Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MASALAH SOSIAL

“KENAKALAN REMAJA”

Disusun Oleh:

Nama : YUSMITHA
Kelas : XI-1
Mapel : Sosiologi
Guru Pembimbing: Dra Rozayelni

SMA NEGERI 3 TANAH PUTIH


KAB ROKAN HILIR
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , atas berkat
rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul “Kenakalan Remaja” dapat
terselesaikan sesuai waktu yang disediakan. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu, penulis mengharapkan adanya masukan baik itu saran ataupun kritik yang
bersifat membangun, serta bimbingan lebih lanjut yang sifatnya membangun dari
semua pihak demi sempurnanya makalah ini.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini
terdapat kesalahan baik itu penulisan maupun penyusunan yang telah penulis
lakukan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………… .......... 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………............ 3
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 3
1.4 Manfaat ................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kenakalan Remaja ................................................................ 4

2.2 Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja ................. ....................................... 5


2.3 Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja ................................................ 5
2.4 Cara Mengatasi Kenakalan Remaja......................................................... 9
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan.................................................................................................. 11
3.2 Saran ........................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah


Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke
dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah
sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-
aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku
menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat
membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku
menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang
harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah
menyimpang.
Masalah sosial perilaku menyimpang dalam tulisan tentang “Kenakalan
Remaja” bisa melalui pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam
pendekatan individual melalui pandangan sosialisasi. Berdasarkan pandangan
sosialisasi, perilaku akan diidentifikasi sebagai masalah sosial apabila ia tidak
berhasil dalam melewati belajar sosial (sosialisasi). Tentang perilaku disorder
di kalangan anak dan remaja (Kauffman, 1989: 6) mengemukakan bahwa
perilaku menyimpang juga dapat dilihat sebagai perwujudan dari konteks
sosial. Perilaku disorder tidak dapat dilihat secara sederhana sebagai tindakan
yang tidak layak, melainkan lebih dari itu harus dilihat sebagai hasil interaksi
dari transaksi yang tidak benar antara seseorang dengan lingkungan sosialnya.
Mengenai pendekatan sistem, yaitu perilaku individu sebagai masalah sosial
yang bersumber dari sistem sosial terutama dalam pandangan disorganisasi
sosial sebagai sumber masalah. Dikatakan oleh (Eitzen, 1986: 10) bahwa
seorang dapat menjadi buruk/jelek oleh karena hidup dalam lingkungan
masyarakat yang buruk. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada umumnya pada
masyarakat yang mengalami gejala disorganisasi sosial, norma dan nilai sosial
menjadi kehilangan kekuatan mengikat. Dengan demikian kontrol sosial
menjadi lemah, sehingga memungkinkan terjadinya berbagai bentuk

1
penyimpangan perilaku. Di dalam masyarakat yang disorganisasi sosial,
seringkali yang terjadi bukan sekedar ketidak pastian dan surutnya kekuatan
mengikat norma sosial, tetapi lebih dari itu, perilaku menyimpang karena tidak
memperoleh sanksi sosial kemudian dianggap sebagai yang biasa dan wajar.
Dalam kurun waktu kurang dari dasawarsa terakhir, kenakalan remaja
semakin menunjukkan trend yang amat memprihatinkan. Kenakalan remaja
yang diberitakan dalam berbagai forum dan media dianggap semakin
membahayakan. Berbagai macam kenakalan remaja yang ditunjukkan akhir-
akhir ini seperti perkelahian secara perorangan atau kelompok, mabuk-
mabukan, pemerasan, pencurian, perampokan, penganiayaan dan
penyalahgunaan obat-obatan seperti narkotik (narkoba).
Kenakalan remaja diartikan sebagai suatu outcome dari suatu proses yang
menunjukkan penyimpangan tingkah laku atau pelanggaran terhadap norma-
norma yang ada. Kenakalan remaja disebabkan oleh berbagai faktor baik
faktor pribadi, faktor keluarga yang merupakan lingkungan utama (Willis,
1994), maupun faktor lingkungan sekitar yang secara potensial dapat
membentuk perilaku seorang anak (Mulyono, 1995).
Berdasarkan hasil beberapa penelitian ditemukan bahwa salah satu faktor
penyebab timbulnya kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya orangtua
sebagai figur tauladan bagi anak (Hawari, 1997). Selain itu suasana keluarga
yang meninbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan
keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap
usia terutama pada masa remaja.
Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994) orangtua dari remaja nakal
cenderung memiliki aspirasi yang minim mengenai anak-anaknya,
menghindari keterlibatan keluarga dan kurangnya bimbingan orangtua
terhadap remaja. Sebaliknya, suasana keluarga yang menimbulkan rasa aman
dan menyenangkan akan menumbuhkan kepribadian yang wajar dan begitu
pula sebaliknya.

2
1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan beberapa


masalah diantaranya.
1. Apa yang dimaksud dengan kenakalan remaja?
2. Bentuk-bentuk kenakalan remaja?
3. Apa yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja?
4. Bagaimana cara mengatasi kenakalan remaja?

1.3Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui beberapa tujuan


dari penulisan makalah ini diantaranya.

Mengetahui pengertian kenakalan remaja.


Mengetahui bagaimana bentuk-bentuk dari kenakalan remaja.
Mengetahui penyebab terjadinya kenakalan remaja.
Mengetahui cara mengatasi kenakalan remaja.

1.4Manfaat
Berdasarkan penulisan makalah ini, ada beberapa manfaat dari
penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut.
Bagi Penulis yaitu kami sebagai mahasiswa dapat mengetahui pengertian kenakalan remaja, bagaimana bentuk-b
Bagi Pembaca yaitu makalah ini bisa dijadikan suatu sumber informasi guna meningkatkan dan menambah w
Bagi Dunia Pendidikan yaitu makalah ini bisa dimanfaatkan untuk dijadikan referensi tentang pengertian kenaka
mengatasi kenakalan remaja.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kenakalan Remaja


Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-
norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan
merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Para ahli pendidikan
sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia
tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum
cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi.
Kenakalan remaja sering disebut juga dengan Juvenile Delinquency ialah
perilaku jahat (dursila) atau kejahatan anak-anak muda. Anak-anak muda yang
jahat itu disebut juga sebagai anak cacat secara sosial.

Juvenile berasal dari bahasa Latin “Juvenilus”, artinya anak-anak, anak


muda, ciri karakteristik pada masa remaja dan Delinquent berasal dari kata Latin
“Delinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas
lagi maknanya menjadi jahat.
Definisi kenakalan remaja menurut para ahli adalah sebagai berikut.
1. Kartono, ilmuwan sosiologi
Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang”.
2. Santrock
“Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja
yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.”
Mengenal siapa remaja dan apa problema yang dihadapinya adalah suatu
keharusan bagi orang tua. Dengan bekal pengetahuan ini orang tua dapat
membimbing anaknya menataki masa-masa krisis tersebut dengan mulus. Hal ini
sangat dirasakan oleh semua karena di bahu remaja masa kini terletak tanggung
jawab moral sebagai generasi penerus, menggantikan generasi yang ada saat ini.
Mereka inilah yang kelak berperan menjadi sumber daya manusia yang tangguh

4
dan berkualitas, menjadi aset nasional dan tumpuan harapan bangsa dalam
kompetisi global, yang tentunya kian hiruk pikuk di abad ke XXI.

2.2 Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja

Singgih D. Gumarso (1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan


remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma
hukum yaitu :
1. Kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-
undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran
hokum.
2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai
dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan
melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.
Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja
kedalam tiga tingkatan ;
1. Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah,
pergi dari rumah tanpa pamit.
2. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti
mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin.
3. Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar
nikah, pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan
remaja dalam penelitian.

2.3 Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja

Perilaku kenakalan remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu
sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
1. Faktor Internal (Dalam)
a. Reaksi Frustasi Diri
Dengan semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi yang
berakibat pada banyaknya anak remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri
terhadap berbagai perubahan sosial itu. Mereka lalu mengalami banyak
kejutan, frustasi, ketegangan batin dan bahkan sampai kepada gangguan jiwa.

5
b. Gangguan Pengamatan dan Tanggapan Pada Anak Remaja
Adanya gangguan pengamatan dan tanggapan di atas sangat mengganggu
daya adaptasi dan perkembangan pribadi anak yang sehat. Gangguan
pengamatan dan tanggapan itu, antara lain : halusinasi, ilusi dan gambaran
semua.
Tanggapan anak tidak merupakan pencerminan realitas lingkungan yang
nyata, tetapi berupa pengolahan batin yang keliru, sehingga timbul
interpretasi dan pengertian yang salah. Sebabnya ialah semua itu diwarnai
harapan yang terlalu muluk, dan kecemasan yang berlebihan.
c. Gangguan Berfikir dan Intelegensi Pada Diri Remaja
Berfikir mutlak perlu bagi kemampuan orientasi yang sehat dan adaptasi
yang wajar terhadap tuntutan lingkungan. Berpikir juga penting bagi upaya
pemecahan kesulitan dan permasalahan hidup sehari-hari. Jika anak remaja
tidak mampu mengoreksi pekiran-pekirannya yang salah dan tidak sesuai
dengan realita yang ada, maka pikirannya terganggu.
d. Gangguan Perasaan Pada Anak Remaja
Perasaan memberikan nilai pada situasi kehidupan dan menentukan sekali
besar kecilnya kebahagiaan serta rasa kepuasan. Perasaan bergandengan
dengan pemuasan terhadap harapan, keinginan dan kebutuhan manusia. Jika
semua tadi terpuaskan, orang merasa senang dan bahagia.
Gangguan-gangguan fungsi perasaan tersebut, antara lain :
1. Inkontinensi emosional ialah tidak terkendalinya perasaan yang meledak-
ledak, tidak bisa dikekang.
2. Labilitas emosional ialah suasana hati yang terus menerus berganti-ganti
dan tidak tetap. Sehingga anak remaja akan cepat marah, gelisah, tidak
tenang dan sebagainya.
3. Ketidak pekaan dan mempunyai perasaan biasa disebabkan oleh sejak
kecil anak tidak pernah diperkenalkan dengan kasih sayang, kelembutan,
kebaikan dan perhatian.
4. Kecemasan merupakan bentuk “ketakutan” pada hal-hal yang tidak jelas,
tidak riil, dan dirasakan sebagai ancaman yang tidak bisa dihindari.

6
2. Faktor Eksternal (Luar)
Selain faktor dari dalam ada juga faktor yang datang dari luar anak
tersebut, antara lain :
a. Keluarga
Tidak diragukan bahwa keluarga memegang peranan penting dalam
pembentukan pribadi remaja dan menentukan masa depannya. Mayoritas
remaja yang terlibat dalam kenakalan atau melakukan tindak kekerasan
biasanya berasal dari keluarga yang berantakan, keluarga yang tidak harmonis
di mana pertengkaran ayah dan ibu menjadi santapan sehari-hari remaja.
Bapak yang otoriter, pemabuk, suka menyiksa anak, atau ibu yang acuh
tak acuh, ibu yang lemah kepribadian dalam atri kata tidak tegas menghadapi
remaja, kemiskinan yang membelit keluarga, kurangnya nilai-nilai agama
yang diamalkan dll semuanya menjadi faktor yang mendorong remaja
melakukan tindak kekerasan dan kenakalan.
b. Lingkungan Sekolah yang Tidak Menguntungkan
Sekolah kita sampai waktu sekarang masih banyak berfungsi sebagai
“sekolah dengar” daripada memberikan kesempatan luas untuk membangun
aktivitas, kreativitas dan inventivitas anak. Dengan demikian sekolah tidak
membangun dinamisme anak, dan tidak merangsang kegairahan belajar anak.
Selanjutnya, berjam-jam lamanya setiap hari anak-anak harus melakukan
kegiatan yang tertekan, duduk, dan pasif mendengarkan, sehingga mereka
menjadi jemu, jengkel dan apatis.
Di kelas, anak-anak-terutama para remajanya sering mengalami frustasi
dan tekanan batin, merasa seperti dihukum atau terbelenggu oleh peraturan
yang “tidak adil”. Di satu pihak pada dirinya anak ada dorongan naluriah
untuk bergiat, aktif dinamis, banyak bergerak dan berbuat; tetapi di pihak lain
anak dikekang ketat oleh disiplin mati di sekolah serta sistem sekolah dengar.
Ada pula guru yang kurang simpatik, sedikit memiliki dedikasi pada profesi,
dan tidak menguasai metodik mengajar. Tidak jarang profesi guru/dosen
dikomersialkan, dan pengajar hanya berkepentingan dengan pengoperan
materi ajaran belaka. Perkembangan kepribadian anak sama sekali tidak

7
diperhatikan oleh guru, sebab mereka lebih berkepentingan dengan masalah
mengajar atau mengoperkan informasi belaka.
c. Media Elektronik
Tv, video, film dan sebagainya nampaknya ikut berperan merusak mental
remaja, padahal mayoritas ibu-ibu yang sibuk menyuruh anaknya menonton
tv sebagai upaya menghindari tuntutan anak yang tak ada habisnya. Sebuah
penelitian lapangan yang pernah dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa
film-film yang memamerkan tindak kekerasan sangat berdampak buruk pada
tingkah laku remaja. Anak yang sering menonton film-film keras lebih
terlibat dalam tindak kekerasan ketika remaja dibandingkan dengan teman-
temannya yang jarang menonton film sejenis. Polisi Amerika menyebutkan
bahwa sejumlah tindak kekerasan yang pernah ditangani polisi ternyata
dilakukan oleh remaja persis sama dengan adegan-adegan film yang
ditontonnya. Ternyata anak meniru dan mengindentifikasi film-film yang
ditontonnya.
d. Pengaruh Pergaulan
Di usia remaja, anak mulai meluaskan pergaulan sosialnya dengan
teman-tema sebayanya. Remaja mulai betah berbicara berjam jam melalui
telepon. Topik pembicaraan biasanya seputar pelajaran, film, tv atau
membicarakan cowok / cewek yang ditaksir dsb.
Hubungan sosial di masa remaja ini dinilai positif karena bisa
mengembangkan orientasi remaja memperluas visi pandang dan wawasan
serta menambah informasi, bahkan dari hubungan sosial ini remaja menyerap
nilai-nilai sosial yang ada di sekelilingnya. Semua faktor ini menjadi
penyokong dalam pembentukan kepribadiannya dan menambah rasa percaya
diri karena pengaruh pergaulan yang begitu besar pada diri remaja, maka
hubungan remaja dengan teman sebayanya menentukan kualitas remaja itu.
Kalau ini disadari oleh remaja, maka dengan sadar remaja akan menyeleksi
teman pergaulannya.

8
2.4 Cara Mengatasi Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal


dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja
maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja
berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang
begitu cepat. Secara sosiologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari
konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak
maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam
masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya,
maupun trauma terhadap kondisi lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang
membuatnya merasa rendah diri, dan sebagainya.
Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang
tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh
keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan
gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam
hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung
harus diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari
lingkungan sebelumnya.
Memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan
perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi
kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada.
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja :
1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah
atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan
sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa
remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah
sebelumnya gagal pada tahap ini.
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point
pertama.
3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta
keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.

9
4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua
memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika
ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kenakalan remaja adalah suatu outcome dari suatu proses yang


menunjukkan penyimpangan tingkah laku atau pelanggaran terhadap norma-
norma yang ada.
2. Kenakalan remaja disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor internal
(reaksi frustasi diri; gangguan pengamatan dan tanggapan pada anak remaja;
gangguan berfikir dan intelgensia pada diri remaja; gangguan perasaan pada
anak remaja), maupun faktor eksternal (keluarga, lingkungan sekolah yang
kurang menguntungkan, media elektronik, pengaruh pergaulan) yang secara
potensial dapat membentuk perilaku seorang anak.
3. Untuk mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja
yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa
ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak
kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut.

3.2 Saran

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disarankan sebagai berikut :


1. Dengan mempelajari ini, kita dapat lebih mengetahui apa saja bentuk-bentuk
dan faktor-faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2. Sebagai seorang remaja, kita seharusnya bisa bertanggung jawab atas apa
yang terjadi pada perkembangan kenakalan remaja yang sudah
memprihatinkan saat ini. Oleh karena itu sebagai salah satu bentuk
implementasi dari tanggung jawab tersebut terhadap kenakalan remaja adalah
dengan berusaha semaksimal mungkin menjadi remaja yang baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Eitzen, Stanlen D. 1986. Social Problems. Allyn and Bacon inc, Boston, Sydney,
Toronto.
Kaufman, James M. 1989. Characteristics of Behaviour Disorders of Children
and Youth. Merril Publishing Company, Columbus, London, Toronto.
Mulyono, B. 1995. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan
Penanggulangannya. Kanisius, Yogyakarta.
Soerjono, Soekanto. 1988. Sosiologi Penyimpangan. Rajawali, Jakarta.
Willis, S. 1994. Problema Remaja dan Pemecahannya. Penerbit Angkasa,

Bandung.
http://satriadholan.blogspot.com/2010/11/makalah-kenakalan-remaja-mata-
kul.html

11

Anda mungkin juga menyukai