Anda di halaman 1dari 12

PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI INDONESIA

TUGAS
Disusun Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan Kelulusan Mata Kuliah
PPKN

Oleh:

ALYA KINANTI
010123039

Kelas AB

( ……………………. )

Dosen Matakuliah:

Dr.Hj. Dyah Ersita Yustanti, SH., MH.


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2023
A. Latar Belakang

Di zaman yang semakin maju, permasalahan perilaku dan sosial yang terjadi
di masyarakat semakin beragam, khususnya permasalahan remaja. Perkembangan
teknologi saat ini telah banyak menimbulkan dampak yang merugikan bagi
remaja, sehingga menimbulkan kenakalan dikalangan remaja. Masa remaja
merupakan masa dimana individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap
lainnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, perilaku dan juga
penuh dengan permasalahan.

Secara sosiologis remaja pada umumnya sangat rentan terhadap pengaruh


luar, karena pada tahap ini merupakan proses pencarian jati diri, dimana mereka
mudah terpengaruh dan masih mengalami kesulitan dalam menentukan
panutannya. Mereka juga mudah terpengaruh oleh gaya hidup orang disekitarnya,
dimana saat ini kondisi mental remaja belum stabil sehingga remaja mudah
terpengaruh dan tidak stabil. Mereka cenderung mengambil jalan pintas dan tidak
mau memikirkan dampak negatifnya. Di banyak komunitas dan kota-kota besar
metropolitan, tidak mengherankan jika kesenangan, seks bebas, dan menghisap
ganja serta obat-obatan terlarang lainnya cenderung mudah menggoda remaja.

Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan fisik,


psikologis, dan intelektual. Sifat khas remaja adalah rasa ingin tahu, petualang,
menantang dan cenderung berani mengambil risiko tanpa berpikir dua kali. Salah
satu permasalahan yang muncul pada masa remaja adalah perilaku seks bebas.
Perilaku seks bebas merupakan salah satu akibat dari pergaulan bebas.
Permasalahan ini cenderung dilakukan oleh kelompok remaja pada usia
pertengahan dan akhir masa remaja.

Pematangan fungsi seksual seorang remaja akan menimbulkan hasrat seksual,


khususnya keinginan untuk mencapai kepuasan seksual melalui perilaku seksual.
Perilaku seks bebas remaja tidak lepas dari ketidaktahuan remaja terhadap
perilaku seksual. Terdapat bukti bahwa paparan pornografi dan pengaruh teman
sebaya merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku seksual
remaja. Kasus ilegal di Indonesia sering melibatkan remaja berusia sekitar 15
tahun, dan salah satu bentuk kenakalan remaja adalah seks bebas. Hal ini
didukung oleh temuan bahwa 39% remaja perempuan dan 57% remaja laki-laki
terlibat dalam hubungan seks bebas.

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia BPS, BKKBN,


KEMENTERIAN KESEHATAN RI, ICF INTERNATIONAL (2013), salah satu
faktor yang diperkirakan menjadi penyebab utama meningkatnya perilaku seksual
pada anak usia sekolah adalah perilaku pacaran. Sebagian remaja jaman sekarang
menganggap bahwa hubungan seksual pada masa pacaran adalah hal yang sudah
biasa dan wajar. Potensi terjadinya perilaku seks bebas dikalangan remaja lebih
besar, karena belum mengetahui dampak perilaku seks diluar nikah dan
melakukan perilaku seks yang tidak aman. Perilaku tersebut jika tidak segera
ditangani akan berdampak negatif bagi kesehatan reproduksi remaja, seperti:
kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi, tertular penyakit menular seksual
dan HIV/AIDS, hingga terjadi kematian.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Seks bebas

2. Perilaku Seks bebas

3. Faktor yang mendorong Perilaku Seks bebas pada Remaja di Indonesia

4. Dampak Perilaku Seks bebas pada Remaja di Indonesia

C. Tujuan Masalah

1. Memenuhi tugas mata kuliah PPKN

2. Untuk memahami pengertian Seks bebas

2
Potensi terjadinya perilaku seks bebas (Setiyaningrum, 2015).
3. Sebagai informasi untuk pembaca agar dapat menerapkan dalam kehidupan
bermasyarakat.

3
Potensi terjadinya perilaku seks bebas (Setiyaningrum, 2015).
1. Pengertian Seks bebas

Seks bebas yaitu perilaku seks yang dilakukan antara laki-laki dan
perempuan tanpa ikatan pernikahan yang sah. Seks bebas dianggap sebagai
perilaku yang kurang baik dan menyimpang serta bertentangan dengan aturan
normatif maupun harapan lingkungan sosial yang bersangkutan. Perilaku seksual
adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan
jenis (heteroseksual) maupun dengan sesama jenis (homoseksual), dimana objek
seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri. Seks
bebas merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual terhadap
lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan di luar hubungan pernikahan
mulai dari necking, petting sampai intercourse dan bertentangan dengan norma-
norma tingkah laku seksual dalam khayalan, atau diri sendiri.

Seks bebas (free sex) merupakan perilaku penyimpangan seksual, Seks


bebas berkembang dari suatu budaya barat yang menekankan pada kebebasan.
Didalamnya terdapat unsur-unsur kebebasan, seperti bebas melakukan hubungan
seksual sebelum menikah, bebas berganti-ganti pasangan, dan bebas melakukan
hubungan seksual usia dini.

Seks bebas berkembang mengikuti pola hidup dan budaya negatif yang
menganut kebebasan dalam segala hal. Hadirnya perilaku seks bebas karena
adanya pola pikir yang keliru. Misalnya, ada anggapan bahwa kebebasan harus di
jamin setiap individu, selama ia tidak mengganggu kebebasan orang lain. Jelas ini
anggapan yang keliru, Ini tidak bisa dijadikan alasan sebagai legalitas perilaku
seks bebas. Bagaimanapun juga seks bebas bertentangan dengan hukum, norma,
serta agama yang berkembang di negara kita. Bentuk-bentuk seks bebas ada
bermacam-macam, antara lain seks pranikah, kumpul kebo, seks sejenis
(homoseks/ lesbian), dan perzinaan atau pelacuran.

4
Potensi terjadinya perilaku seks bebas (Setiyaningrum, 2015).
2. Perilaku Seks bebas pada Remaja

Perilaku seks bebas pada remaja dilakukan sebelum adanya ikatan


pernikahan yang sah sebagai suami isteri dimata hukum dan agama. Perilaku seks
bebas adalah cara remaja mengekspresikan dan melepaskan hasrat seksual, yang
berasal dari kematangan organ seksual dan perubahan hormonal dalam berbagai
bentuk tingkah laku seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai
melakukan kontak seksual. Bagi sebagian remaja perilaku seks bebas merupakan
wujud dari ungkapan kasih sayang bahkan perilaku seks bebas di anggap menjadi
suatu hal yang wajar dilakukan oleh mereka. Tetapi perilaku tersebut dinilai tidak
sesuai dengan norma karena remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual.

Pada umumnya, aktivitas seks bebas dilakukan oleh remaja yang sedang
asyik tenggelam dalam romantisme lautan asmara, yang hanya ingin menyalurkan
hasrat seksual dengan pacar dan orang lain (selain pacar), atau hanya sekedar
iseng ingin mencari pengalaman baru. Bahkan ada juga yang memang sudah
ketagihan berhubungan seks.

Bentuk-bentuk aktivitas seksual yang dilakukan itu mulai dari sekadar


pegangan tangan, berciuman, berangkulan, petting (saling menggesekkan
kelamin), sampai yang paling mengkhawatirkan, yakni melakukan hubungan
kelamin (sex intercourse). Jadi, kalau gitu yang dimaksud dengan aktivitas seksual
itu bukan cuma hubungan kelamin saja. Aktivitas kontak fisik atau sekadar seks
ringan seperti sudah dicontohkan tadi, juga termasuk di dalamnya.

Ditambah dengan kurangnya pengetahuan remaja tentang seks yang masih


sangat terbatas. Faktor ini, ditambah dengan misinformasi yang diperoleh dari
sumber-sumber yang menyesatkan, seperti mitos seks, VCD pornografi, situs
porno internet, dan lain-lain, akan membuat pemahaman dan persepsi remaja
terhadap seks menjadi salah.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap remaja di daerah Kota Bogor


terdapat dari 1480 kasus hubungan seksual di luar nikah, terdapat 320 kasus
aborsi selama setahun ini di daerah Bogor kota. Entah berapa banyak lagi kasus

5
Potensi terjadinya perilaku seks bebas (Setiyaningrum, 2015).
yang tidak terdata. Data lain menyebutkan, dari 25 siswa SMP dan SMA yang
disurvey, hanya 3 siswa yang masih perawan. (Radar Bogor Metropolis, 28
Februari 2014) Yang lainnya mengaku pernah melakukan hubungan seks dengan
lebih dari 1 lelaki, empat, lima bahkan tujuh lelaki berbeda. Awalnya mereka
hanya ingin mencoba hubungan seks namun lama kelamaan menjadi ketagihan.
Seks bebas seakan sudah menjamur dan menggurita. Semakin hari semakin
beragam aktifitas zina, semakin beragam juga pelakunya dan semakin variatif
medianya. Serangan “eksposure” seks datang seperti air bah dan menyerang siapa
saja tanpa terkecuali. Seks bebas ibarat virus. Dia dapat terdeteksi, dan
membutuhkan penanganan khusus agar tidak menyebar luas. Butuh gerak cepat
agar tidak membunuh lebih banyak orang. Jika dibiarkan saja maka bagaimana
nasib remaja harapan untuk menjadi tulang punggung bangsa untuk melanjutkan
estafet pembangunan negeri ini.

3. Faktor yang mendorong Perilaku Seks bebas pada Remaja di Indonesia

a. Faktor Internal
1). Peran keluarga: gagalnya manfaat keluarga didalam memerankan
perannya sebagai tempat awal dalam kehidupan remaja yaitu menjadikan
faktor maraknya perilaku seks pranikah pada kalangan remaja.
2). Pendidikan seks dan pendidikan agama di dalam keluarga: pendidikan
seks mempunyai peranan penting didalam usaha mencegah perilaku seks
pranikah yang marak terjadi. Didalam pendidikan seksualitas, bukan hanya
memepelajarinya aspek seksualitas mulai dari sisi biologis bahkan juga
menyangkut permaslahan psikologis, budaya, moral, etika serta hukum.
Pendidikan seks memfokuskan perkembangan seksualitas, kesehatan
reproduksi, hubungan intim, body image serta peran gender. Pendidikan
seksualitas mencakup aspek biologi, sosial budaya, psikologi, dan spiritual
dari sisi
1) aspek kognitif,
2) aspek sikap,

6
Potensi terjadinya perilaku seks bebas (Setiyaningrum, 2015).
3) Aspek perilaku dimana mencakup kemampuan berkomunikasi hingga
mengambil keputusan.
b. Faktor Eksternal

1). Lingkungan pergaulan: pengaruh lingkungan memiliki peran yang tidak


kecil pada perubahan maupun terjadinya suatu pola perilaku. Pada dasarnya
manusia tidak bisah hidup sendiri sebab pada hakekatnya manusia
mempunyai naluri untuk hidup bersama (berkelompok). Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh bahwa dengan keberadaan remaja di lingkungan yang
kurang memadai, contohnya berdekatan dengan tempat pelacuran, sehingga
besar kemungkinan akan terjadinya perilaku seks pranikah. Serta adanya
lingkungan teman-teman bergaulnya, yang mana banyak dari mereka telah
melakukan seks pranikah, kejadian ini dapat mendorong remaja untuk
menirukan perilaku seks pranikah tersebut.

2). Pengaruh media: maraknya berkembang berbagai macam media, baik


elektronik ataupun cetak, manusia menebarkan budaya apapun dimana
kadang-kadang menyisipkan nilai-nilai yang berbeda pada pemakainya.
Contohnya, ide mengenai kebebasan seksual ditayangkan secara tegas dan
sangat jelas tanpa memiliki sensor yang kuat buat anak-anak. Dampak dari
berkembangnya informasi yang negatif itu, membuat remaja dipenuhi dengan
cara membahas dengan teman-temannya, tersedianya buku-buku mengenai
seks, maupun mencoba dengan jalan masturbasi, bercumbu hingga
berhubungan seksual. Hal ini disebabkan banyak yang masih menggangap
dan menilai masih tabu untuk dibicarakan remaja.

4. Dampak Perilaku Seks bebas pada Remaja di Indonesia

Dampak negatif dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya:

1). Dampak Psikologis : Perasaan marah, depresi, rendah diri, rasa berdosa, hilang
harapan masa depan (Rosyidah, 2019)

7
Potensi terjadinya perilaku seks bebas (Setiyaningrum, 2015).
2). Dampak Fisiologis

a. Risiko kehamilan pada usia dini; kehamilan pada usia dini yang terjadi terhadap
remaja memiliki risiko fisik antara lain, gampang terjadinya perdarahan selama
masa hamil, hal ini disebabkan sistem hormonal yang

terdapat dalam tubuh belum stabil, gampang terjadi keguguran disebabkan otot
Rahim belum kuat, serta gangguan selama periode hamil contonya keracunan
kehamilan dan kejang-kejang, kelahiran bayi belum saatnya (prematur), kesulitan
pada proses melahirkan, bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR), tidak
sehat dan kekurangan gizi.

b. Risiko psikologis; yaitu perasaan tertekan (stress), kecemasan/kekhawatiran


yang tinggi disebabkan menanggung beban

akan menjadi ayah maupun ibu, serta

adanya perasaan malu dan bersalah, dikucilkan orang tua, serta pertengkaran
maupun ditinggalkan oleh ayah dari anak yang dikandung.

c. Risiko social; dikucilkan hingga. memperoleh cemoohan dari orang lain,


dikeluarkan dari sekolah, terganggu masa depannya, serta menjadi ibu tunggal
(ayahdari anak yang dikandung pergi), stigma buruk bagi ibu dan anak.

d. Aborsi ataupun keguguran yaitu keluarnya janin sebelum saatnya, biasanya


pada kehamilan muda 1-3 bulan. Karena gagalnya leher rahim menahan janin
tetap berada di Rahim menyebabkan keguguran, namun penguguran bisa
dilaksanakan oleh dokter dengan sengaja dengan tujuan menyelamatkan jiwa ibu
yang terancam bila kehamilan dipertahankan, hal ini yaitu penguguran secara
medis. Pasangan muda yang belum menikah tetapi telah hamil dan kerap berusaha
mengugurkan kandungannya. Dilihat dari ajaran agama dan nilai-nilai kultural,
aborsi yaitu tindakan yang dilarang kerena dianggap sama dengan membunuh.
Tindakan aborsi dinilai membayakan jiwa sebab terjadinya perdarahan dan
robekan Rahim oleh alat-alat aborsi dan juga mengakibatkan kemandulan yang
disebabkan infeksi bahkan kematian ibu (kemenkes, 2012).

8
Potensi terjadinya perilaku seks bebas (Setiyaningrum, 2015).
3). Dampak Sosial : Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang
dilakukan sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja
perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu (Damarsih, 2009)

4). Dampak Fisik

a. Penyakit menular seksual

Penyakit menular seksual adalah sekelompok penyakit yang disebabkan oleh


infeksi berbagai jenis mikroorganisme (virus, bakteri, protozoa dan jamur) yang
menimbulkan gejala klinik utama disaluran kemih dan reproduksi atau
penularannya melalui hubungan seksual (Sarwono, 2007). Macam-macam
penyakit menular seksual: herpes, gonorrhea, sifilis, chlamydia, kandidiasis,
trikomoniasis.

b. Kanker Serviks

Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi berasal dari sel leher Rahim.
Kanker leher Rahim disebabkan oleh infeksi human papilloma virus (HPV).
Kanker serviks ditularkan melalui hubungan seksual. Perempuan yang melakukan
aktifitas seksual sebelum usia 18 tahun, berganti-ganti pasangan, menderita
penyakit menular seksual(PMS), berhubungan dengan pria yang sering berganti-
ganti pasangan, penurunan kekebalan tubuh merupakan faktor risiko terjadi
kanker serviks. Pencegahan utama adalah tidak berperilaku seksual berisiko,
melakukan skrining/penapisan dan melakukan vaksinasi HPV

c. HIV/AIDS

HIV adalah nama virus yang merupakan singkatan dari Human Immunodeficency
Virus, yaitu virus atau jasa renik yang sangat kecil yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia. AIDS merupakan sebutan untuk kondisi tubuh
seseorang dimana sistem kekebalan tubuhnya sudah mengalami kerusakan yang
sangat parah, sehingga mengakibatkan serangan HIV, dimana berbagai gejala
penyakit muncul dalam tubuhnya. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno
Deficiency Syndrome dimana kumpulan gejala yang disebabkan hilang atau

9
Potensi terjadinya perilaku seks bebas (Setiyaningrum, 2015).
berkurannya kekebalan tubuh.Dalam kondisi tersebut sistem kekebalan tubuh
telah sangat parah kehilangan,sehingga segala jenis kuman, virus, serta bibit
penyakit dapat menyerang tubuh tanpa dapat dilawan. Adanya kontak maupun
pencampuran dengan cairan tubuh yang telah mengandung HIV, melalui
hubungan seksual dan melalui darah, yaitu saat pengguna jarum suntik yang tidak
steril diantaranya pengguna narkoba, dan melalui transfusi darah yang
ditarnsfusikan telah mengadung HIV, darah ibu ke bayi yang sedang
dikandungnya dalam Rahim, serta alat suntik maupun benda tajam yang tercemar
darah yang telah mengandung HIV (alat cukur, jarum akupuntur, alat tindik),
melalui ASI dari ibu yang sedang HIV kepada bayinya, bebera hal diatas
merupakan cara penularan HIV (Kemenkes RI, 2012).

10
Potensi terjadinya perilaku seks bebas (Setiyaningrum, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin Basri, M. F. (2022). Pendidikan Seksual Komprehensif untuk


pencegahan Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja. Bandung - Jawa Barat:
Media Sains Indonesia.

Burhanuddin Basri, M. F. (2022). Pendidikan Seksual Komprehensif untuk


pencegahan Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja. Bandung - Jawa Barat:
Media Sains Indonesia.

Nasma, S. H. (2008). Let's Talk About Love. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

https://www.kompasiana.com/bagusprakasa/55289b0bf17e61b7698b45b5/bogor-

mengalami-perkembangan-sex-bebas-tiap-tahunnya

Pengertian, Bentuk dan Faktor Penyebab Perilaku Seks Bebas | by indotesis.com |

Medium

11
Potensi terjadinya perilaku seks bebas (Setiyaningrum, 2015).

Anda mungkin juga menyukai