Anda di halaman 1dari 57

i

STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA


RUMAH DOA BUKIT RHEMA MAGELANG. JAWA TENGAH

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai


Derajat Sarjana S-1 Program Studi Teknik Lingkungan

Disusun oleh :
NOFRIYANI TALABUDDIN
15250125

INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA


YOGYAKAR
ii

LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA RUMAH DOA BUKIT


RHEMA MAGELANG JAWA TENGAH

Disusun Oleh:

Nofriyani Talabuddin

15250125

Telah disetujui oleh tim pembimbing:

Tanggal: / /

Dewan Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ir.Sri Yuniyarti M.Par Drs. Laak Paskalis, M.Si

NIDN : 0522056302 NIDN : 0515045701

Mengetahui,

Rektor ITY

U.b Wakil Rektor I

Dra.Hj. Lily Handayani, MSi


iii

NIDN.0514125401

i
i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah..
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan
karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan prpposal skripai yang
berjudul “KAJIAN KOMPOSISI DAN TIMBULAN SAMPAH SERTA
PERAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI
KAWASAN EKOWISATA GUNUNG API PURBA NGALNGGERAN”
dengan tepat waktu. Terselesainya laporan ini tak lepas dari berbagai pihak yang
telah membantu secara moril maupun finansial. Oleh karena itu dalam kesempatan
kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ir. Sri Yuniarti M,Par. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan proposal
skripsi ini.
2. Drs. Laak Paskalis, M.Si. selaku dosen pendamping atas bimbingan, masukan
dan sarannya.
3. Dra. Hj. Lily Handayani, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan masukan.
4. Prof. H Chafid fandeli, selaku Rektor Institut Teknologi Yogyakarta.
5. Dra. Hj. Lily Handayani, M.Si, Selaku Wakil Rektor I Institut Teknologi
Yogyakarta.
6. Keluarga ibunda dan bapak yang selalu memberikan dukungan baik moril
maupun finansial teimakasih atas doa dan kasih sayang-Nya yang telah
diberikan kepadaku.
7. Sorwaru (MAPALA STTL) rumah kedua di Yogyakarta yang telah banyak
memberikan pelajaran, kenyamanan dan arti saling berbagi satu unuk semua.

ii
ii

Semoga amal ibadah baik yang telah di berikan mendapat balasan dari
ALLAH SWT. Penulis menyadari bahwa proposal Skripsi ini masih jauh dari
kata sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca. Semoga proposal Skripsi ini dapat menambah wawasan sebagai
khasanah bangsa.
Yogyakarta, 2 Mei 2021

Penulis

ii
4

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN..................................Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR..............................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

DAFTAR TABEL..................................................................................................4

DAFTAR GAMBAR................................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN............................................Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5

1.1 Latar Belakang................................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................8

1.3 Batasan Masalah.............................................................................................8

1.4 Tujuan Penelitian............................................................................................9

1.5 Manfaat Penelitian..........................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................10

2.1 Pengertian Pariwisata...................................................................................10

2.2 Pengembangan Pariwisata............................................................................13

2.3 Strategi..........................................................................................................20

2.4 Obyek Wisata...............................................................................................22

ii
5

2.5 Motivasi Pariwisata......................................................................................23

2.6 Faktor Pendorong Pengembangan Obyek Wisata........................................26

2.7 Faktor Penghambat Pengembangan Obyek Wisata......................................27

2.8 Landasan Teori.............................................................................................28

2.7 Kerangka Berpikir........................................................................................31

2.9 Hipotesis.......................................................................................................33

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................34

3.1 Lokasi Penelitian..........................................................................................34

3.2 Obyek Penelitian...........................................................................................34

3.3 Waktu Penelitian...........................................................................................35

3.4 Variabel Penelitian.......................................................................................35

3.5 Sumber Data.................................................................................................35

3.6 Alat Penelitian..............................................................................................36

3.7 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................37

3.8 Analisis Data.................................................................................................39

3.9 Analisis SWOT.............................................................................................44

ii
6

DAFTAR TABEL

3. 1 Jadwal Perencanaan Penelitian Proposal Skripsi............................................35


3. 2 Kategori Penyekoran Kuisioner......................................................................38
3. 3 Matrik Metode Analisis Data..........................................................................41
3. 4 Analis Faktor Strategis Internal......................................................................46
3. 5 Analisis Faktor Strategis Eksternal.................................................................46

3. 6 Standar Matriks Kombinasi SWOT................................................................47

ii
7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang berperan dalam penghasil devisa
negara di samping migas. Pariwisata sebagai sub sektor ekonomi merupakan
industri terbesar dan tercepat perkembangannya di Indonesia. Menurut WTTC
(World Travel and Tourism Council), terbukti bahwa pada tahun 1993 pariwisata
merupakan salah satu industri terbesar di dunia dengan pendapatan lebih dari US
3,5 triliun atau 6% dari pendapatan kotor dunia (Lascurain, 1993 dalam Fandeli,
2005). Melihat trend pariwisata tahun 2020, perjalanan wisata dunia akan
mencapai 1,6 milyar orang. Di beberapa negara, pariwisata khususnya
agritourism bertumbuh sangat pesat dan menjadi alternatif terbaik bagi wisatawan.

Pariwisata adalah salah satu dari industri gaya baru, yang mampu
menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja,
pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam
negara penerima wisatawan ( Wahab, 2003 : 5). Berkembangnya pariwisata di
suatu daerah akan mendatangkan banyak manfaat bagi masyarakat, yakni secara
ekonomis, sosial dan budaya.Namun, jika pengembangannya tidak dipersiapkan
dan dikelola dengan baik, justru akan menimbulkan berbagai permasalahan yang
menyulitkan atau bahkan merugikan masyarakat. Untuk menjamin supaya
pariwisata dapat berkembang secara baik dan berkelanjutan serta mendatangkan
manfaat bagi manusia dan meminimalisasi dampak negatif yang mungkin timbul
maka pengembangan pariwisata perlu didahului dengan kajian yang mendalam,
yakni dengan melakukan penelitian terhadap semua sumber daya pendukungnya

Pengembangan dampak pariwisata ini akan berdampak signifikan terhadap


perubahan kehidupan sosial dan kebudayaan masyarakat terutama masyarakat
lokal dan akan berdampak juga pada pendapatan masyarakat dan daerah.

ii
8

Pengembangan kawasan wisata akan mampu memberikan perubahan terhadap


pendapatan asli daerah, membuka peluang usaha, dan membuka lapangan
pekerjaan sekaligus menjaga kelestarian lingkungan jika kawasan wisata tersebut
tetap mengindahkan kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, pembangunan
pariwisata harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang artinya
pembangunan harus didukung secara ekologis dalam jangka waktu panjang
sekaligus layak secara ekonomi adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat
(Pariwisata Berkelanjutan, 1995).
Borobudur dan sekitarnya sendiri masuk ke dalam 10 destinasi prioritas
tersebut. Termasuk Rumah Doa Bukit Rhema di Borobudur Magelang yang
merupakan sebuah tempat wisata yang menyajikan sunguhan wisata religi,
edukasi, alam, dan kuliner yang apabila di kelola dan di kembangkan dengan baik
dan tepat maka akan menjadi daerah tujuan wisata yang menarik untuk di
kunjungi. Selain itu, meningkatnya wisatawan yang berkunjung maka secara
langsung akan menambah pendapat Asli ( PAD ) dan pendapatan masyarakat
sekitar objsek wisata
Wisata alam yang dimiliki Rumah Doa Bukit Rhema yang membuat penulis
tertarik untuk melakukan peneliatan, mengembangkan Rumah Doa Bukit Rhema
yang ada di daerah ini untuk menjadi salah satu kawasan andalan yang dapat
dijadikan sebagai tempat tujuan yang tak terlewatkan apabila wisatawan sedang
mengunjungi Kab. Magelang ini. Yang paling menjadi daya tarik wisatawan dari
Gedung Merpati ini adalah puncak mahkota sang Merpati. Dari tempat tersebut
kita dapat memandang keindahan alam sekitar candi Borobudur yang dikelilingi
oleh gunung-gunung seperti Sumbing, Tidar, Merbabu, Merapi Suroloyo yang
sangat menakjubkan. Dan puncak mahkota ini semakin hari semakin ramai karena
Rangga dan Cinta juga pernah kesini. Tujuan lain selain untuk berdoa,
kedepannya gedung Merpati ini akan digunakan sebagai panti rehabilitasi untuk
membina orang-orang yang memiliki gangguan jiwa, kecanduan narkoba dan
kenakalan remaja. Sungguh mulia sekali apa yang ingin dicapai bapak Daniel
Alamsjah ini. Semoga memang rumah doa bukit Rhema tidak sekedar booming
karena menjadi tempat selfie para wisatawan yang berkunjung. Sekarang, Gereja

ii
9

Ayam Bukit Rhema berkembang menjadi tempat wisata di Kabupaten Magelang


Provinsi Jawa Tengah. Disini bisa menjadi wisata Religi dan wisata alam.Wisata
Religi di Bukit Rhema karena sekarang mulai di branding menjadi rumah doa
untuk segala bangsa dan semua agama kepercayaan. Jadi didalam Bukit Rhema
tersedia ruangan-ruangan yang di buat untuk berdoa segala umat beragama, Baik
umat agama Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Islam.

Fasilitas yang tersedia di Bukit Rhema fasilitas umumnya. Berikut Fasilitas di


Bukit Rhema:
1. Area Parkir luas cukup untuk puluhan motor dan puluhan mobil serta Bus
2. Mobi Jeep untuk antar dari parkiran ke Gereja Ayam
3. Warung-warung warga dengan jajanan lokal
4. Toilet
5. Mushala
6. Ruang doa untuk seluruh umat
7. Belajar membatik
8. Cafeteria W'Dank Bukit Rhema yang menjual jajanan lokal dan kopi

Table 1.1 Jumlah Pengunjung Objek Wisata Rumah Doa Bukit Rhema
Tahun Banyaknya Pengunjung
2020 13.387
2021 10.687
Sumber Data sekunder 2021
Dapat di lihat dari table 1.1 bahwa pada tahun 2020 jumlah pengunjung 13.387
orang dan pada tahun 2016 ini merupakan posisi dengan jumlah pengunjung
paling tinggi pada kurung 3 tahun terakhir. Namun pada tahun 2021
pengunjung mengalami penurunan sebesar 10.687 orang.
semakin tinggi apabila dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang
mendukung di kawasan Rumah Doa Bukit Rhema. Kurangnya sarana dan
prasarana dikawasan ini merupakan salah satu kelemahan pengembangan
Obyek Wisata. Pengembangan Obyek Wisata Rumah Doa Bukit Rhema dapat
dilakukan dengan peningkatan kualitas SDM khususnya di bidang pariwisata

ii
10

dan optimalisasi pelaksanaan tugas pembinaan kepariwisataan terhadap


masyarakat melalui kerjasama dengan instansi terkait.Tolok ukur
perkembangan pariwisata adalah pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan
yang dapat dilihat dari peningkatan jumlah wisatawan yang datang secara
langsung akan diikuti oleh perkembangan sarana dan prasarana pendukung
pariwisata, pembangunan wilayah yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan
bagi wisatawan.

Strategi menjadi sangat penting bagi pengembangan sebuah


organisasi/perusahaan dalam rangka pencapaian tujuan, baik tujuan jangka
pendek maupun jangka panjang. Analisa dalam pengembangan strategi
berdasarkan dimensi-dimensi strategi yang digunakan yaitu Tujuan, Kebijakan
dan Program (Mintzberg, Lampel, Quinn, Ghoshal :2003). Oleh karena itu,
penyusunan strategi merupakan langkah taktis yang bersifat sistematis dalam
pencapaian tujuan organisasi. Berdasarkan uraian diatas maka penulis begitu
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : ‘’ Strategi Pengembangan
Objek Wisata Rumah Doa Bukit Rhema

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana strategi pengembangan objek Wisata Rumah Doa Bukit


Rhema
1.2.2 Bagaimana peluang dan tantangan dalam pengembangan potensi objek
wisata Rumah Doa Bukit Rhema

1.3 Batasan Masalah

Dalam hal ini peneliti membatasi masalah yang hanya berfokus pada strategi
pengembangan objek wisata Rumah Doa Bukit Rhema berupa atraksi (daya tarik),
akseblitas (akses jalan), dan anemitas (air bersih tempat sampah dan toilet )

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini yaitu untuk :

ii
11

1.4.1 Untuk mengetahui strategi pengembangan objek Wisata Rumah Doa


Bukit Rhema
1.4.2 Untuk mengetahui peluang dan tantangan dalam pengembangan potensi
objek wisata Rumah Doa Bukit Rhema

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai


berikut:

1.5.1 Sebagai Bahan masukan bagi Masyarakat dan pemerintah daerah untuk
pengembangan sektor parawisata khusunya Objek Wisata Rumah Doa
Bukit Rhema

1.5.2 Sebagai Bahan referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin


meneliti berkaitan dengan strategi pengembangan Objek Wisata Rumah
Doa Bukit Rhema

ii
12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pariwisata

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,


pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Menurut Meyers (2009) dalam Suwena
Ketut (2017) pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan sementara
waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk
menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk bersenang-senang,
memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau waktu libur
serta tujuan-tujuan lainnya. Menurut Musanef (1995:11) dalam Primadany,
Mardiyono, dan Riyanto (2009) pariwisata adalah suatu perjalanan yang
dilaksanakan untuk sementara waktu, yang dilakukan dari satu tempat ke
tempat yang lain untuk menikmati perjalanan bertamasya dan berekreasi. Dari
pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata
adalah suatu kegiatan yang dilakukan manusia yang bersifat sementara atau
tidak menetap untuk menikmati perjalanan wisata.

2.2 Konsep objek Wisata

Menurut Suwantoro (2004:48) produk wisata adalah keseluruhan


pelayanan yang diperoleh dan dirasakan atau di nikmati wisatawan semenjak
meninggalkan tempat tinggalnya, sampai ke daerah tujuan wisata yang dipilihnya
dan kembali ke rumah dimana ia berangkat semula.

Kotler dan Gary (2008) dalam Kurniasih (2013) Produk adalah sesuatu
yang dapat ditawarkan kepada pasar agar orang tertarik perhatiannya, ingin
memperoleh, menggunakannya, dan mengkonsumsinya untuk memenuhi
keinginan atau kebutuhannya. Kodhyat (2007) dalam Kurniasih (2013)

ii
13

menyatakan bahwa produk wisata adalah segala sesuatu yang diminati dan dibeli
oleh wisatawan untuk dinikmati.

Menurut Middleton (2001:124) dalam Martina (2013) terdapat tiga elemen


utama produk wisata, sebagai berikut:

1. Atraksi
Elemen-elemen didalam suatu atraksi wisata yang secara luas menentukan
pilihan pilihan konsumen dan mempengaruhi motivasi calon-calon pembeli di
antaranya:
a. Atraksi wisata Alam, meliputi bentang alam, pantai, iklim dan bentukan
geografis lain dari suatu destinasi dan sumber daya alam lainnya.
b. Atraksi wisata buatan/Binaan Manusia, meliputi bangunan dan
infrastruktur termasuk arsitektur bersejarah dan modern, monumen, trotoar
jalan, taman dan kebun, pusat konvensi, marina, ski, tempat
kepurbakalaan, lapangan golf, toko-toko khusus dan daerah yang bertema.
c. Atraksi Wisata Budaya, meliputi sejarah dan cerita rakyat (legenda),
agama dan seni, teater musik, tari dan pertunjukan lain, dan museum.
Beberapa dari hal tersebut dikembangkan menjadi even khusus, festival,
dan karnaval.
d. Atraksi Wisata Sosial, meliputi pandangan hidup suatu daerah, penduduk
asli, bahasa, dan kegiatan-kegiatan pertemuan sosial.

2. Amenitas/Fasilitas

Terdapat unsur-unsur di dalam suatu atraksi atau berkenaan dengan suatu


atraksi yang memungkinkan pengunjung untuk menginap dan dengan kata lain
untuk menikmati dan berpartisipasi dalam suatu atraksi wisata. Hal tersebut
meliputi:

a. Akomodasi meliputi hotel, desa wisata, apartement, villa, caravan, hostel,


guest house, dan sebagainya.
b. Restoran, meliputi dari makanan cepat saji sampai dengan makanan mewah.

ii
14

c. Transportasi di suatu atraksi, meliputi taksi, bus, penyewaan sepeda dan alat
ski di atraksi yang bersalju.
d. Aktivitas, seperti sekolah ski, sekolah perahu dan klub golf.
e. Fasilitas-fasilitas lain, misalnya pusat-pusat bahasa dan kursus keterampilan
f. Pelayanan-pelayanan lain, misalnya salon kecantikan, pelayanan informasi,
penyewaan perlengkapan.
3. Aksesibilitas
Elemen-elemen ini adalah yang mempengaruhi biaya, dan kenyamanan
terhadap wisatawan yang akan menempuh suatu atraksi. Elemen-elemen
tersebut adalah :
a. Infrastruktur
b. Jalan, bandara, jalur kereta api, pelabuhan laut, marina.
c. Perlengkapan, meliputi ukuran, kecepatan, jangkauan dari sarana
transportasi umum.
d. Faktor-faktor operasional seperti jalur/rute operasi, layanan frekuensi, dan
harga yang dikenakan.
e. Peraturan pemerintah yang meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan transportasi.

2.3 Pengembangan Pariwisata

Pengembangan pariwisata adalah agar lebih banyak wisatawan datang pada


suatu kawasan wisata, lebih lama tinggal, dan lebih banyak mengeluarkan
uangnya di tempat wisata yang mereka kunjungi sehingga dapat menambah devisa
untuk negara bagi wisatawan asing, dan menambah pendapatan asli daerah untuk
wisatawan lokal. Di samping itu juga bertujuan untuk memperkenalkan dan
memelihara kebudayaan di kawasan pariwisata tersebut. Sehingga, keuntungan
dan manfaatnya juga bisa dirasakan oleh penduduk sekitar khususnya.

Pengembangan pariwisata sebagai suatu industri secara ideal harus


berlandaskan pada empat prinsip dasar, sebagaimana dikemukakan Sobari dalam
Anindita, (2015), yaitu:

ii
15

1. Kelangsungan ekologi, yaitu bahwa pengembangan pariwisata harus menjamin


terciptanya pemeliharaan dan proteksi terhadap sumber daya alam yang
menjadi daya tarik pariwisata, seperti lingkungan laut, hutan, pantai, danau,
dan sungai.
2. Kelangsungan kehidupan sosial dan budaya, yaitu bahwa pengembangan
pariwisata harus mampu meningkatkan peran masyarakat dalam pengawasan
tata kehidupan melalui sistem nilai yang dianut masyarakat setempat sebagai
identitas masyarakat tersebut.
3. Kelangsungan ekonomi, yaitu bahwa pengembangan pariwisata harus dapat
menciptakan kesempatan kerja bagi semua pihak untuk terlibat dalam aktivitas
ekonomi melalui suatu sistem ekonomi yang sehat dan kompetitif.
4. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat melalui
pemberian kesempatan kepada mereka untuk terlibat dalam pengembangan
pariwisata.

Dengan demikian, pengembangan pariwisata (yang berkelanjutan) perlu


didukung dengan perencanaan yang matang dan harus mencerminkan tiga dimensi
kepentingan, yaitu industri pariwisata, daya dukung lingkungan (sumber daya
alam), dan masyarakat setempat dengan sasaran untuk peningkatan kualitas hidup.
Oka(1997), berkembangnya pariwisata tergantung pada produksi industri
pariwisata yang meliputi daya tarik wisata, kemudahan perjalanan, sarana dan
fasilitas serta promosi. Negara yang sadar akan pengembangan pariwisata
berdasarkan Direktorat Jenderal Pariwisata biasa mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :

1. Perencanaan pengembangan pariwisata harus menyeluruh sehingga seluruh


bagi pengembangan pariwisata di perhitungkan dengan memperhatikan pula
perhitungan untung rugi apabila di bandingkan dengan pembangunan sektor
lain.
2. Pengembangan pariwisata harus diintegrasikan ke dalam pola dan program
pembangunan ekonomi, fisik dan sosial sesuatu negara.

ii
16

3. Pengembangan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa sehingga


membawakan kesejahteraan ekonomi yang tersebar luas dalam masyarakat.
4. Pengembangan pariwisata harus sadar lingkungan sehingga pengembangannya
mencerminkan ciri-ciri khas budaya dan lingkungan alam sesuatu negara,
bukannya justru merusak lingkungan alam dan budaya yang khas itu.
5. Pengembangan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa sehingga
pertentangan sosial dapat dicegah seminimal mungkin dan dapat menimbulkan
perubahan-perubahan sosial yang positif.
6. Penentuan tata cara pelaksanaannya harus disusun sejelas-jelasnya berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan yang masak sesuai kemampuan.
7. Pencatatan (monitoring) secara terus-menerus mengenai pengaruh pariwisata
terhadap suatu masyarakat dan lingkungan sehingga merupakan bahan yang
baik untuk meluruskan kembali akibat perkembangan pariwisata yang
merugikan sehingga merupakan sarana pengendalian pengembangan yang
terarah.

Pengembangan potensi daya tarik atau atraksi wisata meliputi daya tarik
alami yang bersifat melekat (inherent) dengan keberadaan objek wisata alam
tersebut. Selain daya tarik alami, suatu objek wisata memiliki daya tarik buatan
manusia (manmade attraction). Menurut Santoso dalam Kurniawan (2015) unsur-
unsur pengembangan pariwisata meliputi:

1. Atraksi
Atraksi atau daya tarik dapat timbul dari keadaan alam (keindahan panorama,
flora dan fauna, sifat khas perairan laut, danau), obyek buatan manusia (museum,
katedral, masjid kuno, makam kuno dan sebagainya), ataupun unsur-unsur dan
peristiwa budaya (kesenian, adat istiadat, makanan dan sebagainya). Selain untuk
berdoa wisatawan bisa melakukan aktivis yang lain jika berkunjung ke tempat ini.
Di antara aktivitas yang bisa di lakukan di Rumah Doa Bukit Rhema dan
sekitarnya adalah
- Menikmati Pemandangan ALam berada di puncak bukit, Udara di Rumah Doa
Bukit Rhema sangat segar untuk menikmati, apalagi di pagi. Selain matahari

ii
17

terbit, pemandangan alam di puncak bangunan Rumah Doa Bukit Rhema, menjadi
daya tarik dari atas bangunan wisatawan dapat menyaksikan luas pemandangan
alam sekitarnya.
- Di Rumah Doa Bukit Rhema berfoto menjadi wajib dilakukan jiks wisatawan
berkunjung ke suatu tempat, di Rumah Doa Bukit Rhema, tempat foto yang paling
di incar adalah puncak kepala. Karena dari sinilah pemandangan dan matahari
terbit jelas terlihat.
Atrkasi di Rumah Doa bukit Rhemang memiliki daya tarik berupa
bangunan yang tidak perna selesai di bangun, memiliki banyak nama, bukan
gereja dan buka ayam memiliki arti dari setiap langkanya ( Maulana, 2018)
2. Transportasi
Perkembangan transportasi berpengaruh atas arus wisatawan dan juga
perkembangan akomodasi. Di samping itu perkembangan teknologi transportasi
juga berpengaruh atas fleksibilitas arah perjalanan, jika angkutan dengan kereta
api bersifat linier, tidak banyak cabang atau kelokannya, dengan kendaraan mobil
arah perjalanan dapat menjadi lebih bervariasi. Demikian pula dengan angkutan
pesawat terbang yang dapat melintasi berbagai rintangan alam (waktu yang lebih
singkat).
tujuan wisata Gereja Ayam sudah satu paket dengan wisata candi
borobudur. Para wisatawan yang memilih menggunakan jasa pemandu wisata
tidak peru khawatir dengan akses menuj lokasi. Namun bagi para wisatawan yang
menggunakan kendaraan umum, hanya perlu menuju candi borobudur. Akses ke
gereja bisa berjalan kaki atau naik ojek.

Wisatawan yang memulai dari Bandara Adi Sucipto bisa naik Trans Jogja menuju
Giwangan. Kemudian dilanjutkan dengan menaiki bus ¾ menuju Magelang. Atau
naik bus DAMRI menuju Magelang, turun di pertigaan ke Borobudur dan
lanjutkan naik bus ¾, turun di gerbang borobudur. Kemudian lanjutkan dengan
jalan kaki atau naik ojek.

ii
18

Wisatawan yang menaiki kereta eksekutif bisa turun di stasiun tugu dan ekonomi
di Lempuyangan. Lanjutkan perjalanan ke terminal Jombor dengan Trans Jogja
jalur 2 B. Dari jombor naik bus ¾ menuju borobudur. Minta turun di pertigaan
Borobudur dan lanjutkan dengan jalan kaki atau ojek. ( Maulana 2018 )
3. Fasilitas sanitasi
Penyediaan fasilitas dan pelayanan makin berkembang dan bervariasi sejalan
dengan perkembangan arus wisatawan. Fasilitas yang ada di Rumah Doa Bukit
Rhema seperti Toilet untuk buang air atau wudhu, anda bisa menggunakan toilet
yang ada di daera parkiran.
Atau anda juga dapat menggunakan fasilitas toilet yang ada di sekitar tempat
Kedai Rakyat W’Dank Rumah Doa Bukit Rhema. Di tempat ini juga ada ruang
sholat yang dapat anda gunakan untuk ibadah dan ada juga tempat sampah yang
masi kurang di Rumah Doa Bukit Rhema ( Maulana 2018 )
4. Infrastruktur
Infrastruktur yang memadai diperlukan untuk mendukung jasa pelayanan dan
fasilitas pendukung. Pembangunan infrastruktur secara tidak langsung juga
memberi manfaat (dapat digunakan) bagi penduduk setempat disamping
mendukung pengembangan pariwisata. Hal ini menyangkut tidak saja
pembangunan infrastruktur transportasi (jalan, pelabuhan, jalan kereta api, dll),
tetapi juga penyediaan saluran air minum, penerangan listrik, dan juga saluran
pembuangan limbah.

Dalam GBHN 1999 disebutkan bahwa pengembangan pariwisata melalui


pendekatan sistem yang utuh dan terpadu bersifat interdisipliner dan partisipatoris
dengan menggunakan kriteria ekonomis, teknis, agronomis, sosial budaya, hemat
energi, melestarikan alam dan tidak merusak lingkungan. Berdasarkan hal tersebut
maka pembangunan pariwisata memiliki tiga fungsi, yaitu :

1) Menggalakkan kegiatan ekonomi.


2) Memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
3) Memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa serta menanamkan jiwa, semangat
dan nilai-nilai luhur bangsa dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan

ii
19

nasional. Sedangkan dalam UU No. 10 tahun 2009 pasal 6 dan 7, tentang


pembangunan pariwisata disebutkan bahwa pembangunan pariwisata haruslah
memperhatikan keanekaragaman, keunikan, kekhasan budaya dan alam serta
kebutuhan manusia untuk berpariwisata. Pembangunan pariwisata meliputi :
a) Industri pariwisata
b) Destinasi pariwisata
c) Pemasaran
d) Kelembagaan kepariwisataan

2.4 Strategi

Menurut Suwarsono dalam bukunya “Manajemen Strategik : konsep dan alat


analisis”, strategi adalah suatu alat untuk mencapai tujuan baik itu tujuan
organisasi atau perusahaan, maka strategi memiliki beberapa sifat antara lain:

a. Menyatu (unifed) : yaitu menyatukan seluruh bagian-bagian dalam organisasi


atau perusahaan.
b. Menyeluruh (comprehensive) : yaitu mencakup seluruh aspek dalam suatu
organisasi atau perusahaan.
c. Integral (integrated) : yaitu seluruh strategi akan cocok atau sesuai dari seluruh
tingkatan (corporate, business, and functional).

Menurut Rangkuti (2006) pada prinsipnya strategi dapat dikelompokkan


berdasarkan tipe-tipe strategi yaitu :
a. Strategi Manajemen
Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen
dengan orientasi pengembangan strategi secara makro misalnya, strategi
pengembangan produk, strategi penetapan harga, strategi akuisisi, strategi
pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan, dan sebagainya.
b. Strategi Investasi
Strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi. Misalnya
apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau

ii
20

perusahaan melakukan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan


kembali suatu visi baru atau strategi divestasi, dan sebagainya.
c. Strategi Bisnis
Strategi bisnis ini sering juga disebut strategi bisnis secara fungsional karena
strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi
pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi
organisasi dan strategi yang berhubungan dengan keuangan.

Perumusan Bryson dalam Wahid, (2015) suatu strategi yang efektif itu harus
memenuhi beberapa kriteria, yaitu :

a) Strategi secara teknis harus dapat dijalankan.


b) Strategi secara politis harus dapat diterima oleh para keystakeholder.
c) Strategi harus sesuai dengan filosofi dari nilai-nilai organisasi.
d) Strategi harus sesuai dengan isu strategis yang hendak dipecahkan.

Promosi mempunyai beberapa tujuan dalam menyampaikan informasi dan


mencapai konsumen. Menurut Moriarty (2011: 608), tujuan promosi antara lain
sebagai berikut:

1) Promosi bertujuan untuk peluncuran produk baru dan salah satu cara mengajak
orang untuk mencoba atau membeli suatu produk.
2) Promosi dapat menginformasikan kepada konsumen yang tidak tahu mengenai
brand tersebut menjadi mengenalnya, lalu mencoba dan mengajak mereka
untuk membeli kembali.
3) Promosi dapat mendorong produk melalui saluran distribusi dan menciptakan
citra yang positif di kalangan para pembeli dan penjual.
4) Promosi dapat membangun brand dan memperkuat citra dan pesan iklan yang
dibutuhkan.
5) Promosi tidak dapat menciptakan brand suatu produk, mengubah sikap negatif
produk, mengatasi masalah produk atau mereposisi brand.

ii
21

2.5 Objek Wisata

Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan
daya tarik wisata. Seorang wisatawan berkunjung ke suatu tempat/daerah/Negara
karena tertarik oleh sesuatu yang menarik dan menyebabkan wisatawan berkunjng
ke suatu tempat/daerah/Negara disebut daya tarik dan atraksi wisata (Mappi ,
2001 : 30). Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009
tentang kepariwisataan disebutkan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu
yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai berupa keanekaragaman kekayaan
alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sarana atau tujuan
kunjungan wisatawanObjek wisata alam, misalnya : laut, pantai, gunung (berapi),
danau, sungi fauna (langka), kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam
dan lain-lain.

Menurut UU No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan di sebutkan bahwa


objek dan daya tarik wisata terdiri dari :

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud
keadaan alam, serta flora dan fauna.
2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan sejarah, wisata agro, wisata tirta, wisata petualangan alam, taman
rekreasi dan tempat hiburan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, objek wisata dapat diklasifikasikan menjadi


dua macam wisata yaitu wisata buatan manusia dan wisata alam.

2.5 Motivasi Pariwisata

Motivasi merupakan faktor penting bagi calon wisatawan dalam mengambil


keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi. Calon wisatawan
akan mempersepsi daerah tujuan wisata yang memungkinkan, dimana persepsi ini
dihasilkan oleh preferensi individual, pengelaman sebelumnya dan informasi yang
didapatkan. Menurut Handoko (1996 : 256), Motivasi merupakan keadaan dalam

ii
22

pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan


tertentu guna mencapai suatu tujuan. Hal ini selaras dengan pendapatan Rivai
(2004:455), motivasi merupakan serangkaian sikap dan nilai-nilai yang
memengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan
individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible tetapi
memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai
tujuan.

Kajian mengenai motivasi wisatawan mengalami pergeseran dan memandang


motivasi sebagai proses singkat untuk melihat perilaku perjalanan wisata, ke arah
yang lebih menekankan bagaimana motivasi memengaruhi kebutuhan psikologis
dan rencana jangka panjang sesorang, denagan melihat bahwa motif intrinsik
sebagai komponen yang sangat penting (Cohen dalam Pitana, 2005 : 58).

Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal.


Intosh dan Murphy dalam Pitana (2005:48) mengungkapkan empat jenis motivasi
melakukan perjalanan, yaitu :

1. Physical of physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau


fisiologis), antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi
dalam kegiatan olahraga, bersantai dan sebagainya

2. Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui


budaya, adat, tradisi, kesenian daerah serta objek tinggalan budaya daerah

3. Social motivation atau interpersonal motivation (motivasi yang bersifat


sosial), seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui rekan kerja,
melakukan ziarah dan pelarian dari kebiasaan-kebiasaan yang membosankan

4. Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di


daerah lain akan bias lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan, dan
ego-enhacement yang memberikan kepuasan psikologis.

Motivasi seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.


Secara intrinsik motivasi terbentuk karena adanya kebutuhan dan keinginan dari

ii
23

manusia itu sendiri. Hal ini berbeda dengan motivasi ekstrinsik adalah motivasi
yang terbentuk dan dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, seperti norma, sosial
pengaruh atau tekanan keluarga, dan situasi kerja. Motivasi tersebut
terinternalisasi, kemudian tumbuh dan berkembang menjadi kebutuhan psikologis.

Ditinjau dari perspektif fungsionalisme, motivasi wisatawan untuk


melepaskan diri sejenak dari kegiatan rutin berfungsi untuk mengembalikan
harmonis di masyarakat. Secara individual , perilaku wisatawan dipandang
sebagai salah satu bentuk terapi. Di dalam hubungannya dengan masyarakat yang
lebih luas, perilaku wisatawan tersebut akan menjadi suatu cara untuk melakukan
terapi sosial (Sharpley dalam Pitana, 2005 : 60) Secara lebih terperinci
Kripendroff (1997) dalam Pitana (2005:62) menyatakan bahwa perjalanan wisata
memiliki manfaat sebagai wahan penyegaran dan regenerasi fisik dan mental,
wahan integrasi sosial bagi mereka yang di rumahnya merasa teralienasi
(terasingkan), pelarian dari situasi keseharian yang penuh ketegangan, rutinitas
yang menjemukan atau kejenuhan-kejenuhan karena beban kerja, sarana untuk
dapat mengeluarkan perasaannya, melalui komunikasi dengan orang lain,
termasuk dengan masyarakat lokal. Wahana untuk mengembangkan wawasan,
wahana untuk mendapatkan kebebasan dengan secular ritual, ataupun dengan
berbagai inversi yang dapat dilakukan, serta sesuatu yang menyenangkan,
membuat hidup lebih bahagia.

2.6 Faktor Pendorong Pengembangan Objek Wisata

Faktor pendorong adalah hal atau kondisi yang dapat mendorong atau
menumbuhkan suatu kegiatan, usaha atau produksi (Kamus Besar Bahasa
Indonesia Online). Modal kepariwisataan (torism assets) sering disebut sumber
kepariwisataan (tourism resources). Suatu daerah atau tempat hanya dapat
menjadi tujuan wisata kalau kondisinya sedemikian rupa, sehingga ada yang
dikembangkan menjadi atraksi wisata. Apa yang dapat dikembangkan menjadi
atraksi wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataaan
(Setianingsih, 2006 : 39). Modal kepariwisataan itu mengandung potensi untuk

ii
24

dikembangkan menjadi atraksi wisata, sedang atraksi wisata itu sudah tentu harus
komplementer dengan motif perjalanan wisata. Maka untuk menemukan potensi
kepariwisataan suatu daerah harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh
wisatawan.

Menurut Soekadijo dalam Setianingsih (2006:39) modal atraksi yang menarik


kedatangan wisatawan ada tiga di antaranya :

a. Modal dan potensi alam, alam merupakan salah satu faktor pendorong seorang
melakukan perjalanan wisata karena ada orang berwisata hanya sekedar
menikmati keindahan alam, ketenangan alam, serta ingin menikmati keaslian
fisik, flora dan faunanya.

b. Modal dan potensi kebudayaannnya. Yang dimaksud potensi kebudayaan di


sini merupakan kebudayaan dalam arti luas bukan hanya meliputi seperti
kesenian atau kehidupan keratin dll. Akan tetapi meliputi adat istiadat dan
segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Sehingga
diharapkan wisatawan atau pengunjung bisa tertahan dan dapat menghabiskan
waktu di tengah-tengah masyarakat dengan kebudayaannya yang dianggap
menarik.

c. Modal dan potensi manusia. Manusia dapat dijadikan atraksi wisata yang
berupa keunikan-keunikan adat istiadat maupun kehidupannya namun jangan
sampai martabat dari manusia tersebut direndahkan sehingga kehilangan
martabatnya sebagai manusia.

2.7 Faktor Penghambat Pengembangan Objek Wisata

Faktor Penghambat Pengembangan Objek Wisata Pengembangan objek


wisata pastilah tidak lepas dengan adanya faktor-faktor penghambat. Beberapa
permasalahan yang menyebabkan kurangnya daya tarik wisatawan objek wisata R
umah Doa Bukit Rhema yang ada di adalah belum tertatanya dengan baik

ii
25

berbagai macam potensi wisata maupun sarana dan prasarana objek wisata di Ru
mah Doa Bukit Rhema.

Masih rendahnya kualitas pariwisata di kawasan Rumah Doa Bukit Rhema


diakibatkan karena kurangnya pengembangan, pengelolaan, dan perawatan
terhadap potensi wisata. Keterbatasan sarana dan prasarana penunjang pariwisata
juga merupakan faktor yang menyebabkan masih rendahnya kualitas pariwisata di
Rumah Doa Bukit Rhema merupakan salah satu kawasan wisata di Magelang yan
g pengelolaannya masih dilakukan oleh masyarakat setempat. Hal tersebut be
rdampak kepadaminimnya alokasi anggaran dana yang diperuntukan bagi
pengembangan sektor pariwisata. Kurangnya perhatian pemerintah Kabupaten Ma
gelang Jawa Timur untuk mengembangkan potensi wisata dan belum
ditempatkannya prioritas Pemerintah Kabupaten Magelang Jawa Timur terhadap
pengembangan sektor pariwisata merupakan beberapa penyebab masih belum
optimalnya usaha peningkatan kualitas pariwisata di Kabupaten Magelang.

2.8 Landasan Teori

Untuk menguatkan penelitian ini beberapa landasan teori digunakan untuk


mendukung analisa pada hasil penelitian dan pembahasan sebagai berikut :
Menurut Max dan Majluf, 1991; Hill and Jones, 1992; Rangkuti, 1999 dalam
buku ajar Manajemen Stategis, Baiquni (2014). Analisis lingkungan internal dan
eksternal sering dikenal pula dengan analisis SWOT (stength, Weakness,
Oportunity and Threat). Analisis ini digunakan untuk memahami kondisi intern
(kekuatan dan kelemahan) dan situasi eksternal (peluang dan hambatan), sehinga
dapat diperoleh posisi suatu organisasi atau isu dalam kontek dan konten yang
diemban. faktor internal adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan elemen-
elemen yang dimiliki oleh suatu organisasi baik itu sumberdaya, sumber dana
maupun manusianya. Faktor eksternal adalah faktor yang dimiliki oleh organisasi
atau dengan kata lain merupakan sesuatu yang berwujud peluang dan hambatan
dari luar karena berada di luar dan dimiliki oleh organisasi atau sistem lain.

ii
26

Analisis SWOT harus mengacu pada visi dan misi organisasi sebagai
pengarah dan penentu. Elemen-elemen internal, sebagai contoh pada
pengembangan pariwisata lebih umum disebut sebagai komponon pariwisata yang
dimiliki dianalisis kekuatan (strength) dan kelemahannya (weaknesses)
berdasarkan pada tolak ukur yang di turunkan dari misi yang harus dilakukan oleh
Dinas Parawisata. Dengan demikian komponen yang dianalisis antara lain
komponen produk (objek daya tarik wisata, fasilitas dan infrastruktur),
manajemen, kelembagaan, sumberdaya manusia, promosi dan pemasaran serta
dampak lingkungan(Baiquni, 2014).

EKSTERNAL

OPPORTUNITIES
(Peluang)

INTERNAL INTERNAL

STRENGTHS WEAKNESSES
(Kekuatan) (Kelemahan)

THREATS
(Ancaman)

Gambar 2. 1 Diagram SWOT


Sumber: Pearce and Robinson, 1997

Pengertian-pengertian kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam


analisis SWOT menurut Rangkuti, 2006. adalah sebagai berikut :

- Kekuatan (Strength)
Kekuatan adalah sumberdaya, ketrampilan atau keunggulan lain relatif
terhadap pesaing dan kekuatan dari pasar suatu perusahaan. kekuatan kawasan
pariwisata adalah sumberdaya alam, pengelolaan dan keunggulan relatif industri
pariwisata dari pasar dan pesaing sejenis.
- Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya alam,
kertampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu

ii
27

perusahaan. Kelemahan kawasan parawisata adalah keterbatasan atau kekurangan


dalam sumber daya alam, ketrampilan dan kemampuan pengelolaan industri
pariwisata.
- Peluang (Opportunity)
Peluang adalah situasi atau kecendurungan utama yang menguntungkan
dalam lingkungan perusahaan. Peluang kawasan pariwisata adalah situasi atau
kecendurungan utama yang mengguntungkan industri pariwisata dalam
lingkungan suatu kawasan pariwisata.

- Ancaman (Threats)
Ancaman adalah situasi atau kecendurungan utama yang tidak
mengguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman pariwisata adalah
situasi atau kecendurungan utama yang tidak menguntungkan industri pariwisata
dalam lingkungan suatu kawasan pariwisata.

Strategi adalah hal menciptakan suatu posisi yang unik dan bernilai, yang
melibatkan berbagai aktifitas perusahaan. Kalau seandainya hanya ada satu posisi
ideal maka tidak perlu ada strategi. Perusahaan-perusahaan pun hanya akan
berhadapan dengan suatu tuntutan sederahana, yaitu memenangkan perlombaan
untuk menemukan strategi tersebut dan menguasainya. Poter, (1996) dalam
baiquni, (2004)

ii
28

Lingkungan
Pendukung Kuat
+
Strabilisasi Pertumbuhan
Rasionalisasi Agresif

- +

Intern Lemah intern Kuat

Bertahan
Survival Orientasi Luar

Gambar 2. 2 Matrix kuadran Pilihan Posisi dan Strategi

Sumber: Baiquni, 2004

Menurut rangkuti (2006) ada empat strategi dalam analisis SWOT di jelaskan
sebagai berikut: Strategi SO, yaitu strategi dengan memanfaatkan seluruh
kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi
ST, yaitu strategi dalam menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.
Strategi WO, Diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WT, didasarkan pada kegiatan yang
bersifat defensif dan meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari
ancaman.

Matriks SWOT adalah matriks yang menginteraksikan faktor strategis internal


dan eksternal. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagai mana peluang
dan ancaman (eksternal) yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan (internal) yang dimiliki. Matriks SWOT menggambarkan berbagai
alternatif strategi yang dapat dilakukan didasarkan hasil analisis SWOT.

ii
29

Hasil dari interaksi faktor strategis internal dan eksternal menghasilkan


alternatif-alternatif strategi. alternatif strategi adalah hasil dari matriks analisis
SWOT yang menghasilkan bertupa strategi SO, WO, ST, WT. alternatif strategi
yang dihasilkan minimal empat strategi sebagai hasil dari analisis matriks SWOT.

Rumusan setiap kuadran yang secara khusus untuk pariwisata dan beberapa
pengertian yang melalu proses adopsi, adaptasi dari penggunaan analisis SWOT
untuk perusahan sehingga diadaptasi suatu rumusan masala sebagai berikut :

a. Kuadrat I : Growth (pertumbuhan)


Strtategi pertumbuhan didesain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam
penjualan, asset, profit, atau kombinasi ketiganya. Pertumbuhan dalam
pariwisata adalah pertumbuhan jumlah wisatawan (frekuensi kunjugan dan
asal daera wisatawan), aset (obyek dan daya tarik wisata, prasarana dan
sarana pendukung), pendapatan (retribusi masuk dan jumlah yang
dibelanjakan). pertumbuhan dalam pariwisata terbagi dua yaitu:
- Rapid growth strategy (strategi pertumbuhan cepat), adalah strategi
meningkatkan laju pertumbuhan kunjugan wisatawan dengan waktu
lebih cepat (tahun kedua lebih besar dari tahun pertama
danselanjutnya),peningkatan kualitas yang menjadi faktor kekuatan
yang memaksimalkan pemanfaatan semua peluang.
- Stable growth strategy (strategi pertumbuhan stabil), adalah strategi
mempertahankan pertumbuhan yang ada (kenaikan yang stabil, jangan
sampai turun).
b. Kuadrat II : Stability (stabilitas)
Strategi stabilitas adalah strategi konsolidasi untuk mengurangi kelemahan
yang ada, dan mempertahankan pasangan pasar yang suda di capai.
Stabilitas diarahkan untuk mempertahankan suatu keadaan dengan
berupaya memanfaatkan peluang dan memperbaiki kelemahan. Strategi
stabilitas terbagi dua yaitu:
- Aggressive maintenance strategy (strategi perbaikan agresif), adalah
strategi konsolidasi internal dengan mengandalkan perbaikan-

ii
30

perbaikan berbagai bidang. perbaikan faktor-faktor kelemahan untuk


memaksimalkan pemanfaatan peluang.
- Selective maintenance strategy (strategi perbaikan pilihan), adalah
strategi konsolidasi internal dengan melakukan perbaikan pasa suatu
yang menjadi kelemahan. Memaksimalkan Perbaikan faktor-faktor
kelemahan untuk memanfaatkan peluang.
c. Kuadrat III : Survival (Bertahan)
- Tyrn around strateg (strategi memutar balik), adalah strategi yang
membalikkan kecendurungan-kecendurungan yang negatif sekarang
paling umum tertuju pada pengelolaan.
- Guirelle strategy (strategi merubah fungsi), adalah strategi merubah
fungsi yang dimiliki dengan fungsi lain yang benar-benar berbeda.
d. Kuadrat IV : Diversifikasi
Strategi penganekaragaman adalah strategi yang membuat
keanekaragaman terhadap objek dan daya tarik wisata dan mendapatkan
dana investasi dari pihak luar. Strategi penganekaragaman dibagi menjadi
dua yaitu:
- Diversifikasi concentric strategy (strategi diversifikasi konsentrik),
adalah diverfikasi obyek dan daya tarik wisata sehingga dapat
meminimalisir ancaman.
Diversifikasi conglomerate strategy (strategi diversifikasi konglomerat), adalah
memasukkan investor untuk mendanai diversifikasi yang mempertimbangkan
laba.

ii
31

2.7 Kerangka Berpikir

3 Kerangka dasar pemikiran digunakan sebagai dasar atau landasan dalam


pengembangan berbagai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian
ini. Strategi pengembangan obyek wisata Rumah Doa Bukit Rhemang
dianalisis menggunakan analisa SWOT dengan melihat faktor pendorong
ataupun faktor penghambat pengembangan obyek wisata Rumah Doa Bukit
Rhemang yang selanjutnya akan dianalisa atas dasar lingkungan eksternal
ataupun lingkungan internal. Dengan menggabungkan antara faktor
penghambat dan faktor pendorong pengembangan obyek wisata maka dapat
dirumuskan rencana strategis yang nantinya akan dijadikan pedoman
kedepan.
4 Untuk lebih memperjelas kerangka berfikir ini, akan peneliti sajikan dalam
bentuk gambar, seperti dibawah ini :

ii
32

Obyek Rumah Doa Bukit Rhemang

IDENTIFIKASI

Faktor Pendorong Faktor Penghambat

Internal Eksternal Internal Eksternal


(Kesempatan kerja, Pemerataan pendapatan masyarakat, Pajak pemerintah dan retribusi
(Manajemen daerah)
pengelolaan)
(Daya tarik wisata (Rusaknya sumber daya
alam, Fasilitas, hayati, Ramainya lalu
Aksesbilitas) lintas wisatawan)

Analisis SWOT

Strategi

Gambar 2. Kerangka Berpikir

ii
33

4.7 Hipotesis

a. atraksi yang ada di wisata rumah doa bukit rhema di magelang memenuhi
strategi pengembangan objek wisata
b. aksebilitas yang ada di wisata rumah doa bukit rhema di magelang
memenuhi strategi pengembangan objek wisata
c. anemitas yang ada di wisata rumah doa bukit rhema di magelang
memenuhi strategi pengembangan objek wisata

ii
34

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Doa Bukit Rhema Dusun Gombong


Desa Kembanglimus kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang Jawa Tengah.

Gambar .3.1

3.2 Objek Penelitian

Penetapan objek penelitian sangat penting dalam rangka mempertanggung


jawabkan data yang diperoleh. Penentuan fokus penelitian di maksudkan untuk
membatasi peneliti sehingga tidak terjebak pada bidang yang sangat umum dan
luas atau kurang relevan. Adapaun Dalam penelitian ini objek yang dipilih adalah
yaitu

1. straegi pengembangan Objek Wisata Rumah Doa Bukit Rhema

ii
35

2. peluang dan tantangan dalam pengembangan objek wisata rumah doa


bukit rhema.

3.3 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2021, mulai dari
konsultasi proposal, seminar, revisi proposal, penelitian, analisa dan penyusunan
laporan akhir.

Tabel 3. 1 Jadwal Perencanaan Penelitian Proposal Skripsi

N Waktu (Dalam 2021)


Kegiatan Maret April Mei Juni Agustus
o. 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan
proposal
2 Ujian proposal
3 Revisi proposal
4 Persiapan
penelitian
5 Pelaksanaan
penelitian
6 Pngolahan data
7 Penyusunan
skripsi
8 Ujian skripsi
9 Revisi skripsi

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Bebas


Variable bebas adalah variable yang nilainya mempengaruhi variable
terikat. (Notoatmadjo, 2010,) variable bebas dalam penilitian ini yaitu
a) Atraksi (daya tarik)
b) Aksebilitas ( akses jalan)
c) Anemitas (air bersih, tempat sampah, dan toilet )
3.4.2 Variabel Terikat

ii
36

Variable terikat yang nilainya di pengaruhi oleh variable bebas .


(Notoatmadjo, 2010,) variable terikat dalam penilitian ini yaitu semua jumlah
pengunjung di kawasan rumah Doa Bukit Rhema.
3.5 Populasi dan sampel
1. populasi
Menurut sugiyono (dalam agung 2012:32) populasi merupakan wiiilayah
generalisasi yang terdiri dari subjek dan objek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan
kemudian di tarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pengunjung yang sedang berkunjung di bukit Rhema.
2. Sampel
Menurut agung (2012:33) sampel adalah sebagian dari populasi yang di
ambil melalui cara-cara tertentu, yang juga memiliki karakteristik tertentu ,
jelas dan lengkap yang di anggap bisa mewakili populasi. Sampel dalam
penelitian ini adalah sebagian pengunjung yang sedang berkunjung ke bukit
Rhema. Untuk mengetahui jumlah sampel yang mewakili populasi tidak
terbatas maka di gunakan rumus penentuan jumlah sampel sebagai berikut:
n Z4(moe
2
)2

Keterangan:
N :ukuran sampel
Z :tingkat keyakinan yang di butuhkan dalam penentuan sampel 95%
Moe: Margin of eror yaitu tingkat kesalahan maksimum sampel yang dapat di
toleransi, di tentukan sebesar 10%.
n=¿1,96 2
4 (0,1)2 ¿=

n= 96,04
sampel dalam penelitian ini adalah 96,04 responden atau dapat dibulatkan
menjadi 100 responden karena semakin banyak jumlah populasi yang
terwakili maka kekuatan statistika semakin baik.

3.6 Teknik pengambilan sampel

ii
37

Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik purposive


sampling. Pengertian purposive sampling adalah teknik pengambilan dengan
pertimbangan-pertimbangan tertentu (sugiyono, 2010: 122) yaitu dengan
mengambil sejumlah pengunjung di bukit Rhema dengan kriteria-kriteria tertentu
untuk di jadikan sampel.

Adapun kriteria-kriteria yang di tetapkan menggunakan pertimbangan-


pertimbangan berikut: responden yang sedang berkunjung ke bukit Rhema dengan
usia 15-50 tahun. Sebelum peneliti membagikan kuesioner, terlebih dahulu
peneliti melakukan verifikasi apakah calon responden sesuai dengan kriteria yang
di tetapkan atau tidak setelah itu baru kemudian peneliti memberikan kuesioner
tersebut kepada calon responden.

3.6 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber data primer dan data
sekunder :
1. Data primer
Data primer adalah data yang di peroleh dari hasil survey, observasi,
kuisioner, pengamatan, dan pengukuran di lapangan secara langsung yang
meliputi aksesibilitas, fasilitas, sosial dan budaya.

No Lokasi pengambilan data Data yang di butuhkan

1 Rumah Doa Bukit Rhema Analisis Fasilitas sarana dan pasarana

2 Rumah Doa Bukit Rhema Sumber daya alam pendukung ( biotik )

2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang di peroleh secara tidak langsung dari lokasi
penelitian. Data ini didapatkan dari studi literatur dan juga melalui instansi-
instansi terkait. Seperti Fasilitas, Sarana dan Pasarana, Sumber daya alam
pendukung ( biotik )

ii
38

3.7 Alat Dan Gambar Penelitian

3.7.1 Alat Penilitia


1. Alat Tulis untuk mencatat data primer
2. Kamera untuk dokumentasi
3. Lembar kuisioner
4. Gps untuk ploting titik kordinat lokasi
3.7.2 Bahan Penilitian
1. Peta admintrasi kota magelang
2. Peta Lokasi Penilitian Rumah Doa Bukit Rhema

3.8 Teknik Pengumpulan Data

2.8.1 Observasi : dengan melakukan survey atau pencatatan dilapangan


mengenai kondisi objek yang diamati dalam hal ini adalah kondisi Rumah
Doa Bukit Rhema
2.8.2 Wawancara : dengan melakukan wawancara kepada pengelola wisata
Rumah Doa Bukit Rhema. Khusunya pengelola yang ada di kawasan objek
wisata Rumah doa Bukit Rhema
2.8.3 Kusioner : teknik pengumpulan data dengan menyerahkan daftar
pertanyaan untuk di isi sendiri oleh responden atau pengunjung wisata
Rumah Doa Bukit Rhema sebanyak

Kuesioner merupakan alat bantu yang paling banyak digunakan, berupa suatu
daftar pertanyaan tertulis mengenai suatu permasalahan tertentu untuk dijawab
dengan tertulis (Wardiyanta, 2006 : 36). Metode angket ini digunakan untuk
mengambil data tentang kekuatan, kelemahan, tantangan, dan hambatan dari
faktor internal dan faktor eksternal. Data ini akan diambil dari Wisatawan yang
berkunjung, ada pun Motode dalam pengambilan sampel Wisatawan yaitu dengan
Metode purposive sampling. Dimana setiap wisatawan yang ditemui dilokasi
dapat dijadikan sampel berdasarkan tujuan peneliti.

ii
39

Dalam pemilihan jawaban penulis menggunakan skala sikap, yaitu skala Liker
t menurut Sugiyono (2010:134) digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Penulis
menyediakan alternatif pilihan jawaban yang mempunyai gradasi dari sangat
positif sampai sangat negatif.

Tabel 3. 2 Kategori Penyekoran Kuisioner

Alternatif jawaban Sekor alternatif jawabanPositif

Sangat Baik 5

Baik 4

Cukup Baik 3

Kurang Baik 2

Tidak Baik 1

Sumber: Arikinto, 2010

1. Tanggapan responden terhadap pertanyaan ‘’bagaimana pendapat saudara


mengenai pemandangan objek wisata Rumah Doa bukit Rhema menjawab
dengan Sangat Baik
2. Tanggapan responden terhadap pertanyaan ‘’apa pendapat anda tentang
Atraksi objek wisata Rumah Doa bukit Rhema menjawab baik
3. Tanggapan responden terhadap pertanyaan ‘’bagaimana pendapat saudara
tentang flora dan fauna di objek wisata Rumah Doa bukit Rhema
menjawab Cukup Baik
4. Tanggapan responden terhadap pertanyaan ‘’apa pendapat anda tentang
Transportasi umum menuju objek wisata Rumah Doa bukit Rhema
menjawab Kurang Baik
5. Tanggapan responden terhadap pertanyaan ‘’pendapat anda tentang
fasilitas Akomodasi objek wisata Rumah Doa bukit Rhema menjawab
Tidak Baik di karenakan fasilitas dan Akomodasi yang bigitu sangat
kurang

ii
40

3.9 Tahapan Penilitian

3.9.1 Tahapan Awal


a. Survey lapangan untuk mengatahui dan menghitung jumlah
toilet, tempat sampah dan Aksebilitas Rumah Doa Bukit
Rhema
b. Memotret area dan kondisi kawasan wisata tempat
sampah,toilet,aksebilitas Rumah Doa Bukit Rhema
c. Wawancara dengan pihak pengelola Rumah Doa Bukit
Rhema

Kusioner dengan wisatawan yang ada di kawasan wisata Rumah Doa Bukit
Rhema sebanyak 60 orang/responden, diambil pada hari minggu dengan
karakteristik responden adalah 17 tahun sampai 45 tahun

3.9.1 Analisis Data

Potensi Ruamh Doa Bukit Rhema yang bangunanya belum selesai di bangun
dan fasilitas yang kurang, agar daya Tarik wisatawan mau datang berkunjung ke
tempat tersebut. Pengelola harus membuat fasilitas yang cukup

Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk menganalisis adalah


metode analisis Deskriptif untuk menjawab faktor-faktor pendorong dan
penghambat pengembangan Objek Wisata Rumah Doa Bukit Rhema.

3.9.2 Kelemahan Rumah Doa Bukit Rhema yang belum selesai di


bangun di karenakan kekurang biaya dan faselitas yang belum
cukup
3.9.3 Kekuatan Rumah Doa Bukit Rhema adalah selain berdoa,
wisatawan bisa menikmati pemandangan Alam, berolahraga
jalan kaki
3.9.4 Peluang adalah kesempatan yang berikan dampak positive pada
lingkungan di Rumah Doa Bukit Rhema yang alamnya masi

ii
41

terlihat alami. Pearce dan Robinson ( 2005:66 ) juga menjelaskan


bahwa peluang adalah setuasi utama yang menguntungkan dalam
lingkungan sekitar sekitar.
3.9.5 Ancaman stakeholders gagal terlibat dalam meningkat infastruktur
lokal

Sedangkan untuk menjawab strategi pengembangan Objek Wisata Rumah


Doa Bukit Rhema menggunakan analisis SWOT. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Table 3.3 sebagai berikut

Tabel 3. 3 Matrik Metode Analisis Data

N Masalah Metode Analisis


O Data

Mengetahui faktor-faktor pendorong dan


penghambat objek Wisata Rumah Doa Bukit
1 Analisis Deskritif
Rhema.

Menentukan strategi pengembangan yang perlu


dilakukan
dalam pengembangan objek Wisata Rumah Doa
2 Bukit Rhema. Analisis SWOT

Sumber: Data Primer 2018

Pengukuran jumlah persepsi, sikap dan pendapat pengunjung mengenai sebu


ah peristiwa atau fenomena sosial dihitung dengan skala likert. Tahapan perhitung
an dengan skala likert adalah sebagai berikut:

a. Peneliti mengumpulkan daftar pertanyaan yang relevan dengan masalah yang


akan diteliti.
b. Kemudian pertanyaan itu dijawab oleh responden yang cukup representatif
dari populasi yang ingin diteliti.

ii
42

c. Responden di atas diminta untuk mengecek tiap item, apakah ia menyenangi


(+) atau tidak menyukainya (-). Respons tersebut dikumpulkan dan jawaban
yang memberikan indikasi menyenangi diberi skor tertinggi. Tidak ada
masalah untuk memberikan angka 5 untuk yang tertinggi dan skor 1 untuk
yang terendah atau sebaliknya. Yang penting adalah konsistensi dari arah
sikap yang diperlihatkan. Demikian juga apakah jawaban “setuju” atau “tidak
setuju” disebut yang disenangi, tergantung dari isi pertanyaan dan isi dari
item-item yang disusun.
d. Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari skor masing-
masing item dari individu tersebut.
Total skor dapat dihitung dengan rumus : T x Pn
Keterangan :
T : total jumlah responden yang memilih
Pn : pilihan angka skor likert
e. Interpretasi Skor Perhitungan
Agar mendapatkan hasil interpretasi, terlebih dahulu harus diketahui skor tertinggi
(X) dan skor terendah (Y) untuk item penilaian dengan rumus sebagai berikut:
Y = skor tertinggi likert x jumlah responden
X = skor terendah likert x jumlah responden

Jumlah skor tertinggi untuk item “Sangat Suka” adalah 5 x 100 = 500, sedangkan
item “Sangat Tidak Suka” adalah 1 x 100 = 100. Jadi, jika total skor penilaian
responden diperoleh angka 247, maka penilaian interpretasi responden terhadap
cita rasa produk tersebut adalah hasil nilai yang dihasilkan dengan menggunakan
rumus Index %.

Rumus Index (%) = Total Skor x 100

f. Menentukan interval kategori menggunakan rumus interval

100
I =
jumlah skor

ii
43

Jika skor tertinggi adalah 5 maka:

100
I =
5

I = 20

Kriteria interpretasi skor berdasarkan interval adalah:

 Angka 0%   – 19,99% = Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)


 Angka 20% – 39,99%  = Tidak setuju / Kurang baik)
 Angka 40% – 59,99%  = Cukup / Netral

 Angka 60% – 79,99%  = (Setuju/Baik/suka)

 Angka 80% – 100% = Sangat (setuju/Baik/Suka)

Penyelesaian akhir dihitung dengan rumus:

total skor
Skor akhir = x 100
Y

Hasil dari skor akhir dapat dimasukkan dalam kriteria interpretasi yang sudah
diklasifikasikan sebelumnya dan dapat diambil kesimpulan hasil akhir skor masuk
ke dalam kategori buruk/kurang baik/baik/baik/sangat baik.

3.10 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk


merumuskan strategis perusahaan. Analisis ini di dasarkan pada logika yang
memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan dan ancaman.

Analisis faktor strategi internal dan eksternal adalah pengolahan faktor-


faktor strategi pada lingkungan internal dan eksternal dengan memberikan
pembobotan dan rating pada setiap faktor strategis. Faktor strategis adalah faktor
dominan dari kekuatan, kelemhan, peluang, dan ancaman yang memberikan

ii
44

pengaruh terhadap kondisi dan situasi yang ada dan memberikan keuntungan bila
dilakukan tindakan positif. Menganalisis lingkungan internal (IFAS) untuk
mengetahui berbagai kemungkinan kekuatan dan kelemahan. Menganalisis
lingkungan Eksternal (EFAS) untuk mengetahui berbagai kemungkinan peluang
dan ancaman. Pembobotan pada lingkungan internal dan eksternal di berikan
bobot dan nilai (rating) berdasarkan pertimbangan profesional. Pembobotan pada
lingkungan internal tingkat kepentingannya didasarkan pada besarnya pengaruh fa
ktor strategis terhadap posisis strategisnya. Jumlah bobot pada masing-masing
lingkungan harus berjumlah = 1 (satu), dengan skala 1,0 (sangat penting) sampai
dengan 0,0 (tidak penting). Untuk nilai rating berdasarkan besarnya pengaruh
factor strategis terhadap kondisi dirinya dengan ketentuan skala mulai dari 4
(sangat kuat) sampai dengan 1 (lemah). Variabel yang bersifat positif (variable
kekuatan) diberikan nilai dari 1 sampai dengan 4 membandingkan dengan rata-
rata pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negative kebalikannya, jika
kelemahan atau ancaman besar (dibandingkan dengan rata-rata pesaing sejenis)
nilainnya1, sedangkan jika nilai ancaman kecil/ dibawah rata-rata pesaing-
pesaingnya nilainya 4. Perumusan factor strategi internal (IFAS) antaralain :

1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan pada kolom 1.


2. Beri bobot masing-masing factor tersebut dengan skala mulaidari 1,0 (paling
penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor
tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.
3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing factor dengan member skala
mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan factor
pengaruh factor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan.
4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
factor pembobotan dalam kolom 4 (Rangkuti, 2006).

Cara-cara penentuan factor strategi eksternal (EFAS) :

1. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).

ii
45

2. Beri bobot masing-masing factor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).
3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing factor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk factor peluang bersifat positif
(peluang yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya kecil
diberi rating 1).
4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
factor pembobotan kolom 4 (Rangkuti, 2006).

Tabel 3. 4 Analis Faktor Strategis Internal


Score Bobot x
No Faktor- faktorStrategis Bobot Rating
Rating
Kekuatan (Strengths)
1.
I
2.
3.
Jumlah
II Kelemahan (Weakness)
1.
2.

ii
46

3.
Jumlah
Nilai Kekuatan – Kelemahan IFAS
Sumber: Data Primer 2018

Tabel 3. 5 Analisis Faktor Strategis Eksternal


Score Bobot x
No Faktor- faktorStrategis Bobot Rating
Rating
Peluang (Opportunities)
1.
I 2.

3.
Jumlah
Ancaman (Threath)
1.
II
2.
3.
Jumlah
NilaiKekuatan – Kelemahan EFAS
Sumber: Data Primer 2018
Matriks SWOT adalah matriks yang menginteraksikan faktor strategis
internal dan eksternal. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman (eksternal) yang dihadapi dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan (internal) yang dimiliki. Matriks SWOT
menggambarkan berbagai alternatif strategi yang dapat dilakukan.

Tabel 3. 6 Standar Matriks Kombinasi SWOT


IFSA Strenght (S) Weakness (W)

Daftar Kekuatan Internal Daftar Kelemahan Internal


EFSA

Opportunity (O) Strategi SO Strategi WO

Daftar Peluang Starategi yang Strategi untuk


Eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan

ii
47

IFSA Strenght (S) Weakness (W)

Daftar Kekuatan Internal Daftar Kelemahan Internal

untuk meraih peluang untuk meraih peluang

Treath (T) Strategi ST Strategi WT

Strategi yang Strategi meminimalkan


Daftar Ancaman
menggunakan kekuatan kelemahan sekaligus
Eksternal
untuk mengatasi ancaman menghinari ancaman

Sumber:Freddy Rangkuti, 2006

ii
48

Kuesioner Penelitian
Tanggal: ..................... Waktu: .............................. Nomor Kode: ...............

kuesioner berikut ini dimaksudkan untuk membantu saya, Nofriyani Talabuddin,


melakukan penelitian. Saya seorang mahasiswa dari Insitut Teknologi
Yogyakarta. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih komprehensif tentang apa yang diinginkan para wisatawan
dan sikap mereka terhadap Obyek Wisata Rumah Doa Bukit Rhemang . Mungkin
akan memakan waktu Anda 10 - 15 menit .

Anda tidak perlu menuliskan nama Anda.

I. Daya Tarik Wisata dan Saranaprasarana Wisata


1. Bagaimana pendapat saudara mengenai pemandangan alam di Obyek
Wisata Rumah Doa Bukit Rhemang?

a. Tidak baik c. Cukup Baik e. Sangat Baik


b. Kurang baik d. Baik
2. Bagaimana pendapat saudara tentang flora dan fauna di Obyek Wisata
Tebing Rumah Doa Bukit Rhemang?
a. Tidak baik c. Cukup Baik e. Sangat Baik
b. Kurang baik d. Baik

3. Apa pendapat anda tentang Atraksi Wisata di Obyek Wisata Rumah Doa
Bukit Rhemang?
a. Tidak baik c. Cukup Baik e. Sangat Baik
b. Kurang baik d. Baik

4. Apa pendapat anda tentang transportasi umum menuju Obyek Wisata


Rumah Doa Bukit Rhemang?
a. Tidak baik c. Cukup Baik e. Sangat Baik
b. Kurang baik d. Baik
5. Apa pendapat anda tentang fasilitas Akomodasi di Obyek Wisata Rumah
Doa Bukit Rhemang Breksi?

ii
49

a. Tidak baik c. Cukup Baik e. Sangat Baik


b. Kurang baik d. Baik
6. Bagaimana pendapat anda tentang Ketersediaan Warung makan di Obyek
Rumah Doa Bukit Rhemang?
a. Tidak baik c. Cukup Baik e. Sangat Baik
b. Kurang baik d. Baik

II. Manajemen Obyek Wisata

7. Media apa yang memberi anda informasi tentang Obyek Wisata Rumah
Doa Bukit Rhemang?
a. Teman c. Agen perjalanan
b. Internet d. Media (brosur / koran / majalah / Tv)
e. Lainnya………..

8. Menurut pendapat anda, media apa yang paling efektif untuk


mempromosikan Obyek Wisata Rumah Doa Bukit Rhemang?
a. Teman / relasi c. Agen perjalanan
b. Internet d. Media (brosur / koran / majalah / Tv)
e. Lainnya………..
9. Bagaimana tingkat pelayanan pengelolaan obyek Wisata Rumah Doa
Bukit Rhemang ?
a. Tidak baik c. Cukup Baik e. Sangat Baik
b. Kurang baik d. Baik
10. Apa pendapat anda tentang kenyamanan rekreasi di Obyek Wisata Rumah
Doa Bukit Rhemang?
a. Tidak baik c. Cukup Baik e. Sangat Baik
b. Kurang baik d. Baik

III. Masyarakat Lokal


11. Apa pendapat anda tentang tingkat keramahan penduduk lokal di Obyek
Wisata Rumah Doa Bukit Rhemang ?

ii
50

a. Tidak baik c. Cukup Baik e. Sangat Baik


b. Kurang baik d. Baik
12. Bagaimana dengan tingkat penerimaan penduduk lokal / keterbukaan
masyarakat di Obyek Wisata Rumah Doa Bukit Rhemang?
a. Tidak baik c. Cukup Baik e. Sangat Baik
b. Kurang baik d. Baik

ii
51

Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Wawancara Untuk Pengelola


No Pertanyaan Jawaban
1 Harga tiket masuk Obyek Wisata Rumah Doa
Bukit Rhemang
2 Harga tarif parkir untuk kendraan roda 2/ roda
4/ bus pariwisata di Obyek Wisata Rumah Doa
Bukit Rhemang
3 Pendapatan perbulan yang diperoleh Obyek
Wisata Rumah Doa Bukit Rhemang
4 Pembagian pendapatan yang diterapkan di
Obyek Wisata Rumah Doa Bukit Rhemang
5 Pengelolaan kebersihan yang dilakukan di
Obyek Wisata Rumah Doa Bukit Rhemang
6 Jam operasional di Obyek Wisata Rumah Doa
Bukit Rhemang
7 Bagaimana sikap yang dilakukan pengelola
Obyek Wisata Rumah Doa Bukit Rhemang
apabila jumlah wisatawan meningkat pada saat
hari libur/ libur nasional
8 Siapa yang bertanggung jawab atas keamanan
di Obyek Wisata Rumah Doa Bukit Rhemang
9 Siapakah yang bertanggung jawab secara
keseluruhan atas manajemen yang dibuat di
Obyek Wisata Rumah Doa Bukit Rhemang
10 Bagaimanakah struktur organisasi yang ada di
Obyek Wisata Rumah Doa Bukit Rhemang

ii
52

ii
53

DAFTAR PUSTAKA

Agoes Dariyo. (2007). Psikologi Perkembangan Bandung : PT.Refika Aditama.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin,Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan


Publik dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta:Putra Grafika.

Fandeli, C. Nurdin, M. 2005. Pengembangan Ekowisata berbasis Konservasi di


Taman Nasional. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah
Mada.

Hendrik, Fathul Wahid. (2005). PENGEMBANGAN LEARNING


MANAGEMENT SYSTEM. Media Informatika. ISSN 0854 -4743.` E-
Learning Fisika Berbasis Macromedia Flash MX, Afrizal Mayub, Graha
Ilmu 2005.

Kurniawan, Wawan, 2015, “Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Pariwisata


Umbul Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang”, Skripsi
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang.

Sandra Moriarty, dkk. 2011. ADVERTISING.Jakarta: KENCANA.

Oka, A. Yoeti, 1997, Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata,Jakarta, PT.


Pradnya Paramita.

Pearce, John A. Dan Richard B. Robinson. 1997. Manajemen Strategik:


Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Jilid 1. Jakarta: Binarupa
Aksara.

Pendit, Nyoman. 1999. IlmuPariwisata :SebuahPengantarPerdana. Jakarta : PT


PradnyaParamiata.

ii
54

Pitana, I. Gede dan Gayatri, Putu G.(2005).Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta:


Andi

Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT :Teknik Membedah Kasus Bisnis.


Jakarta : PT GramediaPustakaUtama

Veithzal Rivai, 2004, “Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk


Perusahaan,Cetakan Pertama, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Sameng , Andi Mappi. 2001. Cakrawala Pariwisata. Jakarta :Balai Pustaka.

Setianingsih,Wahyu.2005.Pengembangan Obyek Wisata Serulingmas


SebagaiSalah Satu Sumber Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Banjarnegara. Skripsi Universitas Negeri Semarang.

T. Hani Handoko. 1996, ManajemenPerencanaandanSumberDayaManusia.


Yogyakarta : PT. BPFE

Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004. TentangPemerintah Daerah. Jakarta

Undang-Undang RI No.9 Tahun 1990. TentangKepariwisataan.Jakarta

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan alam

Wahab, Salah. 2003. ManajemenKepariwisataan. Jakarta : PT PradnyaParamita

Wahid, Abdul, 2015, “Strategi Pengembangan Wisata Nusa Tenggara Barat


Menuju Destinasi Utama Wisata Islami”, Skripsi Jurusan Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Wardiyanta. 2006. MetodePenelitianPariwisata. Yogyakarta : ANDI

ii

Anda mungkin juga menyukai