Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL

KENAKALAN REMAJA
SEBAGAI TANTANGAN
PANCASILA DEMI
MWEUJUDKAN NEGARA MAJU

Dosen :Hidayat Doe P.Si,M.Si


DISUSUN OLEH :
Febrias Pabontongan (H011231064)

UNIVERSITAS HASSANUDIN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
MATEMATIKA
2023/2024
Dampak Seks Bebas Terhadap Prestasi Akademik

Pancasila mengandung nilai nilai luhur yang didalamnya mengikat seluruh


rakyat Indonesia.Namun fakta yang dihadaapi sekarang adalah lebih banyak
penolakan nilai nilai tersebut,aspek-aspek tersebut dapt dilihat dari berbagai
perilaku dan yang paling menjadi sorotan adalah pada kaum terpelajar atau
remaja.Kemajuan teknologi jaman sekarang adalah jembatan yang memudahkan
berbagai remaja untuk hidup dalam dunia yang dipenuhi pelanggaran.Ksasus yang
paling rentan adalah “seks bebas”lalu bagaimana kita dapat menghentikannya ataa
apa upaya pemerintah dalam mengatasinya?Mari kita lihat fakta dilapangan
terlebih dahulu.
”Tolak Perilaku Seks Bebas di Kalangan Pelajar.Estimasi Indonesia akan
menjadi negara maju dinyatakan oleh McKinsey Global Institute. McKinsey
menyatakan bahwa pada tahun 2030, GDP Indonesia bisa menempati urutan
nomor 7 dunia. Hal tersebut ditunjang oleh peningkatan kelas menengah1 dari 45
juta orang pada tahun 2013 menjadi 135 juta orang pada tahun 2030. Dalam
jangka panjang Indonesia on the right track menuju negara maju, namun dalam
jangka pendek banyak terdapat permasalahan yang dapat menyebabkan target
menjadi developed country sulit untuk direalisasikan.
Kendala utama yang dapat menghalangi target untuk menjadi negara maju
yaitu terkait dengan penduduk sebagai subjek pembangunan. Titik fokusnya
mengarah kepada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai aktor utama
dalam pembangunan dan pengamalan nilai Pancasila . Kualitas SDM yang rendah
dapat menyebabkan produktivitas dan daya saing bangsa secara keseluruhan ikut
menurun.Faktanya, SDM Indonesia belum terlalu unggul, salah satu tolok
ukurnya yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri dari beberapa
indikator. Secara umum, pada tahun 2015 Indonesia menempati urutan IPM ke-
110 dari 188 negara, hal ini mengindikasikan kualitas SDM di Indonesia
tergolong dalam kategori sedang (UNDP, 2015).
SDM yang berkualitas dapat diwujudkan dengan melakukan investasi
pendidikan. Tuntutan peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan merupakan
hal mutlak yang diperlukan. Tindakan tersebut diperlukan mengingat pada tahun
2020- 2030, Indonesia akan mengalami bonus demografi, dimana jumlah
penduduk usia produktif mencapai 2/3 dari total jumlah penduduk (Adioetomo,
2005). Tanpa persiapan yang matang, penduduk produktif tersebut akan menjadi
beban pemerintah karena akan menimbulkan pengangguran, kemiskinan,
kesenjangan.
Potret Kenakalan Remaja di Indonesia: Pornografi dan Seks Bebas
Kenakalan remaja dapat dimulai dari tindakan coba-coba yang kemudian bisa
menimbulkan perilaku menyimpang. Seberapa besar penyimpangan yang terjadi
menentukan kadar kenakalan remaja yang diperbuat dan seberapa besar dampak
yang ditimbulkan. Menurut Elida Prayitno (2006: 8), tingkah laku negatif bukan
merupakan ciri perkembangan remaja yang normal, karena remaja yang
berkembang positif akan memperlihatkan perilaku yang baik.
Beberapa literatur yang terkait dengan kenakalan remaja (Maria: 2007,
Kienhuis: 2009, Joanna dalam Ruby: 2009, dan Willis dalam Sujoko 2011: 2)
menjelaskan bahwa jenis kenakalan yang dilakukan oleh remaja di bawah usia 17
tahun sangat beragam, mulai dari perbuatan yang bersifat amoral maupun anti
sosial. Perbutaan tersebut dapat berupa berkata jorok, mencuri, merusak, kabur
dari rumah, indisipliner di sekolah, membolos, membawa senjata tajam, merokok,
berkelahi dan kebut-kebutan di jalan sampai pada perbuatan yang sudah menjurus
pada perbuatan kriminal atau perbuatan yang melanggar hukum, seperti
pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, seks bebas, pemakaian obat-obatan
terlarang dan tindak kekerasan lainnya yang sering diberitakan di media
masa.Ruang lingkup dalam artikel ini akan difokuskan pada pornografi dan seks
bebas. Beberapa jenis kenakalan yang dilakukan remaja antara lain: (1) siswa
makin gemar menyimpan video porno, bahkan kerap mengunggahnya ke media
sosial (Bali Post, 27 Februari 2015); dan (2) siswa kelas VII SMP 163 Pejaten
tewas setelah terjatuh dari lantai 4 gedung sekolah karena berniat menghindari
razia ponsel (Liputan 6, 10 Oktober 2014).
Berdasarkan survey Synovate Research tentang perilaku seksual remaja (15-24
tahun) di Kota Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan hasilnya 44% responden
mengaku sudah punya pengalaman seks pada umur 16-18 tahun, serta 16% sudah
mempunyai pengalaman seks pada umur 13-15 tahun, selain itu 40% tempat yang
menjadi favoritnya adalah di rumah, 26% dilakukan di rumah kos, dan 26%
dilakukan di hotel.Perkembangan teknologi informasi yang cepat memberikan
multiplier effect terhadap pertumbuhan warung internet (warnet) di Indonesia.
Ironisnya dengan menjamurnya warnet, tidak dapat dimanfaatkan oleh sebagian
besar remaja untuk mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan. Saat ini,
warnet (terutama yang memiliki bilik atau semi tertutup) menjadi salah satu
tempat untuk mengakses pornografi dan melakukan aktivitas yang mengarah
kepada aktivitas seks bebas.
Pengaruh Pornografi Terhadap Prestasi Akademik

Fenomena bonus demografi harus dioptimalkan dengan menciptakan


generasi unggul yang memiliki prestasi. Prestasi akademik dapat diukur dengan
suatu pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan, karena suatu usaha
belajar telah dilakukan oleh seseorang secara maksimal (Setiawan, 2006). Salah
satu indikator prestasi akademik yaitu nilai ulangan harian, UTS dan UAS, nilai
rapor, dan nilai Ujian Nasional (UN). Makin tinggi skor yang diperoleh, artinya
tingkat keberhasilan dan kesuksesan yang diraih makin baik. Sebaliknya, makin
rendah skor yang diperoleh, artinya tingkat kegagalan makin tinggi karena
(biasanya) akan sulit untuk melanjutkan ke sekolah atau kampus yang unggul.
Prestasi akademik diintrepretasikan sebagai output yang menggambarkan
keberhasilan seorang pelajar atau mahasiswa, sedangkan perilaku menyimpang
yang mengarah kepada pornografi dan seks bebas diasumsikan sebagai faktor
penghambat untuk berprestasi secara akademik. Dua hal yang kontradiktif
tersebut saling terkait dan dapat menciptakan image seorang remaja jika
dibandingkan dengan remaja yang lainnya.
Nilai akademik dipengaruhi oleh kepribadian dan kerja keras tiap individu.
Pribadi yang sering melakukan perilaku menyimpang dan atau tindakan kenakalan
lainnya dapat memengaruhi prestasi akademik di sekolah. Akibat penyimpangan
dan kenakalan yang telah disebutkan di atas, banyak diantara mereka yang tidak
sanggup mengikuti pelajaran, hilang kemampuan untuk konsentrasi, malas
belajar, patah semangat dan sebagainya. Tidak sedikit pula yang telah jatuh
kepada kelakuan yang lebih berbahaya lagi (Daradjat, 1973: 356).
Pornografi diawali oleh rasa keingintahuan yang tinggi terhadap seks, di
sisi lain pendidikan seks yang diperoleh di lingkungan keluarga sangat minim.
Pornografi dapat mengubah pikiran secara otomatis, tidak fokus dengan apa yang
menjadi kewajibannya disekolah, kehilangan semangat belajar, dan malah
membuat siswa tersebut kecanduan dalam melakukan hal-hal yang negatif yang
mengarah kepada seks pranikah, seperti: berciuman, ciuman lidah, memegang
payudara, memegang penis, menyentuh vagina, hubungan seksual, dan seks oral
(Santrock, 2007: 258).
Jenis kenakalan lain akibat dampak dari pornografi yang paling banyak
dilakukan yaitu seks bebas. Hal ini bisa terjadi baik dengan atau tanpa
sepengetahuan orang tua. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengawasan,
terutama terhadap siswa yang memiliki jam beredar yang lebih banyak di luar
rumah.Pornografi dan seks bebas berpengaruh terhadap nilai akademik.
Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis perilaku menyimpang


berupa pornografi dan seks bebas kecenderungannya makin meningkat. Hal
tersebut menyebabkan dampak (baik secara langsung maupun tidak langsung)
terhadap pola tumbuh kembang remaja, terutama menyebabkan prestasi akademik
menjadi turun.

Pornografi dan seks bebas utamanya disebabkan oleh era keterbukaan saat ini dan
lemahnya pengawasan orang tua dan guru terhadap perilaku anak juga masih
minim. Padalah, anak usia sekolah merupakan asset bangsa dalam menghadapi
fenomena bonus demografi. Berdasarkan artikel yang telah diuraikan di atas, saya
mengajukan beberapa rekomendasi, antara lain:

1. Tiap individu sebaiknya lebih selektif dalam memilih teman dan aktivitas
pergaulan sehari-hari. Selain itu, kita perlu berusaha semaksimal mungkin untuk
tidak menyalahgunakan teknologi untuk hal yang negatif.

2. Pornografi dan aktivitas seks bebas memengaruhi nilai dan prestasi akademik.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan nilai akademik, peran orang tua dalam
mengawasi anak sebaiknya lebih intesif dalam implementasinya.

3. Sekolah (dan guru) dapat mengambil tindakan dengan mengeluarkan kebijakan


yang dianggap perlu untuk mengurangi siswa dapat mengakses pornografi di
sekolah dan meminimalisir ruang gerak siswa untuk melakukan seks bebas (dana
atau tindakan lain yang menjurus) di lingkungan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Adioetomo, Sri Moertiningsih Setyo. (2005). Bonus Demografi: Menjelaskan


Hubungan Antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi. Depok:
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Daradjat, Zakiah. (1973). Perawatan Jiwa untuk Anak-anak, Cet 2. Jakarta: Bulan
Bintang.
Grant, J.E. & Kim, S.W. (2003). Comorbidity of Impulse Control Disorders in
Pathological Gamblers. USA: The Oxford Handbook of Impulse Control
Disorder.
Panggabean, Edward. (2014, Oktober 10). Hindari Razia Hp, Siswa SMP 163
Tewas Terjatuh dari Lantai 4. Liputan 6.
http://m.liputan6.com/news/read/2117178/hindari- razia-hp-siswa-smp-163-
tewas-terjatuh-dari-lantai-4. Diakses pada 28 November 2016.
Prayitno, Elida. (2006). Psikologi Perkembangan Remaja. Padang: FIP UNP.
Rahman, Aried dan Gusniarti, Uly. (2008). Hubungan Antara Kenakalan Remaja
dengan Prestasi Belajar. Jurnal Penelitian Psikologi UII. Volume 1.
Santrock. (2007). Remaja (Edisi Kesebelas Jilid 1). Jakarta: Erlangga.
Sarwono, Sarlito W. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Sumantika, Ian. (2015, Februari 27). Simpan Video Porno, Prilaku Siswa
Mengkhawatirkan.
Bali Post Portal Berita.
http://balipost.com/read/headline/2015/02/27/30519/simpan-video-porno-prilaku-
siswa-mengkhawatirkan.html. Diakses pada 28 November 2016.
Suryabrata, Sumadi. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Synovate Reseaech. (2004). Perilaku Seksual Remaja. Kompas Cyber Media,
Jumat, 28 Januari 2005.
UNDP. (2015). Human Development Report 2015, Work for Human
Development. New York: United Nations Development Programme 1 UN Plaza.

Anda mungkin juga menyukai