Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

Amanah adalah salah satu sifat terpuji serta akhlak mulia yang dimiliki oleh Nabi dan
Rasul sifat ini sangatlah wajib dimiliki seorang Nabi dan Rasul, karena tidaklah mungkin
seorang utusan Allah SWT yaitu Nabi dan Rasul memiliki sifat yang bertentangan dengan
amanah yakni sifat khianat, karena jika mereka memiliki sifat khianat walaupun hanya sedikit
pastilah tidak ada kenabian serta serta mereka tidak berhak mendapatkannya.

Sebagai makhluk ciptaan Allah yang menjadikan Rasulullah sebagai panutan maka sudah
semestinya kita meneladani salah satu sifat terpuji dari kenabian ini yaitu amanah, karena dengan
kita dapat meneladani sifat ini maka diharapkan kita dapat hidup bahagia didunia maupun
akhirat, serta dapat menerapkan sifat amanah ini dengan baik dan istiqomah di zaman modern ini
meskipun begitu banyak rintangan dan halangannya yang harus dihadapi.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Amanah

Amanah dalam bahasa arab itu berarti kepercayaan, lurus, atau setia. 1 Amanah juga dapat
diartikan sebagai sebuah sifat yang dapat dipercaya atau tidak khianat dalam segala hal
perbuatan, perkataan, dan juga hukum.2

Sedangkan secara umum amanah ini sangatlah luas sekali maknanya, bahkan dalam hal
menyimpan rahasia, tulus dalam memberikan pendapat dan masukan kepada orang yang
meminta pendapat kita serta menyampaikan sebuah pesan kepada orang yang benar, yang mana
pesan itu dititipkan melalui kita juga termasuk sebagai amanah. Dan juga sifat amanah ini sangat
berhubungan erat dengan sifat-sifat mulia lainnya seperti jujur, sabar, berani, menjaga kemuliaan
diri, memenuhi janji, dan juga adil.3

Dalam konteks psikologi, amanah itu dikaitkan dengan kepercayaan (trust) dan
keterpecayaan (trustworthiness). Penelitian tentang kepercayaan dan keterpecayaan di psikologi
mendapatkan perhatian yang luas dikalangan ilmuwan psikologi. Kepercayaan itu dikaitkan
dengan karakteristik atau sifat kenapa seseorang pantas dipercaya atau disebut dengan
keterpecayaan. Menurut pendapat McKnight dkk., (1998) kepercayaan dan keterpecayaan itu
adalah istilah yang sinonim jika dikaitkan dalam konteks karakteristik personal yang
menginspirasi munculnya harapan positif.

B. Dimensi atau Bahagian Amanah

Dalam Islam amanah itu meliputi atau terbagi kepada tiga dimensi, yaitu:

1. Berkaitan dengan Allah

Dalam hal ini amanah dapat dilihat dengan lebih luas dan mendalam. Amanah dapat diartikan
sebagai kewajiban seorang hamba kepada Allah yang harus dilakukan oleh seluruh umat
manusia.

2. Terkait dengan dimensi antar manusia

1
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah, 2009), 51.
2
Murjani Sani, Kitab Ushuluddin, (Banjarmasin: Fakultas Ushuluddin, 2004), 53.
3
Abdul Mun’im al-Hasyimi, Akhlak Rasul Menurut Bukhari dan Muslim, (Jakarta: Gema Insani, 2009),
266-267.
Dalam hal ini amanah dapat dilihat sebagai sifat yang terpuji serta juga sebagai tugas yang
harus dilaksanakan antar sesama manusia.

3. Terkait dengan diri sendiri

Pada dimensi ini amanah dapat dilihat sebagai sesuatu yang harus dikerjakan untuk kebaikan
dirinya sendiri agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Ketiga dimensi ini sangatlah saling
berkaitan satu sama lain, artinya jika hanya satu dimensi saja yang kita kerjakan maka
amanahnya tidaklah sempurna.4

C. Bentuk dan Jenis Amanah

Dalam kehidupan sehari-hari amanah itu dapat terwujud dalam berbagai aktifitas manusia,
diantaranya adalah:

Pertama, memelihara titipan orang lain dan mengembalikannya seperti semula. Orang
yang dititipkan suatu barang oleh orang lain, maka ia harus menjaganya sesuai dengan yang telah
dipesankan oleh yang menitipkannya.

Kedua, menjaga rahasia. Menjaga rahasia juga merupakan bagian penting dalam menjaga
amanah, karena jika seorang muslim itu dapat dipercaya untuk menjaga rahasia (baik rahasia
pribadinya, rahasia keluarganya, rahasia kelompok, maupun rahasia negaranya) maka ia wajib
menjaga rahasia tersebut dengan penuh tanggung jawab.

Ketiga, tidak menyalahgunakan kekuasaan yang telah diberikan kepadanya. Orang yang
kebetulan mengemban jabatan tertentu (pemimpin) juga merupakan suatu amanah yang harus
dijaga. Ia harus melaksanakan amanahnya itu sebagai seorang pemimpin yang telah dipercaya
oleh masyarakat. Jika sebelum memangku jabatannya ia sudah memberikan atau menebar janji-
janji tertentu dengan harapan masyarakat akan memilihnya untuk menduduki jabatan tersebut,
maka jika ia terpilih nanti ia harus dapat memenuhi segala janjinya sesuai dengan yang telah ia
ucapkan.

Keempat, menunaikan kewajiban dengan baik. Orang yang menjaga amanah harus dapat
melaksanakan kewajiban yang dipikulkan kepadanya dengan baik agar ia dapat memakmurkan
serta mensejahterakan bumi ini.
4
Ivan Muhammad Agung, Desma Husni, Pengukuran Konsep Amanah dalam Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif, (Jurnal Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Vol.43 No.3, 2016), 195-196.
Kelima, memelihara semua nikmat dan karunia yang telah Allah berikan kepada kita.
Semua nikmat dan karunia yang diberikan oleh Allah kepada kita itu ialah seperti berupa umur,
kesehatan, harta benda, ilmu, anak, pasangan hidup, kehidupan, dan lain-lain itu kita haruslah
wajib menjaga dan memanfaatkannya dengan baik dan benar, karena jika kita menyalahgunakan
dan menyia-nyiakan segala nikmat dan karunia yang telah Allah berikan pada kita maka kita
telah berkhianat kepada amanah yang telah dipikulkan Allah kepada kita.

Keenam, sikap anak kepada orang tua. Diantara jenis amanah yang lain adalah
amanahnya seorang anak dalam bersikap dihadapan orang tuanya.

Ketujuh, amanah dalam mejaga agama. Amanah yang paling besar adalah menjaga nilai
dan syiar-syiar agama kepada seluruh umat manusia, karena pada hari kiamat kelak kita semua
akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah dalam agama ini.5

D. Hadits-Hadits yang Membahas Tentang Amanah

,‫ عن ابي هريرة‬,‫ عن ابي صالح‬,‫ عن ابي حصين‬,‫ عن شريك وقيس‬,‫ حدثنا طلق بن غنام‬,‫حدثنا ابو كريب‬
)‫ (رواه الترميذى‬.‫ اد االمانة الى من ائتمنك وال تخن من خانك‬:‫ قال النبي صلى هللا عليه وسلم‬:‫قال‬

Artinya:

“Abu Kuraib menceritakan kepada kami, Thalq bin Ghannam menceritakan kepada kami dari
Syarik dan Qais dari Abu Hashin dari Abu Shalih dari Abu Hurairah, berkata: telah bersabda
Rasulullah SAW: “Tunaikanlah amanah itu kepada orang yang memberi amanah kepadamu dan
jangan berkhianat kamu kepada orang yang mengkhianatimu”. (H.R. At-Tirmidzi)6

Berdasarkan hadits diatas dapat disimpulkan bahwa jika kita diberikan amanah oleh
seseorang maka kita wajib menunaikannya sesuai dengan apa yang diamanahi kepada kita serta
kita juga tidak boleh membalas pengkhianatan orang lain yang ia lakukan kepada kita,
sebaliknya kita harus berusaha tetap bersifat amanah, jujur, dan baik kepada semua orang
termasuk orang yang telah mengkhianati kepercayaan kita itu.

5
Ahmad Multazam, Hadis Tentang Amanah, http://multazam-einstein.blogspot.co.id/2013/03/hadis-
tentang-amanah.html?m=1, diakses pada Selasa 10 Oktober 2017 jam 07:21 WITA.
6
Muhammad Nashiruddin Al Albani, Shahih Sunnan At-Tirmidzi juz 2, Terj. Fachrurazi, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2006), 47.
‫ حدثني‬:‫ قال‬,‫ حدثنا محمد بن فليح‬:‫ قال‬,‫ حدثنا فليح ح وحدثني{ ابرهيم بن المنذر‬:‫ قال‬,‫حدثنا محمد بن سنان‬
‫ بينما النبي صلى هللا عليه وسلم في‬:‫ حدثني هالل بن علي عن عطاء ابن يسارعن ابي هريرة قال‬:‫ابي قال‬
‫ فقال بعض القوم‬,‫ فمضى رسول هللا عليه وسلم يحدث‬,‫ متى الساعة؟‬:‫ فقال‬,‫مجلس يحدث القوم جاءه اعرابى‬
‫ السائل عن الساعة؟‬-‫اراه‬- ‫ اين‬:‫ قال‬,‫ حتى اذا قضى حديثه‬,‫ بل يسمع‬:‫ وقال بعضهم‬,‫ فكره ماقال‬,‫سمع ما قال‬
‫ اذا وسد االمر‬:‫ قال‬,‫ كيف اضاعتها؟‬:‫ قال‬,!‫ فاذا ضيعت االمانة فانتظر الساعة‬:‫ قال‬,‫ ها انا يا رسول هللا‬:‫قال‬
)‫ (رواه البخارى‬.‫الي غير اهلها فانتظر الساعة‬

Artinya:

“Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata: “Pada suatu ketika Rasulullah sedang berbicara dengan
orang banyak (memberi ceramah atau pengajian), tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui
menanyakan kepada beliau: “Kapankah hari kiamat?”, Rasulullah tidak langsung menjawab
pertanyaan tersebut, akan tetapi beliau meneruskan pembicaraannya dengan orang banyak.
Sebagian dari orang banyak itu mengatakan sebab dari sikap Rasulullah adalah karena beliau
mendengar pertanyaan tersebut akan tetapi beliau tidak menyukainya, sedangkan sebagian
orang yang lain berpendapat bahwa beliau tidak mendengarnya. Setelah Rasulullah selesai
berbicara, beliau bertanya: “Dimana orang yang bertanya tentang perkataan tadi?”, kemudian
ia berkata: “Saya, ya Rasulullah”. Rasulullah pun kemudian bersabda: “Apabila amanah telah
disia-siakan, maka tunggulah akan datangnya hari kiamat!”.Kemudian orang tersebut kembali
bertanya: “Bagaimana cara menyia-nyiakan amanah itu?”, Rasulullah kembali
bersabda:”Apabila suatu urusan (pekerjaan)itu diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya,
maka tunggulah akan datangnya hari kehancurannya (kiamat)”. (H.R. Bukhari)7

Berdasarkan hadits diatas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa jika kita berada dalam
suatu majelis maka tidak diperkenankan kita menyela atau bertanya ditengah-tengah
pembicaraan tersebut sebelum sang pembicara itu selesai menyampaikan apa yang ingin dia
sampaikan kepada orang-orang serta hari kiamat itu tidak akan pernah terjadi sebelum ada orang-
orang yang mana mereka sudah menyia-nyiakan amanah yang telah diberikan kepada mereka,
bahkan mereka pun bisa saja menyimpan amanah itu untuk disimpan sendiri saja tidak

7
Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari syarah Shahih Al Bukhari juz 1, Terj. Gazirah Abdi Ummah,
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2002), 264-265.
menyampaikan amanah itu kepada ahlinya. Maka dari itu hendaklah kita sebagai umat muslim
senantiasa menjaga dan menyampaikan amanah yang telah dibebankan kepada kita.

‫ اخبرني{ ابو سهيل‬:‫ قال‬.‫ حدثنا اسماعيل بن جعفر‬:‫ قاال‬.‫ واللفظ ليحي‬,‫حدثنا يحي بن ايوب وقتيبة بن سعيد‬
‫ "اية المنافق‬:‫ ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم{ قال‬,‫ عن ابي هريرة‬,‫ عن ابيه‬,‫نافع بن مالك بن ابي عامر‬
)‫ (رواه مسلم‬."‫ واذا ائتمن خان‬,‫ واذا وعد اخلف‬,‫ اذا حدث كذب‬:‫ثالث‬8

Artinya:

“Diriwayatkan Yahya bin Ayyub dan Qutaybah bin Sa’id. Berkata: Diceritakan padaku oleh
Ismail bin Ja’far. Berkata: Telah menghabarkan kepadaku oleh Abu Suhayl Nafi’ bin Abi Amir,
dari ayahnya, dari Abi Hurairah; Bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda: “ Tanda orang
munafik itu ada tiga: Pertama apabila berkata ia dusta, kedua apabila berjanji ia ingkar, dan
ketiga apabila dipercaya (diberi amanah) ia berkhianat”. (H.R. Muslim)9

Berdasarkan hadits diatas dapat kita pahami bahwa salah satu penyebab atau ciri-ciri
orang dikatakan munafik itu adalah disaat orang lain memberikan kepercayaan atau amanah
kepadanya maka ia khianati orang tersebut. Maka hendaklah kita menjauhi sifat khianat itu.

8
Abu Husain Muslim bin Al Hajjaj Al Naisaburi, Shahih Muslim, (Jakarta: Dar el Fikr, 2009), 51.
9
Imam An Nawawi, Syarah Shahih Muslim juz 2, Terj. Wawan Djunaedi Soffandi, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2010), 189-190.
PENUTUP

Amanah adalah suatu sikap terpuji yang sangat dianjurkan oleh Allah kepada kita untuk
mengamalkannya di dunia ini apalagi di era globalisasi seperti sekarang ini, karena dengan kita
mengamalkan dan membiasakan diri kita untuk berbuat amanah maka insyaallah senantiasalah
diri dan hidup kita menjadi lebih baik dan kita dapat saling menghargai dan menghormati kepada
sesama makhluk Allah karena kita mengamalkan sifat amanah ini serta untuk dapat dipercaya
oleh orang lain maka kita haruslah dapat bersikap jujur dan juga amanah karena dengan bersifat
seperti itulah orang lain pasti akan memandang kita sebagai orang yang terhormat dan mulia.
Amalkanlah sifat ini didalam kehidupan sehari-hari dengan baik dan benar janganlah sekali-kali
kita menyalahi atau mengkhianati amanah yang diberikan oleh orang lain kepada kita karena jika
kita menyalahi dan mengkhianati amanah itu maka sungguhlah kita akan termasuk kedalam
golongan yang tersesat dan dimurkai oleh Allah.
DAFTAR PUSTAKA

Agung, Ivan Muhammad. Desma Husni. Pengukuran Konsep Amanah dalam Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif. Jurnal Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Vol.43
No.3, 2016.

Al Hasyimi, Abdul Mun’im. Akhlak Rasul Menurut Bukhari dan Muslim. Jakarta: Gema Insani,
2009.

Al Albani, Muhammad Nashiruddin. Shahih At-Tirmidzi juz 2. Terj. Fachrurazi. Jakarta:


Pustaka Azzam, 2006.

Al Asqalani, Ibnu Hajar. Fathul Baari syarah Shahih Al Bukhari juz 1. Terj. Gazirah Abdi
Ummah. Jakarta: Pustaka Azzam, 2002.

Al Naisaburi, Abu Husain Muslim bin Al Hajjaj. Shahih Muslim. Jakarta: Dar el Fikr, 2009.

An Nawawi, Imam. Syarah Shahih Muslim juz 2. Terj. Wawan Djunaedi Soffandi.
Jakarta: Pustaka Azzam, 2010.

Multazam, Ahmad. Hadis Tentang Amanah.


http://multazam-einstein.blogspot.co.id/2013/03/hadis-tentang-amanah.html?m=1. diakses pada
Selasa 10 Oktober 2017 jam 07:21 WITA.

Sani, Murjani. Kitab Ushuluddin. Banjarmasin: Fakultas Ushuluddin, 2004.

Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah, 2009.

Anda mungkin juga menyukai