Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AGAMA ISLAM

“Konsep Iman , Islam dan Ihsan dalam Menjamin Kebahagiaan”

Disusun Oleh :

Nama : Husnul Hotimah (193010209020)

: Shanti Mulyani (193030209059)

Kelas :A&B

Kelompok : VII (Tujuh)

Dosen Pengampu : Dr. Syamhudian Noor, S.H.I, M.Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PALANGKARAYA

2019
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................i

1.1 Latar Belakang...............................................................................ii

BAB 2 PEMBAHASAAN..........................................................................

2.1 Definisi Iman, Islam, dan Ihsan

2.2 Iman, Islam, dan Ihsan dalam Al-Quran

2.3 Urgensi Iman, Islam dan Ihsan

2.4 Karakteristik Ihsan Kamil dan Metode Pencapaian Nya

2.5 Peran Iman, Islam dan Ihsan dalam Menjamin Kebahagiaan

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...............................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Kita sebagai manusia menginginkan kehidupan yang tenang, tentram dan bahagia. Dalam
mencapai keinginan tersebut kita pasti memerlukan tuntunan dalam menjalankan kehidupan
yang tentram lagi bahagia yaitu adalah agama yang lurus yang mengajarkan kebaikan serta
yang menghargai,menghormati dan menyayangi  kepada sesamanya. Dengan agama yang
lurus kita akan lebih terarah dan lebih menjadi baik karna kita senantiasa di tuntut untuk
menjadi suatu sebuah kepribadian yang lebih baik. Dalam mempelajari agama yang lurus
agar kita dapat memahaminya dengan baik serta dapat  melakukannya dengan perbuatan di
keseharian maka kita  membutuhkan suatu keyakinan karena kita meyakini sesuatu hal yang
ghoib. Dalam hal tersebut mendorong kita untuk selalu berbuat baik kepada setiap orang.

Dalam sebuah agama islam kita patut untuk  mengenal konsep iman dan ihsan. Kedudukan
ihsan dalam menjalani kehidupan ini sangatlah penting. Karena kadang kala kita sebagai
seorang muslim sudah diberikan tuntunan masih saja melakukan hal-hal yang kurang baik
(jelek). Ini karna tingkat keimanan seorang muslim masih kurang stabil walaupun sebenarnya
kita sudah mengetahui dengan baik bahwasannya ihsan merupakan realisasi dari iman .

Oleh karna itu, kita sebagai umat islam kita harus mengetahui bagaimana kaitan  antara iman,
islam dan ihsan. Karena dari ketiga  konsep tersebutlah merupakan sebuah kunci untuk
mencapai suatu kehidupan yang tenang, tentram serta bahagia.
A. DEFINISI IMAN, ISLAM, DAN IHSAN

IMAN
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Selain itu menurut istilah pengertian
iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan di amalkan dengan
tindakan (perbuatan).

Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa
Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaannya, kemudian
pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dngan amal perbuatan secara nyata.

Jadi, ketika seseorang dapat di katakan sebagai seorang mukmin (orang yang beriman) yang
sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Dan apabila seseorang mengakui
dalam hatinya tentang keberadaan Allah, kemudian di ikrarkan dengan lisan dan dibuktikan
dengan amal perbuatan.

Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tudak dapat
dipisahkan.

ISLAM

Pengertian Islam secara etimologi atau secara bahasa berarti tunduk, patuh, atau berserah diri.
Adapun menurut syariat (terminologi), apabila di mutlakan berada pada dua pengertian yaitu:

Yang pertama: apabila disebutkan sendiri tanpa diiringi dengan kata iman, maka pengertian
islam mencakup seluruh agama, baik ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), juga seluruh
masalah aqidah, ibadah, perkataan dan perbuatan.

Kedua, apabila kata islam di sebutkan bersamaan dengan kata iman, maka yang di maksud
islam adalah perkataan dan amal-amal lahiriyah yang dengannya terjaga diri dan hartanya,
baik dia meyakini islam atau tidak. Sedangkan kata iman berkaitan dengan amal hati.

IHSAN

Kata Ihsan berasal dari bahasa Arab yaitu ahsan-yuhsinu-ihsanan yang artinya kebaikan atau
berbuat baik. Dan pelakunya disebut muhsin.
Sedangkan menurut istilah ihsan adalah perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang
dengan niat hati beribadah kepada Allah swt.

Ihsan atau kebaikan tertinggi adalah seperti yang di sabdakan Rasulullah Saw. “Ihsan
hendaknya kamu beribadah kepada Allah swt seolah-olah kamu melihatnya, dan jika kamu
tidak dapat melihatnya, sesungguhnya dia melihat kamu.” (HR. Bukhari).

B. IMAN, ISLAM DAN IHSAN DALAM AL-QURAN

A.    Pengertian iman.

Iman secara etimologis berarti 'percaya'. Perkataan iman diambil dari kata kerja 'aamana'--
yukminu' yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'. Secara terminologis iman adalah
mempercayai dengan hati, mengikrarkan, dan mengamalkan dengan perbuatan, segala apa
yang dibawa Nabi Muhammad SAW Dalam HR. Muslim iman ialah hendaknya kamu
beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, utusan-utusanNya,  hari
kemudian, dan hendaknya kamu beriman dengan qada dan qadarNya ketentuan baik dan
buruknya dari Allah ta’ala.

Manusia yang hidup ini senantiasa ingin tahu, dan lagi harus tahu, bagaimana kepercayaan
yang harus diyakininya dan bagaimana pula kewajiban kewajiban yang harus di kerjakan.
Untuk itu orang harus mengetahui dan mempercayai pokok-pokok sebagai orang islam.

Kepercayaan itu harus kuat dan benar sehingga dapat mendorong jiwa raga kearah perbuatan-
perbuatan yang diwajibkan dan dapat menjauhkan diri dari segala yang terlarang .
kepercayaan yang teguh itu, IMAN namanya. orang yang percaya  di sebut MU’MIN; dan
kalau banyak di sebut MU’MININ. Pokok-pokok kepercayaan itu di sebut ‘rukun iman’ dan
pokok kewajiban itu disebut‘ rukun Islam’.

Perkataan rukun itu berasal dari bahasa Arab, yang artinya: Tiang atau sendi.

Rukun Iman Yang Enam. Yaitu :

1.        Iman Kepada Allah


Iman adalah keyakinan adapun iman kepada Allah adalah yang paling pokok dan mendasari
seluruh  ajaran islam, dan ia harus di yakinkan dengan ilmu yang pasti seperti ilmu yang
terdapat dalam kalimat syahadat “laailaahaillallah” . ialah yang menjadi awal, inti dan akhir
dari seluruh seruan islam sebagaimana  wasiat Rasulullah Saw kepada sahabat Mu’ad. Ketika
beliau mengutus sahabat  tersebut ke negri  Yaman: “Sesungguhnya engkau akan
mendatangi  suatu kaum dari Ahli Kitab, maka hendaklah engkau mengawali da’wahyu
kepada mereka penyaksian bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah.”Kemudian jika mereka
telah taat kepadamu, maka ajarkan lagi kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atasnya
shalat lima waktu.

2.         Iman Kepada Malaikat

Iman kepada malaikat adalah masalah aqidah yang kedua sesudah iman kepada Allah SWT.
Pengetahuan kita tentang malaikat hanya semata-mata berdasarkan quran dan keterangan-
keterangan Nabi. Para malaikat termasuk persoalan alam ghaib tidak bersifat materill. Kita
wajib beriman kepada para malaikat oleh karena alquran dan Nabi memerintahkannya
sebagaimana wajibnya beriman kepada Allah dan para Nabinya.

3.             Iman Kepada Para Rasul

Dalam analisa yang lalu telah di uraikan tentang iman kepada malaikat, mereka sebagai
makhluk tertinggi menjadi jalan raya turunnya wahyu yang agung kepada para rasul dimana
para rasul itulah sebagai duta-duta Allah untuk manusia. Para rasul berkewajiban
menyampaikan risalah dan wahyu yang diterimanya itu kepada manusia. Karena itulah iman
kepada para rasul berarti mempercayai bahwa Allah telah memilih diantara manusia menjadi
utusan utusannya dengan tugas risalah kepada manusia sebagai hamba-hamba Allah dengan
wahyu yang diterimanya dari Allah. Untuk memimpin manusia kejalan yang lurus.

4.        Iman Kepada Kitabullah

Tuhan Allah menurunkan wahyu berisi petunjuk-petunjuk suci kepada para utusannya.
Petunjuk itu kemudian dihimpun menjadi kitab suci yang di namakan kitab-kitab Allah.

Kitab kitab allah yang wajib kita percayai ada empat:

1)        Kitab Taurat : yang diturunkan kepada Nabi Musa as. Berisi hukum-hukum syariah
dan kepercayan yang benar.
2)        Kitab Zabur : yang diturunkan kepaada Nabi Daud as. Berisi doa doa, dzikir, nasehat,
dan hikmah.

3)        Kitab Injil : yang diturunkan kepada Nabi Isa as. Berisi seruan kepada manusia agar
bertauhid kepada Allah menghapus dari sebagian dari hukum hukum yang terdapat dalam
kitb-kitab taurat yang sudah tidak sesuai dengan zamannya.

4)        Kitab al-Quran : yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berisi syariat yang
menghapus sebagian isi kitab-kitab yang terdahulu yang sudah tidak sesuai dengan zamannya
dan juga melengkapinya dengan hal-hal yang sesuai dengan zamannya.

5.        Iman Kepada Hari Akhir

Kita wajib percaya kepada datangnya hari kemudian. Sebagaimana yang difirmankan oleh
Allah didalam al-Quran. Diterangkan bahwa pada hari akhir zaman akan datang suatu hari
yang semua makhluk yang ada akan menjadi rusak binasa itulah hari kiamat namanya.

Sesudah itu akan di bangkitkan semua manusia dari kuburnya dengan isyarat puput (sangka
kala) yang ditiup oleh malaikat. Kemudian di periksalah semua amal masing-masing untuk
dihitung atau ditimbang (dihisab) dan akhirnya diberi balasan bagi yang amal kebaikannya
didunia lebih banyak dari pada amal kejahatannya dan diberi siksa yang amal jahatnya di
dunia lebih banyak dari pada amal kebaikannya balasan itu berupa surga dan neraka.

6.        Iman Kepada Qodha dan qodhar

       Qadha’ artinya keputusan perbuatan (pelaksanaan) sedangkan qadhar artinya hinggaan.


Sebagian ulama menamakan taqdir itu qadha’: dan qadha’ itu taqdir atau qadarjadi segala
sesuatu terjadi dengan qudrat dan iradatnya yang sesuai dengan qadha dan qadarnya. Maka
dalam hakekatnya kata “ kebetulan” itu tidak ada.

Dari pada itu Tuhan Allah telah memberi petunjuk kepada manusia sebagai mana caranya
dan seharusnya manusia berbuat sesuatu untuk mencapai kemajuan, kemulyaan dan
kebahagiaan dunia dan akhirat atau untuk menuju sesuatu cita-cita yang baik. Qadha dan
qadhar adalah hak Tuhan Allah sendiri sedang kita tidak mengetahuinya. Berusaha, beriktiar,
dan berdoa adalah kewajiban kita dengan keyakinan bahwa Tuhan tidak akan menyia-
nyiakan atau menganiaya kita.
C. URGENSI IMAN, ISLAM DAN IHSAN
Insan kamil merupakan tipe manusia  ideal yang dikehendaki oleh tuhan. Hal ini disebabkan,
jika tidak menjadi insan kamil maka manusia itu hanyalah monster bertubuh
manusia.   Dalam perspektif islam manusia memiliki 4 unsur yaitu : jasad, hati, roh dan rasa.
Yang berfungsi untuk menjalankan kehendak ilahi. Untuk mengkokohkan keimanan akan
menjadi manusia yang insan kamil maka keimanan kita harus mencapai tingkat yakin. Maka
kita harus mengidentifikasi yang mengacu pada rukun iman. Sedangkan untuk dapat
beribadah secara bersungguh-sungguh dan ikhlas, maka segala ibadah yang kita lakukan
mengacu pada rukun islam.

      C. Dalil Quran tentang Insan Kamil                  

Al-Isra70

Artinya Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.

Makna :  sesosok makhluk yang dapat berjalan tegak dengan berpijak pada kedua kakinya
dan makan dengan kedua tangannya. Sedangkan makhluk lain dari berbagai macam binatang
berjalan dengan keempat kakinya dan makan dengan mulutnya. Selain itu, Allah juga
memberikan pendengaran, penglihatan, dan hati yang dengannya ia dapat memahami,
mengambil manfaat, dan membedakan banyak hal, mengetahui manfaat dan keistimewaan
serta bahayanya dalam urusan agama dan juga duniawi.

Al-Ahzab21

Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.

Makna : Pada ayat ini Allah SWT memperingatkan orang-orang munafik. bahwa sebenarnya
mereka dapat memperoleh teladan yang baik dari Nabi saw. Rasulullah saw adalah seorang
yang kuat imannya, berani, sabar, tabah menghadapi segala macam cobaan, percaya dengan
sepenuhnya kepada segala ketentuan-ketentuan Allah dan beliaupun mempunyai akhlak yang
mulia. Jika mereka bercita-cita ingin menjadi manusia yang baik, berbahagia hidup di dunia
dan di akhirat, tentulah mereka akan mencontoh dan mengikuti Nabi. Tetapi perbuatan dan
tingkah laku mereka menunjukkan bahwa mereka tidak mengharapkan keridaan Allah dan
segala macam bentuk kebahagiaan hakiki itu.

D. Faktor Pendorong

 Motivasi dari diri sendiri untuk menjadi insan kamil


 Adanya faktor dari lingkungan, keluarga, dan teman sepergaulan yang mendorong
kita untuk menjadi manusia yang lebih baik.
 Keinginan untuk berserah diri kepada Allah SWT

E. Faktor Penghambat      

 Sifat buruk dalam diri sendiri


 Keyakinan yang sering tergoyahkan oleh nafsu

D. KARAKTERISTIK INSAN KAMIL DAN METODE


PENCAPAIANNYA
Membangun tentang karakteristik insan kamil dengan cara kita harus dapat menundukkan
nafsu dan syahwat hingga mencapai tangga nafsu muthama’inah. Ada banyak lagi cara untuk
menjadikan kita Ihsan Kamil.

Menurut ibnu araby menyebutkan adanya dua jenis manusia yaitu insan kamil dan monster
bertubuh manusia. Maksudnya jika tidak menjadi insan kamil, maka manusia akan menjadi
monster bertubuh manusia. Untuk itu kita perlu mengenali tempat unsur untuk mencapai
derajat insan kamil, diantaranya :

1.      Jasad

2.      Hati nurani

3.      Roh

4.      Sirr (rasa)

Untuk mencapai derajat insan kamil kita harus dapat menundukkan nafsu dan syahwat hingga
mencapai tangga nafsu muthama’inah.

                        Hal ini dapat dilihat pada QS Al Fajr/89;27-30


            Yang artinya hai jiwa yang tenang kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas
lagi diridhoinya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hambaku, masuklah kedalam
surgaku.

Ayat di atas dengan jelas menegaskan bahwa nafsu muthma’inah merupakan titik berangkat
untuk kembali kepada tuhan. Akan tetapi, dengan modal nafsu muthama’inah pun masih di
perintah lagi oleh allah untuk menaiki tangga nafsu diatasnya. Menurut imam ghazali ada 7
macam nafsu sebagai proses mneaikkan tangga nafsu yaitu :

1.      Nafsu ammarah          : yaitu nafsu yang bertindak yang jelek baik terhadap Allah SWT
maupun sesama manusia

2.      Nafsu lawwamah        : yaitu nafsu yang mengerti atas tindakan baik dan buruk tetapi
terkadang masih berbuat buruk dan terkadang berbuat baik tetapi bisa berbuat hal buruk
kembali

3.      Nafsu mulhamah        : yaitu nafsu yang mulai takut dengan Allah bila akan melakukan
sesuatu yang buruk

4.      Nafsu muthma’inah   : yaitu nafsu yang memberikan ketenangan dalam jiwa, jika
melakukan amalan kebajikan

5.      Nafsu radhiyah           : yaitu nafsu yangmenganggap makruh itu haram dan sunah
adalah diwajibkan dan sudah tidak menghiraukan duniawi

6.      Nafsu mardiyyah        : yaitu nafsu yang sudah sangat mencintai Allah SWT dan
melaksanakan sunah dan tidak melakukan dosa walau sekecil jarum

7.      Nafsu kamilah            : yaitu nafsu yang sempurna tingkatan nabi dan rasul-Nya

Metode Mencapai Insan Kamil caranya yaitu:

1.      Memulai sholat jika tuhan yang akan disembah itu sudah dapat dihadirkan dalam hati,
sehingga ia menyembah tuhan yang benar-benar tuhan.

2.      Berniat sholat karena allah.

3.      Selalu menjalankan sholat dan keadaan hatinya hanya mengingat allah.

4.      Sholat yang telah didirikannya itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar.
E. PERAN IMAN, ISLAM DAN IHSAN DALAM
MENJAMIN KEBAHGIAAN

Jadi hakikat Iman, Islam dan Ihsan itu sendiri ialah “Istiqomah dalam pengakuannya
terhadap Allah sebagai Rabb yang harus didengar dan ditaati perintah-Nya”. Jika seorang
mukmin istiqomah menjaga keimanannya dan selamat dari syi’rik, keraguan dan segala hal
yang menjerumuskan dirinya kepada lembah kemurtadan, maka Allah menjamin kebahagiaan
dan keselamatan di dunia maupun di akhirat.
Sebaliknya apabila terjadi penolakan dan pembangkangan sekecil apapun terhadap
agamanya, maka sesungguhnya dirinya telah malakukan perbuatan yang kontra dengan
fitrahnya sendiri dan itu artinya telah mengotori dan merusak jiwanya sendiri. Jika ini
dilakukan secara terus menerus oleh orang itu, maka akan terjadi kerusakan secara total
dalam jiwa manusia yang berujung kepada kekufuran.
Iman juga bisa diartikan sebagai anugrah rohani yang Allah berikan kepada manusia, fitrah
yang mnenjadi spirit aqidah yang menghubungkan manusia dengan Rabbnya. Tujuannya
ialah untuk mengantarkan manusia pada kebahagiaan dan kenikmatan yang hakiki .
PENUTUP

Kesimpulan

Iman, Islam, dan Ihsan dapat diibaratkan seperti sebuah pohon. Sebuah pohon terdiri atas satu
kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan akar, batang pohon, dan buah-buahnya.

Kekuatan utama dari sebuah pohon terletak pada akarnya. Akar menjadi tulang punggung
hidup sebuah pohon. Akar menjadi kekuatan penyangga agar pohon tidak goyah serta
tumbang jika tertiup angin. Akar juga menjadi pemasok setia zat-zat yang dibutuhkan pohon.
Akar juga menjadi penyedia zat-zat penting yang diperlukan sebuah pohon untuk dapat
menghasilkan buah.

Akar sekali lagi, merupakan kekuatan utama. Akan tetapi, sebagai satu kesatuan, ia tidak
akan berarti apa-apa tanpa adanya pohon serta buahnya.

Iman, islam, dan ihsan dapat diibaratkan seperti sebuah pohon. Iman diibaratkan sebagai
akar, islam diibaratkan sebagai batang pohon, dan ihsan diibaratkan sebagai buah-buahnya.

Barang siapa yang telah bersifat islam, maka ia dinamakan muslim, dan siapa yang bersifat
iman, maka ia dinamai orang mukmin. Dan sungguh islam dan iman itu tidak dapat
dipisahkan.

Dengan demikian, apabila seorang islam tetapi tidak iman, maka ia tidak mendapat faedah di
akhirat, walaupun dilahirkan islam. Karena inilah yang disebut dengan kafir zindiq dan akan
berada di dalam siksa neraka selama-lamanya.

Begitu juga sebaliknya, jika seorang beriman tetapi tidak islam, maka ia tidak selamat dari
siksa neraka yang amat dahsyat, mereka itu bukanlah mu’min muslim asli tetapi mu’min
muslim tabai, yang beriman dan berislam karena mengikuti kedua orang tuanya.
DAFTAR PUSTAKA

Busyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlak, hlm.33

Wahhab, Muhammad bin Abdul, 2004, Tiga Prinsip Dasar dalam Islam, riyadh: Darussalam,
hlm.23-24

Kafie, Jamaludin. 1981. Tuntunan Pelaksanaan Rukun Iman, Islam dan Ihsan. Surabaya. Al-
Iklas.

http://serambisan3dotcom.wordpress.com/2012/02/20/makalah-hadist-tentang-iman-islam-
dan-ihsan/

Anda mungkin juga menyukai