Anda di halaman 1dari 5

1.

Judul
HUBUNGAN PAPARAN PORNOGRAFI DENGAN PERILAKU
SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI BELALAU KABUPATEN
LAMPUNG BARAT
2. Masalah Utama
Perkembangan teknologi dewasa ini ikut berperan juga dalam
perkembangan remaja di Indonesia. Dampak yang dihasilkan ada dua yaitu
positif dan negatif. Penelitian ini menemukan dampak negatif pada remaja
yaitu pornografi. Pornografi sangat erat hubungannya meningkatkan kasus
kekerasan seksual ang terjadi pada remaja sehingga menyebabkan remaja
berprilaku menyimpang seksual.
Bentuk-bentuk prilaku seksual remaja pada umumnya adalah masturbasi
(onani), berciuman, dan berhubungan seksual (Karolina, 2002). Melalui
survey terhadap remaja di Jakarta, didapatkan remaja usia 15-19 tahun tidak
sedikit yang sudah pernah melakukan hubungan seksual, dari 10.883 remaja
didapatkan sekitar 72% berpacaran, 92% pernah berciuman, 62% pernah
meraba pasangan, 10,2% pernah melakukan hubungan seksual (BKKBN,
2010).
3. Penyebab Masalah
Tayangan media massa yang menonjolkan aspek pornografi diyakini
sangat erat hubungannya dengan meningkatkan berbagai kasus kekerasan
seksual yang terjadi pada remaja. Rangsangan kuat dari luar seperti film-film
seks (blue film), sinetron, buku-buku bacaan, dan majalah-majalah bergambar
seksi, godaan dan rangsangan dari kaum pria, serta pengamatan secara
langsung terhadap perbuatan seksual tidak hanya mengakibatkan
memuncaknya atau semakin panasnya reaksi-reaksi seksual tetapi juga
mengakibatkan kematangan seksual yang lebih cepat pada diri anak.
4. Gagasan Baru
Berdasarkan fenomena yang ditemui dilakukan penelitian Hubungan
Paparan Pornografi dengan Prilaku Seksual Remaja.
5. Metode Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Hubungan Paparan Pornografi Dengan Prilaku Seksual Remaja di SMA
Negeri 1 Belalau Kabupaten Lampung Barat
b. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 1 Belalau
kabupaten Lampung Barat berjumlah 424 orang siswa. Sampel yang
digunakan yaitu 81 siswa-siswi SMAN 1 Belalau.
c. Jenis Data
Dekriptif analitik
d. Metode Pengumpulan Data
Metode Angket/kuisioner
e. Instrumen Pengumpulan Data
Angket
f. Teknik Analisis Data
Analisis Dekriptif analitik
6. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan analisa dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
distribusi frekuensi paparan pornografi melalui bacaan pada remaja di SMAN
1 Belalau Lampung Barat, sebagian besar adalah terpapar ringan sebesar 62
(76,5 %), melalui handphone sebagian besar adalah terpapar ringan sebesar 46
(56,8 %), melalui film porno sebagian besar adalah terpapar tinggi sebesar 60
(74,1 %), dan melalui internet sebagian besar melakukan sebesar 61 (75,3 %).
Menurut Cline(2006), tahapan efek paparan yang terjadi pada mereka yang
terpapar pornografi dan mengalami efek paparan pornografi yang meliputi
adiksi, eskalasi, desensitisasi, dan act out. Adiksi adalah adanya efek
ketagihan. Sekali seseorang menyukai materi pornografi maka ia akan
memiliki keinginan untuk melihat dan mendapatkan materi tersebut. Eskalasi
adalah terjadinya peningkatan kebutuhan terhadap materi sek yang lebih berat,
lebih eksplisit, lebih sensasional dan lebih menyimpang dari yang sebelumnya
dikonsumsi. Desensitisasi adalah tahap ketika materi seks yang tadinya tabu,
tidak bermoraldan merendahkan/melecehkan martabat manusia pelan-pelan
kini dianggap menjadi sesuatu yang biasa bahkan biasanya menjadi tidak
sensitive pula terhadap korban kekerasaan seksual. Act out terjadi ketika ada
peningkatan kecenderungan untuk melakukan perilaku seksual pornografi
yang selama ini hanya dilihat untuk diaplikasikan kedalam kehidupan nyata.
Pornografi menimbulkan kekawatrian bagi masyarakat penggunaan
pornografi memicu tindak kejahatan seks dan pelanggaran seks. Berdasarkan
penelitian rangsangan seksual berasal dari dalam diri dan luar diri. Salah satu
efek paparan pornografi yang dapat merangsang prilaku seksual pada remaja
adalah kebiasaan menonton film/VCD porno. Hal ini terjadi karena pada masa
remaja belum dapat membedakan antara informasi yang baik atau tidak untuk
perkembangan diri remaja.
Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor-faktor yang mendukung
yaitu jenis kelamin 50 (61,72%), Remaja berjenis kelamin perempuan
memiliki pola reproduksi sesuai dengan siklus bulanan, sedangkan laki-laki
memproduksi hormone seksual secara terus menerus sehingga remaja yang
berjenis kelamin laki-laki lebih agresif. Berpacaran, sebanyak 64 (79,01 %)
berpacaran akan sulit membedakan rasa sayang dan nafsu. Uang jajan, uang
jajan yang lumayan menyebabkan siswa lebih murah mengakses internet
untuk konten pornografi. Akses internet menyediakan sumber-sumber yang
membuka peluang siswa untuk mengakses pornografi walaupun sudah di
blokir oleh siswa.
Dengan semakin besarnya paparan yang ada sekarang maupun secara
langsung dan tidak langsung peranan orang tua, masyarakat, dan pemerintah
harus memberikan andil untuk membantu mengatasi permasalahan prilaku
menyimpang siswa.
7. Komentar
Prilaku-prilaku seksual remaja tidak hanya berdampak pada kenakalan
remaja melainkan juga pada faktor kognitif yang akan berdampak pada hasil
belajar siswa. 1)Sering berhalusinasi, keseringan siswa mengakses
pornografi dapat menyita pikiran siswa sehingga ketika disekolah siswa lalai
dalam menerima pembelajaran disekolah. 2) waktu belajar berkurang,
dengan mudahnya mengakses konten porno di internet menyebabkan siswa
lebih asik menonton video porno dibandingkan dengan belajar. Karena pada
dasarnya menonton sangat mudah dan asik dilakukan karena faktor nafsu
daripada belajar yang membuat siswa malas karena perlu memahaminya. 3)
Pelanggaran seksual disekolah, hal ini pasti dapat terjadi jika seseorang
ingin melampiaskan nafsunya kepada temannya seperti contoh memukul
pantat. Pada kurikulum 2013 ditekankan sikap spiritual dan sosial jadi akibat
ulah anak tersebut dikarenakan sikapnya yang rendah akan berdampak pada
nilai raportnya.
Prilaku buruk sering menonton video porno dari segi medis sama
dampaknya dengan seorang pecandu rokok, alkohol, dan obat terlarang,
seperti heroin atau kokain. Kerusakan otak tersebut tentu saja dapat
mengganggu kualitas hidup seseorang. Kerusakan otak secara medis
diakibatkan karena otak terlalu banyak mengeluarkan Cairan Erostoksin yang
mengakibatkan kebanjiran pada otak bagian depan (lobus frontalis). Kondisi
ini akan memunculkan sekumpulan gejala yang disebut sebagai frontal lobe
syndrome, 1) Perilaku impulsif (perilaku yang tiba-tiba berubah, di luar
rencana, atau sebuah sikap yang tidak didukung alasan yang kuat dan bersifat
irrasional), 2)Perilaku kompulsif (perilaku yang dilakukan secara berulang-
ulang untuk mengurangi kecemasan akan suatu hal yang tidak masuk akal,
tidak dapat ditahan dan dicegah), 3) Perilaku ketidakseimbangan emosi
(mood swing), 4)Ketidakmampuan membuat keputusan
(www.alodokter.com).
Untuk menanggulangi prilaku seksual remaja dapat dilakukan beberapa
cara yaitu, 1) dekatkan diri dengan Tuhan, dengan selalu ingat akan karunia
Tuhan remaja akan takut untuk berbuat negatif pada dirinya, 2) perbanyak
aktivitas, jika remaja sibuk seperti les, membuat PR, olahraga maka akan
membuat dirinya lupa dan sibuk yang akan berdampak dirinya akan tidak
sempat melakukan hal negatif, 3) Jangan sering sendiri, jika siswa berada
sendiri dirumah atau dalam kamar maka situasi tersebut merangsang dirinya
untuk berbuat menonton konten porno, 4)Manajemen diri, ini mungkin yang
paling sulit dilakukan karena remaja belum mampu mengendalikan dirinya
karena belum memiliki prinsip dalam hidup.
8. Daftar Pustaka
Trisna, efa. 2015. Hubungan Paparan Pornografi dengan Perilaku Seksual
Remaja di SMA Negeri Belalau Kabupaten Lampung Barat. Jurnal
Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015. ISSN 1907 0357. Diakses
pada tanggal 7 Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai