Nama : Tobroni
Kelas : XII IPS 2
Pelajaran : Pendidikan
Kewarganegaraan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat , karunia dan hidayahnya
kepada kita semua sehingga akhirnya tugas ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam
senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya yang setia
menemani hingga akhir zaman. Adapun judul karya tulis ini yakni “Kenakalan Remaja”.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak memiliki kekurangan.Oleh karena itu
segala saran dan kritik yang membangun , penulis harapkan untuk kemajuan masa-masa
mendatang.Harapan penulis semoga penulis tugas ini dapat diambil manfaatnya oleh
pembaca.
DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan....................................................................
1.2 Tujuan Penulisan.........................................................................................
1.3 Sumber Data...............................................................................................
1.4 Rumusan Masalah......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kenakalan Remaja.........................................................................
2.2 Landasan Teori............................................................................................
2.3 Masa Remaja..............................................................................................
BAB III KENAKALAN REMAJA
A. Pengertian Kenakalan Remaja.................................................................
B. Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja...........................................
BAB IV MASALAH-MASALAH REMAJA
A. Penyalahgunaan Obat Bius dan Alkohol..................................................
B. Kehamilan.................................................................................................
C. Masalah Pergaulan Bebas Pria-Wanita....................................................
I. Arti Pergaulan Bebas............................................................................
II. Pacaran................................................................................................
D. Kecanduan Narkotika Pada Remaja........................................................
E. Pornografi..................................................................................................
F. Mencontek................................................................................................
G. Merokok....................................................................................................
Hal-Hal yang Bisa di Lakukan untuk Mengatasi Kenakalan Remaja............
Gambar-Gambar Kenakalan Remaja yang Tidak Patut di Contoh...............
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Singgih D. Gumarso (1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja
digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu : (1)
kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga
tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum ; (2) kenakalan yang bersifat
melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang
berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa. Menurut
bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan ; (1)
kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah
tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti
mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin (3) kenakalan khusus
seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll. Kategori di
atas yang dijadikan ukuran kenakalan remaja dalam penelitian.
1. Keberfungsian sosial
Istilah keberfungsian sosial mengacu pada cara-cara yang dipakai oleh individu akan
kolektivitas seperti keluarga dalam bertingkah laku agar dapat melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya serta dapat memenuhi kebutuhannya. Juga dapat diartikan sebagai kegiatan-
kegiatan yang dianggap penting dan pokok bagi penampilan beberapa peranan sosial tertentu
yang harus dilaksanakan oleh setiap individu sebagai konsekuensi dari keanggotaannya
dalam masyarakat. Penampilan dianggap efektif diantarannya jika suatu keluarga mampu
melaksanakan tugas-tugasnya, menurut (Achlis, 1992) keberfungsian sosial adalah
kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam
situasi social tertentu berupa adanya rintangan dan hambatan dalam mewujudkan nilai
dirinnya mencapai kebutuhan hidupnya.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai,
norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain,
juga segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
Sifat hakikat kebudayaan sebagai berikut :
- Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia
- Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak
akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan
- Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya
- Kebudayaan mencangkup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-
tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan
yang diizinkan
· Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan
kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal
(period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola
pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak.
Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan
mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan
akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang
sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi
menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta
mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri.
· Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanyamengenai berbagai
fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri
mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian
tersendiri dalam menghadapi masalahmasalah populer yang berkenaan dengan lingkungan
mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi
menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka
selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada
dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih
banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama
ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya
“kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya
· Dimensi Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa
berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan
Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk
berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa
memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada
para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau
kegiatan ehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengancepat,
hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis. Pada usia 16 tahun ke
atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan
dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata
memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun
dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian
menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan
tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan. Para
remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka
terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering
dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat
jangka pendek atau jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-
jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati,
lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Dari beberapa dimensi perubahan yang
terjadi pada remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan –
kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini. Diantaranya adalah perilaku yang
mengundang resiko dan berdampak negative pada remaja. Perilaku yang mengundang resiko
pada masa remaja misalnya seperti penggunaan alcohol, tembakau dan zat lainnya; aktivitas
social yang berganti – ganti pasangan dan perilaku menentang bahaya seperti balapan,
selancar udara, dan layang gantung (Kaplan dan Sadock, 1997). Alasan perilaku yang
mengundang resiko adalah bermacam – macam dan berhubungan dengan dinamika fobia
balik ( conterphobic dynamic ), rasa takut dianggap tidak cakap, perlu untuk menegaskan
identitas maskulin dan dinamika kelompok seperti tekanan teman sebaya.
BAB III
KENAKALAN REMAJA
BAB IV
MASALAH-MASALAH REMAJA
Remaja adalah masa ketika identitas dikembangkan lebih besar (Erikson, 1963).
Suatu kelompok anak berumur 11 tahun adalah betul-betul homogen. Bagaimanapun juga, 6
tahun kemudian ada beberapa yang menjadi anak nakal, yang lain menjadi siswa teladan,
beberapa menjadi ahli matematika, ada yang pemain drama, dan yang lain lagi ahli mesin.
Pengalaman di rumah dan di sekolah sebelum remaja, berperan penting dalam menentukan
remaja sebagai individu. Demikian juga pengalaman di SMP dan SMA berperan penting
dalam membantu siswa-siswa melalui masa-masa sulit untuk sebagian besar mereka.
Hampir sebagian besar anak remaja mengalami suatu konflik emosi (Blos, 1989).
Untuk sebagian besar remaja, kekacauan emosi dapat ditangani dengan sukses, tetapi untuk
beberapa remaja lari pada obat bius atau bunuh diri.
Kenakalan Remaja
Satu dari masalah yang paling serius dari remaja adalah remaja nakal atau
delinquent, dan kebanyakan laki-laki. Remaja nakal biasanya berprestasi rendah. Biasanya
mereka didukung oleh kelompoknya. Sebab-sebab terjadinya anak nakal atau juvenile
delinquency pada umumnya adalah sebab yang kompleks, yang berarti suatu sebab dapat
menimbulkan sebab yang lain. Para peneliti melihat banyak kemungkinan penyebab
kenakalan remaja. Sedangkan para ahli sosiologi berpendapat bahwa kenakalan remaja
adalah suatu penyesuaian diri, yaitu respons yang dipelajari terhadap situasi lingkungan yang
tidak cocok atau lingkungan yang memusuhinya. Hasil penelitian Robbin (1986)
berpendapat, kenakalan remaja akibat adanya masalah neurobiological, sehingga
menimbulkan genetik yang tidak normal. Ahli lain berpendapat kenakalan remaja merupakan
produk dari konstitusi defektif mental dan emosi-emosi mental. Mental dan emosi anak
remaja belum matang, masih labil, dan rusak akibat proses condition sering lingkungan yang
buruk.
B. Kehamilan
Kehamilan dan melahirkan anak bertambah di antara beberapa kelompok gadis remaja,
terutama pada masyarakat yang kurang mampu. Jika laki-laki remaja sering bertingkah laku
sebagai anak nakal untuk mencoba membuktikan kemandirian mereka dan kontrol orang
dewasa, demikian juga bagi gadis remaja. Mereka membuktikannya dalam bentuk seks dan di
banyak kasus dengan mempunyai anak, sehingga memaksa dunia melihat mereka sebagai
orang dewasa. Sejak melahirkan anak, gadis remaja menjadi sulit untuk melanjutkan sekolah
atau mencari pekerjaan. Oleh karena itu, peranan sekolah dalam membantu gadis yang
mengalami “kecelakaan” sangat dibutuhkan. Sebaiknya, sekolah tidak mengeluarkan remaja
yang hamil di luar nikah. Biarlah mereka tetap diperbolehkan meneruskan sekolah mereka
sampai lulus sehingga memudahkan dia mencari pekerjaan.
a. Umur
Faktor umur penting sekali. Makin lanjut usia pemuda-pemudi, diharapkan mereka juga
lebih memperlihatkan kematangan. Taraf kematangan ini perlu supaya mereka dapat
mempertimbangkan dengan baik sifat dan tingkat pacaran dalam hubungannya dengan batas-
batas kesopanan. Makin muda usianya, makin sulit mempertimbangkan batas-batas
kesopanan dan pembagian waktu. Sering terlihat murid-murid S.M.P. sudah mulai bergaul
terlalu rapat dengan seorang kawan lain jenis. Ia juga bergaul terlalu dekat dengan teman
sejenis. Pergaulan yang terlalu dekat dengan lawan jenisnya dan pertemuan yang terlalu
sering dengan teman sejenisnya, mengobrol dan bermain musik tanpa batas waktu, akhirnya
menye-babkan prestasi di sekolah menurun. Rapor dengan angka-angka merah menyebabkan
“pergaulan anak” atau “pacaran” yang disalahkan.
Dari contoh ini jelaslah bahwa umur. yang terlalu muda menyebabkan para muda-mudi
kurang mampu dalam membatasi kesenangan diri, kurang dapat membatasi diri dalam
pembagian waktu belajar dan rekreasi. Mereka lebih mengutamakan rekreasi dan berkumpul
dengan kawan-kawannya, akhirnya tugas belajar terdesak dan kurang mendapat perhatian.
Pemuda-pemudi yang sudah lebih dewasa dan masih belum belajar membatasi diri dengan
pembagian waktu yang ketat akan mengalami kegagalan di sekolah. Dengan demikian umur
yang memberi kematangan untuk bisa mempertimbangkan sesuatu, harus disertai
pendisiplinan diri dalam hal waktu belajar, bekerja dan rekreasi serta dalam pembagian yang
tepat antara tugas dan pergaulan.
c. Tingkat pacaran
Bila selanjutnya perasaan yang mulai timbul dengan pacaran diumpamakan dengan
muatan listrik, maka jarak antara kedua individu yang sedang mengalaminya akan
menentukan tingkat pacaran itu. Makin dekat, makin besar kemungkinan persentuhan yang
dapat menimbulkan “kortsluiting” ataupun aliran listrik yang memberi percikan bunga-api
cinta.
Sama halnya dengan “kortsluiting” pada listrik, maka aliran tersebut bisa bermanfaat
dan memberi daya kekuatan akan tetapi dapat juga membawa bahaya kebakaran yang
merusak, bila tidak dipersiapkan dan disalurkan dengan baik.
Dengan demikian muda-mudi, kaum dewasa muda yang masih jauh daripada
kesanggupan membentuk keluarga, sebaiknya sangat berhati-hati dengan “main api cinta”.
Perlu selalu mengingat jarak yang harus dipertahankan demi “keamanan” kedua pihak. Lebih
baik waspada terus demi ketenteraman hati. Sering-kali mereka yang membanggakan
kekuatan hati nurani, akhirnya “terbakar” dan jatuh karena kelengahan sesaat. Dalam suasana
pacaran kewaspadaan harus diperketat dan iman harus diperkuat demi menjauhkan diri dari
godaan dan gangguan yang mudah timbul dan demi tercapainya cita-cita yang mulia.
· Kegagalan di sekolah
Apa yang anda lakukan saat anda mencurigai remaja anda terlibat dengan
ketergantungan narkotika ? Pertama, percayai insting anda. Jika anda merasa ada masalah,
maka mungkin memang ada. Cari waktu yang tepat untuk bicara dengan anak remaja anda
dan katakan terus terang tentang kekhawatiran anda. Coba berpikiran terbuka tentang apa
yang mereka katakan pada anda dan bersimpati terhadap pendapat mereka tentang
masalahnya.
Katakan pada remaja anda tentang apa yang anda rasakan tentang ketergantungan obat
mereka. Anda mungkin khawatir, takut, dan menjadi takut tentang apa yang bakal terjadi
pada mereka. Cobalah untuk tidak menghakimi dan marah: karena hal ini akan membuat
mereka menutup diri. Anda juga bisa berbicara tentang pengamatan atau pengalaman yang
anda miliki tentang narkotika. Saat anda mungkin merasa ragu melakukan hal ini, ini akan
membuat anda lebih manusiawi di mata remaja anda.
Seringkali orang-orang terdekat dengan anak remaja anda (dalam hal ini adalah anda)
lebih mudah mengingkari bahwa anak remaja mereka mempunyai masalah dengan narkotika.
Namun ketika hal ini menyangkut tentang ketergantungan narkotika pada anak remaja, anda
tidak dapat melakukan ini. Sangatlah penting untuk menolong mereka secepat mungkin.
Jangan menyerah dan berkecil hati jika usaha awal anda gagal. Pada akhirnya anda akan
dapat melaluinya dan kemudian anda dan anak remaja anda bisa berusaha memulai untuk
melawan ketergantungan obat bersama-sama.
E. PORNOGRAFI
Rasa ingin tahu ditambah besarnya gairah syahwat pada masa remaja membuat banyak
remaja (terutama laki-laki) terperosok ke maksiat satu ini. Banyak media yang memuat
pornografi. Mulai dari poster, majalah, buku, sampai VCD. Bahkan majalah Playboy yang
udah masyhur kepornoannya pun udah masuk ke Indonesia setelah majalah porno lainnya
eksis di negeri ini.
Menahan pandangan dari lawan jenis termasuk juga nggak liat hal-hal yang porno
semacam ini. Pornografi juga memancing kejahatan seperti pelecehan seksual dan
pemerkosaan. Berapa banyak kasus perkosaan berawal dari nonton VCD porno.
Alhamdulillah, nilai-nilai syariat Islam udah mulai ditegakkan di negeri kita. Setelah
Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi disahkan, kita nggak aman dari tuntutan
hukum dunia dalam masalah ini. Kalo ketauan liat atau bawa barang-barang berbau porno,
kamu bisa dipenjara atau kena denda. Selain itu, kamu masih harus menghadapi tuntutan
hukum akherat kalo nggak tobat.
F. MENCONTEK
Dosa yang ini biasa terjadi di sekolah, terutama saat ulangan atau ujian. Mencontek
dilakukan untuk mendapatkan nilai yang bagus. Hakikatnya, mencontek adalah menipu, baik
diri sendiri maupun guru.
Hasil yang kamu peroleh mungkin memang seperti yang kamu harapkan. Tapi betulkah
demikian kemampuanmu? Ingatlah, pertanggungjawaban nggak cuma didepan guru saja. Di
akherat nanti, penipuan yang kamu lakukan tersebut juga harus kamu pertanggungjawabkan.
G. MEROKOK
“Nggak jantan kalo nggak merokok!” Remaja pria kalo udah diberi cap seperti ini
biasanya keder juga. Lalu, ikut-ikutan lah ia merokok. Padahal, yang jantan adalah yang
nggak merokok; sendirian tanpa rokok aja udah berani menghadapi masalah hidup.
Kenyataannya, rokok memang bisa menjadi pelarian orang-orang pengecut yang nggak
berani menghadapi hidup.
Rokok seluruhnya mengandung racun. Bisa jadi ia malah lebih berbahaya daripada
khamr. Alloh melarang kita membinasakan diri kita sendiri. Kalo begitu, menghisap rokok
juga diharamkan.
Rokok juga merupakan pintu untuk merasakan hal-hal haram lainnya. Pecandu rokok
bisa-bisa tertarik untuk mencampurkan ganja di rokoknya. Ganja mempunyai efek
memabukkan, jadi tentu saja ganja adalah barang haram. Kalo udah kenal rokok-dan ganja-
nggak lama kemudian para remaja akan mencoba obat-obat penenang. Nggak ketinggalan
juga miras. Seringkali pecandu semua itu berawal dari merokok.
A. KESIMPULAN
a. Pada dasarnya kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-
norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya
sendiri dan orang-orang disekitarnya.
b. Kenakalan remaja pada zaman sekarang ini disebabkan oleh beberapa factor. Perilaku nakal
remaja disebabkan oleh factor remaja itu sendiri (internal) maupun factor dari luar
(eksternal).
c. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah
melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah
sebelumnya gagal pada tahap ini.
d. Adanya motivasi dari keluarga , guru , teman sebaya merupakan hal-hal yang bisa dilakukan
untuk mengatasi kenakalan remaja.
e. Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya anak tersebut menyendiri. Anak yang
demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi.
B. SARAN
a. Perlu adanya tindakan-tindakan dari pemerintah untuk mengawasi tindakan remaja di
Indonesia agar tidak terjerumus pada kenakalan remaja.
b. Perlunya penanaman nilai moral , pendidikan dan nilai religious pada diri seorang remaja.
DAFTAR PUSTAKA
http://helda.info/2009/06/kenakalan-remaja/
http://pusatremaja.com/2008/01/15/kenakalan-remaja/
http://yoyooh.com/original-post/yo-ori-remaja/90-kenakalan-remaja.html
http://www.scribd.com/doc/12007831/KENAKALAN-REMAJA
http://www.anneahira.com/narkoba/index.htm
http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?
option=com_content&view=article&id=60:pkni4209-kriminologi-dan-kenakalan-
remaja&catid=30:fkip&Itemid=75
http://zonaclassic.blogspot.com/2008/04/dampak-siaran-tv-terhadap-kenakalan.html
http://psikonseling.blogspot.com/2010/02/pengertian-kenakalan-remaja.html
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASHa7c5.dir/doc.pdf
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=12915
http://subandowo.blogspot.com/2008/08/kenakalan-remaja.html
http://www.anneahira.com/narkoba/index.htm