USULAN PENELITIAN
RAHMAT SIDIK
NPM. 207310509
NPM : 207310509
Ketua Pembimbing
Dr. Ranggi Ade Febrian, S.IP., M.Si Septa Juliana., S.Sos., M.Si
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, dengan segala rahmat serta hidayah
yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Usulan Penelitian ini yang
Hulu” dalam rangka untuk memenuhi sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh Gelar Strata Satu (S1) Bidang Studi Ilmu Sosial Program Studi Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dalam penyelesaian usulan
penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan, baik berupa waktu, tenaga,
kritik dan saran serta diskusi dari pihak-pihak yang kompeten dan berdedikasi
demi kesempurnaan penulisan sebuah karya ilmiah yang dimuat dalam sebuah
1. Bapak Prof. Dr. H. Syafrinaldi, SH., MCI., Selaku Rektor Universitas Islam
Riau.
2. Bapak Dr. Syahrul Akmal Latif, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik Universitas Islam Riau yang telah menyediakan fasilitas dan
3. Bapak Dr. Ranggi Ade Febrian, S.IP., M.Si selaku Ketua Program Studi
iv
kesempatan kepada penulis dalam menimba ilmu pada Yayasan Lembaga
4. Ibu Septa Juliana., S.Sos., M.Si selaku Pembimbing yang telah meluangkan
5. Seluruh Dosen dan Staf dari Fakultas Ilmu sosial dan Pemerintahan
6. Bapak/Ibu Kepala Tata Usaha beserta seluruh staff pada fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Riau yang senantiasa memberikan
ini, namun apabila masih terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi
penyusunan maupun segi isi, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
Wassalamualaikum Wr.Wb
Rahmat Sidik
v
DAFTAR ISI
vi
C. Informan Penelitian..................................................................................48
D. Teknik Pengumpulan Informan................................................................49
E. Jenis dan Sumber Data.............................................................................50
1. Data Primer..........................................................................................50
2. Sumber Data.........................................................................................50
F. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................50
1. Observasi..............................................................................................51
2. Wawancara...........................................................................................51
3. Dokumentasi........................................................................................52
G. Teknik Analisis Data................................................................................52
H. Jadwal dan Waktu Penelitian....................................................................53
I. Rencana Sistematika Penulisan................................................................54
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................55
vii
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Data Luas Areal yang Terbakar Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di
Provinsi Riau 2019-2022.......................................................................4
Tabel I.2 Data Tentang Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Indragiri
Hulu 2019-2022.....................................................................................6
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara kaya akan sumber daya alam, yang
yang lebih kecil, yaitu Kabupaten atau Kota, Kecamatan dan Desa ke Kecamatan.
Indonesia (Purnomo, 2015). Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang
kaya akan sumber daya alam, termasuk hutan. Hutan Indonesia memiliki
Luas kawasan hutan Indonesia tahun 2012 mencapai 130,61 juta ha.
konservasi (21,17 juta ha), kawasan lindung (32,06 juta ha), kawasan produksi
terbatas (22,82 juta ha), kawasan produksi (33,68 juta ha) dan kawasan produksi
yang dapat dikonversi (20,88 juta ha) Luas kawasan hutan tersebut mencapai
68,6% dari total luas daratan Indonesia sehingga menjadi salah satu potensi
sumber daya alam yang rawan terjadi kerusakan karena kepentingan manusia
tahun 2012 mencapai 45% terbagi menjadi kerusakan kawasan hutan 32% dan di
1
2
lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat
hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan yang lainnya.
memiliki peran dalam memicu kebakaran tersebut. Dugaan ini timbul karena
perkebunan baru. Awalnya, kebakaran di suatu lahan memiliki kapasitas api kecil
dan tersebar pada beberapa titik, namun belakangan, kebakaran tersebut tidak lagi
hanya dipicu oleh lahan dan tanah yang mengering. Indikasi sementara
kebakaran meluas ke lahan lain. Faktor seperti jenis tanah, misalnya tanah
pemadaman.
Sejak tahun 1997 hingga saat ini, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di
Indonesia terjadi hampir setiap tahun. Kejadian Karhutla tahun 2015 diduga telah
3
membakar hutan dan lahan seluas 2,61 juta hektar (BNPB, 2016). Di tahun 2016,
meski Indonesia dilanda La Nina, Karhutla tetap terjadi yang membakar hutan dan
terakhir,
2000-2015, puncak titik hotspot melebihi 15.000 terjadi pada tahun 2002, 2004,
2006, 2009, 2014 dan 2015. Kebakaran tersebut terjadi baik di dalam maupun di
luar konsesi. Rata-rata titik panas selama periode tersebut 45% terdapat di wilayah
konsesi dengan rincian 4% di areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Industri sebesar, 16% di areal kebun kelapa sawit (KKS) dan 2% di areal tumpang
tindih ketiganya. Selebihnya 55% terjadi di luar wilayah konsesi yakni 34% di
kawasan hutan dan 21% di Areal Penggunaan Lain (APL). Adapun total luas
terjadi 34% di dalam konsesi dan 66% di luar konsesi (Bappenas, 2016).
kategorikan menjadi kawasan yang rawan akan kebakaran lahan, terutama pada
saat musim kemarau. Pada saat musim kemarau ada indikasi bahwa ada oknum
sampai pada level berbahaya untuk warga Riau dan daerah di sekitarnya.
Kebakaran hutan dan lahan perkebunan selama tahun 2015 tersebar hampir
4
Pelalawan, dan yang kedua terbesar terjadi di kabupaten Indragiri hulu, Siak,
Indragiri Hilir dan Dumai. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat
Statistik Provinsi Riau mengenai kondisi kebakaran hutan dan lahan dapat dilihat
Tabel I.1 Data Luas Areal yang Terbakar Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di
Provinsi Riau 2019-2022
Singingi, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Pelalawan, Siak, Kampar, Rokan Hulu,
data sebaran titik api yang terlihat terlihat bahwa sejumlah Kabupaten/Kota
memiliki jumlah titik panas atau kebakaran yang bervariasi antara tahun 2019 dan
2022. Secara keseluruhan, Provinsi Riau mengalami total 80 kebakaran hutan dan
5
lahan pada tahun 2019, 38 pada tahun 2020, 44 pada tahun 2021, dan 34 pada
dan pemberantasan kerusakan hutan, menetapkan sanksi hukum bagi pelaku yang
terlibat dalam kerusakan hutan. Sanksi ini dapat mencakup denda, hukuman
seperti izin pengelolaan hutan, pengelolaan sumber daya hutan, penegakan hukum
hutan.
Daerah (BPBD) Provinsi Riau menyatakan luas kawasan yang terbakar akibat
pembakaran hutan dan lahan di Kecamatan Batang Gasal dengan total lahan 46,84
hektar.
dikatakan berhasil namun tetap perlu adanya evaluasi terhadap BPBD tersebut.
BPBD memiliki peran strategis dalam mengelola dan merespons kejadian darurat
seperti kebakaran hutan. Evaluasi ini mencakup sejauh mana BPBD dapat
memitigasi risiko kebakaran, seberapa efektif tanggap darurat yang dilakukan, dan
yang cepat dan efektif terhadap kebakaran hutan dan lahan, mengkoordinasikan
mencegah tindakan pembakaran lahan ilegal. Selain itu, evaluasi juga dapat
Berikut ini data mengenai kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Indragiri Hulu
Tabel I.2: Data Tentang Kebakaran Hutan dan Lahan di Kabupaten Indragiri Hulu
2019-2022
memastikan bahwa BPBD tidak hanya memiliki peran yang efektif dalam
dan menegakkan aturan hukum guna mencegah tindakan pembakaran yang dapat
berikut:
faktor antara lain akibat ulah manusia, adanya pembakaran lahan yang tidak
ekonomi yaitu seperti pembukaan lahan untuk industri kayu atau kelapa
secara positif bila pimpinan itu mengimbangi dari hal-hal yang kurang
4. Jumlah rekap luas kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Indragiri Hulu
kejadian bencana.
lanjut untuk mengetahui tentang bagaimana evaluasi BPBD Inhu yang dirangkum
Indragiri Hulu”.
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
teoritis maupun praktis bagi pihak-pihak terkait, antara lain sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
c. Manfaat Kontributif
A. Studi Kepustakaan
1. Pemerintahan
kelengkapan Negara sehingga dapat di artikan bahwa unsur utama dari suatu
oleh masyarakat melalui suaitu proses pemilihan umum, serta dilengkapi dengan
Istilah pemerintah bersal dari kata perintah. Dalam konteks ini (Ndraha
2012:7) menyatakan bahwa istilah perintah secara umum dimaknai sebagai yang
Dengan demikian, pemerintah di artikan sebagai orang, badan atau aparat yang
11
12
bahwa pemerintah berasal dari kat pemerintah, yang paling sedikit kata “perintah”
tersebut memiliki empat unsru yang ada dua pihak yang terkandung, Kedua pihak
dan pihak yang diperintah memiliki ketaatan. Pemerintah dalam bahasa inggris di
sebut goverment yang berasal dari bahasa latin gobernate greekgibernen yuang
individu dengan kelompok. Gejala ini terdapat pada suatu saat ndi dalam sebuah
masyarakat. Disana seseorang atau suatu kelompok dalam proses atau interaksi
sosial terlihat dominan terhadap orang atau kelompok lain (Ndraha, 2012:6)
suatu ilmu yang dapat menguasai dan memimpin serta menyuelidiki unsur- unsur
menjalankan kekuasaan
berbagai macam lembaga di dalam suatu negara, dan pembagian kekuasaan secara
14
b. Istilah ini juga bisa dipakai untuk menyebut keberadaan proses itu sendiri
pemerintahan.
d. Istilah ini juga bisa mengacu pada bentuk, metode, sistem pemerintah
organisasi dari orang orang yang mempunyai kekuasaan serta bagaimana manusia
itu bisa diperintah. Menurut Ndaraha (2013:6) pemerintah adalah organisasi yang
sipil bagi setiap orang yang melakukan hubungan pemerintahan, sehingga setiap
berasal dari kata perintah yang berarti, menyuruh melakukan sesuatu sehingga
tertinggi yang memerintah suatu negara. Lebih lanjut, istilah pemerintahan adalah
suatu ilmu dan seni. Disebut sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan karena
memenuhi syarat syaratnya yaitu dapat dipelajari dan diajarkan, memiliki objek
materil maupun formal, sifatnya universal sistematis serta spesifik dan dikatakan
pemerintahan.
terbentuknya daerah otonom dan otonomi daerah, unsur yang kedua adalah
adalah pengertian urusan pemerintahan di luar fungsi lembaga tertinggi dan tinggi
urusan pemerintahan ini tidak mencampuri fungsi legislatif dan fungsi yudikatif.
berikut:
b. Pemberdayaan Masyarakat
yang dapat bersaing dengan daerah lain. Disamping itu daerah dapat
jenis fungsi utama, yaitu fungsi pengaturan dan fungsi pelayanan. Fungsi
pemerintah tertentu yang secara fungsional bertanggung jawab atas bidang bidang
merupakan pada proses atau sistem pengelolaan suatu negara atau wilayah. Ini
18
dari tiga cabang utama yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Pemerintahan juga
2. Ilmu Pemerintahan
yang bertujuan untuk berbuat baik bagi kepentingan masyarakat. Defenisi ini
jadi termasuk seluruh permasalahan pelayanan umum, dilihat dan dimengerti dari
3. Fungsi Pemerintahan
berkaitan. Perlu adanya peran pemerintah yang secara optimal dan mendalam
lain:
4. Konsep Peran
sama. Peran merupakan tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang
yang menempati suatu posisi di dalam status sosial. Adapun syarat-syarat peran
kemsyarakatan.
b. Peran adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh
masyarakat.
yang diatur dan diharapkan seseorang dalam posisi tertentu. Thoha menambahkan
bahwa (2017:10) peranan sebagai suatu rangkaian perilaku yang timbul karena
suatu jabatan. Jadi, peran adalah suatu rangkaian kegiatan yang teratur yang
akan terjadi interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota
seseorang dalam berperilaku, karena fungsi peran sendiri adalah sebagai berikut:
adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau
tertentu.
diatur dalam masyarakat. Hal ini juga didasari oleh banyak fikiran-fikiran
pelaksanaan peranan pemerintah ini dapat dikemukakan pula pikiran dari Irving
receptive
peranan pemerintah pada umumnya muncul dalam berbagai bentuk seperti fungsi
(basic security) hingga perhatian dalam urusan keagamaan dan kepercayaan serta
2010:21).
mencapai tujuanya yang dikendalikan oleh norma dan nilai dasar dalam hubungan
dengan yang diperintah guna mencapai tujuan yang ingin dikehendaki, hal ini
kebutuhan pihak yang diperintah akan jasa publik yang tidak diprivatisasikan dan
27
layanan civil kepada setiap orang pada saat diperlukan sehingga menimbulkan
service.
5. Konsep Evaluasi
yang
proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah tercapai. Hal ini
dijelaskan lagi oleh Sukardi (2015:1), bahwa definisi tersebut menerangkan secara
keputusan.
kinerja, dan menilai manfaat mengenai objek evaluasi yang berkaitan dengan
indikator, tujuan, atau standar dalam objek evaluasi. Dari berbagai pendapat
kepentingan.
dalam ranah kebijakan publik, evaluasi memiliki peranan yang penting. Indikator
evaluasi dalam kebijakan publik adalah ukuran atau petunjuk yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana suatu kebijakan telah berhasil atau efektif dalam
b. Efisiensi Anggaran
d. Tingkat Keberlanjutan
e. Efektivitas Pelaksanaan
umum dikenal dua tipe evaluasi, yaitu: on-going evaluation atau evaluasi terus
menerus dan ex-post evaluation atau akhir evaluasi. Tipe evaluasi pertama
30
dilaksanakan pada interval periode waktu tertentu, misalnya per tri wulan atau per
semester selama proses implementasi (biasanya pada akhir phase atau tahap suatu
rencana). Tipe evaluasi yang kedua dilakukan setelah implementasi suatu program
atau rencana. Berbeda dengan monitoring evaluasi biasanya lebih difokuskan pada
program. Ini melibatkan analisis dampak positif dan negatif yang dapat
aspek lain yang relevan dengan program atau kebijakan yang dievaluasi.
terduga atau tidak diinginkan pada kelompok atau sektor yang tidak
membantu untuk memahami dampak yang lebih luas dan dapat membantu
berkelanjutan.
adalah mengambil sesuatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk
diatas, yaitu meukur dan menilai. dengan dmikian evaluasi adalah menilai (tetapi
terencana dan sistematis yang sering dilakukan oleh setiap manusia dalam
32
analisa terhadap seuah fakta dan tanggapan yang dihasilkan ketika sebuah
program
pedoman/patokan yang diberikan. Selain itu juga dimaksudkan agar semua pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan program tersebut merasa ikut bertanggung jawab
terhadap keberhasilan program yang mereka rumuskan itu, jika program tersebut
sampai seberapa jauh tuan program telah dapat di capai, dan seberapa jauh
dengan perencanaanya.
ardized);
4) Menggunakan alat kur yang tepat (valid, sahih) dan dapat di percaya
(teliti, reliable);
adanya suatu keriteria untuk mengukur suatu keberhasilan program atau kebijakan
a. Efektivitas
yang telah ditetapkan. Efektivitas disebut juga hasil guna efektivitas selalu
mengenai sasaran dan tujuan yang akan dicapai. Selain itu, menunjukan
b. Efisiensi
35
melalui perhitungan biaya per unit produk atau layanan. Kebijakan yang
Apabila sasaran yang ingin dicapai oleh suatu kebijakan publik ternyata
berarti kegiatan kebijakan telah melalui pemborosan dan tidak layak untuk
dilaksanakan.
c. Kecukupan
suatu
merupakan suatu masalah yang terjadi dari suatu kebijakan sehingga dapat
36
tersebut. Hal ini berarti bahwa sebelum suatu produk kebijakan disahkan
d. Perataan
e. Responsivitas
B. Penelitian Terdahulu
C. Kerangka Berfikir
hutan dan lahan di Kabupaten Indragiri Hulu, beberapa aspek kunci dapat menjadi
fokus evaluasi. Pencapaian target dalam mengurangi jumlah kebakaran hutan dan
dan merespons kebakaran hutan dan lahan. Hal ini mencakup kecepatan
alat pemadam api, kendaraan, dan perlengkapan pelindung diri. Evaluasi juga
terhadap risiko kebakaran, dan kepatuhan terhadap peraturan kebakaran yang ada.
kerangka berpikir di atas, maka dapat disusun kerangka berpikir pada penelitian
Evaluasi
Output
isitilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dibuatlah konsep operasional
1. Evaluasi Penanggulangan
koordinasi respon cepat saat bencana terjadi. Selain itu, BPBD juga
masyarakat.
Kebakaran hutan dan lahan adalah kejadian di mana api menyebar dan
membakar kawasan hutan atau lahan secara luas. Kebakaran semacam ini
manusia, dan iklim. Kebakaran hutan dan lahan menjadi isu global karena
ekonomi.
5. Efisiensi Anggaran
7. Tingkat Keberlanjutan
8. Efektivitas Pelaksanaan
mitigasi lainnya.
46
E. Operasionalisasi Variabel
Mengamati sejauh
mana rencana
5. Efektivitas penanggulangan dapat
Pelaksanaan dilaksanakan dengan
47
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dari
Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah
tringulasi, analisis data yang bersifat kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
48
bebagai variabel sosial. Studi ini disifatkan sebagai ekplorasi, jadi tidak bertujuan
menguji
49
50
hipotesis, atau membuat generalisasi. Jadi peneliti mengambil sampel berupa data
yang diperlukan melalui studi pustaka atau meneliti secara langsung terhadap
objek yang diteliti sehingga data yang ditemukan langsung diolah dan diberikan
kesimpulan.
B. Lokasi Penelitian
Kabupaten Indragiri Hulu. Adapun alasan pengambilan lokasi pada penelitian ini
salah satunya yaitu mengenai bencana kebakaran hutan dan lahan di Indragiri
Hulu diakibatkan beberapa faktor antara lain akibat ulah manusia, adanya
cuaca, adanya faktor ekonomi yaitu seperti pembukaan lahan untuk industri kayu
C. Informan Penelitian
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah informan kunci,
informan utama. Adapun informan kunci pada penelitian ini adalah Kepala
2. Informan Utama
Mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Orang
yang mengetahui secara teknis dan detail tentang masalah yang akan
diteliti. Informan utama pada penelitian ini terdiri beberapa anggota BPBD
3. Informan Tambahan
sampel dengan memilih siapa yang bisa memberikan informasi secara tepat yang
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti melalui
Data primer ini yang diperoleh langsung dari informan merujuk pada individu
atau seseorang yang dapat memberi informasi dasar mengenai masalah yang
2. Sumber Data
Data sekunder adalah sumber daya yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data (Sugiyono, 2019:402). Data sekunder ini merupakan data
yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti buku-buku, literatur dan
bacaan yang berkaitan dengan topik yang diteliti, data sekunder berisikan
penulis sebagai ajukan dalam penelitian ini, maka digunakan teknik pengumpulan
data yang meliputi keterikatan data yang baik secara langsung terhedap fokus
penelitian yaitu:
53
1. Observasi
adalah proses pengambilan data dalam penelitian di mana peneliti atau pengamat
2. Wawancara
teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui
dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, peneliti
3. Dokumentasi
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang. Lebih lanjut, hasil penelitian dari observasi dan
wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oleh
adalah proses pencarian dan penyusunan data yang sistematis melalui transkip
diambil kesimpulan serta disajikan dalam bentuk penelitian yang didasarkan tata
cara ilmiah.
55
BAB II : Studi kepustakaan dan kerangka pikir yang terdiri dari studi
BAB III : Metode penelitian yang terdiri dari tipe penelitian, lokasi penelitian,
laporan penelitian.
BAB VI : Kesimpulan dari hasil penelitian yang penulis temukan dan berikan
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Agustino, Leo. (2012). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta
Asshiddiqie, Jimly. (2010). Perihal Undang-Undang. Jakarta: Rajawali Press
Bungin, Burhan. (2019). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Putra Grafika.
Dunn, N. William, (2019). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada Press.
Edward, George. (2013). Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta: Yayasan
Pembaharuan Administrasi Publik Indonesia.
Hadari Nawawi. (2016). Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan
Perusahaan dan Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hadjon, P. M. (2015). Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. Samarinda:
Bina Ilmu
Husdarta. (2011). Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada
Isra, J. Ridwan. (2010). Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan
Publik. Bandung: Nuansa Cendikia
Kansil, CST, & Cristine, H. (2013). Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta:
Bumi Aksara
Kusumah, Wijaya dan Dwitagama, Dewi. (2012). Metode Penelitian Sosial.
Jakarta: PT Indeks.
Labolo, Muhadam. (2010). Memahami Ilmu Pemerintahan: Suatu Kajian, Teori,
Konsep, dan Pengembangannya. Jakarta: Rajawali Press
Maulidiah, Sri, (2014). Pelayanan Publik (Pelayanan Administrasi Terpadu.
Kecamatan). Bandung: Indra Prahasta
Moleong, Lexy J. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Musanef. (2012). Manajemen Kepegawaian Daerah. Jakarta: PT. GunungAgung
Badri, M., Lubis, D. P., Susanto, D., & Suharjito, D. (2018). Sistem Komunikasi
Peringatan Dini Pencegahan Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Provinsi
Riau. Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi Dan Pembangunan), 19(1),
1. https://doi.org/10.31346/jpikom.v19i1.1266
Kemal Putra, I., Hero Saharjo, B., & Wasis, B. (2019). Institutional Challenge on
Forest and Land Fire Management at the Site Level. Jurnal Ilmu
Pertanian Indonesia, 24(2), 151–159.
https://doi.org/10.18343/jipi.24.2.151
59
Saputra, W. A., & Widiastuti, E. (2019). HUTAN BERBASIS WEB GIS (Studi
Kasus : BNPB Kalimantan Selatan ), 5662(November), 58–69.
Syarifah, H., Poli, D. T., Ali, M., Rahmat, H. K., & Widana, I. D. K. K. (2020).
Kapabilitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Balikpapan
Dalam Penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan.
Nusantara: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 7(2), 408–420.
Sumber Lain:
Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. (2023). Kebakaran Hutan dan Lahan di
Provinsi Riau Tersedia dan dapat diakses di:
https://riau.bps.go.id/dynamictable/2018/08/20/74/kebakaran-hutan-dan-
lahan-di-provinsi-riau.html
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan
Roesli, Dhanny. (2023). 40 Hektare Lahan Gambut di Inhu Terbakar, Api Meluas
ke Kebun Sawit Warga. Tersedia dan dapat diakses pada:
https://www.beritasatu.com/nusantara/1071367/40-hektare-lahan-gambut-
di-inhu-terbakar-api-meluas-ke-kebun-sawit-warga) [diakses 10 Desember
2023].
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Nasional untuk Pertahanan Negara.