Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

ISU MORAL : PORNOGRAFI, SEKS BEBAS, NARKOBA, KKN


(KORUPSI, KOLUSI, NEPOTISME)
Dosen Pengampu : Pdt. Boimin Sirait, S.Th, M.Th, M.A.
Mata Kuliah : Agama Kristen

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
1. DEVIT KRISTIAN SINURAT (3193121001)
2. EDO BASTIAN SILALAHI (3193321006)
3. NOVITA MARGARETHA PANDIANGAN (3193121019)

B REGULER 2019
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena dengan
kasih dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Rutin yang berupa
makalah dengan judul “ Isu Moral, Pornografi, Seks Bebas, Narkoba, KKN
(Korupsi, Kolusi, Nepotisme)”.
Dalam penulisan Makalah ini, kami tentu saja tidak dapat
menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan, arahan serta dukungan dari pihak lain.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada
1. Orang tua yang selalu mendoakan
2. Bapak dosen pengampu mata kuliah, Pdt. Boimin Sirait, S.Th, M.Th, M.A.
Kami juga menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami dengan kerendahan hati memohon maaf jika ada kesalahan
dalam penulisan dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan dan penyempurnaan tugas ini untuk kedepannya.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih semoga materi yang ada di dalam
makalah ini dapat menambah pengetahuan serta bermanfaat sebagaimana
mestinya bagi para pembaca.
Medan, 02 November 2020

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................1
C. Tujuan......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pornografi................................................................................3
B. Seks Bebas..............................................................................9
C. Narkoba...................................................................................15
D. KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme).................................20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................29
B. Saran........................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurunnya moral dan etika dalam pola hidup manusia menjadi sebuah
masalah yang sangat membutuhkan suatu perhatian secara serius dan mendalam
dengan melihat faktor peradaban yang ada. Kebutuhan dan keinginan manusia
menjadi suatu senjata yang dapat menyebabkan sebuah polemik dalam kehidupan
bermasyarakat. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan apabila peradaban ini
sangat mempengaruhi warna peradaban setiap saat, karena keberlangsungan dari
peradaban itu bergantung sepenuhnya pada manusia.
Melihat begitu rentannya keberadaan moral manusia dalam peradaban,
maka sangat diperlukan suatu tuntunan melalui pemahaman keagamaan, untuk
menciptakan kehidupan yang selaras dan bermakna. Tinjauan etika secara
teologis juga menjadi kebutuhan untuk memperbaiki kemerosotan moral ini.
Kemerosotan moral yang dialami oleh manusia sudah terjadi sejak manusia jatuh
kedalam dosa. Hal itu dapat dilihat dalam peristiwa Sodom dan Gomora yang
menceritakan tentang suatu tempat yang begitu memprihatinkan keadaan moral
dan etika penduduknya.
Beberapa isu moral yang berkembang saat ini diantaranya adalah
Pornografi, Seks Bebas, Narkoba, serta KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme). Ada
beberapa faktor yang menyebabkan merebaknya isu moral ini yaitu kurangnya
pendidikan agama dalam keluarga, lingkungan tempat tinggal, serta pergaulan
yang menyebabkan merebaknya isu moral yang sangat mengancam serta merusak
tatanan kehidupan yang baik di dalam masyarakat maupun keluarga.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pornografi dan bagaimana dalam pandangan kristen ?
2. Apa itu seks bebas dan bagaimana dalam pandangan kristen ?
3. Apa itu narkoba dan bagaimana dalam pandangan kristen ?

1
4. Apa itu KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) dan bagaimana dalam
pandangan kristen ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui berbagai isu moral secara umum
2. Untuk mengetahui pandangan secara kristen atau alkitab mengenai isu moral
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah agama kristen

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pornografi
a) Pengertian Pornografi
Pornografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata,
porne dan graphein. Porne berarti ”gadis liar, nakal, pelacur, penjaja seks”, dan
Graphein berarti ”tulisan, gambargambar, ungkapan dan sebagainya”. Di dalam
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008, arti pornografi adalah gambar, sketsa,
ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun,
percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk
media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan
atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.

b) Akibat dari Pornografi


Pornografi dapat mengakibatkan perilaku negatif seperti berikut ini:
a. Mendorong untuk meniru melakukan tindakan seksual
Para ahli dibidang kejahatan seksual menyatakan bahwa aktivitas seksual
selalu dipicu oleh 2 (dua)kemungkinan yaitu pengalaman atau melihat. pornografi
atau aktivitas porno baik dari internet, HP, VCD, komik atau media lainnya.
Maka mereka akan terdorong untuk meniru melakukan tindakan seksual terhadap
anak lain ataupun siapapun obyek yang bisa mereka jangkau.

b. Membentuk sikap, nilai dan perilaku yang negatif


Beragam adegan seksual, dapat terganggu proses pendidikan seksnya. Hal
itu dapat diketahui dari cara mereka memandang wanita, kejahatan seksual,
hubungan seksual, dan seks pada umumnya. Individu tersebut akan berkembang
menjadi pribadi yang merendahkan wanita secara seksual, memandang seks
bebas sebagai perilaku normal dan alami, permisif terhadap perkosaan, bahkan
cenderung mengidap berbagai penyimpangan seksual.

3
c. Menyebabkan sulit konsentrasi belajar hingga terganggu jati dirinya
Bagi orang yang memiliki IQ tinggi, pornografi bisa mengakibatkan
mereka kesulitan membangkitkan konsentrasinya untuk belajar dan beraktivitas,
hari-harinya didominasi oleh kegelisahan dan sedikit sekali produktivitasnya.
Sedangkan orang yang ber-IQ rendah, pengaruhnya bisa lebih ekstrim lagi,
mereka tidak berdaya lagi untuk berkonsentrasi, hari-harinya total dikuasai
kegelisahan.
Pornografi yang ditonton remaja merupakan sensasi seksual yang diterima
sebelum waktunya, sehingga yang terjadi adalah mengendapnya kesan mendalam
di bawah otak sadar yang bisa membuat mereka sulit konsentrasi, tidak fokus,
malas belajar, tidak bergairah melakukan aktivitas yang semestinya, hingga
mengalami shock dan disorientasi (kehilangan pandangan) terhadap jati diri
mereka sendiri bahwa sebenarnya mereka masih remaja.

d. Tertutup, minder, tidak percaya diri


Remaja pecandu pornografi yang mendapat dukungan teman-temannya
sesama penggemar pornografi, akan terdorong menjadi pribadi yang permisif
(memandang maklum) terhadap seks bebas dan mereka melakukan praktekseks
bebas di luar pantauan orang tua. Sedangkan remaja pecandu pornografiyang
dikelilingi oleh teman-teman yang terbimbing dan bebas dari pornografi,akan
cenderung merasa minder dan tidak percaya diri. Karena kebiasaannya ini, remaja
merasa sebagai pribadi yang aneh dan berbeda perilakunya, dan seiring
bertambahnya pengetahuan keagamaannya ia akan merasa paling berdosa.

c) Pornografi dalam Pandangan Kristen dan Alkitab


1. Pornografi Menggambarkan Seks dalam Cara Berdosa
Setiap materi pornografi sebenarnya menunjukkan aktivitas seks sebagai
perbuatan dosa yang tidak mencerminkan moral Allah dalam diri manusia. Seks
kemudian dimaknai negatif dan menggambarkan manusia sebagai mahkluk yang
tidak memiliki martabat yang tinggi dan mulia. Gagasan ini kemudian
menggiring seseorang memaknai arti hidup bukan dalam hal-hal ideal yang

4
bermutu tinggi, melainkan dalam pelampiasan hawa nafsu yang rendah. Harga
diri manusia kemudian diukur dari segi kegunaan semata; dimana harga manusia
ditentukan hanya melalui atraksi seksnya. Apabila hal ini yang terjadi, seks yang
pada mulanya dirancang “baik” oleh Allah, akhirnya diturunkan sebagai aktivitas
amoral; sesuatu yang justru menghancurkan gambar dan rupa Allah dalam
kehidupan manusia.

2. Pornografi Merendahkan Martabat Manusia


Kejadian 1:27 juga memaparkan bahwa seksualitas bukan sekedar ciri pada
manusia; dimana terdapat pembedaan antara laki-laki dan wanita, seperti pada
makhluk lain. Seks adalah kodrat manusia diciptakan Allah dalam gambar-Nya
sebagai mahkluk seksual (Kej. 1:27). Ini berarti seksual menyangkut seluruh
keberadaan manusia, bukan hanya sekedar organ-organ yang tertentu (alat
kelamin), namun sebaliknya, seks berdampak pada segala aspek kehidupan
seseorang. Aspek kehiduan yang dimaksud dapat terlihat jelas dalam perbedaan
perananan yang dimiliki oleh pria dan wanita. Pria dijadikan dengan tubuh dan
jiwa untuk menggenapi peranan sebagai laki-laki, suami, ayah dan seterusnya;
dan bahwa wanita dijadikan dengan tubuh dan rohani untuk menggenapi peranan
sebagai perempuan, istri dan ibu. Perbedaan jenis kelamin dipahami sebagai
perbedaan yang didesain Allah untuk saling melengkapi dan memiliki
keberhargaan yang setara. Allah memang merancang seks dalam pola hubungan
(persekutuan) yang melibatkan seluruh aspek kehidupan.

3. Pornografi Menghancurkan lembaga perkawinan


Gagasasan mengenai adanya perbedaan kodrat seks pria dan wanita
kemudian juga menuntun kepada gagasan tentang kesempurnaan Allah sendiri.
Manusia menjadi “gambar Allah” sementara itu hakikat pribadi Allah (Trinitas)
adalah persekutuan yang sempurna (Yoh. 14: 9-11). Pornografi sesungguhnya
tidak menghormati hakikat persekutuan dalam perkawinan. Pornografi
menggambarkan seks menyenangkan, tetapi hampir selalu dilakukan di luar batas
perkawinan. Pemahaman ini sesungguhnya bertentangan dengan Firman Allah

5
dalam Ibrani 13:4, yang mengungkapkan dengan tegas bahwa aktivitas seksual
harus murni dan aktivitas seks apa pun di luar perkawinan adalah dosa, yang
membawa orang masuk penghakiman Ilahi. Tanpa adanya ikatan perkawinan,
seks pada akhirnya dilakukan hanya untuk menyenangkan diri semata dan
bertujuan kepada dirinya sendiri. Perlu ditandasakan, bahwa bertujuan kepada
diri sendiri hanya akan menghasilkan kesepian, sebaliknya bertujuan kepada yang
lain menghasilkan persekutuan. Seks yang terlepas daripada arti ini, hanyalah
kosong, dangkal dan meleset dari tujuan Allah, sebab itu merupakan dosa.

4. Pornografi Menghancurkan Komitmen Perkawinan


Allah merancang perkawinan sebagai komitmen sepanjang hidup. Allah
menciptakan perjanjian perkawinan (Kej. 2:22-25) dan menyerukan agar
perkawinan suci dan dihormati (Ibr. 13:4). Perjanjian perkawinan ini menuntut
kesungguhan serius, sedia untuk memikul tanggungjawab dan tidak mungkin lagi
ada kepurapuraan diantara pasangan suami-istri. Oleh karena itu, hubungan
seksual selalu terbuka untuk menerima kehamilan, yang menuntut tanggungjawab
bagi keturunannya. Kesetiaan mereka dengan partnernya adalah akibat daripada
suatu komitmen yang total. Dalam saling bertanggungjawab, kedua partner itu
akan melakukan hubungan seksual, demi untuk membahagiakan partnernya,
bukan sekedar untuk memuaskan nafsunya.
Sesuatu hal yang hanya menyangkut sebagian dari tubuh itu, tetapi
menyakitkan dan merendahkan harga diri seseorang. Pada akhirnya, ini bisa
menyebabkan perpisahan di antara suami dan istri karena orang akan termakan
oleh hawa nafsu hati ketimbang komitmen mereka pada ikrar perkawinan.
Pornografi hanyalah merusak pikiran yang cenderung mengekspresikan diri lewat
tindakan. Pada akhirnya ini menyebabkan perpisahan di antara suami dan istri
karena orang termakan oleh hawa nafsu hati mereka ketimbang komitmen mereka
pada ikrar pernikahan. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya kasus yang dilaporkan
yang menyingkapkan bagaimana pasangan semakin berpisah, menjauh dan
adakalanya bercerai, atau melakukan amoralitas seksual oleh karena berhubungan
dengan pornografi.

6
5. Pornografi Merusak Rencana Allah
Selain perkawinan merupakan wadah mewujudkan persekutuan,
perkawinan juga dirancang oleh Allah untuk mewujudkan rencana Allah, yaitu
supaya manusia berkembang biak dan mengelola bumi ini. Kitab Kejadian 1:28,
menuturkan dengan jelas bahwa tujuan seksualitas adalah prokreasi. Allah
memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan
bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-
ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di
bumi." Teks ini mengungkapkan tugas dan berkat yang selaras dengan dengan
penghargaan yang tinggi terhadap kesuburan di alam Perjanjian Lama.
Pornografi menyajikan seksualitas sekedar sebagai sarana “rekreasi;”
dimana seks hanya sekedar merupakan sarana atau cara untuk meraih kepuasaan.
Menikmati hubungan seksualitas hanya sekedar “rekreasi” tanpa mengabaikan
maksud Allah berarti membuang esensi dari hubungan seks itu sendiri. Dengan
kata lain, pornografi menempatkan seks sebagai sesuatu yang sama sekali tidak
terkait dengan kehendak Allah. Segala aktivitas yang disingkirkan dari kehendak
Allah akan cenderung dimaknai sebagai aktivitas yang menuntun kebarah dosa.
Dan faktanya memang demikian, pornografi memaparkan seksualitas bukan
sebagai aktivitas mulia, namun sebaliknya sekedar rekreasi yang sarat amoralitas.

6. Pornografi Menanamkan Hawa Nafsu dan Perzinahan


Allah menentang keras perzinahan (Kel. 20: 14); larangan terhadap
perzinahan diterapkan baik kepada pria maupun wanita, dan diberikan untuk
melindungi kesucian perkawinan. Hukum ini kembali menandasakan bahwa
hubungan seksual diluar lembaga perkawinan merupakan pelanggaran hukum
Allah . Yesus juga mengutuk perzinahan dengan menunjuk dan jelas segala
bentuk perzinahan (Mat. 5-7). Dalam bagian ini kita mendapati bahwa Yesus
bukan saja mengutuk tindakan perzinahan lahiriah, melainkan juga nafsu dan
berbagai imajinasi yang tumbuh darinya (Mat. 15: 19). Aktivitas seksual yang
digambarkan dalam materi pornografi adalah perzinahan dan semata-mata hanya
untuk membangkitkan hawa nafsu. Orang-orang yang mengambil peran di

7
dalamnya sebenarnya tidak pernah terikat dalam suatu ikatan perkawinan.
Sejumlah orang mengklaim bahwa film porno tertentu menggambarkan pasangan
menikah, tetapi kenyataannya mereka yang main dalam film tersebut hanya
melakukan saja, tanpa memiliki ikatan persekutuan apapun. Dalam Matius 5: 27-
30; Yesus mengajarkan bahwa hawa nafsu adalah dosa perzinahan. Hawa nafsu
dimulai dari dalam (Yak. 1:14), dan gambar porno tersedia untuk memuaskan
hasrat nafsu tersebut. Hawa nafsu yang dipuaskan melalui materi-materi
pornografi pada akhirnya akan menjadi sumber hati manusia tersebut dan
menamkan benih kejahatan yang akan bertumbuh dan mengasilkan buah dalam
aktivitas yang jahat.

7. Pornografi Menyebabkan Degradasi Aktivitas Seksual


Allah juga menerapkan hukum yang tegas terhadap perilaku–perilaku seks
yang menyimpang. Allah menentang inses yaitu hubungan seksual dengan
kerabat (Im. 18: 6-18). Dikatakan bahwa seseorang tidak boleh memiliki
hubungan seksual dengan ayahya sendiri (18:7); ibu sendiri (18:9); istri ayah atau
ibu tiri (18:8); saudara perempuan sendiri (18:9), dst. Homoseksual pun
merupakan kekejian di hadapan Allah. Aktivitas homoseksual dan inses dilarang
bahkan sebelum Musa dan yang kemudian digabungkan dalam hukum Musa.
Dalam Perjanjian Baru, hal ini dipertegas, dimana rasul Paulus mengutuk dengan
keras homoseksual. (Rm. 1:18-32; 1 Kor. 6:9-11; Gal. 5:19; Ef 5:3; 1 Tim. 1:9-
10; Yud. 7). Penyimpangan lainnya adalah hubungan seks dengan binatang.
Imamat 18:23 berkata, “janganlah engkau berkelamin dengan binatang apapun,
sehingga engkau menjadi najis dengan binatang itu. Seorang perempuan
janganlah berdiri di depan seekor binatang untuk berkelamin, karena itu suatu
perbuatan keji” (Kel. 22:19; Im. 20:15, 16; Ul. 27:21).

B. Seks Bebas

8
a) Pengertian Seks Bebas
Berikut merupakan pengertian seks bebas menurut ahli :
1. Sarwono mendefinisikan seks bebas sebagai perilaku hubungan seksual yang
dilakukan antara laki-laki dan perempuan tanpa ikatan apa-apa selain suka sama
suka dan bebas dalam seks. Pendapat lain yang dikemukakan Sarwono bahwa
yang dimaksud seks bebas adalah hubungan yang didorong oleh hasrat seksual,
baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis yang di lakukan pada
pasangan tanpa adanya ikatan pernikahan.
2. Hasan Basri mendefinisikan seks bebas sebagai kegiatan seksual yang
menyimpang, yang dilakukan baik secara individual maupun bergerombol pada
waktu dan tempat yang disepakati bersama. Seks bebas ini biasanya diawali
dengan acara-acara yang cukup merangsang secara seksual dan pada tempat yang
dipandang “aman“ dari pengetahuan masyarakat.
3. Kartono mendefinisikan seks bebas sebagai hubungan seks secara bebas
dengan banyak orang dan merupakan tindakan hubungan seksual yang tidak
bermoral, dilakukan dengan terang-terangan tanpa ada rasa malu sebab didorong
oleh nafsu seks yang tidak terintegrasi, tidak matang, dan tidak wajar.
Keseluruhan definisi yang tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
perilaku seks bebas yang dilakukan oleh seseorang merupakan hubungan yang
didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama
jenis, tanpa adanya ikatan perkawinan, dan dapat dilakukan secara bebas dengan
banyak orang.

b) Faktor yang mempengaruhi Seks Bebas


Adanya beberapa faktor yang mempengaruhi remaja melakukan seks
bebas. Faktor-faktor yang mempengaruhi seks bebas diantaranya :
1. Adanya pertentangan dari lawan jenis.
2. Adanya tekanan dari keluarga dan teman.
3. Kurangnya pengetahuan remaja tentang seks bebas.
4. Kurangnya perhatian dari keluarga khususnya orang tua.
5. Tipisnya keimanan.

9
6. Kondisi stres yang dialami oleh remaja.

Faktor internal
Faktor internal berasal dari dalam diri seorang remaja sendiri.
Keinginannya untuk dimengerti lebih dari orang lain bisa menjadi penyebab
remaja melakukan tindakan penyimpangan. Sikap yang selalu merendahkan diri
sendiri atau selalu meninggikan diri sendiri. Jikalau terlalu merendahkan diri
sendiri, seorang remaja akan lebih mencari jalan pintas untuk menyelesaikan
sesuatu. Dia beranggapan jika saya tidak begini, saya tidak bisa dianggap orang
lain atau tidak gaul, atau tidak mengikuti perkembangan zaman

Faktor eksternal
Faktor eksternal berasal dari luar pribadi seseorang remaja. Faktor
terbesar terjadinya perilaku penyimpangan seorang remaja yaitu lingkungan dan
sahabat. Seseorang sahabat yang sering berkumpul bersama secara otomatis dia
akan tertular sikap dan sifat temannya itu.
Kasih sayang dan perhatian orang tua tidak sepenuhnya tercurahkan,
membuat seorang anak tidak betah berada di dalam rumah tersebut. Mereka lebih
senang untuk berada diluar bersama kawan-kawannya. Apalagi keluarga yang
kurang harmonis dan kurangnya komunikasi dengan orang tua dapat
menyebabkan seorang anak melakukan penyimpangan sosial serta seks bebas
yang melanggar nilai-nilai dan norma sosial. Apabila ayah dan ibu mereka yang
memiliki kesibukan di luar rumah akan membuat anak-anak remaja semakin
menjadi-jadi yang pada akhirnya mereka merasa tidak diperlukan lagi.
Selain itu, cukup tidaknya kasih sayang dan perhatian yang diperoleh sang
anak dari keluarganya. Cukup tidaknya keteladanan yang diterima sang anak dari
orangtuanya, dan lain sebagainya yang menjadi hak anak dari orangtuanya. Jika
tidak, maka anak akan mencari tempat pelarian di jalan-jalan serta di tempat
tempat yang tidak mendidik mereka. Seseorang yang mempunyai teman-teman
pergaulan yang berpaham seks bebas akan bisa terpengaruh oleh teman-temannya
ini sehingga diapun ikut melakukan seks bebas.

10
c) Akibat dari Seks Bebas
1. Munculnya kekhawatiran akan kehamilan dan penyakit seksual
Bagi pelaku seks bebas, ketakutan hamil di luar nikah atau tertular penyakit
seksual adalah sumber stres utama yang tidak dapat dihindarkan. Merasa
menyesal dan bersalah Beberapa pelaku seks bebas sering merasa menyesal dan
bersalah karena dalam hati nuraninya, perilaku tersebut dianggap salah dan
terlarang untuk dilakukan.

2. Memengaruhi perkembangan karakter


Ketika seseorang, apalagi anak muda, memperlakukan orang lain sebagai
objek seksual untuk kepuasaan semata, orang tersebut akan kehilangan rasa
hormat pada dirinya sendiri. Mereka kemudian akan terbiasa untuk tidak
membedakan mana yang benar dan salah, demi mendapatkan kesenangan
pribadinya. Sulit memiliki hubungan yang serius Hubungan singkat yang tercipta
dari seks bebas kerap menimbulkan kesulitan untuk mempercayai hubungan di
masa depan pada pelakunya.

3. Depresi
Remaja yang melakukan perilaku berisiko, seperti seks bebas, memakai
narkoba, dan minum alkohol, adalah kelompok yang paling mungkin mengalami
depresi dibandingkan dengan yang tidak melakukannya.

4. Kehamilan di usia muda


Jika tidak dilakukan dengan menggunakan pengaman, seks bebas bisa
menyebabkan kehamilan di usia muda. Kehamilan di usia muda memiliki risiko
yang lebih tinggi untuk mengalami tekanan darah tinggi, anemia, kelahiran
prematur, berat badan lahir rendah, dan mengalami depresi pascapersalinan.
Semua dampak buruk di atas dapat dicegah dengan sebisa mungkin menghindari
seks bebas atau hanya dengan satu pasangan saja.

11
d) Seks Bebas dalam Pandangan Kristen dan Alkitab
1. Alkitab mengatakan bahwa seksualitas manusia sebagai sesuatu yang baik.
“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut
gambar Allah diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya
mereka” (Kej 1:27) Setelah penciptaan sebelumnya dilakukan, Allah melihat
bahwa “semuanya itu baik” (Kej 1:12,18,21,25), tapi setelah penciptaan manusia
sebagai laki-laki dan perempuan, Allah melihat bahwa “segala yang dijadikanNya
itu, sungguh amat baik” (Kej 1:31). Awal pengertian secara ilahi bahwa
seksualitas manusia itu ‘sungguh amat baik’ menunjukan perbedaan seksual pria
dan wanita sebagai bagian dari kebaikan dan kesempurnaan dari ciptaan Tuhan
yang pertama.
Berdasarkan yang tertulis dalam Kej 1:27: “menurut gambar Allah
diciptakanNya dia; laki-laki dan perempuan diciptakanNya mereka.” Jadi
kepriaan dan kewanitaan manusia mencerminkan pengertian bahwa pria dan
wanita mempunyai kemampuan untuk memiliki kesatuan hubungan yang sama
dengan kesatuan hubungan yang ada dalam konsep Trinitas.

2. Seksualitas manusia adalah satu proses dimana dua menjadi ‘satu daging’
Hubungan intim antara seorang pria dan wanita diekspresikan dalam Kej
2:24: “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan
bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging”. Istilah ‘satu
daging’ mengacu pada penyatuan tubuh, jiwa, dan roh yang utuh diantara
pasangan yang telah menikah. Penyatuan utuh ini dapat dialami khususnya
melalui hubungan seksual yang merupakan tindakan dari pengekspresian cinta
sejati, rasa hormat, dan komitmen.
Istilah ‘menjadi satu daging’ menunjukan rencana Tuhan tentang seks
dalam perkawinan. Hal ini menjelaskan bahwa Tuhan melihat seks sebagai media
bagi suami istri untuk mencapai kesatuan.
Menjadi ‘satu daging’ juga mengambarkan tujuan dari kegiatan seksual
yang tidak hanya sebagai prokreasi (untuk memperoleh keturunan) tetapi juga
psikologi (memenuhi kebutuhan emosional untuk mencapai satu hubungan

12
kesatuan). Kesatuan menunjukan keinginan untuk mengetahui sisi paling khusus
dari pasangan secara emosi, fisik dan intelektual.

3. Seks adalah memahami satu sama lain melalui cara yang paling intim
Hubungan seksual diantara pasangan yang telah menikah membuat
mereka dapat saling memahami melalui cara yang paling khusus. Hal ini tidak
dapat diperoleh dengan cara yang lain. Adam tentu saja sudah mengenal Hawa
sebelum mereka berhubungan seksual, namun ia mengenal Hawa lebih jauh lagi
melalui cara yang paling khusus tersebut.

4. Alkitab mengecam hubungan seks diluar nikah


Hubungan seks diluar nikah adalah masalah yang serius karena membawa
pengaruh yang lebih dalam dari dosa-dosa yang lain. Seperti yang rasul Paulus
nyatakan :”Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi diluar dirinya. Tetapi
orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri” (I Kor 6:18).
Ini bukan berarti bahwa dosa seksual tidak bisa diampuni. Kitab suci mengatakan
bahwa jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia
akan mengampuni segala dosa kita dan ‘menyucikan kita dari segala kejahatan.’
(I Yoh 1:9) Ketika Daud bertobat karena telah melakukan perzinahan dan
pembunuhan, Tuhan memaafkannya. (Mazmur 32 dan 51)

5. Seks tanpa komitmen membuat manusia sama seperti benda


Seks diluar nikah adalah seks tanpa komitmen. Hubungan semacam ini
menghancurkan integritas seseorang dengan merendahkannya menjadi satu obyek
yang digunakan untuk kepuasan pribadi. Seseorang yang merasa terhina setelah
berhubungan seksual bisa saja menjadi trauma karena takut hanya akan
dimamfaatkan atau justru menjadi tidak menghargai tubuhnya lagi sehingga
melakukan hubungan seksual secara sangat bebas. Seks tidak dapat digunakan
sebagai cara untuk bersenang-senang dengan seseorang sementara disaat yang
sama digunakan untuk menunjukan cinta sejati dan komitmen dengan orang lain.

13
Pandangan alkitab tentang kesatuan, keintiman, dan cinta sejati tidak ditunjukan
melalui seks diluar nikah atau seks dengan lebih dari satu orang pasangan.
Dari sudut pandang Kristen, pasangan yang bertunangan harus saling
menghormati dan melihat pertunangan sebagai persiapan menuju pernikahan,
bukan sebagai pernikahan itu sendiri. Sampai janji pernikahan diucapkan,
kemungkinan pertunangan itu putus tetap ada. Jika pasangan itu telah melakukan
hubungan seksual sebelum menikah, mereka telah melanggar komitmen. Dan bila
dikemudian hari hubungan ini putus, akan meninggalkan bekas luka emosi yang
permanen.

6. Seks merupakan sarana prokreasi dan relasi


Dari sudut pandang Alkitab, kegiatan seksual dalam perkawinan
merupakan sarana prokreasi dan relasi. Sebagai orang Kristen kita perlu menjaga
keseimbangan antara kedua fungsi seks ini. Hubungan seks adalah kegiatan
menyenangkan yang menimbulkan rasa saling memiliki dan menjadi satu
sementara menciptakan satu kemungkinan untuk membawa satu kehidupan baru
ke dalam dunia ini.
Paulus menganjurkan pada suami-istri “Hendaklah suami memenuhi
kewajibannya terhadap istrinya, demikian pula istri terhadap suaminya. Istri tidak
berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak
berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi istrinya. Janganlah kamu saling menjauhi,
kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu
mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup
bersama-sama, supaya iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan
bertarak.” (I Kor 7:3-5 dan Ibrani 13:4)

7. Seks memampukan pria dan wanita untuk mencermikan gambar dan rupa
Allah dengan turut serta dalam kegiatan kreatif-Nya

14
Dalam Alkitab, “Beranak cuculah dan bertambah banyak”, perintah Tuhan
dalam Kej 1:28. Tentu saja tidak semua pasangan dianugerahi anak. Usia tua,
kemandulan, ataupun penyakit genetik adalah beberapa dari faktor yang
menyebakan seseorang tidak mungkin mempunyai anak. Namun bagi sebagian
besar pasangan yang menikah, mempunyai anak adalah hal yang wajar dalam
kehidupan perkawinan. Hal ini tidak berarti bahwa setiap tindakan dari kesatuan
seks harus mengacu pada konsep tersebut.
Alkitab memperkenalkan kita kepada kasih Allah yang bersedia
mengampuni segala dosa, termasuk dosa seksual. Walaupun dosa seksual
meninggalkan bekas dalam kesadaran kita dan dapat menyakiti orang lain,
pertobatan yang sungguh-sungguh mampu membuka pintu maaf Allah. Tidak ada
dosa yang sangat besar sehingga kasih Allah tidak dapat membawa penyembuhan
dan perbaikan. Yang harus kita lakukan adalah meraih kasih itu, karena hanya
kasih yang membuat kita menyadari potensi kita masing-masing yang telah
diberikan oleh Pencipta kita.

C. Narkoba

a) Pengertian Narkoba

Narkoba merupakan zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi


seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh
manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, dan lain
sebagainya. Sedangkan dalam dunia kesehatan, narkoba adalah psikotropika yang
biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioparasi atau obat-obatan untuk
penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian
yang telah diluar batas dosis. Seiring berjalannya waktu keberadaan narkoba
bukan hanya sebagai penyembuh namun justru menghancurkan. Awalnya
narkoba masih digunakan sesekali dalam dosis kecil dan tentu saja dampaknya
tak terlalu berarti. Namun perubahan jaman dan mobilitas kehidupan membuat
narkoba menjadi bagian dari gaya hidup, dari yang tadinya hanya sekedar

15
perangkat medis, kini narkoba mulai tenar digaungkan sebagai dewa dunia,
penghilang rasa sakit.

b) Sebab dan Akibat Penyalahgunaan Narkoba

Adapun faktor yang menyebabkan narkoba di salahgunakan dapat dibagi


menjadi dua, yaitu :
1) Faktor internal: yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu seperti
kepribadian, kecemasan, dan depresi serta kurangya religiusitas.
2) Faktor eksternal: yaitu faktor yang berasal dari luar individu atau lingkungan
seperti keberadaan zat, kondisi keluarga, lemahnya hukum serta pengaruh
lingkungan.
Faktor individu, faktor lingkungan keluarga dan teman sebaya/pergaulan
tidak selalu sama besar perannya dalam menyebabkan seseorang
menyalahgunakan narkoba. Karena faktor pergaulan, bisa saja seorang anak yang
berasal dari keluarga yang harmonis dan cukup kominikatif menjadi
penyalahgunaan narkoba.
Pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai,
kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, adapun
akibat dari kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, orang lain maupun sosial
seseorang.
1) Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap fisik atau diri-sendiri
 Gangguan pada system syaraf seperti: kejang-kejang, halusinasi,
gangguan kesadaran, kerusakan syaraf.
 Gangguan pada jantung dan pembuluh  darah seperti: infeksi otot jantung,
gangguan peredaran darah
 Gangguan pada kulit seperti: penanahan, alergi.
 Gangguan pada paru-paru  seperti: penekanan fungsi pernapasan,
kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.
 Sering sakit kepala, mual-mual dan  muntah, murus-murus, suhu tubuh
meningkat, dan sulit tidur.

16
 Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan reproduksi adalah
gangguan pada endokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi
(estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual.
 Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan reproduksi pada
remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi,
ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid).
Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum
suntik secara bergantian, risikonya  adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C,
dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya. Penyalahgunaan narkoba bisa
berakibat fatal ketika terjadi over dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi
kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian

2) Dampak penyalahgunaan Narkoba terhadap Keluarga dan pendiikan


 Hilangnya Suasana nyaman dan tentram dalam keluarga.
 Keluarga resah karena barang-barang berharga di rumah hilang.
 Anak berbohong,mencuri,menipu, bersikap kasar, acuh tak acuh dengan
urusan keluarga, tak bertanggung jawab.
 Hidup semaunya sehingga hilangnya norma dalam keluarga.
 Orang tua merasa malu, karena memiliki anak pecandu.
 Narkoba merusak disiplin dan motivasi yang sangat penting bagi proses
belajar.
 Siswa penyalahguna mengganggu suasana belajar-mengajar. Prestasi
belajar turun drastic.
 Penyalahguna membolos lebih besar daripada siswa lain. Penyalahgunaan
narkoba berhubungan dengan kejahatan dan perilaku asosial lain yang
mengganggu suasana tertib dan aman.
 Perusakan barang-barang milik sekolah, dan meningkatnya perkelahian.
3) Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap Lingkungan Sosial
 Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan.
 Merepotkan dan menjadi beban keluarga.

17
 Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram.
 Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik
akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus
obat (tidak mengkonsumsi obat pada  waktunya) dan dorongan psikologis
berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi. Gejata fisik dan
psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk
membohongi orang tua, mencuri, pemarah, dll.
 Mafia perdagangan gelap selalu berusaha memasok narkoba.
 Terjalin hubungan antara pengedar atau bandar dan korban sehingga
tercipta Pasar Gelap.

c) Pandangan Alkitab tentang Narkoba

Menurut pandangan iman Kriten dan Alkitab, narkoba dianggap sebagai


barang haram dan melarangnya, karena narkoba merupakan zat yang merusak
dan membahayakan tubuh. Tuhan berfirman; “Marilah kita melakukannya
dengan mata tertuju pada Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan yang
membawa iman itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan
kehinaan.” ( Ibrani 12 : 2 ). Ayat ini sedikit menerangkan bahwa narkoba yang
termasuk dalam barang yang menghinakan pemakai, sangat dilarang
pemakaianya. Terlebih para pemakai tentunya akan semakin jauh dari Yesus.
Sementara Galatia 5:11 tertulis, “Janganlah utrut mengambil bagian dalam
perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi
sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu.” Yang mana firman ini
menegaskan bahwa satu keharusan umat kristiani untuk menolak dengan tegas
akan Narkoba. Bukan karena tanpa sebab, tetapi narkoba memang tak bermanfaat
bila dipergunakan untuk yang salah, alangkah lebih baik jika narkoba di hindari
dan menyalkalnya (menjauhi yang tidak baik). “Yesus berkata pada murid-
muridnya ‘ setiap orang yang mau mengikuti aku ia harus menyangkal dirinya,
memikul salibnya dan mengikut Aku’.” ( Matius 16 : 24 ).

18
Pada dasarnya orang biasanya tidak mau mati, tetapi ada yang berbuat tidak
baik sehingga membahayakan kehidupan mereka demi kesenangan. Misalnya,
banyak orang merokok, mengunyah buah pinang, atau menggunakan narkoba
untuk bersenang-senang. Bahan-bahan itu merusak tubuh dan sering
mengakibatkan kematian penggunanya. Orang yang terbiasa menggunakan
bahan-bahan itu tidak menganggap kehidupan itu suci. Kebiasaan tersebut najis
dalam pandangan Allah. “Aku mengatakan hal ini secara manusia karena
kelemahan kamu. Sebab sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-anggota
tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kamu
kepada kedurhakaan, demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-
anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada
pengudusan.” (Roma 6:19). “Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita
sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua
pencemaran jasmani dan rohani, dan dengan demikian menyempurnakan
kekudusan kita dalam takut akan Allah”(2 Korintus 7:1). Untuk melayani Allah
dengan cara yang diperkenan, kita harus menghentikan kebiasaan tersebut.
Walaupun mungkin sangat sulit, Tuhan dapat memberi kita bantuan yang
dibutuhkan. Dan, Ia menghargai upaya kita untuk menjaga kehidupan kita
sebagai karunia yang berharga dari-Nya.
Penyalahgunaan narkoba merupakan pelanggaran serius terhadap harkat
dan martabat manusia. Narkoba merusak pribadi manusia yang diciptakan Allah
menurut citra-Nya, “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya,
menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan
diciptakannya mereka.”(Kej. 1:27). Kita menyadari, bahwa manusia itu
mempunyai hak dan kewajiban untuk memelihara, mengembangkan, mencintai,
dan membela kehidupan yang adalah anugerah Allah. Oleh sebab itu jangan
sekali-kali kita sebagai umat Kristen mencobanya. Seperti yang tertulis; “Aku
akan menjawab: jika engkau makan dan minum, atau jika engkau melakukan
sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”. (1 Korintus
10:31).

19
D. KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme)

a) Pengertian KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme)

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) di Indonesia bukan lagi merupakan


sebuah fenomena, melainkan sudah merupakan fakta yang terkenal di mana-
mana. Kini, setelah rezim otoriter Orde Baru tumbang, tampak jelas bahwa
praktik KKN selama ini terbukti telah menjadi tradisi dan budaya yang
keberadaannya meluas, berurat akar dan menggurita dalam masyarakat serta
sistem birokrasi Indonesia, mulai dari pusat hingga lapisan kekuasaan yang
paling bawah. Sumartana, menyatakan bahwa Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(KKN) akhir-akhir ini dianggap sebagai wujud paling buruk dan paling ganas
dari gejala kemerosotan moral dari kehidupan masyarakat dan bernegara di negeri
kita. KKN adalah produk dari relasi sosial-politik dan ekonomi yang pincang dan
tidak manusiawi. Relasi yang dikembangkan adalah relasi yang diskriminatif,
alienatif, tidak terbuka, dan melecehkan kemanusiaan. Kekuasaan dianggap
sebagai sebuah privilege bagi kelompok (kecil) tertentu, serta bersifat tertutup
dan menempatkan semua bagian yang lain sebagai objek yang tidak mempunyai
akses untuk berpartisipasi. Setiap bentuk kekuasaan (baik politik, sosial, maupun
ekonomi) yang tertutup akan menciptakan hukum-hukumnya sendiri demi
melayani kepentingan penguasa yang eksklusif. Kekuasaan yang tertutup
semacam ini merupakan lahan subur yang bisa menghasilkan panen KKN yang
benar-benar melimpah.
Defenisi dari KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) dapat dijabarkan
sebagai berikut ini:
a) Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan harta milik perusahaan atau
milik negara untuk kepentingan pribadi atau orang lain.
b) Kolusi adalah permufakatan atau kerja sama secara melawan hukum
antarpenyelenggara negara atau antara penyelenggara negara dengan pihak
lain yang mana kerja sama tersebut dapat merugikan orang lain, masyarakat
ataupun negara. Dalam KBBI kolusi adalah kerjasama secara diam-diam
(rahasia) untuk maksud tidak terpuji dan/atau persekongkolan.

20
c) Nepotisme adalah setiap perbuatan penyelenggara negara secara melawan
hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan/atau kroninnya di
atas kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. Kemudian nepotisme juga
dapat diartikan dengan suatu tindakan yang melawan hukum dengan memilih
kerabat sendiri.

b) Penyebab dan Akibat Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

Faktor penyebab KKN yang paling signifikan di daerah adalah faktor


politik dan kekuasaan, dalam arti bahwa korupsi di daerah paling banyak
dilakukan oleh para pemegang kekuasaan (eksekutif maupun legislatif) yang
menyalahgunakan kekuasaan dan kewenangan yang dimilikinya untuk
mendapatkan keuntungan pribadi maupun untuk kepentingan kelompok dan
golongannya. Sekitar 85% dari kasus-kasus korupsi yang terjadi di daerah
ternyata dilakukan oleh para pemegang kekuasaan, terutama di lembaga
pemerintahan (eksekutif) dan lembaga legislatif. Modus yang dilakukan pun
sangat beragam, mulai dari perjalanan dinas fiktif, penggelembungan dana APBD
maupun cara-cara lainnya yang tujuannya untuk menguntungkan diri sendiri,
kelompok maupun golongan, dengan menggunakan dan menyalahgunakan uang
negara.
Faktor yang kedua adalah nepotisme. Masih kentalnya semangat
nepotisme, baik di sektor publik maupun swasta, di daerah-daerah terutama
dalam penempatan posisi yang strategis tidak jarang kemudian menimbulkan
penyalahgunaan kewenangan, terutama yang bersangkut paut dengan keuangan
negara.
Faktor yang ketiga adalah ekonomi. Analisis rendahnya gaji sebagai sebab
korupsi adalah sebuah apologi yang tepat. Bila hal ini disosialisasikan secara
luas, banyak orang akan mendapatkan bahan bakar untuk kendaraan apologinya.
Artinya, akan banyak orang berpikir bahwa korupsi adalah sebuah pintu darurat
selama pemerintah belum mampu menjamin kesejahteraan mereka. Padahal

21
rendahnya gaji sebagai sebab korupsi adalah sesuatu yang masih bisa
diperdebatkan.
Faktor yang terakhir adalah faktor pengawasan. Lemahnya fungsi
pengawasan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga, seperti BPKP maupun
Bawasda terhadap penggunaan keuangan negara oleh pejabat-pejabat publik
(eksekutif maupun legislatif) merupakan salah satu faktor penting yang turut
menumbuh-suburkan budaya korupsi di daerah-daerah. Fungsi kontrol yang
semestinya dijalankan oleh lembaga legislatif pun pada kenyataannya seringkali
tidak efektif, yang disebabkan karena lembaga legislatif itu sendiri pun seringkali
terlibat dalam penyimpangan dan penyalahgunaan keuangan negara yang
dilakukan oleh eksekutif.
Akibat-akibat dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) ini adalah:
Pemborosan sumber-sumber, modal yang lari, gangguan terhadap penanaman
modal, terbuangnya keahlian, bantuan yang lenyap. ketidakstabilan, revolusi
sosial, pengambilan alih kekuasaan oleh militer, menimbulkan ketimpangan
sosial budaya. pengurangan kemampuan aparatur pemerintah, pengurangan
kapasitas administrasi, hilangnya kewibawaan administrasi.

c) Pandangan Alkitab Tentang Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

Pada sudut pandang iman Kristen jelas bahwa korupsi merupakan tindakan
yang salah karena pada Keluaran 20:15 pada Kesepuluh Firman dimana
menjelasakan “Jangan mencuri”. Mengapa tindakan korupsi ini berhubungan
dengan firman Allah “jangan mencuri”, karena korupsi termasuk mencuri yaitu
mencuri uang rakyat. Hak seorang pejabat pemerintah telah ada yaitu menerima
pendapatan sesuai yang ditentukan oleh negara, mendapat fasilitas dari negara,
namun masih saja kurang dan korupsi maka pejabat tersebut mencuri uang rakyat
yang dimana seharusnya uang rakyat itu di seharusnya untuk membantu rakyat-
rakyat yang miskin. Korupsi terjadi karena iman yang dianut seseoarang tidak
teguh. Seharusnya perlu direnungkan atau dimaknai sesuai dengan firman Tuhan.
“Tetapi Yesus menjawab: ‘Ada tertulis: manusia hidup bukan dari roti saja ,
tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah’.” (Matius 4:4). Artinya

22
bahwa manusia hidup bukan untuk makan, mengumpulkan harta tetapi memaknai
firman Allah yaitu menjalan kan perintahnya. Namun pada modern ini manusia
lebih mementing kepentingan individualisme-nya.

KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) dimaknai sebagai sebuah tindakan


kejahatan dan cakupannya memiliki dimensi yang sangat luas. Kejahatan yang
bermakna merusak atau meremukkan adalah tindakan yang tidak menyenangkan,
merugikan sesama, dan menjijikkan. Ada sejumlah kisah dalam Alkitab yang
menceritakan korupsi yang berarti mencuri barang milik bersama sesuai dengan
termilogi sekarang. Kisah-kisah tersebut memberikan informasi kepada kita
bahwa KKN merupakan persoalan klasik yang sudah terjadi sejak zaman
Perjanjian Lama.

1) Korupsi dalam Keluarga


Keluarga Eli adalah keluarga Imam, hakim sekaligus pemimpin. Pada masa
itu ia memiliki kekuasaan yang cukup kuat. Dia mengontrol semua kehidupan
masyarakat Israel. Persoalan pengadilan, persembahan kurban, dan masalah
dalam kelaurga Israel diselesaikan di hadapan Imam Eli. Kekuasaan Imam Eli
diwariskan secara genealogis kepada anak-anaknya yaitu Hofni dan Pinehas.
Dalam kisah Samuel pada waktu kecil (Samuel adalah anak angkat imam Eli),
ada dosa yang dilakukan oleh anak-anak imam Eli. Salah satu kejahatan yang
mereka lakukan adalah melakukan korupsi (bukan uang) binatang kurban. “Setiap
kali seseorang mempersembahkan korban sembelihan, sementara daging itu
dimasak, datanglah bujang imam membawa garpu bergigi tiga di tangannya dan
dicucukkannya ke dalam bejana atau ke dalam kuali atau ke dalam belanga atau
ke dalam periuk. Segala yang ditarik dengan garpu itu ke atas, diambil imam itu
untuk dirinya sendiri. Demikianlah mereka memperlakukan semua orang Israel
yang datang ke sana, ke Silo. Bahkan sebelum lemaknya dibakar, bujang imam
itu datang, lalu berkata kepada orang yang mempersembahkan korban itu:
“Berikanlah daging kepada imam untuk dipanggang, sebab ia tidak mau
menerima dari padamu daging yang dimasak, hanya yang mentah saja.“ Apabila
orang itu menjawabnya: “Bukankah lemak itu harus dibakar dahulu, kemudian

23
barulah ambil bagimu sesuka hatimu,” maka berkatalah ia kepada orang itu:
“Sekarang juga harus kau berikan, kalau tidak, aku akan mengambilnya dengan
kekerasan” (1 Sam 2:13-16).
Persoalan korupsinya terletak pada kenyataan bahwa mereka mengambil
untuk diri sendiri. Mereka adalah keluarga yang diberi kepercayaan untuk
mempersembahkan kurban kepada Tuhan tetapi melakukan suatu bentuk
ketidakadilan terhadap umat. Memaksa orang Israel untuk menyerahkan apa yang
dimaui oleh kedua anak imam Eli yaitu Hofni dan Pinehas. Dalam Ulangan 18 :
3, ada bagiaan dari binatang kurban yang diberikan kepada imam yaitu paha
depan, kedua rahang, kepala, dan perut besar. Sisanya untuk Tuhan dan
kemungkinan untuk orang miskin. Namun, anak-Anak Eli tidak hanya mendapat
apa yang menjadi bagiannya tetapi dia juga mengambil hak yang seharusnya
dipersembahkan kepada Allah. Mereka mengambil hak Allah. Hal ini
dimungkinkan karena mereka mempunyai kekuasaan. Yang punya kuasa itulah
yang mudah melakukan korupsi. Keluarga imam Eli merupakan contoh jelas
bagaimana orang yang dipercayakan untuk mengurusi kehidupan agama dan
sosial mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri dan akhirnya mereka
dihukum Tuhan.

2) Kenabian Melawan Korupsi


Isi kritik kenabian dalam PL ada dua yaitu penyembahan berhala (relasi
vertikal: manusia dengan Tuhan) dan persoalan ketidakadilan. Berbicara tentang
nabi jangan sampai melupakan kata keadilan. Keadilan sangat ditekankan karena
merupakan wujud konkret pelaksanaan perjanjian Sinai. Perjanjian Sinai itu
mengikat antara Allah denga Israel, “Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan
menjadi umat-Ku; Aku akan memberkatimu kalau kamu menepati perjanjian.”
Perjanjian itu isinya adalah menyembah Tuhan dan pertama-tama melakukan
keadilan. Mengapa harus melakukan keadilan? Karena kondisi masyarakat yang
adil akan membuat masyrakat Israel tetap utuh. Ada dua nabi yang
memperjuangkan keadilan yaitu Amos di Kerajaan Utara dan Yesaya di Kerajaan
selatan.

24
Situasi di Kerajaan Israel Utara pada zaman Amos yaitu ada kesenjangan
antara yang kaya dan miskin yang sangat lebar pada zaman Raja Yerobeam II. Di
mana letak korupsi dalam Kerajaan Israel Utara? Begini Amos
mengungkapkannya “Oleh karena mereka menjual orang benar karena uang dan
orang miskin karena sepasang kasut; mereka menginjak-injak kepala orang
lemah ke dalam debu dan membelokkan jalan orang sengsara (Amos 2:6-7 ).”
Kata-kata ini menggambarkan kenyataan pada waktu itu yaitu ada orang benar
yang terlilit utang karena bunganya tinggi dijual. Orang miskin dijual juga hanya
karena sepasang kasut. Kemudian membelokkan jalan orang yang sengsara. Ada
tafsiran yang mengatakan di sinilah letak korupsinya. Perikop lain, Amos 2:8,
“mereka merebahkan diri di samping setiap mezbah di atas pakaian gadaian
orang, dan minum anggur orang-orang yang kena denda di rumah Allah
mereka.”
Pada zaman itu kalau orang mengaku dosa di depan mezbah Tuhan lalu
imam memberikan penitensi dengan anggur dan kambing. Anggur dan kambing
itu sejatinya untuk kepentingan rumah Allah namun yang terjadi petugas di bait
Allah mengambil untuk kepentingan pribadi. Lalu ada orang lainyang menikmati
korupsi. Misalnya Amos 4:1. “Dengarlah firman ini, hai lembu-lembu Basan,
yang ada di gunung Samaria, yang memeras orang lemah, yang menginjak
orang miskin, yang mengatakan kepada tuan-tuanmu: bawalah ke mari, supaya
kita minum-minum!” Yang dimaksudkan dengan Lembu basan adalah istri-istri
dari pejabat pada waktu. Mereka menikmati apa yang dikorupsi oleh suaminya.

3) Yesus dan Korupsi


Skandal korupsi yang menggegegerkan di zaman Yesus adalah korupsi di
bait Allah. Para ahli mencoba mengaitkan kemarahan Yesus di sana pertama-
tama karena di bait Allah ada korupsi besarbesaran. “Lalu Yesus masuk ke Bait
Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada
mereka: “Ada tertulis: RumahKu adalah rumah doa. Tetapi kamu
menjadikannya sarang penyamun” (Luk 19:45-46; bdk Yes 56:7, Yer 7:11). Ada
yang melihat bahwa Yesus mengkritik orang yang menjadikan tempat doa

25
sebagai pasar. Tetapi sebetulnya ada yang lebih dalam yaitu: Yesus mengkritik
skandal korupsi di bait Allah. Kalau kita mencermati kisahnya, di situ ada dua
pasar yaitu pasar hewan dan pasar uang. Ada kecurangan yang dikritik Yesus di
dua pasar itu. Di pasar hewan, Yesus mengkritik pegawai bait Allah, pelaku
pemerasan atas orang-orang miskin yang datang mempersembahkan kurban.
Hewan yang ingin dipersembahkan itu sengaja dibilang tidak layak sehingga
jemaat yang datang dari jauh harus membeli hewan kurban yang dijual di bait
Allah dengan harga sangat mahal.
Umat pun kembali diperas di pasar uang. Saat itu, ada kebiasaan orang
memberi persembahan dalam rupa uang. Tetapi salah satu persyaratannya ialah
uang yang bergambar kaisar tidak boleh dipersembahan kepada Allah. Karena
kaisar itu kafir. Mata uang yang bisa dipakai untuk persembahan di Bait Allah
ialah mata uang Tirus dan Sidon. Tetapi masalahnya orang terbiasa dengan mata
uang Romawi dan membawa uang itu ke bait Allah. Supaya bisa
mempersembahkan uang di bait Allah, mereka harus menukar mata uang
Romawi dengan mata uang Tirus dan Sidon. Pada saat penukaran inilah terjadi
praktik korupsi yang dikritik Yesus. Ia mengobrak-abrik meja para penukar uang.
Rupanya yang bermain disini adalah pegawai Bait Allah yang mengantongi izin
dari otoritas bait Allah yaitu imam besar yaitu Hanas dan Kayafas. Ada dugaan
bahwa pegawai bait Allah itu memberi suap kepada imam besar Hanas dan
Kayafas.

4) Korupsi pada Zaman Gereja Awal


Kisah para rasul mencatat suatu kisah tentang korupsi yang dilakukan oleh
suami istri yaitu Ananias dan Safira. “Tetapi Petrus berkata: “Ananias, mengapa
hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan
sebagian dari hasil penjualan tanah itu?Selama tanah itu tidak dijual, bukankah
itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam
kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau
bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah.” (Kis 5:1-4 ). Tanah itu adalah
tanah Gereja. Ada dugaan bahwa Gerja zaman dulu seperti gereja zaman

26
sekarang. Ada khas bersama. Rupanya Ananias dan Safira adalah tokoh penting
di situ yang diberi kepercyaan untuk menjual tanah milik bersama itu. uangnya
untuk kehidupan jemaat. Tampaknya si Ananias sepengetahuan istrinya itu dia
menjual tanah itu sebagaian hasilnya digelapkan untuk mereka sendiri dan
sebagiannya dilaporkan kepada jemaat. Jadi ini suatu korupsi dari kas bersama.
Ini cerita yang menunjukkan bahwa menggelapkan milik bersama atau milik
gereja hukumannya langsung dari Tuhan. Karena pada akhirnya Ananias dasn
Safira meninggal.

5) Kasus Suap
Kasus lain yang masih dekat dengan korupsi adalah suap. Biasanya suap
berkaitan dengan dunia pengadilan. Dalam ‘dekalog’ atau ‘sepuluh firman’
dikatakan “Janganlah bersaksi dusta terhadap sesamamu” itu berkaitan dengan
dunia pengadilan. Mengapa ada larangan ini karena bersaksi dusta kadang-
kadang bisa mengakibatkan kematian seseorang kalau kesaksiannya palsu. Dan
biasanya seorang yang memberikan kesaksian palsu, sebelumnya mendapat suap
dari orang yang diadili. Jadi, suap itu merupakan uang atau gratifikasi yang
diberikan atau dijanjikan untuk mempengaruhi keputusan. Alkitab dengan jelas
mengatakan bahwa memberi dan menerima suap adalah kejahatan. “Suap
janganlah kauterima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat
dan memutarbalikkan perkara orangorang yang benar” (Kel 23:8).
Kitab Ulangan 27: 25 mendefinisikan siapa saja orang yang terkutuk.
Dikatakan bahwa “Terkutuklah orang yang menerima suap untuk membunuh
seseorang yang tidak bersalah. Dan seluruh bangsa itu harus berkata: Amin.”
Dikutuk berarti tidak mendapat berkat. Yesaya mengatakan kalau pemimpin
Yerusalem suka menerima suap maka Yerusalem akan hancur. Jadi kehancuran
Yerusalem bukan hanya karena penyembahan berhala tetapi juga adanya
ketidakadilan dalam masyarakat. Dan ketidakadilan dalam masyarakat membuat
masyarakat tidak stabil.
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme secara hukum memiliki sanksi, namun
secara kacamata agamais  korupsi memiliki sanksi yaitu dosa, perlu diketahui

27
bahwa dosa adalah moral jahat. Akibat langsung yang pertama dosa adalah
perubahan dalam keadaan manusia mempengaruhi hubungan antarpribadi, begitu
pula hubungan dengan Tuhan.

BAB III
PENUTUP

28
A. Kesimpulan
Isu moral yang merupakan fenomena ataupun sebuah kejadian yang sangat
merusak tatanan kehidupan baik di dalam lingkungan keluarga, masyarakat,
maupun dalam perspektif Kristen. Di dalam Kristen sendiri, isu-isu moral seperti
Pornografi, Seks Bebas, Narkoba, serta KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme)
sangat dilarang karena menimbulkan kecamaran serta dosa bagi orang yang
melakukan seperti yang tertulis dalam Roma 6:23 “Sebab upah dosa ialah maut;
tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.

B. Saran
Sebagai umat Kristen yang taat dan takut akan Tuhan, hendaknya kita
sebagai generasi muda dapat melakukan hal-hal yang positif serta memperkuat
iman kita dalam menghadapi isu-isu moral yang dapat merusak serta
menimbulkan dosa serta dapat menyaring segala hal dalam bentuk apapun yang
dapat memungkinkan kita untuk terjerumus ke dalamnya. Jika kita sudah
terlanjur terjemurus ke dalamnya, mintalah pengampunan pada Tuhan dan
lakukanlah Hal-hal yang positif serta lebih berhati-hati lagi dalam menerima
segala hal. Dalam pembuatan makalah ini, kami mengharapkan saran dan kritik
supaya dapat dilakukan perbaikan serta penyempurnaan kedepannya dan
diharapkan bagi para pembaca agar mampu lebih berhati-hati dan memperkuat
iman kepada Tuhan agar dapat dihindarkan dari isu moral tersebut.

29
DAFTAR PUSTAKA

Irawan, Toni. 2020. Pornografi Ditinjau Dari Perspektif Etika Kristen. LOGIA :
Jurnal Teologi Pentakosta; 1 (2) 96-104
http://sttberea.ac.id/e-journal/index.php/logia/article/view/35/38 (Diakses pada 03
November 2020, pukul 10.47 WIB)
Ismansyah, Purwantoro Agung Sulistyo. 2010. Permasalahan Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme di Daerah serta Strategi Penanggulangannya. DEMOKRASI;
(IX) 1 : 44-51
https://media.neliti.com/media/publications/243741-permasalahan-korupsi-
kolusi-dan-nepotism-a86737af.pdf (Diakses pada 04 November 2020, pukul
14.52 WIB)
Utomo, Sigit Tri, Achmad Sa’I. 2018. Dampak Pornografi Terhadap
Perkembangan Mental Remaja di Sekolah. 6 (1) 183-185
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/elementary/article/view/4221 (Diakses
pada 03 November 2020, pukul 11.18 WIB)
https://andikastz.blogspot.com/2014/10/makalah-penyalahgunaan-narkoba.html
(Diakses pada 02 November 2020, pukul 21.08 WIB)
https://blogperkana.wordpress.com/2019/01/22/makalah-tentang-narkoba/
(Diakses pada 02 November 2020, pukul 20.35 WIB)
http://ceciliasariputripangaribuan.blogspot.com/2013/11/makalah-korupsi-pada-
pandangan-iman.html (Diakses pada 03 November 2020, pukul 21.20 WIB)
http://eprints.walisongo.ac.id/194/3/062211004_Bab2.pdf (Diakses pada 03
November 2020, pukul 10.38 WIB)
http://handarsubhandi.blogspot.com/2014/11/pengertian-dan-sebab-sebab-seks-
bebas.html (Diakses pada 03 November 2020, pukul 11.58 WIB)
https://katoliknews.com/2017/05/11/bagaimana-alkitab-berbicara-tentang-
korupsi/ (Diakses pada 04 November 2020, pukul 17.15 WIB)
http://maluku.bkkbn.go.id/?p=1203 (Diakses pada 04 November 2020, pukul
18.58 WIB)
https://www.academia.edu/9586876/Makalah_Agama (Diakses pada 03
November 2020, pukul 10.49 WIB)
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/1284/sosialisasi-undang-
undang-nomor-44-tahun-2008-tentang-pornografi-di-lingkungan-
pendidikan#:~:text=Di%20dalam%20Undang%2DUndang%20Nomor,umum
%2C%20yang%20memuat%20kecabulan%20atau (Diakses pada 03 November
2020, pukul 10.58 WIB)

Anda mungkin juga menyukai