Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN ASMA

Disusun:
Evita Rey
203203105

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2021
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori Penyakit


1. Pengertian
Asma adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas secara
reversibel yang ditandai dengan inflamasi, dan peningkatan reaksi
jalan nafas terhadap berbagai stimulan. Dimana keadaan saluran nafas
mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan
tertentu, yang menyebabkan peradangan. Penyempitan ini bersifat
berulang namun reversible (Yuliani, 2010:14) dan (Kusuma, 2015:65)

2. Etiologi
Sampai saat ini etiologi Asma Bronkhial belum diketahui.Suatu hal
yang menonjol pada penderita asma adalah fenomena hiperaktivitas
bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan
imunologi maupun non imunologi.
a. Menurut (Putri, 2013) Etiologi asma dapat dibagi atas:
1) Asma Ekstrinsik/Alergik
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya
sejak anak-anak seperti alergi protein, serbuk sari, bulu halus,
binatang, dan debu.
2) Asma Intrinsik/Idiopatik
Asma yang tidak diketahui faktor pencetus yang jelas, tetapi
adanya faktor-faktor non spesifik seperti: flu, latihan fisik tau
emosi yang sering memicu serangan asma. Asma ini sering
muncul sesudah usia 40 tahun setelah menderita infeksi
sinus/cabang trakeobronchial.

4
5

3) Asma Campuran
Asma yang terjadi karena adanya komponen ekstrinsik dan
intrinsik

b. Menurut Soemantri (2009) faktor-faktor pencetus yang akan


menimbulkan asma sebagai berikut:
1) Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung
sari rerumputan
2) Iritan seperti asap, bau-bauan, dan polutan
3) Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus
4) Kegiatan jasmani yang berlebihan
5) Obat-obatan
6) Emosi

3. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi dari otot polos bronkeolus yang
menyebabkan sulit bernafas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitibilitas bronkeolus terhadap benda asing di udara. Reaksi
yang timbul pada asma tipe alergi di duga terjadi dengan cara sebagai
berikut : sesorang yang alergi di duga mempunyai kecenderungan
besar dan antibody ini terutama melekat pada sel mast yang melekat
pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkeolus dan
bronkus kecil. Bila sesesorang menghirup alergen maka antibody orang
tersebut meningkat, alergen beraksi dengan antibody yang sudah terlekat
pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai
macam zat, diantaranya histamin zat anafilaksis yang bereaksi lambat.
Efek gabungan dari semua faktor ini akan menghasilkan edema
lokal pada dinding bronkeolus kecil maupun sekresi mukus yang
kental dalam lumen bronkeolus dan spasme otot polos bronkeolus
sehingga menyebabkan tahanan saluran nafas menjadi sangat
meningkat.
Pada asma bronkhial, diameter bronkeolus lebih kurang selama
ekspirasi daripada inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru
selama sekresi paksa menekan bagian luar bronkeolus. Karena
bronkeolus tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya akibat dari
tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama
ekspirasi. Pada penderita asma biasanya bisa melakukan inspirasi
dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal
ini menyebabkan dispnea (Wahid dan Suprapto, 2013).
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis merupakan tanda dan gejala penyakit asma. Tanda
dan gejala :
a. Menurut (Padila, 2012) adalah:
1) Batuk
2) Dispnea
3) Mengi
4) Hipoksia
5) Berkeringat
6) Pelebaran tekanan nadi
b. Menurut (Yuliani, 2010) tanda dan gejala asma adalah:
1) Wheezing
2) Dispnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori
pernafasan, cuping hidung, retraksi dada dan stridor
3) Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen
jalan nafas sempit
4) Tachypnea, orthopnea
5) Gelisah
6) Berbicara sulit atau pendek karena sesak nafas
7) Nyeri abdomen karena terbitnya otot abdomen dalam
pernafasan
8) Tidak toleran terhadap aktivitas
9) Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran

5. Klasifikasi Asma
Menurut (Putri, 2013) berdasarkan episodik serangan asma, dapat
dibedakan menjadi:
a. Asma episodik yang jarang
Biasanya terjadi pada anak usia 3-6 tahun, serangan umumnya
dicetuskan oleh infeksi virus pada saluran nafas. Frekuensi
serangan 3-4kali/th. Lama serangan beberapa hari dan langsung
menjadi sembuh.
Gejala menonjol pada malam hari dapat berlangsung 3-4 hari,
sedangkn batuk 10-14 hari, serangan tidak ditemukan kelainan.
b. Asma episodik sedang
2/3 golongan ini serangan pertama timbul pada usia sebulan
sampai 3 tahun, serangan berhubungan dengan infeksi saluran
nafas akut, pada usia 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi
yang jelas.
c. Asma kronik/persisten
Serangan asma terjadi pada usia 6 bulan (25%), sebelum usia 3
tahun (75%), pada usia 2 tahun pertama (50%) biasanya serangan
episodik pada usia 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi jalan
nafas yang persisten dan hampir selalu terdapat wheezing setiap
hari. Pada malam hari sering terganggu oleh batuk/wheezing dan
waktu ke waktu serangan yang berat dan sering memerlukan
perawatan rumah sakit.

6. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Muttaqin, 2012) prinsip-prinsip penatalaksanaan asma
bronkial adalah:
a. Pengobatan Non farmakologi
1) Penyuluhan : ditujukan untuk peningkatkan pengetahuan klien
tentang penyakit asma sehingga klien secara sadar menghindari
faktor-faktor pencetus, menggunakan obat secara benar.
2) Menghindari faktor pencetus
3) Fisioterapi : dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran
mukus. Ini dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi,
fibrasi dada
b. Pengobatan Farmakologi
1) Agonis beta : metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuknya
aerosol, bekerja lebih cepat, diberikan sebanyak 3-4 kali
semprot dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalah
10 menit.
2) Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125-200mg 4 x sehari.
Golongan ini adalah aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan
bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang
memuaskan.
3) Kortikosteroid. Jika agonis beta dan metixantin tidak
memberikan respon dengan baik, harus diberikan
kortikosteroid. Dalam bentuk aerosol dengan dosisi 4 xsemprot
setiap hari. Pemberian obat ini dalam jangka yang lama
mempunyai efek samping, maka klien yang mendapat steroid
jangka lama harus diawasi dengan ketat.
4) Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven). Kromolin
merupakan obat pencegah asma khususnya untuk anak-anak.
Dosis Iprutropioum bromide diberikan 1-2 kapsul 4x sehari.

7. Pemeriksaan diagnostik
Menurut pernyataan (Putri, 2013) pemeriksaan diagnostik asma adalah:
a. Sinar X (Ro. Thorax): terlihat adanya hiperinflsi paru-paru
diagfragma mendatar
b. Tes fungsi paru
1) Menentukan penyebab dispnea
2) Volume residu meningkat
3) FEV1/FVC: rasio volume ekspirasi kuat dan kapasitas vital
c. AGD
Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat
hipoksemia, hiperkapnea, asidosis respiratorik.
1) PaO2menurun, PaCO2 normal/me/turun
2) pH normal/meningkat
d. Sputum (Lab): menentukan adanya infeksi biasanya pada asma
tanpa disertai infeksi
8. Komplikasi
(Putri, 2013) Menyatakan bahwa komplikasi asma adalah sebagai
berikut:
a. Pneumothorak
b. Pneumomediastinum dan emfisema sub kutis
c. Atelektasis
d. Aspirasi
e. Kegagalan jantung/gangguan irama jantung
f. Sumbatan saluran nafas yang meluas/gagal nafas
g. Asidosis

9. Manajemen terapeutik
Menurut (Putri, 2013:193) Tujuan terapi asma adalah sebagai berikut:
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
b. Mencegah kekambuhan
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta
mempertahankannya
d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk
melakukan exercise
e. Menghindari efek samping obat asma
f. Mencegah obstruksi jalan nafas yang irreversible
B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Menurut Abraham Maslow (2012) mengembangkan teori tentang


kebutuhan dasar manusia yang dikenal dengan istilah hierarki kebutuhan
dasar manusia maslow. Teori ini membagi kebutuhan dasar manusia menjadi
5 kelompok, yaitu sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis
2. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman nyaman
3. Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki
4. Kebutuhan harga diri
5. Kebutuhan aktualisasi diri

Ada beberapa metode pemenuhan kebutuhan oksigen yaitu:


1. Menurut (Saputra, 2013)
a. Fisioterapi dada
b. Terapi oksigen
c. Nafas dalam dan batuk efektif
d. Penghisapan lendir (suction)
2. Menurut (Ikawati, 2016)
a. Fisioterapi nafas (senam asma)
b. Vibrasi dada
c. Batuk yang efisien

Anda mungkin juga menyukai