Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EFEKTIFITAS HUKUM DALAM MASYARAKAT


Makalah Ini Di Buat Untuk Memenuhi Mata Kuliah Ilmu Hukum
Dosen Pengampu : Inawati Santini S.H.,M.H

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3
1. Daniel ( 221010200311 )
2. Dariyus Salim ( 221010200389)
3. Fikri Akbar Setiawan ( 221010200360 )
4. Audrey Naqhiya Yasmine ( 221010200814 )

KELAS : V.218

PROGRAM STUDY ILMU HUKUM


UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Raya Puspitek, Buaran, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15310
Tahun 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada allah tuhan yang maha esa atas rahmat dan karunianya,
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Efekttifitas hukum dalam
masyarakat dengan baik.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Dan Rosul kita yaitu Nabi
Muhammad Salallahu ‘alaihi wa sallam. Beserta para keluarganya, sahabatnya yang telah
membawa kita dari dari zaman yang gelap gulita hingga ke zaman yang terang benderang seperti
saat ini.
Kemudian dari pada itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang selalu
membimbing dan memberikan arahan kepada kami dalam penyusunan makalah ini, khususnya
ibu. Inawati Santini S.H.,M.H. Selaku dosen pengajar mata kuliah Ilmu Hukum
Juga kami ucakan banyak terima kasih kepada teman-teman yang selalu memberikan semangat
kepada kami untuk bisa menyelesaikan tugas makalah ini

Tangerang, 25 September 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

I Kata pengantar.............................................................................................
II Daftar isi....................................................................................
BAB I pendahuluan........................................................................................
A. Latar belakang..................................................................................
B. Rumusan masalah ............................................................................
C. Tujuan makalah................................................................................
BAB II pembahasan.......................................................................................
A. Pengertian Sistem Hukum ...............................................................
B. Macam – Macam Sistem Hukum.....................................................
BAB III penutup.............................................................................................
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran.................................................................................................
Daftar pustaka.................................................................................................

II
BAB I
PENDAHULUAN

Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang saling berinteraksi dan tidak


akan dapat hidup sendiri, saling membantu dan membutuhkan satu sama lain. Masyarakat
hidup dengan tata aturan sehingga terciptanya kehidupan yang teratur. Masyarakat hidup
dan berkembang di lingkungan yang penuh dengan aturan bukan untuk mengekang
kehidupannya, melainkan mengatur perilaku sesama manusia untuk hidup teratur dan
menghargai satu sama lain.
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan, bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Hal tersebut jelas
memberikan gambaran bahwa masyarakat Indonesia tidak terlepas dari aturan-aturan
yang akan membuat kehidupan di Negara ini menjadi teratur, aman, dan tentram. Hukum
sebagai salah satu kaidah hidup antar pribadi berfungsi sebagai pedoman hidup manusia
atau patokan hidup manusia untuk membatasi perilaku manusia.
Sebagai Negara hukum, Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa
dirasa sangat sulit menyatukan suatu aturan untuk satu Negara, menyatukan berbagai
macam jenis masyarakat dari yang tingkat sederhana hingga tingkat modern. Efektivitas
hukum dalam masyarakat diartikan sebagai kemampuan hukum yang dapat berkembang
dan menciptakan keadaan atau situasi yang dikehendaki hukum. Dalam hal ini, hukum
bukan hanya berfungsi untuk social control, melainkan juga dapat menjadi alat untuk
perubahan ke arah yang lebih baik (Social Engineering)

1
1.1 Latar Belakang
Kenakalan remaja yang semakin marak pada dewasa ini. Sebagai mana dapat kita
lihat beritanya di surat kabar, televisi bahkan dilingkungan sekitar kita. Kenakalan remaja
itu sangat banyak sekali, diantaranya yaitu : kecanduan obat-obatan yang terlarang, suka
minum-minuman keras, melakukan kriminalitas bahkan prostitusi dan bunuh diri. Ini
merupakan penyimpangan sosial yang harus kita atasi. Karena generasi muda adalah
harapan bangsa, maka generasi muda haruslah di didik sebaik mungkin agar jangan
melakukan hal-hal yang menyimpang atau melanggar norma-norma yang berlaku.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apa itu kenakalan remaja?
1.2.2 Apa saja penyebab terjadinya kenakalan remaja dan bagaimana cara mengatasinya?
1.2.3 Apakah akibatnya jika seseorang itu kecanduan obat dan selalu meminum
minuman keras atau alkoholisme?
1.2.4 Apa contoh kriminalitas yang dilakukan para remaja?
1.2.5 Mengapa orang ingin bunuh diri?
1.2.6 Bagaimana cara mengatasi bunuh diri?

1.3 Tujuan Penulisan


Dari rumusan masalah yang kami kemukakan di atas, di harapkan dengan penulisan
makalah ini kami dapat:
1.3.1 Mengetahui pengertian dari kenakalan remaja.
1.3.2 Mengetahui penyebab terjadinya kenakalan remaja.
1.3.3 Mengetahui apa akibat kecanduan obat dan minuman keras.
1.3.4 Mengetahui contoh kriminalitas.
1.3.5 Mengetahui penyebab orang ingin bunuh diri
1.3.6 Mengetahui bagaimana mengatasi orang agar tidak bunuh diri

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kenakalan Remaja

2.1.1 Pengertian kenakalan remaja


1. Kartono, ilmuwan sosiologi “Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal
dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan
bentuk perilaku yang menyimpang”.
2. Santrock “Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang
tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.
Sedangkan Menurut Paul Moedikdo,SH kenakalan remaja adalah :
1. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak
merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri,
menganiaya dan sebagainya.
2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan
keonaran dalam masyarakat.
3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.

2.1.2 Penyebab terjadinya kenakalan remaja


Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal)
maupun faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal:
1. Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan
terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi
dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi
karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan
tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada
perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua
tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk
bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

3
Faktor eksternal:
1. Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga,
atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja.
Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak
memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa
menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2. Teman sebaya yang kurang baik
3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Factor lingkungan. Lingkungan adalah factor yang paling mempengaruhi prilaku dan
watak anak, jika dia hidup dan berkembang di lingkungan yang buruk maka
akhlaknyapun akan seperti itu adanya, begitu juga sebaliknya jika dia berada di
lingkungan yang baik maka ia akan menjadi baik pula
Faktor-faktor lain penyebab kenakalan remaja
- Reaksi frustasi diri
- Gangguan berpikir dan intelegensia pada diri remaja
- Kurangnya kasih sayang orang tua / keluarga
- Kurangnya pengawasan dari orang tua
- Dampak negatif dari perkembangan teknologi modern
- Dasar-dasar agama yang kurang.
- Tidak adanya media penyalur bakat/hobi
- Masalah yang dipendam
- Broken home
- Pengaruh kawan sepermainan
- Relasi yang salah
- Lingkungan tempat tinggal
- Informasi dan tehnologi yang negatif
- Pergaulan

2.1.3 cara mengatasi kenakalan remaja:


1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau
diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak
mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan
baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada
tahap ini.
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga
yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi
arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman
sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
6. Pemberian ilmu yang bermakna yang terkandung dalam pengetahuan dengan
memanfaatkan film-film yang bernuansa moral, media massa ataupun perkembangan
teknologi lainnya.
7. Memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan
perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi
kenakalan remaja
8. Membentuk suasana sekolah yang kondusif, nyaman buat remaja agar dapat
berkembang sesuai dengan tahap perkembangan remaja.

2.2 Kecanduan Obat Dan Minuman Keras


a. Kecanduan obat
Obat yang membuat orang kecanduan itu seperti narkoba. Narkotika adalah
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No.
22 tahun 1997). Berdasarkan efek yang ditimbulkan terhadap pemakainya, narkoba
dikelompokkan sebagai berikut:
 Halusinogen, efek dari narkoba bisa mengakibatkan bila dikonsumsi dalam sekian
dosis tertentu dapat mengakibatkan seseorang menjadi ber-halusinasi dengan
melihat suatu hal/benda yang sebenarnya tidak ada / tidak nyata contohnya kokain
& LSD
 Stimulan, efek dari narkoba yang bisa mengakibatkan kerja organ tubuh seperti
jantung dan otak bekerja lebih cepat dari kerja biasanya sehingga mengakibatkan
seseorang lebih bertenaga untuk sementara waktu, dan cenderung membuat
seorang pengguna lebih senang dan gembira untuk sementara waktu
 Depresan, efek dari narkoba yang bisa menekan sistem syaraf pusat dan
mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang bahkan
bisa membuat pemakai tidur dan tidak sadarkan diri. Contohnya putaw
 Adiktif, Seseorang yang sudah mengonsumsi narkoba biasanya akan ingin dan
ingin lagi karena zat tertentu dalam narkoba mengakibatkan seseorang cenderung
bersifat pasif, karena secara tidak langsung narkoba memutuskan syaraf-syaraf
dalam otak,contohnya ganja, heroin, putaw
 Jika terlalu lama dan sudah ketergantungan narkoba maka lambat
laun organ dalam tubuh akan rusak dan jika sudah melebihi takaran maka
pengguna itu akan overdosis dan akhirnya kematian

b. Minuman Keras
Minuman keras bisa juga dikatakan alkoholisme. Masalah alkoholisme dan pemabuk
pada kebanyakan masyarakat pada umumnya tidak berkisar pada apakah alcohol boleh
atau dilarang dipergunakan.persoalan pokoknya adalah siapa yang boleh
mempergunakanya, dimana. Kapan, dan dalam kondisi yang bagaimana .?
Pada umumnya orang awam berpendapat bahwa alcohol merupakan suatu
stimulant, padahal sesungguhnya alcohol merupakan racun protoplasmic yang
mempunyai efek depresan pada system saraf. Akibatnya, seorang pemabuk semakin
kurang kemampuanya untuk mengendalikan diri, baik secara fisik psikologis maupun
sosial. Namun, perlu dicacat bahwa ketergantungan pada alcohol merupakan suatu proses
tersendiri, yang memakan waktu.
Dalam kenyataanya, masyarakat mempunyai pengaruh tertentu terhadap penggunaan
alcohol. Proses tersebut adalah .
1. Setiap masyarakat mempunyai mekanisme untuk mengandalikan, mengintegrasikan,
dan membangun warganya.
2. Setiap masyarakat membentuk lembaga-lembaga atau pola-pola tertentu yang dapat
menyalurkan rasa tegang atau rasa khawatir.
3. Dalam setiap masyarakat berkembang pola sikap tertentu terhadap perilaku minum-
minum. Secara tradisional minum-minum merupakan acara yang mempunyai
berbagai fungsi, antara lain untuk memperlancar pergaulan.
4. Setiap masyarakat cenderung menempatkan pemabuk sebagai yang menyimpang atau
bahkan pelanggar.

Sebagai kesimpulan sementara dapatlah dikatakan bahwa pola minum-minuman yang


mengandung alkoholxdalam batas-batas tertentu dianggap biasa. Akan tetapi, kalau
perbuatan tersebut mngakibatkan keadaan mabuk, hal itu dianggap penyimpangan yang
tidak terlampau berat apabila belum menjadi kebiasaan.

2.3 Kriminalitas
Kriminalitas itu banyak macamnya, namun yang sangat marak zaman sekarang
kriminalitas yang dilakukan oleh anak muda seperti delinkuensi anak-anak. Delinkuensi anak-
anak yang terkenal di Indonesia adalah masalah cross boys dan cross girl yang merupakan
sebutan bagi anak-anak muda yang tergabung dalam ikatan/organisasi formal atau semi
formal dan mempunyai tingkah laku yang kurang/tidak disukai oleh masyarakat pada
umumnya. Delinkuensi anak-anak di Indonesia meningkat pada tahun 1956 dan1958 dan juga
pada 1968-1969, yang sering ditengarai dalam pernyataan-pernyataan resmi pejabat, maupun
petugas-penegak hukum. Juga terjadi perkelahian antara siswa-siswi barbagai sekolah di
Jakarta dan kota-kota lain.
Delinkuensi anak-anak meliputi pencurian, perampokan pencopetan, penganiyaan,
pelanggaran susila, penggunaan obat-obat perangsang dan mengendarai mobil (atau kendaraan
bermitor lainya) tanpa mengindahkan norma-norma lalu lintas. Sorotan terhadap delinkuensi
anak-anak di Indonesia terutama tertuju pada perbuatan-perbuatan pelanggaran yang dilakukan
oleh anak-anak muda dari kelas-kelas sosial tertentu. Penelitian terhadap delinkuensi anak-anak
terutama yang berasal dari blighted area, yaitu wilayah kediaman dengan tingkat disorganisasi
tinggi merupakan hal yang perlu juga di lakukan.

2.4 Prostitusi
2.4.1 Pengertian
Pelacuran berasal dari bahasa Latin yaitu pro-stituere atau pro-stauree yang berarti
membiarkan diri berbuat zina, melakukan persundalan, percabulan, dan pergendakan.
Sehingga pelacuran atau prostitusi bisa diartikan sebagai perjualan jasa seksual, seperti
oral seks atau hubungan seks untuk uang. Pelacur wanita disebut prostitue, sundal, balon,
lonte; sedangkan pelacur pria disebut gigolo. Pelaku pelacur kebanyakan dilakukan oleh
wanita.

2.4.2 Penyebab Timbulnya Pelacuran


Terjadi perubahan yang serba cepat dan perkembangan yang tidak sama dalam kehidupan
mengakibatkan ketidakmampuan banyak individu untuk menyesuaikan diri sehingga
timbul disharmoni, konflik-konflik internal maupun eksternal, juga disorganisasi dalam
masyarakat dan dalam diri pribadi manusia. Peristiwa-peristiwa tersebut memudahkan
individu mengguanakan pola reaksi yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku.
Dalam hal ini adalah pelacuran.

Beberapa penyebab timbulnya pelacuran antara lain:


1. Tidak adanya Undang-Undang tegas yang melarang adanya pelacuran, dan juga
larangan terhadap orang-orang yang melaksanakan relasi seks sebelum pernikahan.
2. Desakan ekonomi
Tingginya biaya hidup sering tidak diimbangi dengan pemasukkan yang ada.
Ketimpangan tersebut menuntut pemenuhan dan bukanlah suatu perkara mudah untuk
mendapatkan pekerjaan guna pemenuhan kebutuhan tersebut. Akhirnya diambil jalan
pendek yaitu dengan cara menjual diri.
3. Adanya keinginan dan dorongan manusia untuk menyalurkan kebutuhan seks,
khususnyadi luar ikatan perkawinan.
4. Dekadensi moral
Merosotnya norma-norma susila dan keagamaan pada saat orang-orang mengenyam
kesejahteraan hidup dan ada pemutarbalikan niai-nilai pernikahan sejati.
5. Semakin besarnya penghinaan orang terhadap martabat kaum manusia dan harkat
manusia.
6. Kebudayaan eksploitasi pada zaman modern khususnya mengeksploitasi kaum
wanita untuk tujuan-tujuan komersil.
7. Ekonomi leissez faire (ekonomi pasar bebas) menyebabkan timbulnya sistem harga
berdasarkan hukum jual dan permintaan-permintaan yang diterappkan dalam relasi
seks.
8. Konflik-konflik dan masa-masa kacau di dalam negeri meningkatkan jumlah
pelacuran.
9. Adanya proyek-proyek pembangunan dan pembukaan daerah pertambangan dengan
konsentrasi kaum pria sehingga mengakibatkan adanya ketidakseimbangan rasio
wanita di daerah-daerah tersebut.
10. Perkembangan kota-kota, daerah-daerah pelabuhan dan industri yang sangat cepat
dan menyerap banyak pekerja pria. Juga peristiwa urbanisasi tanpa adanya jalan
keluar untuk mendapatkan kesempatan kerja kecuali menjadi wanita penghibur bagi
anak-anak gadis.
11. Bertemunya bermacam-macam kebudayaan asing dan lokal di daerah-daerah
perkotaan mengakibatkan perubahan sosial yang sangat cepat dan radikal, sehingga
masyarakatnya menjadi sangat stabil. Terjadinya banyak konflik dan kurang adanya
konsensus/persetujuan mengenai norma-norma kesusilaan para anggota masyarakat.
Kondisi sosial menjadi terpecah sehingga terjadilah disorganisasi sosial yang
mengakibatkan kepatahan pada kontrol sosial. Tradisi dan norma-norma sosial
banyak dilanggar, maka tidak sedikit wanita-wanita muda yang mengalami
disorganisasi dan secara “elementer” bertingkah laku semaunya sendiri memenuhi
kebutuhan seks dan kebutuhan hidupnya dengan jalan melacurkan diri.

2.4.3 Bentuk-bentuk Prostitusi


1. Menurut aktivitasnya prostitusi dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Prostitusi yang terdaftar dan terorganisir
Para pelaku prostitusi semacam ini diawasi oleh bagian Vice Control dari pihak
kepolisian yang dibantu dan bekerja sama dengan Jawatan Sosial dan Jawatan
Kesehatan. Pada umumnya mereka dilokalisasi dalam satu daerah tertentu.
Penghuninya secara periodik harus memeriksakan diri pada dokter atau petugas
kesehatan dan mendapat suntikan serta pengobatan sebagai tindakan kesehatan dan
keamanan umum.
b. Prostitusi yang tidak terdaftar
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang melakukan prostitusi secara
gelap-gelapan dan liar, baik secara perorangan maupun kelompok. Perbuatannya
tidak terorganisasi, tempatnya pun tidak tertentu. Mereka tidak mencatatkan diri
kepada yang berwajib sehingga kesehatannya sangat diragukan karena belum tentu
mereka itu mau memeriksakan kesehatannya kepada dokter.
2. Menurut jumlahnya prostitusi dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Prostitusi yang beroperasi secara individual merupakan single operator.
b. Prostitusi yang bekerja sama dengan bantuan organisasi dan sindikat yang teratur dan
rapi. Jadi mereka itu tidak bekerja sendirian, akan tetapi diatur melalui satu sistem
kerja suatu organisasi.
3. Menurut tempat penggolongan atau lokalisasi pelacuran, antara lain:
a. Segregasi atau lokalisasi yang terisolasi atau terpisah dari kompleks penduduk
lainnya. Kompleks ini dikenal sebagai daerah lampu merah atau petak-petak daerah
tertutup.
b. Rumah-rumah panggilan [call houses, tempat rendezvous, parlour]
c. Di balik front organisasi atau di balik bisnis-bisnis terhormat [apotek, salon
kecantikan, rumah makan, tempat mandi uap dan pijat, anak wayang, sirkus, dan
lainnya].
4. Menurut karakteristik pelacur, dibagi menjadi:
a. Pergundikan yaitu pemeliharaan istri yang tidak resmi, istri gelap, atau perempuan
piaraan. Mereka hidup sebagai suami istri, akan tetapi tanpa ikatan perkawinan.
b. Tante girang atau loose married woman yaitu wanita yang sudah kawin, akan tetapi
melakukan hubungan erotik dan seks dengan laki-laki lain baik secara iseng untuk
mengisi waktu kosong, bersenang-senang, dan mendapatkan pengalaman seks lain,
maupun secara internasional untuk mendapatkan penghasilan.
c. Gadis-gadis panggilan yaitu gadis-gadis dan wanita-wanita biasa yang menyediakan
diri untuk dipanggil dan dipekerjaka sebagai prostitue melalui saluran-saluran
tertentu. Mereka ini terdiri dari ibu-ibu rumah tangga, pelayan-pelayan toko,
pegawai-pegawai, buruh-buruh perusahaan, gadis-gadis lanjutan, mahasiswi, dan
lainnya.
d. Gadis-gadis bar atau B-girl yaitu gadis-gadisa yang bekerja sebagai pelayan-pelayan
bar sekaligus bersedia memberikan pelayanan seks kepada pengunjung.
e. Gadis-gadis juvenile delinguent yaitu gadis-gadis muda dan jahat yang disorong oleh
ketidakmatangan emosinya dan retardasi atau keterbelakangan inteleknya, menjadi
sangat pasif dan sugestible sekali. Karakternya sangat lemah. Sebagai akibatnya,
mereka mudah sekali menjadi pecandu minum-minuman keras atau alkoholik dan
pecandu narkotika, sehingga mudah tergiur untuk melakukan perbuatan-perbuatan
immoril seksual dan pelacuran.
f. Gadis-gadis binal atau free girls yaitu gadis-gadis sekolah ataupun putus sekolah,
putus studi di akademik atau fakultas dengan pendirian yang “brengsek” dan
menyebarluaskan kebebasan seks secara ekstreem untuk mendapatkan kepuasan
seksual. Mereka menganjurkan seks bebas dan cinta bebas.
g. Gadis-gadis taxi yaitu wanita-wanita dan gadis-gadis panggilan yang ditawarkan
dibawa ke tempat “plesiran” dengan taxi-taxi ada juga yang memakai becak.
h. Penggali emas atau gold-diggers yaitu gadis-gadis dan wanita-wanita cantik yang
pandai merayu dan bermain cinta untuk mengeduk kekayaan orang-orang berduit.
Pada umumnya, mereka sulit sekali untuk diajak bermain seks. Yang diutamakan dari
mereka adalah keahliannya dalam menggali emas dan kekayaan dari para kekasihnya.
i. Hostes [pramuria] merupakan bentuk pelacuran halus, karena mereka melakukan
kegiatan ini dengan cara membiarkan diri mereka dipeluk, diciumi, dan diraba-raba
badannya di lantai dansa. Biasanya mereka menyemarakkan kehidupan malam
[DuGem] di nightclub-nightclub.
j. Promiskuitas [promiscuity] yaitu berhubungan seks secara bebas dan awut-awutan
dengan pria manapun [dilakukan dengan banyak laki-laki].

2.5 Bunuh Diri


Begitu marak kasus bunuh diri akhir-akhir ini. Bunuh diri menimpa siapa saja, dari usia
remaja hingga orang yang sudah berumur.Sungguh tragis melihat anak remaja dan anak muda
yang masih memiliki masa depan, memilih mengakhiri kehidupannya dengan bunuh diri.
Padahal mereka masih memiliki semangat dan harapan yang tinggi, namun harus mati sia-
sia.Demikian juga, menurut statistik, jumlah bunuh diri juga meningkat mengikuti tingkat usia.
Semakin bertambah usia seseorang, semakin besar angka bunuh diri yang terjadi.Orang-orang
yang bertambah tua, lebih rentan mengalami depresi. Penyebabnya karena fisik yang melemah
dan berbagai penyakit yang dialami yang tak kunjung sembuh.Meski demikian, sebagian besar
orang dengan problem yang lebih berat, mampu bertahan tanpa membuat keputusan untuk bunuh
diri atau mencoba bunuh diri. Mereka mencoba untuk sebisa mungkin menghargai kehidupan
mereka.

2.5.1 Penyebab bunuh diri


· Masalah keluarga
Berbagai masalah atau problem keluarga seperti kematian teman hidup hingga masalah
percintaan seperti ditinggal suami atau istri dan diputus pacar telah menelan banyak
korban bunuh diri.
· Stres di sekolah
Banyak remaja dan anak muda memilih bunuh diri karena merasa gagal. Misalnya tidak
lulus ujian, ataupun tekanan dari teman-teman di sekolah.
· Masalah pekerjaan
Banyak karyawan atau pekerja mengakhiri hidupnya karena masalah di tempat kerja,
seperti stres di pekerjaan, dipecat dari pekerjaan. Atau para pengusaha yang mulai
mengalami problem dalam bisnis, mengambil jalan pintas dengan bunuh diri.
· Penyakit dan usia tua
Banyak juga kasus bunuh diri karena penyakit yang menahun dan tidak kunjung sembuh.
Ataupun karena bertambah usia dan tidak sanggup lagi melakukan aktivitas normal
seperti dulu lagi.
2.5.2 Tanda-tanda orang ingin bunuh diri
1. Mengasingkan diri dari lingkungan sosial. Mereka biasanya mulai bersikap tertutup
dan menyendiri.
2. Kebiasaan makan dan tidur yang berubah.
3. Sikapnya berubah. Misalnya dulu penurut, tiba-tiba jadi pembangkang.
4. Mulai sering terlibat dalam kegiatan yang membahayakan kehidupan seperti tidak lagi
takut mati.
5. Sering menyalahkan diri sendiri dan merasa tidak berharga.
6. Sering mengungkapkan secara langsung maupun tersirat bahwa ia ingin mati saja.

2.5.3 Hal yang harus dilakukan terhadap orang yang ingin bunuh diri
Upaya preventif dapat dilakukan oleh para pakar dari berbagai disiplin ilmu
seperti psikiater, dokter, perawat, psikolog, sosiolog, pendidik, tenaga kesehatan
masyarakat dan lain-lain. Masalah bunuh diri memang sangat kompleks, dari pendekatan
segi ilmu kesehatan masyarakat ada beberapa hal yang perlu disikapi sebagai upaya
pencegahan secara dini yaitu perlunya meningkatkan peran, fungsi dan tugas keluarga
dan dukungan dari masyarakat. Upaya pencegahan pada tingkat masyarakat yaitu dapat
memberikan perhatian, bimbingan dan bantuan untuk memecahkan masalah yang sedang
dihadapi oleh seseorang atau keluarga.

BAB III
Penutup

3.1 kesimpulan
Sekarang kenakalan remaja itu semakin marak, bukan menjadi berkurang. Para remaja
semakin lama semakin suka menentang dan melakukan penyimpangan sosial dan norma-norma
yang berlaku. Misalnya saja seperti kecanduan obat-obatan terlarang, minum minuman keras,
melakukan kriminalitas, prostitusi dan bunuh diri. Mereka seperti bukan lagi remaja yang
terpelajar yang berperilaku sopan santun dan mematuhi norma-norma yang berlaku.

3.2 saran
Sebagai orang tua, sebaiknya selalu memberikan perhatian kepada ada dan mencegah
terjadinya pergaulan bebas agar mereka tidak bergaul dengan orang-orang yang tidak
baik. Warga masyarakat, perlu menajamkan kepekaan terhadap kesulitan orang-orang
disekitarnya serta peran pemerintah sangat diperlukan berperan aktif, dalam melindungi dan
menjaga ketentraman masyarakatnya. Upaya pencegahan juga harus dilakukan di institusi
pendidikan. Sedangkan nilai budaya yang dipercaya di suatu masyarakat yang sebenarnya salah
terkait dengan bunuh diri dapat dihilangkan secara perlahan-lahan seiring dengan meningkatnya
tingkat pengetahuan dan pendidikan keluarga dan masyarakat serta meningkatnya pemahaman
dan keyakinan seseorang pada ajaran agama secara benar. Dukungan dari masyarakat, keluarga
sangat berarti dalam upaya menekan tingginya kasus bunuh diri. Lingkungan keluarga,
masyarakat harus diciptakan agar sehat, agamis, bersahabat, damai dan nyaman sehingga pelaku
bunuh diri tidak akan mencoba untuk melakukan perbuatan bunuh diri.
DAFTAR PUSTAKA

C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan tata Hukum Indonesia,


Jakarta:Balai Pustaka, 2002 E.Utrecht/Moh.Saleh Djindang,
Pengantar Ilmu Hukum,Jakarta: Sinar harapan,1989 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum,
PT. Citra Aditya Bakti Bandung, 2000 R.Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia,
Bandung: Raja Grafindo Persada, 2003 Hans Kelsen, Pengantar Teori Hukum,
Bandung: Nusamedia, 201
10

Anda mungkin juga menyukai