Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman kian hari semakin pesat, perubahan tersebut ditandai dengan

pengguna teknologi yang semakin canggih dan mudah diakses oleh siapapun dan

kapanpun. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari, semakin hari

semakin tumbuh dengan pesat seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, inovasi-inovasi

yang telah dihasilkan tentunya akan memberikan dampak yang positif bagi suatu Negara

sehingga mampu mendorong kearah perkembangan yang lebih pesat serta dapat

memperluas wawasan dan mencerdaskan bangsa. Namun disisi lain ternyata kemajuan

teknologi ini juga memunculkan dampak yang negatif. Salah satu dampak negatif yang

meluas di era modernisasi adalah banyaknya situs pornografi yang dengan mudah diakses

oleh kalangan remaja.

Kecanduan pornografi membuat remaja tidak mampu mengendalikan diri dan sulit

melepaskan pikiran tersebut karena sudah terlanjur tertarik dengan hal-hal negatif, akhirnya

akan timbul rasa penasaran dan ingin mencoba kemudian munculah tindakan yang

menyimpang diluar batas wajar. Pornografi sendiri merupakan sketsa, ilustrasi, foto,

tulisan, suara, bunyi, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lain

melalui berbagai bentuk media komunikasi dan atau pertunjukan di muka umum, yang

memuat kecabulan atau eksploitas seksual yang melanggar norma kesusilaan (UU No. 44

Th 2008 tentang pornografi).

Apalagi di masa remaja adalah masa dimana perilaku kaum remaja ingin mencoba

hal-hal baru yang mengakibatkan perubahan saat remaja terjadi begitu cepat dan tidak

seimbang. Masa ini juga sering disebut masa proses pencarian jati diri dengan mencoba

hal-hal baru termasuk perilaku yang beresiko. Oleh karena mudahnya dan semakin

meluasnya remaja yang mengakses melalui media elektronik maupun cetak yang berisi

tentang pornografi baik itu informasi maupun perilaku seks yang keliru. Apalagi saat ini

mengakses segala sesuatu hal yang di inginkan merupakan hal yang sangat mudah.
2
Fenomena tersebut menjadi problematika yang mengarah pada perilaku narkolema

pada remaja. Penyebaran masalah narkolema (narkoba lewat mata) atau tayangan

pornografi masih menjadi masalah yang kompleks hingga saat ini tanpa terkecuali remaja

di daerah kabupaten Tuban. Narkolema merupakan fenomena baru yang berarti narkoba

lewat mata adalah narkoba di era milenium baru yang membuat dunia berada di tengah-

tengah bencana yang mengerikan sekaligus dapat mengacaukan kehidupan, yang

disebabkan karena rasa keingintahuan remaja terhadap situs pornografi. Pornografi yang

biasa diakses manusia lewat mata memiliki efek kecanduan dan daya rusak pada otak.

Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) RI mengatakan, aduan terkait

konten negatif yang diterima didominasi oleh konten pornografi yaitu 2 sebanyak

1.028.702 konten pornografi dari 1.219.904 temuan konten negatif. Hal ini terus menerus

menyerang jagad maya serta menimbulkan keresahan di dunia nyata (Kementerian

Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, 2020). Berdasarkan data ECPAT (End

Child Prostitution, Child Pornography and Trafficking of Children for Sexual Purposes)

Indonesia, angka konsumsi konten pornografi masyarakat di Indonesia menempati angka

yang mengkhawatirkan. Salah satu survei yang dilakukan oleh situs penyedia video dewasa

asal Amerika menemukan Indonesia menempati posisi kedua pengakses video porno

terbanyak setelah India. Pada tahun 2019, sekitar 50% remaja pecandu pornografi di

Indonesia menemukan telah melakukan pelecehan seksual terhadap anak lain (Subiakto,

2020).

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang mengalami narkolema mulai dari

adanya kontrol diri yang kurang pada remaja, sikap individu,  dan pengawasan orang tua.

Lemahnya pengawasan orang tua pada anak bisa mempercepat dan mempermudah anak

mengakses pornografi. Selain itu faktor teman sebaya (peer group) juga dapat menjadi

penyebab seorang mengalami narkolema, karena teman sebaya merupakan orang yang

sering berinteraksi karena kesamaan usia dan perkembangan sehingga memiliki dampak

besar terhadap perilaku remaja (Fitri et al., 2022). Teman/sahabat sebaya adalah teman

yang berada pada usia yang sama dan diantara mereka biasanya terjalin keakraban. Peranan
3
teman sebaya pada remaja sangat besar dalam kehidupan remaja sehari-hari. Remaja lebih

banyak berada diluar rumah bersama teman-teman sebaya sebagai kelompok, pengaruh

teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, dan perilaku lebih besar dari

pengaruh keluarga. Perilaku teman sebaya dalam kelompok menjadi acuan atau norma

tingkah laku yang diharapkan dalam kelompok. Tekanan teman sebaya memberikan

tekanan pada seseorang untuk mengikuti kelompoknya baik dia sebenarnya

menginginkannya atau tidak, dan biasanya tekanan teman sebaya dapat membuat orang

melakukan sesuatu yang tidak biasa di lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar

pengaruh negatif teman sebaya maka remaja semakin memiliki kecenderungan mengarah

ke perilaku narkolema.

Dampak yang terjadi jika narkolema terus dibiarkan dapat memberikan kerusakan

otak bagian depan (pre frontal cortex/ PFC), yang berfungsi sebagai pusat pertimbangan

dan pengambilan keputusan serta membentuk kepribadian seseorang (Hardiningsih, et all,

2021). Narkolema juga memiliki sejuta pengaruh buruk terhadap kesehatan mental maupun

fisik. Akibatnya bisa memberikan pengaruh buruk terhadap kegagalan adatapsi dan

timbulnya gejala-gejala yang ditandai dengan kurangnya daya berkonsentrasi, tidak dapat

membedakan benar dan salah, berkurangnya kemampuan untuk mengambil keputusan dan

menjadi pemalas. (Ardiansyah, SKM, MM – RSUP dr. Mohammad Hoesin, 2022). Selain

itu, secara medis dampak narkolema sangat beragam mulai dari penyakit seksual seperti

HIV-AIDS dan adanya kemungkinan penyimpangan seksual seperti perzinahan, pelecehan

seksual, pemerkosaan seks bebas termasuk seks sesama jenis atau LGBT, yang

kesemuanya itu akan mengakibatkan penyakit dan bencana pada generasi muda, karena

rusaknya moral sehingga tidak dapat lagi membedakan yang benar dan yang salah.

Pornografi menjadi point of enter dari kejahatan seksual dengan obyek bahkan subjek

kejahatan seksual. (Winarti et al., 2021) dan penyebab terjadinya kekerasan seksual pada

anak salah satunya dapat terjadi adanya narkolema.

Guna mengatasi narkolema yang diakibatkan oleh pengaruh pronografi, kiranya

orang tua bisa meningkatkan kewaspadaan dan bimbingannya kepada putra-putrinya,


4
dengan melakukan komunikasi seefektif mungkin. Beberapa upaya yang dapat dilakukan

antara lain dengan meningkatkan pengetahuan remaja tentang bahaya narkolema dan

perilaku seksual melalui pemberdayaan teman sebaya sebagai fasilitator kegiatan,

berkerjasama dengan pihak sekolah, kampus, kelompok remaja, masyarakat dan orang tua

(dalam hal ini komite) (Tisngati et al., 2021).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Hubungan Dukungan Teman Sebaya Dengan Perilaku Narkolema di

SMK N 1 Tuban.
5

Anda mungkin juga menyukai