuatan yang di miliki
c. anjurkan mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang lain
d. anjurkan membuka diri terhadap kritik negatif
e. anjurkan mengevaluasi perilaku
f. anjurkan cara mengatasi bullying
g. latih peningkatan tanggung jawab untuk diri sendiri
h. latih pernyataan atau kemampuan positif diri
i. latih cara berfikir dan perilaku positif
j. latihan meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam menangani situasi
29
4) Kolaborasi
a. Libatkan terapi kelompok,misalnya:berbagi masalah dalam kelompok untuk
membantu mendorong pengungkapan,seperti anggota kelompok lain ada yang
dalam berbagai tahap pantangan obat dan memberikan jawaban masaalah pada
pasien
b. Berikan obat antipsikotik sesuai kebutuhan
c. Susun rencana untuk mengatasi masalah penyakit mental lain.
5) Mandiri
a. Memberikan kesempatan dan mendorong pengungkapan atau diskusi tentang
situasi invidu
Rasional: Pasien sering mengalami kesulitan mengekspresikan diri meskipun
sulit menerima betapa pentingnya zat yang telah di asumsi dalam hidup dan
hubungannya dengan situasi saat ini
b. Kaji status mental. Perhatikan adanya gangguan psikiatri lain (diagnosis
ganda)
Rasional: beberapa pasien menggunakan zat (alkohol dan obat lain) untuk
mengurangi depresi dan ansietas
c. Berikan waktu bersama pasien. Diskusikan perilaku/penggunaan zat dengan
pasien dengan cara tidak menghakimi
Rasional: Keberadaan perawat menunjukkan penerimaan terhadap individu
sebagai orang yang berharga. Diskusi memberikan kesempatan menyadari
masalah penyalahgunaan.
d. Berikan penguatan untuk tindakan positif dan dorongan pasien untuk
menerima masukan
Rasional: Kegagalan dan harga diri rendah telah menjadi masalah untuk
pasien. Yang memerlukan belajar untuk menerima diri sebagai individu
dengan atribut positif
e. Observasi interaksi keluarga, dinamika orang terdekat/pendukung
30
Rasional: Penyalahgunaan zat adalah penyakit keluarga. Dan bagaimana
anggota keluarga bertindak dan bereaksi pada perilaku pasien yang
mempengaruhi perjalanan penyakit pasien melihat dirinya.
Banyak yang secara tidak sadar menjadi masa bodoh membantu individu
menutupi konsekuensi penyalahgunaan.
f. Dorongan ekspresi perasaan bersalah, malu, dan marah.
Rasional: Pasien sering kehilangan penghargaan pada diri dan meyakini
bahwa situasinya tidak ada harapan. Ekspresi perasaan ini membantu pasien
mulai menerima tanggung jawab pada diri sendiri dan mengambil langkah
untuk membuat perubahan.
g. Bantu pasien untuk menerima bahwa penggunaan zat adalah masalah dan
masalah dapat diatasi tanpa menggunkan obat.
Rasional: Bila obat tidak lagi sebagai masalah. Pasien dapat mengatasi
masalah dan hidup tanpa menggunakan zat. Konfrontasi membantu pasien
menerima masalah.
h. Minta pasien untuk menyebutkan dan meninjau ulang kejadian penyerta dan
positif
Rasional: Ada masanya dalam hidup dimana orang mengalami keberhasilan.
Sering bila harga diri rendah sulit untuk mengingat keberhasilan/untuk
memandangnya berhasil
i. Gunakan tekhnik-tekhnik latihan peran.
Rasional: Membantu pasien mempraktikkan perkembangan, keterampilan
untuk menghadapi peran baru sebagai individu yang tidak lagi menggunakan
atau memerlukan obat untuk mengatasi masalah kehidupan.
31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Sumiati dkk (2009), NAPZA adalah singkatan untuk
narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lain. Narkotika menurut
farmakologi adalah zat yang dapat menghilangkan rasa membius (opiat).
Narkotika menurut UndangUndang RI no. 22 tahun 1997 adalah
opiat ganja dan kokain. Zat adiktif adalah zat yang bila digunakan secara
teratur, sering, dalam jumlah yang cukup banyak, dapat membuat
ketergantungan (adiksi).
Adapun jenis-jenis Narkotika dan psikotropika menurut
Kusumawati (2010) adalah sebagai berikut:
1. Golongan Narkotika
a. Narkotika golongan I
b. Narkotika golongan II
c. Narkotika golongan III
2. Golongan Psikotropika
a. Psikotropika I
b. Psikotropika II
c. Psikotropika III
d. Psikotropika IV
Pada penyalahgunaan Narkotika dan Psikotrika adapun
golongannya adalah antara lain:
1. Golongan narkotika
a. Opioid (opiat)
1) Efek samping yang di timbulkan
2) Gejala intoksitasi (keracunan) opioid
3) Gejala putus obat dari ketergantungan opioid
Adapun turunan Opioid (opiat) yang salah gunakan adalah:
1) Candu
2) Morfin
32
3) Heroin (putaw)
4) Codein
5) Demerol
6) Methadon
7) Kokain
2. Golongan psikotropika
a. Ecstasy
b. Shabu-shabu
Adapun efek/ akibat pemakaian zat terhadap perilaku yang di
timbulkan dari Napza antara lain:
1. Golongan depresan (Downer)
2. Golongan stimulan (Upper)
3. Golongan halusinogen
Namun, secara umum dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik,
psikis, maupun sosial seseorang antara lain:
1. Dampak fisik
2. Dampak psikologi
Adapun faktor penyebab penggunan narkoba antara lain:
1. Ingin terlihat gaya
2. Solidaritas kelompok
3. Menghilangkan rasa sakit
4. Coba-coba/ penasaran
5. Menyelesaikan masalah
6. Mencari tantangan/ penanggulangan
Adapun upaya pencegahan dan penanggulangan adalah sebagai berikut:
1. Preventif (pencegahan)
2. Represif (penindakan)
3. Kuratif (pengobatan)
4. Rehabilitasi (rehabilitas)
Adapun proses asuhan keperawatan di mulai dari antara lain:
1. Pengkajian 3. Intervensi.
2. Diagnosa
33
DAFTAR PUSTAKA
34