Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat , karunia dan
hidayahNya kepada kita semua sehingga akhirnya tugas karya tulis ini dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad SAW
beserta para pengikutnya yang setia menemani hingga akhir zaman. Adapun judul
karya tulis ini yakni “Kenakalan Remaja”.
Penulis menyadari bahwa tugas karya tulis ini masih banyak memiliki
kekurangan.Oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun , penulis
harapkan untuk kemajuan masa-masa mendatang.
Harapan penulis semoga penulis tugas karya tulis ini dapat diambil manfaatnya
oleh pembaca.

Medan, April 2018

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan....................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................ 1
1.3 Sumber Data.................................................................................................. 2
1.4 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kenakalan Remaja............................................................................ 3
2.2 Landasan Teori............................................................................................... 4
2.3 Masa Remaja................................................................................................. 5
BAB III KENAKALAN REMAJA
A. Pengertian Kenakalan Remaja............................................................................. 8
B. Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja....................................................... 8
BAB IV MASALAH-MASALAH REMAJA
A. Penyalahgunaan Obat Bius dan Alkohol............................................................. 11
B. Kehamilan............................................................................................................ 11
C. Masalah Pergaulan Bebas Pria-Wanita.............................................................. 12
I. Arti Pergaulan Bebas.......................................................................................... 12
II. Pacaran.............................................................................................................. 16
D. Kecanduan Narkotika Pada Remaja.................................................................. 18
E. Pornografi........................................................................................................... 19
F. Onani Masturbasi............................................................................................... 19
G. Musik................................................................................................................. 20
H. Mencontek.......................................................................................................... 20
I. Merokok............................................................................................................. 20
Hal-Hal yang Bisa di Lakukan untuk Mengatasi Kenakalan Remaja................ 21
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................................ 22
B. Saran................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………. 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan


Tumbuh kembang remaja pada zaman sekarang sudah tidak bisa lagi dibanggakan.
Perilaku kenakalan remaja saat ini sulit diatasi. Baru-baru ini sering kita dengar berita
ditelevisi maupun radio yang disebabkan oleh kenakalan remaja diantaranya tawuran,
pemerkosaan yang dilakukan oleh pelajar, pemakaian narkoba, dan lain-lain.
Kehidupan remaja pada masa kini mulai memprihatinkan. Remaja yang seharusnya
menjadi kader-kader penerus bangsa kini tidak bisa lagi menjadi jaminan untuk
kemajuan Bangsa dan Negara. Bahkan perilaku mereka cenderung merosot.
Sungguh sangat di sayangkan para remaja saat ini dengan mudah melakukan
perubahan social dan budaya dengan mengadopsi budaya luar tanpa adanya filter.
Meningkatnya kenakalan remaja saat ini merupakan salah satu dampak dari media
informasi yaitu program siaran televisi yang dinilai kurang memberikan nilai edukatif
bagi remaja ketimbang nilai amoralnya. Hal ini disebabkan karena industri perfilman
kurang memberikan pesan-pesan moral terhadap siaran yang ditampilkan. Dapat
diperhatikan dalam berbagai program televisi seperti pada sinetron-sinetron maupun
reality show yang banyak menayangkan tentang pergaulan bebas remaja bersifat
pornografis, kekerasan, hedonisme dan sebagainya untuk selalu ditampilkan dilayar
kaca. Oleh karena program tersebut banyak diminati publik, khususnya remaja.
Sehingga dapat memberikan suatu peluang bisnis bagi pihak stasiun TV yaitu misalnya
berupa banyaknya iklan yang masuk.Berbagai acara yang menayangkan tentang
pergaulan bebas remaja di kota besar yang sarat akan dunia gemerlap (dugem).
Seperti tayangan remaja dalam mengonsumsi obat-obatan terlarang, cara berpakaian
yang terlalu minim alias kurang bahan / sexy, goyang-goyangan yang sensual para
penyanyi dangdut, kisah percintaan remaja hingga menimbulkan seks bebas, ucapan-
ucapan kasar dengan memaki-maki atau menghina dan sebagainya. Inilah yang
seringkali menjadi contoh tidak baik yang sering mempengaruhi remaja-remaja yang
berada di kota maupun di daerah untuk mengikuti perilaku tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Memahami pengertian kenakalan remaja
2. Mengetahui penyebab kenakalan remaja dan gejala-gejala yang dapat
memperlihatkan hal-hal yang mengarah pada kenakalan remaja serta untuk
memahami hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menanggulangi kenakalan remaja.

iii
1.3 Sumber Data
Tinjauan pustaka tentang kenakalan remaja melalui web internet

1.4 Rumusan Masalah


Dari latar belakang permasalahan di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut :
“terjadinya pergeseran kepribadian dan kebudayaan di kalangan remaja”
“Apa saja permasalahan pada dunia pergaulan remaja pada masa sekarang ini dan
bagaimana cara mensiasatinya ?”

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Kenakalan Remaja


Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja
yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Kartini
Kartono (1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat
sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada
ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu
kelainan dan disebut “kenakalan”. Dalam Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku pedoman 8,
dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku / tindakan remaja yang
bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang
berlaku dalam masyarakat.

Singgih D. Gumarso (1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja
digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu :
(1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang
sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum ; (2) kenakalan
yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang
dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan
orang dewasa. Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja
kedalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran,
membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus pada
pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang
orang tua tanpa izin (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan
seks diluar nikah, pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan
remaja dalam penelitian.

Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang, pernah


dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim (dalam Soerjono Soekanto, 1985 : 73).
Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap
sebagai fakta sosial yang normal dalam bukunya “ Rules of Sociological Method”
dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena tidak mungkin
menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh
perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut
terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak
disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu perilaku nakal/jahat
yaitu perilaku yang disengaja meninggalkan keresahan pada masyarakat.

v
1. Keberfungsian sosial
Istilah keberfungsian sosial mengacu pada cara-cara yang dipakai oleh individu
akan kolektivitas seperti keluarga dalam bertingkah laku agar dapat melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya serta dapat memenuhi kebutuhannya. Juga dapat diartikan
sebagai kegiatan-kegiatan yang dianggap penting dan pokok bagi penampilan
beberapa peranan sosial tertentu yang harus dilaksanakan oleh setiap individu sebagai
konsekuensi dari keanggotaannya dalam masyarakat. Penampilan dianggap efektif
diantarannya jika suatu keluarga mampu melaksanakan tugas-tugasnya, menurut
(Achlis, 1992) keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang dalam
melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi social tertentu
berupa adanya rintangan dan hambatan dalam mewujudkan nilai dirinnya mencapai
kebutuhan hidupnya.

Keberfungsian sosial kelurga mengandung pengertian pertukaran dan


kesinambungan, serta adaptasi resprokal antara keluarga dengan anggotannya,
dengan lingkungannya, dan dengan tetangganya dll. Kemampuan berfungsi social
secara positif dan adaptif bagi sebuah keluarga salah satunnya jika berhasil dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan dan fungsinya terutama dalam
sosialisasi terhadap anggota keluarganya.

2.2. Landasan Teori


Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.Cultural
determinism: Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri (Melville J. Herskovits dan
Bronislaw Malinowski )

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,


yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,
nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, juga segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang
sebagai anggota masyarakat.

vi
Sifat hakikat kebudayaan sebagai berikut :
 Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia
 Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu
dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan
 Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya
 Kebudayaan mencangkup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban,
tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan
tindakan-tindakan yang diizinkan

Kepribadian dan Kebudayaan


Pengertian masyarakat menunjuk pada sejumlah manusia, sedangkan
pengertian kebudayaan menunjuk pada pola-pola perilaku yang khas dari masyarakat
tersebut. Masyarakat dan kebudayaan sebenarnya merupakan perwujudan atau
abstraksi perilaku manusia. Kepribadian menunjukan perilaku manusia. Perilaku
manusia dapat dibedakan dengan kepribadiannya karena kepribadian merupakan latar
belakang perilaku yang ada dalam diri seorang individu. Kekuatan kepribadian bukanlah
terletak pada jawaban atau tanggapan manusia terhadap suatu keadaan, akan tetapi
justru pada kesiapannya di dalam memberikan jawab dan tanggapan.
Menurut Theodore M. Newcomb, yaitu bahwa kepribadian merupakan organisasi sikap-
sikap (predispositions) yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap
perilaku.

2.3. Masa Remaja


Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan
dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh,
minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh
karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah
psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan social. Memang
banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali
perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai
pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti, konflik yang
dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai
dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat memahami remaja, maka perlu
dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-dimensi tersebut
 Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi
pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara
biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang

vii
anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi. Pada masa pubertas, hormon
seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau
gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu:
1. Follicle-Stimulating Hormone (FSH);
2. Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormone tersebut
merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone dua jenis hormone kewanitaan.
Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating
Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat
dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak
perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya
sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang,
dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya
yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan
berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia
remaja.
 Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya
para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-
masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang
sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak
alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas
berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir
multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya,
tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan
pemikiran mereka sendiri.
 Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanyamengenai
berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi
pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja
mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalahmasalah populer yang
berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang,
keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku,
sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan.
Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan
lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan
pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan

viii
dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya
“kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya
 Dimensi Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana
hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi
Csikszentmihalyi dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata
memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih
luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama.
Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan
beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan ehari-hari di rumah. Meski
mood remaja yang mudah berubah-ubah dengancepat, hal tersebut belum tentu
merupakan gejala atau masalah psikologis. Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan
remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia
nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia
tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya.
Anggapan remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi
tidak berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan
tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan.
Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali
mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif
sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa
memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang. Remaja yang diberi
kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi
orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-
jawab. Dari beberapa dimensi perubahan yang terjadi pada remaja seperti yang telah
dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan – kemungkinan perilaku yang bisa terjadi
pada masa ini. Diantaranya adalah perilaku yang mengundang resiko dan berdampak
negative pada remaja. Perilaku yang mengundang resiko pada masa remaja misalnya
seperti penggunaan alcohol, tembakau dan zat lainnya; aktivitas social yang berganti –
ganti pasangan dan perilaku menentang bahaya seperti balapan, selancar udara, dan
layang gantung (Kaplan dan Sadock, 1997). Alasan perilaku yang mengundang resiko
adalah bermacam – macam dan berhubungan dengan dinamika fobia balik (
conterphobic dynamic ), rasa takut dianggap tidak cakap, perlu untuk menegaskan
identitas maskulin dan dinamika kelompok seperti tekanan teman sebaya.

ix
BAB III
KENAKALAN REMAJA

A. Pengertian Kenakalan Remaja


Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar
norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau
transisi masa anak-anak dan dewasa.
Sedangkan Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul Moedikdo,SH adalah :
1. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-
anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti
mencuri, menganiaya dan sebagainya.
2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan
keonaran dalam masyarakat.
3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.

B. Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja


Perilaku nakal remaja biasa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri
(internal) maupun dari luar (eksternal)
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang datangnya dari dalam tubuh remaja sendiri. Faktor
intern ini jika mendapatkan contoh-contoh yang kurang mendidik dari tayangan televisi
akan menimbulkan niat remaja untuk meniru adegan-adegan yang disaksikan pada isi
program televisi tersebut. Khususnya menyangkut masalah pergaulan remaja di zaman
sekarang yang makin berani mengedepankan nilai-nilai budaya luar yang tidak sesuai
dengan adat budaya bangsa. Akhirnya keinginan meniru tersebut dilakukan hanya
sekedar rasa iseng untuk mencari sensasi dalam lingkungan pergaulan dimana mereka
bergaul tanpa batas dan norma agar dipandang oleh teman-temannya dan masyarakat
sebagai remaja yang gaul dan tidak ketinggalan zaman. Timbulnya minat atau
kesenangan remaja yang memang gemar menonton acara televisi tersebut dikarenakan
kondisi remaja yang masih dalam tahap pubertas. Sehingga rasa ingin tahu untuk
mencontoh berbagai tayangan tersebutyang dinilai kurang memberikan nilai moral bagi
perkembangan remaja membuat mereka tertarik. Dan keinginan untuk mencari
sensasipun timbul dengan meniru tayangan-tayangan tesebut, akibat dari kurangnya
pengontrolan diri yang dikarenakan emosi jiwa remaja yang masih labil.
2. Faktor Ekstern
adalah faktor yang datangnya dari luar tubuh remaja. Faktor ini dapat disebut sebagai
faktor lingkungan yang memberikan contoh atau teladan negatif serta didukung pula

x
oleh lingkungan yang memberikan kesempatan. Hal ini disebabkan karena pengaruh
trend media televisi saat ini yang banyak menampilkan edegan-adegan yang bersifat
pornografi, kekerasan, hedonisme dan hal-hal yang menyimpang dari nilai moral dan
etika bangsa saat ini. sepertinya media televisi telah memaksa remaja untuk larut dalam
cerita-cerita yang mereka tampilkan seolah-olah memang begitulah pergaulan remaja
seharusnya saat ini. Yang telah banyak teradopsi oleh nilai-nilai budaya luar yang
kurang dapat mereka seleksi mana yang layak dan yang tidak layak untuk ditiru.
3. Kurangnya perhatian dari orang tua dan lingkungan yang memang menyediakan
pergaulan buruk. Maka memberikan dampak buruk pula bagi remaja untuk mudah larut
dalam hal-hal negatif. Baik dari tayangan televisi maupun dari pergaulan teman-
temannya. Kurangnya perhatian orang tua banyak para remaja mencari perhatian
didunia luar. Mereka cenderung melakukan atau mencari kesenangan di lingkungan
pergaulannya. Ikut-ikutan dan tak lagi dapat membedakan yang mana baik dan buruk.
Rasa takut hilang karena menganggap banyak temannya yang melakukan hal keliru
tersebut. Hingga akhirnya ketergantungan dan mereka terus melakukannya berulang
kali seperti halnya biasa dan membentuk sebuah budaya yang tak bisa lepas dari hidup
mereka. Seperti mengkonsumsi minuman keras, narkoba dan kegiatan lain yang dinilai
dapat memberikan kesenangan sesaat. Dan dampak dari kegiatan tersebut akan
menciptakan orang-orang yang hedonis.

xi
BAB IV
MASALAH-MASALAH REMAJA

Remaja adalah masa ketika identitas dikembangkan lebih besar (Erikson,


1963). Suatu kelompok anak berumur 11 tahun adalah betul-betul homogen.
Bagaimanapun juga, 6 tahun kemudian ada beberapa yang menjadi anak nakal, yang
lain menjadi siswa teladan, beberapa menjadi ahli matematika, ada yang pemain
drama, dan yang lain lagi ahli mesin. Pengalaman di rumah dan di sekolah sebelum
remaja, berperan penting dalam menentukan remaja sebagai individu. Demikian juga
pengalaman di SMP dan SMA berperan penting dalam membantu siswa-siswa melalui
masa-masa sulit untuk sebagian besar mereka.
Hampir sebagian besar anak remaja mengalami suatu konflik emosi (Blos,
1989). Untuk sebagian besar remaja, kekacauan emosi dapat ditangani dengan sukses,
tetapi untuk beberapa remaja lari pada obat bius atau bunuh diri.

Kenakalan Remaja
Satu dari masalah yang paling serius dari remaja adalah remaja nakal atau
delinquent, dan kebanyakan laki-laki. Remaja nakal biasanya berprestasi rendah.
Biasanya mereka didukung oleh kelompoknya. Sebab-sebab terjadinya anak nakal atau
juvenile delinquency pada umumnya adalah sebab yang kompleks, yang berarti suatu
sebab dapat menimbulkan sebab yang lain. Para peneliti melihat banyak kemungkinan
penyebab kenakalan remaja. Sedangkan para ahli sosiologi berpendapat bahwa
kenakalan remaja adalah suatu penyesuaian diri, yaitu respons yang dipelajari terhadap
situasi lingkungan yang tidak cocok atau lingkungan yang memusuhinya. Hasil
penelitian Robbin (1986) berpendapat, kenakalan remaja akibat adanya masalah
neurobiological, sehingga menimbulkan genetik yang tidak normal. Ahli lain
berpendapat kenakalan remaja merupakan produk dari konstitusi defektif mental dan
emosi-emosi mental. Mental dan emosi anak remaja belum matang, masih labil, dan
rusak akibat proses condition sering lingkungan yang buruk.

Gangguan Emosi
Gangguan emosi yang serius sering timbul pada anak-anak remaja. Mereka
mengalami depresi, kecemasan yang berlebihan tentang kesehatan sampai pikiran
bunuh din i atau mencoba bunuh diri (Mosterson, 1987). Banyak anak remaja yang
terlibat dalam kenakalan remaja, bertingkah laku aneh, minum minuman keras,
kecanduan obat bius, alkohol, sehingga memerlukan bantuan yang serius. Pendidik-
pendidik di sekolah menengah dan sekolah menengah atas harus sensitif terhadap
fakta bahwa anak-anak remaja yang sedang mengalami masa-masa sulit dan

xii
gangguan emosional merupakan hal yang umum. Oleh karena itu, guru hendaknya
mencoba mengetahui bahwa anak-anak remaja bisa mengalami depresi, putus
harapan, tingkah laku yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, dan semua ini
membutuhkan bantuan. Di sini peranan konselor dan psikolog amat penting.

A. Penyalahgunaan Obat Bius dan Alkohol


Penyalahgunaan obat bius dan alkohol bertambah secara dramatis akhir-akhir
tahun ini. Beberapa dari siswa-siswa SMA, terutama di kota-kota besar, menggunakan
mariyuana dan minum-minuman keras (bahkan sudah merambat ke desa-desa). Obat
bius yang juga disebut sebagai drugs. Drugs terdiri dari hard drugs dan soft drugs. Obat
keras (hard drugs) bisa mempengaruhi saraf dan jiwa si penderita secara cepat.
Waktu ketagihannya berlangsung relatif pendek. Jika si penderita tidak segera
mendapat jatah obat tersebut, dia bisa meninggal. Sedangkan soft drugs bisa
mempengaruhi saraf dan jiwa penderita, tetapi tidak terlalu keras. Waktu ketagihannya
agak panjang dan tidak mematikan. Gejala siswa yang menggunakan narkoba antara
lain: badan tidak terurus dan semakin lemah, tidak suka makan, matanya sayu dan
merah, pembohong, malas, daya tangkap otaknya melemah, mudah tersinggung dan
mudah marah.
Banyak remaja yang memakai narkoba karena mula-mula iseng, rasa ingin tahu,
atau sekadar ikut-ikutan teman. Ada juga remaja yang menggunakan narkoba karena
didorong oleh nafsu mendapatkan status sosial yang tinggi, ingin pengakuan atas
egonya, serta untuk menjaga gengsi. Beberapa kelompok anak remaja lain
menggunakan narkoba karena ingin lari dan kesulitan hidup dan konflik-konflik batin.
Anak remaja merasa menjadi “orang super” jika bisa merokok dan diberi ganja dan
diselingi minuman keras atau minum Wie Seng, semacam arak keras yang berkadar
alkohol yang sangat tinggi. Segala kesulitan hidup, kesulitan di sekolah, di rumah bisa
hilang lenyap diganti dengan rasa nikmat (teler) walaupun sesaat.
Usaha sekolah atau guru untuk menolong remaja yang terlibat dalam narkoba ini
adalah mula-mula mencari sumber penyebab remaja menggunakan narkoba, sehingga
guru dapat menanggulangi dan sumber tersebut. Usaha lain adalah melakukan
tindakan preventif yang lebih praktis dan segera dapat dilakukan. Langkah-langkah
yang dapat diambil misalnya melalui lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

B. Kehamilan
Kehamilan dan melahirkan anak bertambah di antara beberapa kelompok gadis
remaja, terutama pada masyarakat yang kurang mampu. Jika laki-laki remaja sering
bertingkah laku sebagai anak nakal untuk mencoba membuktikan kemandirian mereka
dan kontrol orang dewasa, demikian juga bagi gadis remaja. Mereka membuktikannya
dalam bentuk seks dan di banyak kasus dengan mempunyai anak, sehingga memaksa

xiii
dunia melihat mereka sebagai orang dewasa. Sejak melahirkan anak, gadis remaja
menjadi sulit untuk melanjutkan sekolah atau mencari pekerjaan. Oleh karena itu,
peranan sekolah dalam membantu gadis yang mengalami “kecelakaan” sangat
dibutuhkan. Sebaiknya, sekolah tidak mengeluarkan remaja yang hamil di luar nikah.
Biarlah mereka tetap diperbolehkan meneruskan sekolah mereka sampai lulus
sehingga memudahkan dia mencari pekerjaan.

C. Masalah Pergaulan Bebas Pria-Wanita


I. Arti pergaulan bebas
Bila kita meninjau kembali sejarah di negeri kita sendiri dan sejarah dunia pada
umumnya, maka akan terlihat adanya banyak persoalan yang sama, peristiwa yang
sama intinya walaupun berbeda waktunya. Dalam cerita roman Romeo dan Juliet yang
termasyhur itu, yang mengisahkan suatu kisah cinta pada zaman yang lampau, jelas
bahwa pada masa itu di Eropa tidak terdapat pergaulan yang bebas. Juga dari
otobiografi mengenai ratu-ratu dan anggota-anggota keluarga kerajaan, seorang puteri
belum saling mengenal dengan pangerannya ketika ia dilamar.
Mereka baru berkenalan sesudah lamaran diterima. Belum dipersoalkan pihak
manakah yang melamar, pihak pangerankah atau pihak puterikah. Pernikahan
merupakan suatu hasil perundingan antara negara dan keluarga raja yang
bersangkutan.
Hal yang sama juga terlihat di benua belahan Timur. Contoh-contoh yang tak
terhingga banyaknya dapat kita ambil dari sejarah negeri kita sendiri. Bahkan bila
ingatan orangtua masih dapat meraih jauh ke riwayat nenek moyang mereka, pastilah
hal yang sama akan ditemukan pula, yakni pria dan wanita belum saling mengenal
sebelum pernikahan atau persetujuan keluarga tercapai dan mereka memasuki hidup
pernikahan.
Memang, dari macam-macam contoh dan perbandingan zaman tadi dapatlah
dikatakan bahwa “lain dulu lain sekarang”. Karena perbedaan yang terdapat antara
zaman ke zaman, maka persoalan yang dihadapi juga lain.
Dahulu tidak ada psikolog di sekolah, yang harus menyelesaikan persoalan pribadi
murid-murid sekolah rendah, menengah dan atas atau di Perguruan Tinggi. Bahkan
sekolah-sekolah hanya menerima murid pria. Kesempatan bersekolah bagi anak wanita
belum banyak dinikmati di beberapa negara di Asia.
Syukurlah Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang telah menjadi
pelopor agar kesempatan memperoleh pendidikan dan kepandaian di sekolah terbuka
bagi anak wanita dan anak pria.
Berkat tokoh emansipasi wanita R.A. Kartini dan para ibu lainnya yang telah
memperjuangkan nasib wanita, pria dan wanita memperoleh kesempatan pendidikan

xiv
yang sama. Dengan diperolehnya hak atas kesempatan pendidikan dan bersekolah
yang sama antara pria dan wanita, tentunya mudah terjalin pergaulan bebas antara pria
dan wanita. Kaum wanita tidak lagi dipingit, tidak lagi memperoleh pelajaran dan
pengajaran yang terbatas di rumah sendiri. Kaum wanita tua dan muda dapat
meninggalkan rumali untuk menuntut ilmu di sekolali dilain kota bahkan di luar negeri
tanpa pengawasan langsung orangtua yang bersangkutan.
Dengan adanya kesempatan bersekolah yang sama, maka pria dan wanita dapat
bertemu muka dengan bebas. Mereka dapat berdiskusi, membicarakan persoalan-
persoalan yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah. Persoalan-persoalan yang
dibicarakan tentunya tidak selalu hanya berkisar mengenai pelajaran dan pendidikan di
sekolah. Hidup seseorang juga meliputi segi-segi lain di samping pendidikan. Segi-segi
kellidupan lainnya sering Pula menyebabkan timbulnya persoalan-persoalan yang lalu
dibicarakan bersama.
Sejak pendidikan di Taman Kanak-Kanak, sudah terlihat bahwa ada beberapa anak
tertentu sering mengelompok. Mereka merasa diri cocok dan sesuai, sehingga setiap
saat bila diberi kesempatan bermain mereka akan berkumpul dan bergaul dengan
teman-teman yang selalu sama. Sewaktu mereka masih kecil tidak terlihat perbedaan
yang jelas antara anak pria dan wanita. Mereka berkumpul dengan teman yang cocok
tanpa mempedulikan jenis, pria atau wanita.
Pada suatu saat terlihat selanjutnya bahwa pengelompokkan lebih banyak terjadi
antar anak-anak sejenis. Anak wanita lebih senang bergaul dan menceritakan isi
hatinya pada teman wanita, dan sebayanya anak pria mulai kesal bermain dengan anak
wanita, karena mereka lebih senang bermain yang kasar. Mereka tidak senang
kelembutan dan kehalusan anak wanita. Apalagi anak wanita sulit membendung
mengalirnya air mata sehingga sering dicemooh oleh teman pria.
Meskipun saat itu pergaulan antar pria dan wanita diperbolehkan akan tetapi mereka
sendiri membatasi teman-teman sepergaulannya dengan yang sejenis saja. Pergaulan
dengan jenis yang berlawanan menimbulkan perasaan tidak senang, tidak tenteram
dan canggung. Sebaliknya teman-teman sejenis mem-berikan rasa senang yang justru
dicarinya dan hanya dapat di-peroleh dari teman-teman yang sama, pria atau wanita.
Baru pada masa berikutnya timbul keinginan bergaul secara lebih bebas, bergaul
dengan teman-teman pria maupun teman wanita. Rasa ingin tahu muda-mudi juga
terarah pada rasa ingin tahu akan teman-teman dari jenis yang lain. Ingin tahu ini
tertampung dalam pergaulan bebas. Dalam pergaulan bebas, kaum muda-mudi dapat
saling cari tahu mengenai sifat dan kepribadian teman-temannya. Dari keanekaan
teman yang diperolehnya melalui pergaulan bebas ia mendapatkan pengetahuan yang
luas mengenai sifat-sifat khusus wanita dan pria maupun ciri-ciri khas maing-masing.
Apakah pergaulan yang bebas dapat diartikan pergaulan yang bebas dari segala-

xv
galanya. Pergaulan yang bebas tanpa memperhatikan nilai-nilai moral dan sosial ?
Manusia adalah makhluk sosial yang bertanggung jawab. Manusia sebagai makhluk
sosial yang bertanggung jawab tidak mungkin hidup bebas dari segala-galanya.
Manusia memang bisa hidup bebas dari belenggu penindasan, bebas dari ketakutan,
bebas dari pengejaran, bebas dari penderitaan fisik maupun psikis. Akan tetapi
manusia tidak bisa hidup terlepas dari hubungannya, baik langsung maupun tidak
langsung, dari individu-individu lainnya. Manusia tidak bisa hidup wajar tanpa tanggung
jawab.
Manusia dapat bergaul bebas akan tetapi dalam suatu ke-terikatan sosial. Manusia
hidup dalam keterikatan tanggung-jawab atas kesejahteraan sosial. Juga pemuda-
pemudi dapat bergaul dengan bebas, tetapi tidak boleh mengabaikan tanggungjawab
sosial.
Dalam pergaulan bebas, bergaul dengan siapa saja, di mana saja dan kapan saja,
selalu perlu diingat :
1) Tanggung jawab atas kesejahteraan sesama manusia.
2) Menghormati hak-hak dan harga diri wanita dan pria.
3) Berpegang teguh pada norma sosial, nilai-nilai moral dan tata susila, dan norma
hukum.
Pergaulan bebas antara pria dan wanita dapat menjadi pergaulan yang tidak bebas
lagi. Pada suatu saat pergaulannya menyempit dan hanya meliputi dua orang saja,
seorang pemuda dan seorang pemudi. Pergaulan bebas berarti pergaulan yang luas
antara banyak pemuda dan pemudi. Tidak terlalu menekankan pengelompokkan yang
kompak antara dua orang saja, akan tetapi antara banyak muda-mudi. Pergaulan yang
sudah terbatas antara dua muda-mudi akan berarti adanya suatu kekhususan,
sehingga orang mengatakan bahwa kedua muda mudi ini berpacaran.
Mengenali Gejolak Remaja.
Menasihati remaja tidak semudah menasihati anak-anak. Mereka bukan lagi anak TK
atau SD yang bisa duduk manis ketika orang tua berbicara. Usia remaja, yang dimulai
sekitar 14 tahun, adalah usia di mana manusia mengalami begitu banvak perubahan
baik pada organ tubuhnva maupun pada aspek psikologisnya. Mereka yang awalnva
anak-anak, kemudian masuk periode puber, disusul ke periode sclanjutnya, di mana
hormon sangat memengaruhi fisik dan psikisnya, cenderung mengalami beragam
gejolak temperamen.
Kenakalan Remaja
Ada yang saat anak-anak pendiam, mendadak menjadi cerewet dan pandai bergaul
ketika remaja. Atau kebalikannya, berubah jadi pendiam dan pemalu, padahal waktu
anak-anak dulu is sangat pandai bergaul. Kenapa bisa begitu? Sebab memang scjak
usia puber, seorang anak akan terus mengalami perubahan karakter. Kondisi ini

xvi
memhuat orang tua agak kehingungan menghadapinva sebab sifat mereka berubah-
ubah sesuai mood.
Mencoba menasihati mereka artinya mesti pandai-pandai membaca “medan perang”,
mengatur strategi agar tidak terjadi kesalahpahaman. Sebab, kalau sudah salah
paham, bukannva komunikasi yang baik yang terjalin melainkan pertengkaran. Lebih
baik kita tnengenali dulu seperti apa perilaku anak remaja yang berusia serba
nanggung ini: dibilang anak-anak, sudah tidak pantas, dibilang dewasa pun belum.
Remaja awal ini biasanya akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Cemas pada perkembangan fisik
Anak akan mengalami kecemasan, karena mengalami perubahan fisik yang mencolok,
yakni tumbuh jakun, bulu-bulu di seluruh tubuh, juga kumis, dan mengalami mimpi
basah. Saat masih SMP, mereka masih bercelana pendek, sehingga bulu pada kaki
akan nampak jelas, dan wajar kalau mereka jadi malu akibat diejek teman. Suara pun
ikut berubah, menjadi “sember”. Ini semua akibat mulai dominannya hormon testoteron.
Sedangkan pada anak perempuan, menstruasi mulai makin teratur, kadang disertai
nyeri dan posing. Buah dada makin membesar. Semua perubahan itu membuatnya
cemas, takut diketahui oleh teman lain, dijauhi, dan jadi risih sendiri.
Rangsangan nafsu menguat
Akibat gejolak hormon, mereka semakin merasakan rangsangan nafsu seks. Ada dua
jenis respon, yaitu menjadi sangat reaktif, atau justru malu, dan menyembunyikannya.
Baru mendengar cerita sedikit menyerempet ke arah seks saja, sudah heboh dan
penasaran sekali. Sebagian remaja justru sudah sangat male sekali ketika bertatapan
dengan lawan jenis.Tiap anak memiliki respon berbeda-beda, juga berubah-ubah. Di
usia ini, libido mereka juga bergejolak, mudah terangsang oleh sedikit saja hal-hal
berbau seks. Inilah mengapa orang tua perk memberi dasar moral, etika, dan agama,
sebab tanpa dasar itu anak cenderung mudah tergoda. Orientasi seks mulai terbentuk.
Jika tak diarahkan dengan benar oleh orang tua, dapat terjadi kasus di mana anak
menjadi gay atau lesbian, bahkan biseks.
Mempermasalahkan penampilan
Akibat perubahan fisik itu, remaja belia ini jadi posing dengan penampilannya. Ada yang
berusaha menutupi perubahan-perubahan tadi, ada juga yang justru ingin me-
nonjolkannya karena bangga dan merasa berbeda dengan teman lain yang belum
mengalami. Maka jangan heran kalau mereka jadi sangat peduli pada penampilan,
berlama-lama di depan cermin, mengunci diri di kamar, rajin ke salon, dan berbelanja
baju-baju modis.

xvii
II. Pacaran
Bila kita melihat pertumbuhan fisik muda-mudi, maka kita mendapat kesan bahwa
mereka mengalami pertumbuhan tinggi badan yang hebat. Muda-mudi, tidak hanya
menyamai tinggi badan orangtua mereka, bahkan melebihinya. Kaum remaja secara
badani sudah kelihatan dewasa dan ingin menyamai per-buatan-perbuatan orang
dewasa. Juga pengaruh bacaan, maja-lah, buku roman dan film menyebabkan muda-
mudi meniru cara-cara tingkah laku dan komunikasi yang dapat mereka tiru dengan
mudah. Yang paling mudah ditiru justru “permainan cinta” yang banyak di ambil sebagai
inti daripada film. Puncak peniruan ini terlihat dalam pergaulan antar muda-mudi yakni
pacaran.
Sering timbul pertanyaan, bail: pada orangtua maupun pada putera-puterinya,
apakah pacaran itu dapat dibenarkan atau tidak. Pertanyaan ini memang sulit dijawab.
Dalam menjawab pertanyaan ini selalu harus dipertimbangkan beberapa faktor :
a) Umur Para muda-mudi yang terlibat dalam pacaran.
b) Sifat pacaran.
c) Tingkat derajat pacaran.

a. Umur
Faktor umur penting sekali. Makin lanjut usia pemuda-pemudi, diharapkan mereka
juga lebih memperlihatkan kematangan. Taraf kematangan ini perlu supaya mereka
dapat mempertimbangkan dengan baik sifat dan tingkat pacaran dalam hubungannya
dengan batas-batas kesopanan. Makin muda usianya, makin sulit mempertimbangkan
batas-batas kesopanan dan pembagian waktu. Sering terlihat murid-murid S.M.P.
sudah mulai bergaul terlalu rapat dengan seorang kawan lain jenis. Ia juga bergaul
terlalu dekat dengan teman sejenis. Pergaulan yang terlalu dekat dengan lawan
jenisnya dan pertemuan yang terlalu sering dengan teman sejenisnya, mengobrol dan
bermain musik tanpa batas waktu, akhirnya menye-babkan prestasi di sekolah
menurun. Rapor dengan angka-angka merah menyebabkan “pergaulan anak” atau
“pacaran” yang disalahkan.
Dari contoh ini jelaslah bahwa umur. yang terlalu muda menyebabkan para muda-
mudi kurang mampu dalam membatasi kesenangan diri, kurang dapat membatasi diri
dalam pembagian waktu belajar dan rekreasi. Mereka lebih mengutamakan rekreasi
dan berkumpul dengan kawan-kawannya, akhirnya tugas belajar terdesak dan kurang
mendapat perhatian. Pemuda-pemudi yang sudah lebih dewasa dan masih belum
belajar membatasi diri dengan pembagian waktu yang ketat akan mengalami kegagalan
di sekolah. Dengan demikian umur yang memberi kematangan untuk bisa
mempertimbangkan sesuatu, harus disertai pendisiplinan diri dalam hal waktu belajar,
bekerja dan rekreasi serta dalam pembagian yang tepat antara tugas dan pergaulan.

xviii
b. Sifat pacaran
Pergaulan bebas, sering dimulai dengan pergaulan yang biasa dikenal sebagai
pacaran. Mungkin saja dua muda-mudi yang pulang dari sekolah dan searah
perjalanannya ke rumah masing-masing, kalau pulang bersama maka sudah dikatakan
pacaran. Belajar dan studi bersama, sudah menimbulkan kekhawatiran pada orangtua
karena sudah terbayang suatu “pernikahan”. Padahal pergaulan ini, sebetulnya hanva
merupakan persahabatan atau perkenalan yang lebih sedikit daripada yang biasa.
Sebetulnya pergaulan demi usaha mengenal lebih mendalam perlu untuk menambah
pengetahuan tentang pribadi-pribadi yang akan dihadapi kelak di masa dewasa.
Ada kalanya seorang pemuda mengunjungi seorang pemudi untuk memin jam
catatan pelajaran. Seorang pemuda membantu teman sekclasnya dengan soal-soal
matematik. Seorang pemudi membantu teman sekelas pria dengan pekerjaan rumah
bahasa asing. Sepulangnya pemuda tersebut pemudi itu dimarahi orang tuanya dan
teman pria tersebut tidak boleh melewati ambang pintu rumah itu lagi, “tidak pantas
anak-anak yang masih di bangku sekolah sudah pacaran”.
Memang benar tidak pantas bahwa murid-murid sekolah sudah mulai pacaran,
padahal masa dewasa dan kemungkinan pernikahan masih terlalu jauh. Akan tetapi
apakah pergaulan dalam rangka belajar bersama ini disebut pacaran ?
Dari contoh-contoh yang kira-kira senada dengan contoh ini maka hal ini
sebenarnya tergantung pada orang yang menilai “pacaran” itu. Bila dua pemuda-
pemudi yang kelihatannya bersahabat sudah dikatakan pacaran, maka dapat dikatakan
bahwa itu adalah pacaran tingkat paling ringan. Dengan demikian untuk menghindari
larangan orangtua akan pacaran, maka sebaiknya belajar bersama dilakukan dalam
kelompok yang angkanya ganjil yakni misalnya tiga atau lima orang. Sesunggulinya
pacaran meliputi juga unsur lain, bukan sekedar berkumpul untuk belajar, akan tetapi
ada unsur rasa senang dari suasana ketika berdua itu. Ada perasaan bergelora yang
timbul dari keadaan pertemuan itu. Seolah-olah ada “arus listrik” pada kedua insan
yang berlainan jenis itu. Dan keadaan inilah yang disebut “pacaran”. Setiap sentuhan,
seolah-olah menimbulkan aliran listrik.
c. Tingkat pacaran
Bila selanjutnya perasaan yang mulai timbul dengan pacaran diumpamakan
dengan muatan listrik, maka jarak antara kedua individu yang sedang mengalaminya
akan menentukan tingkat pacaran itu. Makin dekat, makin besar kemungkinan
persentuhan yang dapat menimbulkan “kortsluiting” ataupun aliran listrik yang memberi
percikan bunga-api cinta.

xix
Sama halnya dengan “kortsluiting” pada listrik, maka aliran tersebut bisa
bermanfaat dan memberi daya kekuatan akan tetapi dapat juga membawa bahaya
kebakaran yang merusak, bila tidak dipersiapkan dan disalurkan dengan baik.
Dengan demikian muda-mudi, kaum dewasa muda yang masih jauh daripada
kesanggupan membentuk keluarga, sebaiknya sangat berhati-hati dengan “main api
cinta”. Perlu selalu mengingat jarak yang harus dipertahankan demi “keamanan” kedua
pihak. Lebih baik waspada terus demi ketenteraman hati. Sering-kali mereka yang
membanggakan kekuatan hati nurani, akhirnya “terbakar” dan jatuh karena kelengahan
sesaat. Dalam suasana pacaran kewaspadaan harus diperketat dan iman harus
diperkuat demi menjauhkan diri dari godaan dan gangguan yang mudah timbul dan
demi tercapainya cita-cita yang mulia.

D. Kecanduan Narkotika Pada Remaja


Bukan sebuah rahasia jika kecanduan narkotika adalah penyakit yang
mengerikan, apalagi ketika remaja telah kecanduan narkotika, maka ini merupakan hal
yang lebih serius. Narkotika mempengaruhi tubuh remaja dengan cara yang berbeda-
beda. Jika remaja telah kecanduan narkotika, maka akan lebih susah untuk
mempertahankan gaya hidup bersih dan sadar saat mereka bertambah tua.
Anak-anak telah tersentuh narkotika dalam usia yang semakin dini. Penelitian
menunjukkan bahwa saat anak-anak memasuki kelas 8, hampir 35 persen telah
mencoba narkotika. Jumlah para remaja yang kecanduan narkotika adalah 20 persen
dan itu adalah jumlah yang terlalu besar !
Para remaja lebih rentan kecanduan narkotika karena kondisi hidup mereka.
Banyak remaja kewalahan menghadapi masalah hidupnya sehari-hari. Banyak remaja
memiliki rasa percaya diri yang rendah, merasa cemas, ketidakmampuan untuk
mengungkapkan perasaan, dan kurang dapat mengendalikan hidup mereka. Semua hal
itu sangat berkonstribusi terhadap penggunaan narkotika dan akhirnya membuat
mereka kecanduan narkotika.
Narkotika membunuh rasa sakit kehidupan duniawi. Narkotika menghilangkan
sakit fisik dan emosional dengan merubah persepsi pecandu terhadap kenyataan.
Narkotika membuat pecandu kebal terhadap rasa sakit, keputus-asaan atau kesepian
yang mereka rasakan di kehidupan.
Berikut ini adalah tanda-tanda umum remaja anda kecanduan narkotika:
 Perubahan dramatis terhadap sikap dan perilaku
 Muram, mata berkaca-kaca

 Sering merasa kelelahan

 Kegagalan di sekolah

xx
 Berbohong atau mencuri

 Mengisolasi diri atau kehilangan minat untuk beraktivitas

Apa yang anda lakukan saat anda mencurigai remaja anda terlibat dengan
ketergantungan narkotika ? Pertama, percayai insting anda. Jika anda merasa ada
masalah, maka mungkin memang ada. Cari waktu yang tepat untuk bicara dengan anak
remaja anda dan katakan terus terang tentang kekhawatiran anda. Coba berpikiran
terbuka tentang apa yang mereka katakan pada anda dan bersimpati terhadap
pendapat mereka tentang masalahnya.
Katakan pada remaja anda tentang apa yang anda rasakan tentang
ketergantungan obat mereka. Anda mungkin khawatir, takut, dan menjadi takut tentang
apa yang bakal terjadi pada mereka. Cobalah untuk tidak menghakimi dan marah:
karena hal ini akan membuat mereka menutup diri. Anda juga bisa berbicara tentang
pengamatan atau pengalaman yang anda miliki tentang narkotika. Saat anda mungkin
merasa ragu melakukan hal ini, ini akan membuat anda lebih manusiawi di mata remaja
anda.
Seringkali orang-orang terdekat dengan anak remaja anda (dalam hal ini adalah
anda) lebih mudah mengingkari bahwa anak remaja mereka mempunyai masalah
dengan narkotika. Namun ketika hal ini menyangkut tentang ketergantungan narkotika
pada anak remaja, anda tidak dapat melakukan ini. Sangatlah penting untuk menolong
mereka secepat mungkin. Jangan menyerah dan berkecil hati jika usaha awal anda
gagal. Pada akhirnya anda akan dapat melaluinya dan kemudian anda dan anak remaja
anda bisa berusaha memulai untuk melawan ketergantungan obat bersama-sama.

E. PORNOGRAFI
Rasa ingin tahu ditambah besarnya gairah syahwat pada masa remaja membuat
banyak remaja (terutama laki-laki) terperosok ke maksiat satu ini. Banyak media yang
memuat pornografi. Mulai dari poster, majalah, buku, sampai VCD. Bahkan majalah
Playboy yang udah masyhur kepornoannya pun udah masuk ke Indonesia setelah
majalah porno lainnya eksis di negeri ini.
Menahan pandangan dari lawan jenis termasuk juga nggak liat hal-hal yang porno
semacam ini. Pornografi juga memancing kejahatan seperti pelecehan seksual dan
pemerkosaan. Berapa banyak kasus perkosaan berawal dari nonton VCD porno.
Alhamdulillah, nilai-nilai syariat Islam udah mulai ditegakkan di negeri kita. Setelah
Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi disahkan, kita nggak aman dari tuntutan
hukum dunia dalam masalah ini. Kalo ketauan liat atau bawa barang-barang berbau
porno, kamu bisa dipenjara atau kena denda. Selain itu, kamu masih harus menghadapi
tuntutan hukum akherat kalo nggak tobat.

F. ONANI MASTURBASI
Maksiat yang satu ini juga terkenal banget dilakukan oleh para remaja. Sebabnya
rata-rata sama, ingin tahu dan besarnya nafsu seksual pada masa remaja. Menurut

xxi
penelitian, aktivitas ini lebih banyak dilakukan remaja pria (sekitar 90%), namun ada
juga remaja perempuan yang melakukannya (30%).
Sebagian orang menganggap melepaskan syahwat dengan onani/ masturbasi
merupakan jalan yang lebih selamat daripada berzina. Kadar maksiat mungkin memang
lebih rendah dari zina beneran. Tapi bukan berarti onani nggak terlarang. Dalam Islam,
melampiaskan nafsu syahwat hanya diperkenankan dilakukan terhadap istri atau suami.
Barangsiapa yang mencari pelampiasan selain itu maka mereka termasuk orang yang
melampaui batas. Onani jelas termasuk jalan lain, berarti onani termasuk perbuatan
melampaui batas.
Jika onani dibolehkan, tentu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam nggak perlu
memerintahkan para pemuda yang belum mampu untuk menikah untuk berpuasa.
Mereka yang belum mampu menikah tentu tinggal diperintahkan untuk onani. Namun
kenyataannya enggak, mereka yang belum mampu menikah diperintahkan untuk
berpuasa, tidak diperintahkan untuk onani. Jadi, onani tetap aja terlarang.

G. MUSIK
Satu hal yang biasanya remaja kurang tahu bahwa hal tersebut juga merupakan
maksiat adalah mendengarkan musik. Parahnya, kehidupan remaja saat ini kayaknya
nggak bisa lepas dari musik. Konsumen musik terbanyak tetap aja remaja. Buktinya,
media cetak remaja, baik yang untuk cewek atau cowok, baik yang majalah atau yang
tabloid, semuanya memberikan porsi ruang yang lumayan besar bagi berita musik.
Musik merupakan sesuatu yang haram karena Rasulullah bersabda tentang akan
datangnya suatu kaum yang menghalalkannya. Musik merupakan senjata ampuh setan
untuk melalaikan manusia dari mendengarkan Al-Quran.
Musik juga merupakan pembuka kemaksiatan lain. Orang yang suka musik
mungkin akan sering menghadiri pertunjukan musik. Biasanya di pertunjukan musik,
sponsornya adalah rokok. Trus, kalo beli tiket, dapat rokok gratis. Malah jadinya
merokok kan? Belum lagi kalo acaranya bertempat di klub malam, pasti mereka jual
minuman beralkohol juga. Udah acaranya kelar, acara lanjutannya pasti disko dan
dansa bareng. Waduh, waduh,,,jangan sampe dech!

H. MENCONTEK
Dosa yang ini biasa terjadi di sekolah, terutama saat ulangan atau ujian.
Mencontek dilakukan untuk mendapatkan nilai yang bagus. Hakikatnya, mencontek
adalah menipu, baik diri sendiri maupun guru.
Hasil yang kamu peroleh mungkin memang seperti yang kamu harapkan. Tapi
betulkah demikian kemampuanmu? Ingatlah, pertanggungjawaban nggak cuma
didepan guru saja. Di akherat nanti, penipuan yang kamu lakukan tersebut juga harus
kamu pertanggungjawabkan. Nah lo!

I. MEROKOK
“Nggak jantan kalo nggak merokok!” Remaja pria kalo udah diberi cap seperti ini
biasanya keder juga. Lalu, ikut-ikutan lah ia merokok. Padahal, yang jantan adalah yang
nggak merokok; sendirian tanpa rokok aja udah berani menghadapi masalah hidup.
Kenyataannya, rokok memang bisa menjadi pelarian orang-orang pengecut yang nggak
berani menghadapi hidup.

xxii
Rokok seluruhnya mengandung racun. Bisa jadi ia malah lebih berbahaya
daripada khamr. Alloh melarang kita membinasakan diri kita sendiri. Kalo begitu,
menghisap rokok juga diharamkan.
Rokok juga merupakan pintu untuk merasakan hal-hal haram lainnya. Pecandu
rokok bisa-bisa tertarik untuk mencampurkan ganja di rokoknya. Ganja mempunyai efek
memabukkan, jadi tentu saja ganja adalah barang haram. Kalo udah kenal rokok-dan
ganja- nggak lama kemudian para remaja akan mencoba obat-obat penenang. Nggak
ketinggalan juga miras. Seringkali pecandu semua itu berawal dari merokok.
Busyeeet..!

Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja.


1. Kegagalan yang mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah
atau diatasi dengan prinsip keteladana.
2. Adanya motifasi dari keluarga , guru , teman sebaya untuk melakukan point
pertama.
3. Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga
yang harmonis , komunikatif , dan nyaman bagi remaja.
4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua member
arahan dengan siapa dan dikomunitas mana remaja harus bergaul.
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak terpengaruh jika ternyata teman
sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

xxiii
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
a. Pada dasarnya kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari
norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan
merugikan dirinya sendiri dan orang-orang disekitarnya.
b. Kenakalan remaja pada zaman sekarang ini disebabkan oleh beberapa factor.
Perilaku nakal remaja disebabkan oleh factor remaja itu sendiri (internal) maupun
factor dari luar (eksternal).
c. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang
telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil
memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
d. Adanya motivasi dari keluarga , guru , teman sebaya merupakan hal-hal yang bisa
dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja.
e. Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya anak tersebut menyendiri. Anak
yang demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi.

B. SARAN
a. Perlu adanya tindakan-tindakan dari pemerintah untuk mengawasi tindakan remaja
di Indonesia agar tidak terjerumus pada kenakalan remaja.
b. Perlunya penanaman nilai moral , pendidikan dan nilai religious pada diri seorang
remaja.

xxiv
DAFTAR PUSTAKA

http://helda.info/2009/06/kenakalan-remaja/
http://pusatremaja.com/2008/01/15/kenakalan-remaja/
http://yoyooh.com/original-post/yo-ori-remaja/90-kenakalan-remaja.html
http://www.scribd.com/doc/12007831/KENAKALAN-REMAJA
http://www.anneahira.com/narkoba/index.htm
http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?option=com_content&view=article&id=60:pkni
4209-kriminologi-dan-kenakalan-remaja&catid=30:fkip&Itemid=75
http://zonaclassic.blogspot.com/2008/04/dampak-siaran-tv-terhadap-kenakalan.html
http://psikonseling.blogspot.com/2010/02/pengertian-kenakalan-remaja.html
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASHa7c5.dir/doc.pdf
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=12915
http://subandowo.blogspot.com/2008/08/kenakalan-remaja.html
http://www.anneahira.com/narkoba/index.htm

xxv

Anda mungkin juga menyukai