Anda di halaman 1dari 7

1.

DAMPAK PORNOGRAFI DAN SEKS BEBAS

Estimasi Indonesia akan menjadi negara maju dinyatakan oleh McKinsey Global Institute. McKinsey
menyatakan bahwa pada tahun 2030, GDP Indonesia bisa menempati urutan nomor 7 dunia. Hal
tersebut ditunjang oleh peningkatan kelas menengah1 dari 45 juta orang pada tahun 2013 menjadi
135 juta orang pada tahun 2030. Dalam jangka panjang Indonesia on the right track menuju negara
maju, namun dalam jangka pendek banyak terdapat permasalahan yang dapat menyebabkan target
menjadi developed country sulit untuk direalisasikan.

Kendala utama yang dapat menghalangi target untuk menjadi negara maju yaitu terkait dengan
penduduk sebagai subjek pembangunan. Titik fokusnya mengarah kepada kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) sebagai aktor utama dalam pembangunan. Kualitas SDM yang rendah dapat
menyebabkan produktivitas dan daya saing bangsa secara keseluruhan ikut menurun.

Faktanya, SDM Indonesia belum terlalu unggul, salah satu tolok ukurnya yaitu Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) yang terdiri dari beberapa indikator. Secara umum, pada tahun 2015 Indonesia
menempati urutan IPM ke-110 dari 188 negara, hal ini mengindikasikan kualitas SDM di Indonesia
tergolong dalam kategori sedang (UNDP, 2015).

SDM yang berkualitas dapat diwujudkan dengan melakukan investasi pendidikan. Tuntutan
peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan merupakan hal mutlak yang diperlukan. Tindakan
tersebut diperlukan mengingat pada tahun 2020- 2030, Indonesia akan mengalami bonus
demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif mencapai 2/3 dari total jumlah penduduk
(Adioetomo, 2005). Tanpa persiapan yang matang, penduduk produktif tersebut akan menjadi
beban pemerintah karena akan menimbulkan pengangguran, kemiskinan, kesenjangan, dan
kriminalitas.

Agar dalam jangka panjang beban pemerintah tidak bertambah, pendidikan (baik dasar, menengah,
atas, dan tinggi) perlu ditingkatkan mutunya. Selain kualitas, karakter siswa agar menjadi generasi
yang unggul juga perlu dibentuk sehingga siswa dapat berprestasi dan terhindar dari bentuk-bentuk
kenakalan remaja yang memberikan dampak negatif.

Potret Kenakalan Remaja di Indonesia: Pornografi dan Seks Bebas

Kenakalan remaja dapat dimulai dari tindakan coba-coba yang kemudian bisa menimbulkan perilaku
menyimpang. Seberapa besar penyimpangan yang terjadi menentukan kadar kenakalan remaja
yang diperbuat dan seberapa besar dampak yang ditimbulkan. Menurut Elida Prayitno (2006: 8),
tingkah laku negatif bukan merupakan ciri perkembangan remaja yang normal, karena remaja yang
berkembang positif akan memperlihatkan perilaku yang baik.

Beberapa literatur yang terkait dengan kenakalan remaja (Maria: 2007, Kienhuis: 2009, Joanna
dalam Ruby: 2009, dan Willis dalam Sujoko 2011: 2) menjelaskan bahwa jenis kenakalan yang
dilakukan oleh remaja di bawah usia 17 tahun sangat beragam, mulai dari perbuatan yang bersifat
amoral maupun anti sosial. Perbutaan tersebut dapat berupa berkata jorok, mencuri, merusak, kabur
dari rumah, indisipliner di sekolah, membolos, membawa senjata tajam, merokok, berkelahi dan
kebut-kebutan di jalan sampai pada perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau
perbuatan yang melanggar hukum, seperti pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, seks bebas,
pemakaian obat-obatan terlarang dan tindak kekerasan lainnya yang sering diberitakan di media
masa.

Ruang lingkup dalam artikel ini akan difokuskan pada pornografi dan seks bebas. Beberapa jenis
kenakalan yang dilakukan remaja antara lain: (1) siswa makin gemar menyimpan video porno,
bahkan kerap mengunggahnya ke media sosial (Bali Post, 27 Februari 2015); dan (2) siswa kelas
VII SMP 163 Pejaten tewas setelah terjatuh dari lantai 4 gedung sekolah karena berniat menghindari
razia ponsel (Liputan 6, 10 Oktober 2014).

Berdasarkan survey Synovate Research tentang perilaku seksual remaja (15-24 tahun) di Kota


Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan hasilnya 44% responden mengaku sudah punya
pengalaman seks pada umur 16-18 tahun, serta 16% sudah mempunyai pengalaman seks pada
umur 13-15 tahun, selain itu 40% tempat yang menjadi favoritnya adalah di rumah, 26% dilakukan di
rumah kos, dan 26% dilakukan di hotel.

Perkembangan teknologi informasi yang cepat memberikan multiplier effect terhadap pertumbuhan


warung internet (warnet) di Indonesia. Ironisnya dengan menjamurnya warnet, tidak dapat
dimanfaatkan oleh sebagian besar remaja untuk mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.
Saat ini, warnet (terutama yang memiliki bilik atau semi tertutup) menjadi salah satu tempat untuk
mengakses pornografi dan melakukan aktivitas yang mengarah kepada aktivitas seks bebas.

Pengaruh Pornografi Terhadap Prestasi Akademik

Fenomena bonus demografi harus dioptimalkan dengan menciptakan generasi unggul yang memiliki
prestasi. Prestasi akademik dapat diukur dengan suatu pencapaian tingkat keberhasilan tentang
suatu tujuan, karena suatu usaha belajar telah dilakukan oleh seseorang secara maksimal
(Setiawan, 2006). Salah satu indikator prestasi akademik yaitu nilai ulangan harian, UTS dan UAS,
nilai rapor, dan nilai Ujian Nasional (UN). Makin tinggi skor yang diperoleh, artinya tingkat
keberhasilan dan kesuksesan yang diraih makin baik. Sebaliknya, makin rendah skor yang
diperoleh, artinya tingkat kegagalan makin tinggi karena (biasanya) akan sulit untuk melanjutkan ke
sekolah atau kampus yang unggul.

Prestasi akademik diintrepretasikan sebagai output yang menggambarkan keberhasilan seorang


pelajar atau mahasiswa, sedangkan perilaku menyimpang yang mengarah kepada pornografi dan
seks bebas diasumsikan sebagai faktor penghambat untuk berprestasi secara akademik. Dua hal
yang kontradiktif tersebut saling terkait dan dapat menciptakan image seorang remaja jika
dibandingkan dengan remaja yang lainnya.

Nilai akademik dipengaruhi oleh kepribadian dan kerja keras tiap individu. Pribadi yang sering
melakukan perilaku menyimpang dan atau tindakan kenakalan lainnya dapat memengaruhi prestasi
akademik di sekolah. Akibat penyimpangan dan kenakalan yang telah disebutkan di atas, banyak
diantara mereka yang tidak sanggup mengikuti pelajaran, hilang kemampuan untuk konsentrasi,
malas belajar, patah semangat dan sebagainya. Tidak sedikit pula yang telah jatuh kepada kelakuan
yang lebih berbahaya lagi (Daradjat, 1973: 356).

Pornografi diawali oleh rasa keingintahuan yang tinggi terhadap seks, di sisi lain pendidikan seks
yang diperoleh di lingkungan keluarga sangat minim. Pornografi dapat mengubah pikiran secara
otomatis, tidak fokus dengan apa yang menjadi kewajibannya disekolah, kehilangan semangat
belajar, dan malah membuat siswa tersebut kecanduan dalam melakukan hal-hal yang negatif yang
mengarah kepada seks pranikah, seperti: berciuman, ciuman lidah, memegang payudara,
memegang penis, menyentuh vagina, hubungan seksual, dan seks oral (Santrock, 2007: 258).

Upaya Penanggulangan dan Tindakan Pencegahan Terhadap Pornografi dan Seks Bebas

Pornografi dan seks bebas dapat diakses dan dilakukan baik di rumah maupun di tempat lain yang
memungkinkan. Akses untuk pornografi menjadi mudah karena media untuk menonton film porno
pun sangat banyak, bahkan dari telepon genggam. Aktivitas mengakses situs porno dapat menyita
waktu karena akan memberikan trade off sehingga seseorang tidak melakukan aktivitas lainnya,
terutama belajar.

Jenis kenakalan lain akibat dampak dari pornografi yang paling banyak dilakukan yaitu seks bebas.
Hal ini bisa terjadi baik dengan atau tanpa sepengetahuan orang tua. Hal ini dapat terjadi karena
kurangnya pengawasan, terutama terhadap siswa yang memiliki jam beredar yang lebih banyak di
luar rumah.

Pornografi dan seks bebas berpengaruh terhadap nilai akademik. Agar kedua perilaku menyimpang
tersebut tidak berdampak buruk terhadap nilai akademik, perlu upaya penanggulangan dan tindakan
pencegahan sebagai berikut.

Tabel 1.

Upaya Penanggulangan dan Tindakan Pencegahan Terhadap Pornografi dan


Seks Bebas

Jenis Kenakalan
Pornografi dan Seks Bebas
Remaja

Tindakan
1. Mengurangi pergaulan dengan teman yang memiliki perangai negatif.
Pencegahan
2. Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang lebih bermanfaat.
3. Orang tua menyediakan waktu kebersamaan yang lebih banyak untuk
berkomunikasi.
4. Penyuluhan atau sosialisasi dan menempelkan pamflet anti pornografi
di sekolah.
5. Razia terhadap warnet yang diduga menyediankan atau
terdapat file film porno dalam personal computer miliknya,
razia tersebut dilakukan oleh pihak setempat yang
berwenang Melarang penggunaan ponsel dan laptop saat
jam pelajaran berlangsung.

1. Memberikan teguran.
2. Memberikan bobot poin pelanggaran terlambat yang terus
3. diakumulasi.
Upaya 4. Mengirim siswa ybs ke guru BK.
Penanggulangan 5. Panggilan orang tua secara tertulis.
6. Mengganti layout warnet yang memiliki bilik tertutup
7. secara berkala dan menutup warnet jika diidentifikasi
8. sering menjadi tempat untuk aktivitas seks bebas.

Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis perilaku menyimpang berupa pornografi
dan seks bebas kecenderungannya makin meningkat. Hal tersebut menyebabkan dampak (baik
secara langsung maupun tidak langsung) terhadap pola tumbuh kembang remaja, terutama
menyebabkan prestasi akademik menjadi turun.

Pornografi dan seks bebas utamanya disebabkan oleh era keterbukaan saat ini dan lemahnya
pengawasan orang tua dan guru terhadap perilaku anak juga masih minim. Padalah, anak usia
sekolah merupakan asset bangsa dalam menghadapi fenomena bonus demografi. Berdasarkan
artikel yang telah diuraikan di atas, saya mengajukan beberapa rekomendasi, antara lain:

1. Tiap individu sebaiknya lebih selektif dalam memilih teman dan aktivitas pergaulan sehari-hari.
Selain itu, kita perlu berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menyalahgunakan teknologi untuk
hal yang negatif.

2. Pornografi dan aktivitas seks bebas memengaruhi nilai dan prestasi akademik. Oleh karena itu,
untuk meningkatkan nilai akademik, peran orang tua dalam mengawasi anak sebaiknya lebih intesif
dalam implementasinya.

3. Sekolah (dan guru) dapat mengambil tindakan dengan mengeluarkan kebijakan yang dianggap
perlu untuk mengurangi siswa dapat mengakses pornografi di sekolah dan meminimalisir ruang
gerak siswa untuk melakukan seks bebas (dana atau tindakan lain yang menjurus) di lingkungan
sekolah.
2. BAHAYA LISAN

Lisan merupakan bagian tubuh yang paling banyak digunakan dalam keseharian kita. Oleh karena
itu, sangat penting untuk menjaga lisan kita. Apakah banyak kebaikannya dengan menyampaikan
yang haq ataupun malah terjerumus ke dalam dosa dan maksiat.

Pada berbagai pertemuan, seringkali kita mendapati pembicaraan berupa gunjingan (ghibah),
mengadu domba (namimah) atau maksiat lainnya. Padahal, Alloh Subhanahu wa Ta’ala melarang
hal tersebut. Alloh menggambarkan ghibah dengan suatu yang amat kotor dan menjijikkan. Alloh
berfirman yang artinya, “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah
salah seorang di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik dengannya.” (Al-Hujurat: 12)

Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan makna ghibah (menggunjing) ini. Beliau


bersabda, “Tahukah kalian apakah ghibah itu?” Mereka menjawab, “Alloh dan Rosul-Nya yang lebih
mengetahui” Beliau bersabda, “Engkau mengabarkan tentang saudaramu dengan sesuatu yang
dibencinya.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang aku katakan itu memang terdapat pada
saudaraku?” Beliau menjawab, “Jika apa yang kamu katakan terdapat pada saudaramu, maka
engkau telah menggunjingnya (melakukan ghibah) dan jika ia tidak terdapat padanya maka engkau
telah berdusta atasnya.” (HR. Muslim)

Jadi, ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, baik tentang
agama, kekayaan, akhlak, atau bentuk lahiriyahnya, sedang ia tidak suka jika hal itu disebutkan,
dengan membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang
dipergunjingkan dengan maksud mengolok-ngolok. Banyak orang meremehkan masalah ghibah,
padahal dalam pandangan Alloh ia adalah sesuatu yang keji dan kotor. Rosululloh shollallohu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Riba itu ada tujuh puluh dua pintu, yang paling ringan daripadanya sama
dengan seorang laki-laki yang menyetubuhi ibunya (sendiri), dan riba yang paling berat adalah
pergunjingan seorang laki-laki atas kehormatan saudaranya.” (As-Silsilah As-Shahihah, 1871)

Wajib bagi orang yang hadir dalam majelis yang sedang menggunjing orang lain, untuk mencegah
kemunkaran dan membela saudaranya yang dipergunjingkan. Nabi shollallohu ‘alaihi wa
sallam sangat menganjurkan hal itu, sebagaimana dalam sabdanya, “Barangsiapa membela (ghibah
atas) kehormatan saudaranya, niscaya pada hari kiamat Alloh akan menghindarkan api Neraka dari
wajahnya.” (HR. Ahmad)

Demikian pula halnya dalam mengadu domba (namimah). Mengadukan ucapan seseorang kepada
orang lain dengan tujuan merusak hubungan di antara keduanya adalah salah satu faktor yang
menyebabkan terputusnya ikatan, serta menyulut api kebencian dan permusuhan antar manusia.
Alloh mencela pelaku perbuatan tersebut dalam firmanNya, “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang
yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kesana kemari menghambur
fitnah.” (Al-Qalam: 10-11). Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk
surga al-qattat (tukang adu domba).” (HR. Bukhari). Ibnu Atsir menjelaskan, “Al-Qattat adalah orang
yang menguping (mencuri dengar pembicaraan), tanpa sepengetahuan mereka, lalu ia membawa
pembicaraan tersebut kepada orang lain dengan tujuan mengadu domba.” (An-Nihayah 4/11)
Oleh karena itu ada beberapa hal penting perlu kita perhatikan dalam menjaga lisan.

Pertama, hendaknya pembicaraan kita selalu diarahkan ke dalam kebaikan. Alloh Subhaanahu wa


Ta’ala berfirman, “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan
dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan
perdamaian di antara manusia.” (An-Nisa: 114)

Kedua, tidak membicarakan sesuatu yang tidak berguna bagi diri kita maupun orang lain yang akan
mendengarkan. Rosululloh shollallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Termasuk kebaikan Islam
seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Ketiga, tidak membicarakan semua yang kita dengar. Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu berkata,
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang
yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar.” (HR. Muslim)

Keempat, menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kita berada di pihak yang
benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang
menghindari pertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana di tengah-tengah
surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda.” (HR. Abu Daud dan
dihasankan oleh Al-Albani)

Kelima, Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa. Aisyah rodhiallohu


‘anha berkata, “Sesungguhnya Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam apabila membicarakan suatu hal,
dan ada orang yang mau menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya” (HR. Bukhari-Muslim).
Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menjaga diri kita, sehingga diri kita senantiasa
berada dalam kebaikan. Wallohu’alam.
MAKALAH
DAMPAK SEKS BEBAS, PORNOGRAFI DAN BAHAYA LISAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : ZAITUN APRELIA


KELAS : IX

SMP IT AL AFIF PALEMBANG


TAHUN PELAJARAN 2022 / 2023

Anda mungkin juga menyukai