Anda di halaman 1dari 6

Artikel Induksi 1

Dampak Pornografi dan Seks Bebas Terhadap Prestasi Akademik

Beranda Dampak Pornografi dan Seks Bebas Terhadap Prestasi Akademik

Dampak Pornografi dan Seks Bebas Terhadap Prestasi Akademik

Category Artikel Populer By webmin 10:37:16, 31 Desember 2016 208759 4 Komentar

Dampak Pornografi dan Seks Bebas Terhadap Prestasi Akademik

Siti Frivanty-Pelajar pada SMA Negeri 43 Jakarta

Harapan III Lomba Menulis Artikel Populer Hukum dan HAM Tingkat Pelajar SMU/Sederajat Se-
Jabodetabek untuk tema: Tolak Perilaku Seks Bebas di Kalangan Pelajar

Estimasi Indonesia akan menjadi negara maju dinyatakan oleh McKinsey Global Institute. McKinsey
menyatakan bahwa pada tahun 2030, GDP Indonesia bisa menempati urutan nomor 7 dunia. Hal
tersebut ditunjang oleh peningkatan kelas menengah1 dari 45 juta orang pada tahun 2013 menjadi 135
juta orang pada tahun 2030. Dalam jangka panjang Indonesia on the right track menuju negara maju,
namun dalam jangka pendek banyak terdapat permasalahan yang dapat menyebabkan target menjadi
developed country sulit untuk direalisasikan.

Kendala utama yang dapat menghalangi target untuk menjadi negara maju yaitu terkait dengan
penduduk sebagai subjek pembangunan. Titik fokusnya mengarah kepada kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) sebagai aktor utama dalam pembangunan. Kualitas SDM yang rendah dapat
menyebabkan produktivitas dan daya saing bangsa secara keseluruhan ikut menurun.

Faktanya, SDM Indonesia belum terlalu unggul, salah satu tolok ukurnya yaitu Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) yang terdiri dari beberapa indikator. Secara umum, pada tahun 2015 Indonesia
menempati urutan IPM ke-110 dari 188 negara, hal ini mengindikasikan kualitas SDM di Indonesia
tergolong dalam kategori sedang (UNDP, 2015).
SDM yang berkualitas dapat diwujudkan dengan melakukan investasi pendidikan. Tuntutan peningkatan
mutu dan pemerataan pendidikan merupakan hal mutlak yang diperlukan. Tindakan tersebut diperlukan
mengingat pada tahun 2020- 2030, Indonesia akan mengalami bonus demografi, dimana jumlah
penduduk usia produktif mencapai 2/3 dari total jumlah penduduk (Adioetomo, 2005). Tanpa persiapan
yang matang, penduduk produktif tersebut akan menjadi beban pemerintah karena akan menimbulkan
pengangguran, kemiskinan, kesenjangan, dan kriminalitas.

Agar dalam jangka panjang beban pemerintah tidak bertambah, pendidikan (baik dasar, menengah,
atas, dan tinggi) perlu ditingkatkan mutunya. Selain kualitas, karakter siswa agar menjadi generasi yang
unggul juga perlu dibentuk sehingga siswa dapat berprestasi dan terhindar dari bentuk-bentuk
kenakalan remaja yang memberikan dampak negatif.

Kenakalan remaja dapat dimulai dari tindakan coba-coba yang kemudian bisa menimbulkan perilaku
menyimpang. Seberapa besar penyimpangan yang terjadi menentukan kadar kenakalan remaja yang
diperbuat dan seberapa besar dampak yang ditimbulkan. Menurut Elida Prayitno (2006: 8), tingkah laku
negatif bukan merupakan ciri perkembangan remaja yang normal, karena remaja yang berkembang
positif akan memperlihatkan perilaku yang baik.

Beberapa literatur yang terkait dengan kenakalan remaja (Maria: 2007, Kienhuis: 2009, Joanna dalam
Ruby: 2009, dan Willis dalam Sujoko 2011: 2) menjelaskan bahwa jenis kenakalan yang dilakukan oleh
remaja di bawah usia 17 tahun sangat beragam, mulai dari perbuatan yang bersifat amoral maupun anti
sosial. Perbutaan tersebut dapat berupa berkata jorok, mencuri, merusak, kabur dari rumah, indisipliner
di sekolah, membolos, membawa senjata tajam, merokok, berkelahi dan kebut-kebutan di jalan sampai
pada perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau perbuatan yang melanggar hukum,
seperti pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, seks bebas, pemakaian obat-obatan terlarang dan
tindak kekerasan lainnya yang sering diberitakan di media masa.

Ruang lingkup dalam artikel ini akan difokuskan pada pornografi dan seks bebas. Beberapa jenis
kenakalan yang dilakukan remaja antara lain: (1) siswa makin gemar menyimpan video porno, bahkan
kerap mengunggahnya ke media sosial (Bali Post, 27 Februari 2015); dan (2) siswa kelas VII SMP 163
Pejaten tewas setelah terjatuh dari lantai 4 gedung sekolah karena berniat menghindari razia ponsel
(Liputan 6, 10 Oktober 2014).

Berdasarkan survey Synovate Research tentang perilaku seksual remaja (15-24 tahun) di Kota Jakarta,
Surabaya, Bandung, dan Medan hasilnya 44% responden mengaku sudah punya pengalaman seks pada
umur 16-18 tahun, serta 16% sudah mempunyai pengalaman seks pada umur 13-15 tahun, selain itu
40% tempat yang menjadi favoritnya adalah di rumah, 26% dilakukan di rumah kos, dan 26% dilakukan
di hotel.

Perkembangan teknologi informasi yang cepat memberikan multiplier effect terhadap pertumbuhan
warung internet (warnet) di Indonesia. Ironisnya dengan menjamurnya warnet, tidak dapat
dimanfaatkan oleh sebagian besar remaja untuk mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan. Saat
ini, warnet (terutama yang memiliki bilik atau semi tertutup) menjadi salah satu tempat untuk
mengakses pornografi dan melakukan aktivitas yang mengarah kepada aktivitas seks bebas.

Artikel Induksi 2

BALITBANGHAM

Beranda Dampak Pornografi dan Seks Bebas Terhadap Prestasi Akademik

Dampak Pornografi dan Seks Bebas Terhadap Prestasi Akademik

Category Artikel Populer By webmin 10:37:16, 31 Desember 2016 208759 4 Komentar

Siti Frivanty-Pelajar pada SMA Negeri 43 Jakarta

Harapan III Lomba Menulis Artikel Populer Hukum dan HAM Tingkat Pelajar SMU/Sederajat Se-
Jabodetabek untuk tema: Tolak Perilaku Seks Bebas di Kalangan Pelajar

Estimasi Indonesia akan menjadi negara maju dinyatakan oleh McKinsey Global Institute. McKinsey
menyatakan bahwa pada tahun 2030, GDP Indonesia bisa menempati urutan nomor 7 dunia. Hal
tersebut ditunjang oleh peningkatan kelas menengah1 dari 45 juta orang pada tahun 2013 menjadi 135
juta orang pada tahun 2030. Dalam jangka panjang Indonesia on the right track menuju negara maju,
namun dalam jangka pendek banyak terdapat permasalahan yang dapat menyebabkan target menjadi
developed country sulit untuk direalisasikan.

Kendala utama yang dapat menghalangi target untuk menjadi negara maju yaitu terkait dengan
penduduk sebagai subjek pembangunan. Titik fokusnya mengarah kepada kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) sebagai aktor utama dalam pembangunan. Kualitas SDM yang rendah dapat
menyebabkan produktivitas dan daya saing bangsa secara keseluruhan ikut menurun.
Faktanya, SDM Indonesia belum terlalu unggul, salah satu tolok ukurnya yaitu Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) yang terdiri dari beberapa indikator. Secara umum, pada tahun 2015 Indonesia
menempati urutan IPM ke-110 dari 188 negara, hal ini mengindikasikan kualitas SDM di Indonesia
tergolong dalam kategori sedang (UNDP, 2015).

SDM yang berkualitas dapat diwujudkan dengan melakukan investasi pendidikan. Tuntutan peningkatan
mutu dan pemerataan pendidikan merupakan hal mutlak yang diperlukan. Tindakan tersebut diperlukan
mengingat pada tahun 2020- 2030, Indonesia akan mengalami bonus demografi, dimana jumlah
penduduk usia produktif mencapai 2/3 dari total jumlah penduduk (Adioetomo, 2005). Tanpa persiapan
yang matang, penduduk produktif tersebut akan menjadi beban pemerintah karena akan menimbulkan
pengangguran, kemiskinan, kesenjangan, dan kriminalitas.

Agar dalam jangka panjang beban pemerintah tidak bertambah, pendidikan (baik dasar, menengah,
atas, dan tinggi) perlu ditingkatkan mutunya. Selain kualitas, karakter siswa agar menjadi generasi yang
unggul juga perlu dibentuk sehingga siswa dapat berprestasi dan terhindar dari bentuk-bentuk
kenakalan remaja yang memberikan dampak negatif.

Kenakalan remaja dapat dimulai dari tindakan coba-coba yang kemudian bisa menimbulkan perilaku
menyimpang. Seberapa besar penyimpangan yang terjadi menentukan kadar kenakalan remaja yang
diperbuat dan seberapa besar dampak yang ditimbulkan. Menurut Elida Prayitno (2006: 8), tingkah laku
negatif bukan merupakan ciri perkembangan remaja yang normal, karena remaja yang berkembang
positif akan memperlihatkan perilaku yang baik.

Artikel Deduksi 1

Beberapa literatur yang terkait dengan kenakalan remaja (Maria: 2007, Kienhuis: 2009, Joanna dalam
Ruby: 2009, dan Willis dalam Sujoko 2011: 2) menjelaskan bahwa jenis kenakalan yang dilakukan oleh
remaja di bawah usia 17 tahun sangat beragam, mulai dari perbuatan yang bersifat amoral maupun anti
sosial. Perbutaan tersebut dapat berupa berkata jorok, mencuri, merusak, kabur dari rumah, indisipliner
di sekolah, membolos, membawa senjata tajam, merokok, berkelahi dan kebut-kebutan di jalan sampai
pada perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau perbuatan yang melanggar hukum,
seperti pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, seks bebas, pemakaian obat-obatan terlarang dan
tindak kekerasan lainnya yang sering diberitakan di media masa.

Ruang lingkup dalam artikel ini akan difokuskan pada pornografi dan seks bebas. Beberapa jenis
kenakalan yang dilakukan remaja antara lain: (1) siswa makin gemar menyimpan video porno, bahkan
kerap mengunggahnya ke media sosial (Bali Post, 27 Februari 2015); dan (2) siswa kelas VII SMP 163
Pejaten tewas setelah terjatuh dari lantai 4 gedung sekolah karena berniat menghindari razia ponsel
(Liputan 6, 10 Oktober 2014).
Berdasarkan survey Synovate Research tentang perilaku seksual remaja (15-24 tahun) di Kota Jakarta,
Surabaya, Bandung, dan Medan hasilnya 44% responden mengaku sudah punya pengalaman seks pada
umur 16-18 tahun, serta 16% sudah mempunyai pengalaman seks pada umur 13-15 tahun, selain itu
40% tempat yang menjadi favoritnya adalah di rumah, 26% dilakukan di rumah kos, dan 26% dilakukan
di hotel.

Perkembangan teknologi informasi yang cepat memberikan multiplier effect terhadap pertumbuhan
warung internet (warnet) di Indonesia. Ironisnya dengan menjamurnya warnet, tidak dapat
dimanfaatkan oleh sebagian besar remaja untuk mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan. Saat
ini, warnet (terutama yang memiliki bilik atau semi tertutup) menjadi salah satu tempat untuk
mengakses pornografi dan melakukan aktivitas yang mengarah kepada aktivitas seks bebas.

Pengaruh Pornografi Terhadap Prestasi Akademik

Fenomena bonus demografi harus dioptimalkan dengan menciptakan generasi unggul yang memiliki
prestasi. Prestasi akademik dapat diukur dengan suatu pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu
tujuan, karena suatu usaha belajar telah dilakukan oleh seseorang secara maksimal (Setiawan, 2006).
Salah satu indikator prestasi akademik yaitu nilai ulangan harian, UTS dan UAS, nilai rapor, dan nilai
Ujian Nasional (UN). Makin tinggi skor yang diperoleh, artinya tingkat keberhasilan dan kesuksesan yang
diraih makin baik. Sebaliknya, makin rendah skor yang diperoleh, artinya tingkat kegagalan makin tinggi
karena (biasanya) akan sulit untuk melanjutkan ke sekolah atau kampus yang unggul.

Artikel deduksi 2

Prestasi akademik diintrepretasikan sebagai output yang menggambarkan keberhasilan seorang pelajar
atau mahasiswa, sedangkan perilaku menyimpang yang mengarah kepada pornografi dan seks bebas
diasumsikan sebagai faktor penghambat untuk berprestasi secara akademik. Dua hal yang kontradiktif
tersebut saling terkait dan dapat menciptakan image seorang remaja jika dibandingkan dengan remaja
yang lainnya.

Nilai akademik dipengaruhi oleh kepribadian dan kerja keras tiap individu. Pribadi yang sering
melakukan perilaku menyimpang dan atau tindakan kenakalan lainnya dapat memengaruhi prestasi
akademik di sekolah. Akibat penyimpangan dan kenakalan yang telah disebutkan di atas, banyak
diantara mereka yang tidak sanggup mengikuti pelajaran, hilang kemampuan untuk konsentrasi, malas
belajar, patah semangat dan sebagainya. Tidak sedikit pula yang telah jatuh kepada kelakuan yang lebih
berbahaya lagi (Daradjat, 1973: 356).

Pornografi diawali oleh rasa keingintahuan yang tinggi terhadap seks, di sisi lain pendidikan seks yang
diperoleh di lingkungan keluarga sangat minim. Pornografi dapat mengubah pikiran secara otomatis,
tidak fokus dengan apa yang menjadi kewajibannya disekolah, kehilangan semangat belajar, dan malah
membuat siswa tersebut kecanduan dalam melakukan hal-hal yang negatif yang mengarah kepada seks
pranikah, seperti: berciuman, ciuman lidah, memegang payudara, memegang penis, menyentuh vagina,
hubungan seksual, dan seks oral

Pornografi dan seks bebas dapat diakses dan dilakukan baik di rumah maupun di tempat lain yang
memungkinkan. Akses untuk pornografi menjadi mudah karena media untuk menonton film porno pun
sangat banyak, bahkan dari telepon genggam. Aktivitas mengakses situs porno dapat menyita waktu
karena akan memberikan trade off sehingga seseorang tidak melakukan aktivitas lainnya, terutama
belajar.

Jenis kenakalan lain akibat dampak dari pornografi yang paling banyak dilakukan yaitu seks bebas. Hal ini
bisa terjadi baik dengan atau tanpa sepengetahuan orang tua. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya
pengawasan, terutama terhadap siswa yang memiliki jam beredar yang lebih banyak di luar rumah.

Pornografi dan seks bebas berpengaruh terhadap nilai akademik. Agar kedua perilaku menyimpang
tersebut tidak berdampak buruk terhadap nilai akademik, perlu upaya penanggulangan dan tindakan
pencegahan

https://www.balitbangham.go.id/detailpost/dampak-pornografi-dan-seks-bebas-terhadap-prestasi-
akademik

Anda mungkin juga menyukai