Anda di halaman 1dari 40

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami kehadirat Tuhan semesta alam Allah SWT , berkat
keesaan dan kasih sayangnya lah kami selaku penyusun dapat menyelesaikan
makalah hasil observasi ini. Semoga solawat dan salam selalu tercurah limpahkan
kepada baginda nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in
itba’u tabiatnya, dan kita umatnya.

Untuk memenuhi tugas, maka dengan kemampuan, pengetahuan, dan


wawasan yang sangat terbatas kami berusaha menyusun makalah ini
dan alhamdulilah selesai. Melalui makalah ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat untuk kita semua terkhusus pada mata kuliah Patologi Sosial mengenai
“KRIMINALITAS DAN KENAKALAN REMAJA”

Penulisan makalah ini lebih banyak disadari dan didasari oleh rasa
tanggung jawab serta kesadaran penyusun sebagai seorang mahasiswa  yang peduli
serta butuh akan pendidikan, karena itu penulis merasa bahwa di dalam makalah ini
terdapat banyak sekali kekurangan dan kesalahan yang menghendaki adanya
perbaikan dan kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati sangat
mengharapkan datangnya kritik dan saran semua pihak demi perbaikan karya tulis
ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
membantu., kami ucapkan terima kasih juga kepada Bapak Drs. Wiryo Setiana,
M.Si.. yang telah memberikan bimbingan dan pengalaman belajar yang sangat
bermanfaat, serta motivasi yang sangat membangun, sehingga dengan adanya
penelitian ini kami banyak mendapatkan banyak pengalaman baru.  Semoga Allah
SWT meridhoi usaha penulis dan semoga karya tulis ini bermanfaat khususnya bagi
penulis umumnya bagi kita semua. Aamiin .

.............................

Penyusun 

 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


2. Rumusan Masalah.
3. Tujuan.

BAB II LANDASAN TEORI

1. Kriminalitas
2. Pengertian Kriminalitas.
3. Bentuk – Bentuk Kriminalitas.
4. Faktor Penyebab Prilaku Kriminalitas
5. Dampak Akibat Prilaku Kriminalitas dari Berbagai Bidang Kehidupan.
6. Hukum Pidana untuk Tindakan kriminalitas.
7. Kenakalan Remaja.
8. Pengertian Kenakalan Remaja.
9. Bentuk – Bentuk Kenakalan Remaja.
10. Faktor Penyebab Kenakalan Remaja
11. Usia.
12. Hukum Pidana Kenakalan Remaja.

BAB III HASIL OBSERVASI LAPANGAN DAN ANALISIS

1. Pelaksanaan Observasi
2. Hasil Observasi
3. Hasil Observasi mengenai Kriminalitas
4. Hasil Observasi mengenai Kenakalan Remaja
5. Analisis Fenomena Kriminalitas dan Kenakalan Remaja sebagai
Patologi Sosial
6. Faktor Penyebab Fenomena Kriminalitas dan Kenakalan Remaja
sebagai Patologi Sosial
7. Solusi dan Usaha Preventif yang Dilakukan
8. Perspektif Islam dalam Menangani Permasalahan Kriminalitas &
Kenakalan Remaja

DAFTAR PUSTAKA

 
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Kriminalitas atau kejahatan itu bukan merupakan peristiwa herediter


(bawaan sejak lahir,warisan) juga bukan merupakan warisan biologis. Tingkah laku
kriminal itu bisa dilakukan oleh siapapun juga, baik wanita maupun pria dapat
berlangsung pada usia anak, dewasa ataupun lanjut umur. Tindak kejahatan bisa
dilakukan secara tidak sadar, maupun secara sadar yaitu difikirkan, direncanakan
dan diarahkan pada satu maksud tertentu secara sadar benar.

Masyarakat modern yang sangat kompleks itu menumbuhkan aspirasi-


aspirasi materil tinggi, dan sering disertai oleh ambisi-ambisi sosial yang tidak sehat.
Dambaan pemenuhan kebutuhan materil yang melimpah-limpah, misalnya untuk
memiliki harta kekayaan dan barang-barang mewah, tanpa mempunyai kemampuan
untuk mencapainya dengan jalan wajar, mendorong individu untuk melakukan
tindak kriminal. Dengan kata-kata lain bisa dinyatakan jika terdapat diskrepansi
(ketidaksesuaian, pertentangan) antara ambisi-ambisi dengan kemampuan pribadi,
maka peristiwa sedemikian ini mendorong orang untuk melakukan tindak kriminal.
Atau, jika terdapat diskrepansi antara aspirasi-aspirasi dengan potensi-potensi
personal, maka akan terjadi “maladjustment” ekonomis (ketidakmampuan
menyesuaikan diri secara ekonomis), yang mendorong orang untuk bertindak jahat
atau melakukan tindak pidana. Tindakan kriminalitas ini adalah tingkah laku yang
melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat
menentangnya.

Fenomena kriminalitas ini pun tidak hanya terjadi pada orang yang
dianggap telah dewasa saja, namun remaja zaman sekarang pun sangan riskan
terpengaruhi pengaruh-pengaruh negatif hingga mereka melakukan tindakan
kriminalitas. Hal tersebut merupakan pengaruh dari tuntutan perkembangan zaman
saat ini hingga menyebabkan merebaknya penyimpangan (deviasi) sosial. Tindakan
yang dilakukan oleh remaja ini  lebih dikenal dengan kenakalan remaja.

Masa remaja lebih dapat disebut masa yang paling berat, penuh tantangan,
ia harus bekerja lebih berat, memanfaatkan setiap waktu yang dimuliki, ia harus
memperhatikan mental rohaniah aqliyah, fisik jasmaniah untuk memproses
regenerasi yang pasti menghampirinya. Fisik tubuh, makanan bergizi, intelektual
menghayati ilmu pengetahuan dan mental santapan rohani yang berisi norma tata
nilai yang abadi dan luhur, fisik dilatih dengan penghayatan dan pengalaman religi
hingga latihan terakhir ini bisa mengilhami seluruh sikap dan tingkah lakunya.

Pada masa remaja ini erat bersangkutan langsung dengan pertumbuhan


dan perkembangan biologis dan psikologis. Dalam masa peralihan ini timbul
berbagai kesulitan dalam diri si anak baik secara jasmani maupun rohaninya.
Pergaulan akan demikian halnya anak akan merasakan adanya kekakuan pada
dirinya sendiri, masa ini desebut juga sebagai perasaan yang sangat peka; remaja
mengalami badai dan topan dalam kehidupan dan perasaan serta emosinya. Maka
jika tidak dibimbing dengan baik dan benar maka rentan baginya terjerumus di jalan
yang salah.

Dua permasalahan diatas (Kriminalitas dan Kenakalan Remaja)


merupakan fenomena yang ironis bagi kita. Meningkatnya angka kasus Kriminalitas
dan Kenakalan Remaja ini menjadi pembahasan menarik bagi kita untuk dapat
diketahui bagaimana macam-macam, faktor, dampak, hingga bagaimana solusi dan
upaya langkah pencegahan makin merebaknya permasalahan-permasalahan ini.
Untuk itu pada makalah ini akan dijelaskan mengenai Kriminalitas, dan Kenakalan
Remaja.

1. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam makalah ini
diantaranya :

1. Bagaiamana kriminalitas sebagai salah satu masalah dalam patologi


sosial ?
2. Bagaimana kenakalan remaja sebagai salah satu masalah dalam
patologi sosial?
3. Bagaiman solusi dan antisipasi pemerintah, masyarakat hingga
perspektif Islam mengenai kriminalitas dan kenakalan remaja ?

1. Tujuan

Dari rumusan masalah tersebut, maka dapat diketahui tujuan dari


penyusunan makalah ini diantaranya :

1. Untuk dapat mengetahui kriminalitas sebagai salah satu masalah


dalam patologi sosial.
2. Untuk dapat mengetahui kenakalan remaja sebagai salah satu masalah
dalam patologi sosial.
3. Untuk dapat mengetahui solusi dan antisipasi pemerintah, masyarakat
hingga perspektif Islam mengenai kriminalitas dan kenakalan remaja ?

  

 
BAB II
LANDASAN TEORI

1. Kriminalitas
2. Pengertian Kriminalitas

Kriminalitas merupakan segala macam bentuk tindakan dan perbuatan


yang merugikan secara ekonomis dan psikologis yang melanggar hukum yang
berlaku dalam negara Indonesia serta norma-norma sosial dan agama. Dapat
diartikan bahwa,  tindak kriminalitas  adalah segala sesuatu perbuatan yang
melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat
menentangnya (Kartono, 1999: 151).

Secara kriminologi yang berbasis sosiologis, tindak kriminalitas merupakan


suatu pola tingkah laku yang merugikan masyarakat (dengan kata lain terdapat
korban) dan suatu pola tingkah laku yang mendapatkan reaksi sosial dari
masyarakat. Reaksi sosial tersebut dapat berupa reaksi formal, reaksi informal, dan
reaksi non-formal. Pengertian kejahatan sebagai unsur dalam pengertian
kriminalitas, secara  sosiologis mempunyai dua unsur-unsur yaitu: 1) Kejahatan itu
ialah perbuatan yang merugikan secara ekonomis dan merugikan secara psikologis.
2) Melukai perasaan susila dari suatu segerombolan manusia, di mana orang-orang
itu berhak melahirkan celaan.

Sutherland berpendapat bahwa kelakuan yang bersifat jahat  (Criminal


behavior) adalah kelakuan yang melanggar Undang-Undang/hukum pidana.
Bagaimanapun im-moril nya atau tidak patutnya suatu perbuatan, ia bukan
kejahatan kecuali bila dilarang oleh Undang-Undang/hukum pidana.  (Principles of
Criminology. 1960:45)

Pengertian kriminalitas menurut Beberapa para ahli :

1. Menurut R. Susilo

Secara sosiologis mengartikan kriminalitas adalah sebagai perbuatan atau


tingkah laku yang selain merugikan penderita atau korban juga sangat merugikan
masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan ketentraman dan ketertiban.

1. Menurut M.v.T

kriminalitas yaitu perbuatan yang meskipun tidak ditentukan dalam


undang-

undang, sebagai perbuatan pidana, telah dirasakan sebagi onrecht sebagai


perbuatan yang bertentangan dengan tata hukum.
1. Menurut M. A. Elliat

kriminalitas adalah problem dalam masyarakat modern atau tingkah laku


yang gagal dan melanggar hukum dan dapat dijatuhi hukuman yang bisa berupa
hukuman penjasra, hukuman mati, hukuman denda dan lain-lain.

1. Menurut Dr. J.E. Sahetapy dan B. Mardjono Reksodipuro

kriminalitas adalah setiap perbuatan yang dilarang oleh hukum publik


untuk

melindungi masyarakat dan diberi sanksi berupa pidana oleh Negara.


Perbuatan tersebut dihukum karena melanggar norma-norma sosial masyarakat,
yaitu adanya  tingkah laku yang patut dari seorang warga negaranya.

Dari pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa kriminalitas
adalah perbuatan atau tingkah laku yang melanggar hukum, selain merugikan
penderita atau korban juga sangat merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya
keseimbangan ketentraman dan ketertiban.

2. Bentuk – Bentuk Kriminalitas

Tindakan kriminal umumnya dilihat bertentangan dengan norma hukum,


norma sosial dan norma agama yang berlaku di masyarakat. bentuk-bentuk tindak
kriminal seperti:

1. Pencurian

Pencuri berasal dari kata dasar curi yang berarti sembunyi-sembunyi atau
diam-diam dan pencuri adalah orang yang melakukan kejahatan pencurian. Dengan
demikian pengertian pencurian adalah orang yang mengambil milik orang lain
secara sembunyi-sembunyi atau diam-diam dengan jalan yang tidak sah.
(Poerwardarminta 1984:217).  Pencurian melanggar pasal 352 KUHP (Kitab
Undang-undang Hukum Pidana)  dengan ancaman hukuman maksimal 15 (lima
belas) tahun penjara .

1. Tindak asusila

Asusila adalah perbuatan atau tingkah laku yang menyimpang dari norma-
norma atau kaidah kesopanan yang saat ini banyak mengintai kaum wanita.  Tindak
kriminal tersebut  hukumannya  penjara paling lama 2 th 8 bln tercantum dalam
pasal 289 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP ) tentang perbuatan asusila
dengan ancaman hukuman 9 tahun penjara.
1. Pencopetan

Pencopetan memiliki pengertian yaitu kegiatan negatif mencuri  barang


berupa uang dalam saku, dompet, tas, handpone dan lainnya milik orang lain atau
bukan haknya dengan cepat, tangkas dan  tidak diketahui oleh korban maupun orang
di sekitarnya  (http://bahasa.cs.ui.ac.id). Tindak  kriminal ini memenuhi pasal 365
15 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.  (Soenarto,
1994:220)

1. Penjambretan

Penjambretan merupakan perbuatan atau tindakan negatif dengan


merampas harta berharga milik orang lain secara paksa sehingga menimbulkan
kerugian materi bagi korban. penjambretan merupakan tindak kriminal yang
memenuhi pasal 365 ayat 3 KUHP dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara.
(Soenarto, 1994:221)

1. Penodongan dengan senjata tajam/api

Bentuk kriminal merupakan perampasan harta benda milik korban


dilakukan dengan mengancam dengan melakukan penodongan senjata api sehingga
korban yang mengalami ketakutan menyerahkan harta benda miliknya. Tindak
kriminal ini memenuhi pasal 368 dengan ancaman hukuman maksimal 10 tahun
penjara. (Soenarto, 1994:206)

1. Penganiayaan.

Penganiayaan ialah dengan sengaja menyebabkan sakit atau luka pada


orang lain. Akan tetepi suatu perbuatan yang menyebabkan sakit atau luka pada
orang lain, tidak dapat dianggap sebagai penganiayaan kalau perbuatan itu
dilakukan untuk menambah keselamatan badan.  (M.H. Tirtaamidjaja, 1955: 180)   
penganiayaan memenuhi pasal 351 KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana)
dengan ancaman hukuman pidana  penjara paling lama dua tahun delapan  bulan.
(Soenarto, 1994:226)

1. Pembunuhan

Pembunuhan adalah perbuatan yang menghilangkan atau mencabut nyawa


seseorang. Pengertian pembunuhan seperti ini dimaknai bahwa perbuatan pidana
pembunuhan tidak diklasifikasi apakah dilakukan dengan sengaja, atau tidak sengaja
dan atau semi sengaja.  (Wahbah Zuhali, 1989: 217). Tindak kiminal pembunuhan
tercantum dalam pasal 388 KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) dengan
sanksi hukuman pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu
tertentu, paling lama dua puluh tahun (Soenarto, 1994:211).
1. Penipuan

Penipuan adalah tindakan seseorang dengan tipu muslihat, rangkaian


kebohongan, nama palsu dan keadaan palsu dengan maksud menguntungkan diri
sendiri dengan tiada hak. Rangkaian kebohongan ialah susunan kalimat-kalimat
bohong yang tersusun demikian rupa yang merupakan cerita sesuatu yang seakan-
akan benar. (R. Sugandhi, 1980: 396). Di dalam KUHP tepatnya pada Pasal 378
KUHP ditetapkan kejahatan penipuan dengan ancaman pidana penjara paling lama
4 tahun (Soenarto, 1994:140).

1. Korupsi

Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi,
merugikan kepentingan umum dan negara.  korupsi dalam pengertian sosiologis
sebagai: Penggunaan yang korup dari kekuasaan yang dialihkan, atau sebagai
penggunaan secara diam-diam kekuasaan yang dialihkan berdasarkan wewenang
yang melekat pada kekuasaan itu atau berdasarkan kemampuan formal, dengan
merugikan tujuan-tujuan kekuasaan asli dan dengan menguntungkan orang luar atas
dalih menggunakan kekuasaan itu dengan sah Hamzah(1991). Tindak pidana korupsi
memenuhi pasal 209 KUHP  (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) dengan
hukuman 4 tahun penjara. (Soenarto, 1994:269)

3. Faktor Penyebab Prilaku Kriminalitas

Sebagai kenyataannya bahwa manusia dalam pergaulan hidupnya sering


terdapat penyimpangan   terhadap norma-norma, terutama norma hukum. Di dalam
pergaulan manusia bersama, penyimpangan hukum ini disebut sebagai kejahatan
atau kriminalitas. Dan kriminalitas itu sendiri merupakan masalah sosial yang
berada di tengah-tengah masyarakat, dimana tindak kriminalitas tersebut
mempunyai faktor-faktor penyebab yang mempegaruhi terjadinya kriminalitas
tersebut.

Faktor penyebab kriminalitas dikelompokan menjadi faktor dari dalam diri


pelaku dan faktor dari luar diri prilaku (Hamzah, 2006: 64).

1. Kriminalitas terjadi karena faktor dari dalam diri pelaku sendiri.

Maksudnya bahwa yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan  


sebuah kejahatan itu timbul dari dalam diri si pelaku itu sendiri yang didasari oleh
faktor keturunan dan kejiwaan (penyakit jiwa). Faktor-faktor dari dalam tersebut
antaralain:

 1) Faktor Biologik secara Genothype dan Phenotype

Stephen Hurwitz (1986:36) menyatakan perbedaan antara kedua tipe


tersebut bahwa Genotype ialah warisan sesungguhnya, Phenotype ialah pembawaan
yang berkembang. Sekalipun sutu gen tunggal diwariskan dengan cara demikian
hingga nampak keluar, namun masih mungkin adanya gen tersebut tidak dirasakan.

Perkembangan suatu gen tunggal adakalanya tergantung dari lain-lain gen,


teristimewanya bagi sifat-sifat mental. Di samping itu, nampaknya keluar sesuatu
gen, tergantung pula dari pengaruh-pengaruh luar terhadap organism yang telah 22
atau belum lahir.  Apa yang diteruskan seseorang sebagai pewarisan kepada genrasi
yang berikutnya semata-mata tergantung dari genotype. Apa yang tampaknya keluar
olehnya, adalah phenotype yaitu hasil dari pembawaan yang diwaris dari orang
tuanya dengan pengaruh-pengaruh dari luar.

 2) Faktor Pembawaan Kriminal

Setiap orang yang melakukan kejahatan mempunyai sifat jahat


pembawaan, karena selalu adainteraksi antara pembawaan dan lingkungan. Akan
tetapi hendaknya jangan member cap sifat jahat pembawaan itu, kecuali bila tampak
sebagai kemampuan untuk melakukan susuatu kejahatan tanpa adanya kondisi-
kondisi luar yang istimewa dan luar biasa. Dengan kata lain, harus ada
keseimbangan antara pembawaan dan kejahatan (Hurwitz, 2006: 36).

 3) Umur

Kecenderungan untuk berbuat antisosial bertambah selama masih sekolah


dan memuncak antara umur 20 dan 25, menurun perlahan-lahan sampai umur 40,
lalu meluncur dengan cepat untuk berhenti sama sekali pada hari tua.
Kurve/garisnya tidak berbeda pada garis aktivitas lain yang tergantung dari irama
kehidupan manusia.

1. Pendapat bahwa kriminalitas itu disebabkan karena pengaruh yang


terdapat di luar diri pelaku. Maksudnya adalah bahwa yang mempengaruhi
seseorang untuk melakukan sebuah kejahatan itu timbul dari luar diri si pelaku itu
sendiri. Faktor-faktor dari luar tersebut antaralain:
2. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang potensial yaitu mengandung suatu


kemungkinan untuk memberi pengaruh dan  terujudnya kemungkinan tindak
kriminal tergantung dari susunan (kombinasi) pembawaan dan lingkungan baik
lingkungan stationnair (tetap) maupun lingkungan temporair (sementara).

1. Kemiskinan

Kemiskinan menjadi salah satu faktor penyebab dari tindak kriminalitas


karena pasalnya dengan hidup dalam keterbatasaan maupun kekurangan akan
mempersulit seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya baik dari segi kebutuhan
sandang  (pakaian),  pangan  (makanan),  papan  (tempat tinggal)  sehingga untuk
memenuhi segala kebutuhan tersebut seseorang melakukan berbagai cara guna
memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk dengan cara yang tidak sesuai dengan
ketentuan hukum.

1. Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu modal sosial seseorang dalam pencapaian

kesejahteraan. Dimana dengan pendidikan, syarat pekerjaan dapat


terpenuhi. Dengan demikian seseorang yang mempunyai penghasilan dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya dari segi ekonomis.  Sehingga apabila seseorang
memiliki pendidikan yang rendah hal tersebut dapat mendorong seseoang untuk
melakukan tindakan kriminal.

1. Bacaan, Harian-harian, Film

Bacaan jelek merupakan faktor krimogenik yang kuat, mulai dengan


roman-Roman dengan cerita-cerita dan gambar-gambar erotis dan pornografik,
buku-buku picisan lain dan akhirnya cerita-cerita detektif dengan penjahat sebagai
pahlawannya, penuh dengan kejadian berdarah. Pengaruh crimogenis yang lebih
langsung dari bacaan demikian ialah gambaran sesuatu kejahatan tertentu dapat
berpengaruh langsung dan suatu cara teknis tertentu kemudian dapat dipraktekkan
oleh si pembaca. Harian-harian yang mengenai bacaan dan kejahatan pada
umumnya juga dapat dikatakan tentang koran-koran.   Di samping bacaan-bacaan
tersebut di atas, film (termasuk TV) dianggap menyebabkan pertumbuhan
kriminalitas. Tentu saja ada keuntungan dan kerugian yang dapat dilihat disamping
kegunaan pokok bacaan, harian, dan film tersebut.

4. Dampak Akibat Prilaku Kriminalitas dari Berbagai Bidang


Kehidupan

Setiap perbuatan pasti menghasilkan dampak dari perbuatannya.


Termasuk juga dalam tindakan kriminal dan kekerasan yang pasti akan
menghasilkan dampak negatif maupun dampak positif.  (Kartono, 1999: 151)

1. Dampak negatif dari tindakan kriminalitas antaralain:

 1) Kerugian materi

Hal ini bisa terjadi jika tindakan kriminalitas masih dalam tahap agak
berat. Seperti pencopetan penipuan penjambretan, pencurian dll, yang tanpa di
sertai dengan tindak kekerasan.

 2) Trauma
Trauma bisa terjadi pada seseorang yang mengalami tindakan kriminal
yang biasanya di sertai dengan ancaman seperti dengan membawa benda-benda
tajam seprti pisau, clurit, pistol dll.

 3) Cacat tubuh dan tekanan mental.

Hal ini bisa saja terjadi jika suatu tindakan kriminal di sertai dengan
tindakan kriminal yang lainnya atau jika seseorang melakukan tindakan kriminal itu
sudah memasuki tahap tindakan kriminal yang berat. Contohnya jika suatu tindakan
pencurian disertai dengan penganiayaan, atau pemerkosaan dan lain sebagainya.

 4)

Kematian terjadi jika tindakan criminal yang di lakukan oleh seseorang


kelompok sudah memasuki tingkat sangat berat seperti pembunuhan, mutilasi dan
lain-lain. Biasanya hal ini didasari oleh beberapa motif.

1. Dampak positif dari tindak kriminalitas antaralain:

 1) Muncul tanda-tanda baru, degan norma susila lebih baik, yang


diharapkan mampu mengatur masyarakat dengan cara yang lebih baik dimasa
mendatang.
 2) Orang berusaha memperbesar kekuatan hukum, dan menambah
kekuatan fisik lainnya untuk memberantas kejahatan.
 3) Pemberitaan kriminal memberi ganjaran kepada penjahat,
membantu pihak pengusut kejahatan, membekuk si penjahat (pemuatan foto
penjahat yang akhirnya berhasil membekuk penjahat), penjera yang mujarab untuk
mencegah orang-orang berjiwa kecil/jahat melaksanakan niat jahatnya, dan
pemberitaan proses peradilan dan penangkapan si penjahat, juga membantu si
penjahat dari perbuatan sewenang-wenang pihak penegak.

5. Hukum Pidana untuk Tindakan kriminalitas


6. TINDAK ASUSILA

BAB XIV: KEJAHATAN TERHADAP KESUSILAAN

Pasal 281

Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah:

 – barang siapa dengan sengaja dan terbuka melanggar kesusilaan;


 – barang siapa dengan sengaja dan di depan orang lain yang ada di situ
bertentangan dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan
Pasal 282

(1) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di


muka umum tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar
kesusilaan, atau barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau
ditempelkan di muka umum, membikin tulisan, gambaran atau benda tersebut,
memasukkannya ke dalam negeri, meneruskannya, mengeluarkannya dari negeri,
atau memiliki persediaan, ataupun barang siapa secara terang-terangan atau dengan
mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukkannya sebagai
bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan
atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.

(2) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di


muka umum tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, ataupun
barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di
muka umum, membikin, memasukkan ke dalam negeri, meneruskan
mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, ataupun barang siapa
secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta,
menawarkan, atau menunjuk sebagai bisa diperoleh, diancam, jika ada alasan kuat
baginya untuk menduga bahwa tulisan, gambazan atau benda itu me!anggar
kesusilaan, dengan pidana paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah.

(3) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama
sebagai pencarian atau kebiasaan, dapat dijatuhkan pidana penjara paling lama dua
tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak tujuh puluh lima ribu rupiah.

Pasal 283

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau
pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah, barang siapa menawarkan,
memberikan untuk terus maupun untuk sementara waktu, menyerahkan atau
memperlihatkan tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, maupun
alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan kepada seorang yang belum
dewasa, dan yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa umumya belum
tujuh belas tahun, jika isi tulisan, gambaran, benda atau alat itu telah diketahuinya.

(2) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa membacakan isi
tulisan yang melanggar kesusilaan di muka oranng yang belum dewasa sebagaimana
dimaksud dalam ayat yang lalu, jika isi tadi telah diketahuinya.

(3) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan atau pidana
kurungan paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu
rupiah, barang siapa menawarkan, memberikan untuk terus maupun untuk
sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan, tulis- an, gambaran atau
benda yang melanggar kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan
kehamilan kepada seorang yang belum dewasa sebagaimana dimaksud dalam ayat
pertama, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga, bahwa tulisan, gambaran
atau benda yang melang- gar kesusilaan atau alat itu adalah alat untuk mencegah
atau menggugurkan kehamilan.

Pasal 283

Jika yang bersalah melakukan salah satu kejahatan tersebut dalam pasal
282 dan 283 dalam menjalankan pencariannya dan ketika itu belum lampau dua
tahun sejak adanya pemidanaan yang menjadi pasti karena kejahatan semacam itu
juga, maka dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencarian tersebut.

Pasal 284

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:

1.a. seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel),
padahal diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya,

1.b. seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak, padahal
diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya;

2.a. seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal
diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin;

2.b. seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan
itu, padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal 27
BW berlaku baginya.

(2) Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/istri


yang tercemar, dan bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tenggang
waktu tiga bulan diikuti dengan permintaan bercerai atau pisah-meja dan ranjang
karena alasan itu juga.

(3) Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75.

(4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang


pengadilan belum dimulai.

(5) Jika bagi suami-istri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan
selama perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum putusan yang
menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap.

Pasal 285
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang
wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan
perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

Pasal 286

Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan,


padahal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya,
diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

Pasal 287

(1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan,


padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umumya belum lima
belas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas, bawa belum waktunya untuk dikawin,
diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur wanita
belum sampai dua belas tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan pasal 291 dan
pasal 294.

Pasal 288

(1) Barang siapa dalam perkawinan bersetubuh dengan seormig wanita


yang diketahuinya atau sepatutnya harus didugunya bahwa yang bersangkutan
belum waktunya untuk dikawin, apabila perbuatan mengakibatkan luka-luka
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana


penjara paling lama delapan tahun.

(3) Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua
belas tahun.

Pasal 289

Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang


untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena
melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.

Pasal 290

Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:


 – barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal
diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya;
 – barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal
diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya, bahwa umumya belum lima belas
tahun atau kalau umumya tidak jelas, yang bersangkutan belum waktunya untuk
dikawin;
 – barang siapa membujuk seseorang yang diketahuinya atau
sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau
umumya tidak jelas yang bersangkutan atau kutan belum waktunya untuk dikawin,
untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh di
luar perkawinan dengan orang lain.

Pasal 291

(1) Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 286, 2 87, 289, dan 290
mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua belas
tahun;

(2) Jika salah satu kejahatan berdasarkan pasal 285, 2 86, 287, 289 dan
290 mengakibatkan kematisn dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas
tahun.

Pasal 292

Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama
kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

Pasal 293

(1) Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang,
menyalahgunakan pembawa yang timbul dari hubungan keadaan, atau dengan
penyesatan sengaja menggerakkan seorang belum dewasa dan baik tingkahlakunya
untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul dengan dia, padahal
tentang belum kedewasaannya, diketahui atau selayaknya harus diduganya, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang terhadap


dirinya dilakukan kejahatan itu.

(3) Tenggang waktu tersebut dalam pasal 74 bagi pengaduan ini adalah
masing-masing sembilan bulan dan dua belas bulan.
Pasal 294

(1) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, tirinya, anak
angkatnya, anak di bawah pengawannya yang belum dewasa, atau dengan orang
yang belum dewasa yang pemeliharaanya, pendidikan atau penjagaannya diannya
yang belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

(2) Diancam dengan pidana yang sama:

pejabat yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang karena


jabatan adalah bawahannya, atau dengan orang yang penjagaannya dipercayakan
atau diserahkan kepadanya, pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau
pesuruh dalam penjara, tempat pekerjaan negara, tempat pen- didikan, rumah piatu,
rumah sakit, rumah sakit jiwa atau lembaga sosial, yang melakukan perbuatan cabul
dengan orang yang dimasukkan ke dalamnya.

Pasal 295

(1) Diancam:

dengan pidana penjara paling lama lima tahun barang siapa dengan
sengaja menyebabkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh
anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, atau anak di bawah pengawasannya yang
belum dewasa, atau oleh orang yang belum dewasa yang pemeliharaannya,
pendidikan atau penjagaannya diserahkan kepadanya, ataupun oleh bujangnya atau
bawahannya yang belum cukup umur, dengan orang lain;

dengan pidana penjara paling lama empat tahun barang siapa dengan
sengaja menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul, kecuali yang tersebut
dalam butir 1 di atas., yang dilakukan oleh orang yang diketahuinya belum dewasa
atau yang sepatutnya harus diduganya demikian, dengan orang lain.

(2) Jika yang melakukan kejahatan itu sebagai pencarian atau kebiasaan,
maka pidana dapat ditambah sepertiga.

Pasal 296

Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan cabul oleh


orang lain dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencarian atau kebiasaan,
diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana
denda paling banyak lima belas ribu rupiah.

Pasal 297
Perdagangan wanita dan perdagangan anak laki-laki yang belum dewasa,
diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun.

Pasal 298

(1) Dalam hal pemidanaan berdasarkan salah satu kejahatan dalam pasal
281, 284 – 290 dan 292 – 297, pencabutan hakhak berdasarkan pasal 35 No. 1 – 5
dapat dinyatakan.

(2) Jika yang bersalah melakukan salah satu kejahatan berdasarkan pasal
292 – 297 dalam melakukan pencariannya, maka hak untuk melakukan pencarian
itu dapat dicabut.

Pasal 299

(1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.

(2) Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keu tungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia
seorang tabib, bidan atau juruobat, pidmmya dapat ditambah sepertiga

(3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan


pencariannya, dapat dicabut haknya untuk menjalakukan pencarian itu.

1. PENCURIAN

BAB XXII.  PENCURIAN

Pasal 362

(s.d. u. dg.  UU N. 18 / Prp / 1960.) Barangsiapa mengambil suatu barang,


yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk
memilikinya secara melawan hukum, diancam karena pencurian dengan pidana
penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus
rupiah. (KUHP 35, 364, 366, 486.)

Pasal 363.

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:

 – pencurian ternak; (KUHP 101.)


 – pencurian pada waktu terjadi kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi
atau gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta
api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang;
 – pencurian pada waktu malam dalam sebuah rumah atau di
pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada di situ
tanpa diketahui atau tanpa dikehendaki oleh yang berhak; (KUHP 98, 167 dst., 365.)
 – pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan
bersekutu; (KUHP 364 dst.)
 – pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau
untuk dapat mengambil barang yang hendak dicuri itu, dilakukan dengan merusak,
memtng atau memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau
pakaian jabatan palsu. (KUHP 99 dst., 364 dst.)

(2) Bila pencurian tersebut dalam nomor 3 disertai dengan salah satu hal
dalam nomor 4 dan 5, maka perbuatan itu diancam dengan pidana penjara paling
lama sembilan tahun. (KUHP 35, 366, 486,)

Pasal  364.

(s.d.u. dg.  UU N. 16 / Prp / 1960  dan UU N. 18 / Prp / 1960.) Perbuatan


yang diterangkan dalam pasal:362 dan pasal 363 nomor 4’, demikian juga perbuatan
yang diterangkan dalam pasal 363 nomor 5’, bila tidak dilakukan dalam sebuah
rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika harga barang yang dicuri
tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah, diancam karena pencurian ringan
dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak
sembilan ratus rupiah. (R. 95, 110, 116, 129; KUHP 482; S. 1948-17 pasal 8.)

Pasal  365.

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian
yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pencurian itu, atau bila tertangkap tangan, untuk memungkinkan diri sendiri atau
peserta lainnya untuk melarikan diri, atau untuk tetap menguasai barang yang
dicuri. (KUHP 89, 335.)

(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:

1. bila perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau
pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dijalan umum, atau dalam kereta api atau
trem yang sedang berjalan; (KUHP 89, 363.)
2. bila perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;
(KUHP 363-1 sub 4’.)
3. bila yang bersalah masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan
merusak atau memanjat ataa dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau
pakaian jabatan palsu; (KUHP 99 dst., 363.)
4  bila perbuatan mengakibatkan luka berat. (KUHP 90.)

(3) Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, maka yang bersalah


diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. (KUHP 35, 89, 366.)

(4) Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, bila perbuatan
itu mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih
dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam nomor 1’
dan 3’. (KUHP 366, 368, 486.)

Pasal 366

Dalam hal pemidanaan berdasarkan salah satu perbuatan yang dirumuskan


dalum pasal 362. 363, dan 865 dapat dijatuhkan pencabutan hak berdasarkan pasal
35 No. 1 – 4.

Pasal 367

(1) Jika pembuat atau pemhantu ciari salah satu kejahatan dalam bab ini
adalah suami (istri) dari orang yang terkena kejahatan dan tidak terpisah meja dan
ranjang atau terpisah harta kekayaan, maka terhadap pembuat atau pembantu itu
tidak mungkin diadakan tuntutan pidana.

(2) Jika dia adalah suami (istri) yang terpisah meja dan ranjang atau
terpisah harta kekayaan, atau jika dia adalah keluarga sedarah atau semenda, baik
dalam garis lurus maupun garis menyimpang derajat kedua maka terhadap orang itu
hanya mungkin diadakan penuntutan jika ada pengaduan yang terkena kejahatan.

(3) Jika menurut lembaga matriarkal kekuasaan bapak dilakukan oleh


orang lain daripada bapak kandung (sendiri), maka ketentuan ayat di atas berlaku
juga bagi orang itu.

http://starbrantas.blogspot.co.id/2013/01/pasal-338-367-kuhp.html

1. PENCOPETAN

Pasal  365.

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian
yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pencurian itu, atau bila tertangkap tangan, untuk memungkinkan diri sendiri atau
peserta lainnya untuk melarikan diri, atau untuk tetap menguasai barang yang
dicuri. (KUHP 89, 335.)
(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:

1. bila perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau
pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dijalan umum, atau dalam kereta api atau
trem yang sedang berjalan; (KUHP 89, 363.)
2. bila perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;
(KUHP 363-1 sub 4’.)
3. bila yang bersalah masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan
merusak atau memanjat ataa dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau
pakaian jabatan palsu; (KUHP 99 dst., 363.)

4  bila perbuatan mengakibatkan luka berat. (KUHP 90.)

(3) Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, maka yang bersalah


diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. (KUHP 35, 89, 366.)

(4) Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, bila perbuatan
itu mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih
dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam nomor 1’
dan 3’. (KUHP 366, 368, 486.)

1. PENJAMBRETAN

Pasal  365.

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian
yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pencurian itu, atau bila tertangkap tangan, untuk memungkinkan diri sendiri atau
peserta lainnya untuk melarikan diri, atau untuk tetap menguasai barang yang
dicuri. (KUHP 89, 335.)

(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:

1. bila perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau
pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dijalan umum, atau dalam kereta api atau
trem yang sedang berjalan; (KUHP 89, 363.)
2. bila perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;
(KUHP 363-1 sub 4’.)
3. bila yang bersalah masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan
merusak atau memanjat ataa dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau
pakaian jabatan palsu; (KUHP 99 dst., 363.)
4  bila perbuatan mengakibatkan luka berat. (KUHP 90.)

(3) Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, maka yang bersalah


diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. (KUHP 35, 89, 366.)

(4) Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, bila perbuatan
itu mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih
dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam nomor 1’
dan 3’. (KUHP 366, 368, 486.)

1. PEMBUNUHAN

KEJAHATAN TERHADAP NYAWA

Pasal 338

Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 339

Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan


pidana, yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari
pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang
yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur
hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.

Pasal 340

Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu


merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan
pidana rnati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling
lama dua puluh tahun.

Pasal 341

Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa
anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling
lama tujuh tahun.

Pasal 342
Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut
akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak
lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan
pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama
semhi- lan tahun.

Pasal 343

Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang
lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan anak
dengan rencana.

Pasal 344

Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri
yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun.

Pasal 345

Barang siapa sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri,


menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun kalau orang itu jadi bunuh
diri.

Pasal 346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan


kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.

Pasal 347

(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan


kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun.

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut diancam


dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 348

(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan


kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 349

Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan
dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.

Pasal 350

Dalam hal pemidanaan karena pembunuhan, karena pembunuhan dengan


rencana, atau karena salah satu kejahatan berdasarkan Pasal 344, 347 dan 348,
dapat dijatuhkan pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1- 5.

BAB XXI Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan

Pasal 359

Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain


mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan
paling lama satu tahun.

Pasal 360

(1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang


lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.

(2) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebahkan orang


lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timhul penyakit atau halangan menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan
atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.

Pasal 361

Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam


menjalankan suatu jabatan atau pencarian, maka pidana ditamhah dengan sepertiga
dan yang bersalah dapat dicahut haknya untuk menjalankan pencarian dalam mana
dilakukan kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya putusannya
diumumkan.

1. PENIPUAN

“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau


orang lain dengan melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat
palsu, dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakan
orang lain untuk menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau supaya memberi
hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun”.Berdasarkan rumusan pasal tersebut, unsur-
unsur dalam perbuatan penipuan adalah:

Dengan menggunakan salah satu upaya atau cara penipuan (memakai


nama palsu, martabat  palsu, tipu muslihat, rangkaian kebohongan).

Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri dengan melawan


hukum. Menggerakkan orang untuk menyerahkan barang sesuatu atau supaya
memberi hutang maupun menghapuskan piutang.

Unsur poin 1 di atas yaitu mengenai upaya/cara adalah unsur utama untuk
menentukan apakah perbuatan tersebut dapat dikategorikan sebagai penipuan. Hal
ini sebagaimana kaidah dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung No.
1601.K/Pid/1990 tanggal 26 Juli 1990 yang menyebutkan :

“Unsur pokok delict penipuan (ex Pasal 378 KUHP) adalah terletak pada
cara/upaya yang telah digunakan oleh si pelaku delict untuk menggerakan orang lain
agar menyerahkan sesuatu barang.”

Tafsir/penjelasan pasal 378 KUHP tentang penipuan :

Berdasarkan Penjelasan R.Soesilo (KUHP Serta Komentar-komentarnya


Lengkap pasal demi Pasal), Politea Bogor, Tahun 1996. Hal.261 disebutkan bahwa :

* Membujuk = melakukan pengaruh dengan kelicikan terhadap orang,


sehingga orang itu menurutinya berbuat sesuatu yang apabila mengetahui duduk
perkara yang sebenarnya, ia tidak akan berbuat demikian itu.

* Memberikan barang = barang itu tidak perlu harus diberikan


(diserahkan) kepada terdakwa sendiri, sedang yang menyerahkan itupun tidak perlu
harus orang yang dibujuk sendiri, bisa dilakukan oleh orang lain.

* Menguntungkan diri sendiri dengan melawan hak = menguntungkan diri


sendiri dengan tidak berhak.
* Nama palsu = nama yang bukan namanya sendiri. Nama “Saimin”
dikatakan “Zaimin”  itu bukan menyebut nama palsu, akan tetapi kalau ditulis, itu
dianggap sebagai menyebut nama palsu.

* Keadaan palsu = misalnya mengaku dan bertindak sebagai agen polisi,


notaris, pastor, pegawai kotapraja, pengantar surat pos, dsb-nya yang sebenarnya ia
bukan penjabat itu.

* Akal cerdik atau tipu muslihat = suatu tipuan yang demikian liciknya,
sehingga seorang yang berpikiran normal dapat tertipu. Suatu tipu muslihat sudah
cukup, asal cukup liciknya.

* Rangkaian kata-kata bohong : satu kata bohong tidak cukup, disini harus
dipakai banyak kata-kata bohong yang tersusun sedemikian rupa, sehingga
kebohongan yang satu dapat ditutup dengan kebohongan yang lain, sehingga
keseluruhannya merupakan suatu ceritera sesuatu yang seakan-akan benar.

* Tentang “barang” tidak disebutkan pembatasan, bahwa barang itu harus


kepunyaan orang lain. Jadi membujuk orang untuk menyerahkan barang sendiri,
juga dapat masuk penipuan, asal elemen-elemen lain dipenuhinya.

1. PENODONGAN SENJATA TAJAM

Pasal 365.

Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian


yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pencurian itu, atau bila tertangkap tangan, untuk memungkinkan diri sendiri atau
peserta lainnya untuk melarikan diri, atau untuk tetap menguasai barang yang
dicuri. (KUHP 89, 335.)

Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:

1. bila perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau
pekarangan tertutup yang ada rumahnya, dijalan umum, atau dalam kereta api atau
trem yang sedang berjalan; (KUHP 89, 363.)
2. bila perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;
(KUHP 363-1 sub 4’.)
3. bila yang bersalah masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan
merusak atau memanjat ataa dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau
pakaian jabatan palsu; (KUHP 99 dst., 363.)

4  bila perbuatan mengakibatkan luka berat. (KUHP 90.)

Bila perbuatan itu mengakibatkan kematian, maka yang bersalah diancam


dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. (KUHP 35, 89, 366.)

Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, bila perbuatan
itu mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih
dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam nomor 1’
dan 3’. (KUHP 366, 368, 486.)

Pasal 368 KUHP

(1)   Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau


orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau
sebagaian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat hutang
maupun menghapuskan piutang, diancam karena pemerasan, dengan pidana
penjara maksimum 9 tahun.

(2)   Ketentuan Pasal 365 ayat kedua, ketiga dan keempat berlaku bagi
kejahatan ini.

1. PENGANIAYAAN

Bab XX – Penganiayaan

Pasal 351 penganiayaan biasa

(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah,

(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam


dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.

(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.


(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 352 penganiayaan ringan

(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan
yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana
penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima
ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan
itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.

(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 353 penganiayaan berencana

(1) Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana


penjara paling lama empat tahun.

(2) Jika perbuatan itu mengakibatka luka-luka berat, yang bersalah


dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

(3) Jika perbuatan itu mengkibatkan kematian yang bersalah diancam


dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

Pasal 354 penganiayaan berat

(1) Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena
melakukan penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam


dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun.

Pasal 355 penganiayaan berat berencana

(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu,


diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam


dengan pidana penjara paling lams lima belas tahun.

Pasal 356
Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354 dan 355 dapat ditambah
dengan sepertiga:

1. bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang


sah, istrinya atau anaknya;
2. jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang pejsbat ketika atau
karena menjalankan tugasnya yang sah;
3. jika kejahatan itu dilakukan dengan memberikan bahan yang
herbahaya bagi nyawa atau kesehatan untuk dimakan atau diminum.

Pasal 357

Dalam hal pemidanaan karena salah satu kejahatan berdasarkan pasal 353
dan 355, dapat dijatuhkan pencabutan hak berdasarkan pasal 3o No. 1 – 4.

Pasal 358

Mereka yang sengaja turut serta dalam penyerangan atau perkelahian di


mana terlibat beberapa orang, selain tanggung jawab masing-masing terhadap apa
yang khusus dilakukan olehnya, diancam:

1. dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan, jika
akibat penyerangan atau perkelahian itu ada yang luka-luka berat;
2. dengan pidana penjara paling lama empat tahun, jika akibatnya ada
yang mati.

1. Kenakalan Remaja
2. Pengertian Kenakalan Remaja

Remaja adalah masa peralihan diantara masa anak-anak dan masa dewasa
dimana anak-anak mengalami pertumbuhan cepat di segala bidang. Mereka bukan
lagi anak-anak, baik bentuk badan, sikap, cara berfikir dan bertindak, tetapi bukan
pula orang dewasa yang telah matang. Masa ini mulai kira-kira umur 13 tahun dan
berakhir kira-kira umur 21 tahun.

Dalam melalui masa remaja ini tidak sedikit anak-anak yang mengalami
kesulitan dan problem-problem yang kadang-kadang menyebabkan kesehatan
terganggu, jiwanya cemas dan gelisah. Masa remaja adalah masa yang penuh dengan
tantangan di dalam kehidupan dan perkembangan jiwanya, konflik-konflik dalam
diri remaja sering kali menimbulkan masalah, hal tersebut tergantung sekali pada
keadaan remaja itu sendiri dan lingkungannya. (Wiryo, 2015:104)
Adapun pengertian dari kenakalan remaja itu sendiri adalah semua prilaku
yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang di lakukan oleh remaja.
Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Kenakalan remaja sering kali disebut juga dengan Juvenile Delinquency


ialah prilaku jahat (dursila) atau kejahatan anak-anak muda. Anak-anak muda yang
jahat itu disebut juga sebagai anak cacat secara sosial.

Sumiati (2009), mendefinisikan kenakalan remaja adalah suatu perilaku


yang dilakukan oleh remaja dengan mengabaikan nilai-nilai sosial yang berlaku di
dalam masyarakat. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang
dari norma-norma dan hukum yang dilakukan oleh remaja. Perilaku ini dapat
merugikan dirinya sendiri dan orang-orang sekitarnya.

Hurlock (1999), menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan


pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat
membuat seseorang atau remaja yang melakukannya masuk kedalam penjara.

Gunarsa (2004), mendefinisikan kenakalan remaja itu terjadi pada remaja


yang mempunyai konsep diri lebih negatif dibandingkan dengan remaja  yang tidak
bermasalah. Remaja  yang dibesarkan dalam keluarga kurang harmonis dan
memiliki kecenderungan yang lebih besar menjadi remaja yang nakal dibandingkan
remaja yang dibesarkan dalam keluarga harmonis dan memiliki konsep diri yang
positif.

Berdasarkan beberapa pendapat dari para tokoh diatas, jadi yang dimaksud
dengan kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan
yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.

2. Bentuk – Bentuk Kenakalan Remaja

Menurut Kartono (2003), bentuk-bentuk perilaku kenakalan remaja dibagi


menjadi empat, yaitu:

1. Kenakalan Remaja Terisolir (Delinkuensi Terisolir)

Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari kenakalan remaja. Pada


umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis. Perbuatan nakal mereka
didorong oleh faktor-faktor berikut:

1)      Keinginan meniru dan ingin konform dengan gangnya, jadi tidak ada
motivasi,  kecemasan atau konflik batin yang tidak dapat diselesaikan.

2)      Kebanyakan berasal dari daerah kota yang transisional sifat yang
memiliki subkultur kriminal.
3)      Pada umumnya remaja berasal dari keluarga berantakan, tidak
harmonis, dan mengalami banyak frustasi.

4)      Remaja dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali


mendapatkan supervisi dan latihan kedisiplinan yang teratur, sebagai akibatnya dia
tidak sanggup menginternalisasikan norma hidup normal.

Kenakalan remaja ini disebabkan karena faktor lingkungan terutama tidak


adanya pendidikan kepada anak, sehingga anak cenderung bebas untuk melakukan
sesuatu sesuai kehendaknya.

1. Kenakalan Remaja Neurotik (Delinkuensi Neurotik)

Pada umumnya, kenakalan remaja tipe ini menderita gangguan kejiwaan


yang cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa
bersalah dan berdosa dan lain sebagainya. Ciri-ciri perilakunya adalah:

1)      Perilaku nakalnya bersumber dari sebab-sebab psikologis yang sangat


dalam, dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima norma, dan nilai subkultur
gang yang kriminal itu saja.

2)      Perilaku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang
belum terselesaikan.

3)      Biasanya remaja ini melakukan kejahatan seorang diri, dan


mempraktekkan jenis kejahatan tertentu.

4)      Remaja nakal ini banyak yang berasal dari kalangan menengah.

5)      Remaja memiliki   ego   yang   lemah,   dan   cenderung   mengisolir  


diri    dari lingkungan.

6)      Motif kejahatannya berbeda-beda.

7)      Perilakunya menunjukkan kualitas kompulsif (paksaan).

1. Kenakalan Remaja Psikotik (Delinkuensi Psikopatik)

Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari


kepentingan umum, dan segi keamanan, kenakalan remaja ini merupakan oknum
kriminal yang paling berbahaya. Ciri tingkah laku mereka adalah:
 1) Hampir seluruh remaja delinkuen psikopatik ini berasal dan
dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi banyak
pertikaian keluarga.
 2) Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa, atau
melakukan pelanggaran.
 3) Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya
yang kacau, dan tidak dapat diduga.
 4) Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan
norma-norma sosial yang umum berlaku, juga tidak peduli terhadap norma
subkultur gangnya sendiri.
 5) Kebanyakan dari mereka juga menderita gangguan neurologis,
sehingga mengurangi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri. Psikopat
merupakan bentuk kekalutan mental dengan karakteristik sebagai berikut: tidak
memiliki pengorganisasian dan integrasi diri, orangnya tidak pernah bertanggung
jawab secara moral, selalu mempunyai konflik dengan norma sosial dan hukum.
Mereka sangat egoistis, anti sosial, dan selalu menentang apa, dan siapapun tanpa
sebab. Kenakalan remaja ini pada tahap yang serius karena mengarah ke kriminal,
dan sadisme. Kenakalan ini dipicu adanya perilaku turunan atau tingkah laku dari
keluarga (orang tua) yang berbuat sadis, sehingga anaknya cenderung untuk meniru.

1. Kenakalan Remaja Defek Moral (Delinkuensi Defek Moral)

Defek (defect, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat,
kurang. Kenakalan remaja defek moral mempunyai ciri-ciri:  selalu melakukan
tindakan anti sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan, namun
ada disfungsi pada inteligensinya. Kelemahan remaja delinkuen tipe ini adalah
mereka tidak mampu mengenal dan memahami tingkah lakunya yang jahat, juga
tidak mampu mengendalikan dan mengaturnya, mereka selalu ingin melakukan
perbuatan kekerasan, penyerangan dan kejahatan, rasa kemanusiaannya sangat
terganggu, sikapnya sangat dingin tanpa afeksi jadi ada kemiskinan afektif, dan
sterilitas emosional.

Jensen (dalam Sarwono, 2010) membagi kenakalan remaja menjadi empat


bentuk:

1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain:


perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.
2. Kenakalan yang meninbulkan korban materi: perusakan, pencurian,
pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.
3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain:
pelacuran, penyalah gunaan obat, hubungan seks bebas.
4. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak
sebagai pelajar dengan cara membolos, minggat dari rumah, membantah perintah.

 
3. Faktor Penyebab Kenakalan Remaja

Menurut Turner & Helms (1987) faktor penyebab Juvenile delinquency


(kenakalan remaja), antara lain:

1. Kondisi keluarga yang berantakan (broken home)

Kondisi keluarga yang berantakan merupakan cerminan adanya ketidak-


harmonisan antara individu (suami-istri, atau orang tua anak) dalam lembaga rumah
tangga hubungan suami yang tidak sejalan atau seirama yakni ditandai dengan
pertengkaran, percecokan, maupun konflik terus menerus. Selama pertengkaran,
anak-anak akan melihat, mengamati, dan memahami tidak adanya kedamaian dan
ketentraman antara kedua orang tua mereka. Akibatnya mereka melarikan diri
untuk mencari kasih sayang dan perhatian dari pihak lain.

1. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua

Kebutuhan hidup seorang anak tidak hanya bersifat materi saja, tetapi lebih
dari itu. Ia juga memerlukan kebutuhan psikologis untuk pertumbuhan dan
perkembangan kepribadiannya. Dalam memasuki zaman industrialisasi ini, banyak
keluarga modern suami-istri bekerja diluar rumah hanya untuk mengejar kebutuhan
materi yang berkecukupan makin lama ada kecenderungan tugas dan tanggung
jawab sebagai orang tua diserahkan kepada pembantu.

1. Status sosial ekonomi orang tua rendah.

Kehidupan ekonomi yang mapan, berarti semua kebutuhan keluarga dapat


terpenuhi dengan baik, termasuk keperluan pendidikan, kesehatan, dan rekreasi
anak-anak.

1. Penerapan kondisi keluarga yang tidak tepat.

Sebagian dari orang tua beranggapan bahwa penerapan disiplin terhadap


anak-anak berarti harus dilakukan secara tegas, keras tidak dikenal kompromi serta
tidak mengenal belas kasihan kepada anak. Ketika anak sering memperoleh
perlakuan kasar dan keras dari orang tua. Akan tetapi, mereka cenderung melakukan
tindakan-tindakan yang negatif, sebagai pelarian maupun protes terhadap orang
tuanya.

Menurut Santrock (1995) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi


kenakalan remaja, yaitu:

1. Identitas

Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson (dalam


Santrock, 1995), masa remaja ada pada tahap dimana krisis identitas versus difusi
identitas harus diatasi. Perubahan biologis dan sosial memungkinkan terjadinya dua
bentuk integrasi terjadi pada,  kepribadian remaja: (1) terbentuknya perasaan akan
konsistensi dalam kehidupannya dan (2) tercapainya identitas peran, kurang lebih
dengan cara menggabungkan motivasi, nilai-nilai, kemampuan dan gaya yang
dimiliki remaja dengan peran yang dituntut dari remaja.

1. Kontrol diri

Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk


mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Beberapa anak
gagal dalam mengembangkan kontrol diri yang esensial yang sudah dimiliki orang
lain selama proses pertumbuhan. Hasil penelitian yang dilakukan Santrock (2002),
menunjukan bahwa ternyata kontrol diri mempunyai peranan penting dalam
kenakalan remaja. Pola asuh orang tua yang efektif dimasa kanak-kanak (peranan
strategi yang konsisten, berpusat pada anak dan tidak aversif) berhubungan dengan
dicapainya pengaturan diri oleh anak. Selanjutnya, dengan memiliki ketrampilan ini
sebagai atribut internal akan berpengaruh pada menurunnya tingkat kenakalan
remaja.

1. Usia

Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan


penyerangan serius nantinya dimasa remaja, namun demikian tidak semua anak
yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan.

1. Jenis kelamin

Remaja laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada
perempuan. Menurut catatan kepolisian Kartono (2006) pada umumnya jumlah
remaja laki-laki yang melakukan kejahatan dalam kelompok gang diperkirakan 50
kali lipat daripada gang remaja perempuan.

1. Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah

Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang


rendah terhadap pendidikan di sekolah. Mereka merasa bahwa sekolah tidak begitu
bermanfaat untuk kehidupannya sehingga biasanya nilai-nilai mereka terhadap
sekolah cenderung rendah dan mereka tidak mempunyai motivasi untuk sekolah.

1. Proses keluarga

Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja.


Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orang tua terhadap
aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang
orang tua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja.

1. Pengaruh teman sebaya


Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan
remaja untuk menjadi nakal.

1. Kelas sosial ekonomi

Ada kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari


kelas sosial ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan dengan jumlah remaja
nakal di antara daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang
memiliki banyak privilege diperkirakan 50 : 1 (Kartono, 2006).

1. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal

Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan


remaja. Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan remaja
mengamati berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh
hasil atau penghargaan atas aktivitas kriminal mereka.

Gunarsa (2004) mengelompokkan faktor-faktor penyebab kenakalan


remaja menjadi :

1. Faktor pribadi

Setiap anak memiliki kepribadian khusus, dan keadaan khusus pada anak
ini dapat menjadi sumber munculnya perilaku menyimpang. Keadaan khusus ini
adalah keadaan konstitusi yaitu potensi bakat atau sifat dasar pada anak yang
kemudian melalui proses perkembangan, kematangan atau perangsangan dari
lingkungan menjadi aktual, muncul dan berfungsi .

1. Faktor keluarga

Keluarga mempunyai peranan yang besar terhadap perkembangan sosial


pada anak. Keluarga secara langsung atau tidak langsung akan berhubungan terus
menerus dengan anak, memberikan rangsangan melalui berbagai corak komunikasi
antara orang tua dengan anak, hubungan antar pribadi dalam keluarga yang meliputi
pula hubungan antar saudara menjadi faktor yang penting terhadap munculnya
perilaku yang tergolong nakal. Struktur tanggung jawab dalam sebuah keluarga
secara umum bahwa ayah bertugas mencari nafkah, sedangkan ibu bertugas
merawat rumah dan mendidik anak- anak, sehingga fungsi ibu dalam proses
pengasuhan dan pendidikan terhadap anak sangat penting. Fungsi ibu tersebut
dapat mengalam hambatan jika ibu keluar dari jalur tanggung jawabnya, seperti ikut
bekerja di luar rumah, sehingga pengasuhan dan pendidikan terhadap anak bisa jadi
kurang maksimal.

1. Lingkungan sosial dan dinamika perubahannya

Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat memunculkan


ketidakserasian dan ketegangan yang berdampak pada sikap dan lingkungan
pergaulan. Perubahan jaman yang begitu cepat dan arus informasi yang tidak
terkontrol akan membuat seseorang mudah terpengaruh serta lingkungan yang
negatif akan menjerumuskan anak pada perilaku nakal.

4. Hukum Pidana Kenakalan Remaja


1. Menurut KUHP : Belum Berumur 16 Tahun (pasal 45
KUHP)

Dalam hal penuntutan pidana terhadap orang yang belum dewasa yang
berumur di bawah enam belas tahun karena melakukan suatu perbuatan, hakim
dapat menentukan: memerintahkan supaya yang bersalah itu dikembalikan kepada
orang tuanya, watinya atau pemeliharanya, tanpa dikenakan suatu pidana apa pun;
atau memerintahkan supaya yang bersalah itu diserahkan kepada pemerintah tanpa
pidana apa pun, bila perbuatan tersebut merupakan kejahatan atau salah satu
pelanggaran berdasarkan pasal 489, 490, 492, 496, 497, 503-505, 514, 517-519, 526,
531, 532, 536, dan 540, serta belum lewat dua tahun seiak dinyatakan bersalah
karena melakukan kejahatan atau salah satu pelanggaran tersebut di alas, dan
putusannya telah menjadi tetap atau menjatuhkan pidana kepada yang bersalah.

Bab III Buku I KUHP mengatur tentang hal-hal yang menghapuskan,


mcngurangkan atau mcmbcratkan pidana. Tentang hal yang memperingan
(mengurangkan) pidana dimuat dalam pasal 45, 46, dan 47. Akan tetapi, sejak
bcrlakunya UU No.3 tahun 1997 tentang Peradilan Anak (diundangkan tanggal 3
Januari 1997 dan berrlaku scjak tanggal 3 Januari 1998), kctiga pasal itu telah tidak
berlaku lagi (pasal 67). Kini penting hanya dari segi sej arah hukum pidana,
khususnya pidana anak. Sebelum membicarakan tentang hal yang memperingan
pidana bagi anak menurut UU No. 3 tahun 1997, baik juga kiranya untuk sekadar
dikctahui, secara scpintas dibicarakan ketiga pasal tersebut.

Menurut pasal 45, hal yang memperingan pidana ialah sebab si pembuat
mcrupakan seorang anak yang umurnya belum mencapai 16 (enam belas) tahun.
Inilah satu-satunya dasar yang memperingan pidana umum yang ditentukan dalam
Bab III Buku I.

Menurut pasal 45 bahwa terhadap seorang yang belurn dewasa yang


dituntut pidana karena melakukan suatu perbuatan ketika umurnya belum enam
belas (16) tahun maka hakim dapat menentukan salah satu di antara tiga (3)
kemungkinan, yaitu:

1. memerintahkan agar anak itu dikembalikan kepada orang tuanya,


walinya, atau pemeliharanya tanpa pidana apa pun
2. memerintahkan agar anak itu diserahkan kepada pemerintah, tanpa
pidana apa pun, ialah apabila perbuatan yang dilakukannya berupa kejahatan atau
salah satu pelanggaran pasal: 489, 490, 492,496, 497, 503, 505,514, 517-519,
526,531, 532, 536, dan 540 dan belum lewat 2 tahun sejak dinyatakan bersalah
karena melakukan kejahatan atau salah satu pelanggaran tersebut di atas dengan
putusan yang telah menjadi tetap
3. menjatuhkan pidana

Kemungkinan yang pertama dan kedua adalah berupa tindakan


(maatregel). Pada kemungkinan yang kedua-menyerahkan anak itu pada
pemerintah-dapat dipilih oleh hakim, dalam dua hal, yaitu:

1. Dalam hal anak itu melakukan kejahatan;


2. Dalam hal anak itu melakukan pelanggaran:

 1) terhadap pasal: 489, 490, 492, 496, 497, 503, 505, 514, 517-519, 526,
531, 532, 536, dan 540;
 2) yang pclanggaran mana belum lcwat 2 (dua) tahun (pcngulangan)
sejak dijatuhi pidana dengan putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

1. Deskripsi Macam-Macam Kenakalan Remaja dari Sisi


Yuridis Formal

1)      Penyalahgunaan Narkoba

Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang


Narkotika menyebutkan bahwa

 (1) Setiap Penyalah guna:

1. Narkotika Golongan I bagi dirinya sendiri, dipidana dengan pidana


penjara paling lama 4 (empat) tahun
2. Narkotika Golongan II bagi dirinya sendiri, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun
3. Narkotika Golongan III bagi dirinya sendiri, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun

2)      Seks Bebas                       

Secara khusus mengenai seks bebas tidak diatur dalam KUHP tetapi
tindakan tersebut dapat menjerumuskan kita pada tindak pidana tertentu, seperti:

1. a) Melanggar kesusilaan didepan umum

Pasal 281 KUHP menyatakan bahwa : Dipidana dengan pidana penjara


selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat
ribu lima ratus rupiah:

 Ke-1 barangsiapa dengan sengaja merusak kesusilaan dihadapan


umum;
 Ke-2 barangsiapa dengan sengaja merusak kesusilaan dimuka orang
lain yang hadir tidak dengan kemauannya sendiri

1. b) Tindak Pidana Perkosaan

Pasal 285 KUHP menyatakan bahwa “Barangsiapa yang dengan kekerasan


atau dengan ancaman memaksa perempuan yang bukan isterinya bersetubuh
dengan dia, karena perkosaan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua
belas tahun”.

1. c) Berzina

Pasal 284 ayat (1) KUHP menyatakan bahwa : Dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya Sembilan bulan:

 Ke-1

1. a) laki-laki yang beristri yang berzina sedang diketahuinya, bahwa


pasal 27 Kita Undang-Undang Hukum Perdata berlaku baginya;
2. b) perempuan yang bersuami yang berzina;

 Ke-2

1. a) laki-laki yang turut melakukan perbuatan itu, sedang diketahuinya


bahwa yang turut bersalah itu bersuami
2. b) perempuan yang tiada bersuami yang turut melakukan perbuatan
itu, padahal diketahuinya, bahwa yang turut bersalah itu beristri dan pasal 27 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata berlaku bagi yang turut bersalah itu
3. d) Menggugurkan kandungan

 Pasal 346 KUHP menyatakan bahwa “Wanita yang dengan sengaja


menyebabkan gugur atau mati kandungannya, atau menyuruh orang lain
menyebabkan itu, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya emapat tahun”
 Pasal 348 KUHP menyatakan :
 (1) Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati
kandungan seorang wanita dengan izin wanita itu, dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya lima tahun enam bulan
 (2) Jika perbuatan itu berakibat wanita itu mati, ia dipidana dengan
pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun.

1. e) Membunuh anak yang baru dilahirkan

Pasal 341 KUHP menyatakan “Seorang ibu yang karena takut akan
diketahui ia sudah melahirkan anak, pada ketika anak itu dilahirkan atau tiada
berapa lama sesudah dilahirkan, dengan sengaja menghilangkan nyawa anak itu
dipidana karena bersalah melakukan pembunuhan anak, dengan pidana penjara
selama-lamanya tujuh tahun”
1. f) Tindak Pidana yang berkaitan dengan Perlindungan Anak

 Pasal 81 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 2002 menyatakan “Setiap orang


yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 tahun dan paling singkat 3 tahun dan denda paling
banyak 300 juta dan paling sedikit 60 juta.
 Pasal 82 UU Nomor 23 Tahun 2002 menyatakan “Setiap orang yang
dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa,
melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau membujuk anak untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 tahun dan paling singkat 3 tahun dan denda paling banyak
300 juta dan paling sedikit 60 juta.

3)      Tawuran

Pasal 358 KUHP menyatakan bahwa “Barangsiapa dengan sengaja turut


serta dalam penyerangan atau perkelahian yang dilakukan oleh beberapa orang,
maka selain dari tanggungannya masing-masing atas perbuatan yang istimewa
dilakukannya dipidana:

(1)   Ke-1; dengan pidana penjara selama-lamanya dua tahun delapan


bulan, jika penyerangan atau perkelahian itu hanya berakibat ada orang luka berat.

(2)   Ke-2; dengan pidana penjara selama-lamanya empat tahun, jika


penyerangan itu berakibat ada orang mati.

 4) Pembunuhan

Dalam kasus pembunuhan diatur dalam buku II BAB XIX pasal 338 yang
berbunyi : barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain diancam karena
pembunuhan dgn pidana penjara 15 tahun.

 5) Penganiayaan Berat

Dalam kasus penganiayaan diatur dalam buku II BAB XIX pasal 354 yang
berbunyi: jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah akan diancam penjara
10 tahun.

 6) Pencurian biasa

Kasus pencurian di atur pasal 362 yang berbunyi: Barang siapa


mengambil barang, yang seluruhnya/sebagian kepunyaan org lain untuk dimiliki
diancam penjara 5 tahun.

 
DAFTAR PUSTAKA

Alfitra, S.H., M.H. 2012. Hapusnya Hak Menuntut & Menjalankan Pidana. Jakarta:


Penebar Swadaya Grup.

Andi, Hamzah. 2006. Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional


Dan Internasional. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Anis, Ibrâhîm,  et,  al-Mu’jam al-Washit, Juz. I,  Mishr: Dâr  al-Ma’ârif, 1982


M./1392 H.

Azhar, Fadilla. 2011. Kriminalitas Sosiolog. (Online) http:fadilla-


azhar.blogspot.com-kriminalitas-sosiolog. Diakses 08 April 2017.

2004. Gunarsa Singgih, Yuliah Singgih D. Gunarsa. 2004. Psikologi Perkembangan


Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.

Departemen Agama RI, Al-Hidayah: Alquran Tafsir  Perkata   Tajwid  Kode


Angka, Banten: Kalim, t.t.

Edi. 2015. Kriminaliitas. (Online) http:edyblogspot.com-kriminalitas. Diakses 09


April 2017.

Ghazali. 1999. Al-Mustasyfâ fî ‘Ilmi al-Ushûl. Bayrut: Dar Al-Fikr.

Harlock. 1999. Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang ruang


kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Haryanto. 2011. Pengertian model pembelajaran. (online).


http:belajarpsikologi.com-pengertian-model-pembelajaran. Diakses 10 April 2017

Kartono Kartini. 1985. Peranan keluarga memandu anak. Jakarta: Raja Wali

Kartono, Kartini. 1986. Psikologi Anak,alumni bandung.

Kartono, Kartono. 2006. Patologi sosial 2 kenakalan remaja. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. 2016. (Online).


http:pasalkuhp.blogspot.com. Diakses 08 April 2017.

Ma’luf, Luis. 1986. Munjid fi al-Lughah, Bayrut: Dar Al-Masyriq.


Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau dari Pelbagai Aspeknya.  Jakarta: UI Press.

Ninik, Widayanti, Panji Anaroga. 1987. Perkembangan Kenakalan dan Masalahnya


Ditinjau dari Segi Kriminologi dan Sosial,Pradnya Paramita, Jakarta.

POLRI. 2006. Perpolisian Masyarakat. Jakarta: Kepolisisan Negara Republik


Indonesia

Santrock, J. W.  2003. Adolescence. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. 1995. Perkembangan masa hidup. Jakarta: Erlangga.

Setiana, Wiryo, 2015, Patologi Sosial, CV. Mimbar Pustaka, Bandung.

Sinamora, R. 1998. Fakta dan  Saksi (Korban Pemerkosaan Etnik Tionghoa 13-14


Mei 1998), Harian Suara.

Soerjono, Soekanto. 1998. Sosiologi Penyimpangan. Jakarta: Rajawali.

Sumiyati, dkk.  2009. Kesehatan jiwa remaja dan konseling . Jakarta: Trans Info
Media

Sunarwiyati S. 1985. Pengukuran sikap terhadap kenakalan remeja di DKI Jakarta.


Jakarta: Laporan penelitian UI.

Supratiknya. 2003. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta:


Pustaka.

Topo, Santoso, Eva Achajani. 2003. Kriminologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Turner, J. S, Helms, D. B. 1987. Life span development. USA: Holt. Reinchart And


Winston, Internal Edition.

Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai