Anda di halaman 1dari 10

BAB II

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI

A. Integrasi Pendidikan Kesehatan Reproduksi


Integrasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai permbaruan
hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat (1). Integrasi memiliki sinonim dengan
perpaduan, penyatuan, atau penggabungan, dari dua objek atau lebih. Sebagaimana
dikemukakan oleh poerwandarminta, yang dikutip Trianto, bahwa integrasi adalah
penyatuan supaya menjadi satu atau kebulatan yang utuh (2).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara (3). Integrasi pendidikan adalah suatu upaya penyatuan, proses
pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan
manusia melalui pembelajaran.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (3). Kurikulum 2013 adalah
pengembangan dari Kurikulum tahun 2006 yang disusun mengacu pada Tujuan
Pendidikan Nasional dan berdasarkan evaluasi kurikulum sebelumnya dalam menjawab
tantangan yang dihadapi bangsa di masa depan (4). Pengembangan Kurikulum 2013
khususnya terletak pada:

1. Keseimbangan Pengetahuan – Sikap – Keterampilan


2. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
3. Model Pembelajaran (Penemuan, Berbasis Proyek dan Berbasis Masalah)
4. Penilaian Otentik.
Sumber : Kementerian Pedidikan dan Kebudayaan RI.2012

B. Pendidikan Kesehatan Reproduksi


Menurut World Health Organization (WHO) Kesehatan Reproduksi adalah kondisi status
kesehatan fisik, mental, sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, tetapi
meliputi semua aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.
Pendidikan kesehatan reproduksi merupakan suatu pedagogik praktis mengenai kesehatan
reproduksi yang diaplikasikan pada bidang kesehatan. Berdasarkan dimensi sasarannya
pendidikan kesehatan reproduksi dibagi menjadi tiga yaitu pendidikan kesehatan
reproduksi secara invidiual, kelompok dan masyarakat. Berdasarkan tempat
pelaksanaannya pendidikan kesehatan reproduksi dilakukan di sekolah, rumah sakit,
tempat umum dan tempat kerja (4).

Pendidikan kesehatan reproduksi yang terintegrasi dalam semua jenjang pendidikan saat
ini di Indonesia masih menjadi pro dan kontra. Beberapa pihak tidak setuju dengan
pendidikan kesehatan reproduksi dengan alasan anak yang belum waktunya untuk
mengetahui tentang seks menjadi tahu tentang seks lebih dini sehingga timbul keinginan
untuk mencoba. Namun dipihak lain setuju dengan pendidikan kesehatan reproduksi jika
informasi yang diberikan sesuai dengan usia anak pada jenjang pendidikan, sehingga
pengetahuan dan informasi yang benar mengenai seksualitas dapat mencegah remaja
melakukan penyimpangan seksual (4).

Perbedaan pandangan mengenai pendidikan kesehatan reproduksi yang terintegrasi dalam


pendidikan di sekolah telah dilakukan penelitian oleh WHO tahun 1979 di 16 negara
eropa hasilnya lima negara mewajibkan pendidikan kesehatan reproduksi di sekolahnya;
enam negara menerima pendidikan kesehatan reproduksi dan mensahkan dalam undang-
undang namun tidak mewajibkan di sekolah; dua negara menerima pendidikan seks
namun tidak mewajibkan di sekolah dan tidak mewajibkan dalam undang-undang dan
tiga negara tidak melarang pendidikan kesehatan reproduksi namun juga tidak
mengembangkan pelaksanaannya (4).

Di Indonesia, pendidikan kesehatan reproduksi remaja terintegrasi dalam kurikulum yang


ada disekolah; intra-kurikulum, extra-kurikulum, dan bimbingan konseling. Beberapa
materi terkait kesehatan reproduksi dan remaja ada dalam mata pelajaran biologi,
kesehatan jasmani dan agama. Belum ada kebijakan terkait kurikulum kesehatan
reproduksi, sehingga masih-masing sekolah melaksanakan pendidikan kesehatan
reproduksi sesuai dengan kapasitas dan fasilitas masing-masing sekolah. Hal ini
memungkinkan adanya variasi dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi
remaja, Keberagaman dalam pendidikan kesehatan reproduksi remaja akan
memungkinkan adanya perbedaan hasil (output) dari pendidikan tersebut, meliputi
pengetahuan, sikap, maupun lebih lanjut adalah perilaku terkait kesehatan reproduksi
remaja, seperti salah satu contohnya adalah perilaku seksual berisiko. (6)

Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang potensial berkembang di Indonesia adalah
masalah kesehatan yang erat terkait dengan kesehatan reproduksi. Masalah ini menjadi
perhatian masyarakat dan pemerintah, karena berdampak luas pada berbagai aspek
kehidupan. Beberapa masalah kesehatan reproduksi yang menjadi isu masalah kesehatan
masyarakat antara lain: bertambahnya kasus HIV/AIDS dan penyakit menular seksual
(PMS), meningkatnya kasus aborsi karena kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), dan
kematian ibu yang masih tinggi. Kesehatan reproduksi menjadi salah satu program besar
yang diemban pemerintah dalam melaksanakan kesepakatan internasional di bidang
kesehatan (5). Berbagai upaya mengatasi hal tersebut dalam bidang pendidikan dapat
dilakukan, salah satunya adalah dengan mengintegrasikan pendidikan kesehatan
reproduksi dalam pembelajaran melalui penerapan kurikulum 2013 (6).

C. Kurukulum Kesehatan Reproduksi di Sekolah Dasar


Kurikulum pendidikan 2013 didalam implementasinya terdapat beberapa hal yang
disoroti, terutama masalah kesehatan yang dibahas didalam poin Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan serta Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Didalam kurikulum
2013 untuk tingkat SD, pada bagian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam untuk kelas 5.
Disebutkan beberapa kali upaya pengenalan organ tubuh manusia secara keseluruhan
beserta fungsinya (pada poin 3.1 dan 3.2) untuk memberikan pemahaman dasar kepada
peserta didik tentang tubuh manusia. Namun disana belum tertera jelas tentang
pengenalan organ reproduksi manusianya.

Sumber : Kurikulum 2013


Dalam poin Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, tidak banyak menyoroti
tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi, namun didalam poin yang diberikan untuk
kelas 6. Peserta didik mulai dikenalkan dengan pendidikan tentang Bahaya Narkotika dan
zat terlarang serta jenis jenisnya sebagai upaya pencegahan dalam memerangi Narkoba
(poin 3.3).

Source : Kurikulum 2013


Didalam kurikulum tingkat SD ini dapat dilihat bagaimana integrasi pendidikan IPA dan
PJOK dalam pengenalan kepada peserta didik tentang pemahaman terhadap tubuh
manusia, walaupun belum terfokus kepada pendidikan kesehatan reproduksi.

D. Kurikulum Kesehatan Reproduksi di Sekolah Menengah Pertama


Pada tingkat SMP, pendidikan yang di fokuskan untuk perihal reproduksi masih dalam
lingkup yang sama yaitu pendidikan JOK dan pendidikan IPA. Pada tingkat ini, salah satu
poin dalam kurikulum 2013 tingkat SMP memberikan langsung pendidikan tentang
reproduksi

Pendidikan Ilmu Alam kls VIII

Pendidikan Ilmu Alam kls IX

PJOK kelas VIII

Sumber : Kurikulum 2013

Di tahap ini, peserta didik dianggap sudah mampu untuk menerima informasi mengenai
seksualitas dan reproduksi dengan bijak. Selain itu, pada tahap ini, peserta didik juga
mulai diberikan paparan gambar – gambar yang berkaitan dengan seksualitas dan
reproduksi secara visual yang diharapkan dapat memberikan gambaran langsung kepada
peserta didik.
Namun pada implementasinya, hal ini masih dianggap tabu dan “tidak sopan” bagi
sebagian masyarakat. Dan pengaruh lingkunanpun sedikit banyak mempengaruhi dalam
proses dalam peserta didik menerima informasi diatas.
Dalam mata pelajaran PJOK, pendidikan tentang reproduksi dan seksualitas dimulai di
kelas 8 dengan pemaparan tentang beberapa poin. Didalamnya dipaparkan juga apa itu
seks bebas, NAPZA dan obat obat berbahaya serta pencegahannya.

E. Kurikulum Kesehatan Reproduksi di Sekolah Menengah Atas


Pada tingkatan SMA, poin reproduksi juga berada dalam mata pelajaran yang sama, yaitu
PJOK dan IPA. Namun, perlu digaris bawahi pada tingkatan ini, tidak semua peserta
didik memperoleh informasi yang sama besar disekolah dikarenakan sudah adanya
pembagian terhadap peserta didik dalam tingkatan peminatan jurusan.
Pada mata pelajaran umum yaitu PJOK, beruntung diberikan proporsi yang sama bagi
setiap peminatan jurusan, seperti pada poin dibawah yang berlaku di kelas 10, peserta
didik diberikan paparan tentang struktur, fungsi, kelainan, penyakit serta cara
pencegahannya pada alat reproduksi pria dan wanita. Dan ditahap ini juga diberikan
paparan tentangperilaku hidup sehat yang termasuk didalamnya bagaimana menjaga
kesehatan alat reproduksi tubuh manusia itu sendiri.

PJOK kls X
Sedangkan pada kelas 11, penuturan tentang reproduksi kembali lebih didetailkan melalui
kurikulum. Karena peserta didik dianggap sudah sangat bijak dalam memproses informasi
tentang pendidikan seksualitas dan reproduksi. Didalam poin dibawah masih berputar
disekitaran permasalahan remaja dewasa ini tentang narkoba dan seks bebas. Dan
kurikulum juga tetap menekankan pion perilaku hidup sehat bagi generasi saat ini.
Didalmnya juga digamblangkan tentang pendidikan HIV/AIDS yang sampai detik ini
masih menjadi momok menyeramkan bagi dunia kesehatan dan kondisi penderita
HIV/AIDS di Indonesia yang dari tahun ke tahun selalu mengalami fenomena gunung es
akibat tidak adanya sosialisasi mengenai HIV/AIDS pada tahap yang benar.
PJOK kelas XI
Sedangkan pada tingkatan kelas 12, peserta didik diberikan pemaparan yang lebih dalam
lagi mengenai permasalahan remaja dalam masalah reproduksi dan seksualitas. Hal ini
dikarenakan dalam beberapa penelitian yang dilakukan pada remaja tingkat SMA di
Indonesia terjadi peningkatan angka penderita penyakit alat kelamin dan pelaku seks aktif
yang cukup memprihatinkan. Karena pada usia ini, remaja sudah mulai mengenal
dunianya dan mengalami peralihan yang cukup besar dari remaja menuju tahapan dewasa.

PJMOK kelas XII


Dalam mata pelajaran yang difokuskan untuk peminatan MIPA, pebelajaran tentang
reproduksi dimulai pada tingkatan kelas 11 dimana fokusan pembelajaran diarahkan
menuju pembelajaran alat dan sel kelamin dalam tubuh. Disini diberikan pemaparan sel
dan alat kelamin pria dan wanita dalam bentuk visual gambar nyata yang dianggap dapat
memberikan pemahaman terfokus untuk peserta didik.
Biologi kls X

Biologi kelas XI
Pada tingkatan kelas 12, peserta didik tidak lagi diberikan emaparan lanjut tentang
peendidikan seksualitas dan reproduksi. Peserta didik lebih diberikan fokusan untuk
memahami perkembangbiakan manusia dalam sel terkecil di tubuh manusia.
F. Integrasi Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja dengan Kurikulum
Pendidikan di Indonesi
Negara Kamerun merupakan salah satu Negara yang telah mengintegrasikan
pendidikan seksual di Sekolah. Pelatihan mengenai kesehatan reproduksi dilakukan
terhadap guru bidang studi biologi untuk mengembangkan keterampilan pedagogi guru
dalam mengusai dan memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi kepada anak
didik. Pendidikan seks berbasis sekolah memberikan dampak yang signifikan terhadap
peningkatan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi. (5)
Pendidikan seksual di Sekolah Menengah Pertama (SMP) juga diterapkan di Kogi,
Nigeria melalui guru bimbingan konseling yang telah mengikuti pelatihan pendidikan
seksual untuk remaja. Sekolah menyusun jadwal konseling setiap kelas untuk diberikan
konseling guna meningkatkan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi.
Berbeda di Amerika Serikat, pendidikan seks berbasis sekolah masih dalam perdebatan
mengenai dua hal yaitu apakah sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengajar siswa
tentang isu-isu yang berkaitan dengan seks dan jika sekolah mengajarkan pendidikan
seks, jenis informasi apa yang harus disajikan. Solusi yang ditemukan terkait dua hal
tersebut bahwa pendidikan seksual harus dilakukan secara komprehensif yang
disesuaikan dengan usia perkembangan remaja dan ditujukan untuk membentuk perilaku
yang positif mengenai seksualitas. Implikasi pendidikan seks secara formal di Amerika
Serikat mulai tahun 2006-2013 mampu menurunkan angka kehamilan dan kelahiran pada
usia remaja, menurunkan penggunaan kontrasepsi pada usia remaja. Pada tahun 2007-
2014 telah menurunkan angka aborsi. (5)
Pendidikan seks juga diberikan di Sekolah Dasar dan Menengah Kota Arusha, Tanzania.
Pendidikan seks dilakukan oleh guru agama yang sudah mendapat pelatihan mengenai
kesehatan reproduksi dengan tujuan untuk mengintegrasikan nilai, norma dan moral
kepada peserta didik. Pendidikan seks ini merupakan mata pelajaran yang wajib di
Arusha. Portugis juga melakukan pendidikan seks dikalangan mahasiswa dan menemukan
asosiasi yang positif antara pendidikan seks dan peningkatan pengetahuan mahasiswa
sehingga bertahan untuk tidak melakukan seks sebelum menikah. Di Finlandia
pendidikan seks diajarkan disekolah dengan cara guru menceritakan pengalaman seksnya
secara alamiah dan masalah seksual yang dialami oleh remaja sesuai cerita tersebut
dibicarakan di depan kelas, selanjutnya diberikan solusi. Cara ini mampu meningkatkan
pengetahuan remaja mengenai seksualitas yang sehat. (5)
Daftar Pustaka

(1). KBBI. Integrasi. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online] [Cited: September 24,
2019.] https://kbbi.web.id.

(2). Triaanto. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktik. Jakarta : Prestasi
Publisher, 2017.

(3). Ristekdikti. Direktorat Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti. Website Kelebagaan
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia . [Online] [Cited:
September 23, 2019.] https://kelembagaan.ristekdikti.go.id.

(4). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kurikulum 2013. Jakarta :


Kemendikbud, 2013.

(5). Marlina, Hastuti, Jalinus, Nizwardi and Ramhat, Rusnadi. Pendidikan Kesehatan
Reproduksi Bagi Remaja (Literatur Review). 1, s.l. : Invotek, 2018, Jurnal Inovasi
Vokasional dan Teknologi, Vol. 18, p. 84. ISSN.

(6). Masfiah, Siti, Shaluhiyah, Zahroh and Suryoputro, Antono. Pendidikan


Kesehatan Reproduksi Remaja (PKRR) Dalam Kurikulum SMA dan Pengetahuan &
Sikap Kesehatan Reproduksi Siswa. 1, Januari 2013, Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia, Vol. 8.

(7). Citrawathi, Desak Made. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Untuk


Memberikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (Pkrr) Di SMP. 2014,
Seminar Nasional Riset Inovatif, Vol. II, p. 266.

(8). D, Rahmawati. Integrasi Pendidikan Kesehatan Reproduksi Pada Pembelajaran


Biologi di SMA dengan Penerapan Kurikulum 2013. Padang : s.n., Seminar Nasional
X Pendidikan Biologi FKIP UNS, p. 1.

Anda mungkin juga menyukai