Anda di halaman 1dari 26

Referat

Tatalaksana Kecanduan Menonton


Film Porno Pada Remaja

Disusun Oleh :
DIANA PRATIWI

MUTIA DEWI ASSIFA

YUGFIRA ANANTA HARDIYANTI

Pembimbing :

dr. Djusnidar Dja’far, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PEKANBARU
PERIODE 25 FEBRUARI – 30 MARET 2019

1
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayah-Nya referat dengan judul “Tatalaksana Kecanduan Menonton Film
Porno pada Remaja” dapat terselesaikan dengan baik. Referat ini disusun sebagai
salah satu tugas selama masa kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Riau Rumah Sakit Jiwa Tampan.
Penulis menyampaikan bahwa disusunnya referat ini tidak mungkin dapat
diselesaikan tanpa bantuan, dorongan dan kerjasama berbagai pihak lain membantu
penulis dalam penyelesaiannya, sehingga dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada dokter pembimbing di Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Rumah Sakit Jiwa Tampan.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mohon maaf bila terdapat keselahan dalam penyusunannya. Penulis juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memerbaiki kekurangan dari
referat ini di kemudian hari. Akhir kata dari penulis, semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Atas perhatian yang telah diberikan, penulis mengucapkan
terima kasih.

Pekanbaru, Maret 2019

Penulis
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fenomena pornografi di Indonesia memang sangat memprihatinkan,

pornografi merupakan masalah yang belum dapat terselesaikan hingga saat ini,

masalah pornografi memang tidak pernah surut walaupun banyak bahaya yang

didapat akibat dari pornografi. Undang-undang secara tegas telah

mengidentifikasikan pornografi sebagai gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara,

bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan

lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau petunjuk dimuka umum

yang memuat kecabulan atau eksplolitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan

dalam masyarakat.1

Saat ini remaja merupakan populasi terbesar yang menjadi sasaran pornografi.

Masalah pornografi telah berkembang menjadi referensi pemahaman bagi remaja

tentang realita kehidupan seksual yang tidak bertanggung jawab. Sarwono dalam

Tindaon mengatakan masa remaja merupakan masa peralihan dari masa pubertas

menuju masa dewasa. Remaja yang mempunyai rasa ingin tahu yang besar tentang

sesuatu dan selalu mencoba apa yang dilakukan orang dewasa, termasuk masalah

seks. Keingintahuan remaja tentang seksual merupakan faktor pendorong remaja

memanfaatkan media informasi.2

Di Indonesia internet adalah sumber informasi yang paling sering digunakan

oleh remaja dan internet juga menjadi sumber materi pornografi yang mudah diakses
4

dengan harga yang relatif terjangkau untuk remaja. Banyak tersedianya situs-situs

pornografi diinternet bahkan dengan otomatis dapat dilihat anak-anak tanpa sengaja,

seperti remaja yang ingin mengerjakan tugas dari gurunya dan mencari materi

diinternet lalu tidak sengaja muncul iklan-iklan yang berhubungan dengan pornografi

yang membuat anak menjadi tertarik untuk melihatnya.

Pada tahun 2013 Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), melakukan

survei terhadap 4.500 pelajar SMP dan SMA di 12 kota besar Indonesia sebanyak

97% responden mengaku telah mengakses situs berkonten pornografi dan juga

mononton video porno melalui internet.3 Dan pada April 2016 CNN Indonesia

memberitakan mengenai anak dan pornografi. Yohana Yembise Menteri

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia, menyebutkan bahwa

dalam satu hari terdapat 25 ribu anak Indonesia yang mengakses konten bermuatan

pornografi.

Pornografi sangat berbahaya bagi psikologi remaja yang masih labil, adanya

pertumbuhan hormon-hormon seksual pada remaja menjadikan pornografi sangat

berbahaya bagi remaja karena akan berdampak negatif terhadap perkembangan

remaja. Dampak pornografi paling besar adalah membuat remaja mengalami

kecanduan pornografi. Berawal coba-coba, akhirnya ketagihan dan sulit untuk tidak

menghindar yang mana lebih cenderung mengalami peningkatan (kecanduan).

Kecanduan pornografi sudah menjadi tren dikalangan remaja. Kecanduan

pornografi merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia yang berdampak luas

dan dalam waktu singkat dapat merusak tatanan psikososial remaja di masyarakat.

Kecanduan pornografi adalah perilaku berulang untuk melihat hal-hal yang


5

merangsang nafsu seksual, yang dapat merusak kesehatan otak dan kehidupan remaja

dan jika sudah pada tahap kecanduan pornografi seseorang sulit untuk

menghentikannya.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa, pornografi sangat

berbahaya bagi remaja. Banyak dampak negatif dari pornografi seperti terjadi

kerusakan otak yang bertanggung jawab untuk logika akan mengalami cacat karena

otak hanya mencari kesenangan tanpa adanya konsekuensi. Sehingga penulis tertarik

untuk membahas mengenai tatalaksana kecanduan pornografi pada anak.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan karangan ini diantaranya adalah :

1. Memahami kecanduan pornografi pada anak menurut pandangan Ilmu

Kedokteran Jiwa

2. Meningkatkan kemampuan penulisan ilmiah di dalam bidang Kedokteran

khususnya bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

3. Memenuhi salah satu syarat ujian Kepaniteraan Klinik senior di bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Rumah Sakit Jiwa

Tampan Pekanbaru.

1.3 Metode Penulisan

Penulisan referat ini menggunakan metode Tinjauan Pustaka yang mengacu

kepada beberapa literatur.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Remaja dan Siklus Kehidupannya

Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak

hingga masa awal dewasa. Perkembangan yang sangat menonjol

terjadi pada masa remaja adalah pencapaian kemandirian serta identitas

(pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak

menghabiskan waktu diluar keluarga. Remaja pada masa

perkembangannya dihadapkan pada tuntutan yang sering bertentangan,

baik dari orang tua, guru, teman sebaya, maupun masyarakat di sekitar.

Sehingga mereka juga sering dihadapkan pada berbagai kesempatan

dan pilihan, yang semuanya itu dapa menimbulkan permasalahan bagi

mereka.4

Secara garis besar, masa remaja ditandai 6 ciri-ciri yaitu :5

a. Pertumbuhan fisik

Pertumbuhan fisik seperti menghasilkan panjang lengan dan tungkai

maupun tinggi badan., apabila tidak sesuai harapan maka akan sulit
7

bagi remaja untuk dapat menerima perunahan fisiknya sehingga hal ini

dapat menimbulkan masalah.

b. Perkembangan Seksual

Tanda perkembangan seksual pada pria di antaranya adalah

perkembangan kelenjar keringat, pertumbuhan penis, dan buah zakar,

alat produksi spermanya mulai berproduksi, mengalami mimpi basah ,

pada lehernya menonjol buah jakun. Sedangkan tanda seksual pada

wanita ditandai dengan datangnya menstruasi, pertumbuhan lemak

yang membuat buah dadanya membesar, dan sebagainya. Kondisi

remaja akibat perkembangan seksual tersebut mendorong remaja untuk

myulai menyukai lawan jenisnya, apabila lingkungan remaja kurang

memahami dan mengerti keadaan seksual yang dihadapi remaja,

sehingga remaja berpotensi menutup diri dan melakukan tindakan

prilaku menyimpang.

c. Cara berpikir kausalitas

Remaja adalah individu yang mempunyai otensi untuk berpikir,

Orangtua, guru dan masyarakat harus menerapkan cara berpikir

dialogis, sehingga remaja merasakan keberadaan dirinya dan

mendorongnya untuk melakukan aktualisasi diri secara positif.

d. Emosi yang meluap-luap


8

Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan

hormon. Untuk itu remaja dituntut untuk dapat mengendalikan dan

mengontrol emosi.

e. Bertindak menarik perhatian lingkungan

Manusia pada masa remaja mulai mencari perhatian dari lingkungan

sosialnya. Tindakan remaja dalam menarik perhatian ada yang

diwujudkan dalam bentuk tindakan postif misalnya berprestasi dalam

bidang akademik, juara olahraga dan lain-lain. Namun adapula remaja

yang melakukan tindakan negatif seperti perkelahian, menyalahgunakan

narkoba, tindakan seks bebas dan sebagainya.

f. Terikat dengan kelompok

Keterkaitan remaja dengan kelompok melahirkan perkumpulan yang

disebut “gang”, bergabungnya remaja dalam kelompok tertentu karena

remaja beranggapan bahwa kelompok ini mau mengerti , mau

menganggap diri remaja dan menjadi tempat curhat serta tempat

pelampiasan rasa tertekan dan saling tukar pendapat.

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga

tahap perkembangan remaja :6

a. Remaja awal (early adolescence)


9

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-

perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan

yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan

pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah

terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan

jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan inni

ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan

para remaja awal ini sulit mengeri dan dimengerti orang dewasa.

b. Remaja Madya (nidldle adolescene)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang

kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan

“narcistic”, yaiuti mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-

teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya.

c. Remaja Akhir (late adolescene)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang

ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu :7

1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain

dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.


10

4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti

dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang

lain.

5) Tumbuh “dinding” yang meisahkan diri pribadinya

(private self) dan masyarakat umum (the public).

Remaja mengalami tugas-tugas perkembangan diantaranya :7

a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik

pria maupun wanita.

b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita.

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung

jawabmencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang

dewasa lainnya.

e. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

2.2 Pornografi

2.2.1 Defenisi Pornografi

Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara,

bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh,

atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi

dan atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau

eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam


11

masyarakat. Jenis media pornografi menurut UU No. 44 Tahun 2008

yaitu: televisi, telepon, surat kabar, majalah, radio, internet.8

2.2.2 Epidemiologi Pornografi

Pornografi telah menjadi hal yang umum karena sangat mudah diakses

oleh setiap kalangan usia. Aliansi selamatkan Annak (ASA) Indonesia

menyatakan bahwa indonesia selain menjadi negara tanpa aturan yang

jelas tentang pornografi, juga mencatat rekor sebagai negara kedua

setelah rusia yang paling rentan penetrasi pornografi terhadap anak-anak.

Menurut Attorney General’s Final Report on Ponography, konsumen

utama pornografi (baik dari majalah, internet, tabloid, dan lain-lain)

adalah remaja berusia 12 sampai 17 tahun.9

Di Indonesia, menurut data yang dipublikasikan KPAI, sejak tahun

2011 hingga 2014, jumlah anak korban pornografi dan kejahatan online di

Indonesia telah mencapai 1022 anak. Secara rinci di paparkan, anak-anak

yang menjadi korban pornografi online 28%, pornografi anak online 21%,

prostitusi anak online 20%, objek CD porno 15% serta anak korban

kekerasan seksual online 11% (KPAI, 2014).10

Penelitian yang dilakukan oleh Euis Supriati (2008),menunjukkan

bahwa 83,3% remaja SMPN di Kota Pontianak telah terpapar pornografi

dan 79,5% sudah mengalami efek paparan. Analisis multivariat

menunjukkan bahwa faktor paling dominan yang berhubungan dengan


12

efek paparan adalah frekuensi paparan. Keterpaparan materi pornografi

pada siswa SMP menyebabkan terjadinya perilaku seksual.11

2.2.3 Remaja dan Pornografi

Internet menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

penggunaan komputer pada remaja, sehingga sebagian besar mereka

memiliki komputer/laptop/ipad sendiri. Anak-anak remaja yang

memiliki akses internet, bagaimanapun menghabiskan lebih banyak

waktu dengan peralatan teknologi yang mereka miliki. Diperlukan

perhatian orang tua atas penggunaan internet, karena dikhawatikan

adanya aspek negatif seperti mengakses pornografi.9

Anak-anak masa kini sudah mulai terbiasa dengan internet.

Kaspersky lab mencatat ada begitu banyak percobaan dari anak-anak

ke situs yang belum sesuai dengan umur mereka. Kaspersky Lab

mencatat ada beberapa konten internet yang seharusnya belum sesuai

dengan umur mereka. Tiga konten yang paling banyak dicobai adalah

konten pornografi dan erotis, jejaring sosial dan perangkat lunak ilegal.

Percobaan untuk mengakses situs pornografi dalam skala global

memiliki presentasi terbesar.10

Adanya layanan yang berbau pornografi di internet membuat

penikmat internet menjadikannya sebagai sarana untuk melihat hal-hal

yang dapat merusak moral bangsa. Banyak ditemui anak-anak di


13

bawah umur mengakses situs “haram” tersebut. Situs porno yang

terdapat di internet merupakan layanan yang dapat merusak mental

generasi bangsa. Pornografi memancing kejahatan, seperti pelecehan

seksual dan pemerkosaan.11

Eksploitasi seksual dalam video klip, majalah, televisi dan film-

film ternyata mendorong para remaja untuk melakukan aktivitas seks

secara sembarangan di usia muda. Dengan melihat tampilan atau

tayangan seks di media, para remaja itu beranggapan bahwa seks

adalah sesuatu yang bebas dilakukan oleh siapa saja, dan dimana

saja.12

2.2.4 Dampak Pornografi

Pornografi menimbulkan dampak kerusakan otak yang lebih besar

dari dampak yang ditimbulkan oleh kecanduan narkoba. Pada

kecanduan narkoba tersapat 3 bagian otak mengalami kerusakan.

Sedangkan kecanduan pornografi menyebabkan kerusakan pada lima

bagian otak terutama pada wilayah pre frontal corteks (bagian otak

yang tepat berada di belakang dahi) yang membedakan antara manusia

dan binatang.

Prefrontal Cortex Korteks prefrontal (PFC) adalah bagian anterior

dari lobus frontalis dalam otak, terletak di depan daerah motor dan

premotor. Prefrontal area merupakan bagian terdepan dari lobus


14

frontal, lobus korteks terbesar yang berisi lima bidang utama untuk

fungsi neuropsikiatri (planning, organizing, problem solving, selective

attention, personality) dan fungsi motorik dan memediasi fungsi

intelektual yang lebih tinggi (higher cognitive functions) yakni

termasuk emosi dan perilaku. Pada wilayah ini otak telah terlibat

dalam perencanaan perilaku kognitif yang kompleks, ekspresi

kepribadian, pengambilan keputusan dan perilaku sosial moderat yang

benar. Kegiatan dasar wilayah ini adalah otak dianggap sebagai

orkestrasi dari pikiran dan tindakan sesuai dengan tujuan-tujuan

internal.

Istilah psikologi yang paling khas untuk fungsi-fungsi yang

dilakukan oleh daerah korteks prefrontal adalah fungsi eksekutif.

Fungsi eksekutif berhubungan dengan kemampuan untuk membedakan

antara pikiran yang saling bertentangan, menentukan baik dan buruk,

lebih baik dan terbaik, yang sama dan berbeda, konsekuensi masa

depan dari kegiatan saat ini, bekerja menuju tujuan yang ditetapkan,

prediksi hasil, harapan berdasarkan tindakan, dan "kontrol" sosial

(kemampuan untuk menekan dan mendesak bahwa, jika tidak ditekan,

dapat menyebabkan hasil tidak dapat diterima secara sosial). 13

Prefrontal cortex pada manusia mengurus, mengintergrasikan,

memformulasikan, memilih, memonitor, memodifikasi, dan menilai

semua kegiatan sistem syaraf yang ada. Prefrontal cortex berfungsi


15

memberi informasi dari semua indera, dan menggabungkan informasi

tersebut sehingga berguna untuk membentuk penilaian.

Kemudian secara konstan berisi representasi aktif pada working

memory, sebagaimana representasi tujuan dan konteks. Seringnya

perilaku remaja yang menonton film porno akan mempengaruhi Pre

Frontal Cortex. Pada saat menonton film porno, sistem limbik akan

menghasilkan dopamin yang nantinya akan mempengaruhi kerja Pre

Frontal Cortex. Dopamin akan memberikan efek yang memberikan

kesenangan.

Akibat dari kecanduan pornografi, sistem limbik akan terum

memproduksi dopanin sehingga Pre Frontal Cortex terus menerima

dopamin dari sistem limbik, yang sehingga fungsi Pre Frontal Cortex

sebagai membentuk penilaian pun akan terngganggu. Ketika bagian

ini rusak maka orang berprilaku seperti binatang, tidak lagi

memperhatikan norma-norma, prestasi akademik menurun, tidak bisa

membuat perencanaan, tidak bisa mengendalikan hawa nafsu dan

emosi, sulit mengambil keputusan dan mneghentikan berbagai peran

eksekutif otak sebagai pengendali impuls-impuls.13

Sindrom yang terjadi karena kerusakan pada area prefrontal dibagi

menjadi 3 area, yaitu Lateral Prefrontal Cortex, Medial Prefrontal


16

Cortex, dan Orbital Prefrontal Cortex. Masing-masing sindrom

tersebut adalah sebagai berikut : 14

1. Lateral Prefrontal Cortex : Gangguan pada area ini dapat disebabkan

oleh penyakit, trauma, tumor, atau vascular accident. Adapula sindrom

yang dapat muncul adalah :

a. Attention Disorder, gangguan pada selective attention

b. Apathy

c. Dysexecutive Syndrome

d. Gangguan untuk melakukan working memory dan planning

behavior

e. Prefrontal Aphasia, yaitu language disorder yang disebabkan

kerusakan pada bagian left prefrontal f. Depression,

(kerusakan bagian hemisphere kiri)

2. Orbital Prefrontal Cortex Gangguan pada area ini dapat disebabkan

oleh penyakit seperti tumor dan aneurysms anterior communicating

arteri, dan lain-lain. Adapula sindrom yang dapat muncul adalah :

a. Gangguan Exclusionary aspect, yaitu divided attention

b. Orbirofrontal Hypermotility

c. Criminal Sociopath atau Psycopath

d. ADHD pada anak yang hiperaktif

e. Poor Judgement

f. Disinhibition .
17

g. Emotional Lability

3. Medial Prefrontal Cortex Gangguan pada area ini dapat disebabkan

oleh berbagai hal seperti penyakit tumor, dan lain-lain. Adapula

sindrom yang dapat muncul adalah :

a. Hypokinesia dan Akinesia

b. Defective Self-monitoring

c. Akinetic Mutism

d. Neurovegetative Deteriorentation

e. Apathy

f. Kesulitan inisiasi dan gangguan kinerja bagian mata atau

speech movements .

Masalah perilaku diasosiasikan pada kerusakan frontal lobe

dapat diklasifikasikan secara kasar menjadi 5 kelompok yang dapat

tumpang-tindih :14

1. Problems of starting; mucul dalam bentuk penurunan

spontanitas, penurunan produktivitas, penurunan rata-rata

perilaku yang dilakukan, atau menurun atau hilangnya

inisiatif.

2. Difficulties in making mental or behavioral shifts.

Permasalahan yang dapat terjadi ada pada atensi,

perubahan gerakan, atau fleksibilitas dalam sikap, berada

dalam lingkup perseveration atau rigidity (kekakuan).


18

Perseveration merujuk pada perpanjangan yang berulang

atau melanjutkan suatu aksi atau aktivitas bersekuens,

atau pengulangan pada respon yang sama atau mirip pada

variasi pertanyaan, tugas, atau situasi

3. Problems in stopping – pada kegiatan berhenti atau

memodulasi perilaku yang sedang dilakukan- mucul

dalam bentuk impulsivitas, reaksi berlebihan, disinhibisi,

dan kesulitan menahan respons yang salah atau yang

tidak diinginkan, khususnya ketika respon itu memiliki

nilai asosiasi yang kuat atau merupakan bagian dari rantai

suatu respon.

4. Deficient self-awareness. Menghasilkan ketidakmampuan

untuk mempersepsi kinerja yang salah(error), untuk

mengapresiasi dampak yang dibuat pada orang lain, untuk

mengukur situasi social dengan baik/cocok, dan untuk

berempati pada orang lain

5. A congrete attitude, atau hilangnya sikap abstrak. Hal ini

menunjukkan ketidakmampuan seseorang untuk

memisahkan diri dari lingkungan yang mengelilinginya

dalam sikap lateral dimana objek, pengalaman, dan

perilaku termasuk pada nilai yang jelas. Pasien menjadi

tidak mampu untuk merencanakan dan meramalkan atau


19

mempertahankan perilaku mencapai tujuan(goal-directed

behavior).

Pornografi mempunyai efek buruk bagi individu, tahap-tahap efek

pornografi bagi mereka yang mengkonsumsi tayangan pornografi

yakni :14

a. Tahap Addiction (kecanduan)

Sekali seseorang menyukai materi cabul (yang bersifat

pornografi), maka ia akan mengulanginya dan terus menerus mencari

materi tersebut hingga terpuaskan. Kalau yang bersangkutan tidak

mengkonsumsi pornografi maka ia akan mengalami “kegelisahan”.

b. Tahap Escalation (eskalasi)

Setelah kecanduan dan sekian lama mengkonsumsi media porno,

selanjutnya ia akan mengalami efek eskalasi. Akibatnya kebutuhan

seseorang mengenai materi seksual yang dikonsumsi akan meningkat

dan lebih eksplisit atau lebih liar serta menyimpang dari yang

sebelumnya sudah biasa ia konsumsi.

c. Tahap Desensitization (Desensitisasi)

Pada tahap ini, materi yang tabu, imoral, mengejutkan, pelan-

pelan akan menjadi sesuatu yang biasa. Pengkonsumsi pornografi

bahkan menjadi cenderung tidak sensitif terhadap kekerasan seksual.

d. Tahap Act-out.
20

Pada tahap ini seorang pecandu pornografi akan meniru atau

menerapkan perilaku seksual yang selama ini ditontonnya di media.

2.2.5 Tatalaksana Pornografi Pada Remaja

A. Edukasi

Kecanduan pornografi merupakan gaya hidup baru yang negatif

yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Pornografi

merupakan adiksi (kecanduan) baru yang tidak tampak pada mata,

tidak terdengar oleh telinga, kecanduan ini sering terabaikan padahal

dampaknya pada kerusakan otak, pornografi merusak lima bagian otak.

Pecandu pornografi bisa memenuhi „kebutuhan‟ barunya itu dengan

lebih mudah, kapan pun dimanapun, bahkan melalui handphone. Oleh

karena itu, diperlukan suatu pembinaan dan pengawasan dari semua

kalangan, khususnya untuk anakanak, remaja dan dewasa muda, agar

bisa terhindar dari bahaya kecanduan baru, Khususnya dengan

meratakan informasi dari dampak pornograf yang permanen pada otak

pecandunya.13

Saat ini upaya untuk pencegahan penyebaran dan perbuatan

pornografi lebih ditekankan pada upaya represif, yaitu dengan

pendekatan hukum pidana yang dijalankan oleh Kepolisian, Kejaksaan,


21

Pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan dengan cara memproses

pelaku-pelaku tindak pidana pornograf dan menjatuhi sanksi pidana.

Tetapi pada faktanya upaya tersebut tidak menimbulkan efek jera pada

masyarakat, oleh karena itu diperlukan upaya lain selain dari upaya

hukum untuk penanggulangan dan pencegahan kejahatan pornografi

utamanya penyebaran pada anak-anak remaja dan anak-anak sekolah.

Salah satunya adalah dengan meningkatan pengetahuan dan sikap

terhadap pornografi menggunakan media booklet.16

Khusus masalah pornografi, negara harus melakukan intervensi

dengan memblokir situs-situs yang berpotensi memunculkan aspek-

aspek pornografi. Untuk usia SMA dapat diberikan melalui layanan

Bimbingan konseling yaitu :17

a. Bantu anak membuat batasan seksual yang sehat. Ajari anak-anak

remaja untuk menghargai tubuhnya.

b. Tetapkan batas-batas dalam berkencan/bergaul.

c. Ingatkan bahwa pornografi hanya akan menghancurkn hidup mereka.

d. Pornografi menghancurkan pandangan mereka terhadap

hubungan intim.

Selain itu para remaja juga dapat digerakan untuk menjadi bagian

dari solusi, dengan cara :15

a. Bergabung atau kembangkan komunitas yang sehat;


22

b. Kunjungi situs yang mencoba membangun kecerdasan lingkungan

yang bebas dari pornografi;

c. Belajar ( melalui buku, seminar atau workshop ) mengenai berselancar

yang aman;

d. Bebaskan lingkungan dari materi porno apapun bentuknya, baik di

sekolah, perpustakaan, warung internet, presewaan video, dll;

e. Kirimkan petisi kepada wakil rakyat untuk menuntut para pelaku bisnis

pornografi. Sebagian besar hukum yang ada tidak berlaku secara

efektif.

B. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan suatu cara penunjang

program-program kesehatan yang dapat menghasilkan perubahan dan

peningkatan pengetahuan dalam waktu yang pendek. Konsep

pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada individu,

kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan

menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan menjadi

mampu.16 Pendidikan kesehatan dapat berperan untuk merubah

perilaku individu, kelompok dan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai

kesehatan. Perubahan perilaku yang diharapakan adalah dapat

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya

sakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berpartisipasi aktif


23

dalam gerakan kesehatan masyarakat sehingga perubahan perilaku

merupakan hasil dari pendidikan kesehatan.13 Pemberian penyuluhan

kesehatan dalam upaya meningkatkan pengetahuan dapat dilakukan

dengan menggunakan alat bantu promosi kesehatan berupa alat bantu

lihat (visual aids), alat bantu dengar (audio aids) dan alat bantu lihat

dengar (Audio Visual Aids).16


24

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Remaja dan pornografi merupakan masalah yang kontroversial,

terlebih di zaman modern. Internet menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi penggunaan komputer pada remaja, sehingga sebagian besar

mereka memiliki komputer/laptop/ipad sendiri. Anak-anak remaja yang

memiliki akses internet, bagaimanapun menghabiskan lebih banyak waktu

dengan peralatan teknologi yang mereka miliki. Dengan melihat tampilan atau

tayangan seks di media, para remaja itu beranggapan bahwa seks adalah

sesuatu yang bebas dilakukan oleh siapa saja, dan dimana saja. Pornografi

menimbulkan dampak kerusakan otak yang lebih besar dari dampak yang

ditimbulkan oleh kecanduan narkoba. Pada kecanduan narkoba tersapat 3

bagian otak mengalami kerusakan. Sedangkan kecanduan pornografi

menyebabkan kerusakan pada lima bagian otak terutama pada wilayah pre

frontal corteks (bagian otak yang tepat berada di belakang dahi) yang

membedakan antara manusia dan binatang.

3.2 Saran
1. Pentingnya mengetahui dan memahami tentang dampak kecanduan pornografi

terhadap remaja

2. Pentingnya mengetahui dan memahami tentang terapi dari kecanduan

pornografi pada remaja.


25

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang–undang R.I.Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi, Pasal


1 ayat 1.

2. Rotua Lenawati Tindaon, Pengaruh Komunikasi, Informasi dan


Edukasi Melalui Media Leaflet Video Terhadap Pengetahuan dan Sikap
Remaja Tentang Paparan Pornografi di SMP Negeri 1 Sidamanik
Kec.Sidamanik Kab Simalungun Tahun 2016. Jumatik Vol.3.No1.

3. Surya Mudhika, Sri Handayani, Kamidah, Hubungan Pengetahuan


Tentang Pornografi dengan Perilaku Seks Bebas pada Remaja di SMK
Penti Parmadi Siwi Ngrambe Kabupaten Ngawi. Vol.XII No 2 Agustus
2015. h.72.

4. Wijaya, I Made Kusuma. (2014). Pengetahuan, Sikap Dan Aktivitas


Remaja Sma Dalam Kesehatan Reproduksi Di Kecamatan Buleleng.
Jurnal Unnes, 7(3):57-76. [serial online] [disitasi pada 22 september
2016]. Diakses dari URL:
http://journal.unnes.ac.id/kesehatan=reproduksi-pengetahuan-sikap

5. Irianto, Koes. (2014). Seksologi Kesehatan, Alfabeta, Bandung.

6. Sarwono, W. Sarlito. (2015). Psikologi Remaja, Rajawali Pers, Jakarta.

7. El-Hakim, Luqman. (2014). Fenomena Pacaran Dunia Remaja,


Zanafa Publishing, Pekanbaru.

8. Undang- Undang Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi

9. Chrisyanti Dewi, Irra. (2015). Pengantar Psikologi Media, Jakarta :


Prestasi Pustaka Publisher

10. Ulinnuha, Masyari. (2013). Melindungi Anak dari Konten


Negatif Internet, Sawwa, Jurnal Portal Garuda, 8(2):79-93. [serial
online] [disitasi pada 26 Maret 2017]. Diakses dari
URL:http://portalgaruda.ilkom.unsri.ac.id/index.

11. Pradana, Erlang Syam. (2013). Perilaku Mengakses Situs Porno Melalui
Media Internet Ditinjau Dari Komunikasi Interpersona Anak
Kepada Orangtua.eJurnal USM, 4(8):72-82. [serial online] [disitasi
pada 8 agustus 2016]. Diakses dari
26

URL:http://journal.usm.ac.id/wertyuilnbvcxsdfghjmdfjylukjmnbvcv.pd
f

12. Budiman, Heikal. (2010). Perkembangan Moral Pada Remaja


Penggemar Film Porno Dan Seks Bebas. Jurnal gunadarma 2(2):57-
66. [serial online] [disitasi pada 7 Juli 2016]. Diakses
dari URL: http://www.library.gunadarma.ac.id

13. Komnas Ham, (2014). Darurat Kejahatan Seksual Terhadap Anak,


Jakarta. [serial online] [disitasi pada maret 2017]. Dari URL :
www.komnasham.go.id

14. Anisah, Nur. (2016). Efek Tayangan Pornografi di Internet Pada


Perilaku Remaja di Desa Suka Maju Kecamatan Tenggarong
Seberang, eJournal Ilmu Komunikas, 4(1): 115 -124. [serial online]
[[disitasi pada 4 Agustus 2016]. Diakses dari URL:
www.ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id

15. Farouk, Peri Umar. (2008). Menjawab Tantangan Pornografi


Remaja Indonesia. [serial online] [disitasi pada maret 2017]. Diakses
dari URL : www.janganbugildepankamera.org

16. Notoatmodjo, Soekidjo. (2011). Promosi Kesehatan Dan Perilaku


Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

17. Hanifah, Irma R.U. (2013). Kejahatan Pornografi Upaya Pencegahan


Dan Penanggulangannya Di Kabupaten Ponorogo, Justitia Islamica
10(9)97-104. [serial online] [disitasi pada 1 Agustus 2016]. Diakses
dari URL: http://jurnal.stainponorogo.ac.id/index.php/justicia/

Anda mungkin juga menyukai