NIM : PO.62.24.22.2.101
Masa remaja merupakan masa yang kritis dan rentan. Pada masa ini, individu mulai
berkembang baik secara fisik, sosial, dan psikologis. Mulai mengenal banyak hal dan
beradaptasi dengan lingkungan baru menjadi salah satu tahap yang akan dilalui oleh para
remaja. Manusia mengalami beberapa tahap perkembangan, mulai dari lahir hingga tutup usia.
Salah satu tahap perkembangan manusia ialah remaja. Hurlock (2011) dan Sarwono (2011)
membagi perkembangan remaja pada tiga tahap, yaitu remaja awal, remaja pertengahan, dan
remaja akhir. Pada masa remaja, mulai terjadi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan organ
reproduksi baik perempuan maupun laki-laki yang lebih signifikan. Sangat penting untuk
menjaga dan mempersiapkan diri. Salah satu hal yang menjadi penting dan sangat perlu untuk
dipahami pada tahap remaja ialahperkembangan seksual (Sabariah, 2017).
Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marial intercourse atau kinky-
sex merupakan bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar (Amiruddin dkk, 1998).
Seks bebas adalah kegiatan yang dilakukan secara berdua pada waktu dan tempat yang telah
disepakati bersama dari dua orang lain jenis yang belum terikat pernikahan. Perilaku seks bebas
adalah aktifitas seksual yang dilakukan di luar perkawinan yang sama dengan zina, perilaku ini
dinilai sebagai perilaku seks yang menjadi masalah sosial bagi masyarakat dan negara karena
dilakukan di luar pernikahan (Wahyuningsih, 2008).
Perilaku seks bebas merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa batas baik
tingkah laku seksnya sendiri maupun dengan siapa seks itu dilakukan tanpa melalui proses
pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-
masing (Nenggala, 2007).
Tingginya angka kejadian perilaku seks bebas pada remaja, disebabkan karena
perkembangan kognitif, emosional, dan kapasitas sosial selama awal masa remaja, serta rasa
ingin tahu yang tinggi dari para remaja mengenai segala hal, termasuk sosialisasi yang intens
ke dalam gender sikap dan perilaku seksual (Lerner, 2004), memicu mereka cenderung
mencoba melakukan perilaku seks bebas.
Dampak dari seks bebas (free sex) Khususnya pada remaja dapat dibagi menjadi bahaya
fisik, yang dapat terjadi adalah terkena penyakit kelamin (penyakit menular seksual/PMS) dan
HIV/AIDS serta bahaya kehamilan dini yang tak dikehendak. PMS adalah penyakit yang dapat
ditularkan dari seorang kepada orang lain melalui hubungan seksual (Wustha, 2017).
Selain itu, pengetahuan remaja mengenai dampak seks bebas masih rendah. Yang
paling menonjol dari kegiatan seks bebas ini adalah meningkatnya angka kehamilan yang tidak
diinginkan. Terlebih dengan makin berkembangnya kemajuan teknologi dalam mengakses
informasi terutama mengenai materi yang berkaitan tentang pornografi semakin mudah.
Seperti melalui internet, atau telepon seluler ditambah dengan pergaulan yang bebas akan
semakin memicu perilaku menyimpang dari para remaja (Muzayyanah, 2008).
Sarwono (2012) menyatakan bahwa perilaku seks bebas adalah segala tingkah laku
yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis mulai dari
tingkah laku yang dilakukannya dengan sentuhan, beciuman (kissing) berciuman belum
menempelkan alat kelamin yang biasanya 14 dilakukan dengan memegang payudara atau
melalui oral seks pada alat kelamin tetapi belum bersenggama (necking) dan bercumbuan
sampai menempelkan alat kelamin yaitu dengan saling menggesekkan alat kelamin dengan
pasangan namun belum bersenggama (petting) dan yang sudah bersenggama (intercourse),
yang dilakukan di luar hubungan pernikahan.
Menurut Sugiyanto (2013) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seks
bebas, di antaranya adalah:
Setiap perbuatan pasti ada balasannya, begitu juga dengan setiap perilaku pasti ada
konsekwensinya, sedangkan konsekwensi yang ditimbulkan dari hubungan seks bebas sangat
jelas terlihat khususnya bagi mahasiswi. Hamil di luar nikah merupakan salah satu produk dari
akibat perbuatan ini. Perilaku seks bebas khususnya bagi mahasiswa yaitu akan menimbulkan
masalah antara lain (Athar, dalam Wahyuningsih, 2008):