Anda di halaman 1dari 68

CRITICAL BOOK REPORT

“KULINER DAN INDUSTRI PARIWISATA”

Dosen Pengampu :

Dra.Lelly Fridianty, M.Pd

Disusun Oleh:

ADISTI VISCA SAFRI 5191142009

PENDIDIKAN TATA BOGA

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya
yang telah memberikan kami kesehatan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan
laporan Critical Book Report ini sebagai pemenuh tugas yang di berikan oleh ibu Dra.
Lelly Fridiaty, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Kuliner dan Pariwisata Industri.

Terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Kuliner dan Pariwisata


Industri yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan laporan ini. Dan
terimakasih saya ucapkan kepada rekan-rekan yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan tugas ini.

Dalam menyelesaikan tugas ini, laporan kami masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan masukan, kritik dan
saran dari pembaca semua untuk kelengkapan laporan ini kedepannya.

Medan , 15 MEI 2022

Adisti visca safri

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................

B. Tujuan.........................................................................................................

C. Manfaat.......................................................................................................

BAB II ISI BUKU

A. Buku 1.........................................................................................................

B. Buku 2.........................................................................................................

C. Buku 3.........................................................................................................

D. Buku 4.........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Buku 1.........................................................................................................

B. Buku 2.........................................................................................................

C. Buku 3.........................................................................................................

D. Buku 4.........................................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................

B. Saran...........................................................................................................

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tergambar perkembangan pariwisata sejak zaman
dahulu kala sampai sekarang. Rasa ingin tahu manusia
merupakan dorongan paling utama yang sering disebut
sebagai factor ullyses. Kemudian akibat perkembangan
masyarakat sesuai dengan kemajuan ilmu dan pengetahuan
motivasi berwisata menjadi lebih kompleks. Orang berwisata
atas dasar motivasi yang berlainan. Pengertian sempit
pariwisata memang masih merupakan kegiatan bersenang-
senang, tapi mulai tampak kecenderung manusia berusaha
menimba manfaat yang sebesar-besarnya dari kegiatan
pariwisata. Kegiatan wisata ini dapat meningkatkan
pemahaman dan saling pengertian antar suku dan antar
bangsa, yang sekaligus akan merupakan suatu pendukung kuat
bagi tercapainya persatuan bangsa dan perdamaian dunia.
Dari segi ekonomi kegiatan pariwisata mulai mendapat
perhatian yang sungguh-sungguh setelah perang dunia kedua.
Berbagai negera berhasil mengembangkan pariwisata menjadi
suatu industri yang mendapatkan devisa. Bahkan di beberapa
Negara penghasilan devisa dari industry pariwisata merupakan
pendapat utama. Industry pariwisata telah berhasil
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di banyak Negara.

4
Segi ekonomi kegiatan pariwisata ini tidak jarang ditonjolkan
secara berlebihan sehingga segi-segi lain kurang diperhatikan.
Akibatnya, pengembangan pariwisata di beberapa Negara
karena terlalu mengutamakan segi ekonomi menimbulkan
berbagai masalah sosial. Identitas masyarakat di daerah tujuan
wisata menjadi kabur, benda-benda yang mempunyai nilai
tinggi diperdagangkan, keramahtamahan bertukar dengan
penonjolan sikap yang dapat menarik keuntungan, lingkungan
hidup pun menjadi rusak.

B. Tujuan
1. Pengertian pariwisata secara umum
2. Sejarah perkembangan pariwisata
3. Tahap-tahapan perkembangan pariwisata nasional dan
internasional
4. Macam-macam pariwisata
5. Beraneka ragam industri pariwisata

C. Manfaat
Memberi kesempatan pada diri sebagai seorang
mahasiswa untuk dapat berpikir lebih kritis dan logis. Apalagi
terkait pariwisata yang mana fokus pada pembahasan ini
mengacu pada kuliner dan industri. Sangat perlu sebagai
seorang mahasiswa mengetahui perkembangan kreatifitas
kuliner pariwisata di pemasaran dan menciptakan suatu

5
inovasi baru agar mendapatkan daya tarik visual terbaru dan
lebih menarik dengan banyak membaca buku dan melihat
kondisi terkait pariwisata tersebut.

6
BAB II

ISI BUKU

A. Identitas Buku

1. Buku 1

1. Judul buku : EKONOMI KREATIF: Kekuatan Baru


Indonesia Menuju 2025
2. Penulis : Mandra Lazuardi dan Mochamad Sandy Triady
3. Penerbit : PT. Republik Solusi
4. Tahun terbit : 2015
5. Kota terbit : -
6. ISBN : 978-602-72367-5-2

2. Buku 2

1. Judul buku : Rencana pengembangan kuliner


nasional 2015-2019
2. ISBN : 978-602-72367-5-2
3. Penerbit : PT Replubik solusi
4. Penasihat : Mari elka pangestu,mentri periwisata
dan ekonomi kratif RI sapta nirwandar,wakil
5. : mentri pariwisata dan ekonomi kreatif RI
6. Pengarang : Ukus kuswara,secretariat jendral
kemenparekraf I Gde pitan
7. Tim studi : Mandara lazuardi ,mochamad sandy
triady
8. Tim desain : RURU Corp (
www.rurucorp.com) ,sari kusmaranti subagiyo

7
9. Cetakan pertama : maret 2015

3. Buku 3

1. Judul : Peluang di Bidang Pariwisata


2. Kode penerbitan : 055-U-PM
3. Penulis : Dr. Samsuridjal D & Drs. Kaelany HD
4. Penerbit : PT. Mutiara Sumber Widya
5. Tahun terbit : 1997
6. Tebal : 127 halaman
7. Ukuran : 20 x 12 cm
4. Buku 4

1. Nama buku : Perencanaan pengembangan destinasi


pariwisata
2. Pengarang : Prof. Ir. Kusudianto Hadinoto.
3. Alamat : Jalan medan merdeka barat 16-19
4. Penerbit : Jakarta, departemen pariwisata pos dan
telekomunikasi direktorat jenderal pariwisata
5. Tahun terbit : 2 april 1966
6. Tebal halaman : 217 halaman

B. Ringkasan

1. Buku 1

Bab 1 PERKEMBANGAN KULINER DI INDONESIA

8
1.1  Definisi dan Ruang Lingkup Kuliner

Kuliner berkaitan erat dengan proses dalam menyiapkan makanan atau


memasak yang merupakan kegiatan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Beberapa antropolog memercayai bahwa kegiatan
memasak sudah ada sejak 250 ribu tahun lalu pada saat tungku pertama
kali ditemukan. Sejak itu, teknik memasak terus mengalami perkembangan
dan setiap daerah di penjuru dunia memiliki teknik memasak dan variasi
makanan tersendiri. Hal ini menjadikan makanan sebagai suatu hal yang
memiliki fungsi sebagai produk budaya. Berangkat dari pemahaman
tersebut, kuliner dijadikan sebuah komoditas industri kreatif berbasis
budaya. Hal ini yang mendorong terciptanya subsektor kuliner menjadi
salah satu dari lima belas subsektor ekonomi kreatif di Indonesia.

1.1.1  Definisi Kuliner

Istilah kuliner di Indonesia dapat dikatakan baru terdengar


gaungnya sejak tahun 2005 berkat “Wisata Kuliner”, sebuah tayangan
televisi yang meliput tempat-tempat makan unik atau sudah memiliki
reputasi yang baik. Sejak saat itu, kata kuliner menjadi semakin populer
dan menjadi sesuatu yang identik dengan mencicipi berbagai jenis
makanan dan minuman.

Secara bahasa, kuliner diserap dari bahasa Inggris: culinary–


memiliki arti sebagai sesuatu yang digunakan dalam memasak atau
berkaitan dengan memasak. Dalam praktiknya dikenal istilah culinary arts,
yaitu teknik dalam menyiapkan makanan sehingga siap dihidangkan.

9
Bila ditinjau dari sisi ekonomi kreatif, belum banyak kajian yang
memasukkan kuliner ke dalam sektor ini karena pada dasarnya makanan
merupakan kebutuhan dasar manusia yang sudah ada sejak lama. Produk
kuliner pada umumnya masih masuk ke dalam sektor industri makanan dan
minuman ataupun industri penyediaannya, tanpa adanya penekanan
bahwa produk kuliner merupakan produk kreatif.

Negara yang sudah memasukkan kuliner ataupun industri yang


berkaitan dengan makanan dan minuman ke dalam sektor industri kreatif
di antaranya adalah Italia dan dua negara bagian di Amerika Serikat, yaitu
Washington DC dan Mississipi. Italia memasukan food and wine industry ke
dalam industri kreatif karena produk makanan seperti keju, daging olahan,
dan wine merupakan produk budaya mereka dan hal tersebut tidak bisa
dilepaskan dari kreativitas apabila ingin terus lestari dan berkembang.
Selain Italia, beberapa negara bagian di Amerika Serikat, seperti
Washington DC dan Mississipi, sudah memasukkan subsektor kuliner
(culinary arts) ke dalam industri kreatif dengan pertimbangan bahwa
mereka memiliki kekayaan dan keunikan dalam bidang tersebut.

Praktik kuliner dalam konteks ekonomi kreatif merupakan sebuah


kegiatan persiapan makanan dan minuman yang menekankan aspek
estetika dan kreativitas sebagai unsur terpenting dalam memberikan nilai
tambah pada suatu produk kuliner dan mampu meningkatkan harga jual.
Definisi ini menekankan bahwa tidak seluruh kegiatan yang berkaitan
dengan makanan dan minuman masuk ke dalam area kuliner pada industri
kreatif.

10
Kuliner saat ini tidak lagi hanya sebatas produk pemuas kebutuhan dasar
manusia. Ada unsur lain yang dicari oleh konsumen saat mengonsumsi
sebuah sajian makanan dan minuman. Kuliner yang memiliki unsur budaya
asli suatu daerah dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang
mengunjungi daerah tersebut. Kuliner yang menggunakan kreativitas dapat
menghasilkan olahan makanan yang memiliki cita rasa lezat dan juga
memberikan pengalaman tersendiri saat menyantapnya, sehingga
menjadikan kuliner sebagai komoditas yang menarik untuk dikembangkan.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan definisi dari


subsektor kuliner pada ekonomi kreatif Indonesia, yaitu:

Kegiatan persiapan, pengolahan, penyajian produk makanan, dan minuman


yang menjadikan unsur kreativitas, estetika, tradisi, dan/atau kearifan
lokal; sebagai elemen terpenting dalam meningkatkan cita rasa dan nilai
produk tersebut, untuk menarik daya“ beli dan memberikan pengalaman
bagi konsumen.

Dari definisi di atas terdapat beberapa kata kunci, yaitu kreativitas,


estetika, tradisi, dan kearifan lokal yang dijelaskan sebagai berikut:

1.  Kreativitas. Kreativitas yang dimaksud adalah aspek ide baru yang
dapat memberikan nilai tambah pada sebuah makanan dan
minuman.

2.  Estetika. Estetika yang dimaksud adalah aspek tampilan dari


sebuah makanan dan minuman yang ditata dengan memperhatikan

11
unsur keindahan sehingga menjadikan produk kuliner tersebut
memiliki nilai lebih dan mampu menggugah selera konsumen untuk
menikmatinya.

3.  Tradisi. Tradisi yang dimaksud adalah sesuatu yang telah dilakukan
sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat yang berkaitan dengan kebiasaan dalam mengolah dan
mengonsumsi makanan dan minuman.

4. Kearifan Lokal. Kearifan lokal yang dimaksud adalah identitas suatu


daerah berupa kebenaran yang telah tertanam dalam suatu daerah.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dunia kuliner tidak lepas
dari nilai tradisi dan kearifan lokal suatu daerah karena makanan,
terutama di Indonesia, merupakan salah satu warisan budaya. Untuk
meningkatkan daya tarik konsumen, diperlukan sebuah kreativitas
sehingga tercipta produk kuliner yang menarik dan berkualitas.

1.1.2  Ruang Lingkup Pengembangan Kuliner

Sebuah laporan mengenai ekonomi kreatif yang diterbitkan oleh


Mississippi Development Authority menyatakan bahwa ruang lingkup
kuliner pada ekonomi kreatif merupakan bagian dari industri pertanian
dan industri makanan (Gambar 1-1). Secara lebih rinci ruang lingkup ini
dibagi ke dalam empat kategori, yaitu:

1.  Jasa penyedia makanan/restoran/jasa boga (caterers);

2.  Toko roti (baked goods stores);

3.  Toko olahan gula/permen/coklat (confectionery and nut stores);

12
4.  Toko produk makanan spesial (all other specialty foods stores).

Adanya penajaman konteks kuliner pada industri kreatif dikarenakan


oleh adanya usaha kuliner non-kreatif dalam jumlah besar dalam subsektor
kuliner dimana akarnya adalah industri pertanian serta industri makanan
dan minuman. Pada umumnya industri kuliner didefinisikan lebih ke arah
pelayanan makanan dan minuman (foodservice). Hal ini karena pada area
tersebut lebih dibutuhkan kemampuan dan keahlian kuliner seperti
memasak berbagai menu makanan yang dilakukan di dapur dan kemudian
menyajikannya di sebuah piring dengan penataan yang menggugah selera.
Seiring perkembangan dunia kuliner, beberapa klasifikasi mulai
memasukkan produk makanan hasil olahan atau kemasan ke dalam ruang
lingkup kuliner, yaitu untuk kategori specialty foods.

Produk makanan khusus ini semakin berkembang saat ini, dengan jumlah
produksi yang pada umumnya tidak terlalu besar, produk ini memiliki
keunikan tersendiri yang membutuhkan kreativitas dalam penciptaannya.
Beberapa produk yang termasuk dalam kategori ini adalah produk
makanan yang menggunakan bahan organik atau bahan baku khas dari
suatu daerah yang kemudian dikemas secara menarik. Nilai budaya dan
konten lokal suatu daerah juga menjadi salah satu sumber keunikan produk
jenis ini, seperti oleh-oleh makanan khas suatu daerah.

Dari pemahaman di atas, maka ruang lingkup subsektor kuliner di


Indonesia dibagi ke dalam dua kategori utama, ditinjau dari hasil akhir yang
ditawarkan, yaitu jasa kuliner dan barang kuliner. Jasa kuliner (foodservice)
yang dimaksud adalah jasa penyediaan makanan dan minuman di luar
rumah. Ditinjau dari aspek persiapan dan penyajiannya, hal ini dapat dibagi

13
ke dalam dua kategori umum, yaitu restoran dan jasa boga. Restoran
adalah tempat penyedia makanan dan minuman di mana konsumen datang
berkunjung, sedangkan jasa boga adalah penyedia makanan dan minuman
yang mendatangi lokasi konsumen.

Barang kuliner yang dimaksud dalam ruang lingkup subsektor kuliner


adalah produk pengolahan makanan dan minuman yang pada umumnya
berupa produk dalam kemasan–specialty foods. Specialty foods memiliki
keunikan dibandingkan dengan barang regular. Nilai budaya dan konten
lokal suatu daerah dapat menjadi salah satu sumber keunikan barang
kuliner jenis ini, seperti oleh-oleh makanan khas suatu daerah.

1.2  Sejarah dan Perkembangan Kuliner

1.2.1  Sejarah dan Perkembangan Kuliner Dunia

Pada abad ke-17, di kawasan Eropa, penyajian makanan di


kediaman para bangsawan harus memiliki kualitas yang sangat baik,
penataan yang menarik, hingga pengaturan meja dan perangkat makan
lainnya yang harus dilakukan dengan sangat mewah. Di awal abad ke-18,
restoran modern pertama diperkirakan berdiri, tepatnya pada tahun 1765
di Perancis oleh A. Boulanger. Pembukaan restoran tersebut mendapatkan
respon yang sangat baik sehingga selanjutnya ide usaha ini banyak ditiru
oleh para juru masak yang meninggalkan majikan mereka dan kemudian
mendirikan usaha yang sama. Hal ini merupakan salah satu peristiwa
penting dalam sejarah kuliner dunia yang juga disebabkan oleh terjadinya

14
revolusi Perancis. Keruntuhan kaum bangsawan mengakibatkan mereka
tidak dapat membiayai pengikutnya, termasuk juru masak dan pelayan-
pelayannya. Hal inilah yang menjadi salah satu pendorong lahirnya
berbagai usaha penyedia jasa makanan dan minuman di area publik saat
itu.

Perkembangan-perkembangan yang terjadi pada periode awal di


Perancis ini semakin mengangkat profesi juru masak. Profesi ini mulai
diakui sebagai sebuah profesi modern berkat usaha seorang juru masak
asal Prancis, Antonin Careme, pada awal abad ke-19, yang berhasil
menaikkan derajat profesi ini menjadi lebih terhormat. Dia juga merupakan
tokoh yang menemukan seragam para juru masak (chef’s uniform) yang
dikenal saat ini.

Di akhir abad ke-19, seorang pakar kuliner Perancis, Georges


Auguste Escoffier, membuat sebuah buku yang berisi lebih dari 5.000 resep
masakan Perancis beserta metode pengolahannya. Awalnya, hal ini didasari
oleh adanya kebutuhan untuk menyediakan makanan dalam jumlah besar
sehingga membutuhkan tenaga kerja terlatih untuk bekerja di dapur. Dari
kondisi ini kemudian berkembang lembaga pendidikan yang lebih bersifat
formal dan nonformal, terutama di negara-negara Eropa dan Amerika.

Pada tahun 1877, Boston Cooking School menjadi sekolah


memasak pertama di Amerika. Selanjutnya pada tahun 1946 berdiri The
Culinary Institute of America (The CIA), sebuah sekolah memasak ternama
didunia. Pada tahun 1895, di Benua Eropa berdiri Le Cordon Bleu, salah
satu sekolah bidang kuliner tertua dan terkemuka hingga saat ini. Sekolah
ini lahir dari sebuah program kursus memasak yang diberikan oleh para

15
juru masak terkenal di Perancis saat itu hingga berkembang menjadi
sebuah sekolah memasak. Hingga saat ini Le Cordon Bleu telah beroperasi
di berbagai negara dengan jumlah lebih dari 50 sekolah, tidak saja hanya di
Eropa, namun hingga Thailand dan Malaysia.

Perkembangan dunia kuliner di awal abad 20-an semakin membaik,


terutama di berbagai negara Eropa dan Amerika. Berbagai restoran baru
lahir dan minat masyarakat untuk menikmati hidangan berkualitas pun
semakin meningkat. Hingga saat ini Michelin Stars menjadi penghargaan
paling bergensi di dunia kuliner. Penghargaan ini menggunakan sistem
peringkat sebagai berikut:10

o One star: Restoran yang sangat baik pada kategorinya;

o Two stars: Restoran yang sangat istimewa, layak untuk dikunjungi


kembali;

 Three stars: Restoran yang sangat-sangat istimewa, layak dikunjungi


secara khusus.

Keberadaan penghargaan seperti ini mampu memicu para juru masak


untuk terus berkreasi menghasilkan karya yang berkualitas dan menjadikan
dunia kuliner menjadi lebih menarik. Seorang juru masak yang berhasil
membawa restorannya mendapatkan penghargaan Michelin Star akan

16
mendapatkan pengakuan internasional yang dapat meningkatkan namanya
di dunia kuliner.

Pengaruh kuliner Perancis sangat besar dalam perkembangan kuliner


dunia dan bermigrasi ke berbagai belahan dunia. Julia Child, juru masak
asal Amerika, merupakan salah satu orang yang berperan membawa
kuliner Perancis ke Amerika dengan membuat sebuah buku panduan
memasak berjudul Mastering the Art of French Cooking dengan tebal 726
halaman yang sangat populer hingga saat ini. Kisah Julia Child merupakan
gambaran dari perkembangan dunia kuliner di abad ke-20, saat dunia
kuliner mampu memberikan pengaruh yang kuat dan dapat menjadi objek
bagi industri lainnya–mulai dari penerbitan, pertelevisian, hingga
perfilman–dimana kondisi ini semakin maju di tahun 2000-an hingga saat
ini. Kolaborasi dunia kuliner dengan industri media semakin erat, ditandai
dengan semakin banyaknya program televisi dengan tema kuliner yang
menciptakan status baru bagi para juru masak yang tampil di layar kaca–
celebrity chef.

Perhatian dunia akan kuliner sebagai komoditas potensial dalam industri


kreatif semakin meningkat di abad ke-21. Sejak tahun 2005, UNESCO
melalui program Creative City Network (CCN), mendefinisikan tujuh
subsektor dalam cakupan industri kreatifnya di mana kuliner/gastronomi
termasuk di dalamnya. Program CCN ini memfasilitasi proses pertukaran
pengalaman, pengetahuan, dan sumber daya antar anggotanya sebagai
jalan untuk mengangkat industri kreatif lokal dan menumbuhkan kerjasama
di seluruh dunia dalam pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.
Untuk dapat menjadi bagian dari program ini, khususnya sebagai kota
gastronomi, suatu daerah harus memiliki potensi kuliner. Kriteria yang

17
harus dimiliki oleh kota yang ingin mengajukan diri sebagai kota
gastronomi adalah:

1.  Berkembangnya kuliner yang merepresentasikan karakter


kota/wilayah;

2.  Berkembangnya komunitas kuliner dan restoran-restoran


tradisional;

3.  Penggunaan bahan baku lokal dalam proses memasak tradisional;

4.  Pemahaman masyarakat mengenai teknik memasak tradisional dan


praktik kuliner yang bertahan di tengah perkembangan teknologi dan
industri;

5.  Tersedianya pasar tradisional dan industri makanan tradisional;

6.  Adanya tradisi dalam menyelenggarakan festival, penghargaan,


kontes, dan kegiatan promosi kuliner lainnya;

7.  Adanya upaya pelestarian lingkungan dan pemanfaatan produk


lokal secara berkelanjutan;

8.  Adanya upaya pengembangan apresiasi masyarakat, sosialisasi


mengenai nutrisi yang baik di lembaga pendidikan, serta
diperhatikannya keragaman sumber daya alam dalam kurikulum
sekolah memasak.12

Hingga saat ini sudah ada lima kota yang dinobatkan sebagai kota
gastronomi, yaitu:

18
1.  Popayán, Kolombia

2.  Chengdu, Cina

3.  Östersund, Swedia

4.  Jeonju, Korea Selatan

5.  Zahlé, Lebanon

Seiring dengan berkembangnya zaman, teknologi dan ilmu sains pun


memberikan pengaruh di bidang kuliner. Konsep molecular gastronomy
muncul sebagai konsep penggunaan transformasi fisika dan kimia dari
bahan pangan selama proses memasak serta konsep pengembangan
fenomena sensori pada saat makanan dikonsumsi. Selain konsep molecular
gastronomy, saat ini mulai dikenal istilah culinology yang merupakan
disiplin ilmu yang menggabungkan culinary arts, food science, dan food
technology dengan tujuan untuk menghasilkan pengembangan produk
makanan yang lebih baik yang dapat dikonsumsi oleh konsumen. Konsep
ini diperkirakan akan semakin berkembang di masa mendatang karena
kualitas dari sebuah makanan akan semakin diperhatikan terutama dari
segi kesehatan. Makanan yang baik adalah makanan yang tidak hanya enak
secara cita rasa, namun juga baik bagi kesehatan, seperti gluten-free
cuisine dan penggunaan bahan baku organik.

Pemanfaatan dan eksplorasi makanan tradisional juga akan semakin


berkembang. Hal ini ditunjukkan oleh kuliner khas Korea, Thailand, dan
Spanyol yang semakin mendunia. Kuliner tradisional ini menjadi media
diplomasi yang mulai diperhitungkan, karena makanan dapat menjadi
media bagi orang-orang untuk bersosialisasi dan saling mengenal lebih

19
jauh–Culinary Diplomacy. Thailand adalah negara pertama yang secara aktif
melakukan diplomasi kuliner dengan program Thai Kitchen to The World,
sebuah program untuk memperkenalkan kuliner Thailand ke dunia
internasional. Fenomena terbaru adalah Korea Selatan dengan Kimchi
Diplomacy-nya, sebuah program diplomasi kuliner yang dilakukan untuk
mengangkat kuliner tradisional Korea dan terbukti sukses membawa
makanan khas Korea semakin mendunia.

1.2.2  Sejarah dan Perkembangan Kuliner Indonesia

Apabila ditarik mundur ke masa lampau, potensi kuliner Indonesia


memang sudah sangat kaya. Indonesia sudah sejak lama terkenal sebagai
sumber rempah-rempah yang sangat beragam, sehingga dapat
menciptakan variasi sajian masakan yang kaya cita rasa. Banyak pengaruh
negeri Eropa masuk ke suatu daerah sehingga tercipta makanan tradisional
yang memiliki unsur negara Eropa.

Saat Perang Dunia I terjadi, pasokan bahan baku utama makanan


dari Belanda terputus dan menyebabkan orang-orang Belanda yang ada di
Indonesia mulai mencoba makanan Indonesia yang kemudian berkembang
menjadi menu yang disebut Rijsttafel. Pada dasarnya Rijsttafel bukan
sebuah nama makanan, melainkan cara makan yang memiliki arti
sederhana yakni “meja nasi”. Rijsttafel merupakan bentuk dari
penggabungan dua budaya, metode penyajian ala bangsawan Eropa
bersanding dengan sajian masakan nusantara yang bisa mencapai 40 jenis
makanan dalam satu meja. Menu-menu yang biasa disajikan adalah Nasi
Goreng, Rendang, Opor Ayam, dan Sate yang dilengkapi dengan Kerupuk
dan Sambal. Meski populer di Belanda dan luar negeri, saat ini Rijsttafel

20
jarang ditemukan di Indonesia.15 Salah satu restoran yang konsisten
menyajikan berbagai menu dengan konsep Rijsttafel hingga saat ini adalah
Restoran Oasis di Jakarta yang berdiri sejak 1968.

Di tahun 1960-an dan 1970-an, perkembangan dunia kuliner


Indonesia dari sisi pendidikan mulai berkembang dengan berdirinya
beberapa lembaga pendidikan tinggi bidang kuliner. Salah satunya adalah
Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) yang bermula dari didirikannya
Sekolah Kejuruan Perhotelan (SKP) pada tahun 1959 di bawah naungan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tahun 1967, Departemen
Pertanian menerbitkan sebuah buku masakan yang diberi judul Mustika
Rasa.

Di akhir tahun 1980-an, pengawasan terhadap produk makanan


dan minuman di Indonesia mulai mendapat sorotan dari Majelis Ulama
Indonesia (MUI) terkait dengan kepastian halal tidaknya produk-produk
tersebut. Berkaitan dengan hal itu, pada tahun 1989, MUI mendirikan
Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama
Indonesia (LPPOM MUI) sebagai lembaga sertifikasi halal di Indonesia.

Popularitas masakan tradisional Indonesia sempat menurun namun


kembali bangkit di awal tahun 2000-an saat posisi makanan dan minuman
yang merupakan sebuah kebutuhan dasar manusia mulai bergeser bagi
sebagian besar masyarakat Indonesia. Jakarta dan Bandung merupakan
kota-kota yang mengalami perkembangan industri kuliner sangat pesat.
Tren Wisata Kuliner yang dipopulerkan oleh sebuah tayangan televisi
dengan judul yang sama pada tahun 2005 semakin mengangkat potensi
dunia kuliner Indonesia. Bondan Winarno, sang pembawa acara tersebut

21
pun mampu menarik minat masyarakat untuk semakin dekat dengan
kuliner khas Indonesia.

Perkembangan kuliner di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari peran


media. Sejak awal tahun 2000-an hingga kini, semakin banyak program
televisi lokal yang menyiarkan program kuliner, mulai dari acara memasak
hingga kompetisi memasak. Hal ini juga diikuti dengan profesi pendukung
dunia kuliner yang ikut serta mengangkat perkembangan dunia kuliner di
Indonesia. Profesi food photograper, food stylist, hingga food blogger
semakin marak berkembang sejak tahun 2010. Pada tahun 2011,
popularitas kuliner tradisional Indonesia mulai diakui oleh masyarakat
dunia. Hal ini ditunjukkannya dengan masuknya beberapa masakan
Indonesia–Sate, Nasi Goreng, dan Rendang–kedalam daftar World’s 50 Best
Foods versi CNN dimana Rendang menduduki posisi pertama

Kelebihan dan kelemahan :

Pada bab 1, penulis menjelaskan penjelasan dengan sangat lengkap.


Penjelasan dijelaskan secara umum dan juga secara khusus. Penjelasan
mengenai kuliner dibahas dengan mendetail dan terstruktur. Isi dari bab ini
juga mengambil banyak kutipan mengenai hal yang dibahas. Penulisan
juga mudah dipahami oleh pemula yang ingin mengenal kuliner.

22
2. Buku 2

2.1 Ekosistem Kuliner

2.1.1 Defenisi Ekonomis Kuliner

Untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh dan mendalam mengenai industri


kreatif, khususnya subsektor kuliner, perlu dilakukan pemetaan terhadap kondisi ideal, yaitu suatu
kondisi yang diharapkan terjadi dan merupakan best practices dari negara-negara yang sudah maju
industri kulinernya. Selain itu, perlu juga dipahami kondisi aktual dari kuliner di Indonesia untuk
memahami dinamika yang terjadi. Pemahaman antara dua kondisi tersebut dapat memberikan
gambaran mengenai kebutuhan industri kuliner nasional sehingga dapat berkembang dengan baik
dengan mempertimbangkan potensi (kekuatan dan peluang) dan permasalahan (tantangan,
kelemahan, ancaman, dan hambatan) yang dihadapi .

Ekosistem kuliner adalah sebuah sistem yang menggambarkan hubungan saling


ketergantungan (interdependent relationship) antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai
kreatif dengan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai kreatif.

Untuk menggambarkan hubungan saling ketergantungan ini maka dibuat sebuah peta
ekosistem yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu:

1. Rantai Nilai Kreatif (Creative Value Chain)

Rantai nilai kreatif adalah rangkaian proses penciptaan nilai kreatif. Di dalamnya terjadi
transaksi sosial, budaya, dan ekonomi yang terdiri dari proses kreasi, produksi, dan
penyajian.

2. Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment)

Lingkungan pengembangan adalah lingkungan yang dapat menggerakkan dan


meningkatkan
kualitas proses penciptaan nilai kreatif yang meliputi pendidikan dan apresiasi.

3. Konsumen (Market)

Konsumen adalah pihak yang mengapresiasi dan mengonsumsi produk kuliner yang
dihasilkan dari rangkaian proses pada rantai nilai kreatif.
4. Pengarsipan (Archiving)

Pengarsipan adalah proses preservasi terhadap hasil kreasi kuliner yang dapat diakses
dan dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan (orang kreatif, pemerintah, lembaga
pendidikan, pelaku bisnis, komunitas, dan intelektual) di dalam ekosistem industri kreatif
sebagai media pembelajaran dan sumber inspirasi dalam penciptaan kreasi lainnya.

2.1.2 Peta Ekosistem Kuliner

A. Rantai Nilai Kreatif

A.1 Proses kreasi

Proses kreasi yang terjadi di dunia kuliner secara umum dapat dibagi dalam tiga tahap kegiatan
utama, yaitu:

Konseptualisasi Ide

Proses kreasi berawal dari sebuah ide sang juru masak sebagai orang kreatif di bidang
kuliner. Ide ini merupakan sebuah hasil pemikiran yang dapat dihasilkan berdasarkan
beberapa hal. Sebuah studi20 mengenai proses kreasi seorang Michelin-Starred Chef,21
menyatakan bahwa proses penciptaan ide seorang juru masak didasari oleh tiga hal, yaitu
pertimbangan produk, sumber inspirasi, dan tacit creativity skills.22

Eksperimen

Tahap konseptualisasi ide akan menghasilkan sebuah hasil pemikiran kreatif seorang juru
masak yang kemudian perlu dituangkan dalam bentuk nyata. Bentuk penuangan ide ini
berupa eksperimen sang juru masak yang ’dimasak‘ sehingga menjadi suatu kreasi yang sesuai
dengan gambaran awal. Proses eksperimen sendiri dapat berupa proses percobaan di dapur
dengan menggunakan seluruh kemampuan dan pengetahuan kuliner yang dimilikinya.
Oleh karena itu, tingkat kemampuan dan pengetahuan kuliner akan sangat dibutuhkan di
tahap ini, seperti penguasaan berbagai metode memasak dan ragam bahan baku

Finalisasi

Tahapan selanjutnya adalah menyempurnakan hasil kreasi menjadi sebuah kreasi kuliner
yang memiliki standar tertentu. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencatatan resep dari
kreasi kuliner tersebut dan juga proses standar lainnya, seperti metode pengolahan hingga
cara penyajian. Pada tahap ini juga dilakukan proses pengajaran dan pelatihan oleh sang
juru masak kepada para pekerja lainnya di dapur.
A. 2 Proses Produksi

Proses produksi adalah tahapan yang dimulai dari pembuatan sebuah produk kuliner hingga
siap untuk disajikan. Gambar 2-4 merupakan bagian dari ekosistem kuliner yang menggambarkan
proses tersebut serta dua kegiatan utamanya, yaitu proses teknis dan proses manajerial serta
kegiatan pendukung untuk mendapatkan berbagai sertifikasi .

B. Pasar (KONSUMEN)

Pasar adalah pihak yang menyerap produk kuliner yang dihasilkan. Konsumen yang terdapat di
pasar dapat dikategorikan sebagai dua kelompok besar, yaitu:

1. Konsumen Umum

Konsumen umum adalah kategori konsumen yang membeli dan mengonsumi produk
kuliner sebagai kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Pada umumnya, konsumen
kategori ini melakukan konsumsi secara rutin.

2. Konsumen Khusus

Konsumen khusus adalah kategori konsumen yang membeli dan mengonsumsi produk
kuliner dengan tujuan lebih dari sekadar pemenuhan kebutuhan dasar. Alasan yang
biasanya melatarbelakangi konsumen kategori ini dalam membeli suatu produk kuliner
adalah mencari pengalaman, wawasan, atau tuntutan pekerjaan. Wisatawan atau turis
adalah salah satu contohnya. Mereka pada umumnya akan memenuhi berbagai usaha
kuliner yang menjadi ikon suatu daerah.

C. Pengarsipan

Proses pengarsipan merupakan proses mendokumentasikan perkembangan pada


industrikulineryang dapat dijadikan referensi di masa mendatang. Proses ini dapat dilakukan oleh
pihak akademisi sebagai materi studi, pemerintah sebagai panduan analisis perkembangan industri,
dan juga pihak asosiasi ataupun komunitas. Hal ini bertujuan agar masyarakat luas dapat memiliki
akses untuk mengetahui informasi atau kondisi mengenai kuliner di Indonesia. Bentuk pengarsipan
lain adalah berupa pendirian museum yang dapat menjadi sarana pengarsipan dan juga sarana
pembelajaran. Salah satu kelebihan dari sebuah museum adalah kemampuan untuk menyajikan
informasi melalui berbagai media, mulai dari melihat, mendengar, merasakan, bahkan mencobanya
langsung. Dalam dunia kuliner, sudah ada beberapa negara yang memiliki museum terkait budaya
dan sejarah kulinernya, salah satunya adalah Hangzhou Cuisine Museum
di Republik Rakyat Tiongkok. Sebuah museum yang didirikan Pemerintah Republik Rakyat
Tiongkok dan menampilkan berbagai replika dari ragam kuliner tradisional, diorama berbagai
praktik kuliner, dan informasi mengenai sejarah dan perkembangan kuliner di sana.

2.2 Peta dan Ruang Lingkup Industri Kuliner

2.2.1 Peta Industri Kuliner

Berdasarkan ruang lingkup pengembangan yang dijelaskan sebelumnya, peta industri kuliner
yang akan dibangun terletak pada area jasa penyedia makanan dan minuman (foodservice).
Peta industri pada Gambar 2-6 mencakup hubungan pelaku industri utama kuliner dalam
rantai nilai dengan pelaku industri yang memberikan suplai (supply) ke pelaku industri utama
(backward linkage) dan pelaku industri yang memberikan permintaan (demand) kepada pelaku
industri utama (forward linkage). Pada tahap kreasi, pelaku utama di tahap ini adalah juru
masak yang pada umumnya dibagi dalam beberapa kategori sesuai keahliannya, yaitu cuisine
chef, pastry chef, baker, dan barista atau bartender. Para juru masak ini yang akan berkreasi untuk
menghasilkan produk kuliner. Kemudian, selain akan diteruskan kepada proses selanjutnya
di rantai utama, terdapat beberapa industri pendukung yang akan memberikan permintaan
terhadap kreasi yang dihasilkan, yaitu penerbitan serta industri pengolahan makanan dan
minuman. Industri penerbitan pada umumnya akan menjadikan hasil kreasi ke dalam bentuk
buku, seperti buku resep yang akan dijual secara komersil. Sedangkan pada industri pengolahan
makanan minuman, hasil kreasi para juru masak ini akan dijadikan formula atau resep untuk
diproduksi menjadi makanan dan minuman olahan, baik dalam skala kecil maupun manufaktur
yang besa

2.2.2 Ruang Lingkup Industri Kuliner

Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009, belum ada kategori lapangan
usaha yang ditujukan khusus untuk kode usaha industri kreatif kuliner. Hal ini dikarenakan kuliner
merupakan subsektor baru yang dimasukkan pada industri kreatif, sekitar pada tahun 2011. Sesuai
KBLI Ekonomi Kreatif, ruang lingkup subsektor kuliner adalah:56101 Restoran

1. 56101 Restoran

2. 56102 Warung Makan

3. 56103 Kedai Makanan

4. 56104 Penyediaan Makanan Keliling Atau Tempat Tidak Tetap


5. 56210 Jasa Boga Untuk Suatu Event Tertentu (Event Catering)

6. 56290 Penyediaan Makanan Lainnya

7. 56301 Bar

8. 56302 Kelab Malam Atau Diskotik Yang Utamanya Menyediakan Minuman


9. 56303 Rumah Minum Atau Kafe

10. 56304 Kedai Minuman

11. 56305 Rumah Atau Kedai Obat Tradisional

12. 56306 Penyediaan Minuman Keliling Atau Tempat Tidak Tetap

2.2.3 Model Bisnis di Industri Kuliner

Apabila ditinjau secara unit usaha, model bisnis yang berjalan pada industri kuliner adalah
berupa jasa penyedian makanan dan minuman (restoran atau rumah makan) yang secara umum
dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:

1. Independent

Pada model bisnis ini, sebuah usaha dimiliki oleh seorang atau sekelompok pemilik yang
menjalankan usaha pada satu area tertentu. Pemilik usaha jenis ini bertanggung jawab
terhadap seluruh proses yang terjadi dalam menjalankan usahanya. Pada umumnya, usaha
restoran atau rumah makan yang setipe ini dimiliki oleh seorang juru masak yang sudah
berpengalaman kemudian membuka restoran milik pribadinya. Restoran dengan model
seperti ini pada umumnya merupakan full-service restaurant, baik berupa fine dining atau
casual dining

2. Chain

Pada model bisnis ini, sebuah usaha pada umumnya dimiliki oleh sebuah kelompok atau
perusahaan yang menjalankan berbagai usaha yang tersebar di berbagai lokasi dengan satu merek.
Usaha di bawah model bisnis ini akan memiliki standardisasi dalam menjalankan seluruh unit
usahanya agar memiliki kualitas yang sama, dimulai dari format dan dekorasi bangunan hingga
produk serta pelayanan yang ditawarkan. Usaha restoran atau rumah makan dengan model seperti
ini pada umumnya merupakan fast-casual dining atau quick-service dining.
3. Franchise
Model bisnis ini serupa dengan model chain, hanya saja pemilik dari setiap usaha ini dapat
berbeda orang dengan cara membeli hak untuk menjual dari usaha tersebut. Pengertian
franchise atau waralaba berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 adalah
perikatan ketika salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan/atau menggunakan
Hak dari Kekayaan Intelektual (HKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki
pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak
lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa. Saat ini
banyak sekali usaha di bidang kuliner yang menggunakan model bisnis seperti ini untuk
memperluas jaringan usahanya. Serupa dengan model chain, usaha restoran dengan model
seperti ini pada umumnya merupakan fast-casual dining atau quick-service dining.

BAB 2

PARAWISATA DAN WISATAWAN

2.1 PengertianPariwisata

Sesungguhnya, pariwisata telah lama menjadi perhatian, baik dari segi ekonomi, politik,
administrasi kenegaraan, maupun sosiologi, sampai saat ini belum ada kesepakatan secara akademis
mengenai apa itu pariwisata. Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang
terdiri atas dua kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti “banyak” atau “berkeliling”, sedangkan wisata
berarti “pergi” atau “bepergian”. Atas dasar itu, maka kata pariwisata seharusnya diartikan sebagai
perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar, dari suatu tempat ke tempat lain, yang
dalam bahasa Inggris disebut dengan kata “tour”, sedangkan untuk pengertian jamak, kata
“Kepariwisataan” dapat digunakan kata “tourisme” atau “tourism”.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia dikemukakan bahwa pariwisata adalah suatu kegiatan
yang berhubungan dengan perjalanan rekreasi. Istilah pariwisata pertama kali digunakan pada tahun
1959 dalam Musyawarah Nasional Turisme II di Tretes, Jawa Timur. Istilah ini dipakai sebagai
pengganti kata Turismesebelum kata pariwisata diambil dari bahasa Sansekerta.Untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas,lebih lanjut Yoeti(1996) memberikan suatu batasan tentangpenyebaran
kata-kata sebagai berikut :

Wisata= perjalanan; dalam bahasa Inggris dapat disamakan dengan perkataan “travel”

Wisatawan = orang yang melakukan perjalanan; dalam bahasa Inggris dapat disebut dengan istilah
“travellers”
Para wisatawan = orang-orang yang melakukan perjalanan dalam bahasa Inggris biasa disebut
dengan istilah “travellers”(jamak)

Pariwisata= perjalanan yang dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain dan dalam bahasa Inggris
disebut “tourist”

Para pariwisatawan= orang yang melakukan perjalanan tour dan dalam bahasa Inggris disebut
dengan istilah “tourists” (jamak)

Kepariwisataan= hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata dan dalam bahasa Inggris disebut
dengan istilah “tourism”

Kepariwisataan itu sendiri merupakan pengertian jamak yang diartikan sebagai hal-hal yang
berhubungan dengan pariwisata, yang dalam bahasa Inggris disebutkan tourism. Dalam kegiatan
kepariwisataan ada yang disebut subyek wisata yaitu orang-orang yang melakukan perjalanan wisata
dan obyek wisata yang merupakan tujuan wisatawan. Sebagai dasar untuk mengkaji dan memahami
berbagai istilah kepariwisataan, berpedoman pada

Bab I Pasal 1 Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan yang
menjelaskan sebagai berikut :

3. 1.Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh sebagian atau


sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan diri
4. 2.Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan
pemerintah daerah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap
orang dannegara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama
wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha
5. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai
yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan
6. Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah
kawasan geografis yang berada dalam suatu atau lebih wilayah administratif yang di
dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas
serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan
7. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa pemenuhan
kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata
8. Pengusaha pariwisata adalah orang-orang atau sekelompok orang yang melakukan
kegiatan usaha pariwisata
9. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang terkait dalam rangka
menghasilkan barang dan/jasa bagi pemenuhankebutuhan wisatawan penyelenggaraan
pariwisata
10. Kawasan strategi pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata
atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh
dalam suatu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya,
pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan
dan keamanan.

2.1.1Jenis dan macam Pariwisata

Kepariwisataan tidak menggejala sebagai bentuk tunggal. Istilah ini umum sifatnya yang
menggambarkan beberapa jenis perjalanan dan penginapan sesuai dengan motivasi yang mendasari
kepergian tersebut. Orang melakukan perjalanan untuk memperoleh berbagai tujuan dan
memuaskan bermacam-macam keinginan. Di samping itu, untuk keperluan perencanaan dan
pengembangan kepariwisataan itu sendiri, perlu pula dibedakan antara pariwisata dengan jenis
pariwisata lainnya, sehingga jenis dan macam pariwisata yang dikembangkan akan dapat berwujud
seperti diharapkan dari kepariwisataan itu sendiri.

2.1.2 Pariwisata Sebagai Suatu Ilmu

Dalam perjalanan sejarah, pariwisata pada akhirnya dianggap sebagai suatu kegiatan yang
menjanjikan keuntungan. Kemudian muncul keinginan berbagai pihak untuk mengetahui seluk-beluk
pariwisata itu sendiri, akhirnya mendorong sebagian orang untuk mempelajari dan menjadikan
pariwisata sebagai sebuah ilmu baru untuk dipelajari.Kalau dikaji secara mendalam, pariwisata
sesungguhnya memang bisa menjadi ilmu yang mandiri, yang sejajar dengan ilmu-ilmu lainnya.
Wacana mengenai apakah pariwisata merupakan ilmu yang mandiri atau hanya objek studi
dari ilmu-ilmu yang telah mapan dengan pendekatan multidisipliner, sebenarnya telah lama
diperdebatkan. Pengakuan secara formal terhadap pariwisata sebagai ilmu mandiri di Indonesia
merupakan hasil perjuangan dalam kurun waktu yang cukup panjang. Wacana tentang keilmuan
pariwisata di Indonesia dilontarkan pertama kali pada awal tahun 1980-an. Setelah hampir dua dasa
warsa perjuangan pendirian pariwisata sebagai ilmu mandiri terkesan mati suri, pada tahun 2006
perjuangan tersebut digerakkan lagi melalui kerjasama Depbudpar dengan Hildiktipari. Dari rapat
koordinasi yang dilakukan dua lembaga tersebut melahirkansuatu“Deklarasi Pariwisata Sebagai
Ilmu” yang berisi poin pokok. Pertama, pariwisata adalah cabang ilmu yang mandiri, yang sejajar
dengan ilmu-ilmu lain; dan kedua, program S1, S2, dan S3 Ilmu pariwisata di berbagai lembaga
pendidikan tinggi sudah layak diberikan ijin oleh Departemen Pendidikan Nasional.

Aspek Ontologi

Setiap ilmu memiliki objek material dan objek formal. Objek material adalah seluruh lingkup
(makro) yang dikaji suatu ilmu. Objek formal adalah bagian tertentu dari objek materialyang menjadi
perhatian khusus dalam kajian ilmu tersebut. Sesungguhnya objek formal inilah yang membedakan
satu ilmu dengan ilmu lainnya. Objek formal (aspek ontologi) ilmu pariwisata adalah masyarakat.
Oleh sebab itu pariwisata dapat diposisikan sebagai salah satu cabang ilmu sosial karena focusof
interest-nya adalah kehidupan masyarakat manusia.

Aspek Epistemologi

Aspek epistemologi pariwisata menunjukkan pada cara-cara memperoleh kebenaran atas


objek ilmu. Kebenaran yang dimaksud adalah kebenaran ilmiah, yakni didasarkan pada suatu logika
berpikir yang rasional, objektif dan dapat diuji secara empirik. Sebagai contoh, pergerakan
wisatawan sebagai salah satu objek formal “ilmu” pariwisata dipelajari dengan menggunakan suatu
metode berpikir rasional. Misalnya, pergerakan wisatawan terjadi akibat adanya interaksi antara
ketersediaan sumber daya

(waktu luang, uang, infrastruktur) dengan kebutuhan mereka untuk menikmati perbedaan dengan
lingkungan sehari-hari. Dalam hal ini logika berpikirsangat rasional dan juga dapat dibuktikan secara
empirik.

Aspek Aksiologi

Aksiologi merupakan aspek ilmu yang sangat penting. Ilmu pariwisata jelas memberikan
manfaat bagi kesejahteraan umat manusia. Perjalanan dan pergerakan wisatawan adalah salah satu
bentuk kegiatan dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang beragam, baik dalam
bentuk pengalaman, pencerahan, penyegaran fisik dan psikis maupun dalam bentuk aktualisasi diri.
Dalam konteks inilah dapat dipahami mengapa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)menegaskan
kegiatan berwisata sebagai hak asasi. Kontribusi pariwisata yang lebih kongkret bagi kesejahteraan
manusia dapat dilihat dari implikasi-implikasi pergerakan wisatawan, seperti meningkatnya kegiatan
ekonomi, pemahaman terhadap budaya yang berbeda, pemanfaatan potensi sumberdaya alam dan
manusia, dan seterusnya

Cabang-Cabang Ilmu PariwisataBerdasarkan ketigaaspek ilmu pariwisata yang dipaparkan di


atas, maka dapat diidentifikasi beberapa cabang ilmu pariwisata. Oleh karena objek formal atau
focus of interestilmu pariwisata adalah ”pergerakan wisatawan, aktivitas masyarakat yang
memfasilitasipergerakan wisatawan dan implikasi atau akibat-akibat pergerakan wisatawan serta
aktivitas masyarakat yang memfasilitasinya terhadap kehidupan masyarakat secara luas”

1.PengembanganJasa Wisata. Cabang ini mengkhususkan diri pada pengembangan pengetahuan


tentang strategi, metode dan teknik menyediakan jasa dan hospitalityyang mendukung kelancaran
perjalanan wisata. Objek perhatiannya adalah aktivitas masyarakat di dalam menyediakan jasa,
seperti fasilitas akomodasi, atraksi, akses dan amenitas, serta jasa-jasa yang bersifat
intangiblelainnya.

2.Organisasi perjalanan. Cabang ini menitikberatkan perhatiannya pada pengaturan lalu lintas
perjalanan wisatawan dan penyediaan media atau paket-paket perjalanan yang memungkinkan
wisatawan mampu memperoleh nilai kepuasan berwisata yang tinggi melalui pengelolaan
sumberdaya pariwisata. Dalam hal ini objek perhatiannya terfokus pada pemaketan perjalanan
wisata, pengorganisasian dan pengelolaannyasesuai dengan prinsip-prinsip keberlanjutan.

3.Kebijakan pembangunan pariwisata. Cabang ini menitikberatkan perhatiannya pada upaya-


upaya peningkatan manfaat sosial, ekonomi, budaya, psikologi perjalanan wisata bagi masyarakat
dan wisatawan dan evaluasi perkembangan pariwisata melalui suatu tindakan yang
terencana.Termasuk dalam hal ini adalah perencanaan kebijakan dan pengembangan pariwisata

2.2 Pengertian Wisatawan

Secara etimologi, kalau kita meninjau arti kata “wisatawan” yang berasal dari kata “wisata”,
maka sebenarnya tidaklah tepat sebagai pengganti kata “tourist” dalam bahasa Inggris. Kata itu
berasal dari kata Sansekerta: “wisata” yang berarti “perjalanan” yang sama atau dapat disamakan
dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris, maka “wisatawan” sama artinya dengan kata traveler.

Yang termasuk wisatawan adalah :


1. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan bersenang-senang, mengunjungi
keluarga, dan lain lain.

2. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan pertemuan-pertemuan atau karena


tugas tertentu, seperti dalam ilmu pengetahuan, tugas negara, diplomasi, agama, olah raga
dan lain lain.

3. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk tujuan usaha.

4. Mereka yang melakukan kunjungan mengikuti perjalanan kapal laut, walaupun tinggal
kurang dari 24 jam.

Yang dianggap sebagai bukan wisatawan :


1. Mereka yang berkunjung dengan tujuan untuk mencari pekerjaan atau melakukan kegiatan
usaha.

2. Mereka yang berkunjung ke suatu negara dengan tujuan utuk bertempat tinggal tetap.

3. Penduduk di daerah tapal batas negara dan bekerja di negara yang berdekatan.

4. Wisatawan yang hanya melewati suatu negara tanpa tinggal di negara yang dilaluinya itu.

2.2.1 Profil Wisatawan

Profil wisatawan merupakan karakteristik spesifik dari jenis-jenis wisatawan yang berbeda
yang berhubungan erat dengan kebiasaan, permintaan, dan kebutuhan mereka dalam melakukan
perjalanan.

2.2.2 Jenis dan Macam Wisatawan


Berbagai macam tipologi wisatawan telah dikembangkan dengan menggunakan
berbagai dasar klasifikasi. Dengan pendekatan interaksi, Cohen (1972) mengklasifikasikan
wisatawan atas dasar tingkat familiarisasi dari daerah yang akan dikunjungi, serta tingkat
pengorganisasian dari perjalanan wisatanya menjadi empat yaitu seperti :
1. Drifter, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang sama sekali belum
diketahuinya, dan bepergian dalam jumlah kecil.

2. Explorer, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan dengan mengatur


perjalanannya sendiri, dan tidak mau mengikuti jalan-jalan wisata yang sudah
umum melainkan mencari hal yang tidak umum. Wisatawan seperti ini bersedia
memanfaatkan fasilitas dengan standar lokal dan tingkat interaksinya dengan
masyarakat lokal juga tinggi.

3. Individual mass tourists, yaitu wisatawan yang menyerahkan pengetahuan


perjalanannya kepada agen perjalanan, dan mengunjungi daerah tujuan wisata
yang sudah terkenal.

4. Organized mass tourists, yaitu wisatawan yang hanya mau mengunjungi daerah
tujuan wisata yang sudah dikenal, dengan fasilitas seperti yang dapat ditemuinya
ditempat tinggalnya, dengan perjalanannya selalu dipandu oleh pemandu wisata.

Melihat sifat perjalanan dan ruang lingkup dimana perjalanan wisata itu dilakukan,
maka kita juga dapat mengklasifikasikan wisatawan sebagai berikut :

1. Wisatawan asing (foreign tourist)


Adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara
lain yang bukan merupakan negara dimana ia biasanya tinggal. (biasanya bisa dilihat dari
status kewarganegaraannya, dokumen perjalanannya, dan jenis uang yang dibelanjakan)
2. Domestic Foreign Tourist
Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal pada suatu negara, yang melakukan
perjalanan wisata di wilayah negara dimana ia tinggal (seperti orang yang bekerja di kedutaan
besar).
3. Domestic tourist
Seseorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah
negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya.

4. Indigenous Foreign Tourist


Warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau jabatannya di luar negeri, pulang ke
negara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri.

BAB V

Dokumen Perjalanan
Yang dimaksud dengan dokumen perjalanan ialah surat keterangan yang dipergunakan
selama dalam perjalanan yang menerangkan orang yang namanya tercantum pada surat keterangan
tersebut, baik kebangsaannya, jabatannya, identitasnya, keterangan khusus sehubungan dengan
perjalanan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang berwenang untuk masing-masing dokumen
tersebut. Dalam dunia perjalanan pada umumnya kita mengenal ada beberapa dokumen perjalanan
yang penting, diantaranya ialah : paspor, exitpermit, fiscal certificate, visa dan health certificate serta
dokumen perjalanan lainnya.

1. Paspor
Untuk perjalanan ke luar negeri, pertama yang diperlukan ialah paspor. Paspor adalah
dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari suatu negara yang
memuat identitas pemegangnya dan berlaku untuk melakukan perjalanan antar negara.
A. Jenis dan Macam Paspor
a. Paspor Biasa (normal passport)
Suatu paspor yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk warga negaranya
yang hendak bepergian ke luar negeri dengan maksud pribadi yang tidak ada
sangkut pautnya dengan urusan pemerintah. Biasanya untuk warga negara yang
melakukan perjalanan reguler. Di Indonesia paspor ini diberi sampul berwarna
hijau dan dikeluarkan oleh Ditjen Keimigrasian, Departemen Hukum dan HAM.
b. Paspor khusus (Special passport)
Suatu paspor yang diberikan kepada seseorang yang bukan pegawai
pemerintah dan bukan pula merupakan seorang yang berstatus diplomatik atau
konsuler, tetapi ia mempunyai tugas khusus dari pemerintah yang
memberikannya.
c. Paspor dinas atau paspor diplomatik (diplomatic passport)
Paspor ini diterbitkan untuk kalangan teknisi dan petugas administrasi
dari suatu misi diplomatik seperti kedutaan dan konsulat ataupun bagi pegawai
negeri / pemerintah yang sedang melaksanakan tugas ke luar negeri.
Pemegang paspor jenis ini mendapatkan beberapa kemudahan yang tidak
dimiliki oleh pemegang paspor biasa. Di Indonesia, paspor ini diberi sampul
berwarna biru dan dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri setelah
mendapat izin dari Sekretariat Negara.
d. Paspor Keluarga (family passport)
Suatu paspor yang dapat diberikan kepada suami dan istri, orang tua serta
anakanaknya yang belum dewasa atau seseorang yang dengan anggota
keluarga yang belum dewasa yang masih berada di bawah pengawasan dan
perlindungannya.

B. Syarat-Syarat Mendapatkan Paspor


Adapun syarat-syarat untuk mendapatkan paspor yang ditentukan oleh kantor
imigrasi antara lain :
1. Mempunyai kartu penduduk yang masih berlaku dari instansi yang berwenang
mengeluarkannya, dan berdomisili di daerah, kantor imigrasi daerah tempat
paspor akan dikeluarkan
2. Mempunyai surat keterangan kelakuan baik atau keterangan tidak terlibat G. 30
S/PKI jika diperlukan
3. Surat bukti telah lunas membayar pajak keberangkatan ke luar negeri (fiscal
sertificate) yang dikeluarkan oleh kantor pajak setempat
4. Mengisi dan menandatangani formulir yang disediakan oleh kantor imigrasi,
bersedia datang ke kantor imigrasi untuk menjawab pertanyaan dan diambil
sidik jarinya serta membubuhi tanda tangan waktu mengambil paspor. Khusus
bagi warga negara keturunan asing, selain syarat-syarat tersebut harus
dilengkapi dengan:
a. Surat keterangan kewarganegaraan
b. Akte kelahiran
c. Surat keterangan ganti nama

C. Fungsi Paspor
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa fungsi paspor adalah sama dengan
kartu penduduk. Hanya bedanya kartu penduduk berlaku untuk daerah yang terbatas,
secara lokal atau nasional saja, maka paspor berlakunya dapat secara internasional.

D. Jangka Paspor
Suatu paspor jangka berlakunya tergantung dari ketentuan yang diberikan oleh
kantor imigrasi tempat paspor itu dikeluarkan. Biasanya seorang yang memperoleh
paspor masa berlakunya hanya selama 2 (dua) tahun, untuk dapat digunakan lagi,
paspor itu harus diperpanjang masa berlakunya.
2. Exit Permit
Exit permit artinya ijin ke luar, yaitu ijin meninggalkan negara tempat ia tinggal untuk
bepergian ke negara lain buat sementara waktu. Bentuk exit permit ini berupa cap atau
stempel yang dicapkan pada lembaran paspor, yang menyatakan bertolak ke luar negeri.
Tipe exit permit yang dikeluarkan berlaku untuk selama 3 (tiga) bulan dan kalau masa itu
sudah habis, apakah sudah digunakan atau belum, harus dimintakan lagi yang baru untuk
perjalanan berikutnya.

3. Surat Keterangan Fiskal (Fiscal Sertificate)


Suatu keharusan yang ditentukan oleh pemerintah bagi warga negaranya yang akan
bepergian ke luar negeri ialah bahwa untuk keberangkatannya ke luar negeri itu
dikenakan pajak, kecuali kalau orang itu dibiayai oleh pemerintah atau pegawai negeri.
Dahulu fiskal ke luar negeri hanya dapat diambil di kantor pajak setempat, tetapi
sekarang dapat dibayar di airport sewaktu akan berangkat.
4. Visa
Untuk mengadakan perjalanan di suatu negara orang harus mendapat persetujuan
pemerintah yang bersangkutan. Persetujuan itu diberikan dengan membubuhkan tanda
mengetahui. Visa atau visum adalah suatu dokumen perjalanan yang penting sesudah
paspor, karena seseorang yang hendak mengadakan perjalanan keluar negeri harus
terlebih dahulu mempunyai visa yang dapat dimintanya pada perwakilan atau kedutaan
negara yang akan dikunjungi.
A. Jenis dan Macam Visa
Menurut sifat perjalanan yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan, maka
visa dapat dibagi atas :
a. Visa transit
Visa biasa yang diberikan kepada para penumpang yang mengadakan
perjalanan atau persinggahan (transit) pada suatu kota di suatu negara tertentu.
Penumpang semacam ini biasanya hanya mengadakan persinggahan sementara
waktu (1 atau 3 hari) untuk melanjutkan perjalanannya ke tempat yang menjadi
tujuan. b. Tourist visa. Visa yang diberikan kepada mereka yang mengadakan
perjalanan untuk tujuan pariwisata.
b. Temporary visa
Visa yang diberikan kepada seseorang yang mengadakan kunjungan sementara
dalam waktu yang tidak lama pada suatu kota di negara yang dikunjungi. d.
Official visa
c. Diplomatic visa
Visa yang diberikan kepada duta, konsul, atau perwakilan dari suatu negara
yang patut diberikan penghargaan dan penghormatan atas dasar hukum dan
kebiasaan diplomatik internasional.
d. Imigrant visa
Visa yang diberikan kepada mereka yang tergolong imigran yaitu mereka yang
mengadakan perjalanan ke nagara yang bersangkutan dengan maksud dan tujuan
untuk berdiam lama atau tetap tinggal di negara yang bersangkutan.

5. Health Certificate
Dokumen yang dikeluarkan departemen kesehatan melalui jawatan karantina
(air port) dan telah diakui World Health Organization (WHO). Health certificate
diperuntukkan bagi negara yang masih belum bebas penyakit menular, seperti
cacar, dan lain-lain.
3. Buku 3
Bagian A
a. Asal Mula Pariwisata
Pada mulanya nenek moyang manusia hidup tidak menetap mereka
berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Kehidupan mereka yang
masih primitif bergantung pada pemberian alam sekitar. Kalau persediaan
kebutuhan utama berupa buah-buahan, umbi-umbian serta air di seputar
mereka telah habis, tempat itu mereka tinggalkan. Berjalanlah mereka
menempuh jarak yang dekat atau jauh mencari daerah baru yang subur.
Pada tahap berikutnya, nenek moyang kita mengenal cara penyebaran
bibit. Mereka bercocok tanam dan beternak. Tentu saja daerah subur yang
mereka pilih. Itulah sebabnya pertumbuhan kampong, dusun hingga menjadi
kota dimulai dari seputar tempat-tempat yang kaya dengan air.
Dipinggir kali, sungai, seputar danau manusia mulai menetap dan
menegakkan tempat tinggal. Disana dibangun fasilitas hidup menurut
kemampuan masa itu. Selain bercocok tanam mereka mulai mengenal pula
tukar-menukar keperluan sehari-hari. Sistem kehidupan ini berkembang
menjadi perdagangan dan jual beli seperti sekarang.
Lama kelamaan mereka beranak-pinak dan sementara itu tak hentinya
pula orang datang, singgah sebentar atau menetap menjadi penduduk baru. Di
sana dibangun berbagai fasilitas hidup menurut kemampuan masa itu. Selain
bercocok tanam mereka mulai mengenal pula tukar-menukar keperluan sehari-
hari. Sistem kehidupan seperti ini kemudian berkembang menjadi
perdagangan dan jual beli seperti yang kita kenal sekarang.
Lama-kelamaan mereka beranak-pinak dan sementara itu tak hentinya
pula orang datang, singgah sebentar atau menetap ramai, berkembang menjadi
kampung-kampung yang terhimpun berupa sebuah kota. Untuk mengatur
kehidupan masyarakat dan sekaligus melindungi mereka dari gangguan orang
luar, muncullah orang kuat sebagai pemimpin dengan gelar kepala suku.
Bangsa sumeria di Babilonia merupakan satu contoh masyarakat petani
yang kaya lagi makmur. Aliran sungai Tigris dan Eufrat menyumbang
limpahan kesuburan bagi negeri itu. Tukar menurut hasil pertanian mulai
dilakukan oleh penduduk. Dan oleh para pemikir di kala itu diciptakan suatu
alat bukti pembayaran yang kita kenal dewasa ini dengan sebutan ‘uang’.
Sejak itulah, yakni kira-kira tahun 4000 SM merupakan titik tolak
perkembangan perdagangan.
Perdagangan yang pesat merambat dan meluas ke berbagai arah.
Saudagar –saudagar membwa dagangannya dari suatu tempat ke tempat lain.
Atas dasar ini bangsa Sumeria dianggap sebagai bangsa pertama yang
melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain. Tentulah perjalanan di
kala itu masih terbatas kalangan para pedagang yang membawa barang dalam
jumlah terbatas pula.
Setelah jalan raya dibangun, orang lebih sering bepergian, baik untuk
kepentingan perdagangan maupun untuk kepentingan lainnya. Sistem jalan
raya itu mula-mula dibangun oleh kerajaan Persia tahun 560-350 SM, yang
menghubungkan kaki gunung Zagrep sampai laut Aegean. Pada tahun 221-122
SM dinasti Chou membangun jalan raya di Tiongkok. Ketika itu pengakuan
darat juga telah diatur dengan baik oleh pemerintah, sehingga pertukaran
barang niaga mengalir lancer ke daerah-daerah permukiman penduduk.
Bangsa pertama yang dianggap sebagai orang yang melakukan
perjalanan untuk tujuan bersenang-senang adalah bangsa Romawi. Pada waktu
itu mereka telah melakukan perjalanan berates-ratus mil dengan menunggang
kuda guna melihat candi-candi dan piramida peninggalan bangsa Mesir Kuno.
Di zaman pertengahan, semasa kerajaan Romawi sedang jaya-jayanya,
dibangunlah jalan raya sepanjang 350 mil dari Roma ke kota Brundisium.
Dengan demikian rakyat dapat dengan mudah melakukan perjalanan dari suatu
kota ke kota lainnya. Bangsa Romawi juga sering melakukan perjalanan ke
daerah Yunani, Asia Kecil. Selain untuk menyaksikan pertandingan olahraga
Olympiade, mereka juga mencari sumber-sumber air panas untuk tujuan
kesehatan. Dalam perjalanan itu mereka sempat menyaksikan atraksi kesenian
rakyat, festival, yang tidak seberapa jauh daru tempat-tempat peristirahatan,
tempat mereka bermalam.
Pada tahun 334 SM Ephesus, yakni daerah Turki sekarang telah
dikunjungi oleh ribuan orang untuk menyaksikan pertunjukan acrobat, ada
binatang buas, tukang sihir, tukang sulap dan sebagainya. Ephesus selain
merupakan pusat perdagangan yang penting bagi kafilah dari Asia ke Eropa,
juga merupakan tempat demokrasi untuk pertama kalinya dikembangkan oleh
Iskandar Zulkarnaen, yang menjadi raja kala itu.
Uraian diatas merupakan sekilas gambaran tentang ciri manusia yang
selalu bergerak. Ciri ini tidak hanya pada pola kehidupan manusia primitive,
bahkan pada kehidupan modern dewasa ini pun demikian. Ciri khas manusia
yang selalu bergerak inilah yang merupakan embrio yang melahirkan
kebutuhan manusia untuk bepergian, mengadakan perjalanan dengan segala
ragam keperluan prasarana dan sarananya. Dewasa ni kebutuhan tersebut
begitu mendesak. Meskipun dorongan perjalanan itu diwarnai oleh berbagai
motivasi, namun pada dasarnya semua itu kait-berkait sebagai kesatuan
industry besar yang kita kenal dengan ‘Industri Pariwisata’.
Pariwisata merupakan manifestasi gejala naluri manusia sejak
purbakala, yaitu hasrat untuk mengadakan perjalanan. Lebih dari itu
pariwisata dengan ragam motivasinya akan menimbulkan permintaan-
permintaan dalam bentuk jasa-jasa dan persediaan-persediaan lain. Permintaan
akan barang dan jasa ini terus meningkat sesuai dengan perkembangan
kehidupan manusia. Di negara-negara yang sedang berkembang akan terjadi
perluasan lingkup kepentingan-kepentingan . sedang di Negara-negara yang
sudah maju selain lingkup kepentingan yang luas, waktu luang pun bertambah
lama dan banyak karena ditunjang oleh kenaikan pendapatan serta transportasi
yang lancer dan cepat . sejalan dengan itu terjadi pula peningkatan pendidikan,
pengetahuan, dan kecerdasan di kalangan penduduk.
Sebagai akibat perkembangan-perkembangan tersebut, motivasi-
motivasi untuk mengadakan perjalanan menjadi lebih kuat, lebih-lebih setelah
ditunjang oleh kemajuan-kemajuan di bidang teknologi, hasrat untuk
mengadakan perjalanan menjadi lebih mudah terpenuhi. Dan kita dapat
menyaksikan betapa deras arus perjalanan manusia dalam rangka berwisata
meski motivasi mereka kadangkala berbeda-beda.
b. Pelancong-pelancong Pertama
Pada dasarnya, manusia lebih suka berpindah-pindah daripada
menetap. Setelah mereka berkelompok-kelompok dan berdiam di suatu
daerah, lama kelamaan kebutuhan mendesak mereka untuk bepergian. Dunia
kepariwisata mencatat pula bahwa Marco Polo yang hidup tahun 1254-1324
merupakan orang pertama yang menjadi ‘pelancong’ (Traveller). Ia
mengembara dari benua Eropa ke tanah Tiongkok, untuk akhirnya kembali
Venesia.
Pelancong lain ialah pemuda Muslim yang bernama Ibnu Battutah. Ia
dilahirkan di Tandjak, Marokko. Tidak ada musafir lain yang diketahui begitu
banyak mengadakan perjalanan dalam abad-abad pertengahan seperti Ibnu
Battutah.
Sejarah juga mencatat pelayanan besar yang telah dilakukan oleh
manusia antara lain oleh Cristopher Columbus (1451-1506). Selain Columbus
tercatat pula penjelajah yang bernama Alfonso d’Alburquerque, Vanco da
Gama, dan Ferdinand de Magelhaens. Seorang berkebangsaan Inggris, Kapten
James Cook yang hidup pada tahun 1728-1779, pernah mengelilingi dunia
(1768-1771).
Kisah-kisah perjalanan yang dilakukan oleh pelancong-pelancong
seperti : Marco Polo, Ibnu/Battutah, Columbus, Vasco da Rama, james Cook
dan lain-lain yang serba ringkas di atas merupakan pembuka kunci bagi
penyebaran penduduk ke berbagai pelosok dunia.
c. Daya Tarik Tujuan Wisata
Masing-masing daerah tujuan wisata memiliki kelebihan dan daya tarik
tersendiri. Para wisatawan boleh memiih kemana tujuan yang dikehendaki.
Terserah apakah mereka hendak ke pantai yang permai, ke pegunungan yang
sejuk dan segar, ataukah ke tempat-tempat bersejarah dan sebagainya.
Berhasilnya suatu tempat berkembang menjadi Daerah Tujuan Wisata
(DTW) sangat tergantung kepada 3 faktor utama, yaitu :
1. Atraksi, dibedakan menjadi :
 Tempat (Pemandangan indah atau tempat bersejarah)
 Kejadian/Peristiwa (kongres, pameran atau peristiwa olahraga,
festival)
2. Mudah dicapai (aksesibilitas)
Tempat tersebut dekat jaraknya, atau tersedianya transportasi ke tempat itu
secara teratur, sering, murah, nyaman, dan aman.
3. Amenitas
Tersedianya fasilitas seperti penginapan, restoran, hiburan, tranpor.

Di samping 3 faktor tersebut masih ada juga satu hal lain, yaitu Tourist
Organization (Organisasi wisata), untuk menyusun suatu kerangka dalam
pengembangan pariwisata, mengatur industry pariwisata serta mempromosikan
daerah itu sehingga dikenal orang. Yang penting juga diperhatikan adalah bagaimana
kesan masyarakat tentang daerah tujuan yang akan dikunjungi.

Tersedianya barang-barang souvenir (cenderamata) yang dijual di daerah


tujuan wisata merupakan bagian dari hal yang menarik wisatawan. Dengan
cenderamata yang mereka beli itu hati mereka merasa puas dan memberi kesan
tersendiri.

d. Jenis-jenis wisata
Secara singkat berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis wisata :
1. Wisata untuk Rekreasi
2. Wisata Bahari
3. Wisata Alam
4. Wisata Budaya
5. Wisata Olahraga
6. Wisata Bisnis
7. Wisata Konvensi
8. Wisata jeni lain
Kini popular dengan wisata sejarah, arkeologi, berburu, safari, fotografi,
bulan madu dan sebagainya. Jenis-jenis lain mungkin akan terus
berkembang menurut kebutuhan dan keinginan masyarakat yang semakin
merasakan keperluan berwisata.
e. Manfaat Pariwisata
Pariwisata yang paling pokok bermanfaat bagi orang secara pribadi-
pribadi sebagai sarana hiburan. Dalam waktu liburan umpamanya kita perlu
melepaskan diri dari suasana tegang dan kelelahan akibat pekerjaan sehari-
hari. Berwisata ke panti atau pegunungan akan menimbulkan rasa segar
sehingga kita siap untuk bekerja kembali.
Meskipun pada umumnya orang berwisata bertuuan untuk lepas dari
rasa lelah dan dari kegiatan rutin sehari-hari, namun bila diteliti motivasinya
dapat berbeda-beda. Ada orang berwisata karena semata-mata menghindari
ketegangan akibat pekerjaan, tetapi ada pula yang ingin memenuhi kepuasan
intelektual. Bagi kalangan tertentu berwisata sering diartikan mencari suasana
baru yang sama sekali berlainan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan
meninggalkan kebiasaan sehari-hari dan mengalami hal yang belum pernah
dialami mereka berharap dapat menumbuhkan rasa sukaria dan suasana
bahagia.
Negara juga dapat menerima pajak-pajak dari sector usaha yang
bersangkut-paut dengan kepariwisataan. Dari pajak industry perhotelan saja
tidak sedikit yang disumbangkan kepada Negara. Selain itu juga di daerah
tujuan wisata yang baik mestinya tersedia took atau kios souvenir atau
dijajakan oleh penjual gendongan.
Dalam putaran selanjutnya, perusahaan-perusahaan tersebut akan
memerlukan makanan ternak, pupuk atau bahan-bahan baku dekorasi sehingga
menumbuhkan rangkaian kegiatan ekonomi lain.
Pengaruh pariwisata dalam bidang ekonomi ini lebih kentara di negara-
negara berkembang dan Negara maju. Kedatangan wisata asing ke Negara kita
pada tahun 1984 sebanyak 700.910 orang menunjukkan suatu kenaikan
sejumlah 62.055 orang atau 9,7% dibandingkan dengan jumlah kedatangan
tahun sebelumnya. Berkat pemasaran dan promosi luar negeri yang semakin
terarah maka citra pariwisata Indonesia Nampak lebih mantap.
Disamping menggiatkan kehidupan ekonomi, pariwisata juga menjadi
salah satu pendorong dalam pengembangan seni budaya. Beberapa wisatawan,
baik asing maupun domestik sengaja mengunjungi suatu daerah hanya untuk
menyaksikan pertunjukan seni budaya.
Keinginan wisatawan untuk menyaksikan suatu seni budaya adalah
didorong oleh rasa ingin mengetahui, mengagumi atau menyelami seni,
budaya dari daerah yang dikunjungi.
Manfaat lain dari pariwisata adalah memperluas lapangan dan
kesempatan kerja. Kesempatan kerja dan kesempatan usaha tidak hanya pada
sector pariwisata semata, melainkan juga sector-sektor yang secara langsung
atau tidak, berkaitan dengan pengembangan industri pariwisata.
Selanjutnya tidak boleh dilupakan bahwa pariwisata turut memperluas
nilai-nilai pergaulan hidup dan pengetahuan. Secara khusus manfaat
pariwisata domestic dapat menerbitkan berbagai nilai pergaulan hidup, antara
lain beruppa :
1. Timbulnya rasa cinta tanah air.
2. Menghilangkan rasa kedaerahan atau kesukuan yang berlebihan.
3. Memperluas penggunaan bahasa nasional.
4. Membantu tumbuhnya budaya Indonesia.
5. Merangsang majunya kesenian daerah, baik berupa ukiran, tarian, maupun
lukisan dan lain-lain.
6. Memajukan ekonomi dan membantu pemerataan pembangunan daerah.
7. Membantu pembentukan ‘nation building’.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Pariwisata
1. Faktor suasana
2. Faktor ekonomi masyarakat
3. Faktor komunikasi
4. Faktor keamanan
5. Faktor penyakit
6. Faktor teknologi angkutan
7. Faktor informasi
g. Perkembangan Pariwisata Internasional

Berdasarkan data dari WTO pada tahun 1983 jumlah kunjungan wisatawan
asing internasional mengalami kenaikan 2,2% dari 287.488.000 orang pada tahun
1982 menjadi 293.870.000 orang pada tahun 1983. Pada tahun 1984 jumlah
tersebut meningkat lagi menjadi 300 juta. Bila dilihat dari tempat tujuan wisatawan
ternyata sebagian besar terpusat di kawasan Eropa (68,3%), dan dikawasan Amerika
(11,8%). Sedangkan yang berkunjung ke Asia Timur dan Pasifik hanya 8,9% dari
jumlah tersebut.

Meski persentase kunjungan ke Asia Pasifik tampak lebih sedikit jumlahnya


dibandingkan ke Eropa, namun selama satu decade (1973-83) wisatawan yang
berkunjung ke sini meningkat lebih dari dua kali lipat. Kalau pada tahun 1973 hanya
11,3 juta pada tahun 1983 sudah meningkat menjadi 24,9 juta orang . Bila dirinci lagi
pertumbuhan yang terbesar jatuh pada kawasan Asia Selatan dengan rata-rata
12,6% kemudian Asia Tenggara 10% dan berikutnya Asia Timun 8,5%.

Bagian B

Bab-bab sebelumnya mencoba menggambarkan profil pariwisata Indonesia.


Dibandingkan dengan Negari-negeri sesame ASEAN (kecuali Brunei) perkembangan
pariwisata Indonesia masih tertinggal. Para perencana negeri kita sebenarnya telah
lama mencoba mengembangkan pariwisata Indonesia agar negeri kita yang cantik ini
dikenal oleh dunia luar. Mereka menyelenggarakan pertemuan internasional sehingga
Indonesia dikenal sebagai salah satu Negara yang mempunyai potensi besar di bidang
pariwisata. Daya tarik utama pariwisata Indonesia adalah panorama alam dan
keanekaragaman budaya. Bali sudah terkenal sejak zaman sebelum perang dunia.
Daerah ini merupakan salah satu tujuan wisata yang terkenal di dunia. Hanya karena
pemerintah dahulu kurang mementingkan pariwisata sebagai salah satu sumber
penghasilan Negara maka pengembangan pariwisata Indonesia pada periode 1945-1969
berjalan lamban, jumlah kunjungan wisatawan asing belum banyak. Apalagi dalam
sejarah perjalanan bangsa kita terdapat masa memisahkan diri dari pergaulan dengan
Negara barat. Tapi periode ini juga menghasilkan banyak hal yang menjadi titik berpijak
perkembangan pariwisata Indonesia. Prasarana dan organisasi kepariwisataan di
Indonesia mulai terbentuk sebelum tahun 1969.

Ketika pemerintah mulai melaksanakan pembangunan melalui rencana lima tahun,


perkembangan pariwisata mendapat perhatian yang lebih banyak. Meski pada waktu iu
penghasilan devisa dari pariwisata tidak berarti bila dibandingkan dengan penghasilan
devisa minyak bumi, tapi pemerintah telah merencanakan pengembangan sector ini
secara teratur. Dari pelita ke peliti perhatian terhadap pariwisata terus meningkat.
Ketika harga minyak dan gas bumi merosot tajam beberapa ahli ekonomi mulai melirik
ke sector pariwisata. Sector ini disebut-sebut sebagai primadona yang diharapkan dapat
menjadi salah satu penghasil utama devisa bagi negera, menggantikan penurunan hasil
devisa minyak bumi dan gas bumi. Usaha untuk menerobos jalan pintas pembangunan
kepariwisataan Indonesi menghadapi berbagai hambatan. Kemauan politik pemerintah
merupakan unsur penting dalam mempercepat pengembangan kepariwisataan di
Indonesia. Kemauan politik ini perlu disertai oleh sikap sadar wisata di segenap lapisan
masyarakat. Penumbuhan sikap sadar wisata di masyarakat luas tidak mudah. Upaya
tersebut memerlukan waktu dan ketekunan. Di samping itu kemauan politik pemerintah
belum disertai dengan pendanaan yang cukup. Dana untuk pemasaran misalnya, sangat
kecil dibandingkan dengan Negara-negara lain. Tenaga terampil dibidang pariwisata di
Indonesia juga masih kurang, sehingga mutu prosuk wisata di negeri kita juga masih
rendah. Baik di bidang pelayanan angkutan, perhotelan, restoran dan cenderamata kita
belum mampu bersaing dengan Negara-negara lain di kawasan ASEAN. Akibatnya,
jumlah kunjungan wisatawan asing ke negeri kita masih dibawah satu juga orang.
Untunglah masa tinggal mereka cukup lama sehingga prolehan devisa dari sector ini
pada tahun 1986 telah melebihi lima ratus juta dollar.

Akibat pembangunan ekonomi tingkat kemakmuran rakyat Indonesia bertambah


baik. Penduduk makin bertambah banyak yang mampu berwisata. Pariwisata domestic
di Indonesia merupakan potensi besar jika perencanaan pengembangan pariwisata ini
dilakukan dengan cermat, niscaya akan dapat meratakan pembangunan meningkatkan
rasa cinta tanah air dan sekaligus memperbesar arus pariwisata penduduk kita.

Program pembangunan pariwisata dalam cabinet pembangunan V di bidang produk


pariwisata pada dasarnya mempunyai 3 sasaran utama yaitu :

 Peningkatan mtu produk dan peningkatan pelayanan pariwisata


 Peningkatan jumlah produk pariwisata
 Penciptaan iklim usaha yang sehat dan iklim investasi pariwisata yang
menarik

Untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan


yang meliputi :

 Peningkatan pengetahuan dan keterampilan teknis para pelaku usaha


pariwisata antara lain melalui diklat, kursus, seminar dan lokakarya.
 Peningkatan koordinasi lintas sektoral.
 Standarisasi produk wisata melalui klarifikasi.
 Menggalakan bidang usaha pariwisata, melalui diregulasi dan
dibirokratisasi (penyederhanaan perizinan) pemberian fasilitas (incentive)
dan kemudahan.

Bagian C

a. Industri Pariwisata
Industri pariwisata terdiri atas berbagai komponen yang merupakan
mata rantai yang panjang. Komponen tersebut antara lain adalah : biro
perjalanan, hotel, restoran, usaha angkutan cenderamata dan banda udara. Bila
wisatawan menikmati suatu produk wisata sebagai suatu kesatuan tentulah
wajar apabila masing-masing komponen ini menjadi kerjasama yang serasi.
Industri pariwisata memerlukan investasi yang cukup besar. Industri
ini dimasukkan dalam industri yang mempunyai risiko tinggi, karena amat
peka terhadap perubahan keadaan seperti ketidak-stabilan politik, penularan
penyakit dan lain-lain.
b. Usaha Perhotelan
Usaha perhotelan merupakan unsur penting dalam industry pariwisata
Indonesia. Sekitar 32% dari devisa yang dihasilkan dalam bidang pariwisata
mengalir ke sector perhotelan. Karena itu tidaklah mengherankan hija bidang
usaha ini di negeri kita 10 tahun terakhir tumbuh pesat. Industri perhotelan
mencapai puncak kejayaan pada tahun 1981. Pada waktu itu tingkat
penghunian kamar hotel berbintang mencapai 60% sedangkan hotel non-
bintang 50%, bahkan hotel-hotel berbintang tiga ke atas mencapai tingkat
penghunian sekitar 80%.
Penanaman modal dibidang usaha perhotelan cukup besar. Saat ini
biaya penanaman model hotel bintang 3,4, dan 5 untuk satu kamar mencapain
60-130 juta, sedangkan hotel bintang 1 dan 2 sekitar 20-45 juta. Untuk hotel
non-bintang biaya penanaman modal untuk satu kamar mencapai 8-20 juta.
Masalah yang dihadapi bidang usaha perhotelan saat ini terutama
adalah tingkat penghunian kamar yang rendah, biaya operasional besar,
tingkat suku bunga tinggi, serta tenaga pimpinan tingkat atas dan menengah
masih kurang.
Meski pada saat ini bidang usaha perhotelan dapat dikatakan lesu, tapi
menurut perkiraan Lembaga Studi Pariwisata Indonesia (LSPI) prospek bidang
usaha perhotelan di Indonesia di masa datang cukup baik, asalkan berbagai
pihak berusaha keras mengatasi kendala-kendala yang dihadapi bidang usaha
ini.
Jumlah hotel bintang dan kamar hotel bintang pada tahun 1993
sebanyak 56,8 unit dengan 50.583 kamar, sehingga terjadi kenaikan sebanyak
53 unit (10,3%) terhadap tahun 1992 yaitu sebanyak 515 unit, sedangkan
jumlah kamar terjadi kenaikan sebanyak 5.338 (11,8%) terhadap periode 1992
dengan jumlah 45-245 buah kamar.
c. Usaha Restoran
Restoran terutama di kota-kota besar tumbuh bagaikan cendawan di
musim hujan. Hamper setiap hari terlihat restoran baru di buka, lengkap
dengan berbagai makanan yang menarik. Pertumbuhan restoran di Indonesia
berhubungan dengan perubahan pola hidup masyarakat baik kebiasaan untuk
makan di luar rumah maupun kebiasaan berwisata. Sejak sepuluh tahun
terakhir ini di kalangan sebagian masyarakat makan di luar rumah baik
bersama keluarga, teman atau relasi dagang sudah merupakan hal yang biasa.
Akibat kebutuhan di luar ini restoran pun tumbuh dengan pesat.
Meski kebutuha makan di luar rumah meningkat, namun tak jarang
pula ada restoran yang bangkrut. Banyak orang yang mengira bidang usaha
restoran merupakan bidang usaha yang sederhana. Bila makanannya enak
tentu dicari orang. Sekarang ini dalam masa perdagangan yang penuh
persaingan usaha restoran tidaklah sesederhana itu lagi. Makanan yang enak
saja tidaklah cukup, perlu dipikirkab letak yang strategis, tarif yang rasional,
mutu pelayanan yang baik dan yang paling penting lagi adalah teknik
pemasaran yang jitu.
Menurut data Direktorat Jenderal Pariwisata pada tahun 1983 terhadap
1143 restoran dengan 76.623 kursi. Sekarang jumlah tersebut tentu telah jauh
berubah. Dibandingkan dengan Negara lain.
Upaboga (gastronomi) merupakan salah satu daya tarik di bidang
pariwisata. Negeri kita mempunyai aneka ragam budaya dengan jenis
makanan yang berbeda-beda. Keunian masakan masing-masing daerah
merupakan daya tarik pula. Ditinjau dari segi jenis menu, masakan Indonesia
kaya akan variasi. Selera konsumen belakangan ini ternyata lebih menyukai
makanan spesifik, baik makanan daerah atau makanan internasional. Restoran
yang menyediakan menu lengkap mulai tertinggal perkembangannya dari
restoran spesifik. Mungkin konsumen mencari jenis makanan yang tidak biasa
mereka nikmati sehari-hari di rumah.
Pembinaan usaha restoran secara lebih terarah baru dilaksanakan
dalam kabinet pembangunan V yakin pada tahun 1991 antara lain melalui
kegiatan klasifikasi yang dikelompokkan menjadi 3 kegiatan yaitu : Talam
Selaka, Talam Gangsa, Talam Kencana.
d. Usaha Biro Perjalanan
Bidang biro perjalanan merupakan salah satu unsur penting dalam
industri pariwisata. Biro perjalanan memberikan pelayanan jasa untuk
mempermudah kegiatan wisata. Berdasarkan ruang lingkup usaha bisa
dibedakan apa yang disebut ‘agen’ dan ‘biro perjalanan’. Agen perjalanan
memberikan jasa dalam menjualkan tiket angkutan seperti kereta api, bis,
pesawat terbang, kapal laut dan akomodasi, seperti hotel dan sebagainya.
Pada tahun 1983 terdapat 185 biro perjalanan, 112 cabang biro
perjalanan dan 144 agenda perjalanan di Indonesia. Kegiatan biro perjalanan
dibagi dalam inbound (memasukkan wisatawan asing) atau outbound
(mengirimkan wisatawan Indonesi keluar negeri). Kebanyakan biro perjalanan
dahulu lebih mengutamakan kegiatan outbound karena usaha ini segera
menghasilkan uang kontan, disamping keuntungan yang diperoleh cukup
besar.
e. Usaha Cenderamata
Usaha cenderamata merupakan salah satu mata rantai dalam kegiatan
industri pariwisata. Usaha ini merupakan bidang yang penting karena dapat
menyerap banyak tenaga kerja.
Di Negara kita usaha cenderamata juga sudah mulai tumbuh. Terutama
di Bali di maju pesat. Tetapi jika dibandingkan negeri lain bisnis cenderamata
di negeri kita masih lemah.
Pemerintah telah mencoba untuk merangsang bisnis cenderamata ini
dengan mendirikan gedung pusat disain. Diharapkan gedung ini dapat
membantu para pengrajin dalam menciptakan disain yang disukai oleh
wisatawan. Hanya usaha ini belum banyak membuahkan hasil. Usaha
cenderamata di negeri kita agaknya masih terbilang kerdil. Beberapa kendala
yang dihadapi antara lain : kurang modal, sewa ruang tingg, jumlah produk
sedikit dan tidak ada standar. Karena selama ini usaha cenderamata lebih
banyak digeluti oleh pengusaha modal lemah dan menengah.
f. Peluang di Bidang Pariwisata
Mungkin banyak pembaca yang merasa bahwa peluang untuk berusaha
di bidang pariwisata di Indonesia saat ini tidaklah cerah. Industri pariwisata
memang menunjukkan kecenderungan meningkat. Di masa depan jumlah
kunjungan wisatawan asing maupun kegiatan pariwisata domestic
diperkirakan akan terus berkembang.

4. Buku 4

BUKU 4 BAB 2. DASAR DAN KONSEP PARIWISATA.


2.01. Pariwisata, Suatu Industri?

Sering diperbincangkan umum, apakah pariwisata itu suatu industri serupa kelompok usaha seperti
industri baja, industri mobil, industri elektronik, dan sebagainya.Sebagian sebab dari masalah adalah
bahwa industri umum diidentifikasikan dengan manufacturing atau usaha produksi barang. Bagi
orang politik, industri dihubungkan dengan kuota ekpor/impor tarif, tenaga kerja dan pentingnya
untuk ekonomi nasional. Masalah lain adalah bahwa industri pariwisata bukan satu industri, tetapi
dalam realita, suatu kumpulan bisnis yang masing-masing menjual jasa pariwisata.

2.02. definisi industri pariwisata

Di dalam undang-undang nomor 9 tahun satu sembilan sembilan puluh tentang kepariwisataan
disebut dalam pasal 1 ayat 5 :

usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau
menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata usaha barang pariwisata dan usaha
lain yang terkait di bidang tersebut. untuk keperluan menulis buku ini definisi yang dipakai adalah
industri pariwisata adalah suatu susunan organisasi baik pemerintah maupun swasta yang terkait
dalam pengembangan produksi dan pemasaran produk suatu layanan untuk memenuhi kebutuhan
dari orang yang sedang berpergian (pelancong, musafir).

2.031. jenis usaha pariwisata

Jenis usaha yang bersangkutan dengan perjalanan pariwisata cukup besar. usaha itu dapat dibagi
dalam dua kolongan yaitu yang pertama usaha yang tidak ada apabila tidak ada perjalanan.

Kedua usaha yang ada dan bersangkutan dengan pariwisata bila ada pariwisata.

Ketiga menjadi golongan a dan golongan b

Gol A : akomodasi, transportasi dan jasa pelayanan

Gol B : transportasi, jasa makanan, fasilitas rekreasi budaya, terus hiburan,pengecer.

2.03. siapakah wisatawan?

pariwisata yang merupakan suatu fenomena multi dimensi anal menumbuhkan kita petualangan
romantic dan tempat-tempat exotic dan juga meliputi realita ke dunia seperti bisnis kesehatan dan
lain-lain.
kata pariwisata sehari melanjutkan bidang perjalanan dan juga pertumbuhan meningkat dari orang-
orang yang sedang makan perjalanan biasanya disebut tulis atau wisatawan.

Wisatawan mancanegara adalah setiap orang yang bukan penduduk indonesia yang melakukan
perjalanan atau per singgah and sementara ke wilayah geografis indonesia untuk keperluan apapun
kecuali mencari penghasilan ataupun nafkah. maksud tujuan tersebut adalah untuk mengunjungi
atau menghadiri bisnis dan kerabat atau teman.

Adanya konferensi rumah 1963. oleh united nations konferensi internasional travel and turis dan
definisi nya yaitu setiap orangnya mengunjungi suatu negara bukan gimana ya bermukim lagi setiap
keperluan yang bukan untuk mendapatkan penghasilan disebut visitor atau pengunjung. visit order
ya udah dua kelompok travel yang pertama ada wisatawan yang kedua ada pelancong. untuk
wisatawan itu sendiri pengunjung sementara yang tinggal suatu negara lebih dari 24 jam dan
motivasinya itu biasanya untuk liburan bisnis keluarga seminar dan lainnya. sementara pelancong
pengunjung sementara yang melawat kurang dari 24 jam di daerah tujuan kunjungannya dan tidak
menginap termasuk penumpang kapal pesiar.

Motivasi kunjungan yang digunakan di indonesia adalah :

 Bisnis
 Official mission atau dinas resmi
 Convention atau pertemuan intensif
 Holiday berlibur
 Education pendidikan
 Ade kunjungan keluarga atau kawan

2.04. destinasi pariwisata

perencanaan pengembangan dan pemasaran suatu destinasi memerlukan kerjasama arab dari
pejabat pemerintah dan juga memerlukan pakar ekonomi sosiologi purbakala dan banyak
profesional lainnya.

destinasi merupakan suatu kawasan spesifik yang dipilih oleh seorang pengunjung yang dapat tinggal
selama waktu tertentu. kata destinasi dapat membingungkan juga karena digunakan untuk suatu
kawasan terencana yang sebagian atau seluruhnya dilengkapi self kontainer dengan amini tas dan
pelayanan produk wisata.

2.05 atraksi dan ciri destinasi


atraksi dan ciri destinasi adalah penting untuk keperluan rekreasi belanja hiburan terbentuk lainnya
dari suatu hiburan. jelas tidak hanya kualitas atraksi tetapi juga kualitas mempengaruhi keputusan
wisatawan untuk berkunjung khususnya kunjungan liburan.sebaliknya wisatawan untuk berkunjung
bisnis atau kunjungan barat ke tidak dapat dipengaruhi oleh usaha promosi wisata seperti kunjungan
berlibur.

PATA 1967 menghasilkan urutan :

 Masyarakat ramah dan hangat


 Akomodasi nyaman
 Pemandangan alam yang indah
 Harga yang layak
 Adat istiadat dan kehidupan masyarakat.

American express 1977 membelikan urutan :

 Pemandangan alam yang indah


 Sikap ramah penduduk lokal
 Akomodasi layak
 Istirahat dan santai
 Tarif penerbangan

penduduk hongkong menurut PATA 1984 memberikan urutan:

 pemandangan yang indah


 Masyarakat ceramah dan hormat
 Akomodasi baik modern
 Tidak mahal untuk dikunjungi
 Stabilitas politik dari negara yang dikunjungi

Perencanaan dan pengembangan suatu destinasi meliputi sebagian besar dari sumber daya fisik atau
komponen produk wisata tidak kurang penting adalah analisis para pengunjung potensial, bijaksana
harga dan spek financial yang menentukan kelayakan ekonomi dan pengembangan.

Dalam keinginan untuk mengembangkan wilayah menjadi sesuatu daerah tujuan wisata diperlukan
suatu surf pasar dan surf potensi wisata sebagai aktivitas persiapan perkembangan wilayah. kedua
macam penelitian tersebut perlu dilakukan bersamaan dani juga analisis pasar dan analisis potensi
wisata. apabila hasil analisis tersebut memuaskan maka persiapan diteruskan dengan perencanaan
konseptual.

Buku ini memberikan gambaran dan keterangan mengenai hal-hal dalam bidang pemasaran yang
perlu disurvei dan dianalisis. dari pembentukan suatu daerah tujuan wisata adalah mengidentifikasi
apa daya tarik daerah itu dan apa yang harus dilakukan untuk menjual saya tarik tersebut pada
salon-salon pengunjung pertanyaan yang harus kita jawab ya itu apa yang akan diinginkan kenapa
potensi wisata yang dapat dikembangkan? dengan kata lain kita tidak akan mengembangkan potensi
wisata dan kemudian burung mencari pasar wisatanya.pembangunan hendaklah dilakukan setelah
diketahui apa yang ingin dibeli pengunjung.

2.06. tujuan dan sasaran pengembangan pariwisata

direktorat jenderal pariwisata dibentuk untuk memenuhi kebutuhan sasaran nasional dan
pelaksanaan kebijaksanaan umum kepariwisataan. di antara terjun dan sasaran tersebut termasuk
sasaran internasional sasaran dalam negeri. sasaran tersebut tersiar dalam undang-undang nomor 5
tahun 1992 tentang kepariwisataan. mengenai in bon turis wisata mancanegara konser atau kendal
bisa terjadi dengan lembaga-lembaga lain yang seperti misalnya mengenai keamanan negara
pencegahan penyelundupan perlindungan lingkungan dan reservasi sumber daya atau budaya.
birokrasi dapat pula memperlambat kelancaran pengembangan pariwisata mbak adanya badan
penasihat pengembangan pariwisata daerah bab pada dapat membantu kelancaran pelaksanaan
tugas dinas pariwisata daerah diparda.

saling keterkaitan antara usaha wisata dan usaha wisata dengan pancong atau wisatawan perlu
dikenal di dalam konsep keterkaitan usaha dan organisasi wisata digolongkan sebagai berikut:
adanya penyedia jasa wisata langsung usaha pendukung wisata, organisasi pengembangan wisata.

2.07.1. golongan penyedia jasa wisata langsung

golongan ini meliputi usaha yang menyangkut perjalanan seperti penerbangan hotel transportasi
darat lokal bos perjalanan restoran dan tokoh eceran. Usaha-usaha ini memberikan layanan aktivitas
dan produk kepada orang yang melakukan perjalanan. golongan usaha ini yang dikenal oleh
wisatawan dan oleh masyarakat umum sebagai usaha wisata.

2.07.2. golongan usah pendukung wisata

golongan ini meliputi usaha jasa khusus seperti terorganisir atau travel reset firm.

2.07.3. golongan organisasi pengembangan wisata


golongan ini sangat berbeda dengan dua golongan pertama yakni meliputi kesulitan perencanaan
badan pemerintah lembaga financial developer the property lembaga latihan dan pendidikan. proses
pengembangan suatu kawasan wisata utama dapat meminta waktu 15 sampai 20 tahun sebelum
berkembang lengkap. keputusan dan hasil dari studi pengembangan pariwisata sifatnya adalah
berjangka panjang bukan seperti dua golongan terdahulu dan sasarannya adalah pada operasi.

2.08. tiga bidang pariwisata

dalam usaha pariwisata terdapat tiga bidang ngapain terkait jatuh tergantung anda datang ke
perpaduan yaitu :

 Perencanaan pariwisata
 Pemasaran pariwisata
 Pengelolaan pariwisata

2.09. aktivitas pariwisata

pariwisata adalah suatu aktivitas dunia yang paling besar menghasilkan devisa dan menyebabkan
banyak yang dampak pada lingkungan dan pada cara hidup masyarakat.

2.10. kitab fungsional pariwisata

Pariwisata adalah topik yang amat kompleks menyangkut berbagai bidang disiplin bahas dedi
pariwisata foto dilakukan dengan menggunakan sistem.

atraksi adalah pergerakan pariwisata tanpa atas wisata tidak ada pariwisata tidak diperlukan
transportasi tes lagi patokannya akomodasi dan pelayanan jasa pendukung wisata.setiap komponen
utama perlu diteliti dan dianalisis sebab komponen-komponen itu salam berkaitan dan
ketergantungan dan juga ada perpaduan. salah satu contohnya adalah pertunjukan ramayana yang
terletak di jogjakarta. hal semua tidak luput dari atraks,i promosi, pasar transportasi fasilitas dan
pelayanan.
BAB III

PEMBAHASAN

A. BUKU 1

Penulis menjelaskan penjelasan dengan sangat lengkap. Penjelasan dijelaskan secara umum
dan juga secara khusus. Penjelasan mengenai kuliner dibahas dengan mendetail dan terstruktur.
Isi dari buku ini juga mengambil banyak kutipan mengenai hal yang dibahas. Penulisan juga
mudah dipahami oleh pemula yang ingin mengenal kuliner.

B. BUKU 2

Kelebihan:

1. Buku ini sudah baik karena menjelaskan apa itu dokumen perjalanan dan apa saja
dokumen perjalanan yang digunakan.
2. Buku ini membahas secara detail mengenai paspor, mulai dari jenisnya, fungsinya,
jangka waktu dan lainnya. Hal ini sangat baik karena sangat membantu pembaca
mengetahui jelas mengenai paspor.

Kekurangan:

3. Tidak semua subbab dijelaskan secara rinci seperti menjelaskan paspor.

C. BUKU 3
1. Keunggulan

 Secara seluruh teori yang tercantum dalam buku ini sudah bagus, sebab
terdapat banyak menceritakan sejarah dari pariwisata itu sendiri, dan juga
tahap-tahap perkembangan dari industri pariwisata. Walaupun menceritakan
terkait sejarah, tidak lupa juga buku ini di dukung oleh list data-data terkait
pariwisata yang ada.
 Jika dibandingkan dengan buku yang lain, buku ini sangat simple sebab
selain isinya yang ringkas dan kompleks, buku ini juga langsung pada
bahasan inti sehingga buku memiliki ketebalan tipis yang mudah dibawa.
 Secara EYD buku ini juga telah baik pada setiap paragraph ataupun
kalimatnya, seperti contohnya setiap paragraph selalu ditab, itu salah satu
syarat dalam penulisan karya.
 Setiap pembahasan pada bab nya dilengkapi gambar terkait pembahasan
dan pariwisata yang dari dulu sudah ada. Sehingga pembaca pun akan
merasa lebih interes atau menarik dengan buku ini.
 Buku ini dapat dijadikan referensi baik untuk digunakan dalam belajar
mengajar ataupun sebagai referensi dalam sebuah penelitian.
 Buku ini mengajak kita untuk mengetahui perkembangan dari pariwisata
baik dalam negeri atau pun dari luar negeri, sehingga kita dapat
membandingkan atau mengevaluasi dengan perkembangan pariwisata saat
ini.
 Pada pembahasan dibuku pada bagian C, ada diterangkan terkait macam-
macam industri pariwisata. Dan didalamnya ada membahas mengenai usaha
restoran sesuai dengan bidang bahasan saat ini , yang mana hal ini menjadi
salah satu keunggulan buku ini. Buku ini tidak terlalu sempit pembahasan
nya, sebab buku ini membahas dari berbagai bidang baik ekonomi, budaya,
komunikasi, penyakit, suasana. Sehingga hal ini menjadi salah satu
keunggulan dalam buku ini yang tidak terdapat di buku pembanding.
2. Kelemahan

 Buku terakhir dicetak pada tahun 1996, sehingga data yang tercantum
dalam buku mengutip data lama belum yang terkini. Akan lebih baik jika
buku direvisi dan menambahkan data terbaru terkait kemajuan pariwisata
saat ini. Karena selang 23 tahun lalu dari tercetaknya buku, pasti sudah
banyak mengalami perubahan pada bidang pariwisata sekarang ini.
Sehingga hal tersebut perlu kita ketahui bersama-sama agar industry
pariwisata negera kita bisa lebih berkembang dengan tambahan inovasi-
inovasi anak muda zaman sekarang.
 Buku belum memiliki status ISBN, tetapi hanya ada keterangan nomor kode
penerbit. Hal ini disebabkan tahun dicetaknya buku keterangan ISBN belum
berlaku saat itu. Tapi hal ini tida mengurangi kualitas dari isi buku.

D. BUKU 4
Buku ini sangat layak dijadikan sebagai pedoman untuk perencanaan
pariwisata dan pengembangan destinasi pariwisata untuk pemula. karena di buku ini
kita diajarkan bagaimana cara kita untuk mengambil langkah dasar untuk memahami
konsep pariwisata itu sendiri, kemudian kita juga diberi tahu perencanaan dalam
pengembangan pariwisata, kemudian buku ini juga menjelaskan apa sajakah faktor
perencanaan pengembangan itu sendiri. Sehingga buku ini sangat lengkap dan jelas.
Menggunakan bahasa ilmiah sehingga pembaca mudah memahami isi dari buku.yang
terpenting adalah buku ini memberikan gambaran kan keterangan mengenai hal-hal
dalam bidang pemasaran yang perlu di survei dan dianalisis.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah kedepannya dengan
sumber-sumber yang lebih banyak.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman bisa memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini untuk
kedepannya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis khususnya para pembaca yang
budiman. Sekian penutup dari kami.
DAFTAR PUSTAKA

Samsuridjal dan Kaelany. Peluang di Bidang Pariwisata. 1996. Jakarta :PT.

Mutiara Sumber Widya

CRITICAL JURNAL REVIEW

(KULINER DAN INDUSTRI PARIWISATA)

DI SUSUN OLEH :

RIBKA ARTA LENA SURBAKTI (5191142007)

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmad dan
karunianya,sehingga saya dapat melaksanakan dan menyelesaikan tugas Critical Jurnal
Review ini sebagaimana mestinya.

Dengan diberikannya tugas ini, sangatlah baik dan berguna bagi mahasiswa untuk
mendapatkan pengetahuan dan gambaran yang nyata dalam menjajaki dan memelajari
kesehatan dan keselamatan kerja dan mampu menerapkan apa-apa yang telah dipelajari,
sehingga pada saat mahasiswa terjun kedunia kerja tidak akan mendapatkan kesulitan untu
menyesuaikan diri dengan lingkungan karena telah dipaham sebelumnya.pada dasarnya,
tujuan dibuat tugas rutin ini agar mahasiswa mapu mengetahui,melatih,dan membiasakan diri
untuk membaca dan memahami materi penyakit bawaan makanan

Pada kesempatan ini kami berterimakasih kepada rekan-rekan penulis jurnal jurnal
yang jurnalnya kami gunakan sebagai bahan pembahasan. Kami menyadari bahwa tugas ini
jauh dari kata kesempurnaan.Oleh karena itu,kami meminta saran dari dosen mata kuliah
Pengolahan Makanan Indonesia agar tugas selanjutnya dapat terlaksana dengan sebaik-
baiknya.

Medan, 29 Maret 2022

Ribka Arta Lena Surbakti


1 Judul KULINER DAN INDUSTRI PARIWISATA
2 Jurnal KULINER SEBAGAI PENDUKUNG INDUSTRI PARIWISATA
BERBASIS KEARIFAN LOKAL

3 Volume (Nomor) A Vol.6 No.2018


dan Halaman 1
4 Tahun 2018
5 Penulis Zaruhruhlya

6 ISSN
7 reviewer RIBKA ARATA LENA SURBAKTI
8 Tanggal di review 29 Maret 2022

ISI DAN PEMBAHASAN JURNAL


1 AbstrakPenelitian
- Tujuan Penelitian 1. Meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar lokasi wisata dan
secara makro akan meningkatkan dan menumbuhkan perekonomian
nasional 2. Mendorong tumbuhnya investasi dibidang industry
pariwisata antara lain pembangunan lokasi / daerah wisata,
pembangunan hotel, pengadaan transportasi, pembangunan infra
struktur berupa jalan, fasilitas umum, rumah makan, kedai, lapak
dsb. Industri dalam kepariwisataan antara lain:  Travel biro 
Transportasi (pesawat, kapal, kereta api, bus, suttle bus, dokar,
becak, motor)  Hotel, motel, villa, home stay  Kuliner  Art Shop,
industry kreatif Komponen Industri Pariwisata meliputi antara lain:
1. Sumberdaya Pariwisata:  Sumberdaya alam  Sumberdaya
manusia TEKNOBUGA Volume 6 No.1 – September 2018 4 
Sumberdaya karya cipta manusia 2. Fasilitas Hiburan dan Olahraga:
 Fasilitas rekreasi dan kebudayaan  Fasilitas olahraga 3. Sarana
dan Prasarana :  Alat komunikasi dan transportasi  Instalasi
social / umum  Penyediaan akomodasi  Jasa perjalanan wisata 
Jasa pramuwisata  Jasa makanan dan minuman  Jasa Transportasi
wisata Beberapa kuliner yang dijajakan di daerah destinasi wisata di
Indonesia antara lain:  Destinasi wisata Candi Borobudur
(Magelang) kuliner yang dijumpai adalah tahu kupat, getuk trio,
salak pondoh, gula jawa, rengginan  Destinasi wisata Jatim Park
(Batu, Malang) terkenal dengan apel malang, sari apel, rujak cingur,
rawon setan, keripik tempe  Destinasi wisata Sarangan (Madiun)
terkenal dengan sate kelinci, nasi pecel, sambel pecel, brem,
lempeng / kerupuk puli, jeruk Bali.  Destinasi wisata Danau Toba
(Sumatra Utara) terkenal dengan soto Medan, bika Ambon, Bolu
Koja  Destinasi wisata Ngarai Sianok (Padang) terkenal dengan
sate Padang, Masakan Padang, sanjai rendang telur, sanjai singkong
aneka rasa  Destinasi wisata Bali terkenal dengan ayam taliwang,
pelecing kangkung, pia Bali, salak Bali.  Destinasi wisata Pantai
Parangtritis (Yogyakarta) terkenal dengan nasi gudeg, bakpia,
rempeyek kacang, peyek undur-undur, peyek tumpuk, grubi 
Destinasi wisata Kaliurang (Yogyakarta) terkenal dengan nasi
gudeng, jadah-bacem mbah Carik (jadah manten), ampyang,
wedang ronde, pecel mie. Lokasi destinasi wisata tersebut diatas
terlihat kental budaya dan kearifan lokal yang dilestarikan oleh
masyarakat setempat, jika kita cermati dari jasa layanan makanan
dan minuman yang pada umumnya menyuguhkan hidangan khas
daerah setempat, seperti lontong sate, pecel, soto, rujak cingur, tahu
kupat, bakso, nasi rawon, ikan bakar, dengan minuman es dawet, es
klamud, bajigur, ronde, dsb. Begitu pula souvenir yang dijajakan
baik yang berupa makanan, seperti aneka dodol, brem, pie Bali,
ampyang, keripik tempe bakpia dsb., maupun cinderamata hasil
karya masyarakat setempat, seperti TEKNOBUGA Volume 6 No.1
– September 2018 5 gantungan kunci khas masing-masing daerah,
kasongan, batik, rumah adat, angklung, macam-macam tas dengan
logo wisata, kaos dengan identitas wisata, dan sebagainya.
Demikian pula masyarakat Keraton Yogyakarta, Keraton Solo,
masyarakat Bromo, masyarakat Baduy, masih terlihat memegang
teguh adat istiadat yang diyakininya. Jika kita cermati nilai-nilai
lokal mampu menginspirasi tumbuhnya kearifan lokal untuk
mengembangkan potensi lokalitas dalam pengembangan pariwisata.
Ide tersebut dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa
pembangunan daya tarik wisata didasarkan pada pembangunan
masyarakat dan budaya setempat. Dalam masalah kuliner juga
terlihat budaya masyarakat setempat masih kental. Makanan yang
dijajakan tidak terlepas dari makanan yang ada di daerah masing-
masing meskipun sudah terlihat adanya inovasi dan cita rasa serta
penyajiannya yang kekinian atau modern sehingga menarik selera
wisatawan. Penyajian dan finishing sangat penting agar memberi
kesan makanan tradisional selera masa kini. Sentuhan akhir dari
penyajiannya dapat ditambahkan taburan keju, meisyes, siram
coklat dan sebagainya meskipun materinya adalah pangan lokal
yang dimodifikasi sehingga berselera modern. Myra (2003)
mengatakan bahwa dalam mengembangkan seni kuliner harus tetap
diusahakan untuk mempertahankan keaslian dan keunikan yang
dipunyai dari masing-masing daerah, baik dari cara memasak, cara
menghidangkan maupun perangkat sajinya.
- Subjek Penelitian Perguruan Tinggi yang didalamnya terdapat program studi yang
berkaitan dengan pangan seperti prodi Tata Boga, Prodi Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga, Prodi Teknologi Pangan, diharapkan bisa
berkontribusi pada pengembangan indutri pariwisata bidang
makanan. Hasil penelitian sebagai karya akhir mahasiswa yang
berkaitan dengan produk makanan bisa disumbangkan untuk
memperkaya khasanah makanan berbasis kearifan lokal
- Kata Kunci Industri pariwisata,kuliner local

Pendahuluan
- Latar Belakang Pengembangan dan promosi pariwisata di Negara kita saat ini terlihat
semakin gencar dan meningkat tajam baik ditingkat regional, maupun
danTeori
nasional dalam rangka mendukung program pembangunan nasional.
Sangat mungkin ekonomi Indonesia nantinya akan bergeser ke sektor
jasa seperti pariwisata dan industry kreatif. Pariwisata diramalkan akan
menjadi sebuah industry global sejak terjadinya revolusi industry, yang
berdampak pada naiknya pendapatan secara signifikan. Kemajuan IT
(teknologi informasi) menunjang pula banyaknya kemudahan-
kemudahan untuk melakukan kunjungan wisata ke berbagai belahan
dunia yang bisa diakses dengan sangat mudah. Hal ini terjadi pula
dinegara kita dimana TEKNOBUGA Volume 6 No.1 – September 2018
2 Indonesia memiliki sumber daya alam dan budaya yang luar biasa
indahnya yang patut untuk dinikmati atau dikunjungi masyarakat dunia.
Makin hari makin banyak dan berkembang obyek wisata di Negara kita
untuk dijadikan sebagai destinasi wisata domestic maupun internasional.
Tidak ketinggalan pula kuliner yang ditawarkan dari berbagai daerah
destinasi wisata yang menjadi daya tarik tersendiri.
Metode Penelitian
Hasil Penelitian BerdasarMencermati sejarah perkembangan pariwisata di dunia,
menunjukkan bahwa pariwisata merupakan disiplin ilmu tersendiri.
Pertama kali diajarkan di kota Dubrounik (Yugoslavia) tahun 1920.
Tahun 1930, di Swiss diajarkan sebagai mata pelajaran pada berbagai
sekolah tinggi dagang. (Bern University dan St. Gallen University sejak
tahun 1914). Tahun 1962, konggres di Madrid. Organisasi seperti
AIEST (Association D’Experst Scientifiquis Du Tourisme), AIT
(Alliance Internationale Tourisme), dan IUTO secara resmi mengakui
Ilmu Pariwisata sebagai cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
AIEST berkedudukan di Bern, Swiss. Pengertian Industri Pariwisata
menurut Undang-undang Pariwisata Nomer 10 tahun 2009, adalah
organisasi usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka
menghasikan barang dan / atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dalam penyelenggaraan wisata. Definisi lain tentang Industri
Pariwisata adalah merupakan kumpulan berbagai macam bidang usaha
yang secara bersama – sama menghasilkan produk - produk maupun jasa
/ pelayanan yang nantinya baik langsung maupun tidak langsung akan
dibutuhkan oleh wisatawan. Sedangkan industry pariwisata yang
berbasis kearifan lokal adalah bidang usaha yang secara bersama-sama
menghasilkan produk maupun jasa pelayanan yang dibutuhkan oleh
wisatawan yang menjadikan unsur budaya dan kearifan lokal sebagai
daya tarik wisata termasuk kulinernyakan persentase pada diagram
diatas dapat pula kita bandingkan dengan hasil wawancara yang telah
penulis dapatkan, pada hasil wawancara pada indikator kebersihan
pendapat Mahasiswa hampir sama dengan hasil persentase angket yang
didapatkan, sebagian besar mahasiswa mengakatan terkadang mereka
masih memakai pakaian yang sudah dipakai sebelumnya tanpa dicuci
terlebih dahulu, sedangkan pada indikator kerapian berbusana hasil
wawancara juga menjukkan hal sama dengan indikator kebersihan. Dari
hasil penemuan yang didapat melalui penyebaran angket dan wawancara
terhadap Mahasiswa diperoleh hasil bahwa masih banyak mahasiswa
yang belum mengaplikasikan pembelajaran grooming pada kesempatan
kekampus, masih banyak Mahasiswa yang kurang peduli dengan
tampilan berbusananya yang dapat memberikan kesan berbeda
dibandingkan dengan Mahasiswa Jurusan lain, sedangkan pada
kenyataannya nilai yang didapat Mahasiswa tersebut pada pembelajaran
grooming sangat bagus
4 AnalisisJurnal Penyajian dan finishing sangat penting agar memberi kesan
makanan tradisional selera masa kini. Sentuhan akhir dari
penyajiannya dapat ditambahkan taburan keju, meisyes, siram
coklat dan sebagainya meskipun materinya adalah pangan lokal
yang dimodifikasi sehingga berselera modern. Myra (2003)
mengatakan bahwa dalam mengembangkan seni kuliner harus
tetap diusahakan untuk mempertahankan keaslian dan keunikan
yang dipunyai dari masing-masing daerah, baik dari cara
memasak, cara menghidangkan maupun perangkat sajinya.
Beberapa contoh makanan tradisional kota Yogyakarta dan
sekitarnya (Marwanti, 2005) yang dapat dijadikan rujukan dalam
penyajian kuliner berbasis kearifan local
KekuatanJ urnal  Semua struktur jurnal sudah lengkap,jurnal menggunakan penjelasan
data dan table
 Penjelasan para ahli juga dikemukakan,pada jurnal ini tabel dan
gambar juga ada sehingga saya lebih mudah memahami isi jurnal
tersebut
 pada jurnal kontaminasi bakteri pada makanan jajanan dipasar disini
dijelaskan jenis bakterinya dan diteliti ada 15 sampel,dan dijelaskan
ada tidaknya eschericia pada pentolan bakso gerobak
Kelemahan  Menurut saya jurnal ini tidak memiliki kekurangan semua dijelaskan
Jurnal secara lengkap.
 Menurut saya jurnal ini juga tidak memiliki kekurangan karena disini
dijelaskan secara detail daridari protein hingga komposisi kimia
 Saya kurang memahami isi tabel,tabel tersebut terlalu penuh dan
rapat sehingga pembaca pun menjadi bingung

6 Kesimpulan Perkembangan dunia wisata saat ini membuka peluang bagi


berkembangnya industry pariwisata bidang kuliner di daerah destinasi
wisata, baik skala kecil, menengah maupun skala besar (internasional).
Perguruan Tinggi memiliki andil dalam pengembangan industry
pariwisata bidang kuliner dengan produk penelitian yang dihasilkan,
dari segi kuantitas maupun kualitas kuliner yang akan dijajakan dalam
daerah destinasi wisata. Adanya industry pariwisata yang berbasis pada
kearifan lokal setidaknya akan: 1. Meningkatkan ekonomi masyarakat
disekitarnya 2. Pendapatan asli daerah meningkat yang akan bermanfaat
bagi pembangunan daerah (APBD) 3. Pendapatan nasional (income
Negara) meningkat. 4. Maraknya kuliner dari daerah wisata yang masih
mempertahankan budaya lokal. 5. Berkembangnya industri makanan
jajanan sebagai buah tangan para wisatawan yang bisa mengangkat citra
pariwisata di Indonesia.
Daftar Pustaka Enzensberger, Hans Magnus. A Theory of Tourism. Bahan Ajar: Mahasiswa
Pendidikan Kejuruan Pasca Sarjana UNNES. Giddens, Anthony. 2001. Runaway
Word: Bagaimana Globalisasi Merombak Kehidupan Kita. Jakarta: Gramedia
Marwanti. 2005. Pemberdayaan Makanan Tradisional Pendukung Program
Pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta. Makalah. Seminar Nasional
Membangun Citra Pangan Tradisional. Semarang: UNNES Myra. P. Gunawan.
2003. Seni Kuliner dan Perangkat Saji Makanan Khas Nusantara. Deputi
Bidang Pengembangan Produk dan Usaha Pariwisata Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata. Picard,Michel. 2006. Bali: Pariwisata Budaya dan
Budaya Pariwisata. Jakarta: KPG, Forum Jakarta Paris, dan Ecole Francaise
d’Extreme-Orient. TEKNOBUGA Volume 6 No.1 – September 2018 9 Sutarso,
Joko. 2007. Model Pembelajaran Budi Pekerti Berbasis Budaya Lokal: Kasus
Wayang Purwo. Hasil Penelitian. Surakarta: LPPM UMS.

Anda mungkin juga menyukai