Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN KASUS KELOLAAN KELOMPOK DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN POST ORIF FRAKTUR TIBIA FIBULA (PADA TN. G) DI RUANG DAHLIA

DISUSUN OLEH :
1. Novita Wawo Ina (203203106)
2. Younita Parandan (203203112)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KELOLAAN KELOMPOK
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FRAKTUR TIBIA FIBULA (Tn. G) DI
RUANG DAHLIA RST SOEDJONO MAGELANG

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

Telah disetujui pada


Pada :
Tanggal :
Disusun oleh :
1. Novita Wawo Ina (203203106)
2. Younita Parandan (203203112)

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(...................................................) (...................................................)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Fraktur tibia fibula merupakan fraktur yang paling sering ditemukan dalam
bidang kegawatdaruratan ortopedik yang melibatkan ekstermitas bawah.
Fraktur ini juga dapat teradi disetiap kalangan usia mulai dari anak-anak,
remaja hingga lansia. Kalangan usia yang beresiko tinggi untuk mengalami
fraktur tibia fibula adalah dewasa muda dan orang tua. Fraktur disebabkan oleh
trauma akibat energi tinggi yang berhubungan dengan kegiatan olahraga.
Sedangkan pada orang tua, fraktur lebih banyak disebabkan oleh trauma akibat
energi rendah atau osteoporosis. Penyebab dari fraktur tibia fibula disebabkan
oleh berbagai macam faktor usia,pola hidup, pola makan dan aktivitas sehari-
hari (Irene Natalia Tantri. 2017).
Dari penelitian Irene Natalia Tantri dkk 2017 menyatakan bahwa Fraktur
tibia fibula sebagian besar disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas (sebagai
pengendara) yaitu sebanyak 322 kasus (47.6%), diikuti oleh jatuh dari tempat
tinggi dengan 52 kasus (7.7%), jatuh dari ketinggian yang sama 116 kasus
(51%), terpeleset dan tersandung 51 kasus (7.1%), loncat atau didorong dari
tempat tinggi 42 kasus (6.2%), kecelakaan lalu lintas (sebagai penumpang) 38
kasus (5.6%), kecelakaan akibat berkendara dengan sepeda dan kontak dengan
benda tumpul masing-masing 13 kasus (1.9%). Penyebab yang paling sedikit
adalah terjepit diantara dua benda sebanyak satu kasus (0.1%) (Irene Natalia
Tantri. 2017).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah ini
adalah “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Fraktur Tibia fibula”
C. Tujuan
Tujuan ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Memahami asuhan keperawatan pada klien dengan Fraktur Tibia fibula.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami pengertian dari Fraktur tibia fibula
b. Memahami tanda dan gejala Fraktur tibia fibula
c. Memahami etiologi Fraktur tibia fibula
d. Memahami pemeriksaan diagnostik Fraktur tibia fibula
e. Memahami komplikasi Fraktur tibia fibula
f. Memahami penatalaksanaan Fraktur tibia fibula
g. Memahami pathway Fraktur tibia fibula
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Fraktur atau patah tulang adalah ganguan dari kontinuitas yang normal dari
suatu tulang (Black 2014). Fraktur atau patah tulang adalah kondisi dimana
kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan terputus secara sempurna atau
sebagian yang disebabkan oleh rudapaksa atau osteoporosis (Smeltzer & Bare,
2013). Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang rawan baik bersifat total
maupun sebagian, penyebab utama dapat disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
tulang itu sendiri dan jaringan lunak disekitarnya (Helmi, 2012).
Fraktur dapat terjadi di bagian ekstremitas atau anggota gerak tubuh yang
disebut dengan fraktur ekstremitas. Fraktur ekstremitas merupakan fraktur yang
terjadi pada tulang yang membentuk lokasi ekstremitas atas (tangan, lengan, siku,
bahu, pergelangan tangan, dan bawah (pinggul, paha, kaki bagian bawah,
pergelangan kaki). Fraktur dapat menimbulkan pembengkakan, hilangnya fungsi
normal, deformitas, kemerahan, krepitasi, dan rasa nyeri (Ghassani, 2016).
Fraktur tibia fibula merupakan fraktur yang paling sering ditemukan
dalam bidang kegawatdaruratan yang terjadi pada ekstermitas bawah atau pada
kaki kanan. Fraktur ini juga dapat teradi disetiap kalangan usia mulai dari anak-
anak, remaja hingga lansia (Irene Natalia Tantri. 2017).
Fraktur tibia fibula adalah fraktur yang sering terjadi di ektermitas bawah
merupakan 1 dari 6 kejadian fraktur yang sering ditangani di unit gawat darurat
(UGD), umumnya fraktur tibia fibula sering terjadi pada bagian ekstermitas
bagian bawah atau pada kaki.(Ahmad Fathan, 2018).
B. Klasifikasi
Klasifikasi fraktur ada empat yang utama adalah : (Irene Natalia Tantri, 2017).
1. Incomplit
Fraktur yang hanya melibatkan bagian potongan menyilang tulang
2. Complit
Garis fraktur yang melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan
fragmen tulang biasanya berubah tempat atau bergeser atau bersgeser dari
posisi normal.
3. Tertutup (simple)
Fraktur tidak meluas dan tidak menyebabkan robekan pada kulit.
4. Terbuka (compound )
Fragmen tulang meluas melewati otot dan adanya perlukaan di kulit yang
terbagi menjadi 3 derajat :
Derajar 1 : luka kurang dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak
ada tanda remuk, fraktur sederhan atau kominutif ringan dan kontaminasi
minimal.
Derajat 2 : laserasi lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak, tidak luas,
fraktur kominutif sedang dan kontaminasi sedang.
Derajat 3 : terjadi kerusakan jaringan luank yang luas (struktur kulit, otot,
dan neurovaskuler) serta kontaminasi derajat tinggi.
C. Etiologi
Menurut helmi (2012), hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya
fraktur adalah:
a. Fraktur traumatik, diseb abkan karena adanya trauma ringan atau berat
yang mengenai tulang baik secara langsung maupun tidak.
b. Fraktur stress, disebabkan karena tulang sering mengalami penekanan.
c. Fraktur patologis, disebabkan kondisi sebelumnya, seperti kondisi
patologis penyakit yang akan menimbulkan fraktur.
D. Tanda dan Gejala
Menurut Irene Natalia Tantri dkk (2017) gejala yang sering terjadi pada pasien
dengan Fraktur tibia fibula sebagai berikut :
1. Rasa nyeri
2. Memar
3. Bengkak
4. Tidak dapat bergerak maksimal
5. Mati rasa
6. Tidak mampu mengerakkan kaki
7. Krepitasi diakibatkan karena adanya gesekan antara fragmen yang
satu dengan fragmen yang lainnya.
8. Penurunan fungsi
E. Komplikasi
1. Syok, yang bisa berakibat fatal setelah beberapa jam setelah ciderah.
2. Emboli lemak atau kerusakan jaringan dan menginduksi respon
inflamasi sistemik dan menyebabkan gejala paru,saraf, kulit, dan retina.
3. Kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika tidak
segerah ditangani.(Nampira, dkk 2014).
F. Patofisiologi
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
adanya gaya dalam tubuh yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic,
patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turn, baik yang terbuka ataupun
tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka
volume darah menurun.COP menurun maka terjadi perfusi jaringan.
Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka
penumpukkan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai
serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu
dapat mengenai tulang dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri
gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat
mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan
mengakibatkan kerusakan jaringan kulit.fraktur adalah biasanya patah tulang
biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolic, patologik yang terjadi
maupun terbuka atau tertutup.
Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidak
seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan tertutup. Fraktur
tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak seperti tendon, otot, ligament
dan pembuluh darah. Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan
menderita komplikasi antara lain : nyeri, iritasi kulit karena penekanan,
hilangnya kekuatan otot, kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubu
di imobilisasi, mengakibatkan berkurangnya kemampuan perawatan diri.
Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF) fragmen-fragmen tulang di
pertahankan dengan pen, sekrup, plat, paku. Namum pembedahan
meningkatkan kemungkinan terjadi infeksi. Pembedahamn itu sendiri
merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang seluruhnya tidak
mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama
tindakan operasi. (Irene Natalia Tantri dkk 2017).
G. Pathway

Cidera

Kecelakaan, Trauma, Terjatuh, Osteoporosis

Fraktur

Merusak Jaringan Lunak

Pre Operasi

Fraktur Terbuka Fraktur

Operasi

Nyeri Post Operasi Adanya Luka

Ganguan Rasa Nyaman


Resiko
Ganguan Pendaraha
Aktivitas

Terapi Non
Terapi
farmakologi Farmakologi Resiko Infeksi

Mobilisasi

Teknik Relaksasi
Nafas Dalam
H. Pemeriksaan diagnostik
A. Pemeriksaan Radiologi
1. X-Ray
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3
dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2
proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu
diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk
memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi.
Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi
kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan
permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray: Bayangan jaringan
lunak. Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau
biomekanik atau juga rotasi. Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
2. Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang
lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan
kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja
tapi pada struktur lain juga mengalaminya.
3. Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan
pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan
akibat trauma.
4. Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena
ruda paksa.
5. Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara
transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang
rusak.
B. Pemeriksaan Laboratorium
1. Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap
penyembuhan tulang.
2. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
3. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5),
Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada
tahap penyembuhan tulang.
C. Pemeriksaan lain-lain
1. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
2. Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
3. Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan
fraktur.
4. Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
trauma yang berlebihan.
5. Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada
tulang.
6. MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
I. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksaanannya pada fraktur ada dua jenis yaitu konservatif dan
operatif. Kriteria untuk menentukan pengobatan dapat dilakukan secara
konservatif atau operatif selamanya tidak absolut. Sebagai pedoman dapat di
kemukakan sebagai berikut:
A. Cara konservatif:
1. Anak-anak dan remaja, dimana masih ada pertumbuhan tulang panjang.
2. Adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi infeksi.
3. Jenis fraktur tidak cocok untuk pemasangan fiksasi internal.
4. Ada kontraindikasi untuk di lakukan operasi.

- Pemasangan Gips.
- Pemasangan traksi (skin traksi dan skeletal traksi). Beban maksimal
untuk skin traksi adalah 5 Kg.
B. Cara operatif di lakukan apabila:
1. Bila reposisi mengalami kegagalan.

2. Pada orang tua dan lemah (imobilisasi akibat yang lebih buruk).
3. Fraktur multipel pada ekstrimitas bawah.
4. Fraktur patologik.
5. Penderita yang memerluka imobilisasi cepat.

- Reposisi.
- Fiksasi.
Atau yang lazim di sebut juga dengan tindakan ORIF (“Open Reduction
Internal Fixation”)
Pada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan
pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.
a. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulangpada
kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode dalam reduksi adalah
reduksi tertutup, traksi dan reduksi terbuka, yang masing-masing di
pilih bergantung sifat fraktur
Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke
posisinya (ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi dan
traksi manual.
Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang
terjadi.
b. Reduksi terbuka , dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang
direduksi. Alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat,
paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan
fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang
solid terjadi.
c. Imobilisai fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di
imobilisasi atau di pertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar
sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi
eksternal atau inernal. Fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips,
bidai, traksi kontinui, pin dan teknik gips atau fiksator eksternal.
Fiksasi internal dapat dilakukan implan logam yang berperan sebagai
bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur. Pada fraktur femur
imobilisasi di butuhkan sesuai lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24
minggu, intra trokhanterik 10-12 minggu, batang 18 minggu dan supra
kondiler 12-15 minggu.
d. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi, segala upaya diarahkan
pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu ;
1. Mempertahankan reduksi dan imobilisasi
2. Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan
3. Memantau status neurologi.
4. Mengontrol kecemasan dan nyeri
5. Latihan isometrik dan setting otot
6. Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari
7. Kembali keaktivitas secara bertahap.
J. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan
untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah-
masalah klien sehingga dapat menentukan tindakan keperawatan yang
tepat. Pengkajian post operasi fraktur menurut Sugeng,W (2010) adalah
1) Sirkulasi.
Gejala: riwayat masalah jantung, GJK, edema pilmonal, penyakit
vascular perifer, atau statis vascular (peningkatan resiko pembentukan
thrombus).
2) Integritas ego. Gejala: perasaan cemas, takut, marah, apatis, factor-
factor stress multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda: tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan peka rangsang,
stimulasi simpatis.
3) Makanan/cairan.
Gejala: insufisiensi pankreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis); malnutrisi (termasuk obesitas); membran
mukosa yang kering (pembatasan pemasukan/ periode puasa pra
operasi).
4) Pernafasan
Gejala: infeksi, kondisi yang kronis/ batuk, merokok.

5) Keamanan dan kenyamanan


Gejala: alergi/ sensitif terhadap obat, makanan, plester, dan larutan;
Defisiensi immune (peningkatan resiko infeksi sistemik dan penundaan
penyembuhan); munculnya kanker/ terapi kanker terbaru. Riwayat
keluarga tentang hipertermia malignant/ reaksi anastesi; riwayat penyakit
hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah
koagulasi; riwayat transfusi darah/ reaksi tranfusi. Tindakan munculnya
proses infeksi yang melelahkan; demam.
6) Penyuluhan/ pembelajaran.
Gejala: penggunaan antikoagulasi, streroid, antibiotic, antihipertensi,
kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan,
analgesik, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquillzer dan juga obat
yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Pengunaan alkohol
(resiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan
anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).
Pada anmanesis, keluhan utama yang paling sering ditemukan adalah
nyeri. Pengkajian dengan pendekatan PQRST dapat membantu perawat
dalam menentukan rencana intervensi yang sesuai (Muttaqin 2011).
K. Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri Akut b/d agen pencidera fisik (mis. Prosedur operasi)
2. Gangguan Mobilitas Fisik b/d kerusakan intergritas struktur tulang
3. Ansietas b/d krisis situasional
4. Resiko Infeksi b/d efek prosedur invansif
L. Intervensi Keperawatan

No Dx SLKI SIKI Rasional

1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri - untuk


tindakan keperawatan SIKI (l.08238) mengetahui
3x24 jam diharapak 1. indentifikasi keadaan nyeri
keadaan klien lokasi, karakteristik, dan keperahan
berangasur membaik durasi, frekuensi, nya.
dengan kriteria hasil : kualitas, intensitas - membantu
1. Tingkat nyeri nyeri. meringankan
SLKI (l.08066) 2.berikan teknik nyeri tanpa
- keluhan nyeri dari non- farmakologi obat
3 menjadi 5 untuk mengurangi - membantu
- gelisah dari 3 menjadi nyeri (relaksasi peningkatan
5 napas dalam dan pemahaman ji
Keterangan : kompres hangat). ka nyeri terjadi
1 : meningkat 3. jelaskan - membantu
2 : cukup meningkat strategi meredakan mengurangi
3 : sedang nyeri nyeri dengan
4 : cukup menurun 4. kaloborasi pem obat
5 : meningkat berian analgetik, jika
perlu

2 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan ambulasi - mengetahui


mobilitas tindakan keperawatan SIKI (1. 06171) adanya hal lain
fisik 3x24 jam diharapak yang membuat
keadaan klien 1.identifikasi tidak bisa
berangasur membaik adanya nyeri atau berpindah
dengan kriteria hasil : keluhan fisik lainnya secara mandiri
1. MobilitasFisik 2. libatkan keluarga - membantu
SLKI (l.05012) untuk membantu p agar dukungan
- pergerakan ekstermi asien dalam mening bukan
tas dari 3 menjadi 5 katkan ambulasi hanya dari
- rentang gerak 3. jelaskan tujuan perawat namun
(ROM) dari 3 menjadi dan prosedur keluarga juga
5 ambulasi ikut
Keterangan : 4. kalobrasikan den berpartisipasi
1. Menurun gan tenaga medis - membantu
2. Cukup Menurun lain nya, jika perlu agar tidak
3. Sedang salah dalam
4. Cukup Meningkat memindahkan
5. Meningkat pasien
- membantu
dalam proses
penyembuhan
3 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas - membantu
tindakan keperawatan SIKI (1. 09314) dalam
3x24 jam diharapak 1.identifikasi saat tin mengetahui
keadaan klien gkat ansietas berubah penyebab
berangasur membaik 2. dengarkan dengan ansietas yang
dengan kriteria hasil : penuh perhatian dialami
1. Tingkat Ansietas 3. anjurkan keluarga - supaya pasien
SLKI (l.09093) untuk tetap merasa bahwa
- keluhan pusing dari bersama klien dirinya
3 menjadi 5 4. kaloborasi pembe diperhatikan
- perilaku gelisah dari rian obat anti dan
3 menjadi 5 ansietas jika perlu BHSP menjadi
- verbalisasi khawatir lebih baik
akibat kondisi - mencegah
yang dihadapi dari terjadinya
3 menjadi 5 kekuarngan
Keterangan : percayaan
1. Meningkat klien kepada
2. Cukup Meningkat keluarga,
3. Sedang meningkatkan
4. Cukup menurun rasa aman
5. Menurun - membantu
mengurangi
kecemasan
dengan obat
4 Risiko Setelah dilakukan Pencegahan infeksi - mengetahui
Infeksi tindakan keperawatan SIKI (l.14549) tingkat
3x24 jam diharapak 1. monitor tanda- keperahan
keadaan klien tanda infeksi lokal infeksi
dan sistematik
berangasur membaik 2. berikan - membantu
dengan kriteria hasil : perawatan kulit pada membersih
1. Tingkat Infeksi area edema area edema
SLKI (l.14137) 3. jelaskan tanda supaya
- bengkak dari dan gejala infeksi mengurangi
3 menjadi 5 4. kaloborasi dengan infeksi
- kadar sel darah dokter pemberian berlebihan
putih dari 3 menjadi imunisasi, jika perlu - membantu
5 meningkatkan
Keterangan : pemahaman
1 : memburuk informasi
2 : cukup memburuk tentang
3 : sedang keadaan klinis
4 : cukup meningkat - membantu
5 : membaik untuk
meningkatkan
imun tubuh
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM


STUDI NERS

UNIVERSITAS JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN FRAKTUR FIBULA TIBIA (Tn. G)DI


RUANG DAHLIA

Nama Mahasiswa : Asriani kasim


Tempat Praktik : Ruang Dahlia RST Soedjono Magelang
Tanggal Praktik :
Tanggal Pengkajian : 09 agustus 2021
Sumber data : Pasien dan keluarga pasien

A. DATA UMUM KLIEN


No. RM : 67-xx-xx
Nama Klien : Tn. G
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Yogyakarta
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Tanggal masuk : 8 agustus 2021
Ruang : Dahlia
Diagnosa Medis : Fraktur Tibia Fibula
B. RIWAYAT KESEHATAN

- Alasan masuk RS :
Klien dan keluarga menyampaikan satu minggu lalu sebelum masuk rumah sakit
yaitu tanggal 5 agustus 2021 mengalami kecelakaan antar motor dan sepada hasil
rontgen kaki didapatkan hasil bahwa klien mengalami open fraktur digit II pedis
Dextra dan di jadwalkan menjalani operasi tanggal 7 agustus 2021.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 9 agustus 2021 didaptkan hasil bahwa
klien mengeluh nyeri pada kaki post op dengan skala 5. Pemeriksaan fisik
didapatkan hasil TD 150/80 mmHg, nadi 82x/menit, RR 22x/menit terdapat luka
post tindakan orif pada pedis dextra dengan panjang luka 3 cm, lebar 2 cm dan
kedalaman 1 cm. warna luka merah bersih dan tidak terdapat adanya tanda infeksi.
- Keluhan utama saat ini : Pasien mengatakan kaki kananya nyeri, karena post op
tindakan orif
- Riwayat kesehatan masa lalu : Pasien mengatakan sebelumnya tidak ada
mengalami keadaan atau cidera yang sama, jika sakit maka akan mengambil obat
diapotik dan puskesmas.
- Riwayat kesehatan keluarga : pasien mengatakan tidak ada keluarga yang
mempunyai riwayat kesehatan seperti yang dialaminya.

Penyakit keturunan :
 DM
 Asma
 Hipertensi
 Jantung
 Lain:.........
- Riwayat kecelakaan atau pembedahan sebelumnya : Pasien mengatakan tidak
ada riwayat kecelakaan dan perosedur pembedahan dan tindakan medis lain
sebelumnya
- Riwayat Alergi dan pengobatan yang pernah di peroleh : pasien mengatakan
tidak ada pengobatan yang membuat alergi

Genogram
Keterangan :
C. PENGKAJIAN FISIK
 Sistem Pernafasan
 Dispnea : Ya/Tidak

 Sputum : Ya/Tidak
 Riwayat penyakit Bronktis : Ya/Tidak;
Asthma: Ya/Tidak; TBC: Ya/Tidak;
Emphysema: Ya/Tidak; Pneumonia:
Ya/Tidak
 Merokok : Ya/Tidak; Sehari berapa pak:.................;Nilai Pack of
Year:.............
 Respirasi 22 x/menit; Dalam/Dangkal;Regular/Iregular;
Simetris/tidak
 Penggunaan otot bantu pernapasan: Ya/Tidak
 Fremitus :Ya/tidak
 Nasal flaring:Ya/Tidak
 Sianosis : Ya/Tidak
 Pemeriksaan Thorax
a. Inspeksi : pengembangan dada kanan dan kiri simetris, tidak
ada luka
b. Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan,
getaran pada kedualapang paru sama
c. Perkusi : suara sonor di area paru
d. Auskultasi : terdengar suara Vasikuler
e. Data Tambahan Lain-lain : ( - )
 Sistem Kardiovaskular
 Riwayat Penyakit : Hipertensi: Ya/Tidak; Penyakit gangguan
jantung: Ya/Tidak
 Edema kaki : Ya/Tidak
 Plebitis : Ya/Tidak
 Claudicasio : Ya/Tidak
 Dysreflexia :Ya/Tidak
 Palpitasi : Ya/Tidak; Sinkop: Ya/Tidak
 Rasa kebas/kesemutan: Ya/Tidak di ekstremitas:........................
 Batuk darah : Ya/Tidak
 TD : 150/80 mmHg, pengukuran di kamar pasein;
Posisi
pengukuran:Tidur/Berdiri/Duduk

 Nadi 82 x/menit diukur di carotis/ temporal/ jugular/ radial/


femoral/popliteal/post tibial/dorsalis pedis

 Kualitas nadi : Lemah/Kuat/tidak teraba


 CRT < 3 detik.
 Homans sign : Tidak terdapat nyeri pada betis

 Abnormalitas kuku: kuku keadaan bersih tidak terdapat luka


 Perubahan kulit : Tidak terdapat pigmentasi pada kulit
 Membran mukosa : lembab
 Pemeriksaan Kardiovaskuler
a. Inspeksi : tidak ada hematom,rtidak ada luka, ictus cordis tidak
tampak
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c. Perkusi : suara redup
d. Auskultasi : S1, S2 murni, tidak ada suara tambahan
e. Lain-lain :-
Sistem Gastrointestinal
 Antropometri
a. BB: 48 kg TB : 155 ccm IMT : 20 LLA : 23.5
 Gizi kurang
 Gizi cukup
 Gizi lebih
b. Berat badan : 48 Kg, ada perubahan BB: Ya/Tidak; Naik/Turun,
berapa
kg:......dalam .. bulan
 Biokimia
Hb : 13.8 gr/dl Hmt : 41.2 %
Albumin : - Serum glukosa: 108 mg/dl

 Clinical sign
a. Turgor kulit : elastis, tidak ada pigmentasi.
b. Membran mukosa: lembab, tidak ada sianosis
c. Edema : Ya/Tidak, di seluruh tubuh, periorbital atau bagian
lain,sebutkan..............
d. Ascites : Ya/Tidak; Derajat:..................
e. Pembesaran tiroid: Ya/Tidak
f. Kondisi gigi dan mulut: Bersih
g. Kondisi lidah: tidak ada radang dan pucat ( - )
h. Halitosis:Ya/Tidak
i. Hernia: Ya/Tidak
j. Massa abdomen :Ya/Tidak, di................
k. Bising usus 5-34 x/menit
Data tambahan dalam Pemeriksaan abdomen

Lien : hepatomegali ( - )
- Inspeksi : tidak ada luka, bentuk simetris
- Auskultasi : terdengar suara paristaltik bising 16x/ menit
- Perkusi : suara timpani
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

 Diet :
a. Pola makan sebelum dirawat: 3 x/sehari; waktu:
pagi/siang/malam
b. Ada larangan/pantangan makanan: Ya/Tidak;
Sebutkan:..................
c. Penggunaan suplemen makanan: Ya/Tidak;
Sebutkan:.....................
d. Kehilangan nafsu makan: Ya/Tidak; alasan:..................
e. Mual/Muntah: Ya/Tidak; Frekuensi:.............................
f. Alergi makanan: Ya/Tidak; Sebutkan:..........................
g. Dada serasa terbakar sesaat setelah
makan: Ya/Tidak; jika ya, diredakan
dengan:.............................
h. Masalah dalam menelan: Ya/Tidak;
Sebutkan:.................................
i. Gigi Palsu: Ya/Tidak....................................
j. Penggunaan diuretik: Ya/tidak
k. Pola makan selama sakit/dirawat 3 x/sehari; waktu :
pagi/siang/malam
l. Kebutuhan cairan selama
sakit:......................................................

Balance cairan selama 24 jam


Intake Output Balance cairan
Parenteral: Urine 400 cc Input – output :
300 cc IWL 300 cc 100 cc
Makan + minum : Feses 100 cc
600 cc Muntah ( - ) cc
Drain ( - ) cc
Darah ( - ) cc
Total 900 cc Total 800 cc

n. Data tambahan : ( - )
Sistem Neurosensori
 Merasa pusing/mau pingsan: Ya/Tidak
 Sakit kepala : Ya/Tidak, Lokasi:..............................
 Kesemutan/Kebas/lemah : Ya/Tidak, Lokasi:...............................
 Riwayat stroke : Ya/Tidak, lokasi:................................
 Kejang : Ya/Tidak, tipe kejang :..........................
 Kehilangan daya penglihatan : Ya/Tidak, pemeriksaan
visus:.................
 Glaukoma : Ya/Tidak; Katarak: Ya/Tidak; Alat
bantu pengelihatan: Ya/Tidak,
sebutkan:..................
 Kehilangan daya pendengaran: Ya/Tidak; Hasil pemeriksaan
...............
Alat bantu dengar: Ya/Tidak,
sebutkan:.................................................
 Pengecap : bisa merasakan manis, pahit,asin
 Pengidu : mencium bau wangi, tidak sedap
 Peraba : baik bisa merasakan sentuhan
 Status mental: tidak ada perubahan status mental, jika ada
perubahan, tulis jam berapa
ada perubahan tersebut
 Orientasi : Waktu:Normal/Tidak; Waktu: Normal/Tidak;
 Tempat: Normal/Tidak; Orang: Normal/Tidak; Situasi:
Normal/Tidak
 Tingkat kesadaran :
GCS = E 4 M 6 V 5 = 15
Keterangan :
E : 4 (spoontan) V : 5(orientasi baik)
3 (dengan diajak bicara) 4(jawaban kacau)
2 (dengan ransangan nyeri) 3(berkata tidak sesuai)
1 (tidak membuka) 2(hanya mengarang)
1 (tidak ada suara)
M : 6 (sesuai perintah)
5 (gerakan normal)

Kesimpulan :
15 – 14 Composmetis
13 – 12 Apatis
11 – 10 Delirium
9 – 7 Samnolen
6 – 4 Stupor
3 Koma

 Afek (gambarkan) : pada rentang normal, ekspresi emosi yang luas


dengan beragam dalam ekspresi wajah,irama maupun gerak tubuh.
 Memori saat ini : baik masih bisa mengingat kejadian yang baru
saja terjadi
masa lalu : masih bisa mengingat kenangan masa kecil
 Pupil:isokor/anisokor; ukuran: 5 mm, reaksi cahaya: R <2 mm /L
<2 mm
 Facial droop: Ya/Tidak, bagian:..........................
 Postur tubuh:.................................
 Reflek tendon: baik
 Paralisis: Ya/Tidak, lokasi...............................................
 Nyeri: Ya/Tidak,
P: Post tindakan orif
Q: dicubit atau di sentuh
R: kaki kanan
S: 5
T: saat menggerakan kaki kanan

 Sistem Muskuloskeletal
 Kegiatan utama sebelum sakit: berladang
 Kegiatan senggang: menggerakan kaki dan tangan perlahan-lahan
 Kondisi keterbatasan: sedikit terbatas
 Tidur malam: Ya/tidak, 5-7 jam, Tidur siang: Ya/Tidak
 Kesulitan untuk tidur: Ya/Tidak; Insomnia: Ya/Tidak
 Sulit bangun tidur: Ya/Tidak
 Perasaan tidak tenang saat bangun tidur: Ya/Tidak,
alasan:...........................
 Rentang gerak : ekstermitas atas kanan dan kiri aktif, ekstermitas
bawah bagian kanan pasif.
 Kekuatan otot :
4 4
5 4

Keterangan :

0 : kontraksi otot tidak

1 : tidak ada gerakan, kontraksi otot dipalpasi atau dilihat

2 : gerakan otot penuh melawan gravitasi

3 : gerakan yang normal melawan gravitasi

4 : gerakan penuh yang melawan gravitasi

5 : kekuatan otot tidak normal


 Deformitas : kondisi kaki kanan terdapat ke arah yang
tidak normal, tampak bengkak, krepitasi
 Postur : kifosis/lordosis/skoliosis
 Gaya Berjalan : sedikit tidak simetris antara kaki kanan dan kiri
 Kemampuan ADL’s
(Menggunakan kode 3 = independent, 1 = butuh bantuan, 0 =
dependent)
1 2 3
Buang air besar 1
Buang air kecil 1
Menggunakan toilet 1
Berdandan 3
Makan 1
Berpakaian 1
Berpindah tempat 1
Mobilisasi 1
Naik tangga 1
Mandi 1

Ket :
Kegiatan harian masih menggunakan bantuan
 Sistem Integumen
 Riwayat alergi: tidak ada riwayat alergi
 Riwayat imunisasi: lengkap
 Perubahan sistem imun: tampak sedikit lemas
 Transfusi darah: Ya/tidak, kapan terakhir dilakukan..................
 Temperatur kulit: hangat
 Diaphoresis: tidak ada keringat dingin
 Integritas kulit: bagus/kurang; Scar: Ya/Tidak, lokasi ......... ; Rash:
Ya/Tidak,
lokasi.................. ; Laserasi: Ya/tidak, lokasi:.........................
 Ulcer: Ya/Tidak, lokasi............................
 Luka bakar: Ya/Tidak, lokasi.................................. ,
derajat...................... /
%
 Pressure Ulcer :
skor braden scale dilampirkan)
 Edema :
 Lain – lain :
 Sistem Eliminasi
a. Fecal
a) Frekuensi BAB 2 x/hari
Konstipasi
 Diare
b) Karakteristik feses

: padat Konsistensi

Warna : kuning kehijauan

Bau : bau khas faces
c) Penggunaan laxative : Ya/tidak, frekuensi............ ;
alasan:........................
d) Perdarahan per anus :Ya/Tidak
e) Hemoroid : Ya/Tidak, Grade:......
b. Bladder
a. Inkotinensia: Ya/Tidak, kapan:..................
b. Urgensi: Ya/tidak
c. Retensi urin: Ya/Tidak
d. Frekuensi BAK 4-6 x/hari
e. Karakteristik Urin: bening
f. Volume urin: 900 cc
g. Nyeri/kesulitan terbakar/kesulitan BAK : tidak ada
h. Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih: tidak ada
 Sistem Reproduksi
 Keluhan sistem reproduksi: tidak nyeri saat berkemih

 Akseptor KB : ( Ya / Tidak ) ; Jenis ........ ( Jika Ya tulislah alat


KB yang digunakan dan berapa lama)
 Kegiatan sexual teratur : Ya / Tidak
 Perempuan: Monopause
a. Usia menarkhe:
b. Durasi menstruasi ... hari
c. Periode menstruasi .. hari
d. Waktu menstruasi terakhir:
e. Hamil: Ya/Tidak
f. Perdarahan diantara waktu menstruasi?Ya/Tidak, seberapa
sering?..............
g. Menopouse: Ya/Tidak, sudah berapa lama:
h. Vaginal discharge: -
i. Pemeriksaan payudara sendiri: Ya/Tidak, hasil:.................
j. Pemeriksaan lain: tidak ditemukan data yang tidak normal
k. Terapi hormonal: Ya/Tidak, sebutkan......................
 Laki Laki
a. Penis discharge:......
b. Gangguan prostat: Ya/Tidak
c. Sirkumsisi: Ya/Tidak
d. Vasektomi: Ya/Tidak
e. Gangguan pada alat kelamin:........
 Lain – lain :
D. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Nilai / Kepercayaan
- Agama yang dianut: Islam
- Kegiatan keagamaan yang di jalani : sholat 5 waktu
- Nilai / kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan : Tidak ada
- Gaya hidup :Pasien mengatakan gaya hidup nya sederhana saja
- Perubahan gaya hidup : Pasien mengatakan perubahan yang terjadi tidak bisa
melakukan aktivitas seperti biasanya dengan teman dan tetangga karena harus
dirawat di rumah sakit
2. Koping / stress
- Pasien merasa stres: Ya/Tidak
- Faktor penyebab stres : Pasien khawatir dengan keadaan nya sekarang apa
bisa membaik atau tidk, tampak pucat, tampak sulit berkonsentrasi
- Cara mengatasi permasalahan : Pasien mengatakan mencoba untuk mengikuti
prosedur dan berdoa kepada yang maha kuasa
- Status emosional : Tenang / Cemas / Marah / Menarik diri / Takut / Mudah
tersinggung / Tidak sabar / euforia.
Lain – lain : tidak ada maalah

3. Hubungan
- Tinggal dengan: bapak, ibunya
- Orang yang mendukung : keluarga dan bapak,ibu yang selalu setia
menunggu dan mendampinginya.
- Penyakit mempengaruhi hubungan keluarga/ orang lain: tidak ada
- Kegiatan di masyarakat : saat sakit belum ada kegiatan yang di ikuti namun
sebelum sakit sering mengikuti kegiatan gotong royong

Lain – lain :

4. Persepsi Diri
- Yang dirasakan terkait hospitalisasi : Pasien mengatakan cemas dan
khawatir dengan keadaannya
- Perilaku klien sesuai dengan situasi : -
E. Defisit pengetahuan/ Pendidikan Kesehatan Klien
- Bahasa utama: Bahasa Jawa
Daftar kebutuhan pendidikan selama di rawat :

- Pendidikan tentang perawatan


- Prosedur operasi
- imobilisasi

G. Data Penunjang
Jenis
Tanggal Hasil Nilai rujukan Satuan
pemeriksaan
05/04/2021 Hematologi
1 Hb 13.0 12 – 16 g/dl
2 Leukosit 5.76 4 – 11 10^3/ul
3 Eritrosit 4.46 4–5 10^6/ul
4 Trombosit 300.000 150.000 – 450.000 10^3/ul
5 Hematokrit 41.2 36 – 46 Vol %
Hitung jenis
6 Eosinofil 3 2–4 %
7 Basofil 1 0–1 %
8 Batang 0 2–5 %
9 Segmen 59 51 – 67 %
10 Limfosit 28 20 – 35 %
11 Monosit 9 4–8 %
Golongan darah
12 Golongan darah O - -
13 LED 1 jam 36 0 – 20 Mm/jam
Hemostatis
14 PPT 11.8 12.0 – 16.0 Detik
15 APTT 28.4 28.0 – 38.0 Detik
16 C.PPT 13.2 11 – 16 Detik
17 C.APTT 30.6 28 – 36 Detik
Kimia Klinik
Fungsi Ginjal
18 Ureum 34 17 – 43 Mg/dl
19 Creatinin 0.85 0.60 – 1.10 Mg/dl
Diabetes
20 GDS 108 80 – 200 Mg/dl
Elektrolit
21 Natrium 142.000 137.000 – 145.000 Mg/dl
22 Kalium 3.50 3.5 – 5.1 Mmol/l

H. Terapi Yang Diberikan


Tanggal Jenis Terapi Rute Dosis Indikasi kontraindikasi
09/08/2021Anbacin IV 2X1 Mengobati infeksi Gangguan
bakteri lambung,
perubahan
hematologi
09/04/2021Paracetamol IV 4 X 500 Meredakan nyeri Jangan diberikan
gram serta menurunkan pada penderita
demam gangguan fungsi
hati
ANALISA DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1 Ds :
- Pasien mengatakan kaki kanannya
nyeri
P: jatuh tabrak sepeda motor

Q: tertusuk-tusuk
R : kaki kanan
Nyeri akut Agen pencidera
S: 3 Fisik (Mis.
Trauma)
T: saat menggerakan kaki kanan
Do :
- Tampak berfokus pada diri sendiri
- Tampak kesakitan
- 150/80 mmHg

2 Ds :

-pasien mengatakan kaki kirinya nyeri


saat digerakkan
- Pasien mengatakan nyeri pada
kaki kanannya
- Pasien mengatakan terjatuh dari
sepeda motor
Do :
Gangguan Mobilitas Kerusakan
- Tampak kaki kanan bengkak Fisik intergritas Struktur
- Tampak keadaan lemah tulang
- Kekuatan otot

5 5
15
- kaki tampak krepitasi
- Tampak pnurunan fungsi
saat mengangkat kaki
- ADL memerlukan bantuan
3 Ds :

- Pasien khawatir dengan keadaan


nya sekarang apa bisa membaik
atau tidak.
Do :
Ansietas
- Tampak sulit untuk berkonsentrasi Krisis Situasional
- muka tampak pucat
- tampak murung
- tampak lesu
- tampak tidak bersemangat.
- Skore ansietas 4

Diagnosa Keperawatan (tuliskan sesuai prioritas) :

1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencidera Fisik (Mis. Trauma)


2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan intergritas struktur
tulang
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA SLKI / TUJUAN SIKI


NO KEPERAWAT
AN
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (08238)
Agen pencidera
keperawatan selama 3x24 1. indentifikasi lokasi, kara
Fisik (Mis.
Prosedur operasi) jam diharapkan masalah klien kteristik,durasi, frekuensi
dapat teratasi dengan kriteria ,kualitas, intensitas nyeri.
hasil : 2. berikan teknik non-
Tingkat Nyeri (08066) farmakologi untuk
- keluhan nyeri dari (3) mengurangi nyeri (relaks
sedang menjadi (5) asi napas dalam dan kompres
menurun hangat).
- gelisah dari (3) sedang 3. jelaskan strategi mereda
menjadi (5) menurun kan nyeri
4. kaloborasi pemberian
analgetik, jika perlu
5. identifikasi skala nyeri
6. kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
7. fasilitas istirahat dan tidur
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulasi (06171)
Mobilitas Fisik
keperawatan 3x24 jam 1. Identifikasi adanya nyeri
b/d Kerusakan
intergritas diharapkan masalah klien atau keluhan fisik lainnya
Struktur tulang
dapat teratasi dengan kriteria 2. Libatkan
hasil : keluarga untuk membant
Mobilitas Fisik (05012) u pasien dalam meningk
- pergerakan ekstermitas atkan ambulasi
dari (3) sedang menjadi 3. Jelaskan
(5) meningkat tujuan dan prosedur
- rentang ambulasi
gerak (ROM) dari
(3) sedang menjadi 4. kalobrasikan dengan
(5) meningkat tenaga medis lain nya,
jika perlu
5. anjurkan melakukan
ambulasi dini
6. monitor adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya
3 Ansietas b/d Setelah dilakukan tindakanReduksi Ansietas (09314)
Krisis
keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi saat tingkat
Situasional
diharapkan masalah klien ansietas berubah
dapat teratasi dengan kriteria 2. Dengarkan
hasil : dengan penuh perhatian
Tingkat Ansietas (09093) 3. Anjurkan keluarga untuk
- Keluhan pusing dari tetap bersama klien
(3) sedang menjadi 4. Kaloborasi pemberian
(5) menurun obat anti ansietas jika p
- Perilaku gelisah dari erlu
3 menjadi 5 5. Monitor tanda-tanda
- Verbalisasi khawatir ansietas
akibat kondisi yang 6. Pahami situasi yang
dihadapi dari (3) membuat ansietas
sedang menjadi (5)
menurun
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa TGL/JAM IMPLEMENTASI PARAF


NO
Keperawta EVALUASI
an
1Nyeri akut 07/07/2021 1. Mengkaji keadaan pasien danS : Novita,
Younita
mengukur skala nyeri
15 : 00 - pasien mengatakan nyeri kaki kanannya sedikit berkurang
15 : 40 2. Mengukur TTV
P : Saat menggerakan kaki kanan
3. Memasang infus
16 : 00
Q : terasa di cubit
16 : 30 4. Memberikan terapi obat
R : kaki kanan
anbacim dan paracetamol
S : skala 3
T : Saat menggerakan kaki kanan

O:

- keluhan nyeri dari 3 menjadi 4


- gelisah dari 3 menjadi 4
- TD : 130/80
- RR : 22x/menit
- S : 36.5 C
- HR : 82 x/menit
- Anbacim 2x1
- Paracetamol 4x500 gram rute IV
A : Masalah belum teratasi
P : Melanjutkan Intervensi
1. Mengkaji keadaan pasien dan Mengukur skala nyeri
2. Dilakukan kompres hangat
3. Memberikan terapi obat anbacim dan paracetamol
2 Gangguan 07/07/2021 1. Mengevaluasi nyeri saat S: Novita
Mobilitas 14 : 50 Younita
menggerakan tangan - pasien mengatakan kaki kanannya masih nyeri saat digerakan
Fisik
15 : 20 2. Melakukan ROM pada ekstermitas Do :
atas dan bawah - Pergerakan ekstermitas dari 3 menjadi 4
15 : 40 3. Mengajarkan pasien dan keluarga - Rentang gerak ROM dari 3 menjadi 4
tentang ROM secara mandiri A : Masalah belum teratasi
4. Melakukan imobilisasi lingkungan P : Melanjutkan Intervensi
16 : 25
1. Melakukan ROM pada ekstermitas atas dan bawah
2. Melakukan imobilisasi lingkungan
3 Ansietas 07/07/2021 1. Mengidentifikasi tingkat ansietas S :
14 : 30
2. Mendengarkan dengan
- pasien mengatakan ia mulai tak terlalu cemas dengan keadaanya
15 : 50 penuh perhatian
O:
3. Mengedukasi kepada keluarga
- keluhan pusing dari 3 menjadi 4
16 : 10 untuk selalu bersama klien
- perilaku gelisah dari 3 menjadi 4
4. Memberikan edukasi terkait
- verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi dari 3 menjadi 4
16 : 35 prosedur dan perawatan kepada
- Tampak mulai bisa untuk berkonsentrasi
klien
- Tampak mulai tak tegang
5. melakukan teknik relaksasi napas - muka sudah tak pucat
dalam
- suara tidak bergetar.
A : Masalah belum teratasi
P : Melanjutkan Intervensi
1. Mengidentifikasi tingkat
Ansietas
2. Memberikan edukasi terkait Prosedur dan perawatan kepada klien

1Nyeri akut 08/07/2021 1. Mengkaji keadaan pasien danS :


08 : 30
Mengukur skala nyeri
- pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
09 : 00 2. Melakukan kompres hangat
3. Memberikan terapi obat P : Saat menggerakan kaki kanan
anbacim dan paracetamol Q : terasa di cubit
R : kaki kanan
S : skala 2
T : Saat menggerakan kaki kanan

O:
- keluhan nyeri dari menjadi
- gelisah mulai berkurang
- TD : 120/70
- Anbacim 2x1
- Paracetamol 4x500 gram rute IV
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Dilakukan kompres hangat
- Pemberian obat

2 Gangguan 08/07/2021 1. Melakukan ROM pada S:


Mobilitas 10 : 00
ekstermitas bawah - Pasien mengatakan kaki kanan saat di raba dan diangkat sudah tak
Fisik
10 : 10 terlalu nyeri
2. Melakukan imobilisasi Do :
lingkungan - Pergerakan ekstermitas dari 3 menjadi 4
- Rentang gerak ROM dari 3 menjadi 4
A : Masalah teratasisebagian
P : Melanjutkan Intervensi
1. Melakukan ROM pada ekstermitas atas dan bawah
2. Melakukan imobilisasi lingkungan
3 Ansietas 08/07/2021 1. Mengidentifikasi tingkat ansietas S :
11 : 00
2. Mendengarkan dengan penuh
- pasien mengatakan ia mulai tak terlalu cemas dengan keadaanya
11 : 10 perhatian
O:
3. Memberikan edukasi
- keluhan pusing dari 3 menjadi 5
terkait Prosedur dan perawatan
- perilaku gelisah dari 3 menjadi 5
Kepada klien
- verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi dari 3 m
enjadi 4
- Sudah mampu berkonsentrasi
- Tampak mulai tak tegang
- muka sudah tak pucat
- suara tidak bergetar.
A: Masalah belum teratasi
P : Melanjutkan Intervensi
1. Mengidentifikasi tingkat ansietas
2. Mendengarkan dengan
penuh perhatian
Memberikan edukasi terkait Prosedur dan perawatan Kepada
klien
1 Nyeri akut 09/07/2021 1. Mengkaji keadaan pasien dan S:
08 : 30
Mengukur skala nyeri
- pasien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri
09 : 00 2. Melakukan teknik napas dalam
O:
3. Memberikan terapi obat
- keluhan nyeri dari 3 menjadi 5
anbacim dan paracetamol
- gelisah dari 3 menjadi 5
- TD : 110/80
- Paracetamol 4x500 gram rute IV
A : Masalah teratasi
P:
2 Gangguan 09/07/2021 1. Melakukan ROM pada S:
Mobilitas 10 : 00
ekstermitas atas dan bawah - Pasien mengatakan mengatakan kaki kanan membaik sebagian
Fisik
10 : 10 2. Melakukan imobilisasi O:
lingkungan - Pergerakan ekstermitas dari 3 menjadi 5
- Rentang gerak ROM dari 3 menjadi 4
A : Masalah teratasi
P:
3 Ansietas 09/07/2021 1. Mengidentifikasi tingkat ansietas S :
11 : 00
2. Mendengarkan dengan penuh
- pasien mengatakan ia pasrah dan mengikuti semua prosedur
11 : 10 perhatian
O:
3. Memberikan edukasi terkait
- keluhan pusing dari 3 menjadi 5
Prosedur dan perawatan
- Perilaku gelisah dari 3 menjadi 5
Kepada klien
- verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi dari 3
menjadi 4
- Sudah mampu berkonsentrasi
- Tampak tak tegang
- Tampak tak pucat
A : Masalah teratasi
P:
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Keluhan utama : pada pasien fraktur biasanya mengalami kesakitan, nyeri,
tampak meringis, nyeri saat menggerakan kaki, tampak lemah. Yang
disebabkan suatu keadaan atau kecelakaan saat beraktivitas .
Riwayat kesehatan masa lalu : Pasien mengatakan sebelumnya tidak ada
mengalami keadaan atau cidera yang sama, jika sakit maka akan mengambil
obat diapotik dan puskesmas.
B. Diangosa keperawatan
Diagnosa yang kami ambil dari kasus fraktur ini adalah prioritas pertama
Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencidera Fisik dikarenakan hasi dari
pengkajian nyeri P: jatuh tabrak sepeda, Q: seperti tertusuk-tusuk, R: kaki
kanan, S: 3, T: saat menggerakan kaki kanan dan tampak kesakitan. Nyeri
merupakan masalah utama pada pasien pasca operasi yang disebabkan oleh
tindakan pembedahan yang dilakukan (Rosyidi, 2013)

Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan


dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berinsentisat ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan (Siti. Aisyah, 2017)
Diagnosa kedua gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
intergritas struktur tulang dikarenakan Tampak kaki kanan bengkak, Tampak
keadaan lemah, Kekuatan otot kaki kanan 1 , Kaki kanan tampak krepitasi,
Tampak penurunan fungsi saat mengangkat kaki kanan, ADL membutuhkan
bantuan. Kaki kanan tampak deformitas. Kaki kanan tampak krepitasi,
Tampak penurunan fungsi saat mengangkat kaki kanan, ADL membutuhkan
bantuan, Kaki kanan tampak deformitas.
Hambatan mobilitas fisik yaitu keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh satu
atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nur Afid & Hardi, 2015)
Diagnosa ketiga ansietas berhubungan dengan krisis situasional
dikarenakan Pasien khawatir dengan keadaannya sekarang apa bisa membaik
atau tidak. Tampak sulit untuk berkonsentrasi, tampak murung.
Ansietas merupakan perasaan difus yang sangat tidak menyenangkan dan
tidak menentu tentang sesuatu yang akan terjadi (Azzahra, 2020).
C. Perencanaan Keperawatan
1. Diagnose yang kami ambil dari kasus fraktur ini adalah prioritas pertama
Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencidera Fisik. Dilakukan 3x
pertemuan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan kami
menggunakan intervesi yaitu : manajemen nyeri
2. Diagnose kedua gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
intergritas struktur tulang Dilakukan 3x pertemuan dengan kriteria hasil
yang sudah ditetapkan kami menggunakan intervesi yaitu : dukungan
ambulasi
3. Diagnose ketiga ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
Dilakukan 3x pertemuan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan
kami menggunakan intervesi yaitu : reduksi ansientas
D. Implementasi dan Evaluasi Proses
a. Pada tanggal 7/7/2021 hasil implementasi dari masalah nyeri akut
didapatkan hasil : pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan sedikit
berkurang, dilanjutkan dengan mengkaji keadaan pasien dan
mengukur skala nyeri, dilakukan kompres hangat Memberikan terapi
obat anbacim dan paracetamol .
b. Pada tanggal 8/7/2021 hasil implementasi dari masalah gangguan
mobilitas fisik didapatkan hasil : Pasien mengatakan kaki kanan saat
di raba dan diangkat sudah tak terlalu nyeri, dialanjutkan melakukan
ROM pada ekstermitas bawah dan melakukan imobilisasi lingkungan
c. Pada tanggal 9/7/2021 hasil implementasi dari masalah ansietas
didapatkan hasil : pasien mengatakan mau mengikuti semua prosedur,
dilanjutkan dengan mengidentifikasi tingkat ansietas, Mendengarkan
dengan penuh perhatian, Memberikan edukasi terkait prosedur dan
perawatan kepada klien.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada Tn.G dengan fraktur tibia fibula di ruang
Dahlia dapat diangkat diagnosa keperawatan : Nyeri Akut berhubungan
dengan Agen pencidera fisik, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan intergritas struktur tulang, ansietas berhubungan dengan krisis
situasional. Terkait dengan beberapa askep didapatkan intervesi mengajarkan
mobilisasi fisik, dan edukasi terkait kecemasan dan emosional
B. Saran
Saran untuk pasien dengan fraktur agar memperhatikan pengobatan
dan menjalankan pengobatan sesuai dengan anjuran dokter, selalu jaga
batas kemampuan gerak kalau tidak didamping keluarga atau tenaga
kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fathan. 2018. Patient Profiles Of Distal Radius Fracture in RSUP DR. M.
djamil padang. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.
Aisyah, Siti. (2017). Manejem Nyeri Pada Lansia Dengan Pendekatan Non
Farmakologi. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Vol 2. No 1
Azzahra, F. dkk (2020). Farmakoterapi Gangguan Ansietas Dan Pengaruh Jenis
Kelamin Terhadap Efikasi Antiansietas. Jimki. Vol 8. No 1
Ghassani, Z & Firmawati, E. 2016. Pengaruh pemberian aromaterapi Lavender
dan teknik relaksasi napas dalam terhadap skala nyeri pada pasien post
operasi ekstermitas Di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Naskah
Publikasi Agustus 2016.
Helmi, Zairin N. 2012. Buku ajar gangguan muskuloskletal. Jakarta : Salemba
Medika
Irene Natalia Tantri dkk.2017. Gambaran Karakteristik Fraktur radius distal di
RSUP Sanglah Tahun 2013-2017. Bali. Program studi serjana kedokteran
dan profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Nampira dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis (Ed.I).
Jakarta: Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Cetakan ke III. Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Cetakan ke II. Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Cetakan ke II. Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Rosyidi, K. (2013). Muskuloskeletal. Jakarta: Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai