Anda di halaman 1dari 13

Faktor Psikologi Dari Menarche Dan Perkembangan Siklus

Reproduksi
Mata Kuliah : Psikologi Kesehatan Reproduksi

Oleh Kelompok 6
Diva Febrisia Alver (1711213014)
Maisarah Agita Seprianto (1711212036)
Hanny Octavia (1711213001)
Rizky santari Dewi (1811216020)

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas
Padang
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Isu-Isu Terkini Kesehatan Reproduksi yang berjudul “Faktor Psikologi Dari
Menarche Dan Perkembangan Siklus Reproduksi”.
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas serta untuk dapat memperluas ilmu
tentang “Faktor Psikologi Dari Menarche Dan Perkembangan Siklus Reproduksi”,
yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Kami berharap
semoga makalah ini bisa menambah wawasan serta pengalaman pembaca.
Makalah ini tentunya masih banyak kekurangan karena pengalaman dan
pemahaman yang kami miliki masih kurang. Oleh karena itu kami berharap kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Padang, Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .................................................................... 1
1.3 Tujuan penulisan ...................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 2
2.1 Siklus Reproduksi ..................................................................... 2
2.2 Gambaran Respon Psikologis Saat Menarche Pada Siswi
Kelas 4-6 Khadijah Surabaya ................................................... 2
2.3 Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Remaja Putri
Prapubertas Ditinjau Dari Kelekatan Aman Anak Dan Ibu ...... 5
2.4 Hubungan Pengetahuan Menarche Dengan Kesiapan
Remaja Putri Menghadapi Menarche di SMP Negeri 3
Tidore Kepulauan ..................................................................... 6
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan .............................................................................. 9
3.2 Saran ........................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Siklus reproduksi manusia disebut juga siklus menstruasi yaitu periode dari awal
menstruasi sampai awal menstruasi berikutnya. Biasanya pada wanitanormal berkisar 28
hari. Siklus reproduksi dapat dibedakan menjadi 2 tahap utama yaitu tahap
perkembangan folikel (fasefolikuler), dan tahap perkembangan korpus luteum (fase
luteal).
Orang lain di sekitar anak yang mengalami menarche merupakan salah satu
diantara komponensosial yang ikutmempengaruhi respon anak terhadap menarche.
Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang diharapkan persetujuannya bagi
setiap gerak tingkah dan pendapatnya, seseorang yang tidak ingin dikecewakan, atau
seseorang yang berarti khusus bagi anak, akan banyak mempengaruhi pembentukan
respon terhadap kejadian menarche. Orang yang biasanya dianggap penting oleh anak,
diantaranya adalah orang tua terutama ibu dan juga kakak perempuan, orang yang status
sosialnyalebihtinggi, guru dan lain-lain.
Gejala psikologis dari menarche diantara-nya kecemasan dan ketakutan yang
kuat oleh keinginan untuk menolak proses fisiologis tersebut (Kartono, 2006).
Remajaputri yang mengalami menarche sering merasakan kebingungan dan kesedihan
(Dianawati, 2006). Hal ini terjadi dikarena-kan kebanyakan remaja tidak memahami
dasardari perubahan yang terjadi pada dirinya.

B. Rumusan Masalah
a. Apa itu psikolog dari menarcha dan perkembangan siklus reproduksi?
b. Apa faktor dari menarcha dan perkembangan siklus reproduksi?
c. Gejala dari menarcha dan perkembangan siklus reproduksi?
d. Apa itu tanda-tanda menarcha dan perkembangan siklus reproduksi?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui psikolog dari menarcha dan perkembangan siklus reproduksi.
b. Untuk mengetahui menarcha dan perkembangan siklus reproduksi.
c. Untuk mengetahui gejala dari menarcha dan perkembangan siklus reproduksi.
d. Untuk mengetahui tanda-tanda menarcha dan perkembangan siklus reproduksi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Siklus Reproduksi


Siklus reproduksi manusia disebut juga siklus menstruasi yaitu periode dari awal
menstruasi sampai awal menstruasi berikutnya. Biasanya pada wanita normal berkisar
28 hari. Siklus reproduksi dapat dibedakan menjadi 2 tahap utama yaitu tahap
perkembangan folikel (fase folikuler), dan tahap perkembangan korpus luteum (fase
luteal).
1. Fase folikuler, atau disebut juga fase proliferasi, dapat dibedakan menjadi:
a. Fase folikuler awal: dimulai sejak akhir fase luteal. Ditandai dengan peningkatan
kadar FSH, pertumbuhan folikel dengan pesat, dan kadar E2 dan P tidak ada
perubahan yang berarti.
b. Fase folikuler akhir: biasanya 7-8 hari sebelum ovulasi. Ditandai dengan
peningkatan kadar E2 dan mencapai puncaknya bersamaan dengan LH. Kadar
FSH menurun dan kadar LH naik, kadar P mulai meningkat. Peningkatan kadar
E2 dan P menyebabkan sedikit edematus dan vaskularisasi.
2. Fase ovulasi, ditandai dengan puncak sekresi LH dan turun dengan segera (surge
LH), pecahnya dinding folikel yang diikuti pelepasan sel telur (ovulasi), biasanya
terjadi 16-24 jam setelah puncak LH.
3. Fase luteal, atau sekretori: diawali oleh surge LH dan peningkatan kadar P.
4. Fase menstruasi; ditandai dengan perdarahan karena nekrosis endometrium yang
disebabkan oleh membran lisosom pecah kemudian membebaskan enzim-enzim
yang membentuk PGF2α. Darah menstruasi mengandung: reruntuhan jaringan (tissue
debris), PGF2α, dan fibrinolysin (untuk melisiskan gumpalan darah) dari jaringan
endometrium.

2.2. Gambaran Respon Psikologis Saat Menarche pada Siswi Kelas 4-6 Khadijah
Surabaya
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 50 responden hampir seluruhnya
(76%) memiliki respon negatif saat menarche. Respon negatif yang dirasakan oleh
responden dikarenakan menarche merupakan pengalaman pertama kalinya. Sesuatu hal
yang pertama kali akan memberikan pengalaman yang buruk seperti cemas, takut, sakit
dan malu. Pengalaman pertama yang dirasakan pada bagian tubuhnya yang sangat vital,
sehingga responden tidak siap dengan kondisi tersebut dan akhirnya menimbulkan
respon yang negatif.
Berdasarkan respon yang negatif saat menarche juga dipengaruhi oleh hasil
responden dari jawaban kuesioner yang salah dalam menjawab, yaitu pada hasil
pernyataan nomor 1, 2, 10, 12, 23, 24, 31, dan 34. Dari hasil pernyataan yang ada pada
nomor diatas menunjukkan bahwa responden merasa cemas, takut, sakit, dan malu
dalam perubahan fisiknya serta kurang pengalaman dalam menelaah secara fisiologis
yang menjadikan psikologis remaja putri kurang dalam merespon.
Hal ini sesuai dengan teori Suhaemi (2006) setelah mengalami menarche akan
terjadi perubahan morfologis dan fisiologis yang berpengaruh terhadap psikologis yang
berupa cemas, takut, sakit dan malu.
Berdasarkan rekapitulasi kuesioner didapatkan 4 peringkat tertinggi yang
termasuk respon negatif. Terbanyak pertama didapatkan pada nomor (1 dan 2),
terbanyak kedua didapatkan pada nomor (10 dan 12), terbanyak ketiga didapatkan pada
nomor (23 dan 24), dan terbanyak keempat didapatkan pada nomor (31 dan 34).
Terbanyak pertama yang terdapat pada pernyataan nomor 1 yang berbunyi “Saya
merasa cemas saat mengalami haid pertama kali”, dan pernyataan nomor 2 yang
berbunyi “Kecemasan saya membuat saya khawatir tanpa alasan yang jelas”. Dari
hasil diatas menunjukkan hampir seluruhnya (78,6%) responden merasa terganggu
dengan datangnya menstruasi karena tidak bisa bebas melakukan kegiatan apapun,
untuk itu mereka merasa cemas saat menstruasi datang dan kadang mereka sangat
terganggu jika sebelum menstruasi mengalami disminorhea.
Hal ini sesuai dengan teori Maulana (2008) bahwa banyak perempuan
mengalami ketidaknyaman fisik selama beberapa hari sebelum periode haid mereka
datang. Terbanyak kedua terdapat pada pernyataan nomor 10 yang berbunyi “Saya takut
karena haid merupakan tanda saya mempunyai penyakit”, dan pernyataan nomor 12
yang berbunyi “Saya takut teman-teman mengejek saya karena saya mengalami haid”.
Dari hasil diatas sebagian besar (74,5%) responden menjawab ”Ya” karena keluarnya
darah dari kemaluan untuk yang pertama kali dianggap penyakit pada organ-organ
perempuan.
Kondisi ini bertentangan dengan teori Desmita (2013) yang menyatakan bahwa
secara fisiologis menstruasi pertama atau menarche adalah kondisi yang wajar dan pasti
dialami oleh setiap wanita normal dan tidak perlu di risaukan. Terbanyak ketiga terdapat
pada pernyataan nomor 23 yang berbunyi “Saya kesulitan tidur saat mengalami haid
pertama kali”, dan pernyataan nomor 24 yang berbunyi “Saya merasakan diri saya
seperti sedang sakit saat mengalami haid pertama”. Dari hasil diatas setengahnya
(49,4%) responden menjawab “Ya” jika beberapa hari sebelum menstruasi wanita
mengalami ketidaknyamanan fisik salah satunya sakit pada payudara. Keadaan ini wajar
karena sebelum menstruasi terjadi perubahan hormone FSH dan LH. Hal ini sesuai
dengan teori Sarwono (2013) bahwa tanda-tanda menstruasi adalah sebagai berikut
nyeri pada payudara, perubahan emosional, perubahan pada bagian tubuh dan
keputihan. Dan terbanyak yang keempat terdapat pada pernyataan nomor 31 yang
berbunyi “Saya malu karena bokong saya terlihat besar karena harus memakai
pembalut” dan pernyataan nomor 34 yang berbunyi “Saya malu mengakui bahwa saya
mengalami haid pertama kali, terutama kepada teman-teman saya”. Dari hasil diatas
hampir setengahnya (49,7%) responden setuju dengan pernyataan “saya lebih senang
menarik diri dari lingkungan dan lebih senang menyendiri”. Hal ini sesuai dengan teori
Siti Hajar (2013) yang menyatakan bahwa pada saat menstruasi rasa percaya diri akan
berkurang dan akan merasa takut gagal karena daya tahan tubuh atau fisiknya akan
menurun
Orang lain di sekitar anak yang mengalami menarche merupakan salah satu
diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi respon anak terhadap menarche.
Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang diharapkan persetujuannya bagi
setiap gerak tingkah dan pendapatnya, seseorang yang tidak ingin dikecewakan, atau
seseorang yang berarti khusus bagi anak, akan banyak mempengaruhi pembentukan
respon terhadap kejadian menarche. Orang yang biasanya dianggap penting oleh anak,
diantaranya adalah orang tua terutama ibu dan juga kakak perempuan, orang yang status
sosialnya lebih tinggi, guru dan lain-lain.
Pembentukan respon anak terhadap menarche bukan saja tugas sekolah namun
juga tugas keluarga, pihak kesehatan dan seluruh elemen terkait. Proses pembelajaran
dapat dilakukan secara terintegrasi atau simultan, dimana pihak sekolah bekerja sama
dengan pihak puskesmas yang didukung orang tua untuk memberikan pemahaman yang
benar tentang menarche.

2.3 Kesiapan Menghadapi Menarche pada Remaja Putri Prapubertas Ditinjau


dari Kelekatan Aman Anak dan Ibu.
Pada perempuan, pubertas berbentuk peristiwa haid pertama yang disebut
menarche. Menurut Sarwono (2010), menarche adalah tahap perkembangan fisik ketika
alat reproduksi manusia mencapai kematangannya. Usia menarche bervariasi pada
setiap perempuan. Pada umumnya menarche terjadi pada usia 12-14 tahun, namun saat
ini terdapat kecenderungan penurunan usia menarche ke usia yang lebih muda sehingga
banyak siswi Sekolah Dasar (SD) yang mengalami menarche. Hal ini bergantung pada
beberapa faktor, seperti kesehatan, berat badan, dan status nutrisi.
Gejala psikologis dari menarche diantara-nya kecemasan dan ketakutan yang
kuat oleh keinginan untuk menolak proses fisiologis tersebut (Kartono, 2006). Remaja
putri yang mengalami menarche sering merasakan kebingungan dan kesedihan
(Dianawati, 2006). Hal ini terjadi dikarena-kan kebanyakan remaja tidak memahami
dasar dari perubahan yang terjadi pada dirinya.
Ketika menjelang menstruasi, setiap remaja perempuan memiliki sikap dan
respon yang berbeda. Selaras dengan Astiti dan Pudjono (2004) yang mengemukakan
bahwa persepsi terhadap menstruasi dapat berupa: persepsi positif, ketika diasosiasi-kan
dengan kedewasaan; dan persepsi negatif, ketika diasosiasikan dengan kondisi yang
membatasi, mitos menstruasi dan ketidaknyamanan.
Menurut Conger (Sriwindari, 2002), dari 475 remaja putri, kebanyakan merasa
biasa saja, cemas, atau takut, dan hanya 10% dari mereka yang merasakan antusias,
penasaran dan bangga ketika mengalami menarche. Sedangkan penelitian yang di-
lakukan oleh Bharatwaj, Vijaya, dan Sindu (2014) menyatakan bahwa dari 101
responden remaja putri, hanya 33.6% yang memiliki pengetahuan tentang menstruasi
dan merasa nyaman saat menghadapi menarche, sedangkan 61.3% responden tidak
memiliki pengetahuan tentang menstruasi. Sekitar 49.5% responden dalam penelitian
tersebut merasa panik dan 50.49% merasa buruk, terbatasi dan depresi. Emosi negatif
ini muncul pada anak perempuan yang tidak dipersiapkan pada permulaan menstruasi
(Yeung, 2005). Hasil penelitian ini menunjukkan hampir sebagian remaja putri
memberikan respon negatif terhadap menarche, seperti perasaan malu, cemas, takut dan
bingung.
Kesiapan menghadapi menarche dapat dilakukan dengan cara memberikan infor-
masi dan perhatian pada remaja putri pada masa menghadapi menarche, dengan
demikian remaja putri akan menjadi lebih tenang dan siap menyambut datangnya
menarche. Sumber informasi utama sebenarnya berasal dari ibu dan kakak perempuan
(Tiwari, 2006). Orang tua ter-utama ibu harus memberikan penjelasan tentang menarche
pada anak perempuan-nya, agar anak lebih mengerti dan siap dalam menghadapi
menarche (Muriyana, 2008).
Riset awal yang dilakukan peneliti dengan metode wawancara melibatkan empat
siswi di SD Budi Mulia Dua. Empat orang tersebut terdiri dari satu orang siswi yang
sudah mengalami dan tiga siswi yang belum mengalami menarche. Siswi yang sudah
mengalami menarche mengemuka-kan bahwa ia mengalami rasa panik dan malu ketika
menghadapi menarche yang saat itu terjadi di sekolah, ditambah dengan reaksi yang
kurang menyenangkan dari teman-teman sekolahnya. Sedangkan tiga siswi yang belum
mengalami menarche mengemukakan bahwa mereka merasa khawatir dan bingung jika
nanti mengalami menarche pada saatnya. Beberapa hal ter-sebut menunjukkan
menunjukkan bahwa kesiapan mereka dalam menghadapi menarche masih rendah.

2.4. Hubungan Pengetahuan Menarche Dengan Kesiapan Remaja Putri


Menghadapi Menarche di SMP NegeriI 3 Tidore Kepulauan.
Seiring dengan perkembangan biologis, maka pada usia tertentu seseorang akan
mencapai tahapan kematangan organ-organ seks, yang ditandai dengan haid pertama
atau yang disebut menarche. Menstruasi pertama (menarche) menjadi saat-saat yang
mendebarkan bagi remaja putri karena baru pertama mengalaminya (Gunarsa, 2001).
Penelitian yang dilakukan di India oleh Tiwari (2005) dimana terjadi penurunan
usia menarche pada remaja putri dari 14 tahun 31 hari menjadi 13 tahun 9 hari. Di
Indonesia usia remaja pada waktu menarche bervariasi antara 10 hingga 16 tahun dan
rata-rata menarche pada usia 12 tahun 5 bulan (Munda et all, 2013). Berdasarkan data
dari Riset Kesehatan dasar (RIKESDAS, 2010) provinsi Maluku Utara, usia remaja
pada waktu menarche yaitu antara 13-14 tahun dengan presentase tertinggi sebesar
29,2%.
Data yang diperoleh dari SMP Negeri 3 Tidore Kepulauan, jumlah keseluruhan
siswi dari kelas 1 sampai kelas 3 yaitu sebanyak 128 siswi, terdiri atas kelas 1 sebanyak
42 siswi, kelas 2 sebanyak 41 siswi, dan kelas 3 sebanyak 45 siswi. Sedangkan siswi
yang belum mengalami menarche sebanyak 35 siswi dengan kelas 1 sebanyak 22 siswi,
kelas 2 sebanyak 13 siswi, dan untuk siswi kelas 3 semuanya telah mengalami
menarche.
Remaja yang akan mengalami menarche membutuhkan kesiapan mental yang
baik. Kesiapan menghadapi menarche adalah keadaan yang menujukkan bahwa
seseorang siap untuk mencapai salah satu kematangan fisik yaitu datangnya menarche
(Fajri & Khairani, 2010).
Remaja yang belum siap menghadapi menarche akan timbul keinginan untuk
menolak proses fisiologis tersebut, mereka akan merasa haid sebagai sesuatu yang
kejam dan mengancam, keadaan ini dapat berlanjut ke arah yang lebih negatif (Jayanti
et all, 2011). Tetapi berbeda bagi mereka yang telah siap dalam menghadapi menarche,
mereka akan merasa senang dan bangga, dikarenakan mereka menganggap dirinya
sudah dewasa secara biologis (Suryani &Widyasih, 2008).
Hasil dari beberapa penelitian yang dilakukan Aboyeji et all (2005), menunjukan
bahwa kebanyakan remaja mempunyai harapan yang lebih negatif terhadap menstruasi
pertama (menarche) dan merespon menstruasi pertama (menarche) secara negatif. Hal
ini dideskripsikan oleh subjek dengan perasaan secara negatif seperti merasa takut,
terkejut, sedih, kecewa, malu khawatir dan bingung (Fajri & Khairani, 2010).
Kasus lain yang memaparkan tentang dampak negatif dari ketidaktahuan remaja
mengenai menstruasi pertama (menarche) dalam sebuah artikel, yaitu : “S (11 tahun)
ditemukan hampir pingsan di dalam kamar oleh orangtuanya dan segera dilarikan ke
rumah sakit. Berhubung perawat terbatas dan sedang melayani pasien lainnya, maka
segera dibawa masuk ke ruang tindakan dan ditangani oleh dokter. Menurut
orangtuanya, mereka panik ketika melihat anaknya hampir pingsan dengan kondisi
berdarah - darah. Mereka semakin panik karena anaknya tidak menjawab sewaktu
ditanya apa yang terjadi. Keputusan pertama yang dipikirkan adalah membawa segera
anaknya ke layanan kesehatan terdekat. Ternyata S mendapatkan menstruasi pertama
kalinya. Solusi sederhana yang diberikan oleh dokter adalah memberinya pembalut,
resep vitamin dan konsultasi tentang kesehatan reproduksi terhadap remaja dan orang
tuanya.” (Respati, 2011).
Dari kasus diatas dapat diketahui bahwa remaja belum mendapatkan
pengetahuan dan informasi yang benar tentang menstruasi sehingga memiliki informasi
yang salah tentang menstruasi, bahkan cenderung mengkaitkan menstruasi dengan
sesuatu yang negatif. Ketidaktahuan anak tentang menstruasi dapat mengakibatkan anak
sulit untuk menerima menarche (Budiati & Apriastuti, 2012).
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya)
(Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan yang diperoleh remaja tentang menstruasi akan
mempengaruhi persepsi remaja tentang menarche. Jika persepsi yang dibentuk remaja
tentang menarche positif, maka hal ini akan berpengaruh pada kesiapan remaja dalam
menghadapi menarche (Fajri & Khairani, 2010).
Hasil survei data awal dengan melakukan wawancara pada 7 siswi yang belum
mengalami menarche, didapatkan bahwa 5 siswi mengatakan mereka belum siap
mengalami menarche dikarenakan mereka belum memahami betul apa yang disebut
dengan menarche dan mereka merasa cemas dengan apa yang akan terjadi selama
menarche.

.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Siklus reproduksi manusia disebut juga siklus menstruasi yaitu periode dari awal
menstruasi sampai awal menstruasi berikutnya. Biasanya pada wanita normal berkisar
28 hari. Siklus reproduksi dapat dibedakan menjadi 2 tahap utama yaitu tahap
perkembangan folikel (fasefolikuler), dan tahap perkembangan korpus luteum (fase
luteal).
a. Fase folikuler, atau disebut juga faseproliferasi, dapat dibedakan menjadi:
b. Fase folikuler awal: dimulai sejak akhir fase luteal. Ditandai dengan peningkatan
kadar FSH, pertumbuhan folikel dengan pesat, dan kadar E2 dan P tidak ada
perubahan yang berarti.
c. Fase folikuler akhir: biasanya 7-8 hari sebelum ovulasi. Ditandai dengan peningkatan
kadar E2 dan mencapai puncaknya bersamaan dengan LH. Kadar FSH menurun dan
kadar LH naik, kadar P mulai meningkat. Peningkatan kadar E2 dan P menyebabkan
sedikit edematus dan vaskularisasi.
d. Fase ovulasi, ditandai dengan puncak sekresi LH dan turun dengan segera (surge
LH), pecahnya dinding folikel yang diikuti pelepasan seltelur (ovulasi), biasan ya
terjadi 16-24 jam setelah puncak LH.
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 50 responden hamper
seluruhnya (76%) memiliki respon negative saat menarche. Responnegatif yang
dirasakan oleh responden dikarenakan menarche merupakan pengalaman pertama
kalinya. Sesuatuhal yang pertama kali akan memberikan pengalaman yang buruk seperti
cemas, takut, sakit dan malu. Pengalaman pertama yang dirasakan pada bagian
tubuhnya yang sangat vital, sehingga responden tidak siap dengan kondisi tersebut dan
akhirnya menimbulkan respon yang negatif.

3.2 Saran
Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya kami akan lebih terperinci dalam menganalisis materi dengan sebaik-
baiknya. Dan kepada penulis selanjutnya agar dapat melengkapi makalah ini dengan
sebaik-baiknya dengan merujuk kepada sumber-sumber yang jelas dan
dapat dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/psy/article/download/2021/1743
2. http://journal.unusa.ac.id/index.php/jhs/article/view/107
3. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/5272
4. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Kes-Repro-SMAWates05.pdf

Anda mungkin juga menyukai