PENDAHULUAN
Masa remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam
kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa
sosial remaja maka remaja mulai memisahkan diri dari orang tua dan mulai
Remaja dikenal sebagai sosok dengan rasa ingin tahu yang sangat
besar, banyak minat yang berkembang, di antaranya minat sosial dan minat
seputar masalah seksual. Satu streotip yang menonjol pada remaja adalah
Remaja yang selalu mempunyai rasa ingin tahu yang besar, karena
ingin tahu yang besar dan disertai pengetahuan yang minim membuat
remaja tidak bisa memilah-milih mana yang baik dan mana yang buruk.
Apalagi dengan keadaan saat ini dimana setiap item informasi telah
1
2
tua dan teman sebaya, karena media massa memberikan gambaran yang
(Supriati,2009).
Selain itu perkembangan teknologi pada saat ini sangat pesat, dengan
dengan adanya teknologi canggih (video cassette, foto copy, VCD, telepon
2011).
melalui media, terutama media maya. Harga rental internet yang terjangkau
oleh remaja dan anak-anak hingga media telepon seluler yang mempunyai
media maya. Tidak hanya itu, tidak sedikit buku, majalah, film dan komik
menawarkan jasa menjaga anak kepada orang sekitar. Ciri utama pelaku
Pornografi telah menjadi hal yang umum karena sangat mudah diakses
menyatakan bahwa indonesia selain menjadi negara tanpa aturan yang jelas
tentang pornografi, juga mencatat rekor sebagai negara kedua setelah rusia
pornografi (baik dari majalah, internet, tabloid, dan lain-lain) adalah remaja
2011 hingga 2014, jumlah anak korban pornografi dan kejahatan online di
yang menjadi krban pornografi online 28%, pornografi anak online 21%,
prostitusi anak online 20%, objek CD porno 15% serta anak korban
adiksi (kecanduan) baru yang tidak tampak pada mata, tidak terdengar oleh
bisa memenuhi „kebutuhan‟ barunya itu dengan lebih mudah, kapan pun
anak, remaja dan dewasa muda, agar bisa terhindar dari bahaya kecanduan
pidana pornograf dan menjatuhi sanksi pidana. Tetapi pada faktanya upaya
tersebut tidak menimbulkan efek jera pada masyarakat, oleh karena itu
diperlukan upaya lain selain dari upaya hukum untuk penanggulangan dan
(Hanifah, 2013).
5
kesehatan dalam bentuk tulisan dan gambar. Booklet sebagai saluran, alat
2015).
sangat baik (4,38). Hasil penelitian menunjukkan bahwa booklet valid dan
sikap pada kelompok booklet dari sebelumnya sebesar 73,14 menjadi 78,93.
ceramah dan booklet (p<0,05). Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
pesat dan sangat cepat, informasi yang disajikan dalam mediapun sangat
canggih. Informasi yang diberikan baik melalui media cetak maupun media
menyebutkan bahwa sebesar 70% siswa yang pernah menonton film, dan
sebanyak 50% tidak mengetahui dampak dari pornografi, dan 40% siswa
setuju bahwa adalah hal yang wajar bagi remaja yang sudah mengalami
pubertas apabila menonton film atau pun membaca konten yang berbau
kasus kehamilan pada siswi sering kali terjadi.tahun 2016 terjadi 2 kasus
kehamilan pada siswi kelas X dan XI dan langsung diberikan sanksi yaitu
diberhentikan sekolah sedangkan pada siswa kelas XII yang hamil masih
SMA. Selain itu pada tahun 2014 (Merdeka.com) di sekolah Santun Untan
pernah terjadi kasus pemerkosaan dan pembunuhan pada siswi SMA Santun
Untan yang dilakukan oleh pacarnya yang juga merupakan siswa di SMA
sikap, 30% memiiki skor tetap, dan 10% mengalami penurunan nilai setelah
tertarik terhadap isi booklet,1 orang terhadap tulisan, dan 3 orang tetarik
teknologi saat ini sangat berkembang pesat sehingga seluruh informasi dapat
diakses dengan mudah, namun pada remaja yang memiliki rasa ingin tahu
sangat besar dan belum memiliki pengetahuan yang cukup, apalagi saat ini
dan pernah terjadi kasus kehamilan pada siswa, bahkan pada tahun 2014
pernah terjadi kasus pemerkosaan dan pembunuhan pada siswi SMA Santun
Untan.
Pontianak.
dapat disimpulkan H1
diterima yang berarti
terdapat hubungan
yang signifikan antara
persepsi dampak
pornografi dengan
perilaku mengakses
situs porno pada
remaja.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Remaja
a. Pertumbuhan fisik
b. Perkembangan Seksual
baru.
(Sarwono, 2015)
secara efektif.
2014)
(Sunarsih,2010).
(Chrisyanti, 2015).
(Ulinnuha, 2013).
lima bagian otak terutama pada wilayah pre frontal corteks (bagian
pornografi yakni :
biasa ia konsumsi.
d. Tahap Act-out.
hidup mereka.
video, dll;
tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu
menggunakan alat bantu promosi kesehatan berupa alat bantu lihat (visual
aids), alat bantu dengar (audio aids) dan alat bantu lihat dengar (Audio
Visual Aids).
II.3 Media
dan sebagainya.
tinggi.
untuk belajar
1. Media cetak
2. Media elektronik
2012)
1. Access
2. Cost
3. Technologi
4. Inreractivity
pembelajaran tersebut.
29
5. Organization
6. Novelty
II.3.4 Booklet
(Ma‟munah, 2015)
audiovisual.
sewaktu-waktu.
Kelemahan Booklet :
bahannpengambilan keputusan.
1. Pengetahuan
a. Tahu (know)
b. Memahami (comprehension)
dipelajari.
34
c. Aplikasi (aplication)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (synthesis)
f. Evaluasi (evaluation)
2. Sikap
(Kholid, 2015).
yaitu :
a. Menerima (receiving)
b. Merespons (responding)
c. Menghargai (valuting)
tingkat tiga.
3. Tindakan
akan dilakukan
otomatis.
2007).
dan pada saat yang bersamaan individu tersebut berperan sebagai penerima
dan latar belakang budaya yang berbeda dari sumber informasi (source).
(Notoatmodjo, 2010).
komunikasi yang efektif antara pihak satu dengan pihak yang lain, atau
(Notoatmodjo,2012).
40
Remaja Pendidikan
Pornografi
kesehatan
1. Pertubuhan fisik
2. Perkembanga seksual
3. Cara berpikir kausalitas 1. Kecanduan
4. Emosi yang meluap-luap 2. Eskalasi Media Promosi
5. Bertidak menarik 3. Desensitiasi Kesehatan
perhatian lingkungan 4. Act-out
6. Terikat dengan kelompok
cetak papan elektronik
1. Remaja Awal
2. Remaja Madya Booklet
3. Remaja Akhir
Komunikasi
Source (Sumber)
Message (Pesan)
Channel (Saluran)
Receiver (Penerima)
Gambar II.1. Irianto 2015, Sarwono 2015, Sunarsih 2010, Chrisyanti 2015,
Anisah 2016, Notoatmodjo 2007, Notoatmodjo 2010, Notoatmodjo 2012,
Kholid 2015,. Siagian 2010
41
keperilaku ke arah yang lebih baik. Jenis media cetak sendiri yang berguna
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Intervensi
Pemberian Pendidikan
Kesehatan melalui media
Booklet
A Variabel Bebas
1. Pendidikan Pemberian Pemberian Booklet Pretest dan Postest
kesehatan promosi Promosi
dengan kesehatan dengan Kesehatan
Booklet media Booklet
sebagai sarana
penyampaian
informasi tentang
dampak
pornografi.
B Variabel Terikat
III.4 Hipotesis
booklet.
BAB IV
METODE PENELITIAN
sebagai berikut.
Kemudian pada tanggal 16 Mei 2017 responden diberikan post test dengan
IV.3.1 Populasi
Siswa.
IV.3.2 Sampel
1. Kriteria Inklusi
dan XI
2. Kriteria Ekslusi
2
Z1−α/2 P q N
𝑛= 2
𝑑 𝑁 − 1 + (𝑍1−α )2 𝑥 𝑃 𝑞
2
3,84 𝑥 0,25 𝑥 68
𝑛= 0,0025 67 + 3,84 𝑥 0,25
65,28
𝑛= 1,1275
𝑛 = 58
49
Keterangan :
Santun Untan.
q = 1- 0,05 = 0,05
n = jumlah sampel
dalam 4 kelas yaitu X-A, X-B, XI-IPA, dan XI-IPS dengan rumus:
Tabel. IV.1
Jumlah Sampel
No. Kelas Jumlah Siswa Jumlah Sampel
1. X-A 10 10
X 58 = 9
68
2. X-B 19 19
X 58 = 16
68
50
3. XI-IPA 23 23
X 58 = 19
68
4. XI-IPS 16 16
𝑋 58 = 14
68
yang telah diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan
yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara
yang ada di dalam kuesioner itu mengukur konsep yang kita ukur
(Notoatmodjo, 2012).
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat di andalkan. Hal ini
konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali
sebagai berikut.
Tabel IV.2
Rekapitulasi Validitas Variabel Pengetahuan
Tabel VI.3
Rekapitulasi Validitas Variabel Sikap
No Pertanyaan R Hitung R Tabel Keterangan
1. Ketika saya menonton video
porno, saya ingin mengulangi Valid
0,541 0,374
untuk menontonnya terus
menerus.
2. Menurut saya, lebih baik saya
menonton video pornografi Valid
0,791 0,374
daripada mengkonsumsi
narkoba.
3. Menurut saya, menonton video
Valid
porno adalah prilaku yang 0,658 0,374
tidak manusiawi.
4. Menurut saya, maraknya kasus
pemerkosaan akhir-akhir ini Valid
0,859 0,374
selalu di sebabkan oleh
pornografi.
5. Setelah menonton video porno,
Valid
saya merasa lebih semangat 0,783 0,374
untuk belajar
6. Setelah menonton video porno,
Valid
saya menjadi penasaran dengan 0,653 0,374
lawan jenis. Sehingga saya
54
Tabel IV.4
Rekapitulasi Validitas Kuesioner
Tabel IV.5
Rekapitulasi Reliabilitas Variabel Pengetahuan
realibel.
Tabel IV.6
Rekapitulasi Reliabilitas Variabel Sikap
realibel.
Tabel VI.7
Rekapitulasi Realibilitas Kuesioner
1) Editing
kuesioner tersebut:
terisi.
2) Coding
3) Skoring
5) Tabulating
Jenis uji yang digunakan adalah uji paired sample T-test atau
BAB V
ini didirikan pada tahun 1985 dan memiliki jenjang akreditas baik. Sekolah
ini memiliki jumlah siswa sebanyak 172 siswa pada tahun ajaran
2016/2017.
kelas X-A dan X-B, kemudian Kelompok kedua kelas XI-IPA dan
yang sama di lakukan post test pada hari yang sama dengan
Menyiapkan instrumen
Penelitan berupa kuesioner Mendapatkan sampel sebesar 58, dan
dan booklet tentang menghitung proporsi perkelas kemudian
dampak pornografi menentukan sample dengan systematic
random sampling
Tabel V.1
Jadwal tahapan kegiatan
1. Jenis Kelamin
Tabel V.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
pada SMA Santun Untan tahun 2017
Jenis Kelamin N %
Laki-laki 30 51,7
Perempuan 28 48,3
Total 58 100
Sumber : Data Primer, 2017
2. Paparan Pornografi
Tabel V.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paparan Pornografi
Responden pada SMA Santun Untan tahun 2017
Paparan Pornografi N %
Ya 58 100
Tidak 0 0
Total 58 100
Sumber : Data Primer, 2017
Tabel V.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Informasi Dampak Pornografi
yang pernah didapatkan pada SMA Santun Untan tahun 2017
Informasi N %
Ya 24 41,4
Tidak 34 58,6
Total 58 100
Sumber : Data Primer, 2017
Tabel V.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Mendapatkan Penyuluhan
Kesehatan dari Puskesmas Pada SMA Santun Untan tahun 2017
Penyuluhan N %
Ya 2 96,6
Tidak 56 3,4
Total 58 100
Sumber : Data Primer, 2017
mendapatkan penyuluhan.
67
Tabel V.6
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Terakhir kali mendapatkan
Penyuluhan Pada SMA Santun Untan
Terakhir kali N %
3 bulan 2 0,02
Total 2 0,02
Sumber : Data Primer, 2017
sebanyak 2 responden.
1. Pre Pengetahuan
Tabel V.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pre test Pengetahuan
Responden SMA Santun Untan Pontianak tahun 2017
Kategori pengetahuan N %
Kurang 19 32,8
Baik 39 67,2
Total 58 100
Sumber : Data Primer,2017
Tabel V.8
Distribusi Jawaban per Item Pertanyaan Berdasarkan Kuesioner
tentang Pre Pengetahuan.
Jawaban
Pertanyaan
Benar % Salah %
Pornografi menyebabkan kecanduan 37 63,8 21 36,2
2. Post Pengetahuan
Tabel V.9
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Post test
Pengetahuan Responden SMA Santun Untan Pontianak tahun 2017
Kategori pengetahuan N %
Kurang 4 6,9
Baik 54 93,1
Total 58 100
Sumber : Data Primer,2017
Tabel V.10
Distribusi Jawaban per Item Pertanyaan Berdasarkan Kuesioner
tentang Post Pengetahuan
Jawaban
Pertanyaan
Benar % Salah %
Pornografi menyebabkan kecanduan 56 96,6 2 3,4
pemerkosaan
1. Pre Sikap
Tabel V.11
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pre test Sikap
Responden SMA Santun Untan Pontianak tahun 2017
Kategori Sikap N %
Tidak Mendukung 37 63,8
Mendukung 21 36,2
Total 58 100
Sumber : Data Primer,2017
71
Tabel V.12
Distribusi Jawaban per Item Pertanyaan Berdasarkan
Kuesioner tentang Pre Sikap.
jawaban
Pertanyaan Setuju % Tidak %
setuju
Ketika saya menonton video porno, saya ingin 37 63,8 21 36,2
mengulangi untuk menontonnya terus menerus.
Menurut saya, lebih baik saya menonton video 40 69,0 18 31,0
pornografi daripada mengkonsumsi narkoba.
Menurut saya, menonton video porno adalah 42 72,4 16 27,6
prilaku yang tidak manusiawi.
Menurut saya, maraknya kasus pemerkosaan 44 75,9 14 24,1
akhir-akhir ini selalu di sebabkan oleh
pornografi.
Setelah menonton video porno, saya merasa 6 10,3 52 89,7
lebih semangat untuk belajar
Setelah menonton video porno, saya menjadi 16 27,6 42 72,4
penasaran dengan lawan jenis. Sehingga saya
suka memegang-megang tubuh lawan jenis saya.
Setelah saya menonton video porno, libido 16 27,6 42 72,4
(hawa nafsu) saya menjadi naik dan tidak
terkendali.
Saya perlu menjauhi pergaulan yang mengarah 42 72,4 16 27,6
ke prilaku negatif.
Kegiatan ekstrakulikuler disekolah akan saya 22 37,9 36 62,1
manfaatkan untuk kegiatan yang positif,
sehingga saya tidak terpapar pornografi dan
dampak negatifnya.
Saya perlu memasang aplikasi/software yang 14 24,1 44 75,9
bisa menjaring konten pornografi di komputer,
laptop, dan HP saya.
Sumber : Data Primer, 2017
72
2. Post Sikap
Tabel V.13
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Post test Sikap
Responden SMA Santun Untan Pontianak tahun 2017
Kategori Sikap N %
Tidak Mendukung 18 31
Mendukung 40 69
Total 58 100
Sumber : Data Primer,2017
Tabel V.14
Distribusi Jawaban per Item Pertanyaan Berdasarkan Kuesioner
tentang Post Sikap
jawaban
Pertanyaan Setuju % Tidak %
setuju
Ketika saya menonton video porno, saya 12 20,7 46 79,3
ingin mengulangi untuk menontonnya terus
menerus.
Menurut saya, lebih baik saya menonton 22 37,9 36 62,1
video pornografi daripada mengkonsumsi
narkoba.
Menurut saya, menonton video porno adalah 55 94,8 3 5,2
prilaku yang tidak manusiawi.
Menurut saya, maraknya kasus pemerkosaan 57 98,3 1 1,7
akhir-akhir ini selalu di sebabkan oleh
pornografi.
Setelah menonton video porno, saya merasa 3 5,2 55 94,8
lebih semangat untuk belajar
Setelah menonton video porno, saya menjadi 10 17,2 48 82,8
penasaran dengan lawan jenis. Sehingga
saya suka memegang-megang tubuh lawan
jenis saya.
Setelah saya menonton video porno, libido 21 36,2 37 63,8
(hawa nafsu) saya menjadi naik dan tidak
terkendali.
Saya perlu menjauhi pergaulan yang 56 96,6 2 3,4
mengarah ke prilaku negatif.
Kegiatan ekstrakulikuler disekolah akan 45 77,6 13 22,4
saya manfaatkan untuk kegiatan yang
positif, sehingga saya tidak terpapar
pornografi dan dampak negatifnya.
Saya perlu memasang aplikasi/software 17 29,3 41 70,7
yang bisa menjaring konten pornografi di
komputer, laptop, dan HP saya.
Sumber : Data Primer, 2017
Tabel V.15
Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov pada
responden SMA Santun Untan tahun 2017
sampel lebih dari 50) diperoleh nilai p sebesar 0,000 < 0,05 artinya
pengetahuan responden.
Tabel V.16
Distribusi Pengetahuan Pretest Responden pada SMA Santun
Untan tahun 2017
Kategori pengetahuan N %
Kurang 19 32,8
Baik 39 67,2
Total 58 100
Sumber : Data Primer,2017
Tabel V.17
Distribusi Pengetahuan Posttest Responden pada SMA
Santun Untan tahun 2017
Kategori Pengetahuan N %
Kurang 4 6,9
Baik 54 93,1
Total 58 100
Sumber : Data Primer, 2017
Gambar V.3
Analisis Peritem pengetahuan responden yang menjawab benar
70
60
50
40
30 benar pre
20 benar post
10
0
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10
Tabel V.18
Distribusi Frekuensi Pretest Sikap Responden SMA
Santun Untan tahun 2017
Kategori sikap N %
Tidak Mendukung 37 63,8
Mendukung 21 36,2
Total 58 100
Sumber : Data Primer, 2017
78
Tabel V.19
Distribusi Frekuensi Posttest Sikap Responden SMA Santun Untan
tahun 2017
Kategori sikap N %
Tidak Mendukung 18 31
Mendukung 40 69
Total 58 100
Sumber : Data Primer, 2017
Gambar V.4
Analisis Peritem sikap responden yang menjawab benar
60
50
40
30 benar pre
20 benar post
10
0
s1 s2 s3 s4 s5 s6 s7 s8 s9
menjawab benar.
saya menonton video porno, libido (hawa nafsu) saya menjadi naik
a. Pengetahuan
Tabel V.20
Hasil Uji Hipotesis dengan Uji Wilcoxon
(Pretest-Posttest Pengetahuan)
Variabel Pengetahuan Mean Rank p value N
Sebelum 67,2
0,000 58
Sesudah 93,1
Sumber : Data Primer, 2017
b. Sikap
Tabel V.21
Hasil Uji Hipotesis dengan Uji Wilcoxon
(Pretest-Posttest Sikap)
Variabel Sikap Mean Rank p value N
Sebelum 63,8
0,000 58
Sesudah 69
Sumber : Data Primer,2017
81
menjadi 69.
V.2 Pembahasan
pengetahuan pada saat post test. Pada saat pretest rata-rata skor
penjelasan berikut:
pencernaan.
lima bagian otak terutama pada wilayah pre frontal corteks (bagian
video, dll;
dipelajari.
dalam dua bentuk, yaitu pesan bentuk tulis (verbal tulis) dan atau
Mongondow Timur.
pada pretest menurun menjadi 26,00 pada saat posttest. Juga terjadi
Rachmah (2013) fase remaja atau pelajar yang berada pada tingkat
informasi yang erat kaitannya dengan kesan seks, baik berupa film
sebuah persoalan.
Akan tetapi, hal itu harus dilihat dalam sebuah konteks siapa, di
dilihat terlebih dahulu, kapan, di mana, oleh siapa. Hal ini akan
oleh seseorang belum tentu dianggap porno oleh orang lain Sikap
untuk lepas dari candu pornografi ini. Selain itu pornografi dapat
responden (70,7%).
dengan istilah sexting memang bisa meracuni siapa saja, filter situs
oleh anak atau siapapun akan bebas dari konten negatif 100%.
video porno, libido (hawa nafsu) saya menjadi naik dan tidak
menjawab benar.
dan perilaku yang baik. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh
efek kognitif, efek afektif dan efek konatif. Efek kognitif terjadi
Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. Efek
kebiasaan perilaku.
dahulu. Informasi yang sesuai dengan sikap yang telah ada dapat
bahkan internet. Hal ini terlihat bahwa buku merupakan salah satu
menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari adanya kekurangan. Hal
hiburan”
99
BAB VI
VI.1 Kesimpulan
VI.2 Saran
lain :
1. Bagi Sekolah
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
KPAI, (2014). Ribuan Anak Indonesia jadi Korban Pornografi Internet, Jakarta.
[serial online] [disitasi pada maret 2017]. Dari URL :www.kpai.go.id
Megatsari, Hario. (2013). Prototype poster HIV/AIDS untuk PSK Dolly dan Jarak
di Kecamatan Sawahan Kota Surabaya Berdasarkan Teori P.Process,
Jurnal Promosi Kesehatan, 1(7):46-59. [serial online] [disitasi pada 4
Agustus 2016] Diakses dari URL:www.lib.unair.ac.id
103
Promosi Kementrian Kesehatan RI. (2012). Aku Bangga Aku Tahu Vol.I,
Jakarta. [serial online] [disitasi pada 11 November 2016]. Diakses dari
URL: www.depkes.go.id
Safitri, Nurul Riau Dwi. (2016). Pengaruh Edukasi Gizi Dengan Ceramah Dan
Booklet Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Gizi Remaja
Overweight. Ejournal Undip, 9(8):17-29. [serial online] [disitasi pada
25 maret 2016]. Diakses dari URL: www.ejournal-s1.undip.ac.id
Siagian, Albiner. (2010). Media Visual Poster dan Leaflet Makanan Sehat serta
Peruilaku Konsumsi Makanan Jajanan Siswa Sekolah Lanjutan Atas,
di Kabupaten Mandailing Natal. Jurnal Portal Garuda, 4(7):17:27).
[serial online] [disitasi pada 2 Februari 2017]. Diakses dari URL:
http://www.id.portalgaruda.org
Supriati, Euis. (2009). Efek Paparan Pornografi Pada Remaja Smp Negeri Kota
Pontianak Tahun 2008, Jurnal Sosial Humaniora 13(7):18-32. [serial
online] [disitasi pada 1 Juli 2016]. Diakses dari URL: http://lib.ui.ac.id
Suyatno, Tri. (2011). Pengaruh Pornografi Terhadap Perilaku Belajar Siswa (Studi
Kasus : Sekolah Menengah X), Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa,
1(7):31-52. [serial online] [disitasi pada 1 Juli 2016]. Diakses dari
URL: www.journal.uncp.ac.id/?1597q39bns-effav=e
105
Syaripudin, Acep. Dkk. (2010). Pedoman Berinternet yang Aman, Nyaman dan
Bertanggung jawab, jakarta [serial online] [disitasi pada 1 juli 2016].
Diakses dari URL: www.internetsehat.org
Triwahyudi, Donny. (2015). Media Terhadap Peningkatan Niat Bertindak
Dan Persepsi Kesehatan Gigi, Jurnal Edu Health, 5(9):18-33. [serial
online] [disitasi pada 1 juli 2016]. Diakses dari URL: http://www.e-
jurnal.com/2016/12/media-terhadap-peningkatan-niat.html
Utama, Yofa Anggriani. (2014). Pengaruh pendidikan kesehatan dengan media
booklet terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri dalam
mengatasi keputihan di SMAN 1 Pagar alam tahun 2014, Jurnal
Harapan Bangsa, 2(2):29-47. [serial online] [disitasi pada 26 Maret
2017]. Diakses dari URL: www.shb.ac.id/pengetahuan-remaja-putri
Ulinnuha, Masyari. (2013). Melindungi Anak dari Konten Negatif Internet,
Sawwa, Jurnal Portal Garuda, 8(2):79-93. [serial online] [disitasi pada
26 Maret 2017]. Diakses dari URL:
http://portalgaruda.ilkom.unsri.ac.id/index.
Wijaya, I Made Kusuma. (2014). Pengetahuan, Sikap Dan Aktivitas Remaja Sma
Dalam Kesehatan Reproduksi Di Kecamatan Buleleng. Jurnal Unnes,
7(3):57-76. [serial online] [disitasi pada 22 september 2016]. Diakses
dari URL: http://journal.unnes.ac.id/kesehatan=reproduksi-
pengetahuan-sikap