Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat , karunia dan
hidayahNya kepada kita semua sehingga akhirnya tugas karya tulis ini dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad SAW
beserta para pengikutnya yang setia menemani hingga akhir zaman. Adapun judul
karya tulis ini yakni “Kenakalan Remaja”.
Penulis menyadari bahwa tugas karya tulis ini masih banyak memiliki
kekurangan.Oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun , penulis
harapkan untuk kemajuan masa-masa mendatang.
Harapan penulis semoga penulis tugas karya tulis ini dapat diambil manfaatnya
oleh pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan....................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................ 1
1.3 Sumber Data.................................................................................................. 2
1.4 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kenakalan Remaja............................................................................ 3
2.2 Landasan Teori............................................................................................... 4
2.3 Masa Remaja................................................................................................. 5
BAB III KENAKALAN REMAJA
A. Pengertian Kenakalan Remaja............................................................................. 8
B. Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja....................................................... 8
BAB IV MASALAH-MASALAH REMAJA
A. Penyalahgunaan Obat Bius dan Alkohol............................................................. 11
B. Kehamilan............................................................................................................ 11
C. Masalah Pergaulan Bebas Pria-Wanita.............................................................. 12
I. Arti Pergaulan Bebas.......................................................................................... 12
II. Pacaran.............................................................................................................. 16
D. Kecanduan Narkotika Pada Remaja.................................................................. 18
E. Pornografi........................................................................................................... 19
F. Onani Masturbasi............................................................................................... 19
G. Musik................................................................................................................. 20
H. Mencontek.......................................................................................................... 20
I. Merokok............................................................................................................. 20
Hal-Hal yang Bisa di Lakukan untuk Mengatasi Kenakalan Remaja................ 21
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................ 22
B. Saran................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………. 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
1.3 Sumber Data
Tinjauan pustaka tentang kenakalan remaja melalui web internet
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Singgih D. Gumarso (1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja
digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu :
(1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang
sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum ; (2) kenakalan
yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang
dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan
orang dewasa. Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja
kedalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran,
membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus pada
pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang
orang tua tanpa izin (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan
seks diluar nikah, pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan
remaja dalam penelitian.
v
1. Keberfungsian sosial
Istilah keberfungsian sosial mengacu pada cara-cara yang dipakai oleh individu
akan kolektivitas seperti keluarga dalam bertingkah laku agar dapat melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya serta dapat memenuhi kebutuhannya. Juga dapat diartikan
sebagai kegiatan-kegiatan yang dianggap penting dan pokok bagi penampilan
beberapa peranan sosial tertentu yang harus dilaksanakan oleh setiap individu sebagai
konsekuensi dari keanggotaannya dalam masyarakat. Penampilan dianggap efektif
diantarannya jika suatu keluarga mampu melaksanakan tugas-tugasnya, menurut
(Achlis, 1992) keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang dalam
melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi social tertentu
berupa adanya rintangan dan hambatan dalam mewujudkan nilai dirinnya mencapai
kebutuhan hidupnya.
vi
Sifat hakikat kebudayaan sebagai berikut :
Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia
Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu
dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan
Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya
Kebudayaan mencangkup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban,
tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan
tindakan-tindakan yang diizinkan
vii
anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi. Pada masa pubertas, hormon
seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau
gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu:
1. Follicle-Stimulating Hormone (FSH);
2. Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormone tersebut
merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone dua jenis hormone kewanitaan.
Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating
Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat
dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak
perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya
sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang,
dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya
yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan
berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia
remaja.
Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya
para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-
masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang
sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak
alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas
berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir
multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya,
tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan
pemikiran mereka sendiri.
Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanyamengenai
berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi
pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja
mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalahmasalah populer yang
berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang,
keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku,
sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan.
Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan
lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan
pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan
viii
dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya
“kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya
Dimensi Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana
hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi
Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata
memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih
luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama.
Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan
beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan ehari-hari di rumah. Meski
mood remaja yang mudah berubah-ubah dengancepat, hal tersebut belum tentu
merupakan gejala atau masalah psikologis. Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan
remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia
nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia
tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya.
Anggapan remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi
tidak berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan
tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan.
Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali
mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif
sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa
memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang. Remaja yang diberi
kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi
orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-
jawab. Dari beberapa dimensi perubahan yang terjadi pada remaja seperti yang telah
dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan – kemungkinan perilaku yang bisa terjadi
pada masa ini. Diantaranya adalah perilaku yang mengundang resiko dan berdampak
negative pada remaja. Perilaku yang mengundang resiko pada masa remaja misalnya
seperti penggunaan alcohol, tembakau dan zat lainnya; aktivitas social yang berganti –
ganti pasangan dan perilaku menentang bahaya seperti balapan, selancar udara, dan
layang gantung (Kaplan dan Sadock, 1997). Alasan perilaku yang mengundang resiko
adalah bermacam – macam dan berhubungan dengan dinamika fobia balik (
conterphobic dynamic ), rasa takut dianggap tidak cakap, perlu untuk menegaskan
identitas maskulin dan dinamika kelompok seperti tekanan teman sebaya.
ix
BAB III
KENAKALAN REMAJA
x
oleh lingkungan yang memberikan kesempatan. Hal ini disebabkan karena pengaruh
trend media televisi saat ini yang banyak menampilkan edegan-adegan yang bersifat
pornografi, kekerasan, hedonisme dan hal-hal yang menyimpang dari nilai moral dan
etika bangsa saat ini. sepertinya media televisi telah memaksa remaja untuk larut dalam
cerita-cerita yang mereka tampilkan seolah-olah memang begitulah pergaulan remaja
seharusnya saat ini. Yang telah banyak teradopsi oleh nilai-nilai budaya luar yang
kurang dapat mereka seleksi mana yang layak dan yang tidak layak untuk ditiru.
3. Kurangnya perhatian dari orang tua dan lingkungan yang memang menyediakan
pergaulan buruk. Maka memberikan dampak buruk pula bagi remaja untuk mudah larut
dalam hal-hal negatif. Baik dari tayangan televisi maupun dari pergaulan teman-
temannya. Kurangnya perhatian orang tua banyak para remaja mencari perhatian
didunia luar. Mereka cenderung melakukan atau mencari kesenangan di lingkungan
pergaulannya. Ikut-ikutan dan tak lagi dapat membedakan yang mana baik dan buruk.
Rasa takut hilang karena menganggap banyak temannya yang melakukan hal keliru
tersebut. Hingga akhirnya ketergantungan dan mereka terus melakukannya berulang
kali seperti halnya biasa dan membentuk sebuah budaya yang tak bisa lepas dari hidup
mereka. Seperti mengkonsumsi minuman keras, narkoba dan kegiatan lain yang dinilai
dapat memberikan kesenangan sesaat. Dan dampak dari kegiatan tersebut akan
menciptakan orang-orang yang hedonis.
xi
BAB IV
MASALAH-MASALAH REMAJA
Kenakalan Remaja
Satu dari masalah yang paling serius dari remaja adalah remaja nakal atau
delinquent, dan kebanyakan laki-laki. Remaja nakal biasanya berprestasi rendah.
Biasanya mereka didukung oleh kelompoknya. Sebab-sebab terjadinya anak nakal atau
juvenile delinquency pada umumnya adalah sebab yang kompleks, yang berarti suatu
sebab dapat menimbulkan sebab yang lain. Para peneliti melihat banyak kemungkinan
penyebab kenakalan remaja. Sedangkan para ahli sosiologi berpendapat bahwa
kenakalan remaja adalah suatu penyesuaian diri, yaitu respons yang dipelajari terhadap
situasi lingkungan yang tidak cocok atau lingkungan yang memusuhinya. Hasil
penelitian Robbin (1986) berpendapat, kenakalan remaja akibat adanya masalah
neurobiological, sehingga menimbulkan genetik yang tidak normal. Ahli lain
berpendapat kenakalan remaja merupakan produk dari konstitusi defektif mental dan
emosi-emosi mental. Mental dan emosi anak remaja belum matang, masih labil, dan
rusak akibat proses condition sering lingkungan yang buruk.
Gangguan Emosi
Gangguan emosi yang serius sering timbul pada anak-anak remaja. Mereka
mengalami depresi, kecemasan yang berlebihan tentang kesehatan sampai pikiran
bunuh din i atau mencoba bunuh diri (Mosterson, 1987). Banyak anak remaja yang
terlibat dalam kenakalan remaja, bertingkah laku aneh, minum minuman keras,
kecanduan obat bius, alkohol, sehingga memerlukan bantuan yang serius. Pendidik-
pendidik di sekolah menengah dan sekolah menengah atas harus sensitif terhadap
fakta bahwa anak-anak remaja yang sedang mengalami masa-masa sulit dan
xii
gangguan emosional merupakan hal yang umum. Oleh karena itu, guru hendaknya
mencoba mengetahui bahwa anak-anak remaja bisa mengalami depresi, putus
harapan, tingkah laku yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, dan semua ini
membutuhkan bantuan. Di sini peranan konselor dan psikolog amat penting.
B. Kehamilan
Kehamilan dan melahirkan anak bertambah di antara beberapa kelompok gadis
remaja, terutama pada masyarakat yang kurang mampu. Jika laki-laki remaja sering
bertingkah laku sebagai anak nakal untuk mencoba membuktikan kemandirian mereka
dan kontrol orang dewasa, demikian juga bagi gadis remaja. Mereka membuktikannya
dalam bentuk seks dan di banyak kasus dengan mempunyai anak, sehingga memaksa
xiii
dunia melihat mereka sebagai orang dewasa. Sejak melahirkan anak, gadis remaja
menjadi sulit untuk melanjutkan sekolah atau mencari pekerjaan. Oleh karena itu,
peranan sekolah dalam membantu gadis yang mengalami “kecelakaan” sangat
dibutuhkan. Sebaiknya, sekolah tidak mengeluarkan remaja yang hamil di luar nikah.
Biarlah mereka tetap diperbolehkan meneruskan sekolah mereka sampai lulus
sehingga memudahkan dia mencari pekerjaan.
xiv
yang sama. Dengan diperolehnya hak atas kesempatan pendidikan dan bersekolah
yang sama antara pria dan wanita, tentunya mudah terjalin pergaulan bebas antara pria
dan wanita. Kaum wanita tidak lagi dipingit, tidak lagi memperoleh pelajaran dan
pengajaran yang terbatas di rumah sendiri. Kaum wanita tua dan muda dapat
meninggalkan rumali untuk menuntut ilmu di sekolali dilain kota bahkan di luar negeri
tanpa pengawasan langsung orangtua yang bersangkutan.
Dengan adanya kesempatan bersekolah yang sama, maka pria dan wanita dapat
bertemu muka dengan bebas. Mereka dapat berdiskusi, membicarakan persoalan-
persoalan yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah. Persoalan-persoalan yang
dibicarakan tentunya tidak selalu hanya berkisar mengenai pelajaran dan pendidikan di
sekolah. Hidup seseorang juga meliputi segi-segi lain di samping pendidikan. Segi-segi
kellidupan lainnya sering Pula menyebabkan timbulnya persoalan-persoalan yang lalu
dibicarakan bersama.
Sejak pendidikan di Taman Kanak-Kanak, sudah terlihat bahwa ada beberapa anak
tertentu sering mengelompok. Mereka merasa diri cocok dan sesuai, sehingga setiap
saat bila diberi kesempatan bermain mereka akan berkumpul dan bergaul dengan
teman-teman yang selalu sama. Sewaktu mereka masih kecil tidak terlihat perbedaan
yang jelas antara anak pria dan wanita. Mereka berkumpul dengan teman yang cocok
tanpa mempedulikan jenis, pria atau wanita.
Pada suatu saat terlihat selanjutnya bahwa pengelompokkan lebih banyak terjadi
antar anak-anak sejenis. Anak wanita lebih senang bergaul dan menceritakan isi
hatinya pada teman wanita, dan sebayanya anak pria mulai kesal bermain dengan anak
wanita, karena mereka lebih senang bermain yang kasar. Mereka tidak senang
kelembutan dan kehalusan anak wanita. Apalagi anak wanita sulit membendung
mengalirnya air mata sehingga sering dicemooh oleh teman pria.
Meskipun saat itu pergaulan antar pria dan wanita diperbolehkan akan tetapi mereka
sendiri membatasi teman-teman sepergaulannya dengan yang sejenis saja. Pergaulan
dengan jenis yang berlawanan menimbulkan perasaan tidak senang, tidak tenteram
dan canggung. Sebaliknya teman-teman sejenis mem-berikan rasa senang yang justru
dicarinya dan hanya dapat di-peroleh dari teman-teman yang sama, pria atau wanita.
Baru pada masa berikutnya timbul keinginan bergaul secara lebih bebas, bergaul
dengan teman-teman pria maupun teman wanita. Rasa ingin tahu muda-mudi juga
terarah pada rasa ingin tahu akan teman-teman dari jenis yang lain. Ingin tahu ini
tertampung dalam pergaulan bebas. Dalam pergaulan bebas, kaum muda-mudi dapat
saling cari tahu mengenai sifat dan kepribadian teman-temannya. Dari keanekaan
teman yang diperolehnya melalui pergaulan bebas ia mendapatkan pengetahuan yang
luas mengenai sifat-sifat khusus wanita dan pria maupun ciri-ciri khas maing-masing.
Apakah pergaulan yang bebas dapat diartikan pergaulan yang bebas dari segala-
xv
galanya. Pergaulan yang bebas tanpa memperhatikan nilai-nilai moral dan sosial ?
Manusia adalah makhluk sosial yang bertanggung jawab. Manusia sebagai makhluk
sosial yang bertanggung jawab tidak mungkin hidup bebas dari segala-galanya.
Manusia memang bisa hidup bebas dari belenggu penindasan, bebas dari ketakutan,
bebas dari pengejaran, bebas dari penderitaan fisik maupun psikis. Akan tetapi
manusia tidak bisa hidup terlepas dari hubungannya, baik langsung maupun tidak
langsung, dari individu-individu lainnya. Manusia tidak bisa hidup wajar tanpa tanggung
jawab.
Manusia dapat bergaul bebas akan tetapi dalam suatu ke-terikatan sosial. Manusia
hidup dalam keterikatan tanggung-jawab atas kesejahteraan sosial. Juga pemuda-
pemudi dapat bergaul dengan bebas, tetapi tidak boleh mengabaikan tanggungjawab
sosial.
Dalam pergaulan bebas, bergaul dengan siapa saja, di mana saja dan kapan saja,
selalu perlu diingat :
1) Tanggung jawab atas kesejahteraan sesama manusia.
2) Menghormati hak-hak dan harga diri wanita dan pria.
3) Berpegang teguh pada norma sosial, nilai-nilai moral dan tata susila, dan norma
hukum.
Pergaulan bebas antara pria dan wanita dapat menjadi pergaulan yang tidak bebas
lagi. Pada suatu saat pergaulannya menyempit dan hanya meliputi dua orang saja,
seorang pemuda dan seorang pemudi. Pergaulan bebas berarti pergaulan yang luas
antara banyak pemuda dan pemudi. Tidak terlalu menekankan pengelompokkan yang
kompak antara dua orang saja, akan tetapi antara banyak muda-mudi. Pergaulan yang
sudah terbatas antara dua muda-mudi akan berarti adanya suatu kekhususan,
sehingga orang mengatakan bahwa kedua muda mudi ini berpacaran.
Mengenali Gejolak Remaja.
Menasihati remaja tidak semudah menasihati anak-anak. Mereka bukan lagi anak TK
atau SD yang bisa duduk manis ketika orang tua berbicara. Usia remaja, yang dimulai
sekitar 14 tahun, adalah usia di mana manusia mengalami begitu banvak perubahan
baik pada organ tubuhnva maupun pada aspek psikologisnya. Mereka yang awalnva
anak-anak, kemudian masuk periode puber, disusul ke periode sclanjutnya, di mana
hormon sangat memengaruhi fisik dan psikisnya, cenderung mengalami beragam
gejolak temperamen.
Kenakalan Remaja
Ada yang saat anak-anak pendiam, mendadak menjadi cerewet dan pandai bergaul
ketika remaja. Atau kebalikannya, berubah jadi pendiam dan pemalu, padahal waktu
anak-anak dulu is sangat pandai bergaul. Kenapa bisa begitu? Sebab memang scjak
usia puber, seorang anak akan terus mengalami perubahan karakter. Kondisi ini
xvi
memhuat orang tua agak kehingungan menghadapinva sebab sifat mereka berubah-
ubah sesuai mood.
Mencoba menasihati mereka artinya mesti pandai-pandai membaca “medan perang”,
mengatur strategi agar tidak terjadi kesalahpahaman. Sebab, kalau sudah salah
paham, bukannva komunikasi yang baik yang terjalin melainkan pertengkaran. Lebih
baik kita tnengenali dulu seperti apa perilaku anak remaja yang berusia serba
nanggung ini: dibilang anak-anak, sudah tidak pantas, dibilang dewasa pun belum.
Remaja awal ini biasanya akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Cemas pada perkembangan fisik
Anak akan mengalami kecemasan, karena mengalami perubahan fisik yang mencolok,
yakni tumbuh jakun, bulu-bulu di seluruh tubuh, juga kumis, dan mengalami mimpi
basah. Saat masih SMP, mereka masih bercelana pendek, sehingga bulu pada kaki
akan nampak jelas, dan wajar kalau mereka jadi malu akibat diejek teman. Suara pun
ikut berubah, menjadi “sember”. Ini semua akibat mulai dominannya hormon testoteron.
Sedangkan pada anak perempuan, menstruasi mulai makin teratur, kadang disertai
nyeri dan posing. Buah dada makin membesar. Semua perubahan itu membuatnya
cemas, takut diketahui oleh teman lain, dijauhi, dan jadi risih sendiri.
Rangsangan nafsu menguat
Akibat gejolak hormon, mereka semakin merasakan rangsangan nafsu seks. Ada dua
jenis respon, yaitu menjadi sangat reaktif, atau justru malu, dan menyembunyikannya.
Baru mendengar cerita sedikit menyerempet ke arah seks saja, sudah heboh dan
penasaran sekali. Sebagian remaja justru sudah sangat male sekali ketika bertatapan
dengan lawan jenis.Tiap anak memiliki respon berbeda-beda, juga berubah-ubah. Di
usia ini, libido mereka juga bergejolak, mudah terangsang oleh sedikit saja hal-hal
berbau seks. Inilah mengapa orang tua perk memberi dasar moral, etika, dan agama,
sebab tanpa dasar itu anak cenderung mudah tergoda. Orientasi seks mulai terbentuk.
Jika tak diarahkan dengan benar oleh orang tua, dapat terjadi kasus di mana anak
menjadi gay atau lesbian, bahkan biseks.
Mempermasalahkan penampilan
Akibat perubahan fisik itu, remaja belia ini jadi posing dengan penampilannya. Ada yang
berusaha menutupi perubahan-perubahan tadi, ada juga yang justru ingin me-
nonjolkannya karena bangga dan merasa berbeda dengan teman lain yang belum
mengalami. Maka jangan heran kalau mereka jadi sangat peduli pada penampilan,
berlama-lama di depan cermin, mengunci diri di kamar, rajin ke salon, dan berbelanja
baju-baju modis.
xvii
II. Pacaran
Bila kita melihat pertumbuhan fisik muda-mudi, maka kita mendapat kesan bahwa
mereka mengalami pertumbuhan tinggi badan yang hebat. Muda-mudi, tidak hanya
menyamai tinggi badan orangtua mereka, bahkan melebihinya. Kaum remaja secara
badani sudah kelihatan dewasa dan ingin menyamai per-buatan-perbuatan orang
dewasa. Juga pengaruh bacaan, maja-lah, buku roman dan film menyebabkan muda-
mudi meniru cara-cara tingkah laku dan komunikasi yang dapat mereka tiru dengan
mudah. Yang paling mudah ditiru justru “permainan cinta” yang banyak di ambil sebagai
inti daripada film. Puncak peniruan ini terlihat dalam pergaulan antar muda-mudi yakni
pacaran.
Sering timbul pertanyaan, bail: pada orangtua maupun pada putera-puterinya,
apakah pacaran itu dapat dibenarkan atau tidak. Pertanyaan ini memang sulit dijawab.
Dalam menjawab pertanyaan ini selalu harus dipertimbangkan beberapa faktor :
a) Umur Para muda-mudi yang terlibat dalam pacaran.
b) Sifat pacaran.
c) Tingkat derajat pacaran.
a. Umur
Faktor umur penting sekali. Makin lanjut usia pemuda-pemudi, diharapkan mereka
juga lebih memperlihatkan kematangan. Taraf kematangan ini perlu supaya mereka
dapat mempertimbangkan dengan baik sifat dan tingkat pacaran dalam hubungannya
dengan batas-batas kesopanan. Makin muda usianya, makin sulit mempertimbangkan
batas-batas kesopanan dan pembagian waktu. Sering terlihat murid-murid S.M.P.
sudah mulai bergaul terlalu rapat dengan seorang kawan lain jenis. Ia juga bergaul
terlalu dekat dengan teman sejenis. Pergaulan yang terlalu dekat dengan lawan
jenisnya dan pertemuan yang terlalu sering dengan teman sejenisnya, mengobrol dan
bermain musik tanpa batas waktu, akhirnya menye-babkan prestasi di sekolah
menurun. Rapor dengan angka-angka merah menyebabkan “pergaulan anak” atau
“pacaran” yang disalahkan.
Dari contoh ini jelaslah bahwa umur. yang terlalu muda menyebabkan para muda-
mudi kurang mampu dalam membatasi kesenangan diri, kurang dapat membatasi diri
dalam pembagian waktu belajar dan rekreasi. Mereka lebih mengutamakan rekreasi
dan berkumpul dengan kawan-kawannya, akhirnya tugas belajar terdesak dan kurang
mendapat perhatian. Pemuda-pemudi yang sudah lebih dewasa dan masih belum
belajar membatasi diri dengan pembagian waktu yang ketat akan mengalami kegagalan
di sekolah. Dengan demikian umur yang memberi kematangan untuk bisa
mempertimbangkan sesuatu, harus disertai pendisiplinan diri dalam hal waktu belajar,
bekerja dan rekreasi serta dalam pembagian yang tepat antara tugas dan pergaulan.
xviii
b. Sifat pacaran
Pergaulan bebas, sering dimulai dengan pergaulan yang biasa dikenal sebagai
pacaran. Mungkin saja dua muda-mudi yang pulang dari sekolah dan searah
perjalanannya ke rumah masing-masing, kalau pulang bersama maka sudah dikatakan
pacaran. Belajar dan studi bersama, sudah menimbulkan kekhawatiran pada orangtua
karena sudah terbayang suatu “pernikahan”. Padahal pergaulan ini, sebetulnya hanva
merupakan persahabatan atau perkenalan yang lebih sedikit daripada yang biasa.
Sebetulnya pergaulan demi usaha mengenal lebih mendalam perlu untuk menambah
pengetahuan tentang pribadi-pribadi yang akan dihadapi kelak di masa dewasa.
Ada kalanya seorang pemuda mengunjungi seorang pemudi untuk memin jam
catatan pelajaran. Seorang pemuda membantu teman sekclasnya dengan soal-soal
matematik. Seorang pemudi membantu teman sekelas pria dengan pekerjaan rumah
bahasa asing. Sepulangnya pemuda tersebut pemudi itu dimarahi orang tuanya dan
teman pria tersebut tidak boleh melewati ambang pintu rumah itu lagi, “tidak pantas
anak-anak yang masih di bangku sekolah sudah pacaran”.
Memang benar tidak pantas bahwa murid-murid sekolah sudah mulai pacaran,
padahal masa dewasa dan kemungkinan pernikahan masih terlalu jauh. Akan tetapi
apakah pergaulan dalam rangka belajar bersama ini disebut pacaran ?
Dari contoh-contoh yang kira-kira senada dengan contoh ini maka hal ini
sebenarnya tergantung pada orang yang menilai “pacaran” itu. Bila dua pemuda-
pemudi yang kelihatannya bersahabat sudah dikatakan pacaran, maka dapat dikatakan
bahwa itu adalah pacaran tingkat paling ringan. Dengan demikian untuk menghindari
larangan orangtua akan pacaran, maka sebaiknya belajar bersama dilakukan dalam
kelompok yang angkanya ganjil yakni misalnya tiga atau lima orang. Sesunggulinya
pacaran meliputi juga unsur lain, bukan sekedar berkumpul untuk belajar, akan tetapi
ada unsur rasa senang dari suasana ketika berdua itu. Ada perasaan bergelora yang
timbul dari keadaan pertemuan itu. Seolah-olah ada “arus listrik” pada kedua insan
yang berlainan jenis itu. Dan keadaan inilah yang disebut “pacaran”. Setiap sentuhan,
seolah-olah menimbulkan aliran listrik.
c. Tingkat pacaran
Bila selanjutnya perasaan yang mulai timbul dengan pacaran diumpamakan
dengan muatan listrik, maka jarak antara kedua individu yang sedang mengalaminya
akan menentukan tingkat pacaran itu. Makin dekat, makin besar kemungkinan
persentuhan yang dapat menimbulkan “kortsluiting” ataupun aliran listrik yang memberi
percikan bunga-api cinta.
xix
Sama halnya dengan “kortsluiting” pada listrik, maka aliran tersebut bisa
bermanfaat dan memberi daya kekuatan akan tetapi dapat juga membawa bahaya
kebakaran yang merusak, bila tidak dipersiapkan dan disalurkan dengan baik.
Dengan demikian muda-mudi, kaum dewasa muda yang masih jauh daripada
kesanggupan membentuk keluarga, sebaiknya sangat berhati-hati dengan “main api
cinta”. Perlu selalu mengingat jarak yang harus dipertahankan demi “keamanan” kedua
pihak. Lebih baik waspada terus demi ketenteraman hati. Sering-kali mereka yang
membanggakan kekuatan hati nurani, akhirnya “terbakar” dan jatuh karena kelengahan
sesaat. Dalam suasana pacaran kewaspadaan harus diperketat dan iman harus
diperkuat demi menjauhkan diri dari godaan dan gangguan yang mudah timbul dan
demi tercapainya cita-cita yang mulia.
Kegagalan di sekolah
xx
Berbohong atau mencuri
Apa yang anda lakukan saat anda mencurigai remaja anda terlibat dengan
ketergantungan narkotika ? Pertama, percayai insting anda. Jika anda merasa ada
masalah, maka mungkin memang ada. Cari waktu yang tepat untuk bicara dengan anak
remaja anda dan katakan terus terang tentang kekhawatiran anda. Coba berpikiran
terbuka tentang apa yang mereka katakan pada anda dan bersimpati terhadap
pendapat mereka tentang masalahnya.
Katakan pada remaja anda tentang apa yang anda rasakan tentang
ketergantungan obat mereka. Anda mungkin khawatir, takut, dan menjadi takut tentang
apa yang bakal terjadi pada mereka. Cobalah untuk tidak menghakimi dan marah:
karena hal ini akan membuat mereka menutup diri. Anda juga bisa berbicara tentang
pengamatan atau pengalaman yang anda miliki tentang narkotika. Saat anda mungkin
merasa ragu melakukan hal ini, ini akan membuat anda lebih manusiawi di mata remaja
anda.
Seringkali orang-orang terdekat dengan anak remaja anda (dalam hal ini adalah
anda) lebih mudah mengingkari bahwa anak remaja mereka mempunyai masalah
dengan narkotika. Namun ketika hal ini menyangkut tentang ketergantungan narkotika
pada anak remaja, anda tidak dapat melakukan ini. Sangatlah penting untuk menolong
mereka secepat mungkin. Jangan menyerah dan berkecil hati jika usaha awal anda
gagal. Pada akhirnya anda akan dapat melaluinya dan kemudian anda dan anak remaja
anda bisa berusaha memulai untuk melawan ketergantungan obat bersama-sama.
E. PORNOGRAFI
Rasa ingin tahu ditambah besarnya gairah syahwat pada masa remaja membuat
banyak remaja (terutama laki-laki) terperosok ke maksiat satu ini. Banyak media yang
memuat pornografi. Mulai dari poster, majalah, buku, sampai VCD. Bahkan majalah
Playboy yang udah masyhur kepornoannya pun udah masuk ke Indonesia setelah
majalah porno lainnya eksis di negeri ini.
Menahan pandangan dari lawan jenis termasuk juga nggak liat hal-hal yang porno
semacam ini. Pornografi juga memancing kejahatan seperti pelecehan seksual dan
pemerkosaan. Berapa banyak kasus perkosaan berawal dari nonton VCD porno.
Alhamdulillah, nilai-nilai syariat Islam udah mulai ditegakkan di negeri kita. Setelah
Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi disahkan, kita nggak aman dari tuntutan
hukum dunia dalam masalah ini. Kalo ketauan liat atau bawa barang-barang berbau
porno, kamu bisa dipenjara atau kena denda. Selain itu, kamu masih harus menghadapi
tuntutan hukum akherat kalo nggak tobat.
F. ONANI MASTURBASI
Maksiat yang satu ini juga terkenal banget dilakukan oleh para remaja. Sebabnya
rata-rata sama, ingin tahu dan besarnya nafsu seksual pada masa remaja. Menurut
xxi
penelitian, aktivitas ini lebih banyak dilakukan remaja pria (sekitar 90%), namun ada
juga remaja perempuan yang melakukannya (30%).
Sebagian orang menganggap melepaskan syahwat dengan onani/ masturbasi
merupakan jalan yang lebih selamat daripada berzina. Kadar maksiat mungkin memang
lebih rendah dari zina beneran. Tapi bukan berarti onani nggak terlarang. Dalam Islam,
melampiaskan nafsu syahwat hanya diperkenankan dilakukan terhadap istri atau suami.
Barangsiapa yang mencari pelampiasan selain itu maka mereka termasuk orang yang
melampaui batas. Onani jelas termasuk jalan lain, berarti onani termasuk perbuatan
melampaui batas.
Jika onani dibolehkan, tentu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam nggak perlu
memerintahkan para pemuda yang belum mampu untuk menikah untuk berpuasa.
Mereka yang belum mampu menikah tentu tinggal diperintahkan untuk onani. Namun
kenyataannya enggak, mereka yang belum mampu menikah diperintahkan untuk
berpuasa, tidak diperintahkan untuk onani. Jadi, onani tetap aja terlarang.
G. MUSIK
Satu hal yang biasanya remaja kurang tahu bahwa hal tersebut juga merupakan
maksiat adalah mendengarkan musik. Parahnya, kehidupan remaja saat ini kayaknya
nggak bisa lepas dari musik. Konsumen musik terbanyak tetap aja remaja. Buktinya,
media cetak remaja, baik yang untuk cewek atau cowok, baik yang majalah atau yang
tabloid, semuanya memberikan porsi ruang yang lumayan besar bagi berita musik.
Musik merupakan sesuatu yang haram karena Rasulullah bersabda tentang akan
datangnya suatu kaum yang menghalalkannya. Musik merupakan senjata ampuh setan
untuk melalaikan manusia dari mendengarkan Al-Quran.
Musik juga merupakan pembuka kemaksiatan lain. Orang yang suka musik
mungkin akan sering menghadiri pertunjukan musik. Biasanya di pertunjukan musik,
sponsornya adalah rokok. Trus, kalo beli tiket, dapat rokok gratis. Malah jadinya
merokok kan? Belum lagi kalo acaranya bertempat di klub malam, pasti mereka jual
minuman beralkohol juga. Udah acaranya kelar, acara lanjutannya pasti disko dan
dansa bareng. Waduh, waduh,,,jangan sampe dech!
H. MENCONTEK
Dosa yang ini biasa terjadi di sekolah, terutama saat ulangan atau ujian.
Mencontek dilakukan untuk mendapatkan nilai yang bagus. Hakikatnya, mencontek
adalah menipu, baik diri sendiri maupun guru.
Hasil yang kamu peroleh mungkin memang seperti yang kamu harapkan. Tapi
betulkah demikian kemampuanmu? Ingatlah, pertanggungjawaban nggak cuma
didepan guru saja. Di akherat nanti, penipuan yang kamu lakukan tersebut juga harus
kamu pertanggungjawabkan. Nah lo!
I. MEROKOK
“Nggak jantan kalo nggak merokok!” Remaja pria kalo udah diberi cap seperti ini
biasanya keder juga. Lalu, ikut-ikutan lah ia merokok. Padahal, yang jantan adalah yang
nggak merokok; sendirian tanpa rokok aja udah berani menghadapi masalah hidup.
Kenyataannya, rokok memang bisa menjadi pelarian orang-orang pengecut yang nggak
berani menghadapi hidup.
xxii
Rokok seluruhnya mengandung racun. Bisa jadi ia malah lebih berbahaya
daripada khamr. Alloh melarang kita membinasakan diri kita sendiri. Kalo begitu,
menghisap rokok juga diharamkan.
Rokok juga merupakan pintu untuk merasakan hal-hal haram lainnya. Pecandu
rokok bisa-bisa tertarik untuk mencampurkan ganja di rokoknya. Ganja mempunyai efek
memabukkan, jadi tentu saja ganja adalah barang haram. Kalo udah kenal rokok-dan
ganja- nggak lama kemudian para remaja akan mencoba obat-obat penenang. Nggak
ketinggalan juga miras. Seringkali pecandu semua itu berawal dari merokok.
Busyeeet..!
xxiii
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
a. Pada dasarnya kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari
norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan
merugikan dirinya sendiri dan orang-orang disekitarnya.
b. Kenakalan remaja pada zaman sekarang ini disebabkan oleh beberapa factor.
Perilaku nakal remaja disebabkan oleh factor remaja itu sendiri (internal) maupun
factor dari luar (eksternal).
c. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang
telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil
memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
d. Adanya motivasi dari keluarga , guru , teman sebaya merupakan hal-hal yang bisa
dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja.
e. Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya anak tersebut menyendiri. Anak
yang demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi.
B. SARAN
a. Perlu adanya tindakan-tindakan dari pemerintah untuk mengawasi tindakan remaja
di Indonesia agar tidak terjerumus pada kenakalan remaja.
b. Perlunya penanaman nilai moral , pendidikan dan nilai religious pada diri seorang
remaja.
xxiv
DAFTAR PUSTAKA
http://helda.info/2009/06/kenakalan-remaja/
http://pusatremaja.com/2008/01/15/kenakalan-remaja/
http://yoyooh.com/original-post/yo-ori-remaja/90-kenakalan-remaja.html
http://www.scribd.com/doc/12007831/KENAKALAN-REMAJA
http://www.anneahira.com/narkoba/index.htm
http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?option=com_content&view=article&id=60:pkni
4209-kriminologi-dan-kenakalan-remaja&catid=30:fkip&Itemid=75
http://zonaclassic.blogspot.com/2008/04/dampak-siaran-tv-terhadap-kenakalan.html
http://psikonseling.blogspot.com/2010/02/pengertian-kenakalan-remaja.html
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASHa7c5.dir/doc.pdf
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=12915
http://subandowo.blogspot.com/2008/08/kenakalan-remaja.html
http://www.anneahira.com/narkoba/index.htm
xxv