Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL JOURNAL REVIEW

TATA HIDANG
Dosen Pengampu : Dra.Nikmat Akmal, M.Pd
Dian Agustina, S.Pd,. M.Pd

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

Fitria Muniroh Br.Lubis (5203342004)

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


PRODI PENDIDIKAN TATA BOGA IV A
FAKULTAS TEKNIK – UNIMED 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang mana esa karena dengan rahmat nya
penulis dapat menyelesaian CJR yang berjudul “Tata Hidang” ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih kepada ibu dosen pengampu
mata kuliah tata hidang yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk
mengetahui apa saja rangkuman penting yang ada didalam matakuliah tata hidang.Penulis
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu adanya saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Medan,22 Mei 2022

Fitria Muniroh Br Lubis

i|CJR TATA HIDANG


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Rasionalisasi Pentingnya Cjr............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan Cjr........................................................................................................1
1.3 Manfaat Cjr.......................................................................................................................1
1.4 Identitas Jurnal..................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................3
RINGKASAN ISI JURNAL......................................................................................................3
2.1 Jurnal Utama.....................................................................................................................3
2.2 Jurnal Pendamping...........................................................................................................6

ii | C J R T A T A H I D A N G
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Rasionalisasi Pentingnya Cjr
Disaat kita membutuhkan sebuah referensi, yaitu journal sebagai sumber bacaan kita
selain buku dalam mempelajari mata kuliah tata hidang, sebaiknya kita terlebih dahulu
mengkritisi journal tersebut agar kita mengetahui journal mana yang lebih relevan untuk
dijadikan sumber bacaan.
1.2 Tujuan Penulisan Cjr
1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah tata hidang.
2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas, menganalisa,
dan membandingkan serta memberi kritik pada jurnal.
3. Memperkuat pemahaman pembaca terhadap pentingnya mempelajari tata hidang

1.3 Manfaat Cjr


1. Sebagai rujukan bagaimana untuk menyempurnakan sebuah jounal
dan mencari sumber bacaan yang relevan.
2. Membuat saya sebagai penulis dan mahasiswa lebih terasah dalam
mengkritisi sebuah journal.
3. Untuk menambah pengetahuan tentang tata hidang.

1.4 Identitas Jurnal


Jurnal 1
Judul PENINGKATAN TABLE MANNER BAGI
PESERTA DIDIK TATA BOGA SMK NU 01
KENDAL PADA MASA PANDEMI COVID19
Jurnal Jurnal Tematik
Volume dan halaman Vol 4, No. 1
Penulis Herman Novry Kristiansen P., SE, M.Mpar
Tahun 2022
Reviewer Fitria Muniroh Br Lubis
Tanggal 22 Mei 2022
Download https://journals.usm.ac.id/index.php/tematik/article/
view/4712/2617
ISSN 2775-3360

1|CJR TATA HIDANG


Jurnal 2
Judul STUF EX DALAM NAPKING FOLDING BAGI
PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Jurnal Jurnal Terapung
Volume dan halaman Vol. 2, No. 1
Penulis Indria Ariyanti
Tahun 2020
Reviewer Fitria Muniroh Br Lubis
Tanggal 22 Mei 2022
Download https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/terapung/
article/view/2927/2096
ISSN 2656-2928

2|CJR TATA HIDANG


BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL
2.1 Jurnal Utama
Pendahuluan Pengembangan destinasi pariwisata memerlukan teknik perencanaan
yang baik dan tepat. Teknik pengembangan itu harus menggabungkan
beberapa aspek penunjang kesuksesan pariwisata. Aspek-aspek tersebut
adalah aspek aksesibilitas (transportasi dan saluran pemasaran),
karakteristik infrastruktur pariwisata, tingkat interaksi sosial,
keterkaitan/kompatibilitas dengan sector lain, daya tahan akan dampak
pariwisata, tingkat resistensi komunikasi local, dan seterusnya. (Pinata,
2019). Pariwisata merupakan fenomena kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau kelompok manusia ke suatu tempat untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginannya, dimana perjalanan yang
dilakukan tidak untuk mencari suatu pekerjaan atau nafkah, selain itu
kegiatan tersebut didukung dengan berbagai macam fasilitas yang ada di
daerah tujuan tersebut yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan.
(Ridwan, 2012). Makanan (termasuk minuman) bukan lagi sekedar
bagian dari akomodasi, justru makanan adalah atraksi itu sendiri, yaitu
tujuan utama wisatawan tersebut dalam melakukan perjalanan wisata ke
suatu destinasi. (Nurdiyansah, 2014). Salah satu kontradiksi paling
mendalam dan luas yang melekat dalam setiap masyarakat yang
menjalankan pembagian kerja dan pemilikan pribadi adalah pertentangan
antara kepentingan materiel dalam kelas kelas yang berbeda. (Abidin,
2014). UNWTO (2007) mengemukakan bahwa peran dari Destination
Management Organization adalah untuk memimpin dan
mengkoordinasikan komponen pembentuk produk pariwisata (atraksi /
daya tarik wisata, amenitas, aksebilitas, sumber daya manusia, citra dan
harga) serta menciptakan suasana yang kondusif di destinasi. (Hidayah,
2019)
Peserta didik saat ini masih belum mengetahui atau memahami manfaat
dari Table Manner. Belajar table manner sama dengan mempelajari
kemampuan bersosialisasi karena salah satu bentuk bersosialisasi terjadi
di meja makan. Table manner bicara banyak hal, termasuk etiket saat
menghadiri jamuan makan, mulai dari kedatangan hingga waktunya
meninggalkan jamuan makan. Dikutip dari steemit.com. Beberapa
Peserta didik mengatakan bahwa tanpa pelatihan table manner pun tetap
mendapatkan pelajaran layanan makanan dan minuman yang dipelajari
hanya teori saja secara daring (on line)
Peserta didik SMK NU 01 KENDAL salah satunya adalah program
keahlian pariwisata jurusan Tata boga. Peserta didiknya sebanyak 3 kelas
di antaranya ada kelas 1,2,dan 3. Keadaan peserta didik saat sekarang ini
yang didapat mereka hanya materi on line dan prakteknya sangat
terbatas. Dalam kenyataannya banyak Peserta didik yang terjun magang
di DU/DI pada masa pandemi covid19 ini ketrampilannya menurun,
bahkan ada beberapa SMK yang kurang mengadakan prakteknya di
sekolah. Hal ini menyebabkan Peserta didik kurang mengetahui ilmu
praktik. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dibutuhkan suatu

3|CJR TATA HIDANG


pelatihan untuk menunjang proses belajar mengajar dengan baik kepada
Peserta didik. Diharapkan dengan pelatihan ini para Peserta didik bisa
melakukan terjun di DU/DI atau bekerja dengan mudah dan dapat di
gunakan ilmu table mannernya dengan baik, sehingga bisa diketahui
apakah pelatihan table manner tersebut bisa menjadikan Peserta didik
mengerti dan terampil. Setelah dilakukan analisa kebutuhan, SMK NU
01 KENDAL meminta adanya pelatihan table manner secara langsung
untuk peserta didiknya.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari diselenggarakannya Pengabdian ini adalah Peserta
didik bisa mengadakan pelatihan table manner untuk menjadikan Peserta
didik mengerti/paham dan terampil.
Pelatihan ini akan mengajarkan pada Peserta didik untuk memberikan
ilmu pengetahuan dan praktek tentang tata cara makan akan paham
tentang bagaimana aturan standar bentuk visualisasi meja makan yang
elegan yang meliputi peletakkan bermacam-macam alat makan dan
minum, hingga penggunaan serbet penyeka mulut. Pelatihan model
ceramah dan praktik langsung mempunyai tujuan dari pengabdian ini
adalah Peserta didik bisa memanfaatkan alat hidang sesuai fungsinya,
sehingga memudahkan Peserta didik berlatih dan bisa mengetahui
kemajuan table manner yang dijalankan.
Subjek penelitian Pelatihan Table Manner ini merupakan bagian dari tata cara makan, yang
melingkupi cara duduk, cara menggunakan peralatan makan dan etika
yang diterapkan ketika makan. Table manner biasanya digunakan ketika
acara jamuan makan khusus, baik itu dari kolega bisnis, kepemerintahan
ataupun kerajaan. Peserta didik SMK NU 01 Kendal merupakan Peserta
didik jurusan Tata Boga.
Assesment data Setelah melaksanakan kegiatan pengabdian Peningkatan Table Manner
Bagi Peserta Didik Tata Boga SMK NU 01 Kendal Pada Masa Covid19
diperoleh beberapa hasil sebagai berikut:
a. Peserta berhasil memahami cara penggunaan alat Table Manner yang
benar
b. Peserta dapat memahami etika tata cara makan
c. Peserta mampu mempraktekkan table manner dengan mematuhi
standar protokol kesehatan dengan baik.
Luaran dari kegiatan pengabdian kepada Masyarakat ini yaitu :
a. Peningkatan kemampuan table manner
b. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Publikasi
Metode Pelaksanaan kegiatan pengabdian yang berupa pelatihan dilaksanakan
Penelitian pada hari Jumat tanggal 26 Maret 2021 bertempat di hotel SAE INN
KENDAL. Dalam kegiatan ini adalah metode ceramah dan praktek.
Langkah Melakukan pelatihan table manner dan mengajarkan pada Peserta didik
Penelitian untuk memberikan ilmu pengetahuan dan praktek tentang tata cara
makan akan paham tentang bagaimana aturan standar bentuk visualisasi

4|CJR TATA HIDANG


meja makan yang elegan yang meliputi peletakkan bermacam-macam
alat makan dan minum, hingga penggunaan serbet penyeka mulut.
Pelatihan model ceramah dan praktik langsung mempunyai tujuan dari
pengabdian ini adalah Peserta didik bisa memanfaatkan alat hidang
sesuai fungsinya, sehingga memudahkan Peserta didik berlatih dan bisa
mengetahui kemajuan table manner yang dijalankan.
Sebelum dimulai kegiatan praktek diawali dengan pengenalan alat
hidang. Masing-masing peserta duduk 1 meja 4 orang selama praktik
berlangsung dan tetap menggunakan standart protokol kesehatan.
Kegiatan dilaksanakan dalam 1 (satu) hari dengan durasi Peningkatan
kemampuan adalah 4 (empat) jam, terdiri dari : 30 menit perkenalan, 30
menit untuk persiapan menu table manner, dan 180 menit praktek dan
keseluruhan materi table manner. Peserta dari kegiatan di masa
pandemic COVID 19 ini adalah 15 orang yang berasal dari kelompok
peserta didik di SMK NU 01 Kendal. Adapun syarat untuk menjadi
peserta, seperti yang telah disepakati dengan pihak SMK NU 01 Kendal
sebagai mitra adalah kelompok peserta didik SMK NU 01 Kendal dan
peserta bersedia mengikuti kegiatan selama 1 (satu ) hari.
Hasil Penelitian Pelaksanaan pengabdian berjalan dengan lancar. Evaluasi keberhasilan
kegiatan pelatihan table manner ini dilakukan setelah masing masing
sesi. Setiap sesi dari menu appetizer sampai menu dessert akan
dilakukan evaluasi kemudian dilanjutkan evaluasi materi secara
keseluruhan diakhir kegiatan table manner. Dan tidak lupa juga kita
terapkan protokol kesehatan, terkait dengan adanya wabah covid19
yang melanda diseluruh dunia saat ini. Indikator keberhasilan kegiatan
ini dilihat dari respon positif dari para peserta melalui evaluasi yang
diberikan. Evaluasi kegiatan juga dilakukan berupa kuesioner yang diisi
peserta, terkait dengan kegiatan yang telah diikuti. Grafik menunjukkan
bahwa hasil dari nilai POST-TEST memiliki nilai yang lebih tinggi
dibanding dengan nilai PRE-TEST, ini mempunyai arti adanya
peningkatan pemahaman terhadap materi Table Manner yang diberikan.
Luaran yang dihasilkan adalah kemampuan peserta didik dalam
menggunakan alat Table Manner dengan baik dan benar untuk jamuan
makan khusus. Kemampuan pemahaman peserta didik diperoleh
berdasarkan hasil evaluasi terhadap peserta didik. Melalui peningkatan
kemampuan ini, diharapakan peserta didik dapat memanfaatkan dan
mempraktekkan Table Manner dengan baik sebagai sarana untuk
pembelajaran praktik, sehingga peserta didik dapat melakukan Table
Manner dengan baik dan benar untuk mendukung pembelajaran /
bekerja di dunia industri.
Kelebihan Menurut saya banyak kelebihan yang terdapat didalam jurnal ini dari
kelengkapan materi sudah sangat lengkap dan terstruktur terlihat dari
pendahuluan dan dasar teori yang cukup mudah dimengerti sehingga
mudah dimengerti juga dari segi tujuan penelitian dan manfatnya dan
juga dari hasil penelitian yang berdasarkan bukti-butki dan hasil
hipotesis dari penulisan sudah sangat jelas dipaparkan.
Kekurangan Menurut saya kekurangan yang terdapat dijurnal ini yaitu banyak
terdapat kata asing yang tidak umum didengar dan tulisan hurufnya

5|CJR TATA HIDANG


yang sangat kecil.Hasil pembahasan tidak di jelaskan secara lengkap
Kesimpulan Berdasarkan kegiatan pengabdian yang sudah dilaksanakan dapat
diambil beberapa kesimpulan antara lain :
1. Peserta didik memahami manfaat dari pelatihan Table Manner
dengan baik dan mudah dipahami, sehingga dengan pelatihan ini para
peserta didik bisa melakukan terjun di DU/DI atau bekerja dengan
mudah dan dapat digunakan ilmu table mannernya dengan baik.
2. Dengan pelatihan tersebut peserta didik mampu menggunakan alat
table manner dengan baik dan benar untuk jamuan makan khusus sesuai
dengan etika tata cara makan.

2.2 Jurnal Pendamping


Pendahuluan Setiap warga negara Indonesia mempunyai hak untuk memperoleh
pendidikan tanpa adanya perbedaan. Seperti tertuang dalam Undang-
undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang-undang nomor 20 tahun
2003 tentang Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa setiap warga
negara mempunyai kesempatan yang sama dalam memperoleh
pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam memperoleh pendidikan
tidak membedakan peserta didik reguler maupun peserta didik
berkebutuhan khusus.
Peserta didik berkebutuhan khusus seperti peserta didik reguler lainnya
mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan layanan pendidikan yang
layak. Pada saat ini sudah banyak sekolah umum yang
menyelenggarakan pendidikan untuk peserta didik berkebutuhan khusus
bersama dengan kelas reguler. ‘Pendidikan umum yang memadukan
anak-peserta didik berkebutuhan khusus belajar di sekolah umum dengan
anak-anak pada umumnya disebut pendidikan Integrasi. Dalam
pendidikan Integrasi anak-anak yang memiliki karakteristik khusus
dianggap sama dengan anak-peserta didik reguler’. Reid dan
Knigt( Dalam Modul Pendidikan Inklusif Berbasis Sekolah, 2013:30)
SMK Negeri 3 Probolinggo sudah melaksanakan pendidikan integrasi
dengan menerima peserta didik berkebutuhan khusus pada 5 program
keahlian Tata Boga, Tata Busana, Akomodasi Perhotelan, Tata
Kecantikan dan Disain Komunikasi Visual. Program keahlian Tata Boga
pada kelas XI ada 3 peserta didik berkebutuhan khusus menyandang
ketunaan 2 orang tuna grahita dan 1 orang tuna rungu dan wicara,
Peserta didik berkebutuhan khusus di kelas XII ada 2 orang menyandang
ketunaan tuna grahita dan tuna rungu Walaupun hanya sedikit Peserta
didik berkebutuhan khusus di kelas reguler bukan berarti tidak
mendapatkan layanan pendidikan yang baik. ‘Dalam melaksanakan
pendidikan khusus diperlukan layanan pendukung yang paling mendasar
bagi sekolah penyelenggara pendidikan khusus adalah kreatifitas guru
dalam mengelola kelas seperti dalam hal pemilihan dan penggunaan
metode dan media pembelajaran’ (Florentina Anik, dkk, 2013:29).
Adanya peserta didik berkebutuhan khusus di kelas reguler, guru

6|CJR TATA HIDANG


mengalami kesulitan berkomunikasi dalam proses pembelajaran dan
kesulitan untuk menentukan metode pembelajaran untuk peserta didik
berkebutuhan khusus. Guru memerlukan persiapan ekstra dalam proses
pembelajaran di kelas integrasi. Guru harus bisa memahami karakteristik
peserta didik berkebutuhan khusus dan menentukan metode dan media
pembelajaran yang tepat untuk peserta didik berkebutuhan khusus.
Dalam proses pembelajaran Tata Hidang kompetensi dasar membuat
lipatan serbet atau napkin folding diharapkan anak terampil dalam
membuat berbagai macam bentuk napkin folding. Untuk peserta didik
berkebutuhan khusus merasa kesulitan dalam melakukan praktik napkin
folding. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, perlu
adanya upaya dalam menentukan metode pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik berkebutuhan khusus dalam
praktik napkin folding, agar lebih meningkat.
Tujuan Penelitian Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model STUF
EX (Student Facilitator And Explaining) berbantukan hand out dalam
meningkatkan hasil belajar praktik napkin folding pada peserta didik
berkebutuhan khusus dan mendeskripsikan peningkatan hasil belajar
peserta didik berkebutuhan khusus pada praktik napkin folding setelah
menerapkan model STUF EX (Student Facilitator And Explaining)
berbantukan hand out.
Subjek penelitian peserta didik berkebutuhan khusus bersama dengan kelas reguler. SMK
Negeri 3 Probolinggo
Assesment data Tahap evaluasi kegiatannya dilakukan setelah siklus pertemuan yang
tercantum dalam RPP selesai dilakukan. Evaluasi dilakukan dalam
bentuk lembar kerja praktik untuk mengetahui tingkat pemahaman
peserta didik berkebutuhan khusus dalam mempraktikkan macam-
macam bentuk napkin folding dengan waktu 10 menit. Sehingga guru
dapat mengamati adanya peningkatan hasil belajar peserta didik
berkebutuhan khusus dalam parktik napkin folding
Metode Strategi yang dipilih dalam proses pembelajaran praktik napkin folding
Penelitian adalah dengan menerapkan model STUF EX (Student Facilitator And
Explaining) berbantukan hand out. ‘ Model Student Facilitator and
Explaining mempunyai arti metode yang menjadikan anak dapat
membuat peta konsep maupun bagan untuk meningkatkan kreativitas
anak dan prestasi belajar anak.( Agus Suprijono, 209) . Sehingga model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining menjadikan anak
sebagai fasilitator dan diajak berpikir secara kreatif sehingga
menghasilkan pertukaran informasi yang lebih mendalam dan lebih
menarik serta menimbulkan percaya diri pada peserta didik untuk
menghasilkan karya yang diperlihatkan kepada teman-temannya.
Diharapkan peserta didik sebagai fasilitator dapat menjadi narasumber
dan membantu peserta didik berkebutuhan khusus dalam proses
pembelajaran. Model ini efektif meningkatkan komunikasi antara guru
dan anak peserta didik serta komunikasi peserta didik dengan peserta
didik. Sehingga pencapaian tujuan pembelajaran dapat terpenuhi secara
optimal.

7|CJR TATA HIDANG


Langkah Langkah-langkah model pembelajaran Student Facilitator And
Penelitian Explaining adalah
(1) Guru mendemonstrasikan atau menyajikan garis-garis besar materi
pembelajaran.
(2) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menjelaskan kepada peserta didik lainnya, misalnya melalui bagan atau
peta konsep hal ini bisa dilakukan secara bergiliran atau acak.
(3) Guru dan peserta didik menyimpulkan ide atau pendapat peserta
didik.
(4) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
Langkah-langkah pemecahan masalah menggunakan model Student
Facilitator And Explaining yang dilakukan dalam kegiatan peoses
pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan dapat digambarkan secara
garis besar meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Tahap
Perencanaan, meliputi menyiapkan materi yang akan disampaikan pada
anak, membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
berkaitan dengan materi yang akan diajarkan kepada anak,
(menyiapkan hand out pembelajaran praktik napkin folding.
Hasil Penelitian Setelah menerapkan model pembelajaran STUF EX ( Student
Facilitator And Explaining) dengan penekanan pada keaktifan anak,
banyak perubahan yang terjadi pada peserta didik berkebutuhan khusus.
Perubahan itu penulis ketahui dari observasi pada aktifitas peserta didik
berkebutuhan khusus pada saat mengikuti pembelajaran dan hasil
perkembangan belajar peserta didik berkebutuhan khusus. Perubahan
itu antara lain bagi Peserta didik berkebutuhan khusus dapat menerima
penjelasan dari temannya sebagai fasilitator. Sehingga peserta didik
berkebutuhan khusus dengan senang hati mau mempraktikkan napkin
folding sesuai langkahlangkah yang diajarkan. Pengamatan terhadap
peserta didik berkebutuhan khusus pada :
1. Faradilla Oktaviani Parawangsa Peserta didik berkebutuhan khusus
bernama Faradilla merupakan anak tergolong tuna grahita atau lambat
belajar. Tuna grahita merupakan istilah yang digunakan untuk
menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-
rata. Retardasi mental atau dikenal dengan istilah disabilitas inteligensia
(di Indonesia dikenal dengan nama tunagrahita) adalah individu yang
mengalami keterbatasan mental (Jamaris, 2010 : 269). Hasil
pemeriksaan psikologi Farah tergolong anak memiliki taraf kecerdasan
mental Defectice/Sangat lambat. Farah mengalami hambatan dalam
berpikir sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
menyelesaikan tugas belajarnya. Dalam proses pembelajaran dilakukan
pendekatan dengan temannya sebagai fasilitator dengan memberikan
instruksi berulang-ulang sampai memahami apa yang harus dilakukan.
Praktik napkin folding instruksi satu macam napkin folding
dipraktikkan berulang-ulang oleh temannya lalu ditirukan dengan
bantuan. Hasil evaluasi praktik napkin folding dalam waktu 10 menit
menyelesaikan 3 bentuk napkin folding dan walaupun bentuknya belum

8|CJR TATA HIDANG


sesuai standar penilaian dilihat dari bentuk lipatan masih kurang rapi,
Kreatifitas pemilihan jenis napkin folding masih bentuk yang paling
sederhana dan tingkat kesulitan yang rendah. Sebelumnya hanya bisa
menyelesaikan 1 bentuk napkin folding dalam waktu sepuluh menit dan
bentuknya belum sesuai dengan standar penilaian. Untuk peserta didik
reguler bisa menyelesaikan 10 bentuk napkin folding dalam waktu 10
menit tetapi standar untuk peserta didik berkebutuhan khusus kurang
dari 10 bentuk dalam waktu 10 menit.
2. Fian Gusti Eka Palupi Peserta didik berkebutuhan khusus bernama
Fian merupakan anak tergolong tunarungu dan tunawicara. Berdasarkan
hasil pemeriksaan psikologi, Fian tergolong anak yang memiliki taraf
kecerdasan Boderline/Lambat. Dalam proses pembelajaran Fian
memerlukan latihan yang berulang secara terus menerus tetapi masih
bisa mengikuti dengan baik. Karena tunarungu dan tunawicara
memerlukan kominikasi berhadapan dengan Fian agar bisa melihat
gerak bibir dan mimik. Proses pembelajaran praktik napkin folding
memerlukan latihan yang berulang-ulang dan demontrasi secara
langsung dan berhadapan. Setelah diterapkan model pembelajaran
STUF EX. Hasil praktik Fian ada peningkatan karena melihat teman
yang mempraktikkan langkahlangkah membuat nakin folding dan
diikuti tahap demi tahap oleh Fian. Dari hasil evaluasi praktik napkin
folding Fian mampu mempraktikkan 5 jenis napkin folding dalam
waktu 10 menit dan memenuhi standar penilaian bentuknya jelas dan
rapi, kreatifitas bentuk napkin folding masih bentuk sederhana.
Dalam proses pelaksanaan pembelajaran dengan model Stuf Ex
( Student Facilitator And Explaining) terdapat faktor pendukung yang
memungkinkan proses pembelajaran berjalan dengan baik dan optimal
serta hasil yang didapat sesuai dengan tujuan proses pembelajaran,
yaitu :
(1) Peserta didik di kelas reguler sudah bisa menerima keberadaan
peserta didik berkebutuhan khusus sehingga sangat membantu dalam
proses pembelajaran,
(2) Fasilitas yang ada di sekolah sangat membantu bagi peserta didik
berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran,
(3) Lingkungan yang kondusif di sekolah karena semua warga sekolah
sudah bisa menerima perbedaan dan memiliki kepekaan sosial yang
tinggi untuk menjalin komunikasi dengan peserta didik berkebutuhan
khusus.
Terdapat beberapa kendala dalam melaksanaan pembelajaran dengan
model Stuf Ex ( Student Facilitator And Explaining) yaitu :
(1) Guru masih kesulitan untuk berkomunikasi dengan peserta didik
berkebutuhan khusus. Sehingga proses pembelajaran terhambat karena
peserta didik berkebutuhan khusus kurang bisa menerima penjelasan
dari guru,
(2) Pada saat peserta didik berkebutuhan khusus mengalami kebosanan

9|CJR TATA HIDANG


dalam mengikuti pembelajaran diperlukan waktu dan penanganan
khusus untuk peserta didik berkebutuhan khusus yang dibantu dengan
guru luar biasa sebagai guru pendamping khusus.
Alternatif pengembangan Untuk mengembangkan metode pembelajaran
Student facilitator And Explaining, agar berdampak meningkatnya
kualitas hasil pembelajaran dan berkembangnya kompetensi peserta
didik berkebutuhan khusus agar semakin meningkat. Alternatif-
alternatif pengembangan antara lain sebagai berikut :
(1) Untuk mengantisipasi kesulitan guru dalam berkomunikasi dengan
peserta didik berkebutuhan khusus. Semakin banyak guru yang
diikutkan dalam pelatihan Guru Pendamping Khusus (GPK). Agar guru
memiliki bekal tentang pengetahuan karakteristik peserta didik
berkebutuhan khusus dan cara penangannya.
(2) Peserta didik reguler diberikan sosialisasi tentang keberadaan
peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah reguler. Agar semua
peserta didik reguler dapat menerima keberadaan peserta didik
berkebutuhan khusus dan bersosialisasi, berkomunikasi dengan anak
berkebutuha khusus dengan baik.
(3) Fasilitas pembelajaran untuk peserta didik berkebutuhan khusus
semakin dilengkapi oleh pihak sekolah, untuk memperlancar kegiatan
pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus.
Kelebihan Penulis menggunakan referensi dari berbagai jurnal sehingga teori dalam
jurnal akurat dan terpercaya Penjelasan pada jurnal ini sangat jelas,
singkatnya tidak terlalu mudah dan cepat memahami permasalahan yang
dihadapi. Jurnal ini sangat baik digunakan sebagai referensi belajar
mahasiswa
Kekurangan Sebenarnya jurnal ini cukup jelas pola penulisannya yang runtun
sehingga pembaca tidak kebingungan.Namun sayangnya terdapat
beberapa teori tabulasi silang yang sulit dimengerti
Kesimpulan Simpulan dari kegiatn ini adalah
(1) Penerapan STUF EX (Student Facilitator And Explaining)
berbantukan hand out dalam meningkatkan hasil belajar praktik napkin
folding pada peserta didik berkebutuhan khusus telah dilaksanakan
dengan baik sesuai dengan langkah-langkah yang ada. Hasil yang
didapatkan peserta didik berkebutuhan khusus menjadi tertarik untuk
belajar bersama teman-temannya,
(2) Peranan guru dan teman di kelas intregasi sangat membantu proses
belajar peserta didik berkebutuhan khusus sehingga mereka tidak
merasa terabaikan. Pergaulan sosial dengan teman-teman yang mau
menerima keadaan mereka menambah semangat peserta didik
berkebutuhan khusus untuk belajar,
(3) Model STUF EX (Student Facilitator And Explaining) berbantukan
hand out dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik berkebutuhan
khusus atas nama Farah dan Fian. Peningkatan hasil belajar peserta

10 | C J R T A T A H I D A N G
didik berkebutuhan khusus dibuktikan dengan hasil praktik sebelum
menggunakan model STUF EX, mereka kesulitan dalam praktik
melipat serbet (napkin folding). Setelah menggunakan model STUF EX
ada peningkatan hasil praktik melipat serbet (napkin folding) cukup
sesuai dengan standar penilaian melipat serbet (napkin folding).
Dengan melihat dan merasakan banyaknya manfaat best practice ini,
maka penulis memberikan saran agar di masa yang akan datang, inovasi
ini dapat lebih dikembangkan sehingga kualitas dan hasil pembelajaran
semakin meningkat. Berikut ini saran yang ditawarkan penulis, adalah
Guru dalam mengajar di kelas intregasi dengan adanya peserta didik
berkebutuhan khusus, perlu meningkatkan kompetensi dalam
mendampingi dan mengajar peserta didik berkebutuhan khusus, untuk
lebih memahami karakter peserta didik berkebutuhan khusus sehingga
dalam proses pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus
terakomodir untuk belajar, Guru juga perlu meningkatkan kreatifitasnya
dalam menggunakan model dan media pembelajaran yang tepat di
kelass intregasi. Model dan media pembelajaran yang tepat untuk
peserta didik berkebutuhan khusus dalam proses pebelajaran sehingga
ada peningkatan hasil belajar, Fasilitas dan alat yang diperlukan untuk
pembelajaran peserta didik berkebutuhan khusus semakin dilengkapi
oleh pihak sekolah sehingga peserta didik berkebutuhan khusus merasa
nyaman untuk belajar

11 | C J R T A T A H I D A N G

Anda mungkin juga menyukai