1
Indonesia on the right track menuju
negara maju, namun dalam jangka
pendek banyak terdapat
permasalahan yang dapat
menyebabkan target menjadi
developed country sulit untuk
direalisasikan.
2
Faktanya, SDM Indonesia
belum terlalu unggul, salah satu
tolok ukurnya yaitu Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang
terdiri dari beberapa indikator.
Secara umum, pada tahun 2015
Indonesia menempati urutan IPM
ke-110 dari 188 negara, hal ini
mengindikasikan kualitas SDM di
Indonesia tergolong dalam kategori
sedang (UNDP, 2015).
3
dimana jumlah penduduk usia
produktif mencapai 2/3 dari total
jumlah penduduk (Adioetomo,
2005). Tanpa persiapan yang
matang, penduduk produktif
tersebut akan menjadi beban
pemerintah karena akan
menimbulkan pengangguran,
kemiskinan, kesenjangan, dan
kriminalitas.
4
kenakalan remaja yang memberikan
dampak negatif.
5
Beberapa literatur yang
terkait dengan kenakalan remaja
(Maria: 2007, Kienhuis: 2009,
Joanna dalam Ruby: 2009, dan Willis
dalam Sujoko 2011: 2) menjelaskan
bahwa jenis kenakalan yang
dilakukan oleh remaja di bawah usia
17 tahun sangat beragam, mulai
dari perbuatan yang bersifat amoral
maupun anti sosial. Perbutaan
tersebut dapat berupa berkata
jorok, mencuri, merusak, kabur dari
rumah, indisipliner di sekolah,
membolos, membawa senjata
tajam, merokok, berkelahi dan
kebut-kebutan di jalan sampai pada
perbuatan yang sudah menjurus
pada perbuatan kriminal atau
perbuatan yang melanggar hukum,
seperti pembunuhan, perampokan,
pemerkosaan, seks bebas,
6
pemakaian obat-obatan terlarang
dan tindak kekerasan lainnya yang
sering diberitakan di media masa.
7
Jakarta, Surabaya, Bandung, dan
Medan hasilnya 44% responden
mengaku sudah punya pengalaman
seks pada umur 16-18 tahun, serta
16% sudah mempunyai pengalaman
seks pada umur 13-15 tahun, selain
itu 40% tempat yang menjadi
favoritnya adalah di rumah, 26%
dilakukan di rumah kos, dan 26%
dilakukan di hotel.
Perkembangan teknologi
informasi yang cepat memberikan
multiplier effect terhadap
pertumbuhan warung internet
(warnet) di Indonesia. Ironisnya
dengan menjamurnya warnet, tidak
dapat dimanfaatkan oleh sebagian
besar remaja untuk mendapatkan
informasi dan ilmu pengetahuan.
Saat ini, warnet (terutama yang
8
memiliki bilik atau semi tertutup)
menjadi salah satu tempat untuk
mengakses pornografi dan
melakukan aktivitas yang mengarah
kepada aktivitas seks bebas.
9
nilai rapor, dan nilai Ujian Nasional
(UN). Makin tinggi skor yang
diperoleh, artinya tingkat
keberhasilan dan kesuksesan yang
diraih makin baik. Sebaliknya, makin
rendah skor yang diperoleh, artinya
tingkat kegagalan makin tinggi
karena (biasanya) akan sulit untuk
melanjutkan ke sekolah atau
kampus yang unggul.
Prestasi akademik
diintrepretasikan sebagai output
yang menggambarkan keberhasilan
seorang pelajar atau mahasiswa,
sedangkan perilaku menyimpang
yang mengarah kepada pornografi
dan seks bebas diasumsikan sebagai
faktor penghambat untuk
berprestasi secara akademik. Dua
hal yang kontradiktif tersebut saling
10
terkait dan dapat menciptakan
image seorang remaja jika
dibandingkan dengan remaja yang
lainnya.
11
lebih berbahaya lagi (Daradjat,
1973: 356).
12
Upaya Penanggulangan dan
Tindakan Pencegahan Terhadap
Pornografi dan Seks Bebas
13
Hal ini bisa terjadi baik dengan atau
tanpa sepengetahuan orang tua. Hal
ini dapat terjadi karena kurangnya
pengawasan, terutama terhadap
siswa yang memiliki jam beredar
yang lebih banyak di luar rumah.
Tabel 1.
14
15
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa jenis
perilaku menyimpang berupa
pornografi dan seks bebas
kecenderungannya makin
meningkat. Hal tersebut
menyebabkan dampak (baik secara
langsung maupun tidak langsung)
terhadap pola tumbuh kembang
remaja, terutama menyebabkan
prestasi akademik menjadi turun.
16
demografi. Berdasarkan artikel yang
telah diuraikan di atas, saya
mengajukan beberapa
rekomendasi, antara lain:
17
3. Sekolah (dan guru) dapat
mengambil tindakan dengan
mengeluarkan kebijakan yang
dianggap perlu untuk mengurangi
siswa dapat mengakses pornografi
di sekolah dan meminimalisir ruang
gerak siswa untuk melakukan seks
bebas (dana atau tindakan lain yang
menjurus) di lingkungan sekolah.
----
DAFTAR PUSTAKA
Adioetomo, Sri Moertiningsih Setyo. (2005). Bonus Demografi:
Menjelaskan Hubungan Antara Pertumbuhan Penduduk
dengan Pertumbuhan Ekonomi. Depok: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Daradjat, Zakiah. (1973). Perawatan Jiwa untuk Anak-anak, Cet
2. Jakarta: Bulan Bintang.
Grant, J.E. & Kim, S.W. (2003). Comorbidity of Impulse Control
Disorders in Pathological Gamblers. USA: The Oxford Handbook
of Impulse Control Disorder.
Panggabean, Edward. (2014, Oktober 10). Hindari Razia Hp,
Siswa SMP 163 Tewas Terjatuh dari Lantai 4. Liputan 6.
http://m.liputan6.com/news/read/2117178/hindari- razia-hp-
siswa-smp-163-tewas-terjatuh-dari-lantai-4. Diakses pada 28
November 2016.
Prayitno, Elida. (2006). Psikologi Perkembangan Remaja.
Padang: FIP UNP.
18
Rahman, Aried dan Gusniarti, Uly. (2008). Hubungan Antara
Kenakalan Remaja dengan Prestasi Belajar. Jurnal Penelitian
Psikologi UII. Volume 1.
Santrock. (2007). Remaja (Edisi Kesebelas Jilid 1). Jakarta:
Erlangga.
Sarwono, Sarlito W. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta: Balai
Pustaka.
Sumantika, Ian. (2015, Februari 27). Simpan Video Porno,
Prilaku Siswa Mengkhawatirkan.
Bali Post Portal Berita.
http://balipost.com/read/headline/2015/02/27/30519/simpa
n-video-porno-prilaku- siswa-mengkhawatirkan.html. Diakses
pada 28 November 2016.
Suryabrata, Sumadi. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Synovate Reseaech. (2004). Perilaku Seksual Remaja. Kompas
Cyber Media, Jumat, 28 Januari 2005.
UNDP. (2015). Human Development Report 2015, Work for
Human Development. New York: United Nations Development
Programme 1 UN Plaza.
19