Anda di halaman 1dari 54

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL


OLEH SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
KABUPATEN BELITUNG
PROVINSI BANGKA BELITUNG

PROPOSAL SKRIPSI

diajukan guna pengembangan kompetensi keilmuan terapan


pemerintahan dan salah satu syarat kelulusan pada Program Sarjana
Terapan Ilmu Pemerintahan Institut Pemerintahan Dalam Negeri

oleh
RIDO HAFIZ
NPP 30.0395

PROGRAM STUDI PRAKTIK PERPOLISIAN TATA PAMONG


FAKULTAS PERLINDUNGAN MASYARAKAT
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR
2022
TANDA PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

Judul Proposal Skripsi : PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN


PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL
OLEH SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
KABUPATEN BELITUNG PROVINSI
BANGKA BELITUNG

Nama : Rido Hafiz

NPP : 30.0395

Program Studi : Praktik Perpolisian Tata Pamong

Fakultas : Perlindungan Masyarakat

Tempat dan Tanggal Lahir : Tanjungpandan, 15 Juni 2001

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji pada hari


tanggal bulan Desember tahun 2022.

Jatinangor, Desember 2022

Dosen Pembimbing

Dr. Priyo Teguh, SH., M.Si


Lektor Kepala (IV/A)
NIP.19580511 198603 1 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas

segala berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga mampu

menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul “PENGAWASAN

DAN PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

OLEH SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BELITUNG

PROVINSI BANGKA BELITUNG”. Penyusunan Skripsi ini bertujuan

untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Terapan

Ilmu Pemerintahan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

Atas segala kerendahan hati seorang manusia biasa yang tidak

pernah memiliki kesempurnaan maka penulis menyadari masih

terdapat banyak keterbatasan dalam penyusunan Skripsi ini., dengan

izin-Nya dan keinginan yang kuat , penyusunan laporan Skripsi ini bisa

terselesaikan tepat pada waktunya.

Penyusunan Skripsi ini dapat terselesaikan berkat adanya

bimbingan, dukungan, motivasi serta doa terutama dari keluarga dan

sahabat - sahabat terdekat yang selalu ada saat suka dan duka. Tidak

lupa pula penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tinginya kepada:

1. Dr. Hadi Prabowo selaku Rektor Institut Pemerintahan Dalam

Negeri;
2. Dekan Fakultas Perlindungan Masyarakat Institut

Pemerintahan Dalam Negeri Dr. Drs. Udaya Madjid, M.Pd;

3. Ketua Prodi Praktik Perpolisian Tata Pamong Institut

Pemerintahan Dalam Negeri Dr. Eva Eviany, M.Si;

4. Dr. Priyo Teguh, SH., M.Si. , selaku Dosen Pembimbing yang

sudah meluangkan waktunya dan selalu sabar membimbing

penulis serta senantiasa memberikan motivasi hingga

terselesaikannya Skripsi ini;

5. Seluruh Dosen, Pelatih, dan Pengasuh serta segenap Civitas

Akademika Institut Pemerintahan Dalam Negeri;

6. Kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Zakaria dan Ibu Iryani

yang selalu memberikan dukungan dalam penyusunan Skripsi

ini dan abang-abang dan kakak-kakak yang menjadi alasan

untuk bekerja keras agar bisa lulus dengan baik;

7. Roliza Lusika yang selalu menemani, menjadi tempat berkeluh

kesah, dan menjadi motivasi selama menjalani pendidikan di

IPDN.

8. Seluruh senior Purna Praja Kabupaten Belitung yang telah

memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi.

9. Seluruh rekan-rekanku praja utama Institut Pemerintahan

Dalam Negeri angkatan XXX, Praja asal pendaftaran Bangka

Belitung serta sokab-sokabku asal pendaftaran Kabupaten

Belitung yakni Ali, Hanif, Yoga dan Rega yang selalu menjadi
tempat cerita bersama menjalani pendidikan di kampus tercinta.

10. Seluruh rekan-rekanku wisma Jawa Timur Bawah dan kelas H2

yang menjadi bagian dari kehidupanku di sini.

Akhir kata, semoga Allah SWT berkenan melimpahkan rahmat

dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan

dan dukungan kepada penulis dan semoga tujuan dari penyusunan

Skripsi ini dapat berjalan lancar sampai dilakukannya penelitian dan

mendapatkan hasil yang menjadi harapan dalam penelitian ini.

Jatinangor, Desember 2022

Peneliti,

Rido Hafiz

NPP. 30.0395
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
BAB I............................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 10
1.4 Kegunaan Penelitian ..................................................................... 10
1.4.1 Kegunaan Teoritis .................................................................. 10
1.4.2 Kegunaan Praktis ................................................................... 11
BAB II.......................................................................................................... 12
LANDASAN TEORI.................................................................................... 12
2.1. Penelitian Sebelumnya ................................................................. 12
2.2. Landasan Teoritik dan Legalistik .................................................. 15
2.2.1. Landasan Teoritik ................................................................... 15
2.2.2. Landasan Legalistik ................................................................ 22
2.3. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 26
BAB III......................................................................................................... 28
METODE PENELITIAN .............................................................................. 28
3.1. Pendekatan Penelitian ............................................................... 28
3.2. Operasionalisasi Konsep ........................................................... 30
3.3. Sumber Data dan Informan........................................................... 31
3.3.1. Sumber Data........................................................................... 31
3.3.2. Informan .................................................................................. 32
3.4. Instrumen Penelitian ..................................................................... 33
3.5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 34
3.5.1. Wawancara atau Interview ..................................................... 34
3.5.2. Observasi atau Pengamatan.................................................. 35
3.5.3. Studi Dokumentasi ................................................................. 36
3.6. Teknik Analisis Data...................................................................... 36
3.7. Jadwal dan Lokasi Penelitian ....................................................... 39
3.7.1. Lokasi Penelitian .................................................................... 39
3.7.2. Jadwal Penelitian.................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 41
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya .............................................................. 15
Tabel 3.1 Operasionalisasi Konsep ........................................................... 31
Tabel 3.2 Daftar Informan........................................................................... 33
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian.............................................. 27
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki cita – cita dan tujuan

untuk membahagiakan seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini tercantum

dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

pada alinea ke empat yang menegaskan bahwa kemudian daripada itu

untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan

kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang – Undang Dasar Negara

Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik

Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada:

1. Ketuhanan yang maha esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan

5. Serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia

1
2

Dari tujuan negara yang disampaikan di alinea keempat tersebut, tujuan

nasional Indonesia yaitu memuat tiga hal, yaitu :

1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah

Indonesia.

2. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa

3. Ikut melaksanakan ketertiban dunia

Dari ketiga hal tersebut disimpulkan bahwa negara Indonesia

melindungi seluruh daerah di tanah air dan juga melindungi seluruh warga

negara Indonesia di mana pun berada baik di dalam negeri ataupun di luar

negeri. Selain dari tujuan tersebut, bangsa Indonesia kita ini juga

menginginkan para rakyatnya agar selalu merasa senang, bahagia, rukun

dan damai antar sesama. Oleh sebab itu, demi terselenggaranya tujuan dan

keinginan masyarakat Indonesia, dibentuklah suatu organisasi untuk

menjalankan tugas tersebut yaitu pemerintah

Pemerintah merupakan suatu bentuk organisasi yang memiliki tugas

dan wewenang dalam melaksanakan dan mewujudkan tujuan negara.

Pemerintah memiliki beberapa fungsi dalam melaksanakan tugasnya.

Adapun fungsi pemerintah tersebut disampaikan menurut Ryaas Rasyid

bahwa ada tiga fungsi hakiki pemerintahan yaitu pelayanan (service),

pemberdayaan (empowerment) dan pembangunan (development) dengan

tujuan masing-masing.
3

Berdasarkan pendapat tersebut, pemerintah memiliki beberapa fungsi yaitu

fungsi pelayanan, fungsi pembangunan, fungsi pemberdayaan dan fungsi

pengaturan (regulasi). Dalam melaksanakan pengendalian pengawasan,

pemerintah menerapkan fungsi pengaturan (regulasi). Fungsi ini dilakukan

oleh pemerintah dengan merancang peraturan perundang – undangan

dengan tujuan untuk mengatur hubungan antar sesama manusia dalam

kehidupan bermasyarakat. Pemerintah dalam hal ini merupakan pihak yang

berwenang dalam menerapkan peraturan tersebut agar kehidupan

bermasyarakat dapat berjalan dengan teratur dan semestinya. Berbeda lagi

dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah juga memiliki fungsi regulasi

terhadap masyarakat di wilayahnya masing-masing. Bedanya, peraturan

yang diatur oleh pemerintah daerah lebih mencakup sesuai dengan urusan

masing-masing di wilayah tersebut. Hal itu diberikan khusus kepada daerah

untuk mengatur urusan yang diperlukan di daerah tersebut yaitu Peraturan

Daerah yang dirancang bersama dengan DPRD dan lembaga eksekutif.

Demi terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang sesuai

dengan tujuan negara yaitu membahagiakan dan mensejahterakan

masyarakat serta pembangunan nasional yang berdasarkan ideologi

Pancasila sekaligus mewujudkan ketentraman dan ketertiban umum, maka

dalam hal ini juga harus didukung oleh aparat negara. Salah satunya yang

berwenang dalam mententramkan dan menertibkan yaitu Satuan Polisi

Pamong Praja yang dikenal dengan sebutan Satpol PP. Satpol PP adalah

suatu unsur yang paling penting dalam mententramkan dan mentertibkan


4

masyarakat umum. Selain itu Satpol PP juga memiliki wewenang dalam

menegakkan Peraturan Daerah atau Perda dan juga Peraturan Kepala

Daerah atau Perkada di mana hal itu telah diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi Pamong Praja.

Provinsi Bangka Belitung merupakan salah satu dari beberapa

provinsi yang berbentuk kepulauan. Bangka Belitung ini terdiri dari dua

pulau besar yaitu pulau Bangka dan Pulau Belitung yang terletak di daerah

selatan pulau Sumatra. Provinsi Bangka Belitung terdiri dari 6 kabupaten

dan 1 kota madya yaitu Kabupaten Bangka, Kabupaten Bangka Tengah,

Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten Belitung,

Kabupaten Belitung Timur dan Kota Pangkal Pinang. Bangka Belitung juga

merupakan daerah yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan lokal

maupun asing karena keanekaragaman dan keindahan objek wisata yang

ada di sini salah satunya daerah Kabupaten Belitung.

Kabupaten Belitung merupakan salah satu daerah yang paling

terkenal dikarenakan keunikan dan keindahan dari pantai yang dimilikinya

yaitu pantai Tanjung Tinggi dimana pernah menjadi salah satu objek

pembuatan film “Laskar Pelangi” yang menjadi film terbaik Indonesia

sepanjang masa. Selain itu, daerah Kabupaten Belitung juga terkenal

masyarakatnya baik dan ramah oleh para wisatawan yang berkunjung ke

sini. Akan tetapi, selain keunikan, keragaman dan keramahan yang dimiliki

daerah ini, di kabupaten Belitung juga banyak terjadinya permasalahan di


5

kalangan masyarakatnya salah satunya terkait dengan permasalahan

ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.

Ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat merupakan suatu

kondisi di mana masyarakatnya dapat melakukan aktivitas sehari – hari

dengan aman, tertib , tenteram dan nyaman sebagai pendukung

pelaksanaan pembangunan di daerah secara berkelanjutan. Kondusifitas

yang ditimbulkan dalam menjaga ketertiban dan ketenteraman dalam

masyarakat perlu untuk dijaga agar kegiatan yang berlangsung dalam

masyarakat tersebut bisa berjalan dengan baik. Hal ini telah diatur dalam

Peraturan Perundang–Undangan terkait dengan Ketertiban Umum di mana

dalam pelaksanaan dan penegakannya menjadi tanggung jawab dan

wewenang oleh Satpol PP. Namun, pada kenyataannya masih banyak

terjadi permasalahan – permasalahan yang mengganggu kenyamanan dan

ketenteraman masyarakat dikala sedang beraktivitas dan hal tersebut

sangat meresahkan masyarakat salah satunya masalah tentang minuman

beralkohol.

Adanya Peraturan Pemerintah tentang minuman beralkohol

menjadikan landasan bagi pemerintah daerah Kabupaten Belitung untuk

mengeluarkan kebijakan berupa Peraturan Daerah Kabupaten Belitung

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Ketertiban Umum yang menerangkan terkait

larangan peredaran, penyimpanan maupun penjualan minuman beralkohol

tanpa izin dari pihak yang berwenang. Implementasi dari penegakan

Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 5 Tahun 2014 terkait


6

larangan pengedaran, penyimpanan dan penjualan minuman beralkohol

hingga pada saat ini sudah berjalan namun dirasa masih belum cukup

dikarenakan masih banyaknya pelanggaran-pelanggaran berkaitan dengan

hal tersebut seperti produksi, peredaran, pengonsumsian hingga

perdagangan minuman beralkohol atau minuman keras tanpa izin. Bukan

tanpa alasan yang jelas karena sudah dibuktikan dengan banyaknya

temuan hasil pada saat operasi razia yang dilaksanakan oleh Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Belitung. Dikutip dari laman portal.belitung.go.id

(Admin 2020), disampaikan oleh Kasat Pol PP, Bapak Azhar menyebutkan:

“Untuk dibulan januari, dari beberapa kegiatan operasi dan razia


yang telah kita laksanakan, terutama di tempat-tempat peredaran
seperti toko-toko penjualan dan distributor arak, pada bulan januari
tahun 2020 ini kita telah menyita sebanyak 342 liter arak dan 267 liter
tuak”
Disebut juga bahwa Satpol PP akan senantiasa melaksanakan

pengawasan terkait peredaran minuman beralkohol ini dan juga hal ini

sesuai dengan komitmen Bupati Belitung Bapak Sahani Saleh untuk

memberantas segala akar dan masalah peredaran minuman beralkohol.

Peredaran minuman beralkohol secara ilegal dan tanpa izin ini sangat

meresahkan dan dikhawatirkan akan merusak generasi muda Belitung.

Selain itu, terkait minuman beralkohol juga diatur dalam Peraturan

Daerah Nomor 12 Tahun 2008 tentang pengawasan, pengendalian dan

perizinan minuman beralkohol Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai

wewenang untuk melaksanakan pengawasan dan pengendalian peredaran

minuman beralkohol. Seperti yang dilansir dalam beritababel.com (Admin


7

2020), disampaikan oleh Plt Kabid Ketertiban Umum dan Ketenteraman

Masyarakat Satpol PP Kabupaten Belitung Bapak Abdul Hadi menerangkan

bahwa pada bulan desember tahun 2020 Satpol PP Kabupaten Belitung

berhasil mengamankan berjumlah 0,41 ton minuman tuak dan 28,27 liter

minuman beralkohol jenis bir. Hal itu dilakukan oleh Tim Patroli dan

Penertiban Satpol PP dan dianggap sebagai pencapaian yang cukup

memuaskan. Dikatakan juga bahwa pabrik-pabrik pembuatan minuman

keras tersebut menjadi fokus dari Tim Patroli dan Penertiban Satpol PP,

sebab tanpa adanya pabrik pembuatan minuman haram tersebut tidak

mungkin minuman ini bisa diproduksi dan diedarkan.

Sementara itu, Bapak Rully Hidayat selaku Kasi Penertiban,

Operasional dan Pengendalian Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman

Masyarakat Satpol PP Kabupaten Belitung menambahkan bahwa sejumlah

2.059 liter arak yang berhasil dirazia sudah dimusnahkan sekitar 1.600 liter

yang didasarkan oleh putusan Pengadilan Negeri Tanjungpandan.

Sedangkan dalam penertiban pabrik minuman beralkohol ini sudah diatur

dalam ranah hukum pidana sehingga tidak menjadi wewenang pemerintah

daerah dan Pol PP lagi.

Kandungan yang terdapat dalam minuman beralkohol sendiri sudah

jelas yaitu alkohol yang merupakan zat psikoaktif yang mengandung zat

adiktif di mana bagi pengonsumsi zat tersebut dapat mengalami perubahan

pada sikap, perilaku, emosional dan kesadaran pengguna. Zat tersebut


8

dapat mengganggu sistem kerja otak. Selain itu, zat adiktif juga

mengakibatkan kecanduan serta ketergantungan bagi para pengguna.

Banyaknya kandungan yang memiliki dampak negatif dari

pengonsumsian minuman beralkohol membuat pemerintah mengeluarkan

Peraturan Daerah tentang larangan minuman beralkohol tersebut karena

dikhawatirkan akan menimbulkan hal – hal negatif lainnya. Seperti contoh,

pengonsumsian minuman beralkohol sangat bertentangan dengan norma

agama, dapat merusak sistem kerja tubuh dan merusak kesehatan baik

jasmani maupun rohani. Selain itu, banyak juga kasus kriminal dan

kekerasan yang ditimbulkan akibat pengonsumsian minuman beralkohol.

Dengan begitu, larangan minuman beralkohol ini merupakan kebijakan

yang sangat bagus untuk diterapkan demi kebaikan bersama.

Penegakan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat

merupakan tujuan dari ditertibkannya minuman beralkohol oleh Satuan

Polisi Pamong Praja. Hal ini dilakukan guna mencegah terjadinya hal – hal

yang bertolak belakang dengan aturan dan norma agama serta norma

susila dan juga mencegah terjadinya tindakan kekerasan dan kriminalitas.

Seperti yang diketahui masih banyaknya pelanggaran berupa

pengonsumsian, perdagangan serta peredaran minuman beralkohol

sehingga penertiban yang dilaksanakan oleh Satpol PP mencakup

penertiban terkait produksi, perdagangan, peredaran serta pengonsumsian

minuman beralkohol.
9

Penelitian yang dilakukan ini untuk mengetahui bagaimana Satpol

PP dalam mengawasi dan mengendalikan peredaran minuman beralkohol

di Kabupaten Belitung agar terciptanya ketertiban umum dan ketenteraman

masyarakat sehingga penulis tertarik untuk meneliti persoalan tersebut

dalam skripsi yang berjudul “PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL OLEH SATUAN POLISI

PAMONG PRAJA KABUPATEN BELITUNG PROVINSI BANGKA

BELITUNG”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengemukakan

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengawasan dan pengendalian peredaran minuman

beralkohol oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Belitung

Provinsi Bangka Belitung?

2. Apa saja kendala yang dihadapi oleh Satuan Polisi Pamong Praja

dalam pengawasan dan pengendalian minuman beralkohol?

3. Bagaimana upaya yang dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Belitung untuk mengatasi kendala dalam

pengawasan dan pengendalian minuman beralkohol?


10

1.3 Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah yang telah disampaikan di atas,

maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengawasan dan pengendalian

peredaran minuman beralkohol oleh Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Belitung Provinsi Bangka Belitung;

2. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi oleh Satuan

Polisi Pamong Praja dalam pengawasan dan pengendalian

peredaran minuman beralkohol;

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Belitung untuk mengatasi kendala

dalam pengawasan dan pengendalian minuman beralkohol.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini yang berkaitan dengan

“Pengawasan dan Pengendalian Peredaran Minuman Beralkohol oleh

Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Belitung Provinsi Bangka Belitung”

sebagai berikut :

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi teoritis dalam rangka pengembangan, pemahaman,

dan pendalaman ilmu pengetahuan bagi seluruh pembaca termasuk juga


11

penulis sendiri yang berkaitan dengan upaya pengawasan dan

pengendalian minuman beralkohol.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari hasil penelitian ini digunakan untuk

menyelesaikan tugas akhir dan sekaligus sebagai salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar sarjana. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna

menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya dan juga sebagai masukan

bagi pemerintah dalam memberikan kebijakan.


12

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Penelitian Sebelumnya

Dalam penyusunan skripsi ini sangat diperlukan untuk mengetahui


penelitian – penelitian terdahulu untuk dijadikan sebagai sumber referensi,
kajian serta perbandingan bagi penulis. Adapun penelitian tersebut yang
dijadikan sebagai acuan tidak boleh jauh atau harus mengarah kepada topik
penulis yaitu tentang minuman beralkohol. Beberapa penelitian yang
dijadikan sebagai acuan oleh penulis yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1

Penelitian Sebelumnya

Nama, Judul, Tahun Metode


NO Hasil Penelitian
dan Jenis Penelitian Penelitian
1. Selamat Riadi, Seluruh Hasil penelitian
Efektifitas Pengawasan penelitian dijelaskan bahwa
dan Pengendalian terdahulu yang proses pengawasan
Peredaran Minuman dijadikan acuan dan pengendalian
Beralkohol Berdasarkan perbandingan peredaran minuman
Peraturan Daerah oleh penulis beralkohol di
Kabupaten Indragiri Hilir menggunakan kabupaten Indragiri
Nomor 11 Tahun 2016 metode Hilir masih
(Studi Kasus Satpol PP penelitian kurangnya waktu
Kabupaten), 2021. kualitatif dalam penertiban
Penelitian Kualitatif. yang diagendakan
oleh aparat penegak
hukum. Selain itu,
13

kekuatan aparat
Satpol PP dalam
menjangkau seluruh
bagian wilayah di
Kabupaten Indragiri
Hilir masih cukup
kurang dan juga
penerapan sanksi
bagi pengonsumsi
minuman beralkohol
terlalu ringan
2. Ditha Nur Safitri Hasil penelitian ini
Doholio, Efektifitas menjelaskan bahwa
Pengawasan dan pengawasan dan
Pengendalian pengendalian
Peredaran Minuman peredaran minuman
Beralkohol di Kota beralkohol belum
Gorontalo,2019. berjalan dengan baik
Penelitian Kualitatif. karena masih
banyaknya
penjualan minuman
keras ilegal yang
berseliweran di Kota
Gorontalo.
Selanjutnya, masih
lemahnya
penindakan
terhadap penjual
minuman beralkohol
yang di mana pada
saat operasi razia
14

dilakukan oleh
Satpol PP ternyata
mudah diketahui
oleh penjual
sehingga barang
berupa minuman
beralkohol tersebut
sudah diamankan
terlebih dahulu oleh
penjual. Akibatnya
Satpol PP sulit
melaksanakan
operasi tangkap
tangan kepada
penjual minuman
beralkohol tersebut.
3. Geraldy C. Asikin, Hasil penelitian ini
Pengawasan dan membahas terkait
Pengendalian Walikota masih kurangnya
Kupang terhadap tenaga aparatur
Peredaran dan yang bersertifikat,
Penjualan Minuman kurangnya
Beralkohol, 2021. koordinasi antara
Penelitian Kualitatif. sarana
prasarananya serta
fasilitas yang belum
memadai. Selain itu,
kurangnya
kesadaran
masyarakat untuk
meminimalisir
15

pelanggaran terkait
minuman beralkohol
ini serta kebutuhan
ekonomi yang
menjadi faktor bagi
masyarakat untuk
menjual minuman
beralkohol tersebut.
Tabel 1 Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan acuan dari ketiga jurnal di atas, terdapat perbedaan

dalam penelitian ini yaitu penelitian ini berjudul, “Pengawasan dan

Pengendalian Peredaran Minuman Beralkohol oleh Satuan Polisi Pamong

Praja Kabupaten Belitung Provinsi Bangka Belitung” menggunakan teori

pengawasan Menurut Robbins dan serta dengan metode penelitian

kualitatif. Persamaan dari ketiga penelitian di atas yaitu ketiganya fokus

membahas terkait minuman beralkohol dari masing-masing lokasi

penelitian. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini masih cukup

relevan untuk diteliti dan penting untuk dilaksanakan.

2.2. Landasan Teoritik dan Legalistik

2.2.1. Landasan Teoritik

Landasan teoritik merupakan suatu hal yang wajib dan juga suatu

hal yang utama dalam membuat suatu penulisan penelitian. Landasan teori

berfungsi menjadi alat ukur dalam menganalisis suatu permasalahan yang

ditemukan di lapangan. Selain itu, landasan teori dianggap sebagai acuan


16

dan juga standar untuk menentukan kelanjutan dalam proses penyusunan

penelitian.

2.2.1.1 Pengawasan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengawasan

berasal dari kata “awas”, yang berarti penjagaan atau penilikan, dan dalam

bahasa inggris disebut juga istilah “control”. Pengawasan adalah suatu

proses kegiatan dilakukan oleh pemerintah bertujuan guna menilai ataupun

mengetahui suatu pelaksanaan kebijakan dengan aturan aturan yang telah

ditetapkan. Proses pengawasan bermaksud menjamin pengorganisasian

yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan yang telah

direncanakan.

Pengawasan merupakan bentuk pola pikir juga pola tindakan

bertujuan memberikan pengertian dan kesadaran terhadap seseorang

maupun beberapa orang yang diberikan tugas agar dilaksanakan dengan

menggunakan sumber daya yang tersedia secara bijak, sehingga berjalan

optimal tidak terjadi kesalahan dan penyimpangan yang dapat merugikan

lembaga yang bersangkutan.

Menurut Siagian (2011:258) bahwa pengawasan adalah

keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna

menjamin bahwa berbagai kegiatan berjalan sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan. Sehingga dapat didefinisikan sebagai bentuk pengamatan


17

kegiatan pelaksanaan pekerjaan secara utuh bertujuan agar dapat berjalan

sesuai dengan yang direncanakan.

Sedangkan menurut Nitisemito (2013:109) bahwa pengawasan

merupakan usaha guna mencegah berbagai kemungkinan penyimpangan

daripada rencana,instruksi,saran dan sebagainya yang telah ditetapkan.

Sehingga dapat diharapkan penyimpangan yang kemungkinan terjadi dapat

ditekan sedemikian mungkin dihindarkan ataupun diperkecil. Sependapat

dengan hal tersebut Menurut Baswir (1995) pengawasan adalah suatu

proses operasional yang dilakukan secara terus menerus adan

berkesinambungan untuk mengamati, memahami dan mengevaluasi setiap

kinerja kegiatan tertentu sehingga kesalahan dapat dihindari atau

diperbaiki.

Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen, pentingnya

pengawasan dalam suatu pekerjaan untuk menetapkan suatu rencana

yang hasilnya bisa diamati. Tujuan utama pengawasan adalah untuk

meningkatkan akuntabilitas dan transparansi. Pengawasan dilakukan untuk

menilai keberhasilan pencapaian tujuan sesuai dengan aturan yang telah

ditetapkan. Kemudian, langkah demi langkah umtuk memperbaiki setiap

penyimpangan yang mungkin muncul. Selanjutnya dengan pemantauan,

solusi atau pemecahan masalah dapat dilaksanakan secara efektif,

sehingga pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu.


18

Pengawasan berguna untuk mendukung suatu penegakan hukum.

masyarakat dapat menilai yang bertugas melakukan pengaawasan telah

melalui penyuluhan, peringatan, himbauan dan anjuran. Dilakukan

pengawasan juga dengan alasan koordinasi,mencegah atau mencari

penyelesaian konflik. Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa definisi

diatas bahwasannya pengawasan merupakan proses pengamatan yang

dilakukan dengan terperinci secara efisien dan efektif bertujuan agar suatu

pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan yang direncanakan berjalan sesuai

apa yang diharapkan.

Agar pengawasan berjalan dengan baik, ada beberapa aspek

pengawasan yang perlu dipahami oleh pengawas. Robbins dan Coulter

(2005:460) menyatakan bahwa pengawasan mencakup empat aspek,

yaitu: standar, ukuran, perbandingan dan tindakan

a. Dimensi Penetapan standar, yaitu menetapkan tolak ukur

(sasaran) atau hasil yang diinginkan, dilakukan sebagai perbandingan hasil

dalam kegiatan suatu organisasi. Standar juga merupakan batasan tentang

apa yang harus dilakukan dalam rangka melaksanakan suatu kegiatan

untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi.

b. Dimensi pengukuran (measurement). Pengukuran kinerja adalah

suatu proses yang dilakukan secara berulang-ulang dan akurat, baik

intensitasnya berupa pengukuran harian, mingguan maupun bulanan

sehingga dapat diketahui bahwa yang diukur adalah kualitas dan kuantitas
19

hasil. Standardisasi tidak ada artinya jika tidak dibarengi dengan cara

pengukuran kinerja kegiatan yang berbeda.

c. Dimensi Membandingkan (compare), yaitu membandingkan hasil

yang diperoleh dengan tujuan atau standar yang telah ditetapkan,

kinerjanya bisa lebih tinggi atau lebih rendah atau sama dengan standar.

Proses ini akan menemukan penyimpangan antara standar dan kinerja, jika

standar dapat dicapai. Perbandingan akan memudahkan untuk mengetahui

penyimpangan apa yang terjadi.

d. Dimensi Melakukan tindakan (action), yaitu memutuskan untuk

mengambil tindakan korektif atau perbaikan. Jika ada penyimpangan antara

standar dan kinerja, beberapa bentuk koreksi diperlukan.

2.2.1.2 Minuman Beralkohol

Minuman beralkohol atau dikenal di kalangan masyarakat sebagai

minuman keras merupakan suatu minuman yang mengandung zat atau

kandungan yang berbahaya bagi tubuh manusia. Kandungan atau zat

tersebut berupa etanol yang merupakan suatu zat senyawa psikoaktif yang

apabila dikonsumsi dalam tubuh manusia dapat mengakibatkan penurunan

atau komplikasi pada tingkat kesadaran manusia. Di berbagai negara telah

dibatasi dalam peredaran minuman keras tersebut dan hanya dibatasi oleh

golongan tertentu saja dan umumnya pada batasan umur saja.

Di negara Indonesia saja, minuman beralkohol atau mihol sering

dianggap sama dengan minuman keras atau miras sehingga suatu jenis
20

minuman dengan berbagai macamnya yang mengandung etanol atau

alkohol ini merupakan minuman beralkohol atau minuman keras. Minuman

fermentasi yang tidak diproses suling sehingga memiliki kandungan etanol

di dalamnya juga dianggap sebagai minuman keras seperti tuak, bir,

angguran dan sebagainya. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan

bahwa segala jenis minuman yang bisa memabukkan atau menghilangkan

kesadaran seseorang merupakan definisi atau pengertian dari minuman

beralkohol atau minuman keras.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997

tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol dijelaskan

bahwa minuman beralkohol yaitu minuman yang mengandung etanol yang

diproses dari bahan hasil pertanian dan mengandung karbohidrat dengan

metode fermentasi dengan destilasi maupun tanpa destilasi, baik dengan

cara-cara memberi perlakuan terlebih dahulu atau konsentrat dengan

etanol ataupun dengan cara mengencerkan minuman yang mengandung

etanol.

Menurut Majelis Ulama Indonesia atau MUI, minuman beralkohol

adalah minuman yang mengandung alkohol atau etanol yang dibuat dengan

cara fermentasi berbagai jenis bahan baku nabati atau yang dibuat dengan

cara distilasi hasil fermentasi. Penggolongan minuman keras atau minuman

beralkohol dibagi menjadi klasifikasi A,B dan C.


21

Semua jenis minuman yang memiliki kandungan alkohol termasuk

ke dalam golongan minuman beralkohol. Banyak sedikitnya kadar alkohol

yang terkandung di dalam minuman tersebut tetaplah dianggap sebagai

minuman beralkohol yang di mana hukumnya untuk dikonsumsi adalah

haram. Begitu pula dengan proses jual beli minuman beralkohol juga

hukumnya haram dan harus dihindari.

2.2.1.3 Ketenteraman dan Ketertiban

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ketenteraman

dapat diartikan sebagai suatu keadaan tenteram dan ketenangan hati

maupun pikiran. Ketenteraman tersebut dapat dirasakan dan dialami oleh

seseorang atau sekelompok orang apabila hal itu dapat memelihara

ketertiban umum. Dengan demikian, ketertiban umum perlu diperhatikan

agar terwujudnya ketenteraman masyarakat. Setelah itu, ketertiban berasal

dari kata tertib yang berarti “aturan atau peraturan yang baik, sedangkan

menertibkan dapat diartikan sebagai upaya-upaya yang dilakukan untuk

menciptakan situasi dan kondisi yang teratur sesuai dengan peraturan yang

berlaku” (Purwadarminta 2006). Berdasarkan penjelasan tersebut,

ketertiban umum sangat penting untuk dijaga sebagai bentuk upaya dalam

menciptakan situasi dan kondisi yang teratur sehingga terciptanya

ketenteraman masyarakat.

Menurut Labolo dalam Rahmadanita (2019) mendefinisikan terkait

ketenteraman dan ketertiban yaitu:


22

“suatu kondisi yang dinamis, aman, dan tenang yang berjalan secara
teratur sesuai aturan dan norma yang berlaku. Dengan kata lain
adalah suatu keadaan yang aman, tenang, dan bebas dari
gangguan/kekacauan yang menimbulkan kesibukan dalam bekerja
untuk mencapai kesejahteraan masyarakat seluruhnya yang
berjalan secara teratur sesuai dengan norma-norma yang ada.”
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ketenteraman

dan ketertiban umum merupakan suatu kondisi di mana hal itu saling

berkaitan. Ketenteraman dapat dirasakan ketika ketertiban berjalan dengan

baik. Apabila sudah berjalan dengan seperti hal layaknya makan

ketenteraman akan dirasakan oleh seluruh masyarakat. Keduanya perlu

untuk selalu dijaga agar selalu kondusif dalam keadaan tertentu. Akan

tetapi, dalam penelitian ini diketahui bahwa ketenteraman dan ketertiban

umum mengalami gangguan dikarenakan adanya pelanggaran yang

mengganggu kondusifitas tersebut terkait dengan kegiatan peredaran

minuman beralkohol yang ilegal dan melanggar aturan yang ada.

2.2.2. Landasan Legalistik

Landasan legalistik diartikan sebagai suatu kajian yang menjelaskan

terkait dengan peraturan Perundang-undangan yang menjadi suatu

landasan dalam pelaksanaan penelitian ini. Peraturan Perundang-

undangan yang menjadi landasan legalistik ini di antara lain sebagai berikut:
23

2.2.2.1 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah

Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2014 menjadi sangat penting

dijadikan sebagai landasan legalistik dalam penelitian ini di mana dalam

Undang-undang ini dijelaskan bahwa Pemerintah Daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah adalah penyelenggara dari pemerintahan

daerah. Pada Pasal 12 ayat (1) poin 2 dijelaskan bahwa urusan wajib yang

diberikan wewenang untuk diurusi oleh pemerintah daerah kabupaten atau

kota adalah pemeliharaan ketertiban umum yang dilaksanakan oleh Satuan

Polisi Pamong Praja tingkat kabupaten atau kota. Dijelaskan juga dalam

Undang-undang ini dalam pasal 255 bahwa Satuan Polisi Pamong Praja

memilik tugas dan fungsi untuk menegakkan Peraturan Daerah,

melaksanakan ketertiban umum, melindungi masyarakat, menindak

masyarakat yang mengganggu ketertiban umum, melakukan penyelidikan

dan mengambil tindak disiplin secara administratif terhadap masyarakat

yang melanggar Peraturan Daerah.

2.2.2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan

Polisi Pamong Praja

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 dijelaskan

bahwa tujuan dibentuknya Satuan Polisi Pamong Praja yaitu untuk

melaksanakan penegakan terkait Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala

Daerah, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman


24

masyarakat serta menyelenggarakan perlindungan masyarakat. Poin-poin

tersebut dijelaskan dalam Pasal 5 yang merupakan tupoksi dari Satuan

Polisi Pamong Praja. Adapun hal lain terkait dengan Satuan Polisi Pamong

Praja dijelaskan lebih lanjut di dalam Peraturan Pemerintah ini untuk

terlaksananya kebijakan ataupun aturan tersebut.

Susunan organisasi perangkat daerah Satuan Polisi Pamong Praja

berdasarkan Peraturan Daerah merajuk kepada Peraturan Pemerintah ini.

Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala Satuan yang masih di

bawah tingkatan dengan Kepala Daerah dan mempertanggungjawabkan

penyelenggaraan kegiatannya melalui sekretaris daerah.

2.2.2.3 Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 tentang

Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol

Peraturan Presiden ini menjelaskan terkait dengan definisi minuman

beralkohol merupakan minuman yang mengandung senyawa C2H5OH

(etanol) yang didapat dari proses fermentasi destilasi atau tanpa destilasi

suatu bahan makanan yang mengandung karbohidrat. Lalu di sini

dijelaskan juga terkait minuman beralkohol tradisional adalah minuman

yang dibuat secara turun-temurun oleh nenek moyang yang dikemas

secara sederhana dan pembuatannya hanya dilakukan pada waktu-waktu

tertentu seperti acara keagamaan atau adat istiadat.

Di sini juga dijelaskan terkait dengan pembagian golongan minuman

beralkohol terdapat 3 jenis yaitu: 1) Golongan A (kadar etil alkohol


25

sampaidengan 5 persen); 2) Golongan B (kadar etil alkohol 5(lima) -20

persen); 3) Golongan C (kadar etil alkohol 20-55 persen) hanya dapat dijual

di tempat-tempat yang memenuhi persyaratan sesuai peraturan

perundang-undangan di bidang kepariwisataan. Pengaturan lebih lanjut

tentang penjualan minuman beralkohol disebutkan diatur lebih lanjut oleh

Gubernur dan/atau Bupati/Walikota.

2.2.2.4 Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 12 Tahun 2008

tentang Pengawasan, Pengendalian, dan Perizinan Minuman

Beralkohol

Peraturan Daerah ini menjadikan aturan inti di mana peraturan terkait

dengan pengendalian dan pengawasan serta perizinan minuman

beralkohol diatur secara rinci di sini. Perda ini menjadi landasan yuridis

dalam hal pelarangan produksi, konsumsi dan jual beli minuman beralkohol

di Kabupaten Belitung. Dibentuknya Perda ini ditujukan untuk mencegah

pelanggaran yang disebabkan oleh minuman beralkohol.

Pada Pasal 2 Peraturan Daerah ini dijelaskan juga terkait dengan

penggolongan minuman beralkohol yaitu: 1) Golongan A (kadar etil alkohol

sampaidengan 5 persen); 2) Golongan B (kadar etil alkohol 5(lima) -20

persen); 3) Golongan C (kadar etil alkohol 20-55 persen) dan selain yang

termasuk dalam penggolongan diatas adalah minuman beralkohol

tradisional, hasil oplosan dan/atau jenis yang lainnya. Selain itu, dijelaskan

juga secara rinci bahwa setiap orang dan/atau badan hukum dilarang
26

memproduksi, mengonsumsi, menyimpan, memperdagangkan ataupun

mengedarkan minuman beralkohol kecuali untuk kegiatan religius.

Peraturan Daerah Kabupaten Belitung ini juga mengatur juga

minuman beralkohol tersebut merupakan barang yang ditetapkan menjadi

barang dalam pengawasan. Minuman beralkohol yang diperdagangkan

juga harus memenuhi Standar Nasional Indonesia serta memenuhi

persyaratan lain yang ditetapkan berdasarkan perundang-undangan yang

berlaku.

2.3. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran pada penelitian ini dijadikan sebagai gambaran

secara keseluruhan mengenai penelitian ini yaitu mengenai Pengawasan

dan Pengendalian Peredaran Minuman Beralkohol oleh Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Belitung yang sering kali menjadi permasalahan

di masyarakat sehingga menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat

Kabupaten Belitung. Dengan didukung oleh berbagai macam teori dan

sumber yang bisa mempermudah dalam pemahaman pelaksanaan

penelitian ini. Peraturan Daerah Kabupaten Belitung tentang Minuman

Beralkohol menjadi landasan dalam pengawasan minuman beralkohol atau

minuman keras tersebut di mana peraturan tersebut akan terus ditegakkan.

Maka dalam penelitian ini kedepannya akan melihat seberapa jauh peran

Satpol PP dalam menertibkan peredaran minuman beralkohol ataupun

pengonsumsian minuman beralkohol ataupun minuman keras ini.


27

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian

Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 12 Tahun 2018 tentang


Pengawasan, Pengendalian dan Pengedaran Minuman Beralkohol

Pengawasan dan Pengendalian Peredaran Minuman Beralkohol oleh


Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Belitung Provinsi Bangka Belitung

Pengawasan
Robbins dan Coulter
(2005:460)

• Menetapkan Standar
• Pengukuran
• Membandingkan
• Melakukan Tindakan

Faktor Penghambat dalam Upaya yang dilakukan untuk


Pengawasan dan Pengendalian Mengatasi Hambatan dalam
Peredaran Minuman Beralkohol Pengawasan dan Pengendalian
Peredaran Minuman Beralkohol

Terciptanya Keamanan dan Ketertiban dalam Pengawasan dan


Pengendalian Peredaran Minuman Beralkohol

Sumber : Diolah oleh Peneliti. (2022)


28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara atau metode yang dipakai

oleh peneliti dalam melakukan suatu penelitian untuk mengumpulkan

bahan atau sumber data yang kedepannya akan digunakan untuk

menjawab persoalan terkait dengan penelitian yang dilakukan. Menurut

Sugiyono (2019:2) mendefinisikan bahwa metode penelitian merupakan

suatu cara yang dilakukan untuk mengumpulkan berbagai macam data

yang digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi

masalah di mana data tersebut bisa ditemukan, dikembangkan dan

dibuktikan keasliannya. Selain itu, metode penelitian dilakukan dengan cara

yang ilmiah di mana hal itu harus berdasarkan pada ciri-ciri keilmuan dan

validnya data tersebut. Valid di sini diartikan sebagai data yang didapat

sesuai dengan data yang sebenarnya.

Peneliti dalam melaksanakan penelitian ini menggunakan metode

penelitian yang bersifat kualitatif. Metode penelitian kualitatif ini merupakan

suatu pendekatan penelitian dari suatu pengamatan terhadap suatu

persoalan yang diamati serta menghasilkan suatu data deskriptif.


29

Pengertian metode kualitatif menurut Sugiyono (2019:9) adalah:

“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang


berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah,(sebagai lawannya 33 adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi(gabungan), analisi
data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi”

Pendekatan kualitatif deskriptif merupakan pendekatan yang dirasa

cocok dalam penelitian ini sehingga digunakan oleh peneliti untuk menjadi

metode dalam penelitian ini. Pendekatan metode ini digunakan dengan

maksud untuk mendapatkan data dan informasi yang jangkauannya lebih

luas dan mendalam serta mengandung makna. Seperti yang dijelaskan oleh

Sugiyono bahwa pendekatan kualitatif deskriptif akan memberikan panduan

terhadap peneliti untuk menjelajah dan menangkap situasi sosial yang akan

diteliti secara menyeluruh dan mendalam.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diketahui bahwa dalam

penelitian ini peneliti memposisikan dirinya secara langsung menjadi alat

peneliti utama atau human instrument di mana nantinya proses penelitian

yang akan dilakukan secara langsung dan aktif dalam mengumpulkan

berbagai jenis materi dan bahan yang diperlukan terkait dengan persoalan

yang diangkat dalam penelitian. Peneliti secara mandiri mengolah data,

menganalisis serta menarik kesimpulan dari data-data dan informasi yang

diperoleh.
30

3.2. Operasionalisasi Konsep

Operasionalisasi konsep merupakan suatu proses atau cara yang

dilakukan untuk menurunkan konsep penelitian menjadi suatu bagian yang

disebut dimensi dari konsep tersebut agar mudah dipahami dan dapat

diukur. Dalam sebuah konsep terdiri dari indikator dan variabel. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan dua konsep yang perlu

dioperasionalisasikan yaitu:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Konsep

Judul Konsep Dimensi Indikator


(1) (2) (3) (4)
Pengawasan dan Pengawasan 1. Menetapkan 1. Standar Fisik
Pengendalian Menurut Standar 2. Standar Waktu
Peredaran Robbins dan 3. Standar Moneter
Minuman Coulter
Beralkohol oleh (2005:460) 2. Pengukuran 1. Menentukan
Satuan Polisi pengukuran kegiatan
Pamong Praja secara tepat
Kabupaten 2. Penilaian hasil
Belitung Provinsi pekerjaan
Bangka Belitung
3. Membandingkan 1. Perbandingan
pelaksanaan kegiatan
31

dengan standar yang


telah ditetapkan

4. Melakukan 1. Menganalisa
Tindakan penyimpangan yang
terjadi
2. Mengambil tindakan
koreksi atau
perbaikan

Tabel 2.1 Operasionalisasi Konsep

Sumber: Robbins dan Coulter (2005:460) kemudian diolah oleh peneliti

3.3. Sumber Data dan Informan

3.3.1. Sumber Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data primer dan

sumber data sekunder.

3.3.1.1 Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang memberikan data

secara langsung kepada peneliti sebagai pengumpul data. Data

dikumpulkan sendiri oleh peneliti secara langsung dari sumber data awal

atau di tempat penelitian dilakukan. Sumber data primer bisa diperoleh dari

informan penelitian melewati wawancara ataupun dengan cara observasi di

lapangan.
32

Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai sumber data primer

adalah personil Satuan Polisi Pamong Praja yang merupakan Kepala

Satuan Polisi Pamong Praja dan Kepala Bidang Keamanan dan Ketertiban,

agen atau distributor, penjual dan warga pengguna minuman beralkohol di

wilayah peredaran minuman beralkohol.

3.3.1.2 Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang memberikan

data kepada pengumpul data atau peneliti secara tidak langsung. Data

sekunder bisa diperoleh dari beberapa sumber seperti literatur, jurnal

ilmiah, artikel, serta berbagai situs di internet yang mencakup informasi

tentang penelitian yang dilakukan.

3.3.2. Informan

Dalam penelitian kualitatif biasanya orang-orang yang dimintai

beberapa informasi terkait tentang penelitian yang dilakukan dinamakan

narasumber atau informan. Orang-orang tersebut yang akan dijadikan

sebagai informan harus mempunyai berbagai informasi ataupun

pengalaman yang berkaitan dengan segala hal tentang penelitian yang

dilakukan. Dengan begitu, informasi yang diberikan dari informan yang akan

digunakan dalam penelitian bisa didapatkan dalam waktu yang singkat.

Dalam menggali informasi, peneliti bisa menggunakan metode bertukar

pikiran dengan informan ataupun tanya jawab dalam kegiatan wawancara.


33

Tabel 3.2

Daftar Informan

No. Spesifikasi Informan Jumlah Kode


1. Kepala Satpol PP 1 I1
2. Kabid Trantib 1 I2
3. Agen atau Distributor 1 I3
4. Penjual Minuman Beralkohol 2 I4
5 Konsumen 3 I5
Tabel 3 Daftar Informan

Sumber: Diolah oleh peneliti

3.4. Instrumen Penelitian

Dalam sebuah penelitian, instrumen penelitian merupakan hal yang

sangat penting. Instrumen penelitian sangat erat kaitannya dalam penelitian

karena relevan tidaknya suatu data tergantung dari alat pengumpul data itu

sendiri. Dalam definisi metode penelitian kualitatif telah dijelaskan bahwa

instrumen penelitian dalam pendekatan penelitian kualitatif adalah orang

atau peneliti itu sendiri.

Menurut Sugiyono (2019:222) fungsi dari peneliti sebagai human

instrument adalah menetapkan fokus dari suatu penelitian, memilih

informan yang akan dimintai informasi, mengumpulkan data yang diperoleh,

menafsirkan data dan membuat suatu kesimpulan atas temuannya

sehingga sebelum mengumpulkan data di lapangan, peneliti sebagai

human instrument dituntut untuk memahami secara mendalam metode


34

penelitian kualitatif, menguasai wawasan terhadap objek yang akan diteliti

dan peneliti harus siap masuk dalam lingkungan objek penelitian baik dalam

hal logistik maupun akademiknya.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian merupakan langkah

yang paling strategis, karena pengumpulan data merupakan tujuan utama

dari penelitian itu sendiri. Peneliti tidak memperoleh kumpulan data dan

tidak memenuhi kriteria tanpa pengetahuan tentang teknik pengumpulan

data.

Pengumpulan data dapat terjadi di berbagai lingkungan, dari

berbagai sumber, dan dalam berbagai cara. Oleh karena itu, untuk

memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti dalam penelitian ini

menggunakan beberapa teknik pengumpulan data:

3.5.1. Wawancara atau Interview

Wawancara adalah kegiatan pertemuan dua orang antara seorang

peneliti dan seorang pika atau informan yang terkait atau berhubungan

dengan topik penelitian. Wawancara membantu peneliti mengajukan

pertanyaan secara langsung dengan tujuan untuk mencari informasi

tentang kondisi obyektif dari masalah yang diajukan oleh peneliti dalam

penelitian ini. Sugiyono (2019:231) menjelaskan bahwa teknik


35

pengumpulan data berbasis wawancara didasarkan pada self-reporting

atau setidaknya pada pengetahuan dan/atau keyakinan pribadi.

Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara

mendalam dengan informan untuk memperoleh informasi yang lengkap,

jelas, dan komprehensif. Untuk memastikan bahwa informasi dari

wawancara dicatat dan dipelihara dengan baik, peneliti menggunakan buku

catatan, perekam audio, dan dokumen yang direkam sebagai bukti

melakukan wawancara. Hal ini dilakukan untuk memastikan keabsahan

data dari penelitian ini.

3.5.2. Observasi atau Pengamatan

Observasi atau pengamatan adalah teknik pengumpulan data dengan cara

mengamati dan mencatat gejala-gejala yang berhubungan langsung

dengan topik penelitian. Banyak perilaku dan fenomena yang dapat diamati

melalui teknik pengumpulan data ini. Menurut Sugiyono (2012:203)

observasi adalah proses pengumpulan data yang kompleks dan dua proses

terpenting adalah observasi dan memori. Proses ini terdiri dari berbagai

proses biologis dan psikologis.

Teknik observasi ada berbagai jenis, dan peneliti kemudian

menggunakannya sebagai sumber data penelitian, di mana peneliti

(pengamat) berpartisipasi dan terlibat langsung dalam kegiatan sehari-hari

subjek yang diamati atau yang digunakan observasi partisipatif. Dalam hal
36

ini peneliti bergabung dengan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

Belitung sebagai peserta magang.

3.5.3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara mereview dan mempelajari

buku, laporan, makalah, dan sumber referensi lainnya untuk melengkapi

data dan mendukung isu yang diteliti dan isu yang berkaitan dengan topik

penelitian. Menurut Bogdan dalam Sugiyono (2019:240), temuan penelitian

lebih kredibel jika didukung oleh dokumen seperti autobiografi, foto, dan

karya tulis. Tetapi ingat bahwa tidak semua dokumen dapat diandalkan.

3.6. Teknik Analisis Data

Menurut Susan Stainback dalam Sugiyono (2019:244) ,

mengemukakan bahwa analisis data penting dalam proses penelitian

kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep

dalam data sehingga hipotesis dapat dirumuskan dan dievaluasi.

Selanjutnya, analisis data dapat dikatakan sebagai proses dimana data

yang diperoleh dari kegiatan pengumpulan data dapat ditemukan, disusun,

dan diolah untuk mencapai kesimpulan yang dapat dipahami oleh diri

sendiri dan orang lain.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara bertahap

atau bertahap, dimulai sebelum penelitian dilakukan, selama penelitian

langsung di lapangan, atau setelah penelitian langsung selesai. Seperti


37

dikutip dari Nasution dalam Sugiyono (2019:245), masalah dirumuskan dan

dijelaskan, dan seiring perkembangan lapangan, analisis pun dimulai.

Setelah itu, setelah penelitian itu sendiri selesai, berlanjut hingga penulisan

hasil penelitian.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa sebelum peneliti

dapat terjun langsung ke lapangan untuk melakukan penelitian dan

memperoleh data yang diperlukan, terlebih dahulu peneliti harus

menganalisis data yang berkaitan dengan topik penelitiannya. Analisis

dapat dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari penelitian

pendahuluan atau data sekunder. Hasil analisis akan digunakan untuk

menentukan prioritas penelitian, tetapi ini masih awal dan akan terus

berkembang selama penelitian.

Model analisis data yang digunakan selama pengumpulan data

adalah model Miles dan Huberman (1984), yang tidak memasukkan

komponen analisis:

1) Data Reduction (Reduksi data)

Berfokus pada apa yang penting, teman dan pola, pencarian. Proses

reduksi data memberikan gambaran yang lebih jelas tentang data yang

diperoleh, sehingga memudahkan peneliti untuk mengumpulkan lebih

banyak data dan mengambilnya kembali pada saat dibutuhkan. Tujuan

utama penelitian kualitatif adalah hasil. Jadi jika Anda menemukan sesuatu
38

yang heterogen dan tidak memiliki pola, Anda harus memperhatikan reduksi

data.

2) Data Display (Tampilan data)

Tampilan data terjadi setelah tahap reduksi data dan langkah

selanjutnya adalah menampilkan data. Data yang disajikan dalam

penelitian kualitatif berupa uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

bagan alir, dll. Menurut Miles dan Huberman, penyajian data teks naratif

biasa digunakan dalam penelitian kualitatif.

3) Conclusion Drawing/Verification (Penarikan

Kesimpulan/Verifikasi)

Langkah terakhir adalah menarik kesimpulan dan melakukan

verifikasi. Kecuali ditemukan bukti pendukung yang kuat pada tahap

pengumpulan data selanjutnya, kesimpulan masih bersifat tentatif hingga

akhirnya diubah. Namun, jika kesimpulan awal didukung oleh bukti yang

kuat, valid, dan konsisten pada saat pengumpulan data ulang, maka

kesimpulan yang dikemukakan adalah kesimpulan yang kredibel. Dengan

jumlah data yang terus meningkat, validasi selalu diperlukan untuk menarik

kesimpulan yang 'masuk akal'.

Tentu saja, pada tahap awal sebelum memulai langkah-langkah

analisis data di atas, peneliti perlu mengumpulkan data (data collection).

Dengan menggunakan data yang diperoleh dari kegiatan pengumpulan


39

data, data tersebut dapat diolah dan dianalisis secara terstruktur dengan

menggunakan komponen-komponen di atas.

3.7. Jadwal dan Lokasi Penelitian

3.7.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka

Belitung, dalam hal ini di kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten

Belitung dan daerah atau tempat yang terindikasi adanya pelanggaran

terkait minuman beralkohol. Dijadikan sebagai tempat lokasi karena seperti

yang tekah diungkapkan di bagian latar belakang oleh peneliti bahwa dalam

pelaksanaan kebijakan tentang pengendalian minuman beralkohol dalam

hal ini Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008. Masih banyaknya tindakan

yang melanggar aturan dan kebijakan tersebut sehingga memungkinkan

terjadinya tindak kriminal ataupun terganggunya ketertiban umum dan

ketenteraman di lingkungan masyarakat kabupaten Belitung.


40

3.7.2. Jadwal Penelitian

TABEL 3.3
Kalender Akademik T.A. 2022/2023
Gambar 1, Kalender Akademik T.A. 2022/2023
TAHUN 2022 TAHUN 2023
AUG SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN
NO JENIS KEGIATAN
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Judul,
Bimbingan dan
1
Penyusunan
Proposal Skripsi
Pengumpulan
2
Proposal Skripsi
Ujian Proposal
3
Skripsi
Perbaikan Proposal
4
Skripsi
Persiapan dan
5 Pembekalan
Penelitian
Penelitian dan
6 Pengumpulan Data
Skripsi

7 Bimbingan dan
Penyusunan Skripsi
8 Ujian Skripsi
Perbaikan dan
9 Pengumpulan
Skripsi

Sumber : Kalender Akademik Tahun Ajaran 2022/2023


Keterangan : Pelaksanaan Kegiatan
41

DAFTAR PUSTAKA

A.BUKU-BUKU
Baswir, R. Tiada Ekonomi Kerakyatan Tanpa Kedaulatan Rakyat.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.
Huberman, A.M., and Miles, M. B. Data Management and Analysis
Methods, 1994.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014.
Nitisemito, Alex S. Manajemen Personalia. Jakarta, 2013.
Rasyid, M. R. 2000. Makna Pemerintahan: Tinjauan dari segi etika dan
kepemimpinan. Mutiara Sumber Widya.
Robbins, S. P., and M.Coulter. Manajemen. Jakarta: PT Indeks Kelompok
Gramedia, 2005.
Siagian, Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara, 2011.
Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol
Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 05 Tahun 2014 tentang
Ketertiban Umum
Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Pengawasan, Pengendalian, dan Perizinan Minuman Beralkohol
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2018 tentang Satuan Polisi
Pamong Praja
Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 tentang Pengendalian dan
Pengawasan Minuman Beralkohol
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
42

C. SKRIPSI/JURNAL
Geraldy, C. A. 2021. Pengawasan dan Pengendalian Walikota Kupang
terhadap Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol, Kupang
Rahmadanita, A. 2019. Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban
Umum:(Studi Kasus Gelandangan dan Pengemis). Jurnal
Tatapamong.
Riadi, S. 2021. Efektifitas Pengawasan dan Pengendalian Peredaran
Minuman Beralkohol Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Indragiri Hilir Nomor 11 Tahun 2016 (Studi Kasus Satpol PP
Kabupaten), Indragiri Hilir: Fakultas Syariah Universitas Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Safitri, D. N. 2019. Efektifitas Pengawasan dan Pengendalian Peredaran
Minuman Beralkohol di Kota Gorontalo, Gorontalo: Fakultas Hukum
Universitas Negeri Gorontalo.

D. LAIN-LAIN
Admin.2020. “Komitmen Tertibkan Minol, Satpol PP Belitung Amankan
Lebih Dari 600 Liter Arak dan Tuak Selama Januari.
(”https://mediacenter.belitung.go.id/komitmen-tertibkan-peredaran-
minol-sat-pol-pp-belitung-amankan-lebih-dari-600-liter-arak-dan-
tuak-selama-januari/)
Admin.2020. “Sepanjang Tahun 2020 Satpol PP Kabupaten Belitung
Berhasil Mengamankan 2 Ton Lebih Arak Siap Edar.
(https://beritababel.com/berita/2020/12/02/4294/sepanjang-tahun-
2020-satpol-pp-kabupaten-belitung-berhasil-mengamankan-2-ton-
lebih-arak-siap-edar/)
43

LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA

N Dimensi Indikator Daftar Pertanyaan Informan


o
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Menetapkan 1. Standar 1. Apa peran Satpol I1,I2
Standar Pengawasan PP dalam
2. Standar menetapkan
Monitoring standar
pengawasan dan
pengendalian
peredaran
minuman
beralkohol
2. Bagaimana cara
Satpol PP dalam
melakukan
monitoring terkait
pengawasan dan
peredaran
minuman
beralkohol?
2 Pengukuran 1. Menentukan 3. Bagaimana I1,I2
pengukuran Satpol PP
kegiatan melaksanakan
secara tepat kegiatan
2. Penilaian hasil pengawasan bisa
pekerjaan berjalan secara
tepat?
4. Apakah kegiatan
pengawasan oleh
Satpol PP sudah
berjalan dengan
baik?
5. Apa
permasalahan
yang ditemukan
saat melakukan
pengawasan
penjualan
44

minuman
beralkohol ?
6. Apa faktor
penghambat dan
pendukung
Satuan Polisi
Pamong Praja
Jakarta Selatan
dalam melakukan
pengawasan
penjualn
minuman
beralkohol ?
3 Perbandinga 1. Perbandingan 7. Bagaimana I1,I2,I3,I4,I
n pelaksanaan pendapat 5
kegiatan masyarakat
dengan mengenai standar
standar yang penjualan
telah minuman
ditetapkan beralkohol?
8. Apakah
pelaksanaan
kegiatan
pengawasan
sudah sesuai
dengan standar
operasional
prosedur yang
telah ditetapkan?
4 Melakukan 1. Menganalisa 9. Apakah I3,I4,I5
tindakan penyimpanga masyarakat
n yang terjadi mengetahui
2. Tindakan peraturan tentang
koreksi atau peredaran
perbaikan minuman
beralkohol?
10. Bagaiman
a pendapat
mengenai
tindakan koreksi
yang dilakukan
petugas
mengenai
pelanggatan
penjualan
minuman
45

beralkohol di
Kabupaten
Belitung?

Anda mungkin juga menyukai