Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

PENYALAHGUNAAN NAPZA

DISUSUN OLEH:
KEPERAWATAN B
KELOMPOK 2
BAU SANTI NUR : 70300117079
SALLY PURWANTI : 70300117048
USWATUN HASANAH : 70300117050
ISRAWATI : 70300117084
MUTMAINNAH : 70300117057
HIKMA SARI : 70300117082
ABDUL WAHID : 70300117060
NUR HIDAYANTI : 70300117043
IMRAN AZHARI FAHMI : 70300115056

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbila’lamin atas segala limpahan nikmat dan


rahmat dari Allah SWT sehingga kami dapa menyusun makalah ini dengan
lancar. Tak lupa pula kami kirimkan salam dan salawat kepada junjungan
kita nabi Muhammad SAW yang mengantarkan kita dari zaman yang tidak
ada pengatahuannya ke zaman yang penuh dengan ilmu. Makalah ini berisi
tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyalahgunaan Napza.

Makalah ini jauh dari kesempurnaan sehingga kami masih


memerlukan masukan dan kritikan dari pembaca. Sesungguhnya kami
adalah manusia yang tidak luput dari kesalahan dan hanya Allah yang
maha sempurna.

Semoga makalah ini memberikan manfaat untuk kita semua terkhusus


kami sebagai penyusun.

Samata, 17 Mei 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B.Tujuan....................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian............................................................................................4
B. Jenis-jenis narkotika dan psikotropika................................................4
C. penyalahgunaan narkotika dan psikotropika.......................................6
D. Efek/Akibat pemakaian zat................................................................12
E. Faktor penyebab penggunaan narkoba...............................................14
F. pencegahan dan penanggulangan.......................................................15
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
A. pengkajian..........................................................................................22
B. Diagnosa............................................................................................23
C. Intervensi...........................................................................................24
BAB 4 PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan penggunaan Narkoba Psikotropika dan Zat Adiktif lain
(NAPZA) merupakan masalah yang menjadi keperihatinan dunia
internasional disamping masalah HIV/AIDS, kekerasan, kemiskinan,
pencemaran lingkungan, pemanasan global, kelangkaan pangan.
Pengetahuan merupakan hal yang penting, pengetahuan merupakan
salah satu determinan, dimana determinan ini dapat mempengaruhi sikap
terhadap perilaku tertentu. Disamping itu banyak dampak negatif dari
penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA, seperti perilaku kekerasan
dimasyarakat, tindakan kriminal, dan seks bebas dan penularan penyakit
menular seperti HIV/AIDS. Peneliti berasumsi bahwa terjadinya perilaku
penyalahgunaan NAPZA karena siswa kurang pengetahuan terhadap
dampak dari penggunaan NAPZA sehingga mempengaruhi sikap dan
perilakunya.
Menurut data Badan Narkotika Nasional (2006) angka pidana
narkotika juga meningkat tajam yaitu sekitar 20,5%. Penggunaan NAPZA
dengan cara suntik juga menjadi salah satu faktor yang memicu
peningkatan infeksi HIV (Sumiati, dkk 2009).
Sejak tahun 1987, PBB mengeluarkan laporan tahunan konsumsi
narkoba di dunia. Saat ini, sekitar 25 juta orang yang mengalami
ketergantunagan NAPZA, di Indonesia pengguna NAPZA mencapai 3,8
juta jiwa. Yang menjadi lebih memprihatinkan adalah usia produktif, dan
sebagian besar diantaranya adalah remaja dan dewasa awal (20-30 tahun).
70% dari total pengguna NAPZA di Indonesia anak usia sekolah, 4% lebih
lebih siswa SMA dan selebihnya mahasiswa. Hal ini bila tidak segera
ditanggulangi merupakan ancaman bagi kesejahteraan generasi yang akan
datang, dimana anak sebagai generasi muda merupakan penerus cita-cita
perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional
yang perlu untuk dilindungi (Natsir, dkk 2012).

ii
Fakta yang sangat memprihatinkan adalah lebih dari 90% adalah
kelompok usia produktif, yaitu umur 15-34 tahun dan 90% dari kelompok
mencoba memakai narkoba adalah kelompok pelajar, saat ini sekitar
15.000 penyalahgunaan narkoba, usia muda meninggal dunia setiap tahun
akibat over dosis, AIDS, dan jantung, paru-paru, hati dan ginjal (BNN
2011).
Penyalahgunaan narkoba adalah masalah perilaku sosial, sehingga
perlu pemberian informasi atau pengetahuan yang harus didukung oleh
upaya pendidikan kepada anak sejak usia dini sehingga dapat mengubah
perilaku dan pola pikir anak, selain membimbing anak agar tumbuh
menjadi lebih dewasa (BNN 2011).
Penyalahgunaan narkotika dan beberapa obat terlarang di Sulawesi
Selatan terus meningkat dari tahun ketahun. Berdasarkan data prevalensi
penyalahgunaan narkoba berdasarkan umur 10-59 tahun, yang dilakukan
oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Wilayah Sul-Sel tiga
tahun terakhir ini, pada tahun 2012 dari jumlah penduduk 6.130.377 ada
131.200 orang penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang dengan
prevalensi 2,14%, dan angka tersebut mengalami peningkatan pada tahun
2013 jumlah penduduk 6.205,153 ada 136.671 penyalahgunaan narkotika
dan obat terlarang dengan prevalensi 2,20%, dan pada tahun 2014 dari
jumlah penduk 6.279.928 ada 142.141 orang penyalahguna dengan
prevalensi 2,25% jumlah ini akan terus meningkat jika tidak ada
penanganan yang tepat (BNN 2014).
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan NAPZA?
2. Apa saja jenis-jenis (Narkotika, Psikotropika)?
3. Bagaimana Penyalahgunaan dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika)?
4. Efek Dan dampak apa saja yang ditimbulkan dari pemakaian NAPZA
(Narkotika, Psikotropika)?
5. Faktor apa saja yang menjadi penyebab penggunaan NAPZA?
6. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan penggunaan
NAPZA?

iii
C. Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan menjadi sumber informasi
mahasiswa sehingga dapat menjelaskan mengenai NAPZA. Mahasiswa
juga mampu memberikan implementasi yang tepat dalam upaya pemberian
pelayanan kesehatan pada klien yang mengalami NAPZA.
Pentingnya mengetahui apa itu NAPZA dan dampak dari
penyalahgunaan NAPZA bagi kehidupan masyarakat terutama kaum
remaja. Besarnya peran orang tua, pendidik, dan tenaga kesehatan dalam
memberikan pendidikan kepada anak-anaknya mnengenai NAPZA sangat
besar. Jika orang tua tidak mampu melakukan pendekatan terhadap anak-
anaknya maka anak akan merasa bebas dan melakukan apapun yang ingin
dilakukannya termasuk pergaulan bebas yang akan membawanya ke
penyalahgunaan NAPZA. Oleh sebab itu, sangat di tekankan pendidikan
dan pendekatan dari orang tua sejak dini. Selanjutnya adalah peran
pendidik dan tenaga kesehatan sebagai pemberi edukasi di kalangan
masyarakat. Makalah ini juga merupakan media bagi para masyarakat
terkhusus remaja untuk mengetahui apa itu NAPZA dan bagaimana
dampak penyalahgunaan NAPZA

iv
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Menurut Sumiati dkk (2009), NAPZA adalah singkatan untuk narkotika,

alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lain. Narkotika menurut farmakologi

adalah zat yang dapat menghilangkan rasa membius (opiat).

Narkotika menurut UndangUndang RI no. 22 tahun 1997 adalah opiat

ganja dan kokain. Zat adiktif adalah zat yang bila digunakan secara teratur,

sering, dalam jumlah yang cukup banyak, dapat membuat ketergantungan

(adiksi). Teori herarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Maslow

(2009) dapat dikembangkan untuk menjelaskan kebutuhan dasar manusia

sebagai berikut: kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan perlindungan,

kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki, kebutuhan akan harga

diri maupun perasaan dihargai, kebutuhan aktualisasi diri. Menurut Bloom

(2009), ada empat faktor yang mempengaruhi status kesehatan seseorang,

yaitu herediter (keturunan), layanan kesehatan, lingkungan, dan perilaku.

Perilaku peningkatkan kesehatan adalah perilaku dimana klien memandang

kesehatan sebagai suatu tujuan dan mengikuti program pelayanan kesehatan

atau melaksanakan aktivitas yang ditunjukan untuk mencapai atau

mempertahankan kesehatan yang optimal (Perry dan Potter, 2010).

B. Jenis-jenis Narkotika dan Psikotropika

Menurut Kusumawati (2010) jenis-jenis narkotika dan psikotropika adalah

sebagai berikut :

1. Golongan Narkotika

a. Narkotika Golongan I :

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan,


dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi

5
menimbulkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan 1 heroin/putauw,

kokain, ganja.

b. Narkotika Golongan II :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir

dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Contoh kodein.

c. Narkotika Golongan III :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein).

2. Golongan Psikotropika

Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma

ketergantungan digolongkan menjadi 4 golongan yaitu :

a. Psikotropika Golongan I :

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat
kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD).

b. Psikotropika Golongan II :

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam

terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan . (Contoh amfetamin, metilfenidat

atau ritalin).

c. Psikotropika Golongan III :

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam

terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

6
sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital,

Flunitrazepam).

d. Psikotropika Golongan IV :

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam

terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam,

bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti

pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).

3. Zat adiktif lainnya

Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar

yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :

a. Minuman berakohol

Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan

syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari

dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan

narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh

manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol :


1) Golongan A : kadar etanol 1-5% (Bir)

2) Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)

3) Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson

House, Johny Walker, Kamput.)

7
Ayat yang berhubungan:

Surah Al-Maidaa Ayat 90

  

  

  

  

  



Artinya:
90. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan.
Pembahasannya: Sertiap minuman yang memabukkan adalah khamar
dan yang setiap memabukkan adalah haram.barang siapa yang kecanduan
minuman keras dan mati kemudian tidak bertaubat maka nanti ia tidak
akan meminumnya di akhirat.

b. Inhalansia

Gas yang dihirup dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa

senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah


tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan

adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.

c. Tembakau

Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.

Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan

alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan,

8
karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan

NAPZA lain yang berbahaya.

C. Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika

Menurut Keliat (2009), jenis-jenis penyalahgunaan narkotika dan psikotropika

sebagai berikut:

1. Golongan Narkotika

a. Opiad

Opioid atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium, Papaver

somniverum, yang mengandung kira-kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin.

Nama Opioid juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat

dari opium dan narkotik sintetik yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak

didapatkan dari opium. opiat alami lain atau opiat yang disintesis dari opiat

alami adalah heroin (diacethylmorphine), kodein (3-methoxymorphine), dan

hydromorphone (Dilaudid).

1) Efek samping yang ditimbulkan

Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara,

kerusakan penglihatan pada malam hari, mengalami kerusakan pada liver


dan ginjal, peningkatan resiko terkena virus HIV dan hepatitis dan

penyakit infeksi lainnya melalui jarum suntik dan penurunan hasrat dalam

hubungan sex, kebingungan dalam identitas seksual, kematian karena

overdosis.

2) Gejala intoksitasi (keracunan) opioid

Konstraksi pupil (atau dilatasi pupil karena anoksia akibat

overdosis berat) dan satu (atau lebih) tanda berikut, yang berkembang

selama, atau segera setelah pemakaian opioid, yaitu mengantuk atau koma

bicara cadel ,gangguan atensi. Perilaku mal adaptif atau perubahan

psikologis yang bermakna secara klinis misalnya: euforia awal diikuti oleh

9
apatis, disforia, agitasi atau retardasi psikomotor, gangguan

pertimbangaan, atau gangguan fungsi sosial atau pekerjaan) yang

berkembang selama, atau segera setelah pemakaian opioid.

3) Gejala putus obat dari ketergantungan opioid

Kram otot parah dan nyeri tulang, diare berat, kram perut, rinorea

lakrimasipiloereksi, menguap, demam, dilatasi pupil, hipertensi takikardia

disregulasi temperature. Seseorang dengan ketergantungan opioid jarang

meninggal akibat putus opioid, kecuali orang tersebut memiliki penyakit

fisik dasar yang parah, seperti penyakit jantung. Gejala residual seperti

insomnia, bradikardia, disregulasi temperatur, dan kecanduan opiat

mungkin menetap selama sebulan setelah putus zat. Pada tiap waktu

selama sindroma abstinensi, suatu suntikan tunggal morfin atau heroin

menghilangkan semua gejala. Gejala penyerta putus opioid adalah

kegelisahan, iritabilitas, depresi, tremor, kelemahan, mual, dan muntah.

Turunan opioid (OPIAD) yang sering disalahgunakan adalah :

1) Candu

Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menyadap


(menggores) buah yang hendak masak. Getah yang keluar berwarna putih

dan dinamai "Lates". Getah ini dibiarkan mengering pada permukaan buah

sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolah akan menjadi

suatu adonan yang menyerupai aspal lunak. Inilah yang dinamakan candu

mentah atau candu kasar. Candu kasar mengandung bermacam-macam

zat-zat aktif yang sering disalahgunakan. Candu masak warnanya coklat

tua atau coklat kehitaman. Diperjual belikan dalam kemasan kotak kaleng

dengan berbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak,burung elang, bola

dunia, cap 999, cap anjing, dsb. Pemakaiannya dengan cara dihisap.

2) Morfin

10
Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin

merupaakan alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya

pahit, berbentuk tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan

berwarna. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan.

3) Heroin (putaw)

Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin

dan merupakan jenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di

Indonesia pada akhir - akhir ini . Heroin, yang secara farmakologis mirip

dengan morfin menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan

mood yang tidak menentu. Walaupun pembuatan, penjualan dan pemilikan

heroin adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien

dengan penyakit kanker terminal karena efek analgesik dan euforik-nya

yang baik.

4) Codein

Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein

lebih lemah daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan

ketergantungaan rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan


jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan.

5) Demerol

Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat

ditelan atau dengan suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan

tidak berwarna.

6) Methadon

Saat ini Methadone banyak digunakanorang dalam pengobatan

ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati

overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Sejumlah besar narkotik

sintetik (opioid) telah dibuat, termasuk meperidine (Demerol), methadone

11
(Dolphine), pentazocine (Talwin), dan propocyphene (Darvon). Saat ini

Methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan

opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid

dan ketergantungan opioid. Kelas obat tersebut adalah nalaxone (Narcan),

naltrxone (Trexan), nalorphine, levalorphane, dan apomorphine. Sejumlah

senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis,

dan senyawa tersebut adalah pentazocine, butorphanol (Stadol), dan

buprenorphine (Buprenex). Beberapa penelitian telah menemukan bahwa

buprenorphine adalah suatu pengobatan yang efektif untuk ketergantungan

opioid. Nama popoler jenis opioid : putauw, etep, PT, putih.

7) Kokain

Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan

merupakan zat yang sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang

didapatkan dari tanaman belukar Erythroxylon coca, yang berasal dari

Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman belukar ini biasanya

dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek

stimulan.Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal,


khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek

vasokonstriksifnya juga membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu

narkotik, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif dan efek

merugikannya telah dikenali. Nama lain untuk Kokain : Snow, coke, girl,

lady dan crack ( kokain dalam bentuk yang paling murni dan bebas basa

untuk mendapatkan efek yang lebih kuat ).

2. Golongan Psikotropika

Psikotropika yang sekarang sedang populer dan banyak

disalahgunakan adalah psikotropika Gol I, diantaranya yang dikenal

12
dengan Ecstasi dan psikotropik Gol II yang dikenal dengan nama Shabu-

shabu.

a. Ecstasy

Rumus kimia XTC adalah 3-4-Methylene-Dioxy-Methil-Amphetamine

(MDMA). Senyawa ini ditemukan dan mulai dibuat di penghujung akhir abad

lalu. Pada kurun waktu tahun 1950-an, industri militer Amerika Serikat

mengalami kegagalan didalam percobaan penggunaan MDMA sebagai serum

kebenaran. Setelah periode itu, MDMA dipakai oleh para dokter ahli jiwa.

XTC mulai bereaksi setelah 20 sampai 60 menit diminum. Efeknya

berlangsung maksimum 1 jam. Seluruh tubuh akan terasa melayang. Kadang-

kadang lengan, kaki dan rahang terasa kaku, serta mulut rasanya kering. Pupil

mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula akan

timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu

diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak

terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita menjadi hebat

dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi hilang. Kepala terasa

kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti ini, kita merasa
membutuhkan teman mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk

menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan berangsur-angsur

menghilang dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu kita akan merasa sangat

lelah dan tertekan.

b. Shabu-shabu

Shabu-shabu berbentuk kristal, biasanya berwarna putih, dan dikonsumsi

dengan cara membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari

ujung satu ke arah ujung yang lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya

dihirup dengan sebuah Bong (sejenis pipa yang didalamnya berisi air). Air

Bong tersebut berfungsi sebagai filter karena asap tersaring pada waktu

13
melewati air tersebut. Ada sebagian pemakai yang memilih membakar Sabu

dengan pipa kaca karena takut efek jangka panjang yang mungkin ditimbulkan

aluminium foil yang terhirup. Sabu sering dikeluhkan sebagai penyebab

paranoid (rasa takut yang berlebihan), menjadi sangat sensitif (mudah

tersinggung), terlebih bagi mereka yang sering tidak berpikir positif, dan

halusinasi visual. Masing-masing pemakai mengalami efek tersebut dalam

kadar yang berbeda. Jika sedang banyak mempunyai persoalan / masalah

dalam kehidupan, sebaiknya narkotika jenis ini tidak dikonsumsi. Hal ini

mungkin dapat dirumuskan sebagai berikut: masalah + sabu = sangat

berbahaya. Selain itu, pengguna Sabu sering mempunyai kecenderungan untuk

memakai dalam jumlah banyak dalam satu sesi dan sukar berhenti kecuali jika

Sabu yang dimilikinya habis. Hal itu juga merupakan suatu tindakan bodoh

dan sia-sia mengingat efek yang diinginkan tidak lagi bertambah (The Law Of

Diminishing Return). Beberapa pemakai mengatakan Sabu tidak

mempengaruhi nafsu makan. Namun sebagian besar mengatakan nafsu makan

berkurang jika sedang mengkonsumsi Sabu. Bahkan banyak yang mengatakan

berat badannya berkurang drastis selama memakai Sabu.


3. Jenis-Jenis Bahan Berbahaya Lainnya

Bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan Narkotika dan

Psikotropika atau Zat-zat baru hasil olahan manusia yang menyebabkan

kecanduan.

a. Minuman Keras adalah semua minuman yang mengandung Alkohol tetapi

bukan obat.

1) Efek Samping Yang Ditimbulkan

Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat

dirasakan segera dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya

berbeda-beda, tergantung dari jumlah / kadar alkohol yang dikonsumsi.

14
Dalam jumlah yang kecil, alkohol menimbulkan perasaan relax, dan

pengguna akan lebih mudah mengekspresikan emosi, seperti rasa senang,

rasa sedih dan kemarahan. Bila dikonsumsi lebih banyak lagi, akan

muncul efek sebagai berikut : merasa lebih bebas lagi mengekspresikan

diri, tanpa ada perasaan terhambat menjadi lebih emosional (sedih, senang,

marah secara berlebihan) muncul akibat ke fungsi fisik - motorik, yaitu

bicara cadel, pandangan menjadi kabur, sempoyongan, inkoordinasi

motorik dan bisa sampai tidak sadarkan diri.

Kemampuan mental mengalami hambatan, yaitu gangguan untuk

memusatkan perhatian dan daya ingat terganggu, mulut rasanya kering.

Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula

akan timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan bernafas

(untuk itu diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut

biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah

kita menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi

hilang. Kepala terasa kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti

ini, kita merasa membutuhkan teman mengobrol, teman bercermin, dan


juga untuk menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan

berangsur-angsur menghilang dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu

kita akan merasa sangat lelah dan tertekan.

b. Nikotin

Obat yang bersifat adiktif, sama seperti Kokain dan Heroin. Bentuk

nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang dihisap dalam bentuk

rokok, cerutu, dan pipa. Tembakau juga dapat digunakan sebagai tembakau

sedotandandikunyah. Walaupun kampanye tentang bahaya merokok sudah

menyebutkan betapa berbahaya merokok bagi kesehatan tetapi pada

15
kenyataannya sampai saat ini masih banyak orang yang terus merokok. Hal ini

membuktikan bahwa sifat adiktif dari nikotin adalah sangat kuat.

1) Efek Samping Yang Ditimbulkan

Secara perilaku, efek stimulasi dari nikotin menyebabkan

peningkatan perhatian, belajar, waktu reaksi, dan kemampuan untuk

memecahkan maslah. Menghisap rokok meningkatkan mood, menurunkan

ketegangan dan menghilangkan perasaan depresif. Pemaparan nikotin

dalam jangka pendek meningkatkan aliran darah serebral tanpa mengubah

metabolisme oksigen serebtral.

Tetapi pemaparan jangka panjang disertai dengan penurunan aliran

darah serebral. Berbeda dengan efek stimulasinya pada sistem saraf pusat,

bertindak sebagai relaksan otot skeletal. Komponen psikoaktif dari

tembakau adalah nikotin. Nikotin adalah zat kimia yang sangat toksik.

Dosis 60 mg pada orang dewasa dapat mematikan, karena paralisis (

kegagalan ) pernafasan.

c. Desainer

Zat Desainer adalah zat-zat yang dibuat oleh ahli obat jalanan. MEreka
membuat obat-obat itu secara rahasia karena dilarang oleh pemerintah. Obat-

obat itu dibuat tanpa memperhatikan kesehatan. Mereka hanya memikirkan

uang dan secara sengaja membiarkan para pembelinya kecanduan dan

menderita. Zat-zat ini banyak yang sudah beredar dengan nama speed ball,

Peace pills, crystal, angel dust rocket fuel dan lain-lain.

D. Efek/akibat pemakaian zat

Menurut Keliat (2009), efek/akibat pemakaian zat sebagai berikut:

Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA dapat

digolongkan menjadi 3 golongan :

16
1. Golongan Depresan (Downer)

Jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh.

Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan

membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk

Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik

(otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.

2. Golongan Stimulan (Upper)

Jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan

meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi

aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah :

Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain.

3. Golongan Halusinogen

Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang

bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya

pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu.

Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk :

Kanabis (ganja), LSD, Mescalin.


Namun, secara umum dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada

fisik, psikis maupun sosial seseorang.diantaranya :

a. Dampak Fisik:

Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi,

gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.

1) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti:

infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.

2) Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi,

eksim.

17
3) Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi

pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.

4) Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh

meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur.

5) Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin,

seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron,

testosteron), serta gangguan fungsi seksual.

6) Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara

lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan

amenorhoe (tidak haid).

7) Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian

jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti

hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya.

8) Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis

yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya.

Over dosis bisa menyebabkan kematian

b. Dampak Psikologi:
1) Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah

2) Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga

3) Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal

4) Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

5) Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri

6) Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan

7) Merepotkan dan menjadi beban keluarga

8) Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram

Dampak fisik dan psikis berhubungan erat. Ketergantungan fisik

akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus

18
obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis

berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (biasa disebut sugest).

Gejala fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti

dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif,

dll.

E. Faktor penyebab penyalahgunaan narkoba

Menurut Hidayat (2009), faktor penyebab penyalahgunaan narkoba antara

lain:

1. Ingin terlihat gaya

Zat terlarang jenis tertentu dapat membuat pamakainya menjadi

lebih berani, keren, percaya diri, kreatif, santai, dan lain sebagainya. Efek

keren yang terlihat oleh orang lain tersebut dapat menjadi trend pada

kalangan tertentu sehingga orang yang memakai zat terlarang itu akan

disebut trendy, gaul, modis, dan sebagainya.

2. Solidaritas Kelompok

Suatu kelompok orang yang mempunyai tingkat kekerabatan yang

tinggi antar anggota biasanya memiliki nilai solidaritas yang tinggi.


Misalnya, jika ketua atau beberapa anggota kelompok yang berpengaruh

pada kelompok itu menggunakan narkotik, maka biasanya anggota yang

lain baik secara terpaksa atau tidak terpaksa akan ikut menggunakan

narkotik itu agar merasa seperti keluarga senasib sepenanggungan.

3. Menghilangkan rasa sakit

Seseorang yang memiliki suatu penyakit atau kelainan yang dapat

menimbulkan rasa sakit yang tidak tertahankan dapat membuat orang jadi

tertarik jalan pintas untuk mengobati sakit yang dideritanya yaitu dengan

menggunakan obat-obatan dan zat terlarang.

4. Coba-coba / penasaran

19
Dengan merasa tertarik melihat efek yang ditimbulkan oleh suatu

zat yang dilarang, seseorang dapat memiliki rasa ingin tahu yang kuat

untuk mencicipi nikmatnya zat terlarang tersebut. Jika iman tidak kuat,

maka seseorang dapat mencoba ingin mengetahui efek dari zat terlarang.

Tanpa disadari dan diinginkan orang yang sudah terkena zat terlarang itu

akan ketagihan dan akan melakukannya lagi berulang-ulang tanpa bisa

berhenti.

5. Menyelesaikan Masalah

Orang yang dirudung banyak masalah dan ingin lari dari masalah

dapat terjerumus dalam pangkuan narkotika, narkoba atau zat adiktif agar

dapat tidur nyenyak atau jadi gembira ria dan kemudian merasa

masalahnya terselesaikan sejenak.

6. Mencari Tantangan / Kegiatan Beresiko

Bagi orang-orang yang senang dengan kegiatan yang memiliki

resiko tinggi dalam menjalankan aksinya ada yang menggunakan obat

terlarang agar bisa menjadi yang terhebat, penuh tenaga dan penuh percaya

diri.
F. Upaya pencegafan dan penanggulangan

Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dapat

dilakukan melalui beberapa cara, sebagai berikut ini (Depkes,2009) :

a. Preventif (pencegahan), yaitu untuk membentuk masyarakat yang

mempunyai ketahanan dan kekebalan terhadap narkoba. Pencegahan

adalah lebih baik dari pada pemberantasan. Pencegahan penyalahgunaan

Narkoba dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti pembinaan dan

pengawasan dalam keluarga, penyuluhan oleh pihak yang kompeten baik

di sekolah dan masyarakat, pengajian oleh para ulama, pengawasan

tempat-tempat hiburan malam oleh pihak keamanan, pengawasan obat-

20
obatan illegal dan melakukan tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk

mengurangi atau meniadakan kesempatan terjadinya penyalahgunaan

Narkoba.

b. Represif (penindakan), yaitu menindak dan memberantas penyalahgunaan

narkoba melalui jalur hokum, yang dilakukan oleh para penegak hukum

atau aparat kemananan yang dibantu oleh masyarakat. Jika masyarakat

mengetahui harus segera melaporkan kepada pihak berwajib dan tidak

boleh main hakim sendiri.

c. Kuratif (pengobatan), bertujuan penyembuhan para korban baik secara

medis maupun dengan media lain. Di Indonesia sudah banyak didirikan

tempat-tempat penyembuhan dan rehabilitas pecandu narkoba seperti

Yayasan Titihan Respati, pesantren-pesantren, yayasan Pondok Bina Kasih

dll.

d. Rehabilitatif (rehabilitasi), dilakukan agar setelah pengobatan selesai para

korban tidak kambuh kembali “ketagihan” Narkoba. Rehabilitasi berupaya

menyantuni dan memperlakukan secara wajar para korban narkoba agar

dapat kembali ke masyarakat dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.


Kita tidak boleh mengasingkan para korban Narkoba yang sudah sadar dan

bertobat, supaya mereka tidak terjerumus kembali sebagai pecandu

narkoba.

21
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Tahap pengkajian terdiri atas kumpulan data yang meliputi data biologis,
psikologis, social, dan spiritual. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah
sebagai berikut :
1. Identitas
a. Nama
b. TTL
c. Umur
d. Agama
e. Pekerjaan
f. Alamat
2. Kaji situasi kondisi penggunaan zat
a. Kapan zat digunakan
b. Kapan zat menjadi lebih sering digunakan/mulai menjadi masalah
c. Kapan zat dikurangi/dihentikan, sekalipun hanya sementara
3. Kaji risiko yang berkaitan dengan penggunaan zat
a. Berbagi peralatan suntik
b. Perilaku seks yang tidak nyaman
c. Menyetir sambil mabuk
d. Riwayat over dosis
e. Riwayat serangan (kejang) selama putus zat
4. Kaji pola penggunaan
a. Waktu penggunaan dalam sehari (pada waktu menyiapkan makan
malam)Penggunaan selama seminggu
b. Tipe situasi (setelah berdebat atau bersantai di depan TV
c. Lokasi (timbul keinginan untuk menggunakan NAPZA setelah berjalan
melalui rumah Bandar)
d. Kehadiran atau bertemu orang-orang tertentu (mantan pacar, teman pakai)

22
e. Adanya pikiran-pikiran tertentu (“Ah, sekali nggak bakal ngerusak” atau
“Saya udah nggak tahan lagi nih, saya harus make”)
f. Adanya emosi-emosi tertentu (cemas atau bosan)
g. Adanya faktor-faktor pencetus (jika capek, labil, lapar, tidak dapat tidur atau
stress yang berkepanjangan.
5. Kaji hal baik/buruk tentang penggunaan zat maupun tentang kondisi bila
tidak menggunakan
a. Pohon Masalah
b. Resiko Menciderai Diri
c. Gangguan Konsep Diri
d. Koping mal adaptif
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan buku SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia) pada
klien dengan penyalahgunaan napza sebagai berikut:
1. Koping tidak efektif berhubungan dengan kerentanan pribadi;kesulitan
menangani situasi baru.
2. Ketidakberdayaan berhubungan dengan adiksi zat dengan tanpa periode
pantangan. Episode kesadaran kompulsif berupaya untuk pada gaya hidup
tidak berdaya.
3. Harga diri rendah berhubungan dengan stigma sosial yang melekat pada
penyalahgunaan zat.
C. Intervensi keperawatan
Berdasarkan buku SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dan
buku DUNGUS pada klien dengan penyalahgunaan napza sebagai berikut:
1. Koping tidak efektif berhubungan dengan kerentanan pribadi: kesulitan
menangani situasi baru
1) Observasi
a. Identifikasi respons emosional terhadap kondisi saat ini
b. Identifikasi beban prognosis secara psikologis
c. Identifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan setelah pulang
d. Identifikasi kesesuaian antara harapan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan

23
2) Terapeutik
a. Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga
b. Terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang tidak menghakimi
c. Diskusikan rencana medis dan perawatan
d. Fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan keluarga atau antar
anggota keluarga
e. Fasilitas pengambilan keputusan dalam merencanakan perawatan jangka
panjang, jika perlu
f. Fasilitas anggota keluarga dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan konflik
nilai
g. Fasilitas pemenuhan kebutuhan dasar keluarga (mis. tempat tinggal, makanan,
pakaian)
h. Fasilitas anggota keluarga melalui proses kematian dan berduka, jika perlu
i. Fasilitas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan peralatan yang di
perlukan untuk mempertahankan keputusan perawatan pasien
j. Bersikap sebagai pengganti keluarga untuk menenangkan pasien dan/atau jika
keluarga tidak dapat memberikan perawatan
k. Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang di gunakan
l. Berikan kesempatan berkunjung bagi anggota keluarga
3) Edukasi
a. Informasikan kemajuan pasien secara berkala
b. Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia
4) Kolaborasi
a. Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu
5) Mandiri
a. Pastikan dengan apa pasien ingin di sebut atau di panggil
Rasional : menunjukkan penghargaan dan hormat, dan memberikan rasa
orientasi dan kontrol
b. Tunjukkan pemahaman dan situasi saat ini dan metode koping sebelumnya
atau yang lain terhadap masalah kehidupan
Rasional : memberikan informasi terhadap derajat menyangkal,
mengidentifikasi koping yang di gunakan pada rencana perawatan saat ini

24
c. Hadapi dan periksa menyangkal kelompok sebayah
Rasional : menyangkal adalah pertahanan utama pada adiktif. Kontfontasi oleh
teman senasib membantu menerima realita penggunaan obat adalah masalah
utama
d. Tetap bersikap tidak menghakimi, waspada terhadap perubahan dalam
perilaku misalnya gelisah, peningkatan ketegangan
Rasional : kontrofontasi menimbulkan peningkatan agitasi, yang menurunkan
keamanan pasien atau staf
e. Berikan umpan balik positif untuk mengekspresikan pasien kesadaran
terhadap menyangkal pada diri sendiri atau orang lain
Rasional : umpan balik positif perlu untuk meningkatkan harga diri dan
menguatkan kesadaran diri dalam perilaku
f. Pertahanan harapan pasti bahwa pasien ikut serta dalam kelompok pemulihan
atau terapi secara teratur
Rasional : ikutsertaan di hubungkan dengan penerimaan kebutuhan terhadap
bantuan, untuk bekerja dengan menyangkal, dan untuk mempertahankan bebas
obat dalam jangka panjang
g. Atur aktivitas hiburan yang berhubungan dengan pemulihan misalnya aktivitas
sosial dalam kelompok pendukung dimana isu-isu bebas dari zat terdeteksi
Rasional : penemuan metode alternatif dari rekreasi dan untuk koping
terhadap kebutuhan obat dapat mengingatkan pasien bahwa adiksi adalah
proses hidup jangka panjang dan kesempatan untuk mengubah pola tersedia.
h. Gunakan dukungan sebaya untuk mendapatkan cara-cara koping pada
kebutuhan obat
Rasional : kelompok bantuan diri adektif tersedia untuk belajar dan
meningkatkn pantangan pada setiap anggota dengan pemahaman dan
dukungan serta tekanan dari sebaya
i. Berikan informasi tentang pengguanaan adiktif versus eksperiental, pengunaan
kadang-kadang, teori gangguan biokomia/genetik (predisposisi genetik),
penggunaan teraktivasi oleh lingkunga, farmakologi stimula, keinginan
komplusif sesuai dengan kejadian jangka panjang

25
Rasional : progresif kontinum penggunaan pada individu adiksi adalah dari
ekperimental atau rekreasi untuk penggunaan adiktif
j. Dorong dan dukung pengambilan tanggung jawab pasien untuk pemulihannya
sendiri (misalnya, perkembangan perilaku alternatif untuk penggunaan obat).
Bantu pasien untuk belajar tanggung jawabnya pada pemulihan
Rasional : menyangkal pada di pindahkan denga tindakan tanggung jawab bila
pasien menerima realita tanggung jawabnya sendiri
k. Susun batasan dan hadapi upaya untuk membuat pemberi perawatan
menanggung kebutuhan khusus. Memebuat pengecualiaan untuk tidak
mengikuti perilaku yang di setujui berupa untuk melanjutkan penggunaan obat
Rasional : pasien telah belajar perilaku manipulatif sepanjang hidupnya dan
perlu belajar cara baru untuk memenuhi kebutuhan. Dengan mengikuti
konsekuensi kegagalan untuk mempertahankan batasan dapat membantu
pasien mengubah perilaku tidak efektif
a. Bantu pasien untuk belajar atau mendorong penggunaan keterampilan
relaksasi, bimbingan imajinasi, visualisasi.
Rasional : membantu pasien untuk rileks memgembangkan cara baru untuk
menghadapi stres, mengatasi masalah.

2. Ketidakberdayaan berhubungan dengan adiksi zat dengan tanpa periode

pantangan. Episode kesadaran kompulsif berupaya untuk pada gaya hidup


tidak berdaya.

1) Observasi

a. Identifikasi kemungkinan perilaku berisiko penyalahgunaan zat

2) Terapeutik

a. Motivasi mentolelir peningkatan tingkat stres

b. Motivasi mengantisipasi lingkungan yang mengakibatkan stres

c. Motivasi pengambilan keputusan dalam memilih gaya hidup

d. Motivasi mengikuti program sekolah,tempat kerja atau sosial

e. Motivasi keluarga mendukungan kebijakan pelarangan zat

f. Diskusi strategi pengurangan stres

26
g. Diskusi cara mempersiapakan diri dalam kondisi stres

h. Libatkan dalam program aktivitas kelompok masyarakat maupun pelayanan

i. Dukungan program yang mengatur penjualan dan distribusi zat (misalnya.anak

dibawah umur)

j. Fasilitas dalam mengoganisir kegiatan bagi remaja(misalnya.rekreasi,reuni)

k. Fasilitas dalam mengkoordinasi berbagai kelompok masyrakat.

3) Edukasi

a. Latihan kemampuan asertif

b. Latihan pikiran dan perilaku dalam mengurangi kondisi stres

c. Ajurkan menghindari perilaku isolasi sosial

d. Ajarkan keluarga tentang penggunaan zat secara substansial

e. Ajarkan keluarga mengidentifikasi tanda dan gejala kecanduan

f. Anjurkan keluarga berpartisipasi dalam kegiatan anak disekolah.

4) Kolaborasi

a. Rujukan pada/bantu membuat perjanjian pada program pengobatan untuk

kesinambungan setelah pulang program penatalaksanaan obat hospitalisasi.

5) Mandiri
a. Bantu pasien untuk mengenal adanya masalah.

Rasional: pasien lebih mampu untuk menerima kebutuhan pengobatan pada

saat ini.

b. Identifikasi tujuan berubah.

Rasional: membantu dalam merencanakan arah perawatan meningkatkan

keyakinan bahwa perubahan dapat terjadi.

c. Diskusikan solusi alternative.

Rasional: tukar pendapat membantu secara kreatif dalam mengidentifikasi

kemungkinan dan memeberikan rasa kontrol.

d. Bantu dalam memilih alternatif paling tepat.

27
Rasional: bila memungkinkan didiskusikan, maka solusi yang paling berguna

menjadi jelas.

e. Dukung keputusan dan implementasi alternatif pilihan.

Rasional: membantu pasien untuk menjalankan proses perubahan.

f. Diskusikan kebutuhan terhadap bantuan dalam perawatan, cara yang tidak

menghakimi.

Rasional: cara perawatan konfontatif lebih terapiutik karena pasien dapat

berespon secara defensif pada sikap moralistis menghambat pemulihan.

g. Diskusikan cara-cara dimana obat mempengaruhi okupasi hidup, hubungan

personal/interperdonal.

Rasional: keasadaran bagaimana obat mengontrol hidup penting dalam

menghilangkan penyangkalan/rasa tidak berdaya.

h. Gali dukungan dalam kelompok senasib, dorong pengungkapan tentang

kebutuhan obat, situasi yang meningkatkan keinginan untuk menuruti kata

hati, cara-cara gimana zat telah mengpengaruhi hidup.

Rasional: memerlukan bantuan dalam mengekspresikan diri, berbicara tentang

ketidakberdayaan, menerima kebutuhsan terhadap bantuan dalam rangka


menghadapi masalah dan memulai resolusi.

i. Bantu pasien untuk mempelajari cara-cara untuk menigkatkan kesehatan dan

struktur diversi kesehatan dari penggunaan obat, misalnya: diet seimbang,

istirahat adekuat akupuntur, biofeedback, teknik pengobatan dalam, latihan

misalnya: berjalan, lari jarak dekat/jauh.

Rasional: belajar untuk memperkuat diri dalam area konstruktif dapat

menguatkan kemampuan untuk melanjutkan pemulihan. Aktivitas ini

membantu memperbaiki keseimbangan biokimia alamiah, membantu

detoksifikasi, dan mengatasi stress, ansietas, penggunaan, dan waktu luang.

28
3. Harga diri rendah berhubungan dengan stigma sosial yang melekat pada
penyalahgunaan zat
1) Observasi
a. Identivikasi budaya,agama,ras,jenis kelamin dan usia terhadap harga diri
b. Monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri
c. Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan
2) Terapeutik
a. Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
b. Motivasi menerima tantangan atau hal baru
c. Diskusi pernyataan tentang harga diri
d. Diskusi kepercayaan terhadap penilaian diri
e. Diskusi pengalaman yang meningkatkan harga diri
f. Diskusi persepsi negatif diri
g. Diskusi alasan mengkritik diri atau rasa bersalah
h. Diskusi penetapan tujuan realistis untuk mencapai harga diri lebih tinggi
i. Diskusi bersama keluarga untuk menetapkan harapan dan batasan yang jelas
j. Berikan umpan balik positif atas peningkatan mencapai tujuan
k. Fasilitasi lingkungan dan aktifitas yang meningkatkan harga diri
3) Edukasi
a. Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam perkembangan konsep
positif deri pasien
b. anjurkan mengidentifikasi kekuatan yang di miliki
c. anjurkan mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang lain
d. anjurkan membuka diri terhadap kritik negatif
e. anjurkan mengevaluasi perilaku
f. anjurkan cara mengatasi bullying
g. latih peningkatan tanggung jawab untuk diri sendiri
h. latih pernyataan atau kemampuan positif diri
i. latih cara berfikir dan perilaku positif
j. latihan meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam menangani situasi

29
4) Kolaborasi
a. Libatkan terapi kelompok,misalnya:berbagi masalah dalam kelompok untuk
membantu mendorong pengungkapan,seperti anggota kelompok lain ada yang
dalam berbagai tahap pantangan obat dan memberikan jawaban masaalah pada
pasien
b. Berikan obat antipsikotik sesuai kebutuhan
c. Susun rencana untuk mengatasi masalah penyakit mental lain.
5) Mandiri
a. Memberikan kesempatan dan mendorong pengungkapan atau diskusi tentang
situasi invidu
Rasional: Pasien sering mengalami kesulitan mengekspresikan diri meskipun
sulit menerima betapa pentingnya zat yang telah di asumsi dalam hidup dan
hubungannya dengan situasi saat ini
b. Kaji status mental. Perhatikan adanya gangguan psikiatri lain (diagnosis
ganda)
Rasional: beberapa pasien menggunakan zat (alkohol dan obat lain) untuk
mengurangi depresi dan ansietas
c. Berikan waktu bersama pasien. Diskusikan perilaku/penggunaan zat dengan
pasien dengan cara tidak menghakimi
Rasional: Keberadaan perawat menunjukkan penerimaan terhadap individu
sebagai orang yang berharga. Diskusi memberikan kesempatan menyadari
masalah penyalahgunaan.
d. Berikan penguatan untuk tindakan positif dan dorongan pasien untuk
menerima masukan
Rasional: Kegagalan dan harga diri rendah telah menjadi masalah untuk
pasien. Yang memerlukan belajar untuk menerima diri sebagai individu
dengan atribut positif
e. Observasi interaksi keluarga, dinamika orang terdekat/pendukung

30
Rasional: Penyalahgunaan zat adalah penyakit keluarga. Dan bagaimana
anggota keluarga bertindak dan bereaksi pada perilaku pasien yang
mempengaruhi perjalanan penyakit pasien melihat dirinya.
Banyak yang secara tidak sadar menjadi masa bodoh membantu individu
menutupi konsekuensi penyalahgunaan.
f. Dorongan ekspresi perasaan bersalah, malu, dan marah.
Rasional: Pasien sering kehilangan penghargaan pada diri dan meyakini
bahwa situasinya tidak ada harapan. Ekspresi perasaan ini membantu pasien
mulai menerima tanggung jawab pada diri sendiri dan mengambil langkah
untuk membuat perubahan.
g. Bantu pasien untuk menerima bahwa penggunaan zat adalah masalah dan
masalah dapat diatasi tanpa menggunkan obat.
Rasional: Bila obat tidak lagi sebagai masalah. Pasien dapat mengatasi
masalah dan hidup tanpa menggunakan zat. Konfrontasi membantu pasien
menerima masalah.
h. Minta pasien untuk menyebutkan dan meninjau ulang kejadian penyerta dan
positif
Rasional: Ada masanya dalam hidup dimana orang mengalami keberhasilan.
Sering bila harga diri rendah sulit untuk mengingat keberhasilan/untuk
memandangnya berhasil
i. Gunakan tekhnik-tekhnik latihan peran.
Rasional: Membantu pasien mempraktikkan perkembangan, keterampilan
untuk menghadapi peran baru sebagai individu yang tidak lagi menggunakan
atau memerlukan obat untuk mengatasi masalah kehidupan.

31
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Sumiati dkk (2009), NAPZA adalah singkatan untuk
narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lain. Narkotika menurut
farmakologi adalah zat yang dapat menghilangkan rasa membius (opiat).
Narkotika menurut UndangUndang RI no. 22 tahun 1997 adalah
opiat ganja dan kokain. Zat adiktif adalah zat yang bila digunakan secara
teratur, sering, dalam jumlah yang cukup banyak, dapat membuat
ketergantungan (adiksi).
Adapun jenis-jenis Narkotika dan psikotropika menurut
Kusumawati (2010) adalah sebagai berikut:
1. Golongan Narkotika
a. Narkotika golongan I
b. Narkotika golongan II
c. Narkotika golongan III
2. Golongan Psikotropika
a. Psikotropika I
b. Psikotropika II
c. Psikotropika III
d. Psikotropika IV
Pada penyalahgunaan Narkotika dan Psikotrika adapun
golongannya adalah antara lain:
1. Golongan narkotika
a. Opioid (opiat)
1) Efek samping yang di timbulkan
2) Gejala intoksitasi (keracunan) opioid
3) Gejala putus obat dari ketergantungan opioid
Adapun turunan Opioid (opiat) yang salah gunakan adalah:
1) Candu
2) Morfin

32
3) Heroin (putaw)
4) Codein
5) Demerol
6) Methadon
7) Kokain
2. Golongan psikotropika
a. Ecstasy
b. Shabu-shabu
Adapun efek/ akibat pemakaian zat terhadap perilaku yang di
timbulkan dari Napza antara lain:
1. Golongan depresan (Downer)
2. Golongan stimulan (Upper)
3. Golongan halusinogen
Namun, secara umum dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik,
psikis, maupun sosial seseorang antara lain:
1. Dampak fisik
2. Dampak psikologi
Adapun faktor penyebab penggunan narkoba antara lain:
1. Ingin terlihat gaya
2. Solidaritas kelompok
3. Menghilangkan rasa sakit
4. Coba-coba/ penasaran
5. Menyelesaikan masalah
6. Mencari tantangan/ penanggulangan
Adapun upaya pencegahan dan penanggulangan adalah sebagai berikut:
1. Preventif (pencegahan)
2. Represif (penindakan)
3. Kuratif (pengobatan)
4. Rehabilitasi (rehabilitas)
Adapun proses asuhan keperawatan di mulai dari antara lain:
1. Pengkajian 3. Intervensi.
2. Diagnosa

33
DAFTAR PUSTAKA

Kusumawaati, Farida, 2010, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Salemba


Medika.
Keliat, Budi ana, 2009, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2,
EGC, Jakarta
Depkes. (2009). Keputusan Menteri kesehatan RI tentang pedoman
penyelenggaraan sarana pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan
dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya
(NAPZA). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Susi,Purwanti.2013.Analisis praktik klinik asuhan keperawatan masalah


kesehatan masyarakat perkotaan: ketidakberdayaan pada klien dengan
gangguan penggunaan opiat di RSKO Jakarta FIK UI.
David Alfredo¹, Blacius Dedi², Roselina Tambunan³.Implementasi
Hierarki Maslow kebutuhan klien pengguna Napza dalam meningkatkan
status kesehatan di panti rehabilitasi yayasan sekar Mawar
Lembang Study Phenomonologi.2013
Hidayat, A.A.A. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi,
Konsep, dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba.
Doenges,Marilynn.dkk.1999.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:EGC.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2017). Standar Diagnosis keperawatan Indonesia: Defenisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

34

Anda mungkin juga menyukai