ASRIANI KASIM
P201601080
KENDARI
2020
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah……………………………………………………
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………..
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………...
E. Keaslian penelitian………………………………………………
D. Tinjauan empiris………………………………...………………
BAB III KERANGKA KONSEP
B. Kerangka konsep……………………………………………………
C. Variabel penelitian………………………………………………….
E. Hipotesis Penelitian………………………………………………..
A. Rancangan Penelitian……………………………………………..
D. Pengumpulan Data…………………………………………………
F. Analisis Data………………………………………………………
G. Etika Penelitian……………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kalangan masyarakat kita saat ini. Bahkan seks sudah dianggap bagian dari
tabu dan dosa seolah-olah sudah tidak ada lagi. Secara fisiologis, alat-alat
mempunyai sifat ingin tahu yang sangat besar. Termasuk pengetahuan tentang
seks. Internet, televisi, majalah, dan bentuk-bentuk media lain menjadi "guru
seks" para remaja (Kumalasari, 2017). Perilaku seksual remaja saat ini
dunia menurut data World Health Organization (WHO) Sebanyak 65%. Dari
38,2% dan remaja perempuan sebanyak 38,3% (Miron & Miron, 2006 dalam
pandensolang, dkk, 2019). Data dari Taiwan youth survey yang dilakukan
tahun 2004 dan 2007 melaporkan sekitar 22% remaja wanita yang belum
Fronteira (2009) di empat negara eropa pada tahun 2005 sampai 2006 dengan
besar sampel 1557 mengidentifikasi bahwa lebih dari tiga perempat responden
seksual pada setiap Negara dan telah menggunakan kontrasepsi pada saat
penduduk usia 15-24 tahun mencapai 42.061,2 juta atau sebesar 16,5% dari
salah satunya oleh mereka, seperti masalah seksualitas adalah yang paling dan
juta remaja perempuan usia 15-19 tahun melahirkan setiap tahunnya, sekitar
remaja erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi sekitar 2,3 juta dan
30% remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks. Pakar seks juga
tahun ke tahun semakin meningkat dari 5% pada tahun 1980 an menjadi 20%
pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut di kumpulkan dari berbagai kota
Sulawesi tengah pada tahun 2000 tercatat remaja yang pernah melakukan
oleh Boyke sendiri pada tahun 2000 terhadap pasien yang datang di klinik
Data dari BKKBN Sultra, remaja di kota Kendari baik pria maupun
Umur pertama kali mulai pacaran rata-rata di usia 15 tahun. Dari remaja yang
pernah mempunyai pacar, 74% pria dan 75% wanita saat ini mengaku masih
punya pacar. Ditinjau dari pengalaman seksual remaja di kota Kendari, ada
kehamilan yang tidak di inginkan. Data pada tahun 2018 (WHO), (2018)
kehamilan yang tidak diinginkan berusia antara usia 15-19 setiap tahunnya.
disetiap tahun. Selain itu Perilaku seksual pada remaja dapat menimbulkan
baik fisik maupun psikologis, atau dapat menghambat kesuksesan masa depan
menjadi cukup dewasa untuk mengetahui apa yang membuat hubungan yang
perilaku pacaran menjadi titik masuk pada praktik perilaku beresiko yang
menjadikan remaja rentan mengalami kehamilan di usia dini, kehamilan di
seksual hingga aborsi yang tidak aman. (BKKBN, 2019 dalam Bawental, dkk,
2019).
bagi menjadi dua yaitu internal dan eksternal. Factor internal antara lain
mengenai seks bebas. Factor eksternal antara lain pengaruh teman (pasangan),
lingkungan pergaulan, pola asuh orang tua, pengaruh minuman keras, dan
informasi yang saat ini menjadi trend yaitu gadget (Mufid,2009). Banyak
seperti penyalahgunaan media untuk mencari dan berbagi hal yang berbau
pornografi. Basaria, mengatakan bahwa hal yang berbau seks atau pornografi
masih dianggap tabu. Ini yang biasanya suka memicu kebanyakan remaja
tahun sebanyak 91%, sementara itu, pengguna kedua berada pada umur 20
hingga 24 tahun sebanyak 88,5%. Data ini di peroleh dari 171,17 juta
2014). Berdasarkan data dari BKKBN tahun 2012, menunjukan 77% alasan
Factor ketidak sengajaan ini kemudian meningkat 84% hanya satu tahun
seksual yang buruk ini salah satunya di pengaruhi oleh pola asuh orang tua
yang salah dalam membesarkan remaja. Pola asuh yang di maksud adalah
pola asuh permisif, pola asuh otoriter, dan pola asuh orang demokratis
kepada anak untuk bertindak sesuai kehendak anak, dan apa yang dilakukan
anak tanpa pengawasan orang tua, sehingga orang tua tidak pernah
mengetahui apakah yang di lakukan anak itu benar atau salah (Yuwono,
2008). Hal yang berbeda pada pola asuh otoriter. Pada pola asuh ini semua
yang akan di lakukan anak harus mendapatkan persetujuan orang tua. Anak
tidak boleh membantah apa yang dikatakan orang tua dan kebebasan pada
Aguma, 2018).
Kepulauan Talaud menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola asuh orang
diketahui bahwa ada siswa yang melampaui batasan wajar berpacaran seperti
juga bahwa adanya kejadian hamil di luar nikah di sekolah tersebut. Hal ini di
dukung oleh pernyataan alumni dan guru yang menyatakan adanya kejadian
hamil diluar nikah, sehingga siswa terpaksa harus berhenti dari sekolah, guru
kurang pengawasan dari orang tua dan pengaruh internet yang semakin bebas
untuk di akses, meskipun sudah ada larangan dari pihak sekolah tetap saja
hasil wawancara dari salah satu guru SMAN 1 TALAGA RAYA, ada salah
satu siswa yang berhenti sekolah karena hamil di luar nikah, dan setiap tahun
ada 1-2 siswa yang mengundurkan diri dari sekolah karena hamil. Dan hasil
wawancara dari salah satu siswa alumni angkatan 2018 mengatakan bahwa
ada beberapa temannya yang berhenti sekolah karena hamil di luar nikah,
jumlah dari hasil wawancara ada 5 Siswa (teman seangkatanya) yang berhenti
sekolah yaitu di kelas 1 SMA Terdapat 3 siswa, di kelas 2 SMA ada 1 siswa,
dan setelah kelas 3 SMA ada 1 siswa yang harus berhenti sekolah.
hubungan antara penggunaan gadget dan pola asuh orang tua terhadap
RAYA.
B. Rumusan Masalah
Raya
2. Apakah ada Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku
Raya
C. Tujuan penelitian
A. Tujuan umum
Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Seksual remaja Pada Siswa Kelas
B. Tujuan khusus
Talaga Raya
Raya
c. Untuk mengidentifikasi Hubungan Antara Penggunaan Gadget Dan
Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Seksual remaja Pada Siswa
D. manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
tua terhadap perilaku seksual pada remaja khususnya kepada orang tua
2. manfaat praktis
No Nama peneliti & Judul peneltian Hasil penelitian Metode dan Persamaan Perbedaan
tahun variabel
penelitian
1 1. Raja pieba “Hubungan pola Berdasarkan hasil penelitian, Penelitian analitik pada penelitian - pada penelian
aguma asuh orang tua pola asuh orang tua observasional ini ini
2. Ari pristina dengan perilaku terbanyak adalah pola asuh dengan menggunakan- menggunakan
dewi seksual remaja di demokratis 66 orang pendekatan cross metode cross teknik
3. Darwin karim SMA TRI (37,3%). Perilaku seksual sectional/ sectional dan pengambilan
(p=0,001). sedangkan
penelitian yang
akan di
lakukan
menggunakan
probability
sampling
dengan teknik
multistage
random
sampling
2. Sefti rompas penggunaan menunjukkan bahwa remaja kuantitatif dengan penelitian ini pengambilan
3. Vandri kallo Smartphone di SMAN 2 Langowan memilih studi menggunakan sampel pada
(2017) Dengan Perilaku kecamatan langowan utara obserrvasional metode cross penelitian ini
Seksual Remaja lebih banyak penggunaan analitik dan sectional dan adalah total
LANGOWAN langowan utara lebih banyak sectional / metode cross yang akan di
langowan utara.
3 1. Santalia Hubungan pola hasil penelitian menunjukan deskriptif -Metode Teknik
pandensolang asuh orang tua pola asuh yang paling kuantitatif penelitian ini pengambilan
2. Rina kundre dengan perilaku banyak di terapkan adalah rancangan cross menggunakan sampel pada
3. Wenda oroh seksual pada pola asuh demokratis, sectional/ metode cross penelitin ini
(2019) remaja di SMAN sebagian besar responden sectional dan dengan cara
1 BEO memiliki perilaku seksual variabel bebas: penelitian yang simple random
KEPULAUAN tidak beresiko, Ada pola asuh orang akan di lakukan sampling
tua dengan perilaku seksual Variabel terikat: metode cross penelitian yang
menggunakan
teknik
multistage
random
sampling
4 Niken Musriyati “Hasil Analisis Berdasarkan hasil penelitian Penelitian - pada penelitian teknik
(2017) Akses Pornografi yang telah di lakukan bahwa observasional ini pengambilan
Melalui Gadget presentase akses pornografi Analitik dengan menggunakan sampel pada
Dengan Perilaku melalui gadget yang di rancangan crosss Rancangan penelitian ini:
Seks Remaja gunakan remaja kelas x sectional./ cross sectional simple random
Kelas X Di SMK SMK Wikarya karangayar Variabel bebas: dan penelitian sampling
Karanganyar” perilaku seksual remaja kelas Melalui Gadget lakukan pada penelitian
Wikarya karangayar
5 1. Lora marlita “HUBUNGAN Hasil penelitian menunjukan Metode - pada penelitian Teknik
2. Putri wulandini POLA ASUH rata-rata pola asuh orang tua penelitian: ini pengambilan
4. Erika siSwati DENGAN Hasil penelitian menunjukan desain cross Rancangan penelitian ini
Zega PERILAKU responden yang pernah sectional / cross sectional area (cluster)
6. 1. Irwina angelia “penggunaan Hasil penelitian menunjukan Desain penelitian -metode Teknik
silvanasari smartphone dan bahwa remaja dengan ini adalah penelitian ini pengambilan
2. Florentina peran orang tua informasi mencari 5-6 kali/ observasional menggunakan sampel pada
sustini berhubungan hari (OR= 7,010; 95% CI= analitik dengan metode cross penelitian
3. Eka mishbatul dengan perilaku 2,072-23,710) Dan mencari menggunakan sectional dan menggunakan
mar’ah has pacaran berisiko informasi 2-4 kali/ hari (OR= metode penelitian yang teknik simple
(2018) pada remaja” 4,853; 95% CI=2,013- pendekatan waktu akan dilakukan random
baik.
7. 1. Titin “pola asuh orang Hasil penelitian menunjukan Deskriptif -Metode - Teknik
ungsianik tua berhubungan ada hubungan antara pola korelatif penelitian ini pengambilan
2. Tri yuliati dengan perilaku asuh dengan perilaku seksual pendekatan cross menggunakan sampel
(2017) seksual berisiko berisiko remaja (p< 0,05). sectional / rancangan cross penelitian ini
remaja teknik
- multistage
random
sampling
8. 1. Rachmaniar, “perilaku Hasil penelitian -deskriptif - variabel bebas - metode
2. Puji penggunaan menunjukkan bahwa para kualitatif ./ pada penelitian penelitian ini
prihandini smartphone dan siswi SMP mulai memilki Variabel bebas: ini perilaku menggunakan
3. Preciosa akses pornografi perangkat seluler biasa sejak perilaku penggunaan deskriptif
janitra remaja Sekolah dasar (SD). Setelah smartphone penelitian yang sedangkan
(2018) perempuan” mereka menggunakan Variabel terikat: akan dilakukan penelitian yang
menggunakan
(wawancara).
Sedangkan
pada penelitian
yang akan
dilakukan
menggunakan
kuesioner./
-
9. Linda amalia “Hubungan pola Hasil penelitian Metode analisis -variabel bebas -Teknik
(2019) asuh orang tua menunjukkan bahwa deskriptif dan terikat pada pengambilan
dengan perilaku Terdapat korelasi antara pola komparatif penelitian ini sampel pada
seksual remaja asuh orang tua otoriter, dengan pola asuh orang penelitian ini
remaja mahasiswa AKPER pola asuh orang bebaas dan pada penelitian
peroleh hasil P Value > 0,05 remaja pola asuh orang multistage
deskriptif
komparatif
dengan
pendekatan
kuantitatif
sedangkan
peneltian yang
akan dilakukan
menggunakan
metode
observasional
analitik dengan
pendekatan
cross sectional.
10. 1. Nur alfiyah “gambaran Hasil penelitian Metode deskriptif - variabel Teknik
3. titin sutini yang antara norma kelluarga variabel bebas: dan sampel
menggunakan
teknik
multistage
random
sampling
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. pengertian remaja
Health Organization) adalah 12-24 tahun, dimana pada masa itu terjadi
remaja adalah masa peralihan dimana perubahan secara fisik dan psikologis
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan
masa pubertas.
dan pola identifikasi dari kanak-kanak menuju dewasa serta individu yang
dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah kematangan.
Remaja adalah seseorang yang memiliki rentang usia 10-19 tahun, remaja
adalah proses seseorang mengalami perkembangan semua aspek dari masa
sebagai transisi menyebabkan posisi ini labil selain itu Remaja adalah mereka
yang berusia antara dua belas sampai dua puluh tahun. Pengenalan usia
remaja sangat penting diketahui oleh setiap orang tua karena hanya dengan
remajanya sesuai kapasitas dan kapabilitas mereka. Dan pada Fase remaja
adalah masa penuh gairah, semangat, energy, dan pergolakan saat seorang
anak, tidak saja mengalami perubahan fisik tetapi juga psikis. Semua ini
2011)
menjadi tiga bagian, yaitu masa remaja awal (10-13 tahun), masa remaja
hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis.
diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri, usia, agama, dan status perkawinan), (2)
budaya, nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu),
maupun global dapat mudah diakses oleh individu dengan adanya jaringan
internet. Hasil Penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi , Dkk (2017)
adalah internet sebesar 74,1%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian alfarista
(62,7%. ). Hal ini memiliki dampak positif dan negatif. Dampak negatif dari
rangsangan seksual melalui media massa yang sangat mudah diakses oleh
remaja. Media yang sering digunakan oleh remaja seperti situs porno
(internet), majalah porno, video, film porno, serta gadget (Sarwono, 2012)..
berciuman yang berawal dari kening, pipi, dan bibir; (4) necking
membangkitkan erotisme.
remaja terabaikan.
pranikah.
tersebut.
seksualitas.
6. Pergaulan Semakin Bebas Gejala ini banyak terjadi di kota-
larangan tersebut.
Remaja yang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba akan
orang tua.
antara pria dan wanita akibat dari peran dan pendidikan wanita
yang makin sejajar dengan pria. Sehingga kurang adanya
kesehatan reproduksi.
Menurut Sarwono (2012) pada saat ini marak terjadi perilaku seks
a. Dampak psikologis
b. Dampak fisiologis
c. Dampak social
tersebut
d. Dampak fisik
1. Penggunaan Gadgetsmartphone
novelty”, yang artinya dalah sebuah perangkat mekanik atau elektronik dengan
penggunaan praktis tetapi sering diketahui sagai hal baru. Selain itu, dewasa ini
Gadget lebih merupakan suatu media (alat) yang dipakai sebagai alat komunikasi
gadget.
Salah satu hal yang membedakan gadget dengan perangkat elektronik lainnya
adalah unsur kebaruan. Artinya, dari hari ke hari gadget selalu mucul dengan
menyajikan ternologi terbaru yang membuat hidup manusia menjadi lebih praktis.
adalah salah satu gadget berkemampuan tinggi yang ditemukan dan diterimah
secara luas oleh berbagai negara di belahan dunia. Selain berfungsi untuk
menerima pesan singkat (Short Message Service). Menurut Gary B, Thomas J &
Misty E smartphone (gadget) adalah telepon yang bisa dipakai internetan yang
audio player, camcarder, global positioning system, (GPS) receiver dan Personal
Computer (PC).
Pada akhirnya kita dapat menarik kesimpulan bahwasanya gadget yang paling
canggih dan diterimah oleh masyarakat diseluruh negara adalah handphone atau
kemudahan bagi manusia tidak hanya pada kecanggihan komunikasi tetapi juga
Assistant (PDA) yang memiliki berbagai fungsi dan kemudahan dalam mengakses
internet (Yanti, 2011). Merk smartphone yang dapat dijumpai adalah Iphone, Nokia,
Smartphone memiliki ciri-ciri dasar sebagai berikut: (1) sistem operasi; (2)
perangkat keras; (3) pengolahan pesan; (4) mengakses internet/web; (5) Aplikasi; dan
Usability Center the Georgia Institute of Technology (2008) dalam Primiyanti, Putri,
dan Nureni (2014) menggolongkan pengguna internet menjadi tiga kategori dengan
berdasarkan intensitas internet yang digunakan: (1) Heavy users: pengguna internet
menghabiskan waktu lebih dari 40 jam per bulan. Jenis pengguna internet ini adalah
salah satu ciri – ciri pengguna internet yang addicted; (2) Medium users: pengguna
internet yang menghabiskan waktu antara 10 sampai 40 jam per bulan; (3) Light
users: pengguna internet yang menghabiskan waktu kurang dari 10 jam per bulan.
Media sosial yang paling sering digunakan oleh remaja adalah Facebook,
Line, Whatsapp, dan (Budiman, 2014; Ciputra Entrepreneurship, 2014; dan Oktavia,
2015). Media sosial atau yang sering disebut dengan Medsos menawarkan fitur-fitur
yang digemari oleh remaja (Oktavia, 2015). Facebook memberikan fitur untuk update
status, upload foto, dan bergabung dalam grup tertentu (Sanjaya, 2009). Media sosial
yang lainnya adalah Instagram yang memberikan fitur mengambil, mengedit, dan
hidup dan pola pikir masyarakat, terutama di kalangan remaja. Remaja merupakan
orang yang lebih dekat dan lebih banyak berinteraksi dengan teknologi. Dampak
positif penggunaan smartphone yang merupakan salah satu dari gadget adalah
pribadi yang tertutup, kesehatan otak, mata, dan tangan terganggu, gangguan tidur,
Menurut penelitian yang dilakukan oleh UNICEF Indonesia pada tahun 2011-
2012 meliputi kelompok usia 10 sampai 19 tahun, populasi besar dari 43,5 juta anak-
anak dan remaja. Sebagian besar responden (80%) menggunakan internet untuk
mencari data dan informasi, khususnya untuk tugas-tugas sekolah, atau untuk
bertemu teman online (70%) melalui platform media sosial. Kemudian lebih dari
separuh anak-anak dan remaja (52%) mengatakan mereka telah menemukan konten
pornografi melalui iklan atau situs yang tidak mencurigakan, namun hanya 14 %
Salah satu situs yang sering dikunjungi oleh remaja adalah youtube (Budiman,
2014). Di dalam youtube kemudahan untuk akses video semakin mudah saat ini baik
dari dalam maupun luar negeri. Seringkali ditemukan tidak adanya sensor pada
penyajian video di youtube. Dimana remaja akan lebih leluasa untuk melihat adegan
seperti kekerasan dan pornografi di dalamnya yang akan berdampak buruk bagi
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008) bahwa “pola adalah model, sistem, atau cara kerja”, Asuh
sebagainya”.
Pola asuh adalah pola interaksi antara anak dengan orang tua meliputi
pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan
psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang, perlindungan, dan lain-lain), serta
sosialisasi norma-norma yang berlaku dimasyarakat agar anak dapat hidup selaras
dengan lingkungannya. Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orang
Pola asuh menurut Handayani (2008) adalah konsep dasar tentang cara
memperlakukan anak. Perbedaan dalam konsep ini adalah ketika anak dilihat sebagai
sosok yang sedang berkembang, maka konsep pengasuhan yang diberikan adalah
cara yang tertanam di dalam masyarakat maka konsep yang digunakan adalah
tradisional.
Sementara pola asuh menurut Baumrind (dalam Papalia, 2008) orang tua tidak
boleh menghukum anak, tetapi sebagai gantinya orang tua harus mengembangkan
aturan-aturan bagi anak dan mencurahkan kasih sayang kepada anak. Orang tua
Menurut Thoha menyebutkan bahwa “Pola Asuh orang tua adalah merupakan
suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai
perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak. Sedangkan menurut Kohn (dalam
Thoha, 1996) mengemukakan Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam
berhubungan dengan anaknya. Sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain
dari cara orang tua memberikan pengaturan kepada anak, cara memberikan hadiah
dan hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang tua memberikan
Dengan demikian yang dimaksud dengan Pola Asuh Orang Tua adalah bagaimana
cara mendidik anak baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan uraian
di atas maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah suatu proses
interaksi antara orang tua dan anak, yang meliputi kegiatan seperti memelihara,
Menurut Baumrind dalam (Maccoby, 1980) menyatakan bahwa pola asuh orang
a. Dimensi Kontrol
1. Pembatasan (Restrictiveness)
mencintainya.
2. Tuntutan (Demandingeness)
Secara umum dapat dikatakan bahwa adanya tuntutan berarti
standar tingkah laku, sikap serta tanggung jawab sosial yang tinggi
Aspek ini dikaitkan dengan sikap orang tua yang ketat dan tegas
telah ditentukan.
menarik diri.
b. Dimensi Kehangatan
Menurut Baumrind (dalam Damon & Lerner, 2006) pola asuh terbagi
a. Warmth
emosi antara orang tua dan anak serta menyediakan waktu bersama anak.
b. Control
berkomunikasi satu arah dan percaya bahwa perilaku anak dipengaruhi oleh
kedisiplinan.
c. Communication
Orang tua menjelaskan kepada anak mengenai standar atau aturan serta
pemberian reward atau punish yang dilakukan kepada anak. Orang tua juga
mendorong anak untuk bertanya jika anak tidak memahami atau setuju dengan
1. Authoritarian (otoriter)
pada umumnya sangat ketat dan kaku ketika berinteraksi dengan anaknya. Orangtua
yang berpola otoriter menekankan adanya kepatuhan seorang anak terhadap peraturan
yang mereka buat tanpa banyak basa-basi, tanpa penjelasan kepada anaknya
menghukum anaknya yang melanggar peraturan atau menyalahi norma yang berlaku.
Orang tua yang demikian yakin bahwa cara yang keras merupakan cara yang terbaik
dalam mendidik anaknya. Selain itu, orang tua sulit menerima pandangan anaknya
dan orangtua tidak mau memberi kesempatan kepada anaknya untuk mengatur diri
menerima dengan baik setiap perkataan atau setiap perintah orang tuanya dan setiap
anak harus melaksanakan tingkah laku yang dipandang baik oleh orang tuanya. Orang
tetapkan dan selalu memberi perintah tanpa mau memberikan penjelasan. Orang tua
selalu menuntut, kurang memberikan kebebasan pada anaknya, dan seringkali gagal
dan menilai tingkah laku serta sikap anaknya sesuai dengan standar peraturan yang
ditetapkannya sendiri. Standar yang dimaksud biasanya didasarkan pada standar yang
konflik dan perlawanan seorang anak, terutama saat anak sudah menginjak masa
terhadap orang tuanya . Pola pengasuhan ini menyebabkan remaja akan kehilangan
aktivitas kreatifnya dan akan tumbuh menjadi anak yang tidak efektif dalam
Seorang anak yang dibesarkan dengan pola pengasuhan ini cenderung akan
mengucilkan dirinya dan kurang berani dalam menghadapi tantangan tugas dan tidak
merasa bahagia. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga atau
orangtua dengan pola pengasuhan otoriter cenderung menunjukkan sikap yang patuh
dan akan menyesuaikan dirinya pada standar-standar tingkah laku yang sudah
diterapkan oleh orang tuanya, namun dibalik itu sesungguhnya mereka merasa
menderita dengan kehilangan rasa percaya diri dan pada umumnya lebih tertekan dan
cenderung untuk selalu tergantung pada orang tuanya, cenderung kurang mampu
mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, serta cenderung tidak mampu untuk
bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya. Hal ini disebabkan karena
menunjukkan bahwa seorang anak yang berada dalam asuhan orangtua yang otoriter
akan tumbuh menjadi anak yang tidak mandiri dalam hidupnya kelak.
2. Authoritative (demokratis)
melibatkan anak dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan keluarga dan
bersikap terbuka, fleksibel dan memberikan kesempatan kepada anaknya untuk dapat
anaknya dan selalu mendorong anaknya untuk ikut terlibat dalam peraturan dan
tetapi tetap tegas. Mereka menerapkan seperangkat standar untuk mengatur anak-
anaknya. Orangtua juga menunjukkan kasih sayang, mau mendengarkan dengan sabar
demokratis.
mengapa mereka ingin memutuskan atau akan melakukan sesuatu. Apabila alasan-
alasan itu masuk akal dan dapat diterima, maka orangtua yang demokratis akan
memberikan dukungan. Tetapi jika orangtua tidak menerima, maka orangtua akan
Pola interaksi yang demikian akan memberikan kesempatan kepada orangtua dan
anak untuk memahami pandangan orang lain yang pada akhirnya dapat mengantar
pada suatu keputusan yang dapat diterima oleh kedua belah pihak (Santrock, 2003).
kemandirian dan pengendalian diri yang tinggi pada anak-anaknya, sekaligus tetap
dengan anak-anak, dan memegang teguh tingkah laku yang disiplin selalu ditanamkan
disertai dengan pengertian dan kasih sayang. Anak-anaknya akan didorong untuk
terhadap keluarga.
Santrock (2003) berpendapat bahwa kualitas pola interaksi dan pola pengasuhan
anak-anaknya dalam mengahdapi masa depannya. Pola pengasuhan seperti ini dapat
tanggung jawab sosial pada seorang anak. Anak-anak yang hidup dalam keluarga
yang demokratis akan menjalani kehidupannya dengan rasa penuh semangat dan
bahagia, percaya diri, dan memiliki pengendalian diri dalam mengelola emosinya
sehingga tidak akan bertindak anarkis. Mereka juga akan memiliki kemandirian yang
tinggi, mampu menjalin persahabatan dan kerja sama yang baik, dan memiliki
3. Permissive (permisif)
memberikan kelonggaran atau kebebasan kepada anaknya tanpa. Orang tua yang
sesuai dengan keinginan anaknya. Orang tua membuat sebuah peraturan tertentu
namun anak-anaknya tidak menyetujui atau tidak mematuhinya, maka orang tua yang
permisif cenderung akan bersikap mengalah dan akan mengikuti kemauan anak-
cenderung berusaha untuk mencari pembenaran terhadap tingkah laku anaknya yang
melanggar suatu peraturan tersebut. Orang tua yang seperti demikian umumnya
terhadap anak remajanya dan lemah dalam cara-cara mendisiplinkan anak remajanya.
Pola pengasuhan demikian dipilih oleh orangtua yang permisif karena mereka
menganggap bahwa anak harus memiliki kebebasannya sendiri secara luas, bukan
harus dikontrol oleh orang dewasa. Orang tua yang permisif bersikap lunak, lemah,
dan pasif dalam persoalan disiplin. Mereka cenderung tidak menempatkan tuntutan-
tuntutan pada tingkah laku anaknya, dan memberikan kebebasan yang lebih tinggi
untuk bertindak sesuai dengan kehendak anak. Kontrol atau pengendalian yang ketat
Menurut Baumrind anak yang berada dalam pengasuhan orang tua yang
permisif sangat tidak matang dalam berbagai aspek psikososial. Mereka sulit
mengendalikan desakan hati (impulsive), tidak patuh dan menentang apabila diminta
Mereka juga terlalu menuntut, sangat tergantung pada orang lain, kurang gigih dalam
mengerjakan tugas-tugas dan tidak tekun dalam belajar di sekolah. Tingkah laku
pengendalian dirinya amat buruk, tidak mampu mengarahkan diri dan tidak
Meskipun di satu sisi pola pengasuhan yang permisif dapat memberikan anak
kebebasan untuk bertingkah laku, namun di sisi lain tidak selalu dapat meningkatkan
pembatasan yang jelas cenderung bersifat suka menang sendiri dan mengutamakan
menyebabkan mereka merasa tidak aman, tidak punya orientasi, dan penuh keraguan.
Jika anak menafsirkan bahwa kelonggaran pengawasan dari orangtua mereka sebagai
bentuk dari tidak adanya perhatian atau penolakan terhadap diri mereka, maka
mereka akan menyalahkan orangmtuanya sebab dipandang telah lalai
terlibat,ketika mereka tumbuh menjadi remaja, biasanya sering mencari pelarian dari
rasa kesepiannya dengan cara mencari penerimaan dari orang lain. Akibatnya mereka
kenakalan remaja lainnya sebagai salah satu cara atau bentuk mereka dalam mencari
penerimaan dari orang lain. Secara emosi, remaja yang seperti ini mudah sekali
mengalami depresi dan sering merasa ditolak. Dalam banyak kejadian, mereka
tumbuh dengan perasaan ingin melawan, menentang, dan rasa marah yang bergejolak
kepada orangtuanya karena merasa telah diabaikan dan dikucilkan. Mereka akan
mempunyai harga diri yang rendah, tidak punya kontrol diri yang baik, kemampuan
sosialnya buruk, dan merasa bukan bagian yang penting untuk orangtuanya. Bukan
tidak mungkin serangkaian dampak buruk ini akan terbawa sampai ia dewasa. Tidak
tertutup kemungkinan pula anak akan melakukan hal yang sama terhadap anaknya
kelak.
Menurut Elizabet B. Hurlock ada beberapa sikap orang tua yang khas dalam
anak atau dengan menuntut terlalu banyak dari anak dan sikap bermusuhan
yang terbuka.
5. Penerimaan. Penerimaan orang tua ditandai oleh perhatian besar dan kasih
6. Dominasi. Anak yang didominasi oleh salah satu atau kedua orang tua bersifat
jujur, sopan dan berhati-hati tetapi cenderung malu, patuh dan mudah
7. Tunduk pada anak. Orang tua yang tunduk pada anaknya membiarkan anak
dengan sama rata, kebanyakan orang tua mempunyai favorit. Hal ini membuat
mereka lebih menuruti dan mencintai anak favoritnya dari pada anak lain
dalam keluarga
9. Ambisi orang tua. Hampir semua orang tua mempunyai ambisi bagi anak
mereka seringkali sangat tinggi sehingga tidak realistis. Ambisi ini sering
dipengaruhi oleh ambisi orang tua yang tidak tercapai dan hasrat orang tua
1. Hereditas
Hereditas atau keturunan merupakan aspek individu yang bersifat bawaan dan
totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala
potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi
(pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen –
gen (Yusuf, 2010). Adapun yang diturunkan orangtua kepada anaknya adalah sifat
strukturnya bukan tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil belajar atau pengalaman
(Yusuf 2010).
2. Lingkungan
kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Oleh karena itu anak harus belajar
tentang cara – cara berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan orang lain.
karena dalam keluargalah anak mendapat pengalaman sosial yang pertama (Yusuf
2006).
dangan baik, mereka akan menggunakan teknik yang serupa dalam menddidik
anaknya. Jika mereka merasa teknik yang digunakan orangtua mereka salah, maka
(Authoritative) dibandingkan dengan orang tua yang lebih tua. Semakin kecil
perbedaan usia antara orang tua dan anak, maka semakin kecil pula perbedaan dan
perubahan budaya dalam kehidupan mereka sehingga akan membuat orang tua lebih
pola asuh yang demokratis dibandingkan orangtua yang tidak mendapat pelatihan.
kurang toleran dibandingkan orangtua dari kelas atas, tetapi mereka lebih konsisten.
9. Pengetahuan (Intelektual)
tinggi, Semakin tinggi tingkat pengetahuan orangtua tentang pengetahuan pola asuh
anak, maka semakin tinggi pula cara orangtua memahami tentang anaknya(Yusuf,
2006).
modern.
Pola asuh Authoritarian lebih banya digunakan untuk mendidik anak pada
usia lebih anak – anak. Kebanyakan orang tua merasa bahwa anak – anak tidak dapat
Seorang anak yang mengalami ketakutan dan kecemasan biasanya tidak diberi
hukuman oleh orangtua, sedangkan yang sikap anak yang menentang, negativisme
Dari berbagai hal penelitian ditemukan bahwa orang tua yang bersikap
demokratis dan memiliki pandangan mengenai persamaan hak orang tua dan anak
cenderung berkepribadian tinggi. Orang tua yang berlatar belakang pendidikan yang
tinggi dalam praktek pola asuhnya terlihat dengan sering membaca artikel ataupun
anaknya mereka menjadi lebih siap dalam memiliki latar belakang pengetahuan yang
luas, sedangkan orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan rendah memiliki
D. TINJAUN EMPIRIS
studi ilmu keperawatan yang berjudul “Hubungan pola asuh orang tua
memiliki perilaku seksual tidak beresiko, Ada hubungan pola asuh orang
talaud.
pola asuh orang tua dengan perilaku seksual pada remaja di SMK
remaja dengan informasi mencari 5-6 kali/ hari (OR= 7,010; 95% CI=
2,072-23,710) Dan mencari informasi 2-4 kali/ hari (OR= 4,853; 95%
remaja yang mencari hiburan <4 kali/hari. Remaja dengan peran orang
tua yang buruk (OR= 2,913; 95% CI= 1,294-6,554) cenderung memiliki
perilaku berpacaran berisiko di bandingkan dengan remaja dengan
mereka pun secara tidak sengaja terpapar oleh konten pornografi. Hal ini
nilai P< 0,05, sedangkan untuk pola asuh mengabaikan di peroleh hasil
P Value > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan. Untuk korelasi
seksual pranikah.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Remaja diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan
masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan social emosional.
Perubahan ini menyebabkan daya tarik terhadap lawan jenis yang merupakan akibat
Perilaku seksual saat ini marak dilakukan oleh kaum remaja. Perilaku seksual
adalah segala tingkah laku yang di dorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan
jenis maupun sesame jenis. Perilaku seksual remaja saat ini mengarah kepada
perilaku seksual remaja yang negative seperti penyakit menular seksual, kehamilan
Ketertarikan remaja dalam mencoba hal-hal baru yang didukung oleh fitur
canggih dari gadget ini., arus perkembangan teknologi begitu pesat dengan
meningkatnya kebutuhan informasi yang saat ini menjadi trend yaitu gadget.
Penyalahgunaan fungsi dari gadget yang dilakukan oleh remaja kepada sesuatu yang
menyimpang seperti melihat media pornografi karena tidak sengaja. Dengan adanya
gadget akses pertemanan terbuka lebar dan akses konten-konten berbau pornografi-
pun mudah di dapat sehingga dapat menyebabkan perilaku menyimpang pada remaja.
Selain penggunaan gadget, kurangnya perhatian orang tua menjadi salah satu
pengasuhan orang tua sangat berperan penting dalam mendidik dan membimbing
anak remaja. pola asuh merupakan cara-cara pengasuhan yang di berikan orang tua
kepada remaja dalam proses membimbing dan mendidik remaja. Pola asuh itu sendiri
terdiri dari tiga yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, pola asuh permisif.
Dimana ketiga pola asuh ini mempengaruhi sikap dan perilaku remaja menghadapi
B. Kerangka konsep
Penggunaan gadget
Perilaku seksual remaja
Keterangan :
yaitu perilaku seksual remaja bebas pada siswa kelas 10 dan 11 Di SMAN 1
TALAGA RAYA.
1. Penggunaan gadget
Kriteria obyektif:
Pola asuh orang tua adalah seluruh cara maupun sikap orang tua yang
sering terjadi , dan 4= selalu terjadi. Dimana akan diperoleh skor terendah
Kriteria obyektif:
skor 90-120
b. otoriter: bila responden menjawab pertanyaan yang benar dengan
skor 61-89
skor 30-60
yang dilakukan sendiri (masturbasi atau onani, fantasi seksual, dan melihat
gambar porno) dan perilaku seksual yang dilakukan dengan orang lain
Kriteria obyektif:
1. penggunaan gadget
TALAGA RAYA
TALAGA RAYA
Ho :Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua terhadap perilaku
TALAGA RAYA
Ha Ada hubungan antara pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual
RAYA
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
dimana melakukan pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang
antara penggunaan gadget dan pola asuh orang tua terhadap perilaku seks bebas
Populasi/ sampel
1. Tempat penelitian
2. Waktu penelitian
1. Populasi penelitian
2. Sampel
N
Keterangan:
n=
N.d2 + 1
295
n=
295 × (0,05)2+ 1
295
n=
1,74
N = 170 siswa
Jumlah sampel yang di dapatkan adalah 170 siswa. Peneliti melakukan
teknik undian untuk membagi secara rata setiap jenjang kelas. Sehingga
Keterangan:
berpacaran sebelumnya
2. Kriteria eksklusi
atau alpa.
sakit.
1. Sumber data
a. Data Primer
orang tua remaja dan perilaku seks bebas pada siswa kelas 10 dan 11
b. Data Sekunder
atau sekolah
2. Instrument penelitian
pekerjaanya lebih mudah, dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih
cermat lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Kuesioner pola asuh orang tua di buat oleh batubara dan sudah
1) Pengolahan data
sangat penting. Hal ini di sebabkan karena data yang diperoleh langsung dari
siap untuk disajikan. Untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil yang
2012). Dalam hal ini pengolahan data menggunakan komputer akan melalui
1. Editing
konsisten.
2. Coding
3. Processing
Peneliti memasukan data dari kuesioner ke komputer agar dapat
mengunakan computer.
4. Cleaning
e. Tabulating
bentuk tabel.
2) Penyajian data
Data yang telah diolah dan di analisa, disajikan dalam bentuk tabel
F. Analisis Data
2. Analisa bivariat
Keterangan :
X2 : Nilai chi-kuadrat
Keterangan :
n : Total Responden
nbi : Total Frekuensi Baris
G. Etika Penelitian
1. Informed consent
untuk direkam dan jika partisipan tidak bersedia maka peneliti harus
yang disajikan.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Aguma, R, P., Ari, P,D., Dan Darwin, K., 2018, Hubungan pola asuh orang tua
dengan perilaku seksual remaja di SMA TRI BHAKTI PEKANBARU,
Jurnal spirts, Vol. 3 (2)
Alfarista, DA. Hubungan sumber informasi dengan perilaku seksual beresiko remaja
di kecamatan sumber sari kabupaten jember. Artikel ilmiah hasil
penerlitian mahasiswa. 2013
Alfiani, D. A., 2013. Perilaku Seksual Remaja dan Faktor Determinannya di SMA
Se-Kota Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang
Arifin, Y., 2016, Perilaku seks bebas pada siswa SMA Di Surakart: skripsi.
Surakarta: fakultas psikologi Universitas muhammadiyah Surakarta
Arikunto, S. 2006. Evaluasi pendidikan. Jakarta: Rineka cipta.
Arub, L., 2017, Hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku seksual remaja di
SMK Negeri 1 sewon bantul. Skripsi. Yogyakarta: fakultas ilmu kesehatan
universitas aisyiyah yogyakarta
Bangsa, G, P., Hidayat, W., Dan Saleh, T., 2018, Hubungan Antara Tingkat
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Remaja pada
di SMA Islam Terpadu PGII-1 Kota Bandung Periode 2017-2018,
Prosiding Pendidikan Dokter, Vol.4(2)
Batubar, U, A., 2017, Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Perilaku Seks
Pranikah Pada Remaja Di Sma Negeri 1 Medan Tahun 2017: Skripsi.
Medan: Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Kebidanan
Bawental, N, R., Grace, E.C, K., Dan Franckie, R.R, M., 2019, Hubungan antara
pengetahuan dan sikap dengan perilaku kesehatan reproduksi pada peserta
didik di SMA NEGERI 3 MANADO, Jurnal KESMAS, Vol. 8 (7)
Budiarto, E. 2001. Biostatik untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta:
EGC
Budiman, I. 2014. Kebiasaan Remaja Saat Ini. [Serial Online].
http://www.Marketing.Co.Id/Kebiasaan-Remaja-Saat-Ini/ [10 maret 2020]
Ciputra Entrepreneurship. 2014. Ini 6 Situs Jejaring Sosial Yang Paling Diminati Di
Dunia. Diakses [Serial Online].
http://Www.Ciputraentrepreneurship.Com/International-Product/Ini-6-
Situs-Jejaring-Sosial-Yang-Paling-Diminati-Di-Dunia[10 maret 2020]
Dewi, N, P, R., Dan Wirakusuma, IB., 2017, Pengetahuan dan perilaku seksual
pranikah pada remaja SMA di Wilayah kerja puskesmas tampaksiring I,
Jurnal medika, Vol. 6 (10)
Djiwandono, soenardi .M, 2008. Tes bahasa (pegangan bagi pengajar bahasa).
Jakarta: PT. Indeks.
Hamka, M., Hos, H, J., Dan Tawulo, M, A., 2017, Perilaku seks bebas di kalangan
remaja, jurnal jimkesmas, Vol. 6(2)
Iswidharmanjaya, D. & Agency, B. 2014. Bila Si Kecil Bermain Gadget. Jakarta; PT
Elex Media Komputindo
Jakarta: Penerbit Bukune
Kumalasari, D., 2017, Pergaulan bebas Di kalangan remaja, pelatihan kepribadian
muslim, Vol, 2 (01)
Lubis, N. L., 2013. Psikologi Kespro “Wanita & Perkembangan Reproduksinya”
Ditinjau dari Aspek Fisik dan Psikologi. Jakarta: Kencana Prenada Media
Groups
Musriyati, N., 2017, Hasil analisis akses pornografi melalui gadget dengan perilaku
seks remaja kelas x di SMK wikarya karanganyar, Indonesian journal On
Medical Science, Vol. 4(2)
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2010. Metode penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka cipta
Oktavia, R. 2015. Pengaruh Media Sosial Terhadap Remaja. [Serial Online].
http://tanjungpinangpos.co.id/2015/117893/pengaruh-media-sosial-
terhadap-remaja/ [10 maret 2020]
Pandensolang, S., Rina, K., Dan Wenda, O., 2019, Hubungan pola asuh orang tua
dengan perilaku seksual pada remaja Di SMA NEGERI 1 BEO
KEPULAUAN TALAUD, Journal keperawatan, Vol. 7(1)
Primiyanti, A., Putri, I. P., & Nureni, R. 2014. Motif Remaja dalam Menggunakan
Media Baru. Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Telkom, Vol. VI, No. 2
September 2014
Rahma, M., 2018, Hubungan antara pengetahuan seksualitas dengan perilaku seksual
remaja Di SMA NEGERI 1 SUBANG, Jurnal bidan “midwife journal”,
Vol. 5(01)
Rahmawati, D., Nani, Y., Dan Cece, S, I., 2017, Analisis factor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku seks pranikah mahasiswa kos-kosan di
kelurahan lalolara tahun 2016, jurnal ilmiah mahasiswa kesehatan
masyarakat, Vol. 2 (5)
Rasyid, E. & Joriza, K. 2012. Ishoot: The Guide Book fo Iphoneographers.
Razak, N. 2014. Studi Terakhir: Kebanyakan Anak Indonesia sudah online, namun
masih banyak yang tidak menyadari potensi resikonya. [Serial Online].
http://www.unicef.org/indonesia/id/media_22169.html [10 maret 2020]
Sanjaya, R. 2009. Bisnis Menggunakan Facebook. Jakarta: Penerbit Elex Media
Komputindo
Sarwono, S. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sarwono, S. W. 2012. Pengantar Psikologi Umum. PT. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Sjahputra, I. 2002. Problematika Hukum Internet di Indonesia. Jakarta: Prehallindo
Subakti, M, A., 2011, Kenakalan orang tua penyebab kenakalan remaja. Jakarta; PT
Elex media komputindo
Suryoputro, F. & Shaluhiyah. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Seksual Remaja di Jawa Tengah: Implikasinya terhadap Kebijakan dan
Layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi. Jurnal Makara Kesehatan
Vol. 10 No. 1 Juni 2006: 29-40.
Suryoputro, F. & Shaluhiyah. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Seksual Remaja di Jawa Tengah: Implikasinya terhadap Kebijakan dan
Layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi. Jurnal Makara Kesehatan
Vol. 10 No. 1 Juni 2006: 29-40.
Suwuh, F., Sefti, R., Dan Vandri K., 2017, Hubungan penggunaan smartphone
dengan perilaku seksual remaja di SMAN 2 LANGOWAN KECAMATAN
LANGOWAN UTARA, Jurnal keperawatan, Vol. 5 (2)
Untari, P, H., 2018. Pengguna internet Indonesia paling banyak di usia 15-19 tahun. [Serial
Online]. http://www.google.com/amp/2019/05/21/207/2058544/2018-
pengguna-internet--indonesia-paling-banyak-di-usia-15-19-tahun [10 april
2020].
Yanti, N. L. P. E. 2011. Pemanfaatan Smartphone Dalam Pendidikan Keperawatan.
Jurnal Program Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia 2011
Lampiran. Kuesioner
Kode responden:
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGGUNAAN GADGET DAN POLA ASUH
ORANG TUA DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI
SMAN 1 TALAGA RAYA.
1. KARAKTERISTIK RESPONDEN
a. Usia..............................................................tahun
b. Jenis kelamin : □ Laki-laki □ Perempuan
c. Agama : □ Islam □ Kristen □ Katolik
□ Hindu □ Budha
2. PETUNJUK PENGISIAN
a. Bacalah dengan cermat dan teliti sebelum anda menjawab pertanyaan
b. Mohon dengan hormat atas kesediaan saudara untuk
menjawab seluruh pertanyaan yang ada
c. Mohon seluruh butir pertanyaan dijawab sesuai hati nurani dan
kejujuran
d. Mohon mengikuti petunjuk pengisian pada setiap jenis pertanyaan
e. Kerahasiaan identitas akan dijamin sepenuhnya oleh peneliti dan
pengisian kuesioner ini murni untuk kepentingan penelitian skripsi
f. Pilihlah salah satu jawaban yang paling penting sesuai dengan pendapat
saudara
g. Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang menurut anda benar
Petunjuk pengisian: berilah satu tanda checklist (√) pada jawaban yang menurut
saudara paling benar
Keterangan:
Tidak Pernah (TP): siswa tidak pernah melakukan hal tersebut dalam 24 jam /sehari
Jarang (J) : siswa jarang melakukan hal tersebut dalam 24 jam/ sehari
Sering (SG) : siswa sering melakukan hal tersebut dalam 24 jam /sehari
Selalu (SLL) : siswa selalu melakukan hal tersebut dalam 24 jam /sehari
NO Pernyataan TP J SG SLL
Saya dalam sekali menggunakan Gadget lebih dari 15
1.
menit
T
NO Item JT ST S
P
5. Saya merasa takut untuk pulang, jika nilai rapor saya jelek.
Orang tua saya tidak akan bertanya apa yang saya inginkan
9.
karena merasa paling tahu apa yang terbaik buat saya
Orang tua tidak bertanya tentang apa yang saya perbuat jika
24.
saya berada di luar rumah bersama dengan teman-teman
Petunjuk Pengisian: berilah satu tanda checklist (√) pada jawaban yang menurut
saudara tepat
Keterangan:
Sangat tidak setuju (STS) : Siswa berfikir bahwa pernyataan tersebut sangat
berbeda dari pandangannya
C. PERILAKU SEKSUAL
Keterangan :
Tidak pernah (TP) : Siswa tidak perna melakukan hal tersebut selama
hidupnya
Jarang (J) : Siswa jarang melakukan hal tersebut selama hidupnya
Sering (S) : Siswa sering melakukan hal tersebut selama hidupnya
Selalu (SLL) : Siswa selalu melakukan hal tersebut selama hidupnya