Anda di halaman 1dari 14

Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 4 (1) (2018): 31-44

ANTHROPOS:
Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya
Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/anthropos

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Menonton Film Porno


pada Remaja

Eryanti Novita

Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Medan Are, Indonesia

Abstrak
Tulisan ini mengindentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan menonton film porno pada remaja. Dimana mereka
sering melakukan aktivitas seperti menonton Film porno saat sendiri dan saat bersama temannya. Kebiasaan menonton Film
Porno dapat terjadi karena banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhinya adalah dari internet,
keluarga, teman sebaya dan diri sendiri. Karena hal seperti itu hanya akan merusak moral serta rendahnya pemahaman norma
yang ada sehingga timbulnya keinginan untuk melakukan menonton Film Porno. Melihat kondisi ini dapat memenuhi kebutuhan
seseorang dan ada kecenderungan kebiasaan menonton film porno dengan menggunakan segala cara agar kebutuhan tersebut
dapat terpenuhi. Urutan faktor yang mempengaruhi kebiasaan menonton film porno pada remaja yaitu teman sebaya,
kecanggihan teknologi, diri sendiri, adanya ketertarikan untuk menonton film porno, kurangnya sarana dan prasarana dan
wadah-wadah yang menampung bakat dari remaja itu sendiri, pengaruh lingkungan, adanya pengalihan dan kurangnya bisanya
memanfaatkan waktu luang, kebutuhan seksual, adanya permintaan pasangan, keluarga.
Kata Kunci: Kebiasaan Menonton, Film Porno, Remaja

Abstract
This paper identifies the factors that influence the habit of watching porn movies in adolescents. Where they often do activities such
as watching porn film when alone and when with friends. Porn movie watching habits can occur because of many factors that
influence it. Factors that influence it is from the internet, family, peers and yourself. Because such things will only damage the moral
and low understanding of the norm that there is the emergence of the desire to perform watching Porn. Seeing this condition can
meet the needs of someone and there is a tendency to watch the habit of porn movie using any means to meet these needs can be
met. The sequence of factors that influence the habits of watching porn films on teenagers are peers, technological sophistication,
self, interest in watching porn films, lack of facilities and infrastructure and containers of youth's own talents, environmental
influences, diversion and lack of usually take advantage of free time, sexual needs, the demand for couples, family.
Keywords: Watching Habits, Porn Movies, Teenagers

How to Cite: Novita, E. (2018), Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Menonton Film Porno pada Remaja.
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 4 (1): 31-44.
*Corresponding author: ISSN 2460-4585 (Print)
E-mail: eryantipsiuma@gmail.com ISSN 2460-4593 (Online)

31
Eryanti Novita, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Menonton Film Porno pada Remaja

PENDAHULUAN menonton film porno tidak sulit didapat. Mulai dari


Berkembangnya teknologi digital telah video atau VCD yang berdurasi panjang sampai
memudahkan untuk mengakses terhadap materi potongan-potongan adegan yang terdapat di
pornografi. Kebebasan mengkopi atau membajak internet maupun hand phone. Para penikmat film
materi pornografi dalam bentuk digital (VCD/DVD, porno khususnya mahasiswa pasti tidak asing lagi
file di HP) membuat remaja mudah sekali terdedah dengan nama-nama seperti Mia Khalifa, Maria
(exposed) pada pornografi. Kebebasan Ozawa (Miyabi), Asia Carera, Evelyn Lin, Georgia
membajakfilm berisi pornografi membuat media Peach dan lain-lain. Bahkan bintang film porno
berisi pornografi mudah diakses oleh para remaja, dalam negeri yang melebarkan sayap keluar negeri
yang sedangsangat ingin tahu tentang masalah seperti Tiara Lestari dan Jade Marcella. Pornografi
seksual tetapi sulit mengkomunikasikannya pada belakangan digunakan untuk publikasi segala
orangtua atau guru. Di Indonesia pendedahan sesuatu yang bersifat seksual, khususnya yang
pornografi pada remaja diduga mempunyai skala dianggap berselera rendah atau tidak
nasional, walaupun data tentang hal ini masih bermoral.Apalagi pembuatan, penyajian atau
belum diketahui, terutama di kota-kota kabupaten konsumsi bahan tersebut dimaksudkan hanya
atau propinsi, walaupun banyak juga remaja di untuk membangkitkan rangsangan seksual.
desa pelosok yang terkena wabah Masyarakat juga membedakan antara pornografi
pornografitersebut.Perubahan tata nilai didaerah ringan dengan pornografi berat. Pornografi ringan
perkotaan dapat mempengaruhi perilakuseksual umumnya merujuk kepada bahan-bahan yang
masyarakat. Hal ini memberi peluang terjadinya menampilkan ketelanjangan adegan-adegan yang
perilaku seks bebas,misalnya dengan menjamurnya secara sugesti bersifat seksual, atau menirukan
peredaran film porno di kalangan remaja. Film-film adegan seks, sementara pornografi berat
yang bertemakan percintaan juga termasuk salah mengandung gambar-gambar alat kelamin dalam
satu film Indonesia yang booming banyak sekali keadaan terangsang dan kegiatan seksual termasuk
adegan vulgar yang menjurus ke arah pornogafi penetrasi.
seksual dan kehidupan bebas dikalangan remaja, Secara signifkan, pornografi mewabah dan
karena adegan seperti itu hanya akan merusak melanda seluruh umat manusia di muka bumi ini.
moral dan akan memberikan citra yang buruk bagi Adanya teknologi televisi, komputer, digital,
bangsa ini. handphone dan internet semakin mempercepat
Internet saat ini merupakan fasilitas yang penyebaran informasi mengenai materi pornografi
tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. dibandingkan media informasi lainnnya (Set,
Banyaknya fitur yang ada di internet membuat 2007). Meningkatnya kemudahan mengakses
penggunanya merasa terbantu, misalnya bagi informasi dan banyaknya kesempatan
peserta didik dalam mengerjakan tugas. seacrh mendapatkan berbagai peralatan serta waktu,
engine seperti google merupakan salah satu yang memberi efek yang cukup menghawatirkan bagi
banyak diakses oleh mereka, namun sayang, mesin anak muda jaman sekarang (Kompas Online, 2008).
pencari ini tidak cukup baik dalam menyaring Remaja lebih menyukai materi seks yang berbau
informasi yang ada, misalnya ketika pengguna pornografi dibanding materi seks tentang
memasukkan kata kunci cerita, yang muncul adalah kesehatan reproduksi dan sejenisnya tanpa
situs cerita dewasa atau cerita seks, hal ini yang mempedulikan dampaknya. Pornografi memiliki
membuat peserta didik kadang terjerumus dalam dampak psikologis yang berbeda bagi remaja putra
mengakses situs porno, setelah melihat situs dan putri dalam tingkatan frekuensi dan intensitas
tersebut, biasanya mereka merasa penasaran, dan tertentu (Paul & Linz, 2007). Media yang
setelah sekali membuka, mereka terus membuka mengandung substansi seksualsemakin banyak
situs-situs porno yang lainnya (Ranti Purwanti, tersebar di lingkungan kita dalam satu dekade
2014). terakhir, sehingga pornografi merupakan epidemi
Industri film porno dewasa ini memang (wabah) yang sulit dihindari dalam kehidupan
sangat banyak, karena film semacam ini termasuk masyarakat kota.
film yang banyak di cari dan sangat mudah Pornografi di Indonesia dianggap sebagai
didapat.Dengan majunya zaman, media untuk sebuah masalah sosial. Pornografi disinyalir

32
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 4 (1) (2018): 31-44

sebagai penyebab degradasi moral, pemerkosaan kepribadian serta sebagai pengontrol bagi anaknya
dan penurunan harga diri manusia. Sebagai contoh untuk dapat memberikan batasan-batasan dalam
kehamilan sebelum pernikahan, aborsi, seks bebas, menjalani kehidupan sosial mulai semakin terkikis
penularan berbagai macam penyakit kelamin. dengan masuknya era modernisasi. Dengan kurang
Selain kenakalan remaja, dampak dari adanya tanggapnya pada diri orang tua mengenai
pornografi dalam media massa yang mungkin pentingnya aturan-aturan bagi remajanya,
terjadi adalah perilaku seks bebasdi kalangan mengakibatkan remaja merasa bebas untuk
remaja.Dampak menonton film yang bersifat menerima segala informasi yang di dapat dari luar
pornografi di VCD terhadap perilaku remaja adalah baik hal tersebut mengarahkan ke hal yang negatif
terjadinya peniruan yang memprihatinkan. seperti melakukan seks bebas. Dengan ditunjang
Peristiwa dalam film memotivasi dan merangsang adanya pendukung seperti internet, tayangan-
kaum remaja untuk meniru atau mempraktikkan tayangan yang menjurus pada seks bebas dan
hal yang dilihatnya, akibatnya remaja menjadi banyaknya video porno yang beredar semakin
semakin permisif terhadap perilaku dan norma meyakinkan remaja untuk meniru hal
yang ada (Rosadi, 2001). Pola-pola perilaku tersebut.Faktor internal adalah faktor yang
merupakan cara-cara masyarakat bertindak atau memang sudah ada secara alamiah. Faktor
berkelakuan yang sama dan harus diikuti oleh eksternal antara lain berupa lingkungan
semua anggota tersebut. Setiap tindakan manusia sosial/pergaulan anak, dan sejauh mana anak
dalam masyarakat selalu mengikuti pola- memperoleh eksposur kecabulan. Jika seseorang
polaperilaku masyarakat tadi. Pola-pola perilaku terlalu sering mendapat eksposur itu, ia akan cepat
berbeda dengan kebiasaan. Pola-pola perilaku dirangsang untuk melakukan tindakan-tindakan
masyarakat sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang konkret. Adanya faktor eksternal ini – berupa
masyarakat. Kebiasaan merupakan cara bertindak macam-macam bentuk rangsangan seksual yang
anggota masyarakat yang kemudian diakui provokatif (antara lain pornografi).
danmungkin diikuti oleh orang lain. Kebiasaan Meningkatnya minat menonton yang
dilakukan secara berulang-ulang yang menjadi membuat remaja selalu berusaha mencari lebih
respon dari suatu perilaku. Jika kebiasaan adalah banyak informasi mengenai menonton film porno
respon dari perilaku maka respon yang didapatkan pada teman sebayanya. Oleh karena itu, mereka
dari perbuatan yang sama tidak akan sama karena selalu terdorong untuk mencari informasi
perbuatan manusia dipengaruhi oleh pengetahuan mengenai Film Porno melalui, buku-buku, majalah,
dan pengalaman hidupnya. internet dan juga dari temen sebayanya. teman
Kehidupan remaja itu sendiri tidak terlepas sebaya diartikan sebagai kawan , sahabat atau
dari media massa. Kegiatan mereka adalah orang yang sama – sama bekerja atau berbuat.Hal
menonton televisi dan film, membaca majalah, itu dilakukan dengan berbagai macam alasan
mendengarkan musik dan radio, serta browsing terutama di karenakan adanya pengaruh dari
internet. Remaja kini memang semakin mudah teman sebayanya sendiri.
mengakses media massa. Namun, sedikit remaja Remaja yang sering menonton Film porno
yang paham tentang betapa besar hubungan apa (lebih atau sama dengan 3 kali seminggu ) berisiko
yang mereka dengar, baca dan tonton. Mereka tidak mengalami efek dari faktor paparan pornografi
percaya bila dikatakan bahwa media dapat dibandingkan dengan remaja yang jarang
mempengaruhi cara berpikir mereka hingga menonton (kurang dari satu kali sebulan). Kondisi
perilaku mereka, dan beberapa fakta menunjukkan ini sesuai dengan teori mengenai persepsi yang
bahwa remaja kerap dijadikan target utama media menyatakan bahwa pengulangan (repetition)
massa. Isi mediapun semakin beragam dan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
pornografi kerap hadir dimasyarakat melalui media suatu stimulus masuk dalam rentang perhatian
massa. Padahal remaja merupakan sosok yang kita. Pornografi bagi remaja merupakan sesuatu
paling rentan terkena bahaya pornografi setelah yang baru dan sangat menarik perhatian. Semakin
kelompok anak-anak (Soebagijo, 2007). menarik informasi media pornografi semakin
Keluarga yang pada dasarnya mempunyai banyak pengulangan informasi seksualitas yang
peranan untuk membentuk perkembangan dan terjadi. Jika seseorang terlalu sering mengakses

33
Eryanti Novita, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Menonton Film Porno pada Remaja

pornografi, maka ia akan cepat terangsang untuk dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang
melakukan tindakan–tindakan yang konkret. masih banyak dikutip orang.
Hal ini menjadi suatu fenomena yang lumrah Menurut Erickson masa remaja adalah masa
terjadi di lingkungan perkotaan yang sedang dalam terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas
perubahan dan pertumbuhan. Oleh karena itu, diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James
sangat penting kiranya untuk menggali lebih dalam Marcia yang menemukan bahwa ada empat status
lagi tentang hakekat faktor-faktor perilaku identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion,
kebiasaan menonton Film Porno serta demi confussion, moratorium, foreclosure, dan identity
menciptakan suatu pemahaman dan analisa achieved (Santrock, 2003). Karakteristik remaja
terhadap kebiasaan menonton Film Porno. Bahwa, yang sedang berproses untuk mencari identitas diri
hampir semua kebiasaan kebiasaan menonton Film ini juga sering menimbulkan masalah pada diri
Porno berkaitan dengan faktor-faktor perilaku remaja. Papalia dan Olds (2001) menyatakan
kebiasaan menonton Film Porno. Mengikuti atau bahwa masa remaja adalah masa transisi
melihat contoh tindakan menonton Film Porno perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa
termasuk Perilaku kebiasaan menonton Film Porno dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12
disebabkan adanya faktor yang mempengaruhinya atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan
adalah dari internet, keluarga, teman sebaya dan tahun atau awal dua puluhan tahun.
diri sendiri. Karena hal seperti itu hanya akan Dari beberapa uaraian diatas, maka dapat
merusak moral serta rendahnya pemahaman disimpulakan remaja adalah masa peralihan dari
norma yang ada sehingga timbulnya keinginan masa anak-anak menuju masa dewasa, yang
untuk melakukan menonton Film Porno. usianya dimulai dari usia 12 tahun sampai dengan
21 tahun, dimana remaja mengalami perubahan
PEMBAHASAN fisik, kematangan organ seksual, kognisi,
Pengertian Remaja kepribadian, bersosialisasi, mulai mencari identitas
Istilah adolescence mempunyai arti yang dirinya dengan berbagai cara dan pengalaman yang
lebih luas, mencakup kematangan mental, mereka pilih.
emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini Seperti halnya dengan semua periode yang
diungkapkan oleh Piaget, “Secara psikologis, masa penting selama rentang kehidupan. Menurut
remaja adalah usia saat anak tidak lagi merasa di Hurlock masa remaja mempunyai ciri - ciri tertentu
bawah tingkat orang – orang yang lebih tua, yang membedakannya dengan periode sebelumnya
melainkan berada dalam tingkatan yang sama, dan sesudahnya. Ciri - ciri tersebut akan
sekurang kurangnya dalam masalah hak (Al- diterangkan secara singkat di bawah ini (Hurlock,
Migwar, 2006). Menurut Hurlock (1981) remaja 2004):
adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. 1. Masa remaja sebagai periode yang penting.
Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja Kendatipun semua periode dalam rentang
adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam kehidupan adalah penting, namun kadar
Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang kepentingannya berbeda - beda. Ada beberapa
12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang periode yang lebih penting daripada beberapa
diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya periode lainnya, karena akibatnya yang
masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa langsung terhadap sikap dan perilaku, dan ada
remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal lagi yang penting karena akibat - akibat jangka
juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan panjangnya.
remaja yang diperpendek. Remaja adalah masa 2. Masa remaja sebagai periode peralihan.
yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini Peralihan tidak berarti terputus dengan atau
sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di berubah dari apa yang telah terjadi
awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu sebelumnya. Artinya, apa yang telah terjadi
Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada
yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai apa yang terjadi sekarang dan yang akan
datang.

34
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 4 (1) (2018): 31-44

3. Masa remaja sebagai periode perubahan. bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku cita - cita. Cita -cita yang tidak realistik ini,
selama masa remaja sejajar dengan tingkat tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi
perubahan fisik. Selama awal masa remaja, keluarga dan teman-temannya, menyebabkan
ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, meningginya emosi yang merupakan ciri awal
perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung masa remaja.
pesat. Kalau perubahan fisik menurun maka 8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
perubahan sikap dan perilaku menurun juga. Dengan semakin mendekatnya usia
Perubahan yang sama yang hampir bersifat kematangan yang sah, para remaja menjadi
universal diantaranya, meningginya emosi, gelisah untuk meninggalkan usia belasan tahun
perubahan tubuh, dengan berubahnya minat dan untuk memberikan kesan bahwa mereka
dan pola perilaku, maka nilai - nilai juga sudah hampir dewasa.
berubah dan sebagian besar remaja bersikap
ambivalen terhadap setiap perubahan. Faktor–faktor yang Mempengaruhi
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah. Masalah Perkembangan Remaja
masa remaja sering menjadi masalah yang sulit Faktor-faktor yang mempengaruhi
diatasi. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu. perkembangan remaja menurut pandangan
Pertama, sepanjang masa kanak - kanak, Gunarsa dan Gunarsa (1991) dalam Dariyo (2004)
masalah anak - anak diselesaikan oleh orang bahwa secara umumada 2 faktor yang
tua dan guru - guru, sehingga kebanyakan mempengaruhi perkembangan remaja (bersifat
remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi dikhotomi) yaitu :
masalah. Kedua, karena para remaja merasa 1. Faktor Endogen (nature)
diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi Dalam pandangan ini dinyatakan bahwa
masalahnya sendiri, menolak bantuan orang perubahan-perubahan fisik maupun psikis
tua dan guru - guru. dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas. herediter yaitu yang diturunkan oleh orang tuanya,
Salah satu cara untuk mencoba mengangkat misalnya postur tubuh (tinggi badan), bakat minat,
diri sendiri sebagai individu adalah dengan kecerdasan, kepribadian, dan sebagainya. Kalau
menggunakan simbol status dalam bentuk kondisi fisik individu dalam keadaan normal
mobil, pakaian dan pemilikan barang - barang berarti ia berasal dari keturunan yang normal pula
lain yang mudah terlihat. Dengan cara ini yaitu tidak memiliki gangguan. Hal ini dapat
remaja menarik perhatian pada diri sendiri dan dipastikan orang tersebut akan memiliki
agar dipandang sebagai individu, sementara pertumbuhan dan perkembangan fisik yang
pada saat yang sama ia mempertahankan normal. Hal ini juga berlaku untuk aspek psikis dan
identitas dirinya terhadap kelompok sebaya. psikososialnya. Perlu diketahui bahwa kondisi fisik,
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan psikis, atau mental yang sehat, normal dan baik
ketakutan. Banyak anggapan populer tentang menjadi predisposisi bagi perkembangan
remaja yang mempunyai arti yang bernilai, dan berikutnya.
sayangnya banyak di antaranya yang bersifat 2. Faktor eksogen
negatif. Remaja adalah anak-anak yang tidak Pandangan faktor exogen menyatakan
rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung bahwa perubahan dan perkembangan individu
merusak dan berperilaku merusak, sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
menyebabkan orang dewasa yang harus berasaldari luar individu itu sendiri. Faktor ini di
membimbing dan mengawasi kehidupan antaranya berupa lingkungan fisik maupun
remaja muda takut bertanggung jawab dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik berupa
bersikap tidak simpatik terhadap perilaku tersedianya sarana dan fasilitas, letak geografis,
remaja yang normal. cuaca, iklim, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan
7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis. sosial ialah lingkungan dimana seorang
Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan mangadakan relasi/ interaksi dengan individu atau
orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan sekelompok individu didalamnya. Lingkungan

35
Eryanti Novita, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Menonton Film Porno pada Remaja

sosial ini dapat berupa keluarga, tetangga, teman, 8. Memperoleh seperangkat nilai dan siytem etika
lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, dan sebagai pedoman berperilaku
sebagainya. Sedangkan menurut Hurlock (1990), seluruh
tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan
Interaksi antara Endogen dan Eksogen pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang
Dalam kenyataannya masing-masing faktor kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan
tersebut tak dapat dipisahkan. Kedua faktor itu untuk menghadapi masa dewasa. Adapun tugas
saling berpengaruh, sehingga terjadi interaksi perkembangan remaja adalah:
antara faktor internal maupun internal, yang 1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih
kemudian membentuk dan mempengaruhi matang dengan teman sebaya baik pria
perkembangan individu. Dengan demikian, maupun wanita
sebenarnya faktor yang ketiga ialah kombinasi dari 2. Mencapai peran sosial pria dan wanita
kedua faktor itu. Para ahli perkembangan sekarang 3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan
(Berk, 1993 ; Gunarsa dan Gunarsa, 1991 ; Papalia, tubuhnya secara efektif
Olds, dan Feldman, 2001 ; Santrock, 1999) 4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial
meyakini bahwa kedua faktor internal (endogen) yang bertanggung jawab
maupun eksternal (exogen) tersebut mempunyai 5. Mencapai kemandirian emosional dari orang
peran yang sama besarnya, bagi perkembangan dan tua dan orang dewasa lainnya
pertumbuhan individu. Oleh sebab itu, sebaiknya 6. Mempersiapkan karir ekonomi untuk masa
dalam memandang dan memprediksi yang akan datang
perkembangan seseorang harus melibatkan kedua 7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
faktor tersebut secara utuh (holistik, integratif, dan 8. Memperoleh nilai-nilai dan sistem etis sebagai
komprehensif), dan bukan partial (sebagian saja). pegangan untuk berperilaku dan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan, mengembangkan ideologi
faktor–faktor yang dapat mempengaruhi Berdasarkan uaraian di atas maka dapat
perkembangan remaja ada 3, yaitu faktor endogen disimpulkan tugas–tugas perkembangan remaja
yaitu faktor dari dalam diri remaja tersebut, faktor yaitu mencapai hubungan baru dan yang lebih
eksogen yaitu faktor yang berasal dari luar diri matang dengan teman sebaya baik pria maupun
remaja seperti lingkungan dan yang terakhir adalah wanita, mencapai peran sosial pria atau wanita,
interaksi antara endogen dengan eksogen. menerima keadaan fisiknya dan menggunakan
tubuhnya secara efektif, mengharapkan dan
Tugas-tugas Perkembangan Remaja mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab,
Tugas-tugas perkembangan pada masa mempersiapkan karier ekonomi, membangun
remaja oleh Havigurst (Hurlock, 1980-10) keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang
mendeskripsikan tugas-tugas perkembangan diperlukan sebagai warga negara yang baik,
remaja sebagai berikut : memupuk dan memperoleh perilaku yang dapat
1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih dipertanggung jawabkan secara sosial,
matang dengan teman sebaya baik pria memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika
maupun wanita sebagai pedoman berperilaku
2. Mencapai peran sosial pria atau wanita
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan Aspek-aspek Perkembangan Remaja
tubuhnya secara efektif 1. Perkembangan Fisik
4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial Yang dimaksud dengan perkembangan fisik
yang bertanggung jawab adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak,
5. Mempersiapkan karier ekonomi kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik
6. Membangun keterampilan intelektual dan (Papalia & Olds, 2001).Perubahan pada tubuh
konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat
negara yang baik tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan
7. Memupuk dan memperoleh perilaku yang kematangan organ seksual dan fungsi
dapat dipertanggung jawabkan secara sosial reproduksi.Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh

36
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 4 (1) (2018): 31-44

kanak-kanak yang cirinya adalah pada masa yang akan datang. Dengan demikian,
pertumbuhanmenjadi tubuh orang dewasa yang seorang remaja mampu memperkirakan
cirinya adalah kematangan.Perubahan fisik otak konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya
sehingga strukturnya semakin sempurna kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.
meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai
Papalia dan Olds, 2001). mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana
2. Perkembangan Kognitif mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif
seorang remaja termotivasi untuk memahami yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari
dunia karena perilaku adaptasi secara biologis kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih
mereka.Dalam pandangan Piaget, remaja secara logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola
aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu
informasi yang didapatkan tidak langsung diterima membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu
begitu saja ke dalam skema kognitif mereka.Remaja tujuan di masa depan (Santrock, 2001).
sudah mampu membedakan antara hal-hal atau Salah satu bagian perkembangan kognitif
ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya
lalu remaja juga menghubungkan ide-ide ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan
tersebut.Seorang remaja tidak saja cara berpikir egosentrisme (Piaget dalam Papalia &
mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, Olds, 2001). Yang dimaksud dengan egosentrisme
tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir di sini adalah “ketidakmampuan melihat suatu hal
mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. dari sudut pandang orang lain” (Papalia dan Olds,
Perkembangan kognitif adalah perubahan 2001). Elkind (dalam Beyth-Marom et al., 1993;
kemampuan mental seperti belajar, memori, dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan salah
menalar, berpikir, dan bahasa.Piaget (dalam satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang
Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada dikenal dengan istilah personal fabel.
masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu Personal fabel adalah “suatu cerita yang kita
interaksi dari struktur otak yang telah sempurna katakan pada diri kita sendiri mengenai diri kita
dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk sendiri, tetapi [cerita] itu tidaklah benar” .Kata
eksperimentasi memungkinkan remaja untuk fabel berarti cerita rekaan yang tidak berdasarkan
berpikir abstrak. fakta, biasanya dengan tokoh-tokoh hewan.
Piaget menyebut tahap perkembangan Personal fabel biasanya berisi keyakinan bahwa
kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam diri seseorang adalah unik dan memiliki
Papalia & Olds, 2001). Tahap formal operations karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini
adalah suatu tahap dimana seseorang sudah benar adanya tanpa menyadari sudut pandang
mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja orang lain dan fakta sebenarnya. Papalia dan Olds
tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta (2001) dengan mengutip Elkind menjelaskan
pengalaman yang benar-benar terjadi.Dengan personal fable sebagai berikut :
mencapai tahap operasi formal remaja dapat Personal fable adalah keyakinan remaja
berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang bahwa diri mereka unik dan tidak
remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau terpengaruh oleh hukum alam.Belief
egosentrik ini mendorong perilaku merusak
penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan diri (self-destructive) oleh remaja yang
seorang anak yang baru mencapai tahap operasi berpikir bahwa diri mereka secara magis
konkret yang hanya mampu memikirkan satu terlindung dari bahaya. Misalnya seorang
penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak
remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mungkin hamil (karena perilaku seksual
yang dilakukannya), atau seorang remaja
mampu memikirkan suatu situasi yang masih pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai
berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, meninggal dunia di jalan raya [saat
2001). mengendarai mobil), atau remaja yang
Remaja dapat memahami bahwa tindakan mencoba-coba obat terlarang (drugs)
yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek berpikir bahwa ia tidak akan mengalami

37
Eryanti Novita, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Menonton Film Porno pada Remaja

kecanduan. Remaja biasanya menganggap perkembangan kognitif yang memadai untuk


bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang menentukan tindakannya sendiri, namun
lain, bukan pada dirinya. penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak
Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki
dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman
semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan
sebaya (Conger, 1991).
bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami
Kelompok teman sebaya diakui dapat
kejadian yang membahayakan diri, merupakan
mempengaruhi pertimbangan dan keputusan
kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan
seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-
perilaku berisiko yang dilakukan remaja (Beyth-
Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al,
Marom, dkk., 1993).Umumnya dikemukakan bahwa
1993; Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan
remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan
Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa
yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat
kelompok teman sebaya merupakan sumber
melakukan perilaku yang dipandang berbahaya
referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan
tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.
sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi
Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian
remaja, teman-teman menjadi sumber informasi
membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun
misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian
orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama
yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan
untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku
sebagainya (Conger, 1991).
yang berisiko merusak diri (self-destructive).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat
Mereka juga mengemukakan adanya derajat yang
disimpulkan, ada 3 aspek perkembangan remaja,
sama antara remaja dan orang dewasa dalam
yaitu perkembangan fisiknya, perkembangan
mempersepsi self-invulnerability. Dengan
kognitifnya dan yang terakhir perkembangan
demikian, kecenderungan melakukan perilaku
kepribadian dan ssosialnya.
berisiko dan kecenderungan mempersepsi diri
invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada
Film Porno
remaja dan orang dewasa adalah sama.
Film berperan sebagai sarana baru yang
3. Perkembangan kepribadian dan sosial
digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah
Yang dimaksud dengan perkembangan
menjadi kebiasaan terdahulu kepada masyarakat
kepribadian adalah perubahan cara individu
umum. Film dapat dikatakan sebagai suatu
berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi
penemuan teknologi modern paling spektakuler
secara unik; sedangkan perkembangan sosial
yang melahirkan berbagai kemungkinan. Film
berarti perubahan dalam berhubungan dengan
memiliki pengertian paling umum, yaitu untuk
orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan
menampilkan serangkaian gambar yang diambil
kepribadian yang penting pada masa remaja adalah
dari objek yang bergerak. Gambar objek itu
pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan
memperlihatkan suatu seri gerakan atau momen
pencarian identitas diri adalah proses menjadi
yang berlangsung secara terus-menerus, kemudian
seorang yang unik dengan peran yang penting
diproyeksikan ke sebuah layar dengan memutarnya
dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001).
dalamkecepatan tertentu sehingga menghasilkan
Perkembangan sosial pada masa remaja
sebuah gambar hidup. Film dalam batasan
lebih melibatkan kelompok teman sebaya
sinematografis, sepanjang sejarahnya memberikan
dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds,
keleluasaan tema bila dilihat dari isi dan sasaran
2001).Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja
atau tujuannya.
lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah
Dalam pornografi ini memberikan semua
seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan
keinginan yang ingin diketahui tanpa
bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia &
membutuhkan saat untuk merenung, dengan
Olds, 2001).Dengan demikian, pada masa remaja
menonjolkan bagian tertentu dari tubuh ini akan
peran kelompok teman sebaya adalah besar.
menimbulkan ingatan dan rangsangan
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan
sesaat.Menurut Burhan film porno (2005) adalah
dalam menentukan perilaku diakui cukup
gambar-gambar perilaku pencabulan yang lebih
kuat.Walaupun remaja telah mencapai tahap
banyak menonjolkan tubuh dan alat kelamin

38
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 4 (1) (2018): 31-44

manusia, dengan sifatnya yang seronok, jorok dengan tampilan dan gerak yang
vulgar, dan membuat orang yang melihatnya membangkitkan syahwat penonton.
terangsang secara seksual. Film porno ini dapat 3. Media Visual (pandang) seperti koran, majalah,
diperoleh melalui dalam bentuk video, film, VCD, tabloid, buku (karya sastra,novel populer, buku
dan bentuk lainnya secara visual yang memuat non-fiksi) komik, iklan billboard, lukisan, foto,
gambar atau kegiatan pencabulan. atau bahkan media permainan seperti kartu:
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa a) Berita, cerita, atau artikel yang
film porno adalah perilaku pencabulan atau menggambarkan aktivitas seks secara
perilaku yang tidak senonoh yang dipertontonkan terperinci atau yang memang dibuat
secara umum atau dipertontonkan dipublik dengan dengan cara yang sedemikian rupa untuk
maksud dan tujuan untuk merangsang secara merangsang hasrat seksual pembaca.
seksual orang yang melihatnya, dengan ingatan b) Gambar, foto adegan seks atau artis yang
dari aktivitas seskual yang bersifat subjektif dan tampil dengan gaya yang dapat
mengacu pada situasi mental dan efektifitas membangkitkan daya tarik seksual.
seseorang. c) Iklan di media cetak yang menampilkan
artis dengan gaya yang menonjolkan daya
Jenis-Jenis Media Pornografi tarik seksual.
Dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 (UU d) Fiksi atau komik yang mengisahkan atau
Pornografi) yang dimaksud dengan jasa pornografi menggambarkan adegan seks dengan cara
adalah segala jenis layanan pornografi yang yang sedemikian rupa sehingga
disediakan oleh orangperseorangan atau korporasi membangkitkan hasrat seksual.
melalui pertunjukan langsung, televisi kabel, 4. Efek Pornografi
televiseteresterial, radio, telepon, internet, dan Teori-teori komunikasi membenarkan
komunikasi elektronik lainnya serta surat kabar, bahwa isi media yang datang secara berulang-
majalah, dan barang cetakan lainnya. ulang dan menarik perhatian khalayak akan
Sedangkan menurut Armando, 2004, jenis memiliki efek terhadap khalayak tersebut.
media yang mengandung unsur pornografi adalah: Begitu juga dengan pornografi. Pornografi
1. Media Audio (dengar) seperti siaran radio, sebenarnya tidak mudah mempengaruhi
kaset, CD, telepon, ragam media audio lain yang mereka yang sudah memiliki keyakinan bahwa
dapat diakses di internet: seks di luar nikah adalah salah, atau bahwa
a) Lagu-lagu yang mengandung lirik mesum, perempuan harus selalu diperlakukan dengan
lagu-lagu yang mengandung bunyi-bunyian hormat, atau bahwa kejahatan seksual adalah
atau suara-suara yang dapat diasosiasikan kejahatan yang biadab. Tapi bila pornografi
dengan kegiatan seksual. terus menerus mendatangi melalui film, video,
b) Program radio dimana penyiar atau VCD/DVD, internet, lagu, program televisi,
pendengar berbicara dengan gaya mesum novel, majalah, surat kabar, akan sangat bisa
c) Jasa layanan pembicaraan tentang seks dimengerti bila orang tersebut perlahan-lahan
melalui telepon (party lined) dan terganggu keyakinannya, sehingga akhirnya
sebagainya. mendukung ‘desakralisasi seks’. Efek ini akan
2. Media audio-visual (pandang-dengar) seperti semakin mudah terlihat pada mereka yang
program televisi, film layar lebar, video, laser sejak semula memang tidak memiliki sikap
disc, VCD, DVD, game komputer, atau ragam yang menentang perilaku seks bebas
media audio visual lainnya yang dapat diakses (Armando, 2004).
di internet: Apalagi kalau yang mengkonsumsi
a) Film-film yang mengandung adegan seks pornografi adalah anak-anak dan remaja. Mereka
atau menampilkan artis yang tampil berada pada usia yang sedang asyik belajar tentang
dengan berpakaian minim, atau tidak (atau kehidupan dan meniru apayang dilakukan orang
seolah-olah tidak) berpakaian. dewasa. Dalam usia itu, mereka masih dalam
b) Adegan pertunjukan musik dimana proses mencari dan belum memiliki keyakinan
penyanyi, musisi atau penari latar hadir yang teguh. Karenanya, bila mereka menjadi

39
Eryanti Novita, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Menonton Film Porno pada Remaja

konsumen pornografi, bisa diduga mereka akan media. Ini menyebabkan mereka yang
tumbuh menjadi orang dewasa kecanduan pornografi akan cenderung sulit
yangmempraktekkan perilaku seks bebas menjalin hubungan seks penuh kasih saying
(Armando, 2004). Cline, 1986 dalam Armando dengan pasangannya. Ini terjadi karena film-
(2004), menyebutkan bahwa ada tahap-tahap efek film porno biasa menyajikan adegan-adegan
pornografi bagi mereka yang mengkonsumsi seks yang sebenarnya tidak lazim atau
pornografi. Namun demikian efek pornografi tidak sebenarnya di anggap menjijikan atau
terjadi secara langsung. Efek pornografi dapat menyakitkan oleh wanita dalam keadaan
dilihat setelah beberapa waktu (jangka panjang). normal. Ketika si pria berharap pasangannya
Tahap-tahap dibawah ini adalah tahap efek melakukan meniru aktivitas semacam itu,
pornografi yang dialami oleh konsumen pornografi: keharmonisan hubungan itupun menjadi retak.
1. Tahap addiction (kecanduan). Sekali seseorang
menyukai materi cabul, ia akan mengalami Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan
ketagihan. Kalau yang bersangkutan tidak Menonton Film Porno terhadap Remaja
mengkonsumsi pornografi maka ia akan Kebiasaan berasal dari kata biasa, yang
mengalami “kegelisahan”. Ini bahkan dapat mengandung arti pengulangan atau sering
terjadi pada pria berpendidikan atau pemeluk melakukan. Parea (1987), kebiasaan terjadi melalui
agama yang taat. pengulangan. Sesuai dengan pernyataan, maka jika
2. Tahap Escalation (eskalasi). Setelah sekian suatu perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan
lama mengkonsumsi media porno, selanjutnya seseorang secara berulang-ulang dalam hal yang
ia akan mengalami efek eskalasi. Akibatnya sama, akan menjadi suatu kebiasaan. Sedangkan
seseorang akan membutuhkan materi seksual menurut Witherington (1982), kebiasaan
yang lebih eksplisit, lebih sensasional, lebih merupakan suatu cara bertindak yang telah
‘menyimpang’ dari yang sebelumnya sudah dikuasai yang bersifat tahan uji, seragam dan
biasa ia konsumsi. Bila semula, ia sudah merasa banyak sedikitnya otomatis.
puas menyaksikan gambar wanita telanjang, Kebiasaan menonton pornografi salah
selanjutnya ia ingin melihat film yang memuat satunya disebabkan oleh faktor lingkungan dan
adegan seks. Setelah sekian waktu, ia merasa lingkungan yang paling berpengaruh adalah
jenuh dan ingin melihat adegan lebih eskplisit lingkungan keluarga. Hal ini bisa terjadi jika orang
atau lebih liar, misalnya adegan sex tua kurang memberikan pendidikan agama yang
berkelmpok (sex group). Perlahan-lahan itupun kuat terhadap anak nya sehingga mudah
akan menjadi Nampak biasa, dan iamulai terpengaruh pada hal-hal negatif yang merusak
menginginkan yang lebih ‘berani’ dan jiwanya. Selain itu kebanyakan orang tua tidak bisa
seterusnya. Efek kecanduan dan eskalasi menyaring bahkan membebaskan untuk
menyebabkan tumbuhnya peningkatan mengakses segala macam media sosial sehingal hal-
permintaan terhadap pornografi. Akibatnya hal berbau porno pun bisa denga mudah diakses.
kadar ‘kepornoan’ dan ‘keeksplisitan’ produk ada 2 faktor yang menyebabkan seseorang menjadi
meningkat. Kedua efek ini berpengaruh Kebiasaan menonton film porno yaitu adanya
terhadap perilaku seks seseorang. faktor internal dan faktor eksternal, Faktor internal
3. Tahap Desensitization (Desensitisasi). Pada subyek adalah rasa ingin tahu, adanya ketertarikan
tahap ini, materi yang tabu, immoral, untuk menonton film porno juga melalui jaringan
mengejutkan, pelan-pelan akan menjadi internet dan kebutuhan seksual yang besar, adanya
sesuatu yang biasa. Pengkonsumsi pornografi pengalihan dan kurang bisanya memanfaatkan
bahkan menjadi bahwa para pelaku masuk waktu luang dengan kegiatan yang positif.
dalam kategori ‘hard core’ menganggap bahwa Sedangkan faktor eksternal adalah pola asuh orang
para pelaku pemerkosaan hanya perlu diberi tua, pengaruh lingkungan, pengaruh teman,
hukuman ringan. teknologi dan adanya permintaan pasangan (
4. Tahap Act-out. Pada tahap ini, seorang pecandu dalam, Nur daniati 2010).
pornografi akan meniru atau menerapkan Menurut Greenfield (2004) bahwa film porno
perilaku seks yang selama ini ditontonnya di berpengaruh didalam remaja ataupun masyarakat

40
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 4 (1) (2018): 31-44

yang tidak dapat ditentukan batasannya, karena Sedangkan aspek menurut Cooper dalam
sangat sulit dalam membuat garis-garis tegasnya. Rahmawati (2002) dapat diuraikan sebagai
Namun pengaruh film porno atau pornografi berikut:
dipengaruhi oleh faktor-faktor sepeti berikut : a. Action, Tingkat dari aktivitas seseorang yang
1. Diri sendiri, seseorang dapat secara aktif langsung seperti melihat secara langsung
mengkonsumsi media pornografi atas b. Reflection, adanya keterlibatan kognitif yang
dorongan pada diri sendiri dengan alasan memungkinkan adanya realitas obsesif, seperti
karena ia ingin mengetahui atau penasaran memikirkan tentang menonton film porno yang
2. Kecangihan teknologi, kecanggihan teknologi sebelumnya dan merencanakan selanjutnya
ini memicu seseorang denagn mudah untuk kesulitan dalam berkonsen
mencari atau mengakses media pornografi c. Axcitement , tingkat yang merupakan adanya
3. Teman sebaya, remaja yang aktif dengan media kepuasan (gairah) dan perilaku yang dialami.
pornografi ini biasanya dipengaruhi oleh d. Arausal, pengalaman rasa senang senang yang
teman sebayanya yang aktif juga mencari data diiringi gairah.
porno dan secara umum setelah menemukan Aspek-aspek di atas dibuat rujukan agar
data porno tersebut kemudian umumnya akan dapat dijadikan sebagai perbandingan aspek-aspek
ditonton atau dilihat dengan orang lain yang diungkapkan oleh Soekadji dan aspek-aspek
(teman) ini untuk memperkuat dalam penelitian ini.
4. Keluarga, kurangnya pengawasan dari keluarga Sehingga aspek ini hanya untuk memperkuat dari
dan minimnya hubungan komunikasi aspek yang diungkapkan oleh Soekadji.
tertutama dalam hal pendidikan seksualitas
dan pengalaman-pengalaman seksual yang Faktor Penyebab Kebiasaan Menonton Film
diberikan oleh keluarga. Porno pada Remaja Laki-laki dan Perempuan
5. Kurangnya sarana dan prasarana dan wadah- 1. Teman Sebaya
wadah yang menampung bakat dari remaja itu Teman Sebaya merupakan salah satu faktor
sendiri eksternal yang mempengaruhi remaja yang
Berdasarkan faktor yang diungkapkan di atas menjadi kebiasaan menonton Film Porno. Hasil ini
adalah sebagian faktor yang dapat terungkap atau dapat dilihat dengan skor rangking yang dimiliki
banyak fakta kejadian yang telah terjadi dilapangan sebesar 75 dengan persentase 3,42% atau dapat
sehingga disini diperjelas kembali faktor-faktor dibulatkan menjadi 3%. Hal ini sesuai dengan teori
yang masih tersirat yang dialami sebagian remaja. yang dikemukakan oleh Gerungan (1986)
kenakalan remaja muncul akibat terjadi interaksi
Aspek-Aspek Kebiasaan Menonton Film Porno sosial diantara individu sosial dengan kelompok
Aspek minat dalam film porno menurut sebaya. Peran interaksi dengan kelompok sebaya
Soekadji (1983) dapat diuraikan sebagai berikut : tersebut dapat berupa imitasi, identifikasi, sugesti
a. Frekuensi Merupakan ukuran untuk dan simpati.
mengetahui sejauh mana seseorang sering atau Hal tersebut dikarenakan terjadi rencana dan
tidak melakakan perbuatan tersebut kehadiran kelompok temannya. Dan responden
b. Lamanya berlangsung mengatakan bahwa mereka melihat dan menonton
c. Menunjukkan waktu yang diperlukan oleh film porno karena berawal dari ajakan teman-
seseorang utnuk melakukan setiap tindakan teman mereka melalui handphone. bahkan mereka
d. Intensitas Menjelaskan seberapa jauh pun saling membagi-bagikan video dengan malalui
seseorang melakukan terjadinya suatu pengiriman via Bluetooth kepada rekannya disaat
tindakan. mereka mempunyai film terbaru yang ada di
Berdasarkan aspek yang diungkapkan oleh handphonenya. Disarankan Berhati – hati lah dalam
Soekadji ini adalah aspek yang telah mewakili atas memilih teman agar tidak terpengaruh dalam
variabel dari kebiasaan menonton film porno dampak negatif dari pertemanan.
sehingga aspek ini dapat dijadikan alat ukur dari 2. Kecanggihan Teknologi
variabel kebiasaan menonton film porno. Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor
kedua yang menyebabkan remaja menonton film

41
Eryanti Novita, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Menonton Film Porno pada Remaja

porno yaitu karena kecanggihan teknologi. sebesar 194 dengan persentase 8,86% atau dapat
Kecanggihan teknologi merupakan faktor eksternal dibulatkan menjadi 9%. Hal tersebut yang berawal
yang mempengaruhi remaja yang menonton film dari mencoba-coba untuk mengakses media
porno. Hasil ini dapat dilihat dengan skor rangking pornografi dan mencari tahu segala informasi dari
yang dimiliki sebesar 134 dengan persentase berbagai cara sehingga membuat timbul rasa
6,12% atau dapat dibulatkan menjadi 6%. Hal ini penasaran dalam dirinya dan responden merasa
yang membuat remaja semakin cepat untuk tertarik untuk menonton film porno tersebut dan
mencarinya karena kemajuan teknologi yang mengakses nya kembali. Disarankan coba untuk
semakin canggih dan mudah untuk mendapatkan tidak menonton film porno, karena sekali
peredaran film-film porno yang berkembang luas. melihatnya akan timbul rasa ketagihan
Responden mengatakan fasilitas di sekolah 5. Kurangnya Sarana dan Prasarana serta Wadah-
mereka memiliki akses jaringan internet wifi, wadah yang Menampung Bakat dari Remaja itu
tujuannya untuk agar para pelajar tidak kesulitan Sendiri
untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor
secara cepat dan mudah. namun ternyata hal ini kelima yang menyebabkan remaja yang menonton
disalahgunakan oleh para pelajar untuk mengakses film porno yaitu Kurangnya sarana dan prasarana
situs porno. Hal ini yang membuktikan bahwa dan wadah-wadah yang menampung bakat dari
kecanggihan teknologi sekarang ini semakin remaja itu sendiri. Kurangnya sarana dan
canggih dan berkembang. Disaranakan bijaklah prasarana dan wadah-wadah yang menampung
dalam menggunakan teknologi internet karena bakat dari remaja itu sendiri merupakan faktor
internet bukan hanya memiliki dampak positif internal dari remaja yang menonton film porno.
melainkan juga memiliki dampak negatif. Hasil ini dapat dilihat dengan skor rangking yang
3. Diri Sendiri dimiliki sebesar 218 dengan persentase 9,96% atau
Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor dapat dibulatkan menjadi 10%.hal ini karena
ketiga yang menyebabkan remaja menonton film kurangnya sarana dan prasarana yang mampu
porno yaitu melalui dirinya sendiri.diri sendiri menampung bakat remaja untuk membuat remaja
merupakan faktor internal yang mempengaruhi tersebut menjadi memiliki kegiatan positif sehingga
siswa yang menonton film porno tersebut. ini dapat remaja melakukan kegiatan negative seperti
dilihat dengan skor rangking yang dimiliki sebesar menonton film porno. Disarankan coba ke tempat
136 dengan persentase 6,21% atau dapat dimana adanya sarana dan prasarana yang dapat
dibulatkan menjadi 6%.Hal ini adanya dorongan menunjang bakat dan hobi.
rasa ingin tau untuk menonton film porno yang 6. Pengaruh Lingkungan
berawal dari rasa penasaran terhadap yang ia Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor
peroleh. Karena munculnya minat menonton film keenam yang menyebabkan remaja yang menonton
porno dan keingintahuan remaja tentang film porno yaitu pengaruh lingkungan. Pengaruh
pornografi, maka remaja selalu berusaha mencari lingkungan merupakan faktor eskternal yang
informasi yang diperoleh dari media internet. mempengaruhi remaja menonton film porno. Hasil
Disarankan cobalah untuk melakukan hal yang ini dapat dilihat dengan skor rangking yang dimiliki
positif dan berfikir positif agar tidak tepengaruh sebesar 229 dengan persentase 10,4% atau dapat
untuk melihat film film porno. dibulatkan menjadi 10%. Hal tersebut bahwa
4. Adanya Ketertarikan untuk Menonton Film remaja yang mulai mencari jati diri dan mulai
Porno. melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan,
Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor mempelajari dunia kedewasaan dan mulai mencari
keempat yang menyebabkan Remaja yang serta menemukan hal-hal yang membuat
menonton film tersebut yaitu di karenakan adanya penasaran terhadap dirinya seperti mengakses film
ketertarikan dalam menonton film porno. Adanya porno. Hal ini yang membuat responden semakin
ketertarikan dalam menonton film porno terpengaruh terhadap lingkungan disekitarnya di
merupakan faktor internal yang mempengaruhi karenakan banyak yang mengakses situs porno
remaja menonton film porno tersebut. Hasil ini pada lingkungan disekitarnya sehingga responden
dapat dilihat dengan skor rangking yang dimiliki terpengaruh dan mengikuti untuk mengakses situs

42
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 4 (1) (2018): 31-44

porno. Disarankan lebih sering kelingkungan yang permintaan pasangan. Hal ini biasanya didalam
bernuansa religi untuk menghindari lingkungan pasangan remaja yang berpacaran waktu mereka
yang negatif. untuk bisa bersama meraka saling bertukar pikiran,
7. Adanya Pengalihan dan Kurangnya Bisanya berbagi cerita, saling mencurahkan perhatian dan
Memanfaatkan Waktu Luang kasih sayang. Sayangnya saat ini pacaran sudah
Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor dikonotasikan dengan “menjamah pacar” bnyak
ketujuh yang menyebabkan remaja yang menonton remaja yang berfikir kalau pacaran tidak seru bila
film porno yaitu adanya pengalihan dan kurang tidak dibumbui dengan berciuman, pegangan
bisanya memanfaatkan waktu luang. Adanya tangan, pelukan, saling berhubungan seks pranikah
pengalihan dan kurangnya bisanya memanfaatkan pun bisa terjadi. Hal ini yang menyebabkan
waktu luang merupakan faktor interrnal yang pengaruh menonton film porno terhadap remaja
mempengaruhi remaja menonton film porno. Hasil tersebut.Selain itu adanya permintaan dari
ini dapat dilihat dengan skor rangking yang dimiliki pasangan untuk menonton film porno bersama
sebesar 265 dengan persentase 12,1% atau dapat pasangannya. Disarankan dekatkan diri kepada
dibulatkan menjadi 12%. Hal tersebut karena tuhan agar menghindari pikiran negatif.
remaja kurangnya melakukan kegiatan hal positif 10. Keluarga
seperti melakukan aktifitas belajar dan berolahraga Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor
dan kurang bisa memanfaatkan waktu luang disaat kesepuluh yang menyebabkan remaja menonton
waktu nya lagi kosong sehingga remaja tersebut film porno yaitu Keluarga. Keluarga merupakan
dengan mudah untuk melakukan hal-hal negative. faktor eksternal yang mempengaruhi remaja yang
Disarankan memenuhi kegiatan dengan kegiatan menonton film porno. Hasil ini dapat dilihat dengan
yang positif seperti berolahraga. skor rangking yang dimiliki sebesar 339 dengan
8. Kebutuhan Seksual persentase 15,4% atau dapat dibulatkan menjadi
Hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor 16%.Hal ini Responden beranggapan bahwa apa
kedelapan yang menyebabkan remaja yang yang telah diajarkan oleh orang tua mereka kepada
menonton film porno. Kebutuhan seksual dirinya sudah baik dan mereka selalu mau
merupakan faktor internal yang mempengaruhi menuruti apa keinginan orang tuanya tersebut. Dan
remaja menonton film porno. Hasil ini dapat dilihat orang tua juga memberikan kegiatan kegiatan
dengan skor rangking yang dimiliki sebesar 296 positif sehingga fokus pada pornografi juga jadi
dengan persentase 13,5%atau dapat dibulatkan berkurang. Sehingga anak nya tidak mudah untuk
menjadi 14%. Hal ini di kemukakan oleh (Alimut, terpengaruh dari menonton film porno. Disarankan
2006) bahwa kebutuhan seksual dasar manusia tingkatkan komunikasi dengan keluarga.
berupa ekspresi perasaan dua orang individu
secara pribadi yang saling menghargai SIMPULAN
memperhatikan, dan menyayangi sehingga terjadi Urutan ranking yang mempengaruhi faktor –
hubungan timbal balik antara kedua individu. Hal faktor yang mempengaruhi kebiasaan menonton
ini dikarenakan meningkatnya pergaulan yang film porno pada remaja mengikuti yaitu teman
bebas terhadap remaja yang membuat remaja itu sebaya, kecanggihan teknologi, diri sendiri, adanya
semakin menyimpang dalam melakukan tindakan ketertarikan menonton film porno, kurangnya
yang negative seperti remaja yang sering sarana dan prasana dan wadah-wadah yang
melakukan perilaku, berpegangan tangan, menampung bakat dari remaja itu sendiri,
berciuman ( baik ciuman pipi dengan pipi maupun pengaruh lingkungan, adanya pengalihan dan
ciuman bibir dengan bibir), berpelukan, meraba, kurangnya bisanya memanfaatkan waktu luang,
hingga akhirnya sampai senggama tanpa berfikir kebutuhan seksual, adanya permintaan pasangan,
dampak yang akan diterimanya. Disarankan keluarga. Kesepuluh faktor ini berakumulasi
mencari pasangan yang memiliki religi yang baik sehingga menimbulkan kebiasaan menonton film
untuk menghindari hal negatif. porno pada remaja. Melihat Urutan ranking yang
9. Adanya permintaan pasangan mempengaruhi faktor – faktor kebiasaan menonton
Faktor kesembilan yang menyebabkan film porno remaja yaitu teman sebaya, kecanggihan
remaja menonton film porno yaitu adanya teknologi, diri sendiri, adanya ketertarikan

43
Eryanti Novita, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Menonton Film Porno pada Remaja

menonton film porno, kurangnya sarana dan Lubis, H, (2013). Studi Identifikasi Faktor Kecemasan
prasana dan wadah-wadah yang menampung bakat belum Menikah pada Wanita Dewasa di
dari remaja itu sendiri, pengaruh lingkungan, Kelurahan Panyabungan II Kabupaten Mandailing
Natal. Skripsi. Universitas Medan Area,
adanya pengalihan dan kurangnya bisanya
Daniati, N. (2010). Studi tentang Faktor yang Melatar
memanfaatkan waktu luang, kebutuhan seksual,
Belakangi Seseorang menjadi Penggemar Film
adanya permintaan pasangan, keluarga. Akan lebih Porno dan Upaya untuk Mengurangi Kebiasaan
bak jika untuk mengisi kegiatan kosongnya dengan Menonton Film Porno.
kegiatan yang lebih positif dan bermanfaat. Paul, B. Linz, D.G. (2007). The Effect of Exposure to Virtual
Child Pornographyon
DAFTAR PUSTAKA Papalia, D.E, Old, S.W. Feldman & R. D. (2001).
Armando, A. (2004). Mengupas Batas Pornografi. Perkembangan Manusia, Jakarta: Salemba
Kementrian Pemberdayaan Perempuan Harmonika.
Azwar, S. (2005). Penyusunan Skala Psikologi. Rahmawati, D.V. Hadjam, N.R. Afiatin, T. (2002) .
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hubungan Antara kecenderungan Perilaku
Bugin, B. (2005). Pornomedia, Sosiologi Media, Mengakses Situs Porno dengan Religiusitas pada
Konstruksi Sosial Teknologi Telematik dan Remaja. Jurnal Psikologi no I vol 3.
perayaan di Media Masa. Jakarta: Prenada Media. Santrock. (2003). Adolescence. Jakarta: Erlangga.
Greenfield, P.M. (2004). Inadvertent Exposuren to Santrock, J.W. (2001). Adolescence (8th ed). North
Phornograpy on the Internet Development and America: McGraw-Hill.
Famillies. Los Angeles California: Journal of Apllied Soekadji, S. (1983). Modifikasi Perilaku Penerapan Sehari-
Developmental Psychology, Volume 25, Issue 6, hari dan Penerapan
November – December 2004, Profesional. Yogyakarta: Liberty
Hurlock. (1980). Psikologi perkembangan, Erlangga. Setyawati, D. (2015). Hubungan antara Paparan Media
Jakarta Pornografi dengan Perilaku Seks Bebas di
Kirana, U. Yusad, Y. Mutiara, E. (2014). Pengaruh Akses Kalangan Remaja di Desa Sidaurip Kecamatan
Situs Porno dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Binangun Kabupaten Cilacap. Jurnal:
Seksual Remaja di SMA Yayasan Perguruan jtstikesmungo-gdl-unggularif-1468-1-bab1-3-1.pdf.
Kesatria Medan. Witherington, H.C & Cronbach, L.J. (1982). Viewer
Kompas Online. (2008). Hubungan antara Paparan Media Cognitions and Attitudes Toward Deviant Sexual
Pornografi dengan Perilaku Seks Bebas di Behavior. Journal of Communication Research.
Kalangan Remaja di Desa Sidaurip Kecamatan London: Sage Publications. Vol.XX. No. X (1-36)
Binangun Kabupaten Cilacap. Jurnal :
jtstikesmungo-gdl-unggularif-1468-1-bab1-3-1.pdf

44

Anda mungkin juga menyukai