D
I
S
U
S
U
N
OLEH
Nama : 1. Selviana
2. Nora Yuliani
3. Sekar Wanggi
4. Rani
Kelas : IX
Pengertian
Asean Free Trade Area (AFTA) adalah bentuk kerja sama perdagangan dan ekonomi yang disepakati
oleh negara-negara dalam wilayah ASEAN. AFTA berdiri pada 28 Januari 1992 di Singapura, pada
sidang KTT ASEAN keempat.
Anggota ASEAN berharap dengan berdirinya AFTA tercipta lingkungan perdagangan bebas yang
dapat menguntungkan seluruh negara anggota.
Pada awalnya, AFTA hanya terdiri dari enam negara anggota ASEAN, yaitu Brunei Darussalam,
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Seiring berjalannya waktu, negara lain
seperti Vietnam, Laos, Myanmar, serta Kamboja ikut bergabung dalam perjanjian ini.
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi terbentuknya AFTA atau kawasan perdagangan bebas,
berikut ini di antaranya:
1. Munculnya isu-isu ekonomi setelah tantangan politik dan militer yang dihadapi ASEAN berakhir
pada masa perang dingin saat itu.
2. Kemajuan pesat yang dimiliki Singapura yang minim sumber daya alam (SDA), namun memiliki
sektor perdagangan yang bisa diandalkan sebagai sumber utama penghidupan.
4. AFTA dibentuk sebagai langkah dalam mengejar keunggulan kerja sama regional di kawasan
lainnya, seperti di Eropa dan Amerika.
Tujuan AFTA
Tujuan AFTA adalah meningkatkan daya saing ekonomi negara-negara ASEAN dengan menjadikan
ASEAN sebagai basis produksi pasar dunia untuk menarik investasi dan meningkatkan perdagangan
antaranggota ASEAN.
Dalam kesepakatan, AFTA direncanakan berpoerasi penuh pada 2008, namun dalam
perkembangannya dipercepat menjadi tahun 2003.
Mekanisme utama untuk mencapai tujuan di atas adalah skema Common Effective Preferential Tariff
(CEPT) yang bertujuan agar barang-barang yang diproduksi di antara negara ASEAN yang
memenuhi ketentuan setidak-tidaknya 40 persen kandungan lokal akan dikenai tarif hanya 0-5
persen.
AFTA dicanangkan dengan instrumen CEPT, yang dikenalkan pada Januari 1993. Pada 2002,
ASEAN mengemukakan komitmen utama di bawah CEPT-AFTA meliputi empat program, yaitu:
1. Pengurangan tingkat tarif dalam perdagangan secara efektif dana sama di antara negara-negara
ASEAN hingga mencapai 0-5 persen.
3. Mendorong pembentukan kerja sama untuk mengembangkan fasilitas pada sektor perdagangan,
terutama bidang bea masuk serta standar dan kualitatif.
Bagi Indonesia, kerja sama AFTA merupakan peluang yang sangat terbuka untuk kegiatan ekspor
komoditas pertanian yang selama ini menjadi komoditas tebesar yang dihasilkan Indonesia dan dapat
bersaing secara kompetitif pada pasar regional.
Meski demikian, pemerintah Indonesia memiliki tantangan tersendiri untuk mencapai ekspor
komoditas pertanian ke pasar ASEAN.
Hal itu mengingat beberapa komoditas pertanian Indonesia saat ini maupun di masa yang akan
datang masih akan dihadapkan pada persoalan dalam peningkatan produksi yang berkualitas,
permodalan, dan kebijakan harga.
Akan tetapi, ada beberapa komoditas yang secara umum dapat dan siap berkompetisi di pasar
regional, seperti minyak kelapa sawit, tekstil, alat-alat listrik, gas alam, dan garmen.
Dalam AFTA, peran negara dalam perdagangan sebenarnya akan direduksi secara signifikan. Sebab,
mekanisme tarif yang merupakan wewenang negara dipangkas.
Itulah mengapa, diperlukan perubahan paradigma yang sangat signifikan, yakni dari kegiatan
perdagangan yang mengandalkan proteksi negara menjadi kemampuan perusahaan untuk bersaing.
Apabila secara politik dan hukum Indonesia sudah mulai siap melakukan kompetisi perdegangan,
AFTA akan sangat memengaruhi perokonomian negara secara signifikan. Yang perlu ditekankan
ialah penguatan kualitas barang dan hukum yang mengikat ekspor impor di Indonesia.