Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PORNOGRAFI BAGI KEHIDUPAN

Guru Mata Pelajaran : Hj.Istijanah S.Pd


Disusun Oleh:
Achmad Lutfi Fauzi
Mohammad Zacky Ramadhanu
Dea Umi Kalsum
Selma Devin Salsabila
Nurhaliza
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................1
1.1 Latar belakang..............................................................1
1.2 Rumusan masalah........................................................3
1.3 Tujuan...........................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................5
2.1 Pengertian........................................................................5
2.2 Dampak............................................................................6
2.3 Upaya pencegahan..........................................................8
BAB III PENUTUP..............................................................10
3.1 Kesimpulan.....................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

masa remaja disebut juga masa gejolak karena terjadi pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat seperti perubahan emosi dan intelektual dari sebab
akibat dari konkrit ke abstrak. Masa ini juga disebut sebagai masa labil karena
mereka bukan lagi anak-anak dan belum bisa disebut dewasa, masa ini juga
sering disebut masa proses pencarian jati diri dengan mencoba hal-hal baru
termasuk perilaku yang beresiko, Perubahan yang sangat menonjol pada
remaja yaitu terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas,
hal ini sangat dipengaruhi oleh perubahan- perubahan fisik terutama pada
organ-organ seksual dan perubahan hormonal yang mengakibatkan munculnya
dorongandorongan seksual pada diri remaja. Kondisi ini membuat para remaja
mencari informasi dengan berbagai sumber, apalagi saat ini mengakses segala
sesuatu hal yang diinginkan merupakan hal yang sangat mudah. Seperti kita
ketahui sekarang bahwa Perkembangan teknologi semakin cepat dibuktikan
dengan adanya internet, google, Youtube, media sosial dan lain-lain.Masa
remaja adalah masa pencarian jati diri dan masa rasa ingin tahu yang tinggi
salah satunya terhadap hal yang berkaitan dengan seksualitas. Remaja adalah
masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia
antara 12 – 22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan
baik itu pematangan fisik, maupun psikolog.

Dalam perkembangannya remaja mengalami perubahan emosional, kognitif,


dan psikis, salah satu perubahan yang tidak bisa dihindari adalah motivasi dan
rasa keingintahuan yang tinggi terhadap berbagai hal yang menimpa dirinya
termasuk masalah-masalah yang berhubungan dengan seksualitas.
Kecanggihan teknologi membuat mudahnya mengakses content bermuatan
seks yaitu pornografi sehingga banyak remaja yang menikmati hal ini dan
menjadi candu. Paparan pornografi pada anak-anak terutama didapat melalui
intenet yang diperburuk dengan “lifestyle” dan kurangnya

pengawasan, tidak ada komunikasi, tuntutan terlalu tinggi, kekerasan pada


anak, tidak tahu potensi anak, serta diskriminasi dari orang tua dan lingkungan
dapat memicu remaja untuk dapat terpapar pornografi.

Berdasarkan survey yang dilaksanakan Kemenkes tahun 2017 sebanyak 94%


siswa pernah mengakses konten porno yang diakses melalui komik sebanyak
43%, internet sebanyak 57%, game sebanyak 4%, film/TV sebanyak 17%, Media
sosial sebanyak 34%, Majalah sebanyak 19%, Buku sebanyak 26%, dan lain-lain
4%.

candu pornografi menjadi salah satu isu serius di seluruh dunia, termasuk
indonesia. Tingkat kecanduan pornografi menurut Skinner 2005 dibagi menjadi
:

Level 1 : melihat pornografi sekali atau dua kali setahun, paparan sangat
terbatas
Level 2 : beberapa kali setiap tahun tetapi tidak lebih dari enam kali, fantasi
sangat minimal
Level 3 : mulai muncul tanda kecanduan, sebulan sekali, mencoba menahan
diri
Level 4 : mempengaruhi fokus untuk tugas sehari-hari, beberapa kali dalam
sebulan
Level 5 : Setiap minggu, berusaha keras untuk berhenti, namun mulai
mengalami gejala withdrawal
Level 6 : Setiap hari untuk memikirkan pornografi, menyebabkan berbagai
masalah dalam kehidupan
Level 7 : perasaan ketidakberdayaan dan keputusasaan bila tidak melihat
pornografi, konsekuensi negatif
1.3 Tujuan
tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kecanduan
pornografi di kalangan remaja.
2. Mengetahui pengaruh kecanduan pornografi pada remaja terhadap
kehidupan bermasyarakat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Pengertian pornografi dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang
Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar
bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya
melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka
umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar
norma kesusilaan dalam masyarakat. Yang dimaksut kecabulan dalam undang-
undang anti pornografi berisi larangan dan pembatasan yang dijelaskan dalam
pasal 4 dimana hal yang mengandung unsur cabul atau porno antara lain,
yaitu :
1. persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang, kekerasan
seksual; masturbasi atau onani;
2. ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan;
3. alat kelamin; atau pornografi anak. Menurut H.B Jassin pornografi adalah
setiap tulisan atau gambar yang sengaja digambar atau ditulis dengan
maksud merangsang seksual. Pornografi membuat fantasi pembaca
mengarah pada daerah kelamin dan menyebabkan syahwat berkobar
2.2 Dampak

Seperti halnya narkoba, kecanduan pornografi juga mengakibatkan


kerusakan
otak yang cukup serius. Pornografi bukan hanya merusak otak dewasa tetapi
juga otak anak. Kerusakan otak tersebut sama dengan kerusakan otak pada
orang yang mengalami kecelakaan mobil dengan kecepatan sangat tinggi.
Kerusakan otak yang diserang oleh pornografi adalah Pre Frontal Korteks
(PFC), bagi manusia bagian otak ini merupakan salah satu bagian yang paling
penting karena bagian otak ini hanya dimiliki oleh manusia sehingga manusia
memiliki etika bila dibandingkan binatang. Bagian otak ini berfungsi untuk
menata emosi, memusatkan konsentrasi, memahami dan membedakan
benar dan salah, mengendalikan diri, berfikir kritis, berfikir dan berencana
masa depan, membentuk kepribadian, dan berperilaku sosial.

Awalnya saat melihat pornografi, reaksi yang ditimbulkan adalah perasaan


jijik, hal ini terjadi karena manusia mempunyai sistem limbik, sistem ini pula
yang mengeluarkan hormon dopamin untuk menenangkan otak, tetapi
dopamin juga akan memberi rasa senang, bahagia sekaligus ketagihan.
Dopamin mengalir ke arah PFC, PFC menjadi tidak aktif karena terendam
dopamin. Apabila dopamin semakin banyak maka seseorang akan timbul
rasa penasaran dan semakin kecanduan melihat pornografi, namun untuk
memenuhi kepuasan dan kesenangannya, seseorang akan melihat yang lebih
porno / vulgar lagi untuk memicu dopamin yang lebih banyak. Karena terus
dibanjiri dopamin, PFC akan semakin mengkerut dan mengecil dan lama-
lama menjadi tidak aktif akibanya fungsi dari bagian otak ini semakin tidak
aktif.
Kebiasaan menonton Film Porno dapat terjadi karena banyak faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhinya adalah dari
internet, keluarga, teman sebaya dan diri sendiri. Karena hal seperti itu
hanya akan merusak moral serta rendahnya pemahaman norma yang ada
sehingga timbulnya keinginan untuk melakukan menonton Film Porno.
Melihat kondisi ini dapat memenuhi kebutuhan seseorang dan ada
kecenderungan kebiasaan menonton film porno dengan menggunakan
segala cara agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi. Urutan faktor yang
mempengaruhi kebiasaan menonton film porno pada remaja yaitu teman
sebaya, kecanggihan teknologi, diri sendiri, adanya ketertarikan untuk
menonton film porno, kurangnya sarana dan prasarana dan wadah-wadah
yang menampung bakat dari remaja itu sendiri, pengaruh lingkungan,
adanya pengalihan dan kurangnya bisanya memanfaatkan waktu luang,
kebutuhan seksual, adanya permintaan pasangan, keluarga.

Ada beberapa penyebab lain yang membuat seseorang kecanduan terhadap


pornografi, di antaranya:
1. Kondisi mental untuk menghindari tekanan psikologis.
2. Masalah hubungan atau menjadi pelampiasan ketidakpuasan seksual.
3. Norma budaya yang tidak sehat, terutama dalam lingkungan. Hal tersebut
dapat menarik seseorang agar kecanduan pornografi.
4. Penyebab biologis yang membuat perubahan kimiawi otak saat melihat
pornografi. Hal tersebut dapat membuat rasa candu.
2.3 Upaya pencegahan

1. Menjaga komunikasi
Komunikasi adalah hal penting dalam segala hal terutama untuk pencegahan
pornografi. Membuat dialog dengan anak terkait seks dan pornografi dan
membiarkan anak menyampaikan pikiran serta perasaannya untuk kemudian
di diskusikan bersama orang tua. Dengan suasana komunikasi yang sehat, bila
ada potensi virus pornografi, maka akan segera cepat terselesikan.

2. Menjaga Keluarga dan memberikan bimbingan untuk memperkuat


keimanan
Banyak individu menjadi rentan dan terperangkap dalam hubungan seks
bebas dan pornografi karena mereka mencari keintiman yang kurang dalam
hubungan keluarga mereka Salah satu cara paling efektif untuk melindungi
individu dari kecanduan pornografi dan hubungan seksual terlarang adalah
dengan cara memelihara hubungan yang baik antara orang tua dan anak. Dan
memebrikan bimbingan agama kepada anak untuk memperkuat keimanan
mereka

3. Menjaga Produktifitas
Salah satu kunci untuk mencegah kecanduan pornografi dan perilaku-perilaku
seksual terlarang adalah mengupayakan keseimbangan dalam hidup kita.
Banyak dari individu yang menjadi korban pornografi adalah karena mereka
tidak mempunyai tujuan yang jelas dalam keseharian mereka atau tidak
produktif sehingga mereka di dera kebosanan yang membuat mereka
terjebak dalam aperbuatan seksual

4. Menumbuhkan Sikap Asertif


Sikap asertfi adalah kemampuan untuk menolak sesuatu yang membahayakan
diri. Sebagai orang tua, penting untuk membekali anak-anak mereka
kemampuan bersikap asertif. Hal ini karena orang tua tidak dapat berada
setiap saat di samping anak-anaknya. Dengan adanya sikap asertif, anak dapat
bersikap tegas bila melihat perihal seksual
5. Memberikan pengetahuan kesehatan reproduski pada anak pada anak sejak
usia dini
Hal ini dilakukan untuk pencegahan dan mempersiapkan anak untuk
menghadapi perubahan fisik ketika remaja, dan juga untuk menghindari
penyimpangan seksual pada anak. Pembinaan seksualitas yang dapat
dilakukan adalah mengedukasi anak tentang etika pergaulan dengan lawan
jenis, pendidikan seks, dan melarang perbuatan zina.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pornografi adalah segala sesuatu dalam bentuk gambar, tulisan, kata-kata, gerak
tubuh yang mengarah pada kecabulan yang dibuat untuk merangsang
seksualitas. Seperti halnya narkoba, kecanduan pornografi juga mengakibatkan
kerusakan otak yang cukup serius.
Pornografi bukan hanya merusak otak dewasa tetapi juga otak anak. Kerusakan
otak tersebut sama dengan kerusakan otak pada orang yang mengalami
kecelakaan mobil dengan kecepatan sangat tinggi. Kerusakan otak yang diserang
oleh pornografi adalah Pre Frontal Korteks (PFC), bagi manusia bagian otak ini
merupakan salah satu bagian yang paling penting karena bagian otak ini hanya
dimiliki oleh manusia sehingga manusia memiliki etika bila dibandingkan
binatang.
Bagian otak ini berfungsi untuk menata emosi, memusatkan konsentrasi,
memahami dan membedakan benar dan salah, mengendalikan diri, berfikir
kritis, berfikir dan berencana masa depan, membentuk kepribadian, dan
berperilaku sosial.

SEKIAN DARI KAMI, KAMI IZIN PAMIT UNDUR DIRI


KARENA LEBIH BAIK SADAR DIRI DARI PADA
MEMAKSAKAN KEHENDAK SENDIRI

Anda mungkin juga menyukai