Anda di halaman 1dari 32

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS

DI WILAYAH DESA ANGGANA

ERINA NUR RAHMAD SAFPUTRI

2110035065

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA 2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dimasa inilah banyak remaja yang terjebak pada pergaulan bebas. Pergaulan

remaja yang identik dengan pergaulan negatif ini menimbulkan opini pada remaja

bahwa remaja beranggapan masa remaja adalah masa paling indah dan selalu

menjadi alasan sehingga banyak remaja yang menjadi korban dari seks bebas dan

menimbulkan sesuatu yang menyimpang. Hal ini juga diungkap oleh peneliti

dengan melakukan wawancara pada tanggal 02 januari 2024, terhadap beberapa

remaja putri di Desa Anggana, yang berinisial N, saat ditanya mengenai perilaku

sek bebas dan hasilnya menunjukan bahwa remaja yang diwawancarai

mengatakan bahwa telah berciuman sejak SMA kelas 1 dengan alasan melakukan

hal tersebut karna merupakan bentuk dari rasa sayang dalam suatu hubungan.

kemudian peneliti melakukan wawancara lagi dengan remaja berinisial M, dalam

wawancara ini M mengaku bahwa sudah pernah berciuman, berpelukan,

hubungan seks sejak ia duduk di bangku SMP kelas 3.

Istilah “Remaja” berasal dari bahasa latin “Adolescere” yang berarti remaja.

Kamus Sosiologi (2010:18) remaja adalah masa muda suatu tahap dalam manusia

yang biasanya di mulai pada masa puber sampai masa dewasa.(Taufik, 2013).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2013, tercatat

perilaku seksual di Afrika, Bangladesh, India, Nepal, Yaman, Amerika Latin dan

Karibia, perempuan telah aktif dalam seksualitas pada usia 18 tahun sebanyak

40%-80%, begitu juga di Uganda, remaja laki-laki mengatakan alat-alat kelamin

sekunder, kurangnya informasi mengenai seks dari sekolah atau lembaga formal

serta berbagai informasi seks dari media massa yang tidak sesuai dengan norma

yang dianut menyebabkan keputusan- keputusan yang diambil mengenai masalah

cinta dan seks begitu kompleks.(Ilmiah et al., 2022)

Pengumpulan data atau informasi dari Survey Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI, 2017) menunjukan bahwa sebagian besar wanita (80%) dan pria

(84%) telah berpacaran pada usia 15-17 tahun. Proposi hasil dari informasi SDKI

yaitu 8% ria dan 2% wanita melaporkan telah melakukan hubungan seksual,

dengan alasan lain : 47% saling mencintai, 30% penasaran atau ingin tahu, 16%

terjadi begitu saja, masing-masing 3% karena dipaksa dan terpengaruh teman.

(Komariah et al., 2020). Pernyataan di atas dibuktikan dengan hasil penelitian di

Indonesia pada tahun 2005 yang melaporkan bahwa remaja secara terbuka

menyatakan telah melakukan seks pranikah atau seks bebas di antaranya

Jabotabek 51%, Bandung 54%, Surabaya 47% dan Medan 52%. Setiap tahun kira-

kira 15 juta re maja berusia 15-19 tahun melahirkan, 4 juta melakukan aborsi dan

hampir 100 juta terinfeksi Penyakit Menular Seksual (PMS). Secara global, 40%
dari semua kasus infeksi HIV terjadi pada kaum muda dan perkiraan terakhir

menunjukkan bahwa setiap harinya ada 7000 remaja terinfeksi HIV.(Rahmawati

& Dewi, 2020). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2012 dalam(Nuryati, 2017), angka kehamilan remaja pada kelompok usia

15–19 tahun mencapai 48 dari 1.000 kehamilan.

Pergaulan bebas pada remaja dapat mempermudah risiko tertular penyakit

menular seksual seperti HIV/AIDS. Sebagian remaja tidak memiliki pengetahuan

yang benar tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas. Informasi yang mereka

dapat biasanya berasal dari teman atau media elektronik maupun cetak, yang

biasanya kurang atau bahkan tidak akurat. Informasi yang salah dapat

menjerumuskan remaja kedalam pergaulan bebas yang dapat mengarah terhadap

tertularnya HIV dan AIDS (Natalia et al., 2014).

Fenomena perilaku seksual remaja di Kaltim sendiri pernah di teliti oleh

PKBI dan LPA. Menurut hasil penelitian Perkumpulan Keluarga Berencana

Indonesia (PKBI) dan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kaltim, pergaulan seks

bebas remaja sudah terjadi, dan parah. Penelitian pada tahun 2013, dari 25

responden remaja yang sudah berhubungan seksual, 4 orang mengaku

melakukannya pada usia 13 tahun, 8 orang usia 14-15 tahun, 5 orang usia 15-16

tahun, 6 orang di usia 17-18 tahun, dan 2 orang di atas usia 18 tahun. Penelitian

PKBI dan LPA Kaltim juga dilakukan pada tahun 2013, yang melibatkan 400 anak
dan remaja dengan kategori luar sekolah yang ada di Samarinda (51 persen laki-

laki dan 49 persen perempuan). Sebanyak 400 orang yang berusia antara 12-24

tahun tersebut, 316 orang tinggal dengan orangtua, 37 orang bersama saudara, dan

47 orang indekost. Jika hubungan badan itu mengakibatkan kehamilan, sebanyak

285 responden memilih untuk menikah dan meneruskan kandungan, sementara 45

orang akan menggugurkan kandungan, 46 orang masa bodoh, dan 24 orang akan

melarikan diri.(Madjid, 2020). PKBI (Persatuan Keluarga Berencana Indonesia)

Kalimantan Timur 4 Februari 2013 menyampaikan bahwa peningkatan perilaku

seks pra nikah remaja di Kalimantan Timur terjadi sangat signifikan dalam jangka

waktu hanya dua tahun.

Menurut penelitian purwanto dan kalsum mengatakan bahwa Perilaku seks

bebas di Kalimantan Timur menjadi penyumbang terbesar penderita HIV/AIDS,

dan Samarinda memiliki jumlah penduduk usia remaja tertinggi dibandingkan

kota lainnya. Berdasarkan penelitian yang diilakukan pada (purwanto dan

kalsum,2016) terhadap 125 responden yaitu : sebagian besar responden berjenis

kelamin perempuan (57,6 %), menempuh pendidikan SMA/SMK (69,6 %), dan

berusia 19 tahun (20,0 %). Responden yang melakukan kegiatan seksual

“Bergandengan Tangan” sebanyak 97,6 %, “Berpelukan dan Membelai” sebanyak

59,2 %, “Berciuman” sebanyak 68,0 %, “Berciuman dengan Lidah” sebanyak

56,0%, “Meraba-raba alat kelamin” sebanyak 45,6%,“Masturbasi” sebanyak


35,2%, “Oral Seks”sebanyak 44,0%, “Seks Melalui Anus”sebanyak 34,4%, dan

“Seks Melalui Vagina” sebanyak 45,6 %. Sebagian besar responden melakukan

hubungan seksual pertama kali pada usia 17 tahun sebanyak 11,2%, dan usia

termuda pada saat melakukan hubungan seksual adalah usia 12 tahun.(Purwanto

& Kalsum, 2018)

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, terlihat semakin meningkatnya perilaku

seks bebas setiap tahun, terutama pada usia remaja, maka dari itu peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan remaja tentang seks

bebas di Wilayah desa Anggana.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah Bagaimana gambaran Pengetahuan Remaja terhadap Seks Bebas di

wilayah desa Anggana.

C. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja di wilayah desa Anggana

terhadap seks bebas.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini mengembangkan penerapan ilmu keperawatan khususnya

pada Stase Keperawatan Maternitas mengenai gambaran Pengetahuan

Remaja tentang Seks Bebas. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan

dalam pengembangan untuk penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

A. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat Menambah pengalaman, mengembangkan wawasan,

dan meningkatkan pengetahuan tentang proses dan cara-cara penelitian

deskriptif.

B. Bagi Instansi Pendidikan

1) Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa keperawatan khususnya stase

keperawatan Maternitas.

2) Dapat menambah kepustakaan dan sebagai acuan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dalam bidang keperawatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi

melalui panca indra manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Nursalam, 2012).

1.1. Sumber Pengetahuan.

Sumber ilmu pengetahuan merupakan alat atau sesuatu darimana individu

memperoleh informasi tentang suatu objek. Karena manusia mendapatkan

informasi dari indera dan akal, maka dua alat itulah yang dianggap sebagai

sumber ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, sumber ilmu pengetahuan adalah

empirisme (indera) dan rasionalisme (akal). Empirisme adalah pengetahuan yang

diperoleh dengan perantaraan panca indera. Paham empirisme berpendirian bahwa

pengetahuan berasal dari pengalaman. John Lock mengemukakan bahwa manusia

ibarat kertas putih, maka pengamalan panca inderawinya yang akan menghiasi

jiwa manusia dari mempunyai pengetahuan yang sederhana hingga menjadi

pengetahuan yang kompleks. Selain itu, David Hume mengemukakan bahwa


manusia sejak lahir tidak mempunyai pengetahuan sama sekali, pengetahuannya

didapatkan melalui pengideraan. Hasil dari pengamatan melalui inderanya, maka

menghasilkan dua hal; kesan (impression) dan ide (idea). Rasionalisme

Rasionalisme merupakan kebalikan dari empirisme yang berpendirian bahwa

sumber pengetahuan terletak pada akal. Akal memang membutuhkan bantuan

panca indera untuk memperoleh data dari alam nyata, tetapi hanya akal yang

mampu menghubungkan data satu sama lainnya, sehingga terbentuklah

pengetahuan.

2. Pengertian Remaja

Remaja adalah masa peralihan yang dialami manusia setelah anak-anak menuju

pendewasaan, rentang usia sekita 12-13 hingga kisaran 20 tahun. Perubahan yang

dialami pada masa remaja termasuk signifikan pada semua perkembangannya

meliputi fisik, kognitif, sosial dan watak atau kepribadian Gunarsa, 2006 :196

Dalam(Haidar & Apsari, 2020).

2.1 Tahap Perkembangan Remaja

A. Masa remaja awal (12-15 tahun) Pada masa ini individu mulai

meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha meninggalkan diri

sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua. Fokus dari

tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya

konformitas yang kuat dengan teman sebayanya.


B. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru.

Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih

mampu mengarahkan diri sendiri (self-directed). Pada masa ini remaja mulai

mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan

impulsivitas, dan membuat keputusan- keputusan awal yang terkait dengan

tujuan vokasional yang ingin dicapai.

C. Masa remaja akhir (19-22 tahun)

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang

dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan vokasional

dan mengembangkan sense of persodal identity. Keinginan yang kuat untuk

menjadi matang dan diterima dalam sekelompok teman sebaya dan orang

dewasa, juga menjadi dari tahap ini.(Ii et al., 2021).

2.2 Ciri-ciri Remaja

Menurut Sidik Jatmika dalam(Saputro, 2018) yaitu:

A. Remaja mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya untuk

mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat

menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bias menjauhkan remaja dari

keluarganya.
B. Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman-temannya daripada ketika mereka

masih kanak-kanak. Ini berarti bahwa pengaruh orangtua semakin lemah. Anak

remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan

bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang

umum adalah dalam hal mode pakaian, potongan rambut, kesenangan musik

yang kesemuanya harus mutakhir.

C. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya

maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul bisa menakutkan,

membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustrasi.

D. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri (over confidence) dan ini bersama-

sama dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan sulit

menerima nasihat dan pengarahan orang tua.

2.3 (Nabila et al., 2023) mengatakan sifat-sifat yang melekat pada diri remaja

umumnya adalah ciri-ciri:

1. Memiliki energi dan fisik yang lengkap dan kuat.

2. Kurang pengalaman.

3. Mudah mengalami frustasi.

4. Mengalami masa rekonstruksi.

5. Suka memberikan reaksi terhadap suatu tantangan.

6. Suka memberikan reaksi terhadap suatu keadaan.


7. Kecenderungan melawan otoritas.

8. Memiliki potensi yang hebat.

9. Punya keinginan perhatian dan penghargaan serta peranan dalam masyarakat.

10.Memiliki berbagai macam bentuk dorongan.

3. Pengertian Seks Bebas

Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan pra nikah (tanpa

menikah)dan sering berganti pasangan. Seks bebas atau dalam bahasa populernya

disebut extra-marial intercouse atau kinky-seks merupakan bentuk pembebasan

seks yang dipandang tidak wajar terkecuali bukan saja oleh agama dan negara,

tetapi juga oleh filsafat. Suparyanto, 2012 dalam(Anggraeni, 2021). Seks adalah

kebutuhan alamiah pada setiap remaja yang sehat. Bahkan, timbulnya dorongan

seks (libido seksualis) dan tanda-tanda seksual sekunder (misalnya, payudara,

haid, dan mimpi basah) merupakan salah satu ciri hakiki keremajaan(Soejoeti, S,

2001).

3.1 Ciri-ciri Sexs Bebas

menurut Purnawan (2004) dalam (Mertia Nifa E, Hidayat Thulus, 2022)aspek

perilaku seksual bebas secara rinci dapat berupa:

A. Berfantasi seksual. Merupakan perilaku membayangkan dan Dampak

mengimajinasikan aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan


erotisme. Fantasi seksual ini biasanya didapatkan individu dari media atau objek

yang dapat meningkatkan dorongan seksual.

B. pegangan tangan. Aktivitas ini tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksua

yang kuat namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktivitas yang lain.

C. Cium kering. Berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir.

D. Cium basah. Berupa sentuhan bibir ke bibir, sampai dengan leher.

E. Meraba. Merupakan kegiatan bagian-bagian sensitif rangsang seksual, seperti

leher, dada (breast), paha, alat kelamin dan lain-lain.

F. Berpelukan. Aktivitas ini menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman disertai

rangsangan seksual (terutama bila mengenai daerah aerogen/sensitif).

G. Masturbasi (wanita) atau Onani (laki-laki). Adalah perilaku merangsang organ

kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual.

H. Oral Sex. Merupakan aktivitas seksual dengan cara memasukan alat kelamin

ke dalam mulut lawan jenis. Saya. Hastakarya. Merupakan seluruh aktivitas non

intercourse(hingga menempelkan alat kelamin).

I. Intercourse (senggama). Merupakan aktivitas seksual dengan memasukan alat

kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin wanita.

3.2 Dampak Negatif Seks Bebas

Dampak negatif yang dapat timbul pada remaja, yaitu diantaranya:

A. Dampak Psikologis
Dampak psikologis dari perilaku seks bebas pada remaja diantaranya perasaan

marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa.

B. DampakFisiologis

Dampak fisiologis dari perilaku tersebut diantaranya dapat menimbulkan

kehamilan tidak diinginkan dan aborsi.

C. Dampak sosial

Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukansebelum

saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil

dan perubahan peran menjadi ibu. Faktor lain tekanan dari masyarakat sekitar

yang mencemoh serta menolak keadaan tersebut Sarwono,2003 dalam(Susanti,

2015)

D. Dampak fisik

Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarwono (2003) adalah berkembangnya

penyakit menular seksual di kalangan remaja, denganfrekuensi penderita

penyakit menular seksual (PMS) yang tertinggiantarausia 15-24 tahun. Infeksi

penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit

kronis serta meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS.

Kerangka teori

Pengetahuan Remaja
1. Pengertian pengetahuan 1. Pengertian Remaja
2. Sumber pengetahuan 2. Tahap Perkembangan
Remaja
3. Ciri ciri remaja
Seks Bebas
1. Pngertian Seks Bebas
2. Ciri-ciri Seks Bebas
3. Dampak Negatif Seks Bebas

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Dengan

menggunakan metode survey. Dimana metode ini dilakukan dengan cara

informasi dikumpulkan dari responden menggunakan angket atau kuesioner yang

didistribusikan secara langsung atau melalui perantara seperti telepon atau media

online(Fitriani et al., 2021)

B. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Tempat penelitian

Lokasi Penelitian akan dilaksanakan di Wilayah desa Anggana. penulis

memilih lokasi tersebut sebagai objek penelitian karena:

A. Peneliti lebih mengenal keadaan lokasi penelitian sehingga lebih efektif

untuk melakukan penelitian di tempat tersebut.

B. Sering kali ditemukan fenomena Seks bebas pada Remaja di wilayah Desa

Anggana.

2. Waktu penelitian

Dilaksanakan Pada bulan Febuari 2024

Kerangka Konsep Penelitian

Remaja di Wilayah Desa Anggana

Sampel Kuesioner

Tingkat Pengetahuan Remaja


tentang Seks bebas

Baik Cukup Kurang

C. Fokus Studi
Fokus studi adalah masalah utama yang akan menjadi titik acuan didalam

fenomologi. Fokus dalam penelitian adalah mengidentifikasi “Gambaran

Pengetahuan Remaja tentang Seks di Wilayah Desa Anggana”.

D. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala

Oprasional

Tingkat Tingkat menggunakan Dengan menggunakan

Pengetahuan Pengetahuan metode Kriteria skala

Remaja Remaja di survey. Hasil: Guttman,

Tentang Wilayah desa menggunakan 1. Baik skala Guttman

Seks Bebas Anggana angket atau 2. Cukup hanya dua

tentang Pengertian kuesioner 3. Kurang interval yaitu:

Seks bebas, Ciri- 1.


yang Benar (B) dan

ciri Seks bebas didistribusikan Salah (S).

Dampak negatif secara


Seks bebas. langsung atau jawaban

Dengan indicator melalui setuju diberi

meliputi: perantara skor 1 dan

Baik: 76-100% seperti telepon tidak setuju

Cukup: 56-75% atau media diberi skor 0

Kurang: ≤50 online(Fitriani (Suparyanto

et al., 2021) dan Rosad

(2015, 2020)

F. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Teknik Simple

Random Sampling adalah teknik pengambilan anggota sampel dari populasi secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2012).

sampel yang di gunakan adalah remaja di wilayah desa Anggana.

G. Instrumen penelitian

Tabel hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas


NO Variabel Jumlah Item yang di Jumlah Validitas r Reliabilitas
Pengetahuan Awal keluarkan setelah uji tabel 0,361
coba
1 Pengertian seks 6 0 6 0,389- 0,895
bebas 0,669
2 Bentuk-bentuk 9 7,9,12,15 5 0,379- 0,894
seks bebas 0,599
3 Faktor yang 5 16,19 3 0,479- 0,892
mendorong seks 0,781
bebas
4 Dampak dari seks 10 23,25,28,29,30 5 0,311- 0,896
bebas 0,781

Uji coba instrumen ini dengan mengukur validitas instrumen menggunakan

korelasi product moment (r) dengan r tabel 0,361. Telah dijelaskan sebelumnya

bahwa suatu instrumen dikatakan valid jika nilai yang diperoleh dalam

perhitungan butir soal kuesioner jumlahnya lebih besar dengan r tabel. Pada

kuesioner pengertian seks bebas jumlah soal 6 (1,2,3,4,5,6) dinyatakan valid

sesuai dengan hasil r hitung lebih besar dari r tabel. Setelah dinyatakan valid

selanjutnya diuji reliabilitas menggunakan alpha cronbach. Cara pengambilan

keputusan jika r alpha positif dan lebih besar dari batas minimal (0,700) maka

dikatakan reliabel, namun jika r alpha lebih kecil batas minimal (0,700) maka

dianggap tidak reliabel.

Pengumpulan Data

1.Jenis Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara Data primer

diperoleh dengan cara membagikan kuisioner untuk diisi oleh Remaja di Wilayah

Desa Anggana, sebagai responden untuk memperoleh data mengenai tingkat

pengetahuan remaja tentang seks bebas. Kuisioner yang dipakai adalah kuisioner

tertutup berbentuk google form berupa pertanyaan dengan alternatif jawaban yaitu
benar atau salah dari chek list yyang disediakan oleh peneliti. Data sekunder yaitu

tingkat pendidikan orang tua, sosial budaya, pengalaman orang tua

2. Prosedur Pengambilan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara:

1. Peneliti mengurus surat izin pengambilan data dari Universitas Mulawarman

untuk melakukan penelitian

2. Setelah mendapatkan surat izin dari Universitas Mulawarman Samarinda

selanjutnya peneliti menajukan izin penelitian kepada kepala desa Anggana

untuk megadakan penelitian.

3. Setelah mendapat izin dan etik penelitian peneliti melanjutkan dengan

melakukan pengambilan data.

4. Peneliti memberikan penjelasan metode penelitian dan pengumpulan data

kepada responden serta cara pengisian kuesioner.

I.Pengolahan Data

Pengolahan data yang digunakan adalah:

A. Memeriksa data: memeriksa jawaban dari kuisioner yang dikembalikan oleh

responden.

B. Tabulasi: Tabulasi data menghitung secara keseluruhan data yang sudah

didapat.

H. Analisa data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih

mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah univariat (analisis presentase) yaitu analisis yang dilakukan terhadap

variabel untuk mendapatkan gambaran distribusi responden dalam bentuk

persentase, diagram dan table

I. Etika Penelitian

Menurut (Soendoro, 2017) ada beberapa prinsip etik penelitian yang harus

diperhatikan seperti berikut:

1. Informed Consent merupakan masalah kunci dalam penelitian yang

mengikutsertakan manusia sebagai subjek penelitian, karena berisi pernyataan

kesediaan subjek penelitian untuk diambil datanya dan ikut serta dalam penelitian

tersebut. Aspek kemanfaatan informed consent yaitu:

A) Penghormatan pada Subjek Penelitian

Persetujuan melindungi dan menghormati otonomi seseorang sebagai subjek,

dengan memberi persetujuan ataupun tidak, seseorang berhak dan bertanggung

jawab atas kehidupannya sendiri sesuai dengan martabatnya.

B) Melindungi subjek penelitian

Persetujuan melindungi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk mulia, dan

bukan hanya sebagai obyek penelitian, bahwa subjek tidak dimanipulasi atau

ditipu, dan terlindungi dari berbagai bentuk tekanan.

C) Melindungi peneliti
Karena Sehubungan subjek penelitian telah menyepakati apa yang tertuang dalam

informed consent, maka hal ini akan melindungi peneliti dari gugatan yang

muncul dari subjek penelitian

D) Kerahasiaan informasi

Data, sampel (material) dan identitas subjek penelitian merupakan rahasia, dan

penggunaannya harus sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Persetujuan di atas

menciptakan suasana saling percaya antara subjek dan peneliti sehingga diperoleh

informasi yang baik dan informatif bagi peneliti, dan penelitian dapat berlangsung

dengan baik dan bermanfaat.

2. Respect for Persons (other) Prinsip ini merupakan bentuk penghormatan

terhadap hakikat martabat manusia serta bertujuan untuk menghormati otonomi

pengambilan keputusan secara mandiri (self determination) dan untuk melindungi

kelompok kelompok bergantung (dependent) atau rentan (vulnerable) dari bahaya

dan penyalahgunaan (harm and abuse).

3. Beneficience and Non Maleficence Prinsip berbuat baik dan tidak

merugikan, agar dapat memberikan manfaat yang maksimal dengan risiko yang

minimal. Prinsip etik berbuat baik, mempersyaratkan bahwa:

a. Risiko penelitian harus wajar (reasonable) dibanding manfaat yang diharapkan;

b. Desain penelitian harus memenuhi persyaratan ilmiah (scientifically sound);

c. Para peneliti mampu melaksanakan penelitian dan sekaligus mampu menjaga


kesejahteraan subjek penelitian dan;

d. Prinsip do no harm (non maleficent - tidak merugikan) yang menentang segala

tindakan dengan sengaja merugikan subjek penelitian.

4. Prinsip Keadilan (Justice) Prinsip ini menekankan bahwa setiap orang berhak

mendapatkan hak keadilan dan pembagian yang setara (equitable).

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, L. (2021). Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas. Jurnal

Ilmu Kesehatan Karya Bunda Husada, 7(2), 16–20.

https://doi.org/10.56861/jikkbh.v7i2.58

Dyah, W. (2022). Makna Penggunaan Eufemisme dalam Pembelajaran Bahasa

Jepang Address Correspondence : Kampus Politeknik Negeri Bali , Bukit.

October.
Fitriani, I., Rahmat, Z., & Sarwita, T. (2021). Survei Pengetahuan Remaja

Terhadap Perilaku Seks Bebas Ditinjau Dari Tingkat Penalaran Moral Pada

Siswa Kelas Dua Sma 2 Banda Aceh Tahun Ajaran 2019 / 2020. Jurnal

Ilmiah Mahasiswa Pendidikan, 2(1), 1.

https://jim.bbg.ac.id/pendidikan/article/download/324/161

Haidar, G., & Apsari, N. C. (2020). Pornografi Pada Kalangan Remaja. Prosiding

Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 7(1), 136.

https://doi.org/10.24198/jppm.v7i1.27452

Ii, B. A. B., Pustaka, A. T., & Sintrong, D. (2021). BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka 1. Daun Sintrong. 7–16.

Ilmiah, J., Sandi, K., About, A., & Sex, P. (2022). PendahuluanIlmiah, J., Sandi,

K., About, A., & Sex, P. (2022). Pendahuluan. 11, 384–391. 11, 384–391.

Komariah, M., Pratiwi, Z. S., Budhiyani, H., & Adithia, A. (2020). Jurnal

Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu. Sereal Untuk, 8(1), 51.

Madjid, M. A. (2020). Harga Diri Dan Virginity Value Dengan Perilaku Seksual

Pra Nikah Pada Remaja Putri. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi, 8(4),

767. https://doi.org/10.30872/psikoborneo.v8i4.5581

Mertia Nifa E, Hidayat Thulus, Y. I. (2022). HUBUNGAN ANTARA

PENGETAHUAN SEKSUALITAS DAN KUALITAS KOMUNIKASI


ORANGTUA DAN ANAK DENGAN PRIAKU SEKS BEBAS PADA

REMAJA SISWA-SISWI MAN GONDANGREJO KARANGANYAR.

Spatial Sampling with R, 93–108. https://doi.org/10.1201/9781003258940-6

Nabila, D. A., Assyifa, M., Rahayu, R. P., Nugrah, M., Komariah, K. S., &

Budiyanti, N. (2023). Pendidikan Anak Usia Dini, Remaja Dan Dewasa.

JKKP (Jurnal Kesejahteraan Keluarga Dan Pendidikan), 10(01), 14–26.

https://doi.org/10.21009/jkkp.101.02

Naedi. (2012). Gambaran tingkat pengetahuan seks bebas pada remaja kelas XI di

sma negeri I cileungsi kabupaten bogor. In Naskah Publikasi. Universitas

Indonesia.

Natalia, Y. D., Tunggal, N., Sunarti, S., & Astuti, R. I. (2014). Penyuluhan

Tentang HIV dan AIDS Terhadap Sikap Remaja pada Orang dengan HIV dan

AIDS. Jurnal Studi Pemuda, 3(1), 0–5.

Nuryati, S. (2017). Hubungan Faktor Sosial Dan Kontrol Diri Dengan Perilaku

AKktivitas Seksual Beresiko Kehamilan Tidak Di Inginkan Pada Remaja

SMA di Kota Bogor. Kebidanan, 3(4), 184–189.

Purwanto, E., & Kalsum, U. (2018). Gambaran Perilaku Seksual Pranikah Remaja

Di Kota Samarinda Tahun 2016. Mahakam Nursing Journal, 2(3), 126–133.

Rahmawati, A. S., & Dewi, R. P. (2020). FACTOR PENYEBAB SEKS BEBAS


PADA REMAJA. Jurnal Ilmiah Indonesia, 5, 274–282.

Saputro, K. Z. (2018). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja.

Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, 17(1), 25.

https://doi.org/10.14421/aplikasia.v17i1.1362

Soejoeti, S, Z. (2001). Perilaku Seks Di Kalangan Remaja Dan Permasalahannya.

In Media Litbang Kesehatan (Vol. 11, Issue 1, pp. 30–35).

https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/1005/1/910-1818-1-

PB.pdf

Soendoro, T. (2017). Pedoman dan Standar Etik Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Nasional. Kementerian Kesehatan RI, 1–158.

http://www.depkes.go.id/article/view/17070700004/program-indonesia-

sehat-dengan-pendekatan-keluarga.html

Suparyanto dan Rosad (2015. (2020). Skala Pengukuran Dan Instrumen

Penelitian. Suparyanto Dan Rosad (2015, 5(3), 248–253.

Susanti, L. W. (2015). Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Terhadap Perilaku

Seks Bebas Di SMA I Teras Boyolali. Jurnal Ilmiah Rekam Medis Dan

Informatika Kesehatan, 5(2), 94–101.

Taufik, A. (2013). Persepsi Remaja Terhadap Perilaku Seks Pranikah (Studi Kasus

SMK Negeri 5 Samarinda). EJournal Sosiatri-Sosiologi, 1(1), 31–44.


KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI

WILAYAH DESA ANGGANA

Nama Responden:

Alamat:

Umur:

Jenis Kelamin:
Petunjuk:

Berilah tanda(√) pada kolom huruf (B) jika pertanyaan di bawah ini benar dan

pada kolom huruf (S) apabila pertanyaan salah.

NO PERTANYAAN B S

1 Se seks bebas adalah hubungan laki-laki dan perempuan yang didasari hasrat

atau keinginan (libido) dengan tujuan untuk mencari kenikmatan.

2 Hubungan seks hanya boleh dilakukan bagi pasangan yang sudah menikah

3 Hubungan seks boleh dilakukan remaja sebagai ekspresi cinta yang tulus

dari pasangannya.

4 Hubungan seks boleh dilakukan remaja yang penting tidak menyebabkan

kehamilan.

5 Melakukan hubungan seks dengan orang yang sangat dicintai boleh

dilakukan asalkan dengan pacar sendiri.

6 Hubungan seks bebas dilarang karena merupakan perbuatan dosa.

7 Kissing adalah ciuman yang dilakukan dengan pasangan lawan jenis.

8 Necking adalah perilaku seks yang dilakukan dengan cara berpelukan,

memegang payudara

9 Necking boleh dilakukan oleh remaja terhadap pacarnya karena bukan


merupakan bentuk perilaku seks bebas.

10 Petting boleh dilakukan oleh pasangan remaja karena bukan termasuk

perilaku seks bebas

11 Intercourse merupakan hubungan seks yang dilakukan melalui 11 kontak

alat kelamin.

12 faktor yang mendorong perilaku seks bebas salah satunya adalah karena

kurang pengawasan orang tua.

13 Seks bebas dilakukan oleh remaja biasanya didorong oleh rasa ingin tahu

yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui.

14 pengguna NAPZA tidak akan menyebabkan terjadinya perilaku seks

bebas.

15 Melakukan hubungan seks hanya sekali tidak akan menyebabkan

kehamilan.

16 Kehamilan baru terjadi jika hubungan seks dilakukan lebih dari satu kali.

17 Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan jenis penyakit yang

ditularkan melalui hubungan seksual.

18 Penularan PMS dapat terjadi jika hubungan seks dilakukan dengan

Pekerja Seks Komersial (PSK).


19 Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan

penyakit AIDS

((Naedi, 2012)

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Dengan ini menyatakan bersedia dan tidak keberatan menjadi responden dalam penelitian

yang dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi D-III Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Mulawarman Samarinda dengan judul “ Gambaran


Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas Berisiko HIV/AIDS di Wilayah Desa

Anggana.” Demikian pernyataan ini dibuat dengan sukarela tanpa paksaan dari

pihak manapun dan sekiranya dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Anggana….2023

( )

Anda mungkin juga menyukai