Anda di halaman 1dari 109

TEKNIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI DI

HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


IAIN BATUSANGKAR

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


(S-1)
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam

Oleh:

Fardilla Deviyanda
NIM 1630103028

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
2020 M / 1441 H
ABSTRAK

FARDILLA DEVIYANDA, NIM 1630103028, Judul Skripsi “Teknik


Pengambilan Keputusan dalam Organisasi di Himpunan Mahasiswa
Manajemen Pendidikan Islam IAIN Batusangkar”, Jurusan Manajemen
Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri IAIN Batusangkar tahun 2020.
Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah Teknik Pengambilan
Keputusan dalam Organisasi di Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen
Pendidikan Islam IAIN Batusangkaryang mana kenyataan yang sering ditemukan
dalam organisasi perguruan tinggi yaitu di organisasi HMJ MPI IAIN
Batusangkar, setelah beberapa waktu menjalankan organisasi nyatanya seorang
pemimpin diorganisasi yaitu ketua HMJ masih sering tidak sepemikiran atau tidak
sejalan dengan beberapaanggota HMJ lainnya dalam proses pengambilan
keputusan, beberapa anggota HMJ memang sering tidak setuju dengan keputusan
yang diambil oleh ketua organisasi ini, hal ini dikarenakan kurang baiknya
komunikasi antar sesama pengurus HMJ MPI IAIN Batusangkar. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui bagaimana teknik pengambilan keputusan dalam
organisasi di HMJ MPI IAIN Batusangkar.
Metode penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan
metode kualitatif deskriptif yaitu secara langsung mengadakan pengamatan untuk
memperoleh informasi yang diperlukan dalam menyusun suatu laporan penelitian.
Teknik pengumpulan data menggunakan adalah wawancara. Untuk teknik analisis
data yang peneliti gunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik pengambilan keputusan yang
digunakan di HMJ MPI IAIN Batusangkar adalah teknik pengambilan keputusan
partisipatif, dan sudah terlaksana sesuai dengan teori yang ada, akan tetapi
kekurangannya disini adalah seorang pemimpin tidak memberi tahukan pendapat
mana yang ia gunakan dalam pengambilan keputusan sehingga sering terjadi
kesalahpahaman antar pengurus HMJ.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur hanyalah semata milik Allah Swt yang patut disembah, Allah
yang Maha Suci dan Maha Pengasih Penyayang, pemberi nikmat dan syafaat serta
hidayat bagi hamba-hamba yang di kehendaki-Nya. Salam kemuliaan untuk
junjungan Nabi yang mulia Muhammad bin Abdullah Saw, yang telah
mengorbankan segalanya untuk tegaknya nur Islam di jagad raya alam yang fana
ini.
Tulisan ini merupakan syarat-syarat dan tugas untuk mencapai gelar
Sarjana Pendidikan pada Jurusan Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri IAIN Batusangkar.
Entah sudah berapa banyak bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai
pihak, baik itu moril maupun materil yang penulis terima. Penulis mengucapkan
terima kasih terutama kepada kedua orang tua penulis Ayahanda Hasmi dan
Ibunda Asnaneli serta adik-adik tercinta Adelia Putri, Wulan Ayu Haslina,
Niken Ayu Haslina dan Aira Haslina Putri yang tak pernah henti-hentinya
mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis agar dapat menyelesaikan
skripsi ini. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Kasmuri, MA selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri IAIN
Batusangkar.
2. Bapak Dr. Sirajul Munir, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri IAIN Batusangkar.
3. Bapak Dr. Muhammad Fazis, MM selaku penasehat akademik PA yang telah
memberikan motivasi kepada penulis, memberikan nasehat serta semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

ii
4. Bapak Drs. H. Hafulyon, MM selaku ketua Jurusan Manajemen Pendidikan
Islam beserta sekretaris Jurusan Manajemen Pendidikan Islam yang telah
membantu penulis dalam segala hal.
5. Ibu Dr. Fadriati, M.Ag selakupembimbing yang telah tulus dan penuh
kesabaran memberikan perhatian, petunjuk, dan bimbingan serta saran-saran
yang berguna dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Kepala Perpustakaan dan staf Institut Agama Islam Negeri IAIN Batusangkar
yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
7. Seluruh dosen dan staf administrasi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Batusangkar.
8. Rekan terdekatku Awil, Kak Uya, Kak Num, Gilang, Bg Kii, Viska, WP, Bg
Tony, Bg Try, Bg Katom, Bg Kudo, Fadil, Bobby, Girls Squad, Anak asuah
Pak Man dan Pamura Photocopy beserta crew yang selalu menemani dan
memberikan support pada penulis
9. Seluruh teman-teman seperjuangan Jurusan Manajemen Pendidikan Islam
angkatan 2016 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
menolong penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis memohon maaf jika kiranya masih ada khilaf dan kekeliruan baik
secara teknis maupun dari segi isinya. Kritik beserta saran sangat penulis
harapkan untuk menyempurnakan skripsi ini.

Batusangkar, Januari 2020


Penulis

Fardilla Deviyanda
Nim: 1630103028

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING


ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar BelakangMasalah ............................................................................... 1
B. Fokus Penelitian .......................................................................................... 6
C. Sub Fokus Masalah ..................................................................................... 6
D. Tujuan Penilitian ......................................................................................... 6
E. Manfaat dan Luaran Penilitian .................................................................... 7
F. Definisi Istilah ............................................................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 9
A. Pengambilan Keputusan .............................................................................. 9
1. Pengertian Pengambilan Keputusan ....................................................... 9
2. Tipe Keputusan ..................................................................................... 10
3. Tujuan Pengambilan Keputusan ........................................................... 11
4. Prinsip-prinsip Pengambilan Keputusan .............................................. 11
5. Tahapan dan Proses Pengambilan keputusan ....................................... 12
6. Perubahan dalam Keputusan ................................................................ 13
7. Teknik Pengambilan Keputusan ........................................................... 14
8. Kualitas Keputusan ............................................................................... 17
9. Macam - Macam Pengambilan Keputusan ........................................... 18
10.Model – Model Pengambilan Keputusan ............................................. 18
11.Pentingnya Pengambilan Keputusan dalam Manajemen ..................... 20
12. Solusi dalam Menyelesaikan Berbagai Masalah di Bidang Pengambilan
Keputusan ............................................................................................. 22

iv
B. Organisasi Kemahasiwaan ........................................................................ 23
1. Organisasi ............................................................................................. 23
2. Tujuan Organisasi ................................................................................. 25
3. Ciri – Ciri Organisasi............................................................................ 26
4. Prinsip – Prinsip Organisasi ................................................................. 26
5. Manfaat Organisasi ............................................................................... 28
6. Unsur – Unsur Organisasi..................................................................... 29
7. Bentuk – Bentuk Organsasi .................................................................. 30
8. OrganisasiKemahasiswaan ................................................................... 31
9. Karakteristik Organisasi Kemahasiswaan ............................................ 33
10.ManfaatOrganisasiKemahasiswaan...................................................... 34
C. Penelitian yang Relevan ............................................................................ 35
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 37
A. Jenis dan Metode Penelitian ...................................................................... 37
B. Latar dan Waktu Penelitian ....................................................................... 37
C. Sumber Data .............................................................................................. 38
D. Instrumen Penelitian .................................................................................. 39
E. Teknik Analisis Data ................................................................................. 39
F. Teknik Penjamin Keabsahan Data ............................................................ 40
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 42
A. Temuan Umum .......................................................................................... 42
1. Sejarah berdirinya HMJ MPI IAIN Batusangkar ................................. 42
2. Visi dan Misi HMJ MPI IAIN Batusangkar ......................................... 43
3. AD ART HMJ MPI 2018 ..................................................................... 43
B. Temuan Khusus ......................................................................................... 59
1. Teknik Pengambilan Keputusan Partisipatif ........................................ 59
2. Teknik Pengambilan Keputusan Kelompok ......................................... 64
C. Pembahasan ............................................................................................... 69
1. Teknik Pengambilan Keputusan Partisipatif ........................................ 69
2. Teknik Pengambilan Kelompok ........................................................... 71

v
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 73
A. Kesimpulan................................................................................................ 73
B. Saran .......................................................................................................... 73
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Waktu dan Rancangan Penelitian ........................................................ 38

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar BelakangMasalah
Pengambilan keputusan merupakan proses yang berlangsung dalam
suatu kelompok atau organisasi, ketika kelompok atau organisasi tersebut
ingin melakukan satu kegiatan atau memecahkan masalah yang dihadapi,
terdapat suatu kesadaran dan ketelitian dari masing-masing individu dalam
mengambil keputusan. Pengambilan keputusan merupakan salah satu faktor
berhasil tidaknya suatu organisasi, karena dengan adanya pengambilan
keputusan masalah yang dihadapi oleh suatu organisasi akan dengan mudah
terselesaikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Siagian (Pasolong, 2013:155)
bahwa “pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis
terhadap suatu masalah yang dihadapi”.
Pembuatan keputusan diperlukan pada semua tahap kegiatan
organisasi dan manajemen. Misalnya, dalam mengelola kesiswaan diperlukan
banyak kegiatan pembuatan keputusan sepanjang proses pengelolaan tersebut.
Keputusan-keputusan yang dibuat dalam proses perencanaan ditujukan
kepada pemilihan alternative program dan prioritasnya. Dalam pembuatan
keputusan tersebut mencakup kegiatan identifikasi masalah, perumusan
masalah, dan pemilihan alternatif keputusan berdasarkan perhitungan dan
berbagai dampak yang mungkin timbul. Begitu juga dalam tahap
implementasi atau operasional dalam suatu organisasi, para manajer harus
membuat banyak keputusan rutin dalam rangka mengendalikan usaha sesuai
dengan rencana dan kondisi yang berlaku. Sedangkandalam tahap
pengawasan yang mencakup pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian
terhadap hasil pelaksanaan dilakukan untuk mengevalusai pelaksanaan dari
pembuatan keputusan yang telah dilakukan.
Pengambilan keputusan merupakan proses yang harus dilakukan oleh
seorang pemimpin apabila terdapat masalah yang dihadapi dalam suatu

1
2

organisasi, dengan adanya pengambilan keputusan pemimpin harus bisa


memilih alternatif yang paling baik diantara alternatif yang ada, yang
dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang. Pengambilan keputusan
adalah tindakan pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh
organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu di antara
alternatif-alternatif yang dimungkinkan. Memang pada hakikatnya pembuatan
keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif
yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat, (Syamsi, 2000:5).
Pengambilan keputusan merupakan pendekatan yang digunakan
dalam memecahkan masalah suatu organisasi. Berbicara mengenai organisasi,
pasti setiap organisasi memiliki dan memerlukan seorang pemimpin yang
harus menjalankan kegiatan kepemimpinan. Sebagaimana pendapat (Fahmi,
2013:15) bahwa “kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara
komprehensip tentang bagaimana mengarahkan, mempengaruhi, dan
mengawasi orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang
direncanakan”.
Organisasi merupakan suatu wadah atau tempat yang menaungi
sekumpulan orang atau kelompok orang dengan maksud untuk mencapai
tujuan yang sama dalam suatu lembaga atau institusi. Dimana di dalam
organisasi tersebut terdapat serangkaian proses kegiatan yang dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan hingga pengevaluasian yang
disepakati secara bersama-sama melalui musyawarah. Hal ini berguna agar
tujuan dari organisasi tersebut dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Dengan kata lain, organisasi dapat disebut sebagai suatu sistem yang
bergerak dalam bidang sosial yang pelaksanaannya lebih ditekankan kepada
bagaimana organisasi tersebut mampu bertahan dan beradaptasi dengan
lingkungan disekitarnya, serta mampu mengendalikan setiap perubahan yang
terjadi (Triatna,2015: 3). Dengan demikian dapat diketahui bahwa organisasi
tersebut merupakan suatu bentuk kerja sama yang dilakukan antara dua orang
3

atau lebih secara formal dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan (Siagian, 2003: 96).
Efektivitas pencapaian tujuan dari suatu organisasi dapat dilihat, dari
bagaimana hubungan timbal balik yang terjadi agar saling menguntungkan
dari setiap komponen-komponen yang terdapat didalam organisasi tersebut.
Salah satunya yaitu bagaimana interaksi yang terjadi antara lingkungan
internal dari suatu organisasi dengan lingkungan eksternalnya. Didalam suatu
organisasi terdapat struktur pembagian kerja, serta struktur tata hubungan
kerja bagi setiap anggota yang terdapat didalam organisasi tersebut.
Meskipun, masing-masing anggota tetap memiliki perannya sendiri, hal ini
dikarenakan antara yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Sehingga,
hal yang demikian dapat memudahkan tercapainya tujuan dari suatu
organisasi dengan cepat dan mudah. Untuk mewujudkan semua itu maka
setiap anggota dalam organisasi tersebut harus mampu menunjukan
perkembangan kearah yang lebih baik. Dimana perkembangan dari setiap
anggota tersebut dapat dimulai dengan pengembangan pola pikir untuk setiap
permasalahan yang dihadapi (problem solving), public speaking, emotional
intelegent yang sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan dari
organisasi (Amalia, 2017).
Institut Agama Islam Negeri yang selanjutnya disingkat IAIN
Batusangkar sebuah Perguruan Tinggi yang dinamis berkewajiban
menjalankan perannya sebagai lembaga pendidikan, lembaga penelitian
ilmiah, dan lembaga pengabdian kepada masyarakat demi mewujudkan cita-
cita perjuangan bangsa Indonesia. Sadar akan peran, fungsi dan kewajibannya
sebagai generasi muda bangsa, mahasiswa IAIN Batusangkar bertekad untuk
belajar, berkarya dan berjuang dengan dilandasi oleh rasa pengabdian dan
tanggung jawab kepada Allah, bangsa, dan almamater yang
mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Didorong oleh keyakinan dan kemurnian hati, bahwa tekad tersebut
dapat terlaksana dengan usaha-usaha yang teratur, terencana, terorganisir dan
bertanggung jawab serta penuh kebijaksanaan. Maka dengan ini mahasiswa
4

IAIN Batusangkar, berhimpun dalam lembaga kemahasiswaan Institut Agama


Islam Negeri (LK IAIN) Batusangkar. (AD/ART LK IAIN Batusngkar 2019).
Organisasi di Perguruan Tinggi berdasarkan peraturan pemerintah no
30 tahun 1990 tentang pendidikan tinggi beserta perubahanya yang
menetapkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayan tentang pedoman
umum organisasi kemahasiswaan di Perguruan Tinggi pasal 1 yaitu,
organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi adalah wahana dan sarana
pengembangan diri mahasiswa kearah perluasan wawasan dan peningkatan
kecendikiawan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan
tinggi, pasal 2 juga menjelaskan organisasi kemahasiswaan di perguruan
tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa
dengan memberikan peranan dan keleluasaan lebih besar kepada mahasiswa.
Bentuk organisasi kemahasiswaan berdasarkan pasal 3 yaitu organisasi
kemahasiswaan intra perguruan tinggi dibentuk pada tingkat perguruan
tinggi, fakultas dan jurusan dengan fungsi pasal 5, sebagai sarana dan wadah,
1) perwakilan mahasiswa tingkat perguruan tinggi untuk menampung dan
menyalurkan aspirasi mahasiswa, menetapkan garis-garis besar program dan
kegiatan kemahasiswaan, 2) pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan, 3)
komunikasi antar mahasiswa, 4) pengembangan potensi jati diri mahasiswa
sebagai insan akademis, calon ilmuan dan intelektual yang berguna dimasa
depan, 5) pengembangan pelatihan keterampilan organisasi, manajemen dan
kepemimpinan mahasiswa, 6) pembinaan dan pengembangan kader-kader
bangsa yang berpotensi dalam melanjutkan kesinambungan pembangunan
nasional, 7) untuk memelihara dan mengembangkan ilmu dan teknologi yang
dilandasi oleh norma-norma agama, akademis, etika moral dan wawasan
kebangsaan.
Berdasarkan peraturan pemerintah di atas tentang organisasi di
perguruan tinggi, Organisasi di IAIN Batusangkar sudah melaksanakan
bentuk oganisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi dibentuk pada tingkat
perguruan tinggi, fakultas dan jurusan yang terdiri dari 38 kelompok
organisasi, 20 Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). Pasal 11 LK IAIN
5

Batusangkar ini berfungsi sebagai: 1) Wadah bagi perwakilan mahasiswa


IAIN Batusangkar untuk menampung dan menyalurkan aspirasi mahasiswa,
menetapkan garis-garis besar program dan kegiatan kemahasiswaan. 2)
Wadah komunikasi antar mahasiswa. 3) Wadah pengembangan potensi
mahasiswa sebagai Insan yang beriman, kritis dan intelektual yang berguna
bagi masyarakat. 4) Wadah pengembangan intelektual, bakat dan minat,
pelatihan keterampilan, organisasi, manajemen dan kepemimpinan
mahasiswa. 5) Sarana pembinaan dan pengembangan kader-kader beragama
dan cinta bangsa yang berpotensi dalam melanjutkan kesinambungan
pembangunan nasional. 6) Sarana pemeliharaan, pengembangan ilmu dan
keagamaan, berlandaskan norma akademis, etika, moral dan wawasan
kebangsaan.
Dari penjelasan di atas bentuk dan fungsi organisasi dalam pasal 3 dan
5 menerangkan bahwa organisasi memiliki kaitan yang erat dengan sebuah
kepemimpinan. Kepemimpinan melibatkan hubungan pengaruh yang
mendalam, yang terjadi diantara orang-orang yang menginginkan perubahan
yang signifikan. dan perubahan tersebut mencerminkan tujuan yang dimiliki
bersama oleh pemimpin dan pengikutnya (Afifuddin, 2015: 11-12).
Kepemimpinan juga merupakan suatu proses yang mempengaruhi aktivitas
sebuah kelompok yang diatur untuk mendapatkan pengaruh antar pribadi,
dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Basri, 2015:13).
Berdasarkan observasi di HMJ MPI IAIN Batusangkar. Dari observasi
diketahui bahwa: kenyataan yang ditemukan dalam organisasi perguruan
tinggi yaitu di HMJ MPI IAIN Batusangkar, setelah beberapa waktu
menjalankan organisasi seorang pemimpin di organisasi yaitu ketua HMJ
masih sering tidak sepemikiran atau tidak sejalan dengan beberapa anggota
HMJ lainnya dalam proses pengambilan keputusan (observasi, HMJ MPI
IAIN Batusangkar, 20 Desember 2019). Dan dari hasil wawancara, beberapa
anggota HMJ MPI IAIN Batusangkar memang sering tidak setuju dengan
keputusan yang diambil oleh ketua organisasi ini, hal ini dikarenakan kurang
6

baiknya komunikasi antar sesama pengurus dan ketidak jelasan teknik


pengambilan keputusan oleh ketua HMJ MPI IAIN Batusangkar (Diah Ayu
Ramadhani, Wawancara, HMJ MPI IAIN Batusangkar, 20 Desember 2019).
Dengan begitu bagaimanakah sebenarnya teknik pengambilan keputusan yang
digunakan ketua HMJ MPI IAIN Batusangkar dalam menjalankan organisasi
di HMJ tersebut.
Dari pernyataan diatas adapun alasan peneliti ingin meneliti tentang
“Teknik Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi di Himpunan Mahasiswa
Jurusan Manajemen Pendidikan IAIN Batusangkar”.

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perlu dilakukan
“Teknik Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi di Himpunan Mahasiswa
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam IAIN Batusangkar”.

C. Sub Fokus Masalah


Berdasarkan fokus penelitian diatas maka peneliti ingin menjabarkan
rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Bagaimana penggunaan teknik
pengambilan keputusan dalamorganisasi di Himpunan Mahasiswa Jurusan
Manajemen Pendidikan Islam IAIN Batusangkar".

D. Tujuan Penilitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian tersebut, maka tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan bagaimana penggunaan teknik
pengambilan keputusandalam organisasi di Himpunan Mahasiswa Jurusan
Manajemen Pendidikan Islam IAIN Batusangkar.
7

E. Manfaat dan Luaran Penilitian


1. Manfaat teoritis
a. Mengembangkan ilmu pengetahuan terutama yang berorintasi pada
teknik pengambilan keputusan dan organisasi.
b. Mengetahui hasil dari teknikpengambilan keputusan dalam organisasi.
2. Manfaat secara praktis
a. Bagi Ketua, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
melaksanakan pengambilan keputusan agar dapat mencapai tujuan
organisasi.
b. Bagi peneliti selanjutnya, mengetahui bagaimana pelaksanaan
pengambilan keputusan, sehingga dapat memberikan informasi dalam
melakukan penelitian lebih lanjut.
3. Luaran Penelitian
Peneliti mengharapkan agar hasil penelitian ini dapat diterbitkan
dijurnal ilmiah dan dapat juga diseminasikan pada forum seminar nasional
sehingga dapat menjadi bahan bacaan bagi pembaca dan bagi yang
membutuhkannya.

F. Definisi Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami judul proposal,
maka peneliti akan menjelaskan beberapa istilah dibawah ini :
1. Teknik Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan adalah memilih dan menetapkan satu
alternatif yang dianggap paling tepat dari beberapa alternatif yang
dirumuskan. Keputusan itu harus bersifat fleksibel, analitis dan mungkin
untuk dilaksanakan dengan dorongan sarana prasarana dan sumber daya
yang tersedia (berupa manusia dan material).Teknik pengambilan
keputusan adalah gaya atau cara seorang pemimpin dalam mengambil atau
membuat sebuah keputusan.
8

2. Organisasi
Organisasiadalah perkumpulan atau wadah bagi sekelompok orang
untuk bekerjasama, terkendali dan terpimpin untuk tujuan tertentu.
Organisasi biasanya memanfaatkan suatu sumber daya tertentu misalnya
lingkungan, cara atau metode, material, mesin, uang, dan beberapa
sumberdaya lain dalam rangka mencapai tujuan organisasi tersebut. Orang
orang yang terkumpul dalam sebuah organisasi sepakat untuk mencapai
tujuan tertentu melalui sumber daya secara sistematis dan rasional yang
terkendali dan adanya pemimpin organisasi yang akan memimpin
operasional organisasi dengan terencana.
Organisasi kemahasiswaan merupakan wadah bagi mahasiswa
untuk mengembangkan kapasitas kemahasiswaannya berupa aspirasi,
inisiasi, atau gagasan-gagasan positif dan kreatif melalui berbagai kegiatan
yang relefan dengan tujuan pendidikan nasional serta visi dan misi institut
perguruan tinggi itu sendiri yang bekerja secara organisatoris.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengambilan Keputusan
1. Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau
keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan
suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap
pengambilan keputusan selalu menghasilkan pilihan final.
Definisi pengambilan keputusan menurut para ahli :
a. Menurut George R. Terry, Pengambilan keputusan adalah pemilihan
alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang
ada.
b. Menurut Sondang P. Siagian, pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi
dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan
tindakan paling cepat.
c. Menurut James A. F. Stoner, Pengambilan Keputusan adalah proses
yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan
masalah (Hasan, 2004: 10).
d. Kuswardani, Pengambilan keputusan ialah seorang individu yang tidak
merasa puas dengan sebuah situasi yang ada atau dengan prospek
situasi yang mendatang dan yang memiliki otoritas untuk berinisiatif
dalam mengambil langkah untuk menanggulangi suatu keadaan
tersebut.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan
keputusan itu adalah suatu cara yang digunakan untuk memberikan suatu
pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cara/teknik
tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.

9
10

2. Tipe Keputusan
Masalah yang berbeda membutuhkan tipe pembuatan keputusan
yang berbeda pula. Masalah yang seringkali dihadapi kepala sekolah
berkaitan dengan penerimaan siswa baru, pelaksanaan pembelajara
evaluasi, monitoring kegiatan dan pelaporan dapat diselesaikan dengan
suatu prosedur pembuatan keputusan terprogram. Masalah insidental yang
berada dalam ketidakpastian, penuh resiko dan yang tidak umum terjadi
dan penyelesaian spesifik memerlukan pembuatan keputusan yang tidak
terprogram (Engkoswara, 2010: 110).
a. Keputusan Terprogram
Keputusan terprogram dibuat berdasarkan kebijakan, prosedur,
atau peraturan dan kebiasaan yang dilakukan. Keputusan ini bersifat
rutin, berulang, dan biasanya organisasi sudah memiliki kebijakanbaik
tertulis maupun tidak yang memudahkan manajer membuat keputusan.
Keputusan yang terprogram memberi keleluasaan kepada para
manajer untuk memikirkan hal lain yang lebih penting. Karena prosedur
baku dan kegiatan berulang merupakan rutinitas pemecahannya sudah
ada prosedur yang baku sehingga para manajer terbebaskan dari beban-
beban untuk memikirkan masalah yang serupa.
b. Keputusan Tidak Terprogram
Keputusan tidak terprogram berangkat dari masalah khusus
yang tidak biasa, spesifik, dan tidak terliput oleh kebijakan yang ada
sehingga perlu penanganan tersendiri dengan menyediakan waktu yang
cukup dengan teknik yang tepat untuk menganalisis masalah,
menyodorkan alternatif dan memilih alternatif.
Sebagai contoh pengambilan keputusan yang tidak terprogram
didunia pendidikan berkaitan dengan upaya-upaya mengembangkan
kualitas pendidikan, merancang akselerasi pendidikan, pengembangan
sumber daya pendidikan, merancang pembelajaran keatif inovatif dan
lain sebagainya
11

3. Tujuan Pengambilan Keputusan


Dalam mengambil keputusan mempunyai tujuan dalam
pengambilan keputusan itu dapat dibedakan menjadi :
a. Tujuan yang bersifat tunggal
Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal yaitu
terjadi apabila dalam keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut
satu masalah, yang artinya bahwa sekali diputuskan, tidak ada
kaitannya dengan masalah lain.
b. Tujuan yang bersifat ganda
Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda yaitu terjadi
jika keputusan yang dihasilkan itu menyangkut lebih dari satu masalah,
yang artinya keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua
(atau lebih) masalah yang sifatnya kontradiktif atau yang sifatnya tidak
kontradiktif.

4. Prinsip-prinsip Pengambilan Keputusan


Suatu keputusan merupakan ketetapan yang dampaknya prinsip
merupakan asas dasar suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir,
bertindak, dan sebagainya. Prinsip-prinsip pengambilan keputusan
merupakan sekumpulan aturan pokok asas dasar bagi pengambil keputusan
yang menjadi pokok dasar dalam mengambil keputusan. Beberapa prinsip
yang harus diperhatikan oleh pembuat keputusan adalah:
a. Keputusan berada dalam kekuasaan. Keputusan tidaklah sah apabila
dibuat bukan oleh orang yang memiliki kekuasaan. Keputusan oganisasi
sepenuhnya dibuat dibawah tindakan pengambil keputusan.
b. Mempertimbangkan semua hal yang relevan dan membuang jauh-jauh
hal yang tidak relevan.
c. Pembuat keputusan tidak boleh membuat keputusan untuk perbuatan
tidak jujur dan untuk tujuan yang salah.
d. Pembuat keputusan harus menjamin bahwa kegiatan didasarkan pada
bukti.
12

e. Keputusan harus masuk akal


f. Orang yang mungkin terkait dengan keputusan harus disetujui dengan
prosedur yang adil yang merupakan prinsip-prinsip keadilan
g. Pembuat keputusan tidak mendasarkan keputusannya hanya atas
petunjuk orang lain atau seseorang (Engkoswara, 2010: 110).

5. Tahapan dan Proses Pengambilan keputusan


Guna memudahkan pengambilan keputusan maka perlu dibuat
tahap-tahap yang bisa mendorong kepada terciptanya keputusan yang
diinginkan. Adapun tahap-tahap tersebut adalah (Irham Fahmi, 2016: 2) :
a. masalah tersebut secara jelas dan gamblang, atau mudah untuk
dimengerti.
b. Membuat daftar masalah yang akan dimunculkan, dan menyusunnya
secara prioritas dengan maksud agar adanya sistematika yang lebih
terarah dan terkendali.
c. Melakukan identifikasi dari setiap masalah tersebut dengan tujuan
untuk lebih memberikan gambaran secara lebih tajam dan terarah
secara spesifik.
d. Memetakan setiap masalah tesebut berdasarkan kelompoknya masing-
masing yang kemudian selanjutnya dibarengi dengan menggunakan
model atau alat uji yang akan dipakai.
e. Memastikan kembali bahwa alat uji yang dipergunakan tersebut telah
sesuai dengan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang berlaku pada
umumnya.
Disisi lain Simon (Irham Fahmi, 2016: 2) mengatakan,
pengambilan keputusan berlangsung melalui empat tahap, yaitu:
a. Intelligence,
b. Design,
c. Choice, dan
d. Implementation
13

Secara lebih dalam beliau menegaskan bahwa,”Intellegence adalah


proses proses pengumpulan informasi yang bertujuan mengidentifikasi
permasalahan. Design adalah tahap perancangan solusi terhadap masalah.
Biasanya pada tahap ini dikaji berbagai macam alternatif pemecahan
masalah. Choice adalah tahap mengkaji kelebihan dan kekurangan dari
berbagai macam alternatif yang ada dan memilih yang terbaik.
Implementation adalah tahap pengambilan keputusan dan
melaksanakannya.

6. Perubahan dalam Keputusan


Dalam proses berlangsungnya suatu keputusan tentu tidak
selamanya berlangsung sesuai dengan rencana yang diharapkan. Secara
umum dampak perubahan keputusan tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok perubahan, yaitu:
a. Internal changes
Internal changes merupakan dampak perubahan keputusan
yang dapat diperkirakan atau ditaksir berapa persentase perubahan yang
akan terjadi ke depannya tentu berdasarkan data yang terjadi di masa
lalu.
b. Turbulence change
Turbulence change merupakan pengambilan keputusan dalam
kondisi perubahan yang sulit untuk diperkirakan. Contohnya bencana
alam, perubahan kondisi politik, demontrasi buruh, dan sebagainya.
Walaipun data-data tersebut ada, namun kejadian seperti itu belum
tentu memiliki kesamaan kondisi dan situasi seperti dulu. Seperti jatuh
dan bergantinya presiden di Irak sebelum Saddam Husein maupun
pada saat Saddam Husein ditangkap atau diturunkan posisinya dari
presiden Irak secara paksa oleh tentara Amerika dan sekutunya.
Perlu kita pahami bahwa data keputusan yang terlalu lama sulit
untuk dijadikan sebagai data prediksi ke depan, dan jika ke depan
14

terlalu jauh untuk diprediksi juga menjadi bagian yang diragukan


hasilnya (Irham Fahmi, 2016: 7).

7. Teknik Pengambilan Keputusan


a. Teknik Partisipatif
Teknik partisipasi dalam pengambilan keputusan merupakan
gaya kemimpinan demokratis dan kebanyakan berorientasi pada
perilaku, Sebagai teknik pengambilan keputusan, partisipatif
mencakup individu atau kelompok dalam proses. Seorang pimpinan
yang menggunakan teknik partisiaptif dalam pengambilan keputusan
dilakukan secara formal maupun informal, dan memerlukan
keterlibatan intelektual, emosional, dan fisik. Tingkat partisipasi
sangat dipengaruhi oleh faktor pengalaman individu atau kelompok
dan sifat tugas. Semakin banyak pengalaman, semakin terbuka, serta
semakin tidak terstrukturnya tugas, maka tingkat partisipasi akan
semakin tinggi (Engkoswara, 2010: 119).
Penerapan teknik partisipasi pada pengambilan keputusan
dapat dilakukan secara informal pada individu atau tim atau secara
formal pada program. Teknik partisipasi individu terjadi apabila
pengambilan keputusan yang dilakukan pimpinan dipengaruhi oleh
karyawan. Sedangkan teknik partisipasi kelompok terjadi apabila
keputusan yang diambil oleh pimpinan melalui teknik konsultasi dan
demokrasi. Pimpinan meminta dan menerima keterlibatan karyawan
dalam partisipasi konsultasi, akan tetapi pimpinan mempertahankan
hak untuk membuat keputusan. Dalam bentuk demokrasi, keputusan
akhir diambil berdasarkan konsensus atau suara terbanyak melalui
partisipasi total dan kelompok, bukan partisipasi individu.
Pimpinan perlu menyeimbangkan kondisi, data dan perilaku
bawahan untuk mengevaluasi keefektifan keputusan yang diambil
dalam penggunaan teknik pengambilan keputusan partisipatif. Teknik
pengambilan keputusan ini termasuk teknik yang sulit karena
15

melibatkan unsur-unsur seperti gaya kepemimpinan atau kepribadian


serta faktor situasional, lingkungan, dan kontekstual serta ideologi.
Walaupun didukung oleh analisis data dan situasi, penggunan teknik
partisipasi pada situasi yang berbeda akan memberikan hasil yang
berbeda.
Permasalahan yang terjadi adalah kecenderungan adanya
partisipasi palsu dalam teknik pengambilan keputusan. Banyak
pimpinan meminta partisipasi, tetapi saat bawahan menanggapinya
dengan memberi saran atau coba memberi masukan pada sebuah
keputusan, mereka diabaikan dan tidak pernah menerima umpan balik
apa pun. Hasilnya akan negatif apabila pimpinan mengharapkan
partisipasi karyawannya, namun tidak melibatkan mereka secara
intelektual atau emosional serta selalu mengesampingkan saran
mereka. Kerugian dari teknik pengambilan keputusan partisipasi
adalah memakan banyak dan pelemparan tanggung jawab, namun
apabila dilihat dari sudut pandang perilaku teknik ini lebih banyak
menguntungkan daripada kerugiannya.
b. Teknik pengambilan keputusan kelompok
Kemajuan yang terjadi dalam pengambilan keputusan selama
beberapa tahun belakangan ini dikarenakan teknologi informasi.
Sistem informasi manajemen (SIM), sistem pendukung keputusan
(DSS) melalui teknologi informasi, data warehousing dan mining, dan
sistem canggih dan para ahli semakin banyak digunakan untuk
membantu manajer membuat keputusan yang lebih baik. Pendekatan
berdasarkan informasi mempunyai dampak dan kesuksesan besar
(Engkoswara, 2010: 120).
Teknik pengambilan keputusan kelompok membantu pimpinan
untuk mengambil keputusan lebih efektif. Pada saat ini teknik perilaku
partisipasi yang telah dibahas sejauh ini yang tersedia untuk pimpinan.
Kreativitas pengambilan keputusan dapat diterapkan pada individu
atau kelompok. Seringkali pengambilan keputusan dalam organisasi
16

sangat terbantu oleh pengambilan keputusan individu. Pada konteks


ini pemahaman dinamika kelompok dan tim menjadi relevan dengan
pengambilan keputusan. Misalnya, pembahasan masalah dan
fenomena kesesuaian nilai dan etika kelompok seperti perubahan
resiko (kemungkinan kelompok membuat keputusan lebih beresiko
daripada individu) membantu seseorang dalam memahami sulitnya
pengambilan keputusan kelompok dengan lebih baik.
Dalam pengambilan keputusan sering terjadi kecenderungan
terjadi kondisi status quo (bawahan atau karyawan menolak perubahan
dan cenderung bertahan dengan tujuan atau rencana yang ada).
Kondisi ini mempengaruhi pengambilan keputusan kelompok.
c. Teknik Delphi
Pada teknik ini setelah pimpinan memberitahukan adanya
masalah yang perlu dipecahkan bersama. Bersama mengemukakan
pendapat atau ide, saran, dan pandangan secara tertulis mengenai
rencana keputusan yang akan diambil. Teknik Delphi ini dimaksudkan
untuk menghindari hubungan langsung yang kurang harmonis, karena
menonjolnya ide yang lebih bagus dari salah seorang dibandingkan
dengan ide yang lain. Dengan teknik ini dapat dihindarkan perasaan
tersinggung bagi yang idenya kurang baik. Akan tetapi, kelemahannya
antara lain hanya karena untuk menghindarkan rasa tidak enak, tidak
diberikan kesempatan berkomunikasi secara langsung. Padahal, setiap
personel organisasi ada baiknya jika ada pendapat yang lebih baik itu
dianggap sebagai penambahan pengetahuan bagi yang lainnya.
d. Teknik Kelompok Nominal
Pertemuan kelompok ini merupakan pertemuan kelompok
structural yang tugasnya memberikan tanggapan dan saran secara
tertulis. Setiap orang diminta menulis ide pokok atau pendapatnya di
white board secara bergantian. Kemudian dibicarakan bersama secara
terbuka dan tuntas, jika tidak ada kata sepakat maka dilakukan
voting.Perbedaan kedua teknik pengambilan keputusan di atas pada
17

pokoknya adalah bahwa teknik Delphi merupakan teknik pengambilan


keputusan kelompok secara lebih tertutup; sedangkan teknik
kelompok nominal lebih bersifat terbuka.

8. Kualitas Keputusan
Kualitas merupakan mutu dari pekerjaan atau hasil yang telah
dicapai dengan proses yang dilakukan. Sehingga kualitas merupakan
mutu yang dihasilkan dari hasil keputusan tersebut yang telah di
aplikasikan atau telah di uji secara maksimal dan terlihat hasilnya secara
maksimal juga.
Penilaian secara maksimal tentunyan akan menjadi lebih bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya daripada penilaian secara tidak
maksimal tentunya. Maka dari dari itu untuk menilai suatu kualitas
keputusan yang dibuat haruslah di uji secara pendekatan yang bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Pendekatan keilmuan yang dipakai disini haruslah berdasarkan
pada ruang lingkup dimana asal mula proses awal berdirinya keputusan
tersebut. Jika keputusan tersebut adalah dipakai untuk bidang ekonomi,
teknik, kedokteran dan sosiologi maka itu harus berlandaskan pada asas-
asas dan aturan-aturan pada bidang ilmu yang bersangkutan, dengan
maksud nantinya selalu saja keputusan tersebut berpatokan dan tetap
berada pada koridor ilmu yang bersangkutan. Ini ditujukan dengan
maksud guna menghindari terjadinya tumpang tindih atau kekacauan
dalam aplikasi keputusan itu nantinya.
Dimana kita mengetahui bahwa kekacauan yang sering timbul
adalah pada saat setiap bidang tersebut tidak bergerak atau juga tidak
diberikan keleluasaan bergerak secara “independent” sesuai dengan
garisnya.dan ini berdampak pada pembentukan keputusan yang tidak
berlangsung secara profesionalisme
18

9. Macam - Macam Pengambilan Keputusan


a. Keputusan Auto Generated
Pada Keputusan yang satu ini keputusannya diambil dengan
cepat dan kurang memperhatikan, mempertimbangkan data, informasi,
fakta, dan pada lapangan keputusan nya.
b. Keputusan Induced
Keputusan induced ini diambil dengan berdasarkan scientific
management atau manajemen ilmiah, yang sehingga keputusan itu
logis, ideal, rasional untuk dilaksanakan dan resiko nya relatif kecil,
dalam proses pengambilan keputusan lebih lambat.

10. Model – Model Pengambilan Keputusan


Membuat keputusan yang efektif bukanlah pekerjaan yang
sederhana, manajer diharapkan pada rumitnya masalah dan banyaknya
alternatif yang harus dipilih secara tepat. Untuk membantu membuat
keputusan yang efektif ditawarkan berbagai model yang dapat digunakan
untuk membuat keputusan (Engkoswara,2011: 115), yaitu:
a. Model Rasional Komprehensif
Suatu keputusan dapat mecapai efektifitas yang tinggi apabila
didasarkan pada pertimbangan yang komprehensif mengenai berbagai
masalah yang melingkupi keputusan. Pembuat keputusan harus
memiliki pengetahuan, wawasan, dan keahlian untuk menilai berbagai
alternatif secara komprehensif dan tepat sehingga dapat
mengahasilkan keputusan yang efisien.
Model rasional komprehensif melahirkan keputusan yang
efisien yaitu rasio antara hasil yang dicapai dengan nilai yang
dikorbankannya adalah positif dan lebih tinggi dibandingkan dengan
alternatif-altenatif yang lainnya.
b. Incremental Model
Adalah Charles E. Lindblom yang mengkritik model rasional
yang mengutamakan proses berpikir rasional murni telah
19

mengabaikan aspek emosional, bahkan sesungguhnya menjadi tidak


efisien karena membutuhkan banyak waktu, biaya, dan tenaga untuk
menganalisa seluruh alternatif. Oleh karena itu, ia menyodorkan
Model Incremental yang menekankan pada perubahan yang sedikit-
sedikit.
Suatu keputusan baru merupakan kelanjutan kegiatan-kegiatan
menajemen dimasa lalu dengan hanya mengubahnya sedikit-sedikit.
Para pembuat keputusan kebijakan tidak cukup waktu, keahlian, dan
dana untuk menganalisa semua alternatif sehingga mereka hanya
memodifikasi atas kebijakan yang ada sebelumnya
c. Model Mixed Scanning
Emitai Etzioni (1967) sebagai penggagas pertama model mixed
scanningmenengahi pertentangan antara model rasional dengan model
incremental dengan mengaplikasikan kelebihan-kelebihan yang
dimiliki keduanya.
Model mixed scanning menggabungkan unsur-unsur kebaikan
yang ada pada model rasional dengan model incremental. Saat
pengambil keputusan dihadapkan pada masalah fundamental yang
memerlukan suatu penjelajahan terhadap alternatif mereka melakuan
studi pendahuluan dan mengkaji secara mendalam (mixed scanning)
dan saat pengembangan pengkajian ditemukan permasalahan dengan
pola yang sudah dilakukan (incremental).
d. Model Heuristik
Model heuristik menurut Stoner (1996:254) adalah pembuatan
keputusan yang dilakukan sesuai dengan lini empiris, dengan
pedoman umum, untuk mencari penyelesaian masalah atau
jawabannya. Pada model ini, faktor-faktor internal yang terdapat pada
diri seseorang pembuat keputusan lebih berpengaruh daripada faktor-
faktor eksternal. Model ini digunakan apabila pada para pembuat
keputusan tidak tersedia kemampuan untuk melakukan pendekatan
yang matematikal, atau apabila bagi para pembuat keputusan tidak
20

tersedia kesepakatan untuk memanfaatkan berbagai sumber


oganisasonal untuk melakukan pengkajian yang sifatnya kuantitatif.

11. Pentingnya Pengambilan Keputusan dalam Manajemen


Pengambilan keputusan penting sebagai jalan memecahkan
masalah dan sebagai upaya mempertahankan dan mengembangkan
organisasi. Masalah muncul tanpa diduga, bersifat subjektif dan relatif.
Namun demikian seorang manajer dapat mengetahui masalah dari
beberapa indikasi yang muncul yaitu (Engkoswara, 2010: 106) :
a. Dirasakan adanya kemunduranprestasi kerja dari tahun lalu, nilai
ujian siswa yang turun, tidak memperoleh kejuaraan dalam
kompetisi ekstrakurikuler, guru dan personil lain sering bolos kerja,
hanya sedikit guru dan personil lain yang hadir dalam undangan
rapat pengembangan sekolah, siswa-siswa banyak yang melanggar
peraturan. Peristiwa ini memberikan sinyal kepada kepala sekolah
bahwa ada masalah yang telah berkembang.
b. Terjadinya penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan. Berarti
proyeksi dan harapan sekolah tidak terpenuhi. Jumlah enrollment
tiba-tiba anjlok, proposal-proposal tidak disanggupi disdik, anggaran
turun, jadwal beberapa kegiatan sekolah molor dan ada banyak yang
tidak terealisasi sehingga perlu turun tangan kepala sekolah
memulihkan situasi.
c. Ada kalanya rekan kerja, komite, orang tua siswa atau orang yang
berani memberi masukan memberi tahu adanya penyimpangan.
Keluhan orang tua akan kekosongan kelas, keluhan personil lai akan
ketertutupan pengelolaaan kegiatan oleh segelinit orang yang
memberi sinyal adanya masalah dengan orang-orang.
d. Adanya inovasi dalam manajemen maupun pembelajaran yang
menuntut adanya perubahan proses atau prosedur dalam organisasi.
Pentingnya pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah
terkait dengan posisi keputusan itu sendiri yang diharapkan dapat
21

mempertahankan lembaga agar terus survive, penggerak kegiatan, dan


menjadi titik berangkat ( Point of Departure) oraganisasi dalam
melaksanakan aktivitas manajemen.
Idealnya, kepala sekolah atau kepala bidang pendidikan
melibatkan personilnya, akan tetapi pengambilan keputusan
dilaksanakan dalam menentukan:
1) Kebijakan umum,
2) Sistem umum,
3) Sasaran sekolah atau bidang (yang diturunkan dari sasaran level
lebih tinggi)
4) Apa yang diharapkan setiap individu untuk dicapai. (Evered, et. al.
2004: 55)

Dalam kepemimpinan kepala sekolah melekat wewenang dan


tanggung jawab menyusun program kerja, melaksanakan dan
mengevaluasi dengan mengarahkan personel sekolah dalam melakukan
program sekolah. Dijelaskan Morphet. et. al. (1982: 123) bahwa
pimpinan setiap organisasi harus mempermudah proses pengambilan
keputusan dan komunikasi keputusan terhadap semua anggota
organisasi serta masyarakat untuk mendapat dukungan melaksanakan
keputusan.
Gamage dan Pang (2003: 151) berpendapat bahwa keputusan
efektif tercapai jika sepenuhnya keputusan itu dapat dilaksanakan.
Perhatian orang akan sepenuh hati kedalam suatu keputusan jika
mereka terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam membuat
keputusan. Suatu cara yang efektif untuk mencapai dukungan dan
komitmen dilaksanakan dengan mengajak para guru dalam pemecahan
masalah pada tahap penyusunan sasaran. Strategi kolaboratif
pengambilan keputusan mengilhami para pegawai dengan rasa
pemberdayaan dan perasaan penting yang memuaskan dorongan
kebutuhan mereka. Kepala sekolah perlu melibatkan semua personil
22

(guru, pegawai dan komite sekolah) dalam mengambil keputusan agar


muncul rasa memiliki dan tanggung jawab dalam melaksanakan
keputusan.
Kebijakan sangat penting bagi kehidupan siswa dan para guru
karena berkaitan dengan pengajaran dan pembelajaran dalam rangka
peningkatan efektivitas sekolah dan prestasi pelajar. Tidak terkecuali
peran administrator dan anggota komite sekolah adalah sangat
menentukan, terkait dengan suatu kebijakan.
Duke dan Canady (1991: 2) kebijakan sekolah adalah kerjasama
dan keputusan oleh individu atau keinginan kelompok dengan
kewenangan yang sah dari dewan sekolah, pengawas, administrator
sekolah atau komite sekolah dan tanggung jawab bagi kontrak
negosiasi. Biasanya kebijakan sekolah dituliskan dan dibagi kepada
personel sekolah untuk memperjuangkannya melalui berbagai kegiatan
sekolah.
Menurut Thompson (1976: 17) suatu kebijakan sekolah dibuat
oleh orang yang tepilih bertanggung jawab untuk membuat kebijakan
pendidikan, dewan sekolah dan unsur-unsur lain yangdiberri
kewenangan membuat kebijakan, baik kepala sekolah, pengawas atau
administrator yang memiliki kewenangan meneglola kebijakan dari
dewan sekolah.

12. Solusi dalam Menyelesaikan Berbagai Masalah di Bidang


Pengambilan Keputusan
Ada beberapa solusi secara umum yang dapat dilaksanakan
untuk menyelesasikan persoalan atau membuat suatu keputusan
menjadi jauh lebih baik (Irham Fahmi,2016: 8), yaitu:
a. Menerapkan konsep keputusan yang cenderung hati-hati dan
memikirkan setiap dampak yang akan timbul secarajangka pendek
dan panjang.
23

b. Menempatkan setiap keputusan berdasarkan alasan-alasan yang bersifat


representatif. Artinya keputusan yang dibuat tidak dilandaskan karena
keinginan satu pihak saja, namun berdasarkan keinginan berbagai
pihak. Sehingga pertanggungjawaban keputusan tersebut bersifat
perlibatan yang menyeluruh.
c. Menghindari pengambilan keputusan yang bersifat ambigu. Keputusan
yang bersifat ambigu artinya bersifat tidak jelas dan tidak tegas.
Sehingga para pihak baik karyawan dan lainnya sulit untuk memahami
maksud dari keputusan tersebut.
d. Setiap keputusan yangdibuat oleh seorang pimpinan disebuah
perusahaan berdasarkan pada pertimbangan 4 fungsi manajemen.
Dengan pertimbangan 4 fungsi manajemen ini diharapkan keputusan
yang dibuat menjadi lebih seimbang.

B. Organisasi Kemahasiwaan
1. Organisasi
Organisasi berasal dari bahasa latin organum yang berarti alat atau
badan. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 803) organisasi
adalah kelompok kerjasama antara orang-orang yang diadakan untuk
mencapai tujuan bersama. Pada dasarnya ada 3 ciri khusus dari suatu
organisasi, yaitu: adanya kelompok manusia, kerjasama yang harmonis,
dan kerjasama tersebut berdasar atas hak, kewajiban serta tanggung jawab
masing-masing rang untuk mencapai tujuan (Djati Julitriarsa, 1998: 41).
Pengertian orgainsasi dari beberapa ahli antara lain:
a. James D. Money (1974)
Organisasi adalah bentuk dari perserikatan manusia untuk
mencapai suatu tujuan bersama.
b. Ralph Currier Davis (1951)
Organisasi adalah kelompok orang-orang yang
bekerja mencapai tujuan bersama dibawah pimpinan.
24

c. John D. Millet (1954)


Organisasi adalah sebuah kerangka struktur, sebagai wahana
dan wadah pelaksanaan pekerjaan banyak orang untuk mencapai suatu
tujuan bersama.
d. Dwight Waldo (1956)
Organisasi adalah struktur hubungan antar manusia berdasarkan
wewenang dan bersifat tetap dalam suatu sistem administrasi (Djati
Julitriarsa, 1998: 42-43).
e. Cyril Soffer (1973)
Organisasi adalahperserikatan orang, yang masing-masing
diberi peranan tertentudalam suatu sistem kerja dan pembagian kerja di
mana pekerjaan dibagi menjadi rincian tugas, diberikan di antara
pemegang peranan, dan kemudian digabung ke beberapa bentuk hasil.
(Sutarto,2006: 36).
Dari berbagai pendapat tentang pengertian organisasi tersebut
maka dapat disimpulkan adanya tiga macam pendapat yaitu: pertama,
Organisasi adalah kumpulan orang-orang. Kedua, Organisasi adalah
proses pembagian kerjadan Ketiga, Organisasi adalah sistem kerja sama.
Dari tiga macam pendapat di atas maka dapat disusun suatu definisi
tentang organisasi secara sederhana, yaitu: “Organisasi adalah suatu sistem
kerja sama dari sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu”(Djati
Julitriarsa, 1998:44).
Menurut Siswanto (2007: 73) “Organisasi dapat didefinisikan
sebagai sekelompok orang yang saling berinteraksi dan bekerja sama
untuk merealisasikan tujuan bersama”. Berdasarkan pendapat Siswanto
tersebut, bahwa organisasi adalah interaksi antara sekelompok orang yang
bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Dalam membentuk atau menentukan sebuah organisasi harus
diperhatikan ciri-ciri yang ada. Ciri-ciri organisasi merupakan beberapa
hal yang harus ada. Ciri-ciri organisasi menurut Siwanto (2007: 73) yaitu :
25

a. Suatu organisasi adalah adanya sekelompok orang yang


menggabungkan diri dengan suatu ikatan norma, peraturan, ketentuan
dan kebijakan yang telah dirumuskan dan masing- masing pihak siap
untuk mejalankannya dengan penuh tanggung jawab.
b. Dalam suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang tersebut
saling mengadakan hubungan timbal balik, saling memberi dan
menerima dan juga saling bekerjasama untuk melahirkan dan
merealisasikan maksud (purpose), sasaran (objective) dan tujuan (goal).
c. Dalam suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang saling
berinteraksi dan bekerjasama tersebut diarahkan pada suatu titik
tertentu, yaitu tujuan bersama dan ingin direalisasikan.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa setiap organisasi


harus mempunyai tiga unsur dasar yaitu sekeompok orang, kerjasama dan
tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian organisasi merupakan
sarana untuk melakukan kerjasama sekelompok orang dalam rangka
mencapai tujuan bersama. Jadi, dapat di ambil suatu kesimpulan bahwa
organisasi adalah sekelompok manusia yang bekerja sama, dimana kerja
sama tersebut dicanangkan dalam bentuk struktur organisasi atau
gambaran skematis tentang hubungan kerja, dalam rangka mencapai suatu
tujuan tertentu.

2. Tujuan Organisasi
Organisasi memang harus ada di dalam kehidupan manusia sebagai
instrumen yang dapat mempersatukan manusia dalam proses dinamika dan
keteraturan hidup. Dengan lahirnya organisasi Budi Utomo di Indonesia
mengakibatkan lahirnya organisasi-organisasi yang lain yang tentu
memiliki tujuan dan sasaran yang berbeda.
Organisasi-organisasi tanpa manajemen akan menjadi kacau dan
bahkan mungkin gulung tikar. Hal ini terbukti dengan jelas dalam situasi
yang tidak normal seperti adanya bencana ketika organisasi sedang tidak
26

teratur maka manajemen sangat dibutuhkan untuk membenahi organisasi


agar menjadi lebih baik.
Setiap organisasi memiliki keterbatasan akan sumber daya
manusia, uang dan fisik untuk mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan
mencapai tujuan sebenarnya tergantung pada tujuan yang akan dicapai
dengan cara menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tersebut.
Manajemen menentukan keefektifan dan efisiensi ditekankan pada
melakukan pekerjaan yang benar.

3. Ciri – Ciri Organisasi


Ilmu organisasi merupakan ilmu yang penting dimiliki, karena
dalam kehidupan kita tidak lepas dari organisasi. Di mulai dari lingkungan
yang sederhana dari keluarga, hingga struktur yang rumit seperti
organisasi pemerintahan. Adapun ciri-ciri organisasi:
a. Mempunyai tujuan & sasaran
b. Mempunyai keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati
c. Adanya kerja sama dari sekelompok orang
d. Mempunyai koordinasi tugas dan wewenang

4. Prinsip – Prinsip Organisasi


Berikut ini merupakan asas-asas atau prinsip-prinsip organisasi
sebagai berikut :
a. Organisasi harus memiliki tujuan yang jelas
Sebelumnya juga sudah dijelaskan bahwa tujuan yang jelas
yang benar-benar urgen bagi setiap organisasi agar terarah apa yang
dicita-cita orang-orang yang berada diorganisasi tersebut.
b. Skala Hirarki
Skala Hirarki dapat diartikan sebagai perbandingan kekuasaan
disetiap bagian yang ada. Kekuasaan yang terukur, jika jelas berapa
banyak bawahan dan jenis pekerjaan apa saja yang menjadi titik tumpu
sebuah organisasi. Artinya tidak sama antara kepala sekola dengan
27

pembantu kepala sekolah dalam ukuran hirarki kekuasaan. Yang hanya


bisa memerintah bawahan adalah atasan. Itu yang menjadi tolak ukur
di manapun organisasi itu berdiri.
c. Kesatuan perintah/komando
Untuk sentralisasi organisasi, kesatuan perintah itu terletak di
pucuk pimpinan tertinggi. Jika disekolah, maka kepala sekolahlah yang
bisa memerintah seluruh komponen sekolah, tetapi untuk
desentralisasi, pembantu kepala sekolah atau guru yang mempunyai
peran mengkomandokan bagian kekuasaan.
d. Pelimpahan wewenang
Dalam hal ini, ada dua pelimpahan wewenang, yakni :
1) Secara permanen yang ditandai dengan Surat Keputusan Tetap (SK)
2) Secara sementara yang sifatna dadakan. Contoh kepala sekolah
berhalangan menghadiri undangan rapat di Depdiknas tentang UIN,
amak yang berhak menggantikan adalah PKS I yang sifatnya
sementara.
e. Pertanggung Jawaban
Dalam melakukan tugas, semua bawahan bertanggung jawab
untuk melaksanakan tugas dan hasil kerjanya. Juga bertanggung jawab
atas kemajuan organisasi kepada bawahannya. Jadi semua pihak
bertanggung jawab pada setiap apa yang dia kerjakan.
f. Pembagian pekerjaan
Pembagian Pekerjaan sangat diperlukan untuk menutupi
ketidakmampuan setiap orang untuk mengerjakan semua pekerjaan
yang ada dalam organisasi. Perlu adanya spesialisasi pekerjaan yang
disuaikan dengan keahlian masing-masing. Kegiatan-kegiatan itu perlu
dikelompokkan dan ditentukan agar lebih efektif dalam mencapai
tujuan organisasi.
g. Rentang pengendalian
Jenjang atau rentang pengendalian berkaitan dengan jumlah
bawahan yang harus dikendalikan seorang atasan. Oleh sebab itu
28

tingkat-tingkat kewenangan yang ada harus dibatasi seminimal


mungkin sehingga tidak semua merasa menjadi atasan.
h. Fungsional
Bahwa seorang dalam organisasi secara fungsional harus jelas
tugas dan wewenang nya, kegiatannya, hubungan kerjanya, serta
tanggung jawabnya dalam pencapaian tujuan organisasi.
i. Pemisahan
Prinsip pemisahan ini berkaitan dengan beban tugas individu
yang tidak dapat dibebankan tanggung jawabnya kepada orang lain.
Kecuali ada hal-hal tertentu diluar kuasa manusia, misal sakit.
j. Keseimbangan
Prinsip ini berhubungan dengan keseimbangan antara struktur
organisasi yang efektif dengan tujuan organisasi. Keseimbangan antara
beban tugas, imbalan, waktu bekerja dan hasil pekerjaan.
k. Flexibelitas
Suatu pertumbuhan dan perkembangan organisasi tergantung
pada dinamika kelompok. Keseimbangan penugasan dengan imbalan
perlu diperhatikan dengan baik dalam memenuhi tujuan organisasi.
l. Kepemimpinan
Kepemimpinan sangat berarti bagi sebuah organisasi. Semua
aktivitas dijalankan oleh pemimpin. Pemimpin juga bertanggung jawab
atas kemajuan dan kemunduran organisasi. Seluruh fungsi-fungsi
manajemen akan dikendalikan sepenuhnya oleh pemimpin. Oleh
karena itu, kepemimpinan dianggap sebagai inti dari organisasi
ataupun manajemen.

5. Manfaat Organisasi
Mengikuti atau menjadi bagian dari sebuah organisasi mempunyai
dampak sangat besar untuk kehidupan, karena dalam sebuah organisasi
bisa di ibaratkan sebagai masyarakat dalam lingkup kecil.
29

Selalu ada masalah yang perlu dipecahkan bersama, sikap saling


menjaga dan bertanggungjawab terhadap keutuhan anggota atau pun
mempertahankan sebuah kelompok, memberikan gambaran sebuah
perjuangan panjang, dan ini akan sangat membantu ketika dalam
penyelesaian masalah atau memberikan masukan kepada masyarakat
dalam lingkup luas.

6. Unsur – Unsur Organisasi


Untuk bisa menjalankan sebuah organisasi secara optimal maka
diperlukan kelengkapan unsur dasar dalam organisasi itu sendiri. Dengan
adanya kelengkapan unsur tersebut maka organisasi dalam terlaksana
dengan baik. Berikut beberapa unsur yang harus ada dalam organisasi
adalah
a. Anggota organisasi yang terdiri dari pemimpin yang mengatur
organisasi secara umum, manajer yang mengepalai unit tertentu sesuai
fungsi bidang kerjanya dan orang-orang yang bekerja di bawah
manajer. Penyebutan ini biasanya disesuaikan dengan jenis
organisasinya masing-masing
b. Kerja sama menjadi bagian penting dalam sebuah organisasi, dengan
adanya kerja sama yang baik maka tujuan organisasi dapat dicapai
bersama-sama. Sehingga adanya tingkatan anggota akan membantu
memudahkan dalam mengatur bagian kerja untuk menjalin kerja sama
yang lebih baik
c. Tujuan organisasi akan menjadi arah perjalanan organisasi tersebut
dalam menentukan kegiatan yang dilakukan nantinya
d. Lingkungan seperti kondisi sosial, budaya, ekonomi dan teknologi
menjadi pendukung dalam mencapai tujuan dari organisasi yang telah
ditentukan sebelumnya
e. Peralatan adalah sarana seperti materi, budget dan barang modal lainnya
yang dapat menjadi tempat bekerja atau berkumpulnya organisasi
30

f. Komunikasi tentunya akan sangat mempengaruhi bagaimana setiap


anggota organisasi dapat bekerjasama dengan baik. Komunikasi yang
baik akan sangat mendukung perkembangan organisasi secara lebih
optimal sesuai dengan proses kerja yang sudah diatur sedemikian rupa

7. Bentuk – Bentuk Organsasi


Ada beberapa bentuk-bentuk organisasi, antara lain :
a. Organisasi pola Lini (Lini Organization)
Dalam bentuk ini garis komando terbentang lurus dari atas
(pucuk pimpinan) sampai kepada pelaksana di bawah, dan garis
pertanggung jawaban baik secara ketat menurut hirarkis dari bawah,
melalui unsure-unsur di tengah samapai ke atas. Dalam pola organisasi
ini terdapat garis wewenang yang berhubungan langsung dengan
vertical antara bawahan dan atasan.
b. Organisasi berpola Staf (Staf Organization)
Dalam pola ini semua hak, kekuasaan, dan tanggung jawab
dibagi habis pada unit kerja yang ada secara bertingkat dibawahnya.
Setiap unit memperoleh sebagian hak dalam menentukan kebijaksanaan
sepanjang tidak bertentangan dengan kebijaksanaan umum dan pucuk
pimpinan atau pimpinan tertinggi.
Hak tersebut tentunya berkenaan dengan bidang tugasnya
masing-masing. Masing-masing pimpinan mempunyai hak penuh atas
bagian yang dipimpinnya juga mempertanggung jawabkannya kepada
pimpinan tertinggi.
c. Organisasi pola lini dan staf (Line and Staf Organization)
Pola ini merupakan gabungan dari kedua pola organisasi
tersebut di atas. Yaitu menempatkan menempatkan pucuk pimpinan
sebagai pemegang hak dan kekuasaan tertinggi, namun tidak semua
hak/tanggung jawab tersebut dilimpahkan sepenuhnya pada bagian/unit
kerja yang ada.
31

8. Organisasi Kemahasiswaan
Organisasi kemahasiswaan merupakan bentuk kegiatan di
perguruan tinggi yang diselenggarakan dengan prinsip dari, oleh dan untuk
mahasiswa (Silvia Sukirman, 2004:72). Organisasi tersebut merupakan
wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan
wawasan peingkatan ilmu dan pengetahuan, serta integritas kepribadian
mahasiswa. Organisasi kemahasiswaan juga sebagai wadah pengembangan
kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa dipergurua tinggi yang meliputi
pengembangan penalaran, keilmuan, minat, bakat dan kegemaran
mahasiswa itu sendiri (Paryati Sudarman, 2004:34-35). Hal ini dikuatkan
oleh Kepmendikbud RI. No. 155/U/1998 Tentang Pedoman Umum
Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, bahwa:Organisasi
kemahasiswaan intra-perguruan tinggi adalah wahana dan sarana
pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan
peningkatan kecendikiaan serta integritas kepribadian untuk mencapai
tujuan pendidikan tinggi.
Sedangkan menurut Silvia Sukirman (2004:69), organisasi
kemahasiswaan adalah kegiatan tidak wajib atau pilihan yang penting
diikuti oleh setiap mahasiswa selam studinya sehingga melengkapi hasil
belajar secara utuh. Pilihan Kegiatan ekstrakurikuler harus sesuai dengan
minat dan bakat mahasiswa karena kegiatan tersebut merupakan sarana
pelengkap pembinaan kemampuan pribadi sebagai calon intelektual di
masyarakat nantinya.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan
organisasi kemahasiswaan meliputi pengembangan penalaran, keilmuan,
minat, bakat dan kegemaran yang bisa diikuti oleh mahasiswa di tingkat
jurusan, fakultas dan universitas. Tujuannya untuk memperluas wawasan,
ilmu dan pengetahuan serta membentuk kepribadian mahasiswa.
Bertitik tolak dari berbagai penjelasan di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa keaktifan mahasiswa dalam kegiatan organisasi yaitu
mahasiswa yang secara aktif menggabungkan diri dalam suatu kelompok
32

atau organisasi tertentu untuk melakukan suatu kegiatan dalam rangka


mencapai tujuan organisasi, menyalurkan bakat, memperluas wawasan
dan membentuk kepribadian mahasiswa seutuhnya. Setelah kesemua itu
diperoleh oleh mahasiswa, diharapkan dapat meningkatkan prestasi
belajarnya, sehingga kegiatan organisasi tidak menjadi faktor penghambat
dalam memperoleh prestasi belajar yang baik. Namun sebaliknya, menjadi
faktor yang dapat mempengaruhi untuk mendapatkan prestasi belajar yang
baik.
Menurut Silvia Sukirman (2004:72-73), organisasi kemahasiswaan
terdiri dari:
a. Organisasi kemahasiswaan intra-universiter, disebut juga organisasi
kemahasiswaan di perguruan tinggi, adalah organisasi kemahasiswan
yang berkedudukan di dalam perguruan tinggi yang bersangkutan.
Bentuk-bentuk organisasi kemahasiswan itu antara lain:
1) Senat mahasiswa perguruan tinggi (SMPT), merupakan wadah atau
badan normatif dan perwakilan tertinggi mahasiswa dengan tugas
pokok mengkoordinasikan kegiataan ekstrakurikuler pada tingkat
perguruan tinggi.
2) Unit Kegiatan Kemahasiswaan (UKM), merupaka wadah kegiatan
ekstrakurikuler di perguran tinggi, yang bersifat penalaran dan
keilmuan, minat dan kegemaran, kesejahteraan mahasiswa serta
pengabdian masyarakat. Sebagai contoh ada unit kegiatan untuk
olahraga seperti basket, sepak bola, bela diri; ada juga unit kegiatan
untuk kesenian sepeti panduan suara, budaya tradisional.
3) Himpunan mahasiswa jurusan, merupakan wadah kegiatan
ekstrakurikuler di perguruan tinggi, yang bersifat penalaran dan
keilmuan yang sesuai dengan program studi pada jurusan.
b. Organisasi kemahasiswaan ekstra-universiter, yaitu organisasi
kemahasiswaan yang berkedudukan di luar perguruan tinggi tertentu,
seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Gerakan Mahasiswa
Nasional Indonesia (GMNI), dan lain-lain.
33

9. Karakteristik Organisasi Kemahasiswaan


Tiap organisasi mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.
Diantara karakteristik tersebut yaitu bersifat dinamis, memerlukan
informasi, mempunyai tujuan dan struktur.
a. Dinamis, organisasi suatu sistem terbuka terus-menerus mengalami
perubahan, karena selalu menghadapi tantangan baru dari
lingkungannya dan perlu menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungan yang selalu berubah tersebut.
b. Memerlukan informasi, tanpa informasi organisasi tidak dapat jalan.
Oleh karena itu komunikasi memegang peran penting dalam organisasi
untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan bagi organisasi.
Informasi yang dibutuhkan ini baik dari dalam organisasi sendiri
maupun dari luar organisasi.
c. Mempunyai tujuan, organisasi merupakan kelompok orang yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan organisasi
hendaknya dihayati oleh seluruh anggota organisasi sehingga setiap
anggota dapat diharapkan mendukung pencapaian tujuan organisasi
melalui partisipasi mereka secara individual.
d. Terstruktur, dalam mencapai tujuannya organisasi biasanya membuat
aturan-aturan, undang-undang dan hierarki hubungan dalam organisasi.
Suatu organisasi mengembangkan suatu struktur yang membantu
organisasi mengontrol dirinya sendiri (Muhammad, 2007:29-31). Hasil
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dapat dikatakan sebagai
suatu organisasi jika di dalam organisasi tersebut memiliki karakteristik
seperti, dinamis (mengalami perubahan), memerlukan informasi (baik
informasi dari dalam organisasi itu sendiri maupun dari luar),
mempunyai tujuan (mencapai tujuan organisasi dengan cara seluruh
anggota aktif berpartisipasi pada setiap kegiatan organisasi), terstruktur
(mempunyai aturan-aturan sebagai kontrol diri anggota dalam
menjalankan tugas).
34

10. Manfaat Organisasi Kemahasiswaan


Organisasi merupakan kegiatan yang tidak wajib atau pilihan yang
penting untuk diikuti oleh mahasiswa selama studinya sehingga
melengkapi hasil belajar secara utuh. Menurut Silvia Sukirman (2004:70),
manfaat kegiatan organisasi kemahasiswaan adalah:
a. Melatih berkerja sama dalam bentuk tim kerja multi disiplin
b. Membina sikap mandiri, percara diri, disiplin, dan bertanggung jawab
c. Melatih berorganisasi
d. Melatih berkomunikasi dan menyatakan pendapat didepan umum
e. Membina dan mengembangakan minat dan bakat
f. Menambah wawasan
g. Meningkatkan rasa kepedulian dan kepekaan pada masyarakat dan
lingkungan mahasiswa
h. Membina kemampuan kritis, produktif, kreatif, inovatif

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dengan mengikuti


kegiatan organisasi mahasiswa akan memperoleh banyak manfaat antara
lain melatih kerja sama, menambah wawasan dan membina kepercayaan
diri untuk tampil di depan umum. Selain itu mahasiswa juga dapat
memperoleh wawasan yang luas sehingga dalam hal prestasi belajar
diharapkan juga dapat meningkat.
Namun jika dalam melakukan kegiatan organisasi tidak diimbangi
dengan faktor-faktor lain seperti motivasi dan disiplin belajar maka
kegiatan organisasi akan menghambat dalam mencapai prestasi belajar
yang baik. Namun sebaliknya apabila faktor motivasi dan disiplin belajar
tersebut ada dalam diri seseorang tersebut, maka kegiatan organisasi tidak
menjadi penghambat untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi.
35

C. Penelitian yang Relevan


Dalam penelitian ini, sejauh yang penulis ketahui belum ada tulisan
ilmiah yang membahas tentang penelitian kali ini. Namun ada beberapa
tulisan ilmiah yang mendekati dengan pembahasan penulis yaitu:
1. Hasil penelitian dari Yudi Irmansyah, Pasca Sarjana UIN Sunan
Gunung Djati Bandung. Dengan judul “Pengambilan Keputusan Dalam
Organisasi Lembaga Pendidikan”. Dari penelitian itu dapat diambil
kesimpulan yaitu :kebijakan dasar pengambilan keputusan di MTs Al
Falah Cicalengka Kabupaten Bandung merupakan proses penyusunan
program baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. selain
dari itu pengambilan kebijakan dan keputusan dilakukan untuk
menyelesaikan berbagai masalah yang di hadapi lembaga. kemudian
faktor utama yang mempengaruhi pengambilan kebijakan adalah
adanya keterbatasan wewenang kepala sekolah yang berada di bawah
yayasan.
2. Hasil penelitian dariTri Joko, Universitas Muhammadiyah Metro-
Lampung. Dengan Judul “Implementasi Manajemen Organisasi Siswa
Intra Sekolah Sebagai Strategi Dalam Pengembangan Kepemimpinan
Siswa Smp Negeri 2 Sukadana”. Dari penelitian itu dapat disimpulkan
yaitu : implementasi manajemen Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
sebagai strategi pengembangan kepemimpinan siswa SMP Negeri 2
Sukadana bahwa OSIS sebagai satu-satunya wadah organisasi siswa di
SMP Negeri 2 Sukadana berusaha membekali dan meningkatkan
pengetahuan tentang sikap kepemimpinan melalui proses pembelajaran
dan pelatihan. Proses pembelajaran dilakukan dengan cara mengelola
suatu kegiatan yang melibatkan unsur-unsur sekolah dan masyarakat.
Sedangkan pelatihannya dengan merumuskan program dan
menjalankan program tersebut sebagai suatu kegiatan OSIS, sehingga
akan dihasilkan pengurus OSIS sebagai ujung tombak sekolah, panutan
dan contoh, mitra sekolah dalam menciptakan dan memelihara
36

keamanan, kebersihan, keindahan dan ketertiban serta kekeluargaan


dalam sekolah.
3. Hasil penelitian dari Nadia Putri,UniversitasNegeri Padang. Dengan
judul “Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi Lembaga
Pendidikan”. Dari penelitian itu dapat disimpulkan yaitu: Pengambilan
Keputusan dalam suatu organisasi lembaga pendidikan adalah salah
satu upaya yang ditempuh untuk memperoleh tujuan yang diharapkan
dengan memilih alternatif pemechan masalah yang tepat. Dalam
pengambilan keputusan perlu mempertimbangkan faktor resiko dan
sesuai dengan dasar yang jelas. Pengambilan keputusan di Pondok
Pesantren Adlaniyah berdasarkan pemegang jabatan tertinggi yaitu
ketua yayasan. Pengambilan keputusan berdasarkan koordinasi dari
ketua Yayasan dan berkonsultasi dengan Kepala Sekolah yang memiliki
kekuasaan terbatas.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian


Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah field research (penelitian
lapangan) yaitu secara langsung mengadakan pengamatan untuk memperoleh
informasi yang diperlukan dalam menyusun suatu laporan penelitian. Dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Dan pada
pendekatan ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti
wawancara, observasi dan dokumenter.
1. Mulyana (2008:151) mendiskripsikan penelitian dengan menggunakan
metode ilmiah untuk mengungkapkan suatu fenomena dengan cara
mendeskripsikan data dan fakta melalui kata-kata secara menyeluruh
terhadap subjek penelitian.
2. Moleong (2013:6). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain
secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
Bahasa, pada suatu konteks khusus yang ilmiah dan dengan memanfaatkan
berbagai motede alamiah.
Penelitian kualitatif dipilih dengan pertimbangan bahwa peniliti akan
meneliti tentang teknik pengambilan keputusan yang digunakan oleh ketua
HMJ MPI IAIN Batusangkar.

B. Latar dan Waktu Penelitian


Penelitian ini bertempatan di HMJ MPI IAIN Batusangkar, Kabupaten
Tanah Datar. Waktu penelitian ini dimulai dari bulan Januari 2019. Dengan
melakukan observasi awal yang memakan waktu selama 12 hari di HMJ MPI
IAIN Batusangkar.

37
38

Tabel 3. 1
Waktu dan Rancangan Penelitian
Kegiatan Bulan

juni Juli Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb


s
Penyusunan √
Proposal Skripsi
Bimbingan √
Proposal skripsi
Seminar Proposal √
Skripsi
PerbaikanPaska √
Seminar
KegiatanPenelitia √ √
n
Pengolahan Data √
Penelitian
LaporanPenelitia √
n
Munaqasah √

C. Sumber Data
Sumber data adalah sumber informasi yang peneliti dapatkan dari
sesuatu yang akan diteliti yang mana sumber data terdiri dari data primer dan
sekunder.
1. Data primer adalah data yang diperoleh dari subjek penelitian itu sendiri
yaitu ketua, sekretaris dan anggota HMJ MPI IAIN Batusangkar.
2. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari: dokumen, rekaman, dan
termasuk hasil pengamatan langsung (observasi ) penulis.
39

D. Instrumen Penelitian
Adapun alat yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitiannya
adalah:
1. Pedoman wawancara ( interview guide atau interview schedule) karena
penulis melakukan wawancara semi terstruktur yaitu pelaksanaan
wawancara lebih bebas dan bertujuan untuk menemukan masalah
permasalahan secara lebih terbuka, dimana responden dimintai pendapat
dan ide-idenya. Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik dan
peneliti memiliki bukti telah melalukan wawancara kepada informan atau
sumber data, maka diperlukan alat-alat sebagai berikut:
a. Buku catatan berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan
sumber data, notebook yang dapat digunakan untuk membantu mencatat
data hasil wawancara.
b. Handpone yang berfungsi untuk merekam semua percakapan atau
pembicaraan.
c. Camera untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan
dengan informan.
2. Dokumen, instrumennya dalam bentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari HMJ MPI IAIN Batusangkar. Dalam bentuk tulisan
seperti, sejarah lembaga,biografi, peraturan dan sebagainya.
Untuk memperoleh data dan informasi yang akurat serta valid dalam
suatu penelitian, berbagai hal yang dapat dilakukan untuk memperoleh data
tersebut. Maka dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik
pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.

E. Teknik Analisis Data


Menurut Sugiyono (2007:335) analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
cacatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting yang akan dipelajari
40

serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan
orang lain.
Miles dan Hubermen (Sugiyono, 2007:337) mengemukakan bahwa
analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh. Aktifitas dalam data tersebut terdiri atas:
a. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyerdahaan, pengabstrakan dan tranformasi data kasar yang
muncul dalam catatan-catatan penulis dilapangan. Kegiatan reduksi data
meliputi: (1) meringkas data, (2) mengkode, (3) menelusur nama dan, (4)
membuat gugus-gugus.
b. Penyajian data
Tahap ini merupakan pengumpulan sejumlah informasi sehingga
dimungkinkan untuk diambil kesimpulan. Bentuk penyajian data dapat
berupa teks naratif dan jaringan atau bentuk lain yang dipahami peneliti.
Dalam penelitian ini, penulis menghimpun data responden. Data
yang didapat tersebut kemudian penulis edit dan disederhanakan. Lalu
dideskripsikan dan disusun untuk kemudian diambil kesimpulan.
c. Penarikan kesimpulan
Kesimpulan yang dikemukakan didukung oleh bukti-bukti yang
valid. Kesimpulan berupa deskripsi atau gambaran mengenai Teknik
Pengambilan Keputusan dalam Organisasi di Himpunan Mahasiswa
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam IAIN Batusangkar.

F. Teknik Penjamin Keabsahan Data


Moleong (2007 :324) berpendapat bahwa dalam penelitian kualitatif
diperlukan suatu teknik pemeriksaan keabsahan data. Untuk memperoleh
keabsahan data temuan perlu diteliti kredibilitasnya dengan menggunakan
teknik sebagai berikut:
41

1. Persistent observation (ketekunan pengamatan)


Merupakan mengadakan observasi serta terus-menerus terhadap
objek penelitian guna memahami gejala lebih mendalam terhadap sebagai
aktivitas yang sedang berlangsung dilokasi penelitian.
2. Triangulasi
Merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan
atau perbandingan terhadap data. Triangulasi dilakukan dengan cara
mengecek hasil wawancara dengan hasil observasi dan dokumentasi serta
mengecek kembali data yang diterima dari informan satu dengan informan
lainnya.
3. Menggunakan bahan referensi
Dalam hal ini, laporan penelitian dilengkapi dengan foto-foto.
Selain itu juga dilengkapi dengan dokumen autentik yang berhubungan
denga fokus penelitian sehingga menjadi lebih dapat dipercaya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Temuan Umum
1. Sejarah berdirinya HMJ MPI IAIN Batusangkar
Himpunan Mahasiswa Program Studi Manajemen Pendidikan
Islam (HMPSMPI) merupakan Organisasi Kemahasiswaan sebagai
gerakan mahasiswa STAIN Batusangkar dalam Program Studi MPI yang
dalam misinya untuk menjalin keselamatan dan kesejahteraan umat dalam
rangka membangun Program Studi yang terbaik dan terdepan di STAIN
Batusangkar. Himpunan Mahasiswa Program Studi Manajemen
Pendidikan Islam (HMPS MPI) terbentuk di STAIN Batusangkar yang
cikal bakalnya dari mahasiswa program studi MPI dan IPAUDI/PGRA
yang sebelumnya berada dibawah naungan HMPS KI/BK.
Maka pada akhir tahun 2013 muncul insiatif dari beberapa
mahasiswa angkatan pertama dari MPI dan IPAUDI untuk Pembentukan
Kepanitiaan MUHIMA (Musyawarah Himpunan Mahasiswa) perdana,
atau MUHIMA ke-1 HMPS MPI demi Kelanjutan Arah Tujuan
Oraganisasi, Estafet Kepengurusan dan Terpilihnya Ketua Umum yang
baru. Dengan diadakannya MUHIMA (Musyawarah Himpunan
Mahasiswa) pada Tahun 2014 ini maka dibentuklah kepengurusan yang
baru dengan terpilihnya Benni Yuli Afrizon sebagai ketua umum perdana
HMPS MPI. Dengan harapan lahirnya HMPS MPI dapat menjadi wadah
sebagai rumah tempat berkumpulnya Mahasiswa dalam program studi
yang sama, dan wahanauntuk aktualisasi diri mahasiswa sebagai agent of
change, serta langkah nyata untuk pengabdian terhadap Prodi dan
Perguruan Tinggi.
Pada tanggal 14 Mei 2016 Himpunan Mahasiswa Program Studi
(HMPS) Manajemen Pendidikan Islam (MPI) beralih nama menjadi
Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Manajemen Pendidikan Islam (MPI)
setelah diadakaannya Musyawarah Luar Biasa (MUSLUB) dengan

42
43

ketentuan yang berlaku. Diadakannya MUSLUB oleh HMJ MPI


dikarenakan STAIN Batusangkar beralih status menjadi IAIN
Batusangkar, dan seluruh komponen dan jajaran pun beralih status maka
dari itu HMPS MPI mengadakan MUSLUB untuk pergantian alih status
tersebut.
2. Visi dan Misi HMJ MPI IAIN Batusangkar
a. Visi
Mewujudkan lembaga kemahasiswaan yang terdepan, unggul
dalam Akademik dan Organisasi seta Berjiwa Islami “.
b. Misi
1) Menampung dan menyalurkan aspirasi mahasiswa.
2) Mengoptimalkan kinerja kepengurusan HMJ MPI.
3) Menumbuhkan rasa kebersamaan sesama mahasiswa MPI dan
lembaga lain melalui berbagai kegiatan HMJ sehingga terwujudnya
suasana kekeluargaan.
4) Menjadikan HMJ sebagai wadah menunjang kegiatan akademis dan
organisasi.
3. AD ART HMJ MPI 2018
Adapun penyelenggaraan Organisasi ini berpedoman kepada
Anggaran Dasar sebagai berikut :
BAB I
Nama, Waktu Dan Tempat Kedudukan
Pasal 1
Nama
Organisasi ini bernama Himpunan Mahasiswa Jurusan
Manajemen Pendidikan Islam yang disingkat dengan HMJ MPI.
Pasal 2
Waktu
Himpunan Mahasiswa JurusanManajemen Pendidikan
Islam di IAIN Batusangkar didirikan pada 23 Desember 2013
untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
44

Pasal 3
Tempat Kedudukan
Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan
Islam berada di IAIN Batusangkar.
BAB II
Asas dan Landasan
Pasal 4
Asas
Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan
Islam berasaskan Islam dan Pancasila.
Pasal 5
Landasan
Himpunan Mahasiswa JurusanManajemen Pendidikan
Islam berlandaskan pada:
1. Al-Quran dan Sunnah
2. UUD 1945
3. Tri darma perguruan tinggi
4. AD/ART Lembaga Kemahasiswaan
5. AD/ART HMJ MPI
BAB III
Visi, Misi, dan Sifat
Pasal 6
Visi
Mewujudkan lembaga kemahasiswaan yang terdepan,
unggul dalam akademik dan organisasi serta berjiwa islami.
Pasal 7
Misi
1. Menampung dan menyalurkan aspirasi mahasiswa
2. Mengoptimalisakan kinerja kepengurusan HMJ MPI
45

3. Menumbuhkan rasa kebersamaan sesama mahasiswa MPI dan


lembaga lain melalui berbagai kegiatan HMJ sehingga
terwujudnya suasana kekeluargaan
4. Menjadikan HMJ sebagai wadah menunjang kegiatan akademis
dan organisasi
5. Meningkatkan ketaqwaan dan kesadaran melalui diskusi islami
baik ekstenal dan internal kampus.
Pasal 8
Sifat
Himpunan Mahasiswa JurusanManajemen Pendidikan
Islam bersifat Aktif, Kreatif, Inovatif dan Independen, yaitu:
1. Indenpenden, yaitu kebebasan dalam menetapkan kebijakan
koordinasi dengan pihak Senat Mahasiswa IAIN Batusangkar.
2. Aspirasi, yaitu sebagai wadah penyaluran kegiatan dari suara
mahasiswa/i jurusan MPI IAIN Batusangkar.
3. Proaktif, yaitu harus bertanggung jawab terhadap perencanaan
dan merealisasikan program kerja.
4. Inovatif, yaitu berorientasi terhadap pengembangan organisasi
ke depan.
5. Transparan, yaitu akuntabel terhadap pengelolaan keuangan
organisasi kepada mahasiswa/i jurusan MPI dan pimpinan IAIN
Batusangkar.
6. Kritis, yaitu tanggap dengan segera merespon apapun yang
terjadi di IAIN Batusangkar.
BAB IV
Status, Fungsi, dan Tujuan
Pasal 9
Status
Himpunan Mahasiswa JurusanManajemen Pendidikan
Islam berstatus Organisasi Intra Kampus serta kelengkapan non-
46

struktural dari IAIN Batusangkar bagian yang tidak terikat dari


pimpinan secara langsung kepada bawahan non-struktural.
Pasal 10
Fungsi
Himpunan Mahasiswa JurusanManajemen Pendidikan
Islam IAIN Batusangkar berfungsi:
1. Sebagai wadah Silaturahmi dan Komunikasi Mahasiswa.
2. Sebagai wadah aktualisasi potensi diri mahasiswa.
3. Sebagai wahana pengabdian kepada agama, bangsa, dan negara.
4. Sebagai wadah Pengembangan Potensi Mahasiswa sebagai
Insan Akademis, Intelektual, beriman dan kritis yang berguna
bagi masyarakat nusa dan bangsa.
5. Sebagai wadah pembinaan dan pengembagan kader-kader
agama dan bangsa sebagai estafet melanjutkan kesinambungan
pembangunan nasional.
6. Sebagai wadah pemeliharaan, pengembangan ilmu keagamaan
dengan norma-norma, etika, moral dan wawasan kebangsaan
Pasal 11
Tujuan
Himpunan Mahasiswa JurusanManajemen Pendidikan
Islam bertujuan terbentuknya pribadi luhur yang berkeadilan,
bertanggun jawab, muslim, cendikia, professional dan bertindak
untuk kesejahteraan umat.
47

BAB V
Arti Lambang/Logo Organisasi
Pasal 12
Lambang Organisasi

Arti Lambang Organisasi:


1. Gonjong : Menjelaskan fungsi manajemen POAC.
2. Segitiga : Kepemimpinan
3. Al-Qur’an : Pedoman hidup manusia
4. Rantai : Persatuan
5. Padi : Kerendahan hati dan berilmu pengetahuan yang
tinggi
6. Kapas : Berhati bersih dan berjiwa mulia
BAB VI
Keanggotaan
Pasal 13
Himpunan Mahasiswa JurusanManajemen Pendidikan
Islam adalah seluruh mahasiswa/i berasal dari Jurusan MPI.
BAB VII
Kader HMJ MPI
Pasal 14
Kader Himpunan Mahasiswa JurusanManajemen
Pendidikan Islam adalah mahasiswa/i yang telah mengikuti Forum
48

Silaturrahmi Mahasiswa (FORSIMA) yang diadakan oleh HMJ


MPI.

BAB VIII
Perangkat Organisasi
Pasal 15
Perangkat organisasi Himpunan Mahasiswa
JurusanManajemen Pendidikan Islam (HMJ MPI) terdiri dari:
1. Ketua Umum.
2. Wakil Ketua Umum.
3. Sekretaris.
4. Bendahara.
5. Departemen
a. Departemen Pembinaan Anggota
b. DepartemenForum Kajian Intelektual.
c. DepartemenKegamaan.
d. DepartemenBakat dan Minat
e. Departemen Hubungan Perguruan Tinggi
f. Departemen Hubungan Masyarakat.
g. DepartemenAdministrasi
h. Departemen Pemberdayaan Perempuan
BAB IX
Atribut Organisasi
Pasal 16
Atribut terdiri dari:
1. Lambang dan logo
2. Stempel
3. Kop surat
4. Bendera
49

BAB X
Keuangan
Pasal 17
Keuangan Himpunan Mahasiswa JurusanManajemen
Pendidikan Islambersumber dari:
1. Dana Kas Anggota Himpunan Mahasiswa JurusanManajemen
Pendidikan Islam.
2. Dana kas dijalankan untuk kepengurusan selanjutnya.
3. Dana Dipa IAIN Batusangkar.
4. Dana lain yang tidak mengikat.
BAB XI
Permusyawaratan
Pasal 18
Musyawarah dalam Himpunan Mahasiswa
JurusanManajemen Pendidikan Islam IAIN Batusangkar berbentuk
Musyawarah Himpunan Mahasiswa Jurusan MPI(MUHIMA HMJ
MPI)MusyawarahLuar Biasa Himpunan Mahasiswa Jurusan MPI
(MUSLUB HMJ MPI).
BAB XII
Aturan Tambahan
Pasal 19
Setelah berlakunya Anggaran Dasar ini, maka seluruh
pengelolaan Himpunan Mahasiswa JurusanManajemen Pendidikan
Islam mengacu pada Anggaran Dasar Himpunan Mahasiswa
JurusanManajemen Pendidikan Islam.
Pasal 20
Dengan disahkannya Anggaran Dasar ini maka semua
pengurus MUHIMA (Musyawarah Himpunan Mahasiswa)
dianggap mengetahui Anggaran Dasar ini dan berkewajiban
mensosialisasikannya serta melaksanakannya.
50

BAB XIII
Penutup
Pasal 21
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar
Himpunan Mahasiswa JurusanManajemen PendidikanIslam (AD
HMJ MPI)akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga Himpunan
Mahasiswa JurusanManajemen Pendidikan Islam (ART HMJ
MPI).

Pasal 22
1. Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal 28 Desember 2017
dan akan ditinjau kembali bilamana ada kekeliruan di dalamnya.
2. Dengan ditetapkannya Anggaran Dasar ini, maka Anggaran
Dasar Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan
Islam sebelumnya dinyatakan tidak berlaku.

ANGGARAN RUMAH TANGGA ( ART )


HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
(HMJ MPI)

BAB I
Keanggotaan
Pasal 1
Anggota Organisasi
Anggota Himpunan Mahasiswa JurusanManajemen
Pendidikan Islam IAIN Batusangkar terdiri atas:
1. Anggota Muda, yaitu mahasiswa/i terdaftar sebagai mahasiswa/i
IAIN Batusangkar Jurusan MPI.
2. Anggota Biasa, yaitu mahasiswa/i terdaftar sebagai
mahasiswa/iIAIN Batusangkar Jurusan MPI yang aktif dan yang
51

telah mengikuti dan lulus orientasi yang diadakan oleh HMJ


MPI.
Pasal 2
Masa Keanggotaan
Masa keanggotaan HMJ MPI adalah:
1. Selama menjadi mahasiswa JurusanMPI IAIN Batusangkar.
2. Masa keanggotaan akan hilang atau dicabut apabila:
a. Meninggal dunia.
b. DO (Drop Out/dikeluarkan).
c. Menyelesaikan studinya di IAIN Batusangkar.
Pasal 3
Hak dan Kewajiban Anggota
1. Hak anggota muda:
a. Anggota muda memiliki hak untuk memilih kepengurusan
HMJ MPI.
b. Memperoleh perlakuan yang adil dari setiap kebijakan HMJ
MPI.
c. Memberikan saran, usulan, dan pertanyaan baik lisan maupun
tulisan kepada pengurus HMJ MPI.
d. Berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan HMJ MPI.
2. Hak anggota biasa
a. Anggota biasa memiliki hak untuk memilih dan dipilih dalam
kepengurusan HMJ MPI.
b. Memperoleh perlakuan yang adil dari setiap kebijakan HMJ
MPI.
c. Memberikan saran, usulan, dan pertanyaan baik lisan maupun
tulisan kepada pengurus HMJ MPI.
d. Berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan HMJ MPI
3. Kewajiban anggota muda:
a. Menjaga nama baik HMJ MPI.
52

b. Menjunjung tinggi etika, sopan santun dan moralitas dalam


berprilaku dan menjalankan aktivitas.
c. Menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dan Tri Darma Perguruan
Tinggi.
d. Menjunjung tinggi AD/ART HMJ MPI dan berpartisipasi
aktif disetiap kegiatan HMJ MPI.
e. Menjaga dan merawat seluruh fasilitas HMJ MPI.
f. Menghormati simbol-simbol dan atribut HMJ MPI.

BAB II
Pelanggaran dan Sanksi
Pasal 4
Bentuk-Bentuk Pelanggaran
Bentuk-bentuk pelanggaran:
1. Pelanggaran ringan, yaitu pelanggaran terhadap AD/ART yang
menimbulkan kerugian moral dan meteril serta bisa ditolerir.
2. Pelanggaran sedang, yaitu pelanggaran terhadap AD/ART HMJ
MPI yang menimbulkan kerugian moral dan materil serta bisa
dibina.
3. Pelanggaran berat, yaitu pelanggaran terhadap AD/ART HMJ
MPI yang menimbulkan kerugian moral dan meteril serta tidak
dapat ditolerir.
Pasal 5
Sanksi
1. Sanksi ringan, baik berupa teguran, lisan, maupun tulisan.
2. Pelanggaran sedang, berupa membayar ganti rugi atau dengan
denda terhadap kerugian yang dialami HMJ MPI serta diberikan
skorsing dalam kegiatan HMJ MPI
3. Sanksi berat, berupa pemecatan dari keanggotaan HMJ MPI dan
atau dilaporkan pada pihak berwajib bila dipandang perlu.
53

4. Sanksi 1, 2, dan 3 terpenuhi pengurus HMJ MPI melaporkan


kepada kajur dan Dekan.
Pasal 6
Mekanisme Pemberian Sanksi
Pemberian sanksi diberikan oleh kepengurusan setelah
melakukan musyawarah dengan Pembina HMJ MPI.
BAB III
Permusyawaratan
Pasal 7
Musyawarah Himpunan Mahasiswa (MUHIMA)
1. Musyawarah Himpunan Mahasiswa (MUHIMA) adalah forum
musyawarah tertinggi di HMJ MPI.
2. Musyawarah Himpunan Mahasiswa (MUHIMA) diselenggarakan
satu (1) tahun sekali.
Pasal 8
Tugas dan wewenang
1. Meminta laporan pertanggungjawaban (LPJ) pengurus HMJ MPI.
2. Membahas dan menetapkan AD/ART HMJ MPI.
3. Merumuskan dan menetapkan Program kerja dan rekomendasi
yang bersifat interen dan eksteren.
4. Memilih pengurus HMJ MPI dengan cara memilih formatur/
ketua(nama lainnya) dan dua orang mide formatur.
Pasal 9
Tata tertib
1. Himpunan mahasiswa jurusan Manajemen Pendidikan Islam adalah
seluruh mahasiswa/i berasal dari jurusan Manajemen Pendidikan
Islam.
2. PengurusHMJMPImenyampaikan laporan pertanggungjawaban
(LPJ).
3. Undangan sebagai peserta peninjau.
4. Peserta penuh memiliki hak bicara dan hak suara.
54

5. Peserta peninjau hanya memiliki hak bicara.


6. Musyawarah Himpunan Mahasiswa (MUHIMA) dapat dinyatakan
sah apabila dihadiri oleh setengah + satu dari jumlah peserta penuh.
7. Apabila ayat enam (6) tidak tepenuhi, maka sidang diundur 2x15
menit dan setelah itu sidang dinyatakan sah.
8. Setelah menyampaikan laporan Pertanggungjawaban (LPJ) dan
dibahas oleh sidang Musyawarah Himpunan Mahasiswa
(MUHIMA),maka pengurus HMJdinyatakan demisioner.
Pasal 10
Pengambilan keputusan
1. Pengambilan keputusan dalam Musyawarah Himpunan Mahasiswa
(MUHIMA), dilaksanakan dengan musyawarah dan mufakat.
2. Apabila ayat satu (1) tidak terpenuhi, maka dilakukan lobbying.
3. Apabila ayat satu (1) dan dua (2) tidak terpenuhi, maka keputusan
diambil berdasarkan suara terbanyak (voting).
Pasal 11
MusyawarahLuar Biasa Himpunan MahasiswaJurusan
(MUSLUB HMJ)
1. Musyawarah Luar Biasa Himpunan MahasiswaJurusan (MUSLUB
HMJ) adalah musyawarah bersama anggota untuk mengambil
keputusan tertinggi setelah Musyawarah Himpunan Mahasiswa
(MUHIMA) yang dilaksanakan untuk membahas masalah-masalah
yang penting dan mendesak berkaitan dengan HMJ MPI.
2. Pelaksanaan Musyawarah Luar Biasa Himpunan Mahasiswa
(MUSLUB HMJ) dapat dilaksanakan apabila telah mendapatkan
suara atau persetujuan dari anggota HMJ MPI minimal 50 % + 1
dari jumlah anggota.
55

BAB IV
Kepengurusan
Pasal 12
Syarat Kepengurusan:
1. Kepengurusan HMJ MPI merupakan hak otonom menurut
AD/ART HMJ MPI.
2. Ketua HMJ MPI dipilih oleh anggota, melalui musyawarah atau
mekanisme yang telah ditetapkan HMJ MPI.
3. Ketua HMJ MPI berhak memilih pengurus HMJ MPI dan
menempatkannya pada bidang bidang yang telah ditetapkan.
4. Ketua HMJMPI bertanggung jawab kepada seluruh anggota.
5. Ketua HMJ MPI berhak meresuffle pengurus HMJ MPI jika
yang bersangkutan tidak lagi memenuhi syarat-syarat
kepengurusan HMJ MPI.
6. Yang dapat menjadi pengurus HMJ MPI adalah:
a. Anggota HMJ MPI adalah mahasiswa/i aktif yang terdaftar
sebagai mahasiswa/iIAIN Batusangkar minimal semester 3
dan maksimal semester VII.
b. Terdaftar sebagai anggota biasa HMJ MPI.
c. Bertaqwa kepada Allah SWT.
d. Dapat membaca Al-Quran.
e. Setia pada cita-cita Tri Darma Perguruan Tinggi.
f. Memahami AD/ART HMJ MPI.
g. Tidak sedang dijatuhi sanksi akademik.
h. Pernah terlibat aktif sebagai kepengurusan atau kepanitiaan
dalam kegiatan HMJMPI.
i. Berbudi Luhur dan Bertanggung Jawab.
j. Sehat jasmani dan rohani.
k. IPK minimal 3.00
56

7. Yang dapat menjadi Ketua Umum HMJ MPI adalah:


a. AnggotaHMJ MPI adalah mahasiswa aktif yang terdaftar
sebagai mahasiswa MPI IAIN Batusangkar minimal semester
III dan maksimal semester VII.
b. Terdaftar sebagai anggota biasaHMJ MPI.
c. Bertaqwa kepada Allah SWT.
d. Dapat membaca Al-Quran.
e. Pernahmengikuti PKM-D.
f. Setia pada cita-cita Tri Darma Perguruan Tinggi.
g. Memahami AD/ART HMJ MPI.
h. Tidak sedang dijatuhi sanksi akademik.
i. Pernah terlibat aktif sebagai kepengurusan atau Organizing
Comitte dikepanitiaan dalam kegiatan HMJ MPI.
j. Berbudi Luhur dan Bertanggung Jawab.
k. Sehat jasmani dan rohani.
l. Tidak pernah menjabat sebelumnya.
m. Tidak dibenarkan merangkap jabatan sebagai pengurus inti
lembaga kemahasiswaan yang lain.
n. Memiliki loyalitas yang tinggi kepadaHMJMPI.
o. IPK minimal 3.25
BAB V
Keuangan
Pasal 13
Dana Organisasi
1. Dana yang dialokasikan untuk kegiatan HMJ MPI.
2. Dana organisasi dimanfaatkan sepenuhnya oleh dan untuk kegiatan
HMJ MPI.
57

Pasal 14
Sumber Dana Lain
Sumber dana lain diatur oleh HMJ MPI melalui usaha yang
tidak bertentangan dengan asas dan tujuan HMJ MPI dan sumber
dana lain yang tidak mengikat.
BAB VI
Perubahan ART
Pasal 15
Perubahan ART hanya dapat dilakukan dalam Musyawarah
Himpunan Mahasiswa (MUHIMA) dan MusyawarahLuar Biasa
Himpunan Mahasiswa Jurusan (MUSLUBHMJ).
BAB VII
Aturan Tambahan
Pasal 16
Dengan disahkannya ART ini maka semua pengurus HMJ
MPI dianggap mengetahui ART HMJ MPI dan berkewajiban
mensosialisasikan dan melaksanakannya.
BAB VIII
Penutup
Pasal 17
Hal-hal yang belum diatur dalam ART ini, akan diatur
kemudian dalam aturan yang tidak bertentangan dengan ART ini.
Pasal 18
Dengan ditetapkannya ART HMJ MPI ini, maka ART HMJ
MPI sebelumnya dinyatakan tidak berlaku.
58

4. Struktur Kepengurusan
Pelindung : Dr. Sirajul Munir, M.Pd
Penasehat : Dr. Fadriati, M.Ag
Pembina : Drs. Hafulyon, M.M
DPO : Musrimis, S.Pd
Muhammad Khairunnas
Ketua Umum : Babur Rizki
Wakil Ketua Umum : Nailul Fauzi Amrizal
Sekretaris : Wahyu Adji Kurnianti
Bendahara : Retno Sasgia Putri
Departemen FKI :
Anis Mahatika
Sisi Sri Wahyuni
Yulastri
Departemen HPT :
Irfan
Joni Ramadhan
Putri Ningsi
Yuliani Lestari
Departemen Keagamaan :
Ahmad Sofi
Nurhuda
Siti Soleha
Departemen PA :
Widya Rahmatika S
Anisatul Husna
Rika Agusti
Serly Ramadhani
Departemen Humas :
Nurmala Handika P
Amelia Putri
59

Diah Ayu Ramadhani


Ega Junianti
Departemen BM :
Rahmi Yulia
Ardini Ria Anggara
Rahmatul Hidayati
Ovika Rafni
Departemen PP :
Enni Marina
Ismi Darman
Disa Tri Utami
Hidayatul Hasanah
Departemen Administrasi :
Mira Deswita
Vinda Deviana
Welly Anggraini
Dian Aflisa

B. Temuan Khusus
1. Teknik Pengambilan Keputusan Partisipatif
Berdasarkan wawancara dengan informan I tentang pengumpulan
data atau informasi untuk mengidentifikasi masalah diketahui bahwa
dilakukan apabila pada masalah yang lumayan serius, jika hanya pada
masalah yang sederhana tidak dilakukan pengumpulan data atau informasi.
Hal serupa juga diutarakan oleh informan II pengumpulan data atau
informasi akan dilakukan apabila pada suatu masalah yang dianggap serius
dan tidak dilakukan pada masalah yang dianggap bisa tanpa pengumpulan
data atau informasi. Begitu juga dengan informan IIIbahwa pengumpulan
informasi dillakukan apabila ada masalah yang dianggap serius.. Hal ini
diperkuat oleh informan IV dilakukannya pengumpulan data atau
60

informasi untuk mengidentifikasi masalah hanya pada masalah yang


dianggap serius, tidak dilakukan pada masalah yang dianggap sederhana.
Berdasarkan hasil wawancara diatas tentang pengumpulan data
atau informasi untuk mengidentifikasi masalah dengan beberapa informan
dapat diketahui bahwa, pengumpulan data atau informasi hanya dilakukan
pada masalah- masalah yang dirasa berat atau serius, dan pengumpulan
data atau informasi tidak dilakukan pada masalah yang dianggap tidak
serius.
Selanjutnya tentang cara pengumpulan informasi atau data untuk
mengidentifikasi masalah menurut informan I pengumpulan data
dilakukan dengan cara menanyakan pada pihak terlibat tentang masalah
yang ada dan tidak hanya pada satu pihak. Senada dengan informan II cara
pengumpulan informasi yaitu dengan menanyai kedua belah pihak yang
bermasalah. Begitupun dengan informan IIIpengumpulan informasi atau
data untuk mengidentifikasi masalah yaitu dengan cara menanyai kedua
pihak yang bermasalah. Hal ini juga dijelaskan oleh informan IV
pengumpulan data atau informasi dengan menanyakan kedua belah pihak
terkait.
Berdasarkan hasil wawancara tentang cara pengumpulan data atau
informasi untuk mengidentifikasi masalah ialah dengan cara menanyakan
pada kedua belah pihak bermasalah agar penyebabnya dapat diketahui dan
diselesaikan.
Tahap perancangan solusi untuk pemecahan masalah informan I
pada setiap masalah biasanya dilakukan perancangan solusi untuk
menyelesaikan masalah. Informan II juga menyatakan bahwa setiap
penyelesaian masalah terlebih dahulu dilakukan perancangan solusi.
InformanIII menjelaskan hal yang sama yaitu setiap masalah dilakukan
perancangan solusi. Begitu juga dengan informan IV perancangan solusi
selalu dilakukan pada setiap masalah
61

Berdasarkan hasil wawancara tentang tahap perancangan solusi


untuk pemecahan masalah selalu dilakukan untuk dapat menyelesaikan
masalah – masalah yang ada di dalam organisasi.
Manfaat dari adanya perancangan solusi dalam menyelesaikan
masalah menurut informan Iadanya perancangan solusi kita dapat
menyediak solusi lebih dari satu agar dapat menyelesaikan masalah secara
maksimal. Hal serupa juga disebutkan informan II perancangan solusi
sangat membantu dalam menyelesaikan masalah. Dan begitu juga
informan III dengan adanya perancangan solusi sangat bermanfaat dan
bisa meyediakan lebih dari satu solusi atau alternatif agar dapat
menyelesaikan masalah dengan efektif. Hal yang sama dikatakan oleh
informan IV yaitu perancangan solusi sangat bermanfaat dan bisa
meyediakan lebih dari satu solusi atau alternatif agar dapat menyelesaikan
masalah dengan efektif
Berdasarkan hasil wawancara manfaat dari adanya perancangan
solusi dalam menyelesaikan masalah dengan beberapa informan dapat
diketahui bahwa, sangat membantu dalam meyelesaikan dan bisa
menyiapkan tidak hanya satu solusi saja agar dapat menyelesaikan
masalah dengan baik.
Dalam menentukan pilihan dari beberapa alternatif yang ada
seorang pemimpin melibatkan anggotanya menurut informan I pemimpin
terkadang tidak melibatkan anggota dalam menentukan pilihan dari
beberapa alternatif yang ada. Informan II pemimpin dalam menentukan
pilihan dari beberapa alternatif yang ada terkadang hanya melibatkan
pengurus inti saja tanpa melibatkan anggota pengurus lainnya. Hal yang
sama dijelaskan oleh informan III pemimpin terkadang tidak melibatkan
anggota dalam menentukan pilihan dari beberapa alternatif yang ada.
Begitu juga dengan informan IV terkadang pemimpin hanya melibatkan
pengurus inti dalam menentukan pilihan dari beberapa alternatif tanpa
melibatkan anggota pengurus lainnya
62

Berdasarkan hasil wawancara dalam menentukan pilihan dari


beberapa alternatif yang ada seorang pemimpin melibatkan anggotanya
dengan beberapa informan yaitu, sesekali pemimpin melibatkan
anggotanya, pemimpin lebih sering hanya melibatkan pengurus umum
dalam menentukan pilihan dari beberapa alternatif yang ada.
Pemimpin mengabaikan pendapat yang diberikan oleh anggota
pengurusmenurut informan I dalam menentukan solusi penyelesaian
masalah pemimpin/ketua pernah mengabaikan pendapat yang diberikan
oleh anggota. Hal senada juga disampaikan oleh informan II pemimpin
sering mengabaikan pendapat anggotanya dalam menentukan pilihan
solusi untuk menyelesaikan masalah. Begitu juga dengan informan III
dalam menentukan solusi penyelesaian masalah pemimpin/ketua pernah
mengabaikan pendapat yang diberikan oleh anggota. Berbeda dengan
informan I, II dan III, informan IV sebagai ketua mengatakan ia selalu
menampung pendapat dari anngotanya, akan tetapi pendapat mana yang
akan dijalankan ia tidak memberi tahu pada anggotanya.
Berdasarkan hasil wawancara pemimpin mengabaikan pendapat
yang diberikan oleh anggota pengurus dengan beberapa informan yaitu,
pemimpin selalu menampung pendapat dari anggotanya. Akan tetapi ia
tidak memberitahu anggotanya pendapat mana yang dia terima dan bisa
jadi ia menggabungkan beberapa pendapat dari anggotanya tadi. Bisa jadi
ia tidak menerima pendapat anggotanya dan lebih mengikuti keinginannya.
Alternatif yang dipilih pemimpin dapat menyelesaikan masalah
informan I walaupun pemimpin sering mengabaikan pendapat dari
anggotanya tetapi alternatif yang ia pilih sendiri bisa menyelesaikan
masalah. Begitu juga informan II alternatif penyelesaian masalah yang
dipilih pemimpin biasanya selalu bisa menyelesaikan masalah. Hal serupa
dikatakan oleh informan III selama masa kepemimpinan tidak ada
permasalahan yang tidak terselaikan dengan alternatif solusi yang dipilih.
Begitu juga informan IV alternatif penyelesaian masalah yang dipilih
pemimpin biasanya selalu bisa menyelesaikan masalah.
63

Berdasarkan hasil wawancaraalternatif yang dipilih pemimpin


dapat menyelesaikan masalah yaitu, dengan alternatif yang dipilih
pemimpin bisa menyelesaikan masalah yang ada. Dan selama masa
kepemimpinannya tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.
Pemimpin melaksanakan suatu keputusan berdasarkan saran–saran
yang diberikan oleh anggotanya menurut informan I sesekali pemimpin
melaksanakan suatu keputusan berdasarkan saran dari anggotanya, akan
tetapi ia lebih sering ia melaksanakan keputusan menurut pendapatnya
saja. Informan II pemimpin lebih sering melaksanakan suatu keputusan
berdasarkan pendapatnya sendiri. Hal yang sama dikatakan oleh informan
III pemimpin lebih sering melaksanakan suatu keputusan berdasarkan
pendapatnya sendiri. Informan IV ia sebagai pemimpin akan
melaksanakan keputusan berdasarkan saran yang bisa diterima dan lebih
menyaring pendapat atau saran dari anggota.
Berdasarkan hasil wawancara pemimpin melaksanakan suatu
keputusan berdasarkan saran–saran yang diberikan oleh anggotanya
dengan beberapa informan yaitu, pemimpin melaksanakan suatu keputusan
hanya berdasarkan saran yang bisa ia diterima dan lebih sering menurut
pendapatnya sendiri.
Pemimpin melaporkan hasil dari pengambilan keputusan menurut
informan I pemimpin setelah melakukan pengambilan keputusan memberi
tahukan hasil dari penyelesaian masalah tersebut. Informan II juga
mengatakan hal yang sama yaitu setelah dilakukan pengambilan keputusan
pemimpin menyampaikan hasil dari pengambilan keputusan. Informan III
pemimpin selalu menyampaikan hasil dari pengambilan keputusan yang
sudah dilaksanakan. Begitu juga dengan informan IV setelah dilakukan
pengambilan keputusan pemimpin menyampaikan hasil dari pengambilan
keputusan.
Berdasarkan hasil wawancara pemimpin melaporkan hasil dari
pengambilan keputusan dengan beberapa informan yaitu, setelah
64

melaksanakan pengambilan keputusan pemimpin selalu menyampaikan


hasil dari pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah.
Pelaksanaan evaluasi setelah melihat hasil dari sebuah keputusan
menurut informan I evaluasi dilakukan secara rutin satu bulan sekali untuk
membahas keputusan – keputusan yang telah dilaksanakan. Informan II
evaluasi dilakukan secara rutin satu bulan sekali. Informan III setiap
selesai melihat hasil dari sebuah keputusan selalu dilakukan evaluasi,
dengan mengadakan evaluasi rutin sekali satu bulan. Begitu juga dengan
informan IV evaluasi selalu dilakukan secara rutin setiap bulannya.
Berdasarkan hasil wawancara pelaksanaan evaluasi setelah melihat
hasil dari sebuah keputusan dengan beberapa informan yaitu, evaluasi
selalu dilaksanakan secara rutin sekali dalam satu bulan dan ada evaluasi
akbar di tengah masa jabatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan I, II, III, IV teknik
pengambilan keputusan partisipatif di HMJ MPI IAIN Batusangkar sudah
terlaksana sesuai dengan teori yang ada, akan tetapi kekurangannya disini
adalah seorang pemimpin tidak memberi tahukan pendapat mana yang ia
gunakan dalam pengambilan keputusan sehingga sering terjadi
kesalahpahaman antar pengurus HMJ.

2. Teknik Pengambilan Keputusan Kelompok


Berdasarkan wawanncara dengan informan I tentan pengumpulan
data atau informasi untuk mengidentifikasi masalah diketahui bahwa
dilakukan apabila pada masalah yang lumayan serius, jika hanya pada
masalah yang sederhana tidak dilakukan pengumpulan data atau informasi.
Hal serupa juga diutarakan oleh informan II pengumpulan data atau
informasi akan dilakukan apabila pada suatu masalah yang dianggap serius
dan tidak dilakukan pada masalah yang dianggap bisa tanpa pengumpulan
data atau informasi. Hal serupa dikatakan informan III dilakukannya
pengumpulan data atau informasi untuk mengidentifikasi masalah hanya
pada masalah yang dianggap serius, tidak dilakukan pada masalah yang
65

dianggap sederhana. Begitu juga dengan informan IV pengumpulan data


atau informasi akan dilakukan apabila pada suatu masalah yang dianggap
serius dan tidak dilakukan pada masalah yang dianggap bisa tanpa
pengumpulan data atau informasi
Berdasarkan hasil wawancara tentang pengumpulan data atau
informasi untuk mengidentifikasi masalah dengan beberapa informan
dapat diketahui bahwa, pengumpulan data atau informasi hanya dilakukan
pada masalah- masalah yang dirasa berat atau serius, dan pengumpulan
data atau informasi tidak dilakukan pada masalah yang dianggap tidak
serius.
Selanjutnya tentang tujuan dari pengumpulan data atau informasi
dalam mengidentifikasi masalah menurut informan I mengatakan agar
tidak terjadi kesalahan dalam penyelesaian masalah. Informan II
pengumpulan informasi dapat membantu dalam perancangan solusi untuk
menyelesaikan masalah yang ada. Informan III juga mengatakan hal yang
sama yaitu agar melakukan keputusan dengan tepat dan menyelesaikan
masalah. Hal yang sama disampaikan oleh informan IV penumpulan
informasi dapat membantu dalam perancangan solusi untuk menyelesaikan
masalah yang ada
Berdasarkan hasil wawancara tujuan dari pengumpulan data atau
informasi dalam mengidentifikasi masalah agar dapat memilih solusi yang
tepat maka pengumpulan informasi atau data dalam mengidentifikasi
masalah sangat dibutuhkan lebih kepada masalah yang dianggap serius.
Tahap perancangan solusi untuk pemecahan masalah informan I
pada setiap masalah biasanya dilakukan perancangan solusi untuk
menyelesaikan masalah. Informan II juga menyatakan bahwa setiap
penyelesaian masalah terlebih dahulu dilakukan perancangan solusi.
Informan III menjelaskan hal yang sama yaitu setiap masalah dilakukan
perancangan solusi. Begitu juga dengan informan IV setiap penyelesaian
masalah terlebih dahulu dilakukan perancangan solusi.
66

Berdasarkan hasil wawancara tentang tahap perancangan solusi


untuk pemecahan masalah selalu dilakukan untuk dapat menyelesaikan
masalah–masalah yang ada di dalam organisasi.
Perancangan alternatif atau solusi masalah lebih dari satu menurut
informan I dalam perancangan solusi atau alternatif baiasanya tidak hanya
terfokus pada satu alternatif saja. Informan II di organisasi selalu ada plan
a dan plan b dalam menyelesaikan masalah. Begitu juga informan III
mengatakan tidak hanya terpaku pada satu solusi saja, tetap menyediakan
atau merancang lebih dari satu solusi. Hal yang sama dikakan informan IV
dalam perancangan solusi atau alternatif baiasanya tidak hanya terfokus
pada satu alternatif saja.
Berdasarkan hasil wawancara perancangan alternatif atau solusi
masalah lebih dari satu dengan beberapa informan yaitu, dalam
perancangan alternatif penyelesaian masalah tidak hanya terpaku pada satu
solusi saja, dan menyediakan lebih dari satu solusi agar dapat
menyelesaikan masalah dengan efektif.
Dalam menentukan pilihan dari beberapa alternatif yang ada
seorang pemimpin melibatkan anggotanya menurut informan I pemimpin
terkadang tidak melibatkan anggota dalam menentukan pilihan dari
beberapa alternatif yang ada. Informan II pemimpin dalam menentukan
pilihan dari beberapa alternatif yang ada terkadang hanya melibatkan
pengurus inti saja tanpa melibatkan anggota pengurus lainnya. Hal yang
sama dijelaskan oleh informan III terkadang pemimpin hanya melibatkan
pengurus inti dalam menentukan pilihan dari beberapa alternatif tanpa
melibatkan anggota pengurus lainnya. Hal yang sama dikatakan oleh
informan IV pemimpin dalam menentukan pilihan dari beberapa alternatif
yang ada terkadang hanya melibatkan pengurus inti saja tanpa melibatkan
anggota pengurus lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara dalam menentukan pilihan dari
beberapa alternatif yang ada seorang pemimpin melibatkan anggotanya
dengan beberapa informan yaitu, sesekali pemimpin melibatkan
67

anggotanya, pemimpin lebih sering hanya melibatkan pengurus umum


dalam menentukan pilihan dari beberapa alternatif yang ada.
Alternatif yang dipilih bersama menyelesaikan masalah secara
efektif manurut informan I alternatif yang dipilih bersama biasanya dapat
menyelesaikan masalah. Informan II mengatakan karena ada gabungan
beberapa pendapat dapat menyelesaikan masalah dengan efektif. Sama
dengan sebelumnya informan III dengan menggabungkan pendapat
bersama akan menghasilkan sebuah solusi yang lebih baik dan dapat
menyelesaikan masalah. Begitu juga dengan informan IV alternatif yang
dipilih bersama biasanya dapat menyelesaikan masalah.
Berdasarkan hasil wawancara alternatif yang dipilih bersama
menyelesaikan masalah secara efektif dengan beberapa informan yaitu,
dengan menggabungkan pendapat bersama akan menghasilkan sebuah
solusi yang lebih baik dan dapat menyelesaikan masalah secara efektif.
Kelebihan dan kekurangan dari pengambilan keputusan secara
kelompok informan I lebih kepada kelebihan pengambilan keputusan
secara kelompok yakni memberi kesempatan pada anggota pengurus untuk
menyampaikan aspirasinya. Informan II juga mengatakan hal yang sama
anggota dapat menyampaikan pendapatnya. Informan III lebih pada
kelebihan pengambilan keputusan secara kelompok memberi kesempatan
pada anggota pengurus untuk menyampaikan aspirasinya. Informan
IVmengatakan dengan pengambilan keputusan secara kelompok tidak
akan mengakibatkan kesalahpahan dalam menyelesaikan masalah.
Berdasarkan hasil wawancara kelebihan dan kekurangan dari
pengambilan keputusan secara kelompok dengan beberapa informan yaitu
lebih kepada kelebihan yang membiarkan anggotanya bebas
mengemukakan pendapat.
Pemimpin langsung melaksanakan sebuah keputusan yang sudah
ditentukan bersama informan I pemimpin biasanya langsung
melaksanakan pengambilan keputusan yang sudah di sepakati bersama.
Berbeda dengan informan II terkadang setelah disepakati secara bersama
68

pemimpin melaksanakan berdasarkan pendapatnya sendiri. Informan III


pemimpin langsung melaksanakan pengambilan keputusan. Informan IV
mengatakan langsung melakukan pengambilan keputusan walaupun
nantinya tidak sepenuhnya berdasarkan keputusan bersama.
Berdasarkan hasil wawancara pemimpin melaksanakan sebuah
keputusan yang sudah ditentukan bersama yaitu langsung melakukan
pengambilan keputusan walaupun nantinya tidak sepenuhnya berdasarkan
keputusan bersama.
Pemimpin melaporkan hasil dari pengambilan keputusan menurut
informan I pemimpin setelah melakukan pengambilan keputusan memberi
tahukan hasil dari penyelesaian masalah tersebut. Informan II juga
mengatakan hal yang sama yaitu setelah dilakukan pengambilan keputusan
pemimpin menyampaikan hasil dari pengambilan keputusan. Informan III
pemimpin selalu menyampaikan hasil dari pengambilan keputusan yang
sudah dilaksanakan. Begitu juga dengan informan IV setelah dilakukan
pengambilan keputusan pemimpin menyampaikan hasil dari pengambilan
keputusan.
Berdasarkan hasil wawancara pemimpin melaporkan hasil dari
pengambilan keputusan dengan beberapa informan yaitu, setelah
melaksanakan pengambilan keputusan pemimpin selalu menyampaikan
hasil dari pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah.
Pelaksanaan evaluasi setelah melihat hasil dari sebuah keputusan
menurut informan I evaluasi dilakukan secara rutin satu bulan sekali untuk
membahas keputusan–keputusan yang telah dilaksanakan. Informan II
evaluasi dilakukan secara rutin satu bulan sekali. hal yang sama dikatakan
informan III evaluasi dilakukan secara rutin satu bulan sekali untuk
membahas keputusan–keputusan yang telah dilaksanakan. Informan IV
setiap selesai melihat hasil dari sebuah keputusan selalu dilakukan
evaluasi, dengan mengadakan evaluasi rutin sekali satu bulan.
Berdasarkan hasil wawancara pelaksanaan evaluasi setelah melihat
hasil dari sebuah keputusan dengan beberapa informan yaitu, evaluasi
69

selalu dilaksanakan secara rutin sekali dalam satu bulan dan ada evaluasi
akbar di tengah masa jabatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan I, II, III, IV teknik
pengambilan keputusan kelompok di HMJ MPI IAIN Batusangkar belum
terlaksana seperti yang seharusnya, karena seorang pemimpin lebih sering
menggunakan pendapatnya sendiri dibandingkan dengan hasil kesepatan
yang telah ditentukan secara bersama.
.
C. Pembahasan
1. Teknik Pengambilan Keputusan Partisipatif
Teknik pengambilan keputusan partisipatif di HMJ MPI IAIN
Batusangkar sudah terlaksana sesuai dengan teori yang ada, akan tetapi
kekurangannya disini adalah seorang pemimpin tidak memberi tahukan
pendapat mana yang ia gunakan dalam pengambilan keputusan sehingga
sering terjadi kesalahpahaman antar pengurus HMJ.
Teknik partisipasi dalam pengambilan keputusan merupakan gaya
kemimpinan demokratis dan kebanyakan berorientasi pada perilaku,
Sebagai teknik pengambilan keputusan, partisipatif mencakup individu
atau kelompok dalam proses. Seorang pimpinan yang menggunakan teknik
partisiaptif dalam pengambilan keputusan dilakukan secara formal maupun
informal, dan memerlukan keterlibatan intelektual, emosional, dan fisik.
Tingkat partisipasi sangat dipengaruhi oleh faktor pengalaman individu
atau kelompok dan sifat tugas. Semakin banyak pengalaman, semakin
terbuka, serta semakin tidak terstrukturnya tugas, maka tingkat partisipasi
akan semakin tinggi (Engkoswara, 2010: 119).
Penerapan teknik partisipasi pada pengambilan keputusan dapat
dilakukan secara informal pada individu atau tim atau secara formal pada
program. Teknik partisipasi individu terjadi apabila pengambilan
keputusan yang dilakukan pimpinan dipengaruhi oleh karyawan.
Sedangkan teknik partisipasi kelompok terjadi apabila keputusan yang
diambil oleh pimpinan melalui teknik konsultasi dan demokrasi. Pimpinan
70

meminta dan menerima keterlibatan karyawan dalam partisipasi


konsultasi, akan tetapi pimpinan mempertahankan hak untuk membuat
keputusan. Dalam bentuk demokrasi, keputusan akhir diambil berdasarkan
konsensus atau suara terbanyak melalui partisipasi total dan kelompok,
bukan partisipasi individu (Engkoswara, 2010: 119).
Pimpinan perlu menyeimbangkan kondisi, data dan perilaku
bawahan untuk mengevaluasi keefektifan keputusan yang diambil dalam
penggunaan teknik pengambilan keputusan partisipatif. Teknik
pengambilan keputusan ini termasuk teknik yang sulit karena melibatkan
unsur-unsur seperti gaya kepemimpinan atau kepribadian serta faktor
situasional, lingkungan, dan kontekstual serta ideologi. Walaupun
didukung oleh analisis data dan situasi, penggunan teknik partisipasi pada
situasi yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda.
Permasalahan yang terjadi adalah kecenderungan adanya
partisipasi palsu dalam teknik pengambilan keputusan. Banyak pimpinan
meminta partisipasi, tetapi saat bawahan menanggapinya dengan memberi
saran atau coba memberi masukan pada sebuah keputusan, mereka
diabaikan dan tidak pernah menerima umpan balik apa pun. Hasilnya akan
negatif apabila pimpinan mengharapkan partisipasi karyawannya, namun
tidak melibatkan mereka secara intelektual atau emosional serta selalu
mengesampingkan saran mereka. Kerugian dari teknik pengambilan
keputusan partisipasi adalah memakan banyak dan pelemparan tanggung
jawab, namun apabila dilihat dari sudut pandang perilaku teknik ini lebih
banyak menguntungkan daripada kerugiannya(Engkoswara, 2010: 220)
Adapun tahap dalam melaksanakan teknik pengambilan keputusan
partisipatif adalah:
a. Intelligence
Yaitu tahap pengumplan data atau informasi dalam
menyelesaikan masalah.
71

b. Design
Tahap ini adalah tahap perancangan solusi yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah.
c. Choice
Choice adalah tahap pemilihan aolusi seperti apa yang akan
digunakan setela dirancang.
d. Implementation
Yaitu pelaksanaan penambilan keputusan, setelah dilakukan
beberapa tahap barulah dilakukan pengambilan keputusan.

2. Teknik Pengambilan Kelompok


Teknik pengambilan keputusan kelompok di HMJ MPI IAIN
Batusangkar belum terlaksana seperti yang seharusnya, karena seorang
pemimpin lebih sering menggunakan pendapatnya sendiri dibandingkan
dengan hasil kesepatan yang telah ditentukan secara bersama.
Kemajuan yang terjadi dalam pengambilan keputusan selama
beberapa tahun belakangan ini dikarenakan teknologi informasi. Sistem
informasi manajemen (SIM), sistem pendukung keputusan (DSS) melalui
teknologi informasi, data warehousing dan mining, dan sistem canggih dan
para ahli semakin banyak digunakan untuk membantu manajer membuat
keputusan yang lebih baik. Pendekatan berdasarkan informasi mempunyai
dampak dan kesuksesan besar (Engkoswara, 2010: 120).
Teknik pengambilan keputusan kelompok membantu pimpinan
untuk mengambil keputusan lebih efektif. Pada saat ini teknik perilaku
partisipasi yang telah dibahas sejauh ini yang tersedia untuk pimpinan.
Kreativitas pengambilan keputusan dapat diterapkan pada individu atau
kelompok. Seringkali pengambilan keputusan dalam organisasi sangat
terbantu oleh pengambilan keputusan individu. Pada konteks ini
pemahaman dinamika kelompok dan tim menjadi relevan dengan
pengambilan keputusan. Misalnya, pembahasan masalah dan fenomena
kesesuaian nilai dan etika kelompok seperti perubahan resiko
72

(kemungkinan kelompok membuat keputusan lebih beresiko daripada


individu) membantu seseorang dalam memahami sulitnya pengambilan
keputusan kelompok dengan lebih baik.
Dalam pengambilan keputusan sering terjadi kecenderungan terjadi
kondisi status quo (bawahan atau karyawan menolak perubahan dan
cenderung bertahan dengan tujuan atau rencana yang ada). Kondisi ini
mempengaruhi pengambilan keputusan kelompok.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di Himpunan
Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan Islam IAIN Batusangkar,
mengenai judul Teknik Pengambilan Keputusan dalam Organisasi di
Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan Islam IAIN
Batusangkar, maka disimpulkan :
1. Teknik pengambilan keputusan yang digunakan di HMJ MPI IAIN
Batusangkar adalah teknik pengambilan keputusan partisipatif, dan sudah
terlaksana sesuai dengan teori yang ada, akan tetapi kekurangannya disini
adalah seorang pemimpin tidak memberi tahukan pendapat mana yang ia
gunakan dalam pengambilan keputusan sehingga sering terjadi
kesalahpahaman antar pengurus HMJ.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka yang menjadi saran penulis
antara lain yaitu :
1. Diharapkan kepada pemimpin agar lebih mempertimbangkan pendapat
atau usulan–usulan yang diajukan oleh anggota pengurus dalam
melaksanakan pengambilan keputusan.
2. Diharapkan kepada pemimpin agar memberitahukan pendapat mana yang
akan digunakan dan alasannya agar tidal lagi terjadi kesalah pahaman
antara anggota pengurus dengan pengurus secara terus menerus

73
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anwar, Herson. 2014. Proses Pengambilan Keputusan untuk Mengembangkan


Mutu Madrasah. Nadwa. Volume 8 Nomor 1.

Anwar, Moch. Idochi. 2003. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya


Pendidikan, Bandung, Alfabeta

Asnawir, Manajemen Pendidikan, 2006. Padang, IAIN IB Press

Atmosudirdjo, Prajudi, 1990. Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan


Keputusan (Decision making), Jakarta, Ghalia Indonesia

Budiyana, Amirullah Haris. 2004. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha


Ilmu

Dacholfany, M. Ihsan. 2016. Peranan Pengambilan Keputusan Dalam Rangka


Menciptakan Inovasi Di Bidang Pendidikan. Dewantara. Volume 1
Nomor 1.

Fahmi, Irham. 2016. Teori Dan Teknik Pengambilan Keputusan, Jakarta, PT.
Rajagrafindo Persada

Fatah, Nanang, 2006. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja


Rosdakarya

Hasan, Iqbal. 2004. Pokok-pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan.Bogor:


Ghalia Indonesia.

Imandasari, Tia, Anjar Wanto, dan Agus Perdana Windarto. 2018. Analisis
Pengambilan Keputusan Dalam Menentukan Mahasiswa
PKLMenggunakan Metode PROMETHEE. Jurikom. Volume 5 Nomor 3.

Irmansyah, Yudi. 2017. Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi Lembaga


Pendidikan. Yudi. Volume 1 Nomor 1.

Joko, Tri. 2018. Implementasi Manajemen Organisasi Siswa Intra Sekolah


Sebagai Strategi Dalam Pengembangan Kepemimpinan Siswa Smp
Negeri 2 Sukadan. Lentera Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM
METRO. Volume 3 Nomor 1.

Kasim, Azhar. 2003. Teori Pembuatan Keputusan. Jakarta: Pusat Penerbitan


Universitas Terbuk
Kurniawati, Ely, dan Erny Roesminingsih. 2014. Manajemen Kesiswaan Di Sma
Negeri Mojoagung Jombang. Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan.
Volume 4 Nomor 4.

Komariah, Aan. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung, Alfabeta

Kartono, Kartini, 1988. Pimpinan dan pemimpinan. Jakarta: Ghalia Indonesia

Marno dkk., 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung,


Refika Aditama

Muhdi, Nurkolis, dan Suwarno Widodo. 2017. Teknik Pengambilan Keputusan


Dalam Menentukan Model Manajemen Pendidikan Menengah. Kelola.
Volume 4 Nomor 2.

Murtono, Imam. (2009). Pengambilan Keputusan dalam Organisasi. Jakarta:


Alfabeta

Putri, Nadia. 2019. Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi Lembaga


Pendidikan. Administrasi Pendidikan. Volume 3 Nomor 1.

Rivai, Veithzal. 2013. PemimpindanKepemimpinandalamOrganisasi. Jakarta: PT.


RajaGrafindoPersada.

Richard, Daft. 2010. Era Baru Manajemen (New Era of Management). Jakarta:
Salemba

Rusdian, A. 2016.Pengembangan Organisasi Lembaga Pendidikan. Bandung:


Pustaka Setia

Rusdiana, A. 2016. Sistem Informasi Manajemen. Bandung: Pustaka Setia.

Sahertian, P. A. 1994. Dimensi Administrasi Pendidikan. Yogyakarta: Usaha


Nasional

Sagala, Syaiful. 2000. Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D. Jakarta:


Alfabeta.

Supranto, J. 2005. Teknik Pengambilan Keputusan. Jakarta: Rineka Cipta

Syamsi, Ibnu. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi, Jakarta: Bumi
Aksara

Yulk, Gary. 2010. Kepemimpinan Dalam Organisasi, Jakarta: PT Indeks


LAMPIRAN
Transkrip Wawancara Dengan Ketua HMJ MPI IAIN Batusangkar

Nama : Babur Rizki

Jabatan : Ketua HMJ MPI

D Assalamualaikum babur, maaf mengganggu waktunya, saya ingin


mewawancara babur, saya kesini penelitian, dengan judul teknik
pengambilan keputusan dalam organisasi di himpunan jurusan
mahasiswa manajemen pendidikan islam, apakah babur bersedia saya
wawancara ?
B Waalaikumsalam, iya dilla saya bersedia. Langsung saja
D Baik, saya langsung saja untuk mewawancarai, Apakah dalam
pengambilan keputusan partisipatif dilakukan pengumpulan data atau
informasi untuk mengidentifikasi masalah ?
B Ada, tetapi kami melakukan pengumpulan informasi tersebut hanya
pada masalah yang serius saja
D Bagaimana cara pengumpulan informasi atau data untuk
mengidentifikasi masalah ?
B Yaitu dengan cara menanyaikedua belah pihak yang bermasalah agar
tidak terjadi kesalahpahaman
D Manfaat dari perancangan solusi
B Dengan adanya perancangan solusi sangat bermanfaat dan bisa
menyediakan lebih dari satu solusi agar dapat menyelesaikan masalah
dengan efektif
D Apakah dalam menentukan pilihan dari beberapa alternatif yang ada
anda melibatkan anggota ?
B Terkadang saya hanya melibatkan pengurus inti saja seperti sekretaris
dan bendahara dalam menentukan pilihan dari alternatif yang ada tanpa
melibatkan anggota lainnya, karena dirasa tidak perlu
D Pernahkah anda mengabaikan pendapat atau solusi yang diberikan oleh
anggota dalam menentukan penyelesaian masalah ?
B Saya selalu menampung pendapat dari anggota, akan tetapi saya tidak
memberi tahu pendapat mana yang saya jalankan
D Apakah alternatif yang anda pilih dapat menyelesaikan masalah ?
B Selama saya menjadi ketua tidak ada permasalahan yang tidak
terselesaikan dengan solusi yang sudah dipilih
D Apakah anda melaksanakan keputusan berdasarkan saran-saran yang
diberikan oleh anggotanya ?
B Saya melaksanakan berdasarkan saran yang bisa diterima dan lebih
menyaring pendapat atau saran dari anggota
D Setelah suatu keputusan dilaksanakan apakah anda melaporkan hasil
dari pengambilan keputusan tersebut ?
B Saya selalu menyampaikan hasil dari pengambilan keputusan yang
sudah dilaksanakan
D Apakah di HMJ MPI melaksanakan evaluasi setelah melihat hasil dari
pengambilan keputusan yang sudah dilaksanakan ?
B Kami selalu mengadakan evaluasi, evaluasi dilaksanakan secara rutin
yaitu satu kali dalam satu bulan
D Apakah dalam pengambilan keputusan kelompok dilakukan
pengumpulan data atau informasi untuk mengidentifikasi masalah ?
B Dilakukan hanya pada masalah yang dianggap serius saja
D Tujuan dari pengumpulan data atau informasi untuk mengidentifikasi
masalah
B Agar melakukan keputusan dengan tepat dan menyelesaikan masalah
D Apakah dalam pengambilan keputusan dilakukan tahap perancangan
solusi untuk pemecahan masalah ?
B Setiap masalah dilakukan perancangan solusi
D Dalam perancangan alternatif penyelesaian masalah apakah hanya
terpaku pada satu alternatif saja ?
B Tidak hanya terpaku dengan satu solusi saja, tetap menyediakan atau
merancang lebih dari satu solusi
D Pernahkah anda menentukan pilihan dari beberapa alternatif yang ada
tanpa melibatkan anggota ?
B Terkadang saya hanya melibatkan pengurus inti dalam menentukan
alternatif yang ada
D Apakah alternatif yang dipilih bersama dapat menyelesaikan masalah
dengan efektif
B Dengan menggabungkan pendapat bersama akan menghasilkan sebuah
solusi yang lebih baik dan dapat menyelesaikan masalah
D Apakah kelebihan dan kekurangan yang dirasakan dari pengambilan
keputusan secara kelompok ?
B Dengan pengambilah keputusan secara bersama tidak akan
menyebabkan kesalahpahaman dalam menyelesaikan masalah
D Apakah anda langsung melaksanakan sebuah keputusan yang sudah
ditentukan bersama ?
B Saya langsung melakukan pengambilan keputusan walaupun nantinya
tidak sepenuhya berdasarkan keputusan bersama
D Apakah anda melaporkan hasil dari pengambilan keputusan yang
sudah dilaksanakan ?
B Saya selalu menyampaikan hasil dari pengambilan keputusan yang
sudah dilaksanakan
D Apakah di HMJ MPI melaksanakan evaluasi setelah melihat hasil dari
sebuah keputusan yang sudah dilaksanakan ?
B Kami selalu melakukan evaluasi secara rutin yaitu satu kali satu bulan
Transkrip Wawancara Dengan Sekretaris Umum HMJ MPI IAIN
Batusangkar

Nama : Wahyu Adji Kurnianti

Jabatan : Sekretaris Umum HMJ MPI

D Assalamualaikum yu, maaf mengganggu waktunya, saya ingin


mewawancara wahyu, saya kesini penelitian, dengan judul teknik
pengambilan keputusan dalam organisasi di himpunan jurusan
mahasiswa manajemen pendidikan islam, apakah wahyu bersedia saya
wawancara ?
W Waalaikumsalam, iya dilla saya bersedia. Langsung saja
D Baik, saya langsung saja untuk mewawancarai, Apakah dalam
pengambilan keputusan partisipatif dilakukan pengumpulan data atau
informasi untuk mengidentifikasi masalah ?
W Ada, tetapi kami melakukan pengumpulan informasi tersebut hanya
pada masalah yang serius saja
D Bagaimana cara pengumpulan informasi atau data untuk
mengidentifikasi masalah ?
W Dengan cara menanyai kedua belah pihak yang bermasalah
D Manfaat dari perancangan solusi
W Agar dapat menyelesaikan masalah dengan tepat
D Apakah dalam menentukan pilihan dari beberapa alternatif yang ada
pemimpin melibatkan anggota ?
W Tidak selalu pemimpin melibatkan anggota, lebih sering hanya
meminta pendapat dari pengurus inti saja
D Pernahkah pemimpin mengabaikan pendapat atau solusi yang
diberikan oleh anggota dalam menentukan penyelesaian masalah ?
W Pernah, ia lebih melaksanakan apa yang menurutnya benar
D Apakah alternatif yang pemimpin pilih dapat menyelesaikan masalah ?
W Walaupun ia sering melaksanakan keputusan berdasarkan pendapatnya,
tidak ada masalah yang tidak terselesaikan
D Apakah pemimpin melaksanakan keputusan berdasarkan saran-saran
yang diberikan oleh anggotanya ?
W Tidak selalu ia melaksanakan keputusan berdasarkan saran dari
anggotanya
D Setelah suatu keputusan dilaksanakan apakah anda melaporkan hasil
dari pengambilan keputusan tersebut ?
W Ia selalu melaporkan hasil dari pengambilan keputusan yang sudah
dilaksanakan
D Apakah di HMJ MPI melaksanakan evaluasi setelah melihat hasil dari
pengambilan keputusan yang sudah dilaksanakan ?
W Evaluasi selalu dilaksanakan secara rutin tiap bulannya
D Apakah dalam pengambilan keputusan kelompok dilakukan
pengumpulan data atau informasi untuk mengidentifikasi masalah ?
W Ada, tetapi hanya pada masalah yang dianggap serius
D Tujuan dari pengumpulan data atau informasi untuk mengidentifikasi
masalah
W Agar dapatmenyelesaikan masalah dengan tepat
D Apakah dalam pengambilan keputusan dilakukan tahap perancangan
solusi untuk pemecahan masalah ?
W Setiap permasalahan dilakukan perancangan solusi
D Dalam perancangan alternatif penyelesaian masalah apakah hanya
terpaku pada satu alternatif saja ?
W Tidak, biasanya disediakan lebih dari solusi untuk menyelesaikan
masalah
D Pernahkah pemimpin menentukan pilihan dari beberapa alternatif yang
ada tanpa melibatkan anggota ?
W Pernah, terkadang ia hanya melibatkan pengurus inti saja
D Apakah alternatif yang dipilih bersama dapat menyelesaikan masalah
dengan efektif
W Dengan alternatif yang dipilih bersama selalu dapat menyelesaikan
masalah yang ada
D Apakah kelebihan dan kekurangan yang dirasakan dari pengambilan
keputusan secara kelompok ?
W Dengan pengambilah keputusan secara bersama tidak akan
menyebabkan kesalahpahaman dalam menyelesaikan masalah
D Apakah pemimpin langsung melaksanakan sebuah keputusan yang
sudah ditentukan bersama ?
W Ia langsung melaksanakan keputusan walau lebih sering berdasarkan
pendapatnya sendiri
D Apakah pemimpin melaporkan hasil dari pengambilan keputusan yang
sudah dilaksanakan ?
W Ia selalu melaporkan hasil pengambilan keputusan yang sudah
dilakukan
D Apakah di HMJ MPI melaksanakan evaluasi setelah melihat hasil dari
sebuah keputusan yang sudah dilaksanakan ?
W Evaluasi selalu dilakukan satu kali dalam satu bulan
Transkrip Wawancara Dengan Koordinator Departemen Administrasi HMJ
MPI IAIN Batusangkar

Nama : Mira Deswita

Jabatan : Koordinator Departemen Administrasi HMJ MPI

D Assalamualaikum yu, maaf mengganggu waktunya, saya ingin


mewawancara wahyu, saya kesini penelitian, dengan judul teknik
pengambilan keputusan dalam organisasi di himpunan jurusan
mahasiswa manajemen pendidikan islam, apakah wahyu bersedia saya
wawancara ?
M Waalaikumsalam, iya dilla saya bersedia. Langsung saja
D Baik, saya langsung saja untuk mewawancarai, Apakah dalam
pengambilan keputusan partisipatif dilakukan pengumpulan data atau
informasi untuk mengidentifikasi masalah ?
M Ada, tetapi kami melakukan pengumpulan informasi tersebut hanya
pada masalah yang serius saja
D Bagaimana cara pengumpulan informasi atau data untuk
mengidentifikasi masalah ?
M Dengan cara menanyai kedua belah pihak yang bermasalah
D Manfaat dari perancangan solusi
M Agar dapat menyelesaikan masalah dengan tepat
D Apakah dalam menentukan pilihan dari beberapa alternatif yang ada
pemimpin melibatkan anggota ?
M Tidak selalu pemimpin melibatkan anggota, lebih sering hanya
meminta pendapat dari pengurus inti saja
D Pernahkah pemimpin mengabaikan pendapat atau solusi yang
diberikan oleh anggota dalam menentukan penyelesaian masalah ?
M Pernah, ia lebih melaksanakan apa yang menurutnya benar
D Apakah alternatif yang pemimpin pilih dapat menyelesaikan masalah ?
M Walaupun ia sering melaksanakan keputusan berdasarkan pendapatnya,
tidak ada masalah yang tidak terselesaikan
D Apakah pemimpin melaksanakan keputusan berdasarkan saran-saran
yang diberikan oleh anggotanya ?
M Tidak selalu ia melaksanakan keputusan berdasarkan saran dari
anggotanya
D Setelah suatu keputusan dilaksanakan apakah anda melaporkan hasil
dari pengambilan keputusan tersebut ?
M Ia selalu melaporkan hasil dari pengambilan keputusan yang sudah
dilaksanakan
D Apakah di HMJ MPI melaksanakan evaluasi setelah melihat hasil dari
pengambilan keputusan yang sudah dilaksanakan ?
M Evaluasi selalu dilaksanakan secara rutin tiap bulannya
D Apakah dalam pengambilan keputusan kelompok dilakukan
pengumpulan data atau informasi untuk mengidentifikasi masalah ?
M Ada, tetapi hanya pada masalah yang dianggap serius
D Tujuan dari pengumpulan data atau informasi untuk mengidentifikasi
masalah
M Agar dapatmenyelesaikan masalah dengan tepat
D Apakah dalam pengambilan keputusan dilakukan tahap perancangan
solusi untuk pemecahan masalah ?
M Setiap permasalahan dilakukan perancangan solusi
D Dalam perancangan alternatif penyelesaian masalah apakah hanya
terpaku pada satu alternatif saja ?
M Tidak, biasanya disediakan lebih dari solusi untuk menyelesaikan
masalah
D Pernahkah pemimpin menentukan pilihan dari beberapa alternatif yang
ada tanpa melibatkan anggota ?
M Pernah, terkadang ia hanya melibatkan pengurus inti saja
D Apakah alternatif yang dipilih bersama dapat menyelesaikan masalah
dengan efektif
M Dengan alternatif yang dipilih bersama selalu dapat menyelesaikan
masalah yang ada
D Apakah kelebihan dan kekurangan yang dirasakan dari pengambilan
keputusan secara kelompok ?
M Dengan pengambilah keputusan secara bersama tidak akan
menyebabkan kesalahpahaman dalam menyelesaikan masalah
D Apakah pemimpin langsung melaksanakan sebuah keputusan yang
sudah ditentukan bersama ?
M Ia langsung melaksanakan keputusan walau lebih sering berdasarkan
pendapatnya sendiri
D Apakah pemimpin melaporkan hasil dari pengambilan keputusan yang
sudah dilaksanakan ?
M Ia selalu melaporkan hasil pengambilan keputusan yang sudah
dilakukan
D Apakah di HMJ MPI melaksanakan evaluasi setelah melihat hasil dari
sebuah keputusan yang sudah dilaksanakan ?
M Evaluasi selalu dilakukan satu kali dalam satu bulan
Transkrip Wawancara Dengan Anggota Departemen Humas HMJ MPI
IAIN Batusangkar

Nama : Diah Ayu Ramadhani

Jabatan : Anggota Departemen Humas HMJ MPI

D Assalamualaikum yu, maaf mengganggu waktunya, saya ingin


mewawancara wahyu, saya kesini penelitian, dengan judul teknik
pengambilan keputusan dalam organisasi di himpunan jurusan
mahasiswa manajemen pendidikan islam, apakah wahyu bersedia saya
wawancara ?
A Waalaikumsalam, iya dilla saya bersedia. Langsung saja
D Baik, saya langsung saja untuk mewawancarai, Apakah dalam
pengambilan keputusan partisipatif dilakukan pengumpulan data atau
informasi untuk mengidentifikasi masalah ?
A Ada, tetapi kami melakukan pengumpulan informasi tersebut hanya
pada masalah yang serius saja
D Bagaimana cara pengumpulan informasi atau data untuk
mengidentifikasi masalah ?
A Dengan cara menanyai kedua belah pihak yang bermasalah
D Manfaat dari perancangan solusi
A Agar dapat menyelesaikan masalah dengan tepat
D Apakah dalam menentukan pilihan dari beberapa alternatif yang ada
pemimpin melibatkan anggota ?
A Tidak selalu pemimpin melibatkan anggota, lebih sering hanya
meminta pendapat dari pengurus inti saja
D Pernahkah pemimpin mengabaikan pendapat atau solusi yang
diberikan oleh anggota dalam menentukan penyelesaian masalah ?
A Pernah, ia lebih melaksanakan apa yang menurutnya benar
D Apakah alternatif yang pemimpin pilih dapat menyelesaikan masalah ?
A Walaupun ia sering melaksanakan keputusan berdasarkan pendapatnya,
tidak ada masalah yang tidak terselesaikan
D Apakah pemimpin melaksanakan keputusan berdasarkan saran-saran
yang diberikan oleh anggotanya ?
A Tidak selalu ia melaksanakan keputusan berdasarkan saran dari
anggotanya
D Setelah suatu keputusan dilaksanakan apakah anda melaporkan hasil
dari pengambilan keputusan tersebut ?
A Ia selalu melaporkan hasil dari pengambilan keputusan yang sudah
dilaksanakan
D Apakah di HMJ MPI melaksanakan evaluasi setelah melihat hasil dari
pengambilan keputusan yang sudah dilaksanakan ?
A Evaluasi selalu dilaksanakan secara rutin tiap bulannya
D Apakah dalam pengambilan keputusan kelompok dilakukan
pengumpulan data atau informasi untuk mengidentifikasi masalah ?
A Ada, tetapi hanya pada masalah yang dianggap serius
D Tujuan dari pengumpulan data atau informasi untuk mengidentifikasi
masalah
A Agar dapatmenyelesaikan masalah dengan tepat
D Apakah dalam pengambilan keputusan dilakukan tahap perancangan
solusi untuk pemecahan masalah ?
A Setiap permasalahan dilakukan perancangan solusi
D Dalam perancangan alternatif penyelesaian masalah apakah hanya
terpaku pada satu alternatif saja ?
A Tidak, biasanya disediakan lebih dari solusi untuk menyelesaikan
masalah
D Pernahkah pemimpin menentukan pilihan dari beberapa alternatif yang
ada tanpa melibatkan anggota ?
A Pernah, terkadang ia hanya melibatkan pengurus inti saja
D Apakah alternatif yang dipilih bersama dapat menyelesaikan masalah
dengan efektif
A Dengan alternatif yang dipilih bersama selalu dapat menyelesaikan
masalah yang ada
D Apakah kelebihan dan kekurangan yang dirasakan dari pengambilan
keputusan secara kelompok ?
A Dengan pengambilah keputusan secara bersama tidak akan
menyebabkan kesalahpahaman dalam menyelesaikan masalah
D Apakah pemimpin langsung melaksanakan sebuah keputusan yang
sudah ditentukan bersama ?
A Ia langsung melaksanakan keputusan walau lebih sering berdasarkan
pendapatnya sendiri
D Apakah pemimpin melaporkan hasil dari pengambilan keputusan yang
sudah dilaksanakan ?
A Ia selalu melaporkan hasil pengambilan keputusan yang sudah
dilakukan
D Apakah di HMJ MPI melaksanakan evaluasi setelah melihat hasil dari
sebuah keputusan yang sudah dilaksanakan ?
A Evaluasi selalu dilakukan satu kali dalam satu bulan
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai