Anda di halaman 1dari 68

YAYASAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM RIAU

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

IMPLEMENTASI DAMPAK KEBIJAKAN PEMBANGUNAN


INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)
TERHADAP MASYARAKAT KOTA PEKANBARU

USULAN PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Penyusunan Skripsi
pada Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik
Universitas Islam Riau

DITYA ULNITA PRATIWI


NPM: 187310546

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PEKANBARU
2022
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Ditya Ulnita Pratiwi

NPM : 187310546

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Judul Skripsi : Implementasi Dampak Kebijakan Pembangunan Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terhadap Masyarakat Kota

Pekanbaru

Format sistematika dan pembahasan masing-masing materi dalam usulan

penelitian ini telah dipelajari dan dinilai relatif telah memenuhi ketentuan-

ketentuan normatif dan kriteria metode penelitian ilmiah, oleh karena itu dinilai

layak serta dapat disetujui untuk diseminarkan.

Program Studi Ilmu Pemerintahan Pekanbaru, 22 Februari 2022


Ketua Prodi Pembimbing

Dr. Ranggi Ade Febrian S.IP., M.Si Dr. Zainal S.Sos., M.Si

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya berupa kesehatan serta kesempatan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan usulan penelitian ini dengan judul

“Implementasi Dampak Kebijakan Pembangunan Instalasi Pengolahan Air

Limbah (IPAL) Terhadap Masyarakat Kota Pekanbaru”. Shalawat serta salam

senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasulullah yakni Nabi Besar Muhammad

SAW, dengan ucapan “Allahummah Sholli’alaa Syayidina Muhammad Wa’alaa

Alihii Syayidina Muhammad”. Proposal ini penulis tulis dan diajukan untuk

memenuhi salah satu syarat guna mengikuti seminar proposal pada Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Riau.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan usulan penelitian ini,

sehingga penelitian ini dapat terselesaikan, terimakasih ini penulis sampaikan

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H Syafrinaldi, SH., M.C.L selaku Rektor Universitas

Islam Riau yang telah bersedia menerima penulis menjadi salah satu

mahasiswa Universitas Islam Riau.

2. Bapak Dr. Syahrul Akmal Latif, S.Ag, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Riau yang telah menyediakan

iii
fasilitas yang memadai dalam proses perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Islam Riau.

3. Bapak Dr. Ranggi Ade Febrian, S. IP, M.Si selaku Ketua Program Studi

Ilmu Pemerintahan yang telah memberikan kesempatan pada penulis

dalam menimba ilmu pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Riau.

4. Bapak Dr. Zainal,S.Sos., M.Si sebagai pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada

penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam

Riau yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis

selama belajar di Universitas Islam Riau.

6. Karyawan-karyawati Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

yang telah membantu penulis khususnya dalam administrasi.

7. Teristimewa ucapan terima kasih yang tiada terhingga penulis

persembahkan kepada Ibunda tercinta Ibu Asnita dan Ayah penulis Bapak

Zulkarnain, yang selalu memberikan dukungan penulis baik dari segi

moral, materil maupun doa-doanya sehingga penulis dapat mudah dalam

menyelesaikan proposal ini.

8. Kakak dan adek sepupu beserta keluarga besar penulis yang telah

memberikan dukungan dalam menyelesaikan proposal ini.

iv
9. Teman-teman seperjuangan Jurusan Ilmu Pemerintahan Angkatan 2018,

dan Khususnya teman-teman terdekat penulis yang tidak bisa disebutkan

satu persatu yang selalu memberikan masukan, semangat dan motivasi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Proposal ini masih banyak

kekurangan untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

demi kesempurnaan usulan penelitian dimasa yang akan datang.

Pekanbaru, 23 Februari 2022

Penulis,

Ditya Ulnita Pratiwi

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL (COVER)…………………………………………………i

PERSETUJUAN USULAN PENELITIAN………………….…………………ii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................10

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian...............................................................10

BAB II : STUDI KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PEMIKIRAN.........12

A. Studi Kepustakaan......................................................................................12

1. Konsep Kepemerintahan........................................................................12

2. konsep Implementasi Kebijakan............................................................15

3. Konsep Kebijakan Publik......................................................................22

4. Konsep Pembangunan IPAL..................................................................25

5. Pembangunan Berkelanjutan.................................................................28

6. Konsep Sanitasi.....................................................................................31

B. Penelitian Terdahulu..................................................................................33

C. Kerangka Pikir...........................................................................................34

D. Konsep Operasional...................................................................................35

E. Operasional Variabel.................................................................................37

BAB III : METODE PENELITIAN...................................................................39

A. Tipe Penelitian............................................................................................39
B. Lokasi Penelitian........................................................................................39

C. Informasi Penelitian...................................................................................39

D. Jenis Dan Sumber Data.............................................................................40

E. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................41

F. Teknik Analisis Data.................................................................................42

G. Jadwal Waktu Kegiatan Penelitian.............................................................43

Daftar Kepustakaan.............................................................................................45

Lampiran..............................................................................................................49
DAFTAR TABEL

Tabel ll.1 Bentuk Pembangunan Berkelanjutan................................................30

Tabel ll.2 Penelitian Terdahulu Tentang Implementasi Dampak Kebijakan

Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terhadap

Masyarakat Kota Pekanbaru.............................................................33

Tabel ll.3 Operasional Variabel Implementasi Dampak Kebijakan

Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terhadap

Masyarakat Kota Pekanbaru.............................................................37

Table 111.4 Jadwal Penelitian Tentang Implementasi Dampak Kebijakan

Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terhadap

Masyarakat di Kota Pekanbaru....................................................43

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar ll.1 Kerangka Pemikiran Implementasi Dampak Kebijakan

Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terhadap

Masyarakat Kota Pekanbaru...........................................................35

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bentuk Pemerintahan di Indonesia adalah Republik yang terdiri dari

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Untuk menjalankan Pemerintahan di

Daerah, dibentuklah Daerah Otonom yang bertugas sebagai penyelenggara

Pemerintahan di Daerah. Diharapkan dengan dukungan Pemerintahan tingkat

Daerah, tujuan Negara yaitu mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh Rakyat

Indonesia dapat terwujud.

Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah dapat dilaksanakan melalui

asas-asas Pemerintahan Daerah yang terdiri dari asas desentralisasi, asas

dekonsentrasi dan asas tugas pembantuan. Ketiga asas ini diharapkan dapat

memayungi segala tindak tanduk Pemerintah Daerah dalam menjalankan tugasnya

untuk mensejahterakan Rakyat di Daerahnya pada khususnya dan Rakyat

Indonesia pada umumnya.

Untuk merealisasikan penyelenggaraan Otonomi Daerah, dibentuklah

Undang-Undang No.23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yaitu keinginan

Pemerintah Pusat untuk menyerahkan sebagian besar tugas dan kewajibannya

untuk menyelenggarakan Pemerintahan Daerah kepada Daerah sendiri. Daerah

diberi kewenangan untuk mengurus rumah tangganya secara luas. Undang-undang

tersebut memberikan kekuasaan yang lebih besar kepada Pemerintah Daerah

sementara Pemerintah Pusat sebatas bertugas untuk menjamin konsistensi


2

kebijakan secara nasional. Sebagai payung hukum dari pelaksanaan pemerintah di

daerah maka diharapkan bahwa penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan

dengan lebih cepat, efektif dan efisien dalam hal pemberian pelayanan kepada

masyarakat.

Salah satu wujud dari penyelenggaraan pemerintahan itu adalah melalui

pelaksanaan pembangunan daerah. Pembangunan merupakan sebuah proses yang

direncanakan dalam rangka mencapai kondisi yang lebih baik dibandingkan

keadaan sebelumnya. Aspek pembangunan meliputi sosial, budaya, politik sampai

pada perkembangan mutakhir adanya penyelarasan dengan konservasi

lingkungan. Nilai yang dipegang dalam pembangunan adalah optimalisasi sumber

daya dengan tetap menjaga kesinambungan serta kualitas lingkungan yang baik.

Berfokus pada pembangunan Lingkungan hidup yaitu kesatuan ruang dengan

semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia

dan perilakunya.

Ini menggambarkan, bahwa lingkungan hidup itu berkaitan dengan

berbagai faktor yang ada dalam satu ruang. Secara umum lingkungan

diklasifikasikan menjadi:

a. Lingkungan fisik

b. Lingkungan biologis

c. Lingkungan sosial
3

Kebijakan merupakan rancangan atau tindakan pemerintah yang

dibutuhkan dalam suatu Negara dalam memecahkan suatu permasalahan publik.

Kebijakan tersebut merupakan suatu pendukung pelayanan yang disediakan oleh

pemerintah yang bertujuan untuk memperlancar proses pelayana kepada

masyarakat. Kebijakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Kebijakan

tentang pembangunan IPAL yang merupakan program dari Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang dilimpahkan ke Pemerintah daerah

Kota Pekanbaru yang mana pengadaannya dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum

dan Penataan Ruang Kota Pekanbaru.

Melihat perkembangan penduduk yang semakin meningkat, pencemaran

lingkungan menjadi salah satu permasalahan yang banyak ditemui pada daerah de

ngan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu dampak dari kepadatan pendudu

k terutama di wilayah perkotaan ialah meningkatnya pemakaian air minum atau ai

r bersih yang berdampak pada peningkatan jumlah pembuangan air limbah domest

ik. Air Limbah Domestik bisa disebut juga limbah rumah tangga yang berasal dari

usaha atau kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan,

apartemen dan asrama (Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112/2003).

Contoh limbah cair domestik adalah air deterjen sisa cucian, air sabun, dan air tinj

a (kotoran) untuk itu masyarakat perlu menjaga kondisi lingkungan terutama lingk

ugan fisik yang berupa air, tanah, dan udara yang biasa disebut sanitasi.

Pencemaran terhadap lingkungan mengakibatkan kualitas lingkungan turu

n sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berf

ungsi sesuai dengan peruntukkannya. Di lain pihak apabila terjadi perusakan terha
4

dap lingkungan mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjan

g pembangunan berkelanjutan, sedangkan dampak negatif terhadap kesehatan aka

n mengakibatkan angka kesakitan dan angka kematian. Fungsi air sebagai sumber

daya serta dalam hal sosial dan ekonomi jelas menunjukkan bahwa salah satu vari

abel penting dalam menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat adalah akses ma

syarakat terhadap sumber air yang layak secara kuantitas dan kualitas.

Air limbah menjadi persoalan kontemporer seiring kepadatan penduduk

yang semakin meningkat. Setiap rumah tangga yang tinggal di perkotaan pastilah

membutuhkan tempat pembuangan air limbah. Sebagian besar rumah tangga

membuang air limbah di sungai, got, selokan, atau badan air lainnya. Air limbah

mengandung senyawa-senyawa polutan yang dapat merusak ekosistem air. Air

limbah yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit

(misalnya nyamuk, lalat dan kecoa), gangguan kesehatan seperti ini banyak

ditemui di Indonesia, terlebih Indonesia termasuk salah satu Negara yang

memiliki sistem jaringan air limbah (sewerage) terendah di Asia, kurang dari 10

kota di Indonesia yang memiliki sistem jaringan air limbah dengan tingkat

pelayanan hanya sekitar 1,3% dari keseluruhan jumlah populasi.

Pengelolaan air limbah domestik memerlukan perhatian khusus dari

pemerintah sebagai pihak yang bertanggungjawab untuk memberikan pelayanan


5

bagi masyarakat. Maka dari itu, pemerintah sebagai pelaksana kebijakan perlu

melakukan langkah-langkah lanjut untuk mengelola air limbah domestik. Untuk m

encegah dan menanggulangi adanya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup

serta dampak dari air limbah tersebut. Perlu dilakukan upaya pengenalan terhadap

karakteristik limbahnya dan cara pengelolaannya, serta dampaknya terhadap lingk

ungan dan masyarakat.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008 tentang

Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah

Domestik Permukiman (KSNP-SPALP) menjelaskan bahwa kebijakan tersebut

berisi tentang strategi yang harus dilakukan yakni, 1) peningkatan akses prasarana

dan sarana air limbah baik sistem on-site maupun off site di perkotaan dan

perdesaan untuk perbaikan kesehatan masyarakat, 2) peningkatan peran

masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan pengembangan sistem

pengelolaan air limbah permukiman, 3) pengembangan perangkat peraturan

perundangan penyelenggaraan pengelola air limbah permukiman, 4) penguatan

kelembagaan serta peningkatan kapasitas personil pengelola air limbah

permukiman, 5) peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air

limbah permukiman.

Lalu Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia

kembali mengeluarkan peraturan Menteri nomor 04/PRT/M/2017 tentang

penyelenggaraan sistem pengolahan air limbah domestik yang dimaksudkan

sebagai pedoman bagi penyelenggaraan sistem pengolahan air limbah domestik

(SPALD) kepada seluruh masyarakat. Tidak hanya membangun infrastruktur


6

besar seperti jalan, jembatan dan bendungan, Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat (PUPR) juga membangun infrastruktur dasar seperti air

minum, sanitasi dan hunian layak khususnya bagi masyarakat berpenghasilan

rendah (MBR). Ketersediaan akses air minum, sanitasi dan permukiman layak

akan berperan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008, kota di

Indonesia diklasifikasikan menjadi 4 kategori berdasarkan jumlah penduduk, yaitu

Kategori Jumlah penduduk

Kota kecil ≤ 100.000 jiwa

Kota sedang ˃ 100.000 – 500.000 jiwa

Kota besar ˃ Lebih 1.000.000 jiwa

Kota metropolitan ˃ 1.000.000 jiwa

Modifikasi Penulis

Pekanbaru sebagai salah satu Kota yang memiliki lokasi yang strategis

sebagai Kota transit yang menghubungkan Kota-kota utama di Pulau Sumatra

dengan jumlah penduduk lebih dari 1 juta jiwa, dapat dikategorikan sebagai Kota

Metropolitan yang secara tidak disadari kepadatan penduduknya dalam suatu

wilayah cukup tinggi. Kepadatan penduduk yang tinggi serta menigkatnya juga

kegiatan pembangunan akibat dari aktivitas masyarakat dan perekonomian sehari-

hari, baik secara langsung maupun tidak langsung berdampak terhadap kondisi

dan kualitas lingkungan. Kondisi perumahan dan permukiman yang semakin

padat, tidak diiringi dengan kesadaran dan pemantauan terhadap kondisi

lingkungan menyebabkan pencemaran terhadap kualitas lingkungan khususnya air


7

tanah dan badan air/sungai yang ada. Peningkatan penduduk dan pemukiman yang

pesat ini membutuhkan dukungan sarana dan prasarana dasar, khususnya air bersi

h dan sanitasi, Penyediaan sarana dan prasarana sanitasi yang memadai merupaka

n suatu prasyarat bagi kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan.

Kota Pekanbaru merupakan salah satu Kota yang mendapatkan program M

etropolitan Sanitation Management Project (MSMIP), yang merupakan kegiatan

untuk meningkatkan pelayanan air limbah domestik yang dapat mereduksi pence

maran badan air, dari limbah domestik yang secara langsung dibuang ke lingkung

an di Kota Pekanbaru. Selain Kota Pekanbaru yang mendapatkan program ini

yaitu ada Jambi, Makassar dan Palembang. Dengan pembangunan Instalasi pengel

olaan air limbah (IPAL) yang merupakan salah satu usaha pengelolaan air limbah

dibangun bertujuan untuk meningkatkan layanan sanitasi masyarakat dan mengura

ngi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh air limbah domestik yang dibua

ng secara langsung ke sungai maupun tanah akibat dari padatnya penduduk dan ak

tivitas perekonomian sehingga kualitas lingkungan dapat terjaga untuk generasi

kedepannya.

Proyek IPAL tersebut merupakan Pilot Project (Proyek Percontohan)

Pemerintah Pusat dan sumber dana nya berasal dari APBD dan APBN. IPAL ini

program Sustainable Development Goals (program berkelanjutan) yang

mengedepankan 100% air bersih, 0% rumah kumuh dan 100% sanitasi. Program

IPAL ini merupakan program dari pemerintah pusat, pemerintah provisi dan

daerah, dimana pemerintah yang menjadi fasilitator untuk menyediakan sarana

dan prasarana dalam pengelolaan sanitasi. Penyediaan sarana dan prasarana dalam
8

pengelolaan sanitasi merupakan bentuk pelayanan yang disediakan oleh

pemerintah Kota Pekanbaru, dimana pelayanan diselenggarakan oleh Kementrian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jendral Cipta Karya Balai

Prasarana Permukiman Wilyah Riau, Satuan Kerja Pelaksana Prasarana

Permukiman Provinsi Riau.

Pembangunan ini merupakan sistem pengolahan air limbah domestik

(rumah tangga) dari rumah-rumah warga dengan menggali bagian badan jalan dan

menanamkan pipa dibawah tanah, IPAL ini merupakan jalur air kotor. Jadi,

limbah rumah tangga dan rumah makan akan melalui pipa tersebut serta air kotor

akan diolah (kotoran dan air akan dipisah) sehingga, air yang keluar dari IPAL ini

sudah bersih kembali untuk dimanfaatkan masyarakat dan drainase nanti tidak ada

kotoran rumah tangga lagi. Fokus utama dalam pembangunan ini yaitu

mendukung program pemerintah Kota Pekanbaru, dalam rangka mengurangi

pencemaran air tanah dari limbah domestik (limbah rumah tangga).

Proyek IPAL ini dikerjakan di pusat Kota Pekanbaru. Terdapat lima

Kecamatan dalam pembangunan proyek IPAL tersebut yaitu Kecamatan Sukajadi,

Pekanbaru Kota, Kecamatan Senapelan, Kecamatan Lima Puluh dan Kecamatan

Tenayan Raya. Dari beberapa Kecamatan tersebut disini memfokuskan pada

Kecamatan Sukajadi karena Kecamatan Sukajadi dikategorikan daerah

pemukiman yang padat, membuat pembuangan air limbah telah mengkontaminasi

air tanah. Di beberapa daerah Kecamatan Sukajadi terdapat beberapa jalan yang

terkena dampak dari pembangunan IPAL. IPAL tersebut dibangun oleh

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) dengan


9

melibatkan dua kontraktor yaitu PT Hutama Karya (HK) dan PT Wijaya Karya

(WIKA).

Meski proyek IPAL ini berdampak baik terhadap lingkungan, tetapi

nyatanya masyarakat Kota Pekanbaru memprotes proyek ini. Mereka beranggapan

bahwa proyek ini merusak jalan, membuat kemacetan, hingga mematikan pelaku

usaha. Selama pembangunan proyek ini belum selesai masyarakat akan merasakan

penyempitan jalan. Pengerjaan yang lamban dimana kontrak awalnya pada bulan

November 2018 sampai 2020, bersama kontraktor HK dan WIKA. Salah satu

alasan lambannya pembangunan tersebut yaitu dikarenakan pelaksanaannya dalam

kondisi Covid-19 selain itu, terdapat pipa PDAM material asbes berusia sekitar 40

tahun di jalur perpipaan yang pecah akibat getaran saat pemasangan pit saat

pekerjaan galian pit juga bersinggungan dengan jalur pipa gas dan kondisi struktur

tanah pasir lepas, kondisi jalan Kota Pekanbaru juga rawan terjadinya longsor,

ditambah lagi sampah dari rumah tangga yang menyebabkan tersumbatnya

drainase karena wilayah pengerjaan dekat dengan beberapa drainase dan terdapat

mata air yang menyebabkan air masuk dalam galian sehingga membutuhkan

penanganan yang lumayan lama. Pengerjaan proyek IPAL dilanjutkan hingga

tahun 2022 serta diprediksi akan selesai pada tahun 2023.

Melihat keadaan tersebut pengerja proyek mesti bisa berkoordinasi secara

baik dengan pemerintah kota. Sehingga, masyarakat yang melintas maupun berada

di sekitar lokasi pengerjaan tidak merasa dirugikan. Pengerja proyek bisa

optimalkan sumber daya yang ada. Koordinasi dari semua sektor, baik itu

pemerintah kota, pemerintah provinsi, maupun pemerintah pusat. untuk


10

memperkuat keberadaan IPAL ini Pemko Pekanbaru mengajukan rancangan

peraturan daerah (Ranperda) pengelolaan air limbah ke DPRD. Dalam upaya

mempercepat adalah Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Riau

Direktorat Jenderal Pemukiman Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan

Ruang (Kemen PUPR) bisa menyelesaikan IPAL secara terpadu.

Peneliti melihat bahwa Implementasi program Instalasi Pengolahan Air

Limbah dalam perspektif pembangunan berkelanjutan di Kota Pekanbaru tepatnya

di Kelurahan Sukajadi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat tentang praktik hidup sehat dan bersih. Adanya kebijakan pemerintah

tentang pembangunan IPAL yang dilaksanakan oleh pemerintah dan warga

setempat, dimaksudkan agar seluruh masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam

meningkatkan kualitas lingkungan. Selain itu masyarakat juga ikut terlibat dalam

pemeliharaan dan pemanfaatan terhadap sarana IPAL ini.

Tetapi bertolak belakang dari tujuan tersebut selama berjalannya

pembangunan IPAL sampai terselesaikannya proyek IPAL tersebut dikerjakan,

peneliti menemukan beberapa fenomena dilapangan yaitu :

1. Pengerjaan pembangunan proyek IPAL di Kecamatan Sukajadi belum

100% terselesaikan dan belum bisa dioperasikan ditahun ini karena

sebelumnya terhambat dalam pengerjaannya akibat covid-19 yang

seharusnya selesai di akhir tahun 2020 tetapi masih diperpanjang sampai

tahun 2022.
11

2. Pembangunan IPAL di Kecamatan Sukajadi mencemari lingkungan,

terganggunya kenyaman masyarakat sekitar daerah pembangunan proyek

dan kenyamanan berlalu lintas hingga membuat kemacetan.

3. Selesainya pembangunan IPAL jalan yang sebelumnya di gali dan

ditimbun kembali dan diaspal kembali tidak sesempurna awal jalan

tersebut yang mengalami kerusakan pada bagian jalan seperti permukaan

yang bergelombang atau tidak rata hingga aspal amblas lagi.

Dari fenomena diatas yang sesuai dengan fakta empiris dilapangan banyak

sekali dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan Instalasi Pengolahan Air

Limbah (IPAL) di Kecamatan Sukajadi. Keberlanjutan program pembangunan

IPAL memiliki kendala dalam proses pembangunan yang tidak selesai sesuai

rencana atau yang di targetkan pemerintah, banyaknya dampak dari pembangunan

IPAL tersebut seperti penggalian yang terjadi di pinggir jalan, terjadinya

kemacetan, hingga jalan yang sudah diaspal kembali rusak dan juga berdampak

pada lingkungan sekitar. Jadi dalam pengimplementasiannya masih terdapat

kendala.

Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan kajian skripsi dengan

judul penelitian Implementasi Dampak Kebijakan Pembangunan Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terhadap Masyarakat Kota PekanBaru.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena-fenomena yang dikemukakan penulis diatas, maka

penulis merumuskan masalah pokok usulan penelitian ini yaitu Bagaimana Imple
12

mentasi Dampak (Kelanjutannya Bagaimana?) Yang Di Timbulkan Dari Ke

bijakan Pembangunan Instalansi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terhadap

Masyarakat Kota Pekanbaru?

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Adapun tujuan penelitian ini yaitu:

a. Untuk mengetahui implementasi Dampak Pembangunan Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terhadap Masyarakat Kota

Pekanbaru.

b. Untuk mengetahui apa Implementasi Pemerintah kedepannya dengan

adanya dampak dari kebijakan Instalasi Air Limbah (IPAL) Terhadap

Masyarakat Kota Pekanbaru tersebut.

2. Kegunaan penelitian yaitu:

a. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memacu perkembangan ilmu

pengetahuan dimasa yang akan datang seiring perkembangan

masyarakat yang semakin maju, kritis, dinamis dalam berbagai aspek.

b. Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam

pembangunan instalansi pengolahan air limbah (IPAL) dalam

meningkatkan serta menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat

serta dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian-penelitian


13

yang akan datang dalam konteks permasalahan dengan teori

Kebijakan dan dijadikan sebagai sumber pembelajaran.

c. Secara praktis

1) Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

bahan masukan agar lebih baik lagi dalam kegiatan pembangunan

instalansi pengolahan air limbah yang dibangun demi kepentingan

masyarakat dan manfaat yang besar untuk masyarakat kedepannya.

2) Bagi masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat memberikan

informasi penting tentang manfaat dalam pembangunan instalansi

pengolahan air limbah (IPAL) tersebut terhadap masyarakat di

masa yang akan datang.


BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. STUDI KEPUSTAKAAN

1. Konsep Kepemerintahan

Pemerintahan adalah suatu ilmu dan seni. Dikatakan sebagai seni

karena berapa banyak pemimpin pemerintahan yang tanpa pendidikan

pemerintahan, mampu berkiat serta dengan kharismatik menjalankan roda

pemerintahan. Sedangkan dikatakan sebagai suatu disiplin ilmu

pengetahuan, adalah karena memenuhi syarat-syaratnya yaitu dapat,

dipelajari dan diajarkan, memiliki objek, baik objek material maupun

forma, universal sifatnya, sistematis serta spesifik (Khas).

Dari segi bahasa atau berdasarkan pendekatan Etimologis, kata “pe

merintah” atau “pemerintahan”, pada kedua kata tersebut berasal dari suku

kata “perintah” yang memiliki arti sesuatu yang harus dilaksanakan. Dan u

ntuk kata “memerintah” diartikan sebagai menguasai atau mengurus negar

a atau daerah sebagai bagian dari suatu negara, jadi kata “pemerintah” bera

rti kekuasaan untuk memerintah pada suatu negara. Pemerintah dapat juga

diartikan sebagai suatu badan tertinggi yang memerintah suatu negara. Di

dalam kata tersebut dapat disimpul beberapa unsur yang menjadi ciri-ciri k

has dari “perintah”, yaitu:


15

a. Adanya suatu keharusan, menunjukkan suatu kewajiban untuk melaksanak

an apa yang diperintahkan

b. Adanya dua pihak, yaitu yang memberi dan menerima perintah

c. Adanya hubungan fungsional antara yang memberi dan yang menerima pe

rintah

d. Adanya wewenang atau kekuasaan untuk memberi perintah.

Beberapa definisi Ilmu Pemerintahan menurut ahli, yaitu :

Menurut Inu Kencana Syafiie, Ilmu pemerintahan adalah ilmu

yang mempelajari bagaimana melaksanakan pengurusan (eksekutif),

pengaturan (legislatif), kepemimpinan dan koordinasi pemerintahan (baik

pusat dengan daerah, maupun rakyat dengan pemerintahnya) dalam

berbagai peristiwa dan gejala pemerintahan, secara baik dan benar.

Menurut C. F. Strong (dalam Syafiie, 2017 : 22) Pemerintahan

dalam arti luas mempunyai kewenangan untuk memelihara kedamaian dan

keamanan Negara, ke dalam dan keluar. Oleh karena itu pertama, harus

mempunyai kekuatan militer atau kemampuan untuk mengendalikan

angkatan perang. Yang kedua, harus mempunyai kekuatan finansial atau

kemampuan untuk mencukupi keuangan masyarakat dalam rangka

membiayai ongkos keberadaan Negara dalam menyelenggarakan

peraturan, hal tersebut dalam rangka penyelenggaraan kepentingan

Negara.

Menurut Wilson (dalam Syafiie, 2017 : 23) Pemerintah dalam

akhir uraiannya, adalah suatu pengorganisasian kekuatan, tidak selalu


16

berhubungan dengan organisasi kekuatan angkatan bersenjata, tetapi dua

atau sekelompok orang dari sekian banyak kelompok orang yang

dipersiapkan oleh suatu oragnisasi untuk mewujudkan maksud dan tujuan

bersama mereka.
17

Menurut Apter (dalam Syafiie, 2017 : 23) Pemerintah itu

merupakan satuan anggota yang paling umum yang (a) memiliki

tanggungjawab tertentu untuk mempertahankan sistem yang

mencakupnya, itu adalah bagian dan (b) monopoli praktis mengenai

kekuasaan paksaan.

Afan Gaffar (dalam Ndraha 2010 : 16) mendefinisikan ilmu pemerintahan

sebagai ilmu yang mempelajari proses politik (alokasi otoritatif nilai-nilai di

dalam sebuah masyarakat) dalam penyelenggaraan pemerintahan sebuah Negara.

Menurut Ndraha (2015 : 6) Pemerintah adalah organ yang berwenang

memproses pelayanan publik dan berkewajiban memproses pelayanan civil bagi

setiap orang melalui hubungan pemerintahan, sehingga setiap anggota masyarakat

yang bersangkutan menerimanya pada saat diperlukan, sesuai dengan tuntutan

(harapan) yag diperintah. Dalam hubungan itu, bahkan warga negara asing atau

siapa saja yang pada suatu saat berada secara sah (legal) di Wilayah Indonesia,

berhak menerima layanan civil tertentu, dan pemerntah wajib melayankannya.

Di beberapa negara pemerintah dan pemerintahan tidak dibedakan: Inggris

menyebutnya “Government” dan Perancis menyebutnya “Gouvernment”, keduany

a berasal dari perkataan Latin “Gubernacalum”. Dalam bahasa Arab disebut “Huk

umat”. Di Amerika Serikat disebut “Administration”, sedangkan di Belanda meng

artikan “Regering” sebagai penggunaan kekuasaan negara oleh yang berwenang u

ntuk menentukan keputusan dan kebijaksanaan dalam rangka mewujudkan tujuan

negara dan sebagai penguasa menetapkan perintah-perintah.


18

Pada umumnya yang disebut pemerintah adalah sekelompok individu yang

mempunyai wewenang tertentu untuk melaksanakan kekuasaan. Patokan ini berla

ku untuk pemerintah yang berdaulat (sovereign). Pemerintah yang berdaulat mem

punyai hak untuk mengurus dan mengatur rumah tangga nasional dan memiliki m

onopoli untuk melaksanakan kekuasaan yang bersifat memaksa. Di dalam pengur

usan rumah tangga tersebut termasuk melindungi masyarakat dan wilayah negara,

meningkatkan taraf hidup dan lingkungan hidup, memelihara keamanan dan ketert

iban umum dan sebagainya (Haudi, 2021 : 1).

Pemerintah agar dapat mewujudkan kesejahteraan umum sebagai tujuan

Negara perlu melakukan upaya-upaya, diantaranya dengan mengeluarkan

kebijakan-kebijakan untuk mengatur berbagai aspek kehidupan bernegara

sehingga tujuan Negara dapat terwujud. Dengan adanya kebijakan pemerintah

yang berarti peraturan yang mengatur aspek-aspek kehidupan masyarakat Negara

diharapkan apa yang menjadi tujuan dari penyelenggara Negara dapat dicapai.

2. Konsep Implementasi Kebijakan

Tahap implementasi sering disebut sebagai studi implementasi,

memfokuskan pada identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan dan

keberhasilan proses pelaksanaan kebijakan. Implementasi kebijakan adalah tahap

yang penting dalam konteks kebijakan publik karena untuk melihat bagaimana pel

aksanaan kebijakan tersebut sehingga sebuah kebijakan harus dilaksanakan denga

n baik dan benar. Implementasi dikonseptualisasikan sebagai suatu proses, atau se

rangkaian keputusan dan tindakan yang ditujukan agar keputusan-keputusan yang


19

diterima oleh lembaga legislatif bisa dijalankan. Implementasi juga bisa diartikan

dalam konteks keluaran, atau sejauh mana tujuan-tujuan yang telah direncanakan

mendapatkan dukungan, seperti tingkat pengeluaran belanja bagi suatu program.

Dampak implementasi mempunyai makna bahwa telah ada perubahan yang bisa d

iukur dalam masalah yang luas yang dikaitkan dengan program, undang-undang p

ublik, dan keputusan yudisial (Shella, 2018).

Selanjutnya tindakan implementasi kebijkan dapat dibedakan kedalam

“policy inputs and policy process”. Policy inputs berupa masukan sumber daya

sedangkan policy process bertalian dengan kegiatan administratif, organisasional,

yang membentuk transformasi masukan kebijakan kedalam hasil-hasil (outputs)

dan dampak (impact) kebijakan.

Dapat dikemukakan bahwa fungsi dan tujuan implementasi ialah untuk

membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan ataupun sasaran-

sasaran kebijakan public (politik) dapat diwujudkan sebagai “outcome” (hasil

akhir) dari kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Implementasi dapat disebut

sebagai “policy delivery system”. Maksudnya,sebagai suatu system

penyampaian/penerusan kebijakan. Sebagai suatu sistem, implementasi terdiri dari

unsur-usur dan kegiatan-kegiatan yang terarah menuju tercapainya tujuan-tujuan

dan sasarn-sasaran yang dikehendaki.

komponen-komponen model sistem implementasi kebijakan publik, terdiri

atas :

1) program (kebijakan) yang dilaksanakan.


20

2) Target group, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran, dan

diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut, perubahan atau

peningkatan.

3) Unsur pelaksana (implementor), baik organisasi atau perorangan, yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan dan pengawasan dari

proses implementasi tersebut.

4) Faktor lingkungan (fisik, sosial, budaya dan politik).

Masalah implementasi kebijakan (pembangunan) menarik perhatian, karen

a berdasarkan pengalaman di negara maju maupun negara berkembang menunjuk

kan, bahwa beragam faktor, baik faktor yang sederhana hingga yang rumit: misaln

ya masalah ketersedian sumber daya struktur organisasi serta hubungan kerja anta

r organisasi, dan dari persoalan komitmen pelaksana sampai sistem pelaporan yan

g kurang lancar, juga berhubungan dengan sikap politis yang kurang setuju hingga

faktor cuaca, musim serta hal-hal yang bersifat kebetulan, dalam realitasnya berpe

ngaruh terhadap program-program pembangunan, baik mendorong keberhasilan b

ahkan menjadi penyebab kegagalan atau kekurangan berhasilan dalam mencapai t

ujuan kebijakan dibandingkan dengan apa yang sesungguhnya terwujud dan diteri

ma oleh masyarakat (target group).

disimpulkan bahwa unsur-unsur dari proses implementasi yaitu:

1. Proses Implementasi Program/Kebijakan adalah serangkaian aktivitas tind

ak lanjut (setelah sebuah program atau kebijakan ditetapkan) yang meliputi

pengambilan keputusan, tahapantahapan strategis maupun operasional yan

g dilaksanakan guna mewujudkan suatu program atau kebijakan menjadi k


21

enyataan, serta guna mencapai sasaran program (kebijakan) yang telah dite

tapkan semula.

2. Proses implementasi sesungguhnya dapat berhasil, kurang berhasil atau ba

hkan gagal, ditinjau dari wujud hasil yang dicapai, atau “outcomes”, karen

a dalam proses tersebut, terlibat berbagai pihak yang pengaruhnya dapat be

rsifat mendukung ataupun menghambat pencapaian sasaran program.

3. Dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur yang

penting dan mutlak yakni:

a. Adanya program (atau kebijakan).

b. Target Groups.

c. Unsur pelaksana (implementor).

4. Implementasi program atau kebijaksanaan, tidak mungkin dilaksanakan da

lam ruang hampa/steril, sehingga faktor lingkungan (fisik, sosial, budaya d

an politik) dapat mempengaruhi proses implementasi program-program pe

mbangunan.

Menurut Merille S. Grindle (Agus Subianto, 2020 : 22) Implementasi kebij

akan sesungguhnya bukan berhubungan dengan mekanisme penjabaran keputusan

publik ke dalam prosedur rutin melalui saluran birokrasi, melainkan berhubungan

dengan masalah konflik, keputusan, setrta ‘siapa’ mendapatkan ‘apa’ dari suatu ke

bijakan, maka tidak salah jika aspek penting dalam keseluruhan proses kebijakan

adalah implementasi kebijakan.

Berdasarkan definisi “implementation” dari Grindle, sebagaimana model k

onseptual dan kerangka pemikiran implementasi sebagai proses politik dan proses
22

administrasi. Kerangka pemikiran tersebut disusun atas jawaban dua pertanyaan p

okok, khususnya di Negara berkembang pada umumnya. Pertanyaan pertama men

genai “Content” (isi) dari program itu sendiri. Pengaruh dapat terjadi karena isi pr

ogram terhadap proses implementasi. Mungkin ada program yang pada dasarnya l

ebih sulit dari pada program lain dalam proses implementasi. Pertanyaan kedua m

engenai “Context” (kondisi lingkungan) yang memiliki kaitan pengaruh atau hubu

ngan terhadap implementasi. Jadi keberhasilan implementasi dipengaruhi oleh du

a variable besar, yakni isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan implement

asi (context of implementation). Variabel isi dari kebijakan ini mencakup :

1) Kepentingan kelompok sasaran. Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebija

kan menyangkut sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target gro

ups termuat dalam isi kebijakan. Kepentingan tersebut berkaitan dengan ber

bagai kepentingan yang memiliki pengaruh terhadap suatu implementasi ke

bijakan. Indikator ini memiliki argumen bahwa dalam pelaksanaan sebuah k

ebijakan pasti melibatkan banyak kepentingan, dan sejauh mana pengaruh y

ang dibawa oleh kepentingan-kepentingan tersebut terhadap implementasiny

a.

2) Tipe manfaat, yaitu jenis manfaat yang diterima oleh target group. Dalam k

onten kebijakan, manfaat kebijakan berupaya untuk menunjukkan dan menj

elaskan bahwa di dalam sebuah kebijakan harus terdapat beberapa jenis man

faat yang memuat dan menghasilkan dampak positif oleh pengimplementasi

an kebijakan yang akan dilaksanakan.


23

3) Derajat perubahan yang diinginkan, yaitu sejauhmana perubahan yang diing

inkan dari adanya sebuah kebijakan. Derajat perubahan yang ingin dicapai

menunjukkan seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai mel

alui adanya sebuah implementasi kebijakan harus memiliki skala yang jelas.

4) Letak pengambilan keputusan. Apakah letak sebuah program sudah tepat at

au belum. Pengambilan sebuah keputusan di dalam sebuah kebijakan meme

gang peranan penting dalam pelaksanaan sebuah kebijakan, oleh karena itu

pada bagian ini harus dijelaskan dimana letak pegambilan keputusan dari su

atu kebijakan yang akan diimplementasikan.

5) Pelaksanaan program. Maksudnya apakah sebuah kebijakan telah menyebut

kan implementornya dengan rinci. Dalam melaksanakan suatu kebijakan ata

u program harus didukung dengan adanya pelaksana kebijakan yang memili

ki kompetensi dan capable demi keberhasilan suatu kebijakan.

6) Sumberdaya yang dilibatkan, apakah sebuah program didukung dengan sum

ber daya yang memadai. Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus didukung d

engan sumber daya yang memadai dengan tujuan agar pelaksanaannya dapat

berjalan dengan baik.

Sedangkan variabel lingkungan kebijakan meliputi :

1) Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para

aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan. Dalam sebuah kebijakan

perlu untuk diperhitungkan mengenai kekuatan atau kekuasaan, kepentingan,

serta strategi yang digunakan oleh para aktor yang terlibat guna melancarka

n pelaksanaan suatu implementasi kebijakan.


24

2) Karakteristik lembaga dan penguasa, bagaimanakah keberadaan institusi dan

rezim yang sedang berkuasa. Lingkungan dimana suatu kebijakan tersebut d

ilaksanakan juga memiliki pengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada b

agian ini dijelaskan bagaimana karakteristik dari suatu lembaga yang akan t

urut mempengaruhi suatu kebijakan.

3) Tingkat kepatuhan dan daya tanggap (responsifitas) kelompok sasaran. Kep

atuhan dan respon dari para pelaksana juga dirasa menjadi sebuah aspek pen

ting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan, maka yang hendak dijelaska

n pada poin ini 5 adalah sejauhmanakah kepatuhan dan respon dari pelaksan

a dalam menanggapi suatu kebijakan.

Dalam sebuah proses implementasi kebijakan yang dinilai adalah desain pr

ogram aksi untuk mempengaruhi aktifitas implementasi yang nantinya dapat men

ghasilkan dampak bagi masyarakat atau individu serta daya perubahan yang diingi

nkan sehingga dari desain dan aksi program dirumuskan untuk dilaksanakan hingg

a tercapainya suatu tujuan dari sebuah proses implementasi.

Konten dari implementasi sendiri berisi tentang kepentingan yang terpenga

ruh, tipe manfaat, perubahan yang diinginkan, program implementasi, dan sumber

daya yang dikerahkan. Sementara untuk konteks implementasi ialah mengenai kek

uatan, strategi dan aktor yang terlibat, karakteristik rezim dan institusi serta daya k

epatuhan dalam pelaksanaan implementasi.

Berdasarkan pada teori implementasi Merilee S. Grindle diatas menjadi da

sar pemikiran yang akan digunakan dalam penelitian ini. Peneliti akan melihat bag

aimana kebijakan program yang ada akan dalam penerapannya pada kegiatan laya
25

nan referensi sehari-hari, bagaimana keberadaan kebijakan program tersebut dan

manfaat yang didapatkan oleh pengguna. Dari beberapa aspek tersebut, peneliti m

enggunakan aspek derajat perubahan yang diinginkan, letak pengambilan keputus

an, pelaksanaan program, dan tingkat kepatuhan dan daya tanggap.

3. Konsep Kebijakan Publik

Kebijakan yang berhubungan dengan publik disebut dengan kebijakan pub

lik. Kebijakan publik lahir dari adanya kebutuhan dan permasalahan yang dihadap

i oleh masyarakat. Pembuat kebijakan publik disebut dengan stakeholder. Stake h

older dalam pembuatakan kebijakan publik adalah pemerintah dengan tujuan untu

k memenuhi kebutuhan masyarakat dengan azaz kepentingan masyarakat. Kebijak

an publik dimaknai sebagai sebuah hubungan dalam mencapai sasaran dan tujuan

dari hasil akhir kegiatan yang di selenggarakan oleh pemerintah. Kekurangan dari

sebuah kebijakan publik dapat diketahui setelah kebijakan tersebut terlaksana seda

ngkan keberhasilan dari sebiuah kebijakan publik tersebut dapat dilihat dari damp

ak yang dihasilkan setelah pelaksanaan kebijakan (Desrinelti Dkk, 2021).

Kebijakan publik apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan

atau tidak dilakukan, batasan ini tidak cukup mengakui bahwa terdapat perbedaan

antara apa yang diputuskan oleh pemerintah dengan apa yang dilakukan oleh

pemerintah. Menurut Friedrick (Syahruddin, 2019 : 17) pegertian kebijakan

adalah “serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau

pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukkan hambatan-


26

hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan

kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu”.

Konsep ini menunjukkan bahwa perhatian kita dalam mempelajari

kebijkan publik seharusnya di tujukan pada apa yang senyatanya dilakukan oleh

pemerintah bukan sekedar apa yang ingin dilakukan.

Michael Howlet dan M. Ramesh (Syahruddin, 2019 : 18) menyatakan

proses kebijakan publik terdiri dari lima tahapan yaitu :

a. Penyusunan agenda (agenda setting), yaitu suatu proses agar suatu

masalah bisa mendapat perhatian dari pemerintah.

b. Formulasi kebijakan (policy formulation), yaitu proses perumusan pilihan-

pilihan oleh pemerintah.

c. Pembuatan kebijakan (decision making), yaitu proses ketika pemerintah

memilih untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu tindakan.

d. Implementasi kebijakan (policy implementation), yaitu proses untuk

melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil.

e. Evaluasi kebijakan (policy evaluation), yaitu proses untuk memonitor dan

menilai hasil kinerja kebijakan.

Menurut Nugroho (Syahruddin, 2019 : 20), kebijakan publik dalam

kedudukannya memiliki nilai strategi karena merupakan salah satu komponen

utama Negara. Adapun komponen tersebut adalah :

1) Komponen lembaga-lembaga Negara (eksekutif, legislatif, yudikatif).

2) Komponen rakyat.

3) Wilayah kedaulatan.
27

4) Kebijakan publik.

Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kebijakan merupakan

usaha dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan juga sebagai bentuk

dalam memecahkan permasalahan dengan menggunakan fasilitas tertentu dan

dalam waktu yang telah ditetapkan. Sebuah kebijakan bersifat mendasar. Hal ini

dikarenakan kebijakan dapat dijadikan pedoman dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan bersama.

Sebuah kebijakan harus dituangkan kedalam peraturan perundangan-perun

dangan. Hal ini dikarenakan dalam peraturan perundang-undangan terdapat sistem

yang bersifat memaksa dan mengikat. Sehingga dengan dimasukannya kedalam si

stem perundang-undangan, setiap kebijakan yang dihasilkan harus dilaksanakan ol

eh setiap orang tanpa terkecuali. Oleh sebab itu sebelum kebijakan tersebut ditera

pkan perlunya proses legtimasi oleh lembaga yang memiliki wewenang.

Pelaksanaan kebijakan akan berdampak kepada keberhasilan kebijakan ter

sebut. Sebuah kebijakan dikatakan berhasil apabila memberikan penagruh positif

kepada masyarakat. Artinya bahwa kebijakan mampu mengarahkan masyarakat m

enjadi lebih terarah dan sesuai dengan keingginan pemerintah. Maka pemerintah

memiliki kewajiban dalam mengawasi keterlaksanaan kebijakan melalui perancan

gan program dan strukturisasi proses pelaksanaan. Maka dapat disimpulkan bahw

a pelaksanaan kebijakan merupakan kegiatan, program dan aktivitas dalam penera

pan keputusan kebijakan dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan pada kep

utusan kebijakan (Desrinelti dkk, 2021).


28

4. Konsep Pembangunan IPAL

Banyak sekali permasalahan lingkungan yang harus dihadapi dan sangat m

enganggu terhadap tercapainya kesehatan lingkungan. Kesehatan lingkungan bisa

berakibat positif terhadap kondisi elemen-elemen hayati dan non hayati dalam ek

osistem. Bila lingkungan tidak sehat maka sakitlah elemennya, tapi sebaliknya jik

a lingkungan sehat maka sehat pulalah ekosistem tersebut.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 4 Tahun 2017, siste

m IPAL Domestik adalah serangkaian kegiatan pengelolaan air limbah domestik

dalam satu kesatuan dengan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah domesti

k. Sistem IPAL Domestik Terpusat adalah sistem pengelolaan yang dilakukan de

ngan mengalirkan air limbah domestik dari sumber secara kolektif ke sub-sistem

pengolahan terpusat untuk diolah sebelum dibuang ke badan air perencanaan.

Instalasi pengolahan air limbah komunal (IPAL komunal) merupakan

bangunan yang digunakan untuk memproses air limbah domestic atau buangan

penduduk yang difungsikan secara komunal (digunakan oleh sejumlah rumah

tangga) agar lebih aman pada saat dibuang ke lingkungan atau lebih sesuai

dengan baku mutu lingkungan (Ervin dan Tety, 2018).

Adapun manfaat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) atau yang biasa

disebut dengan Wastewater Treatement Plant di antaranya :

a. Memungkinkan suatu teknologi yang dapat mengolah air limbah domestik

atau industri sehingga air tersebut dapat digunakan kembali sesuai kebutu

han baik kebutuhan dasar makhluk hidup maupun dipakai untuk industri l

agi.
29

b. Hasil limbah dari pabrik atau sektor industri tidak akan mencemari lingku

ngan skeitar misalnya sungai yang nantinya berdampak pada kualitas air d

i tempat sekitar

c. Membangun keberlangsungan hidup biota-biota yang hidup pada ekosiste

m sungai atau di tempat dekat pembuangan limbah pada pabrik/sektor ind

ustri.

Pembangunan IPAL Komunal menjadi salah satu pilihan untuk menangani

limbah yang berasal dari aktivitas kegiatan permukiman agar tidak menjadi bahan

pencemaran mahluk hidup dan lingkungan setelah melalui tahap pengolahan yang

pada akhirnya dibuang ke badan air. Penerapan IPAL Komunal dalam suatu perm

ukiman adalah untuk menampung limbah domestik dari rumah tangga.

Dalam buku system pengolahan air limbah domestic terpusat skala

permukiman yang dikeluarkan oleh kementrian pekerjaan umum dan perumahan

rakyat direktorat jendral cipta karya dan direktorat pengembangan penyehatan

lingkungan permukiman juga menjelaskan system air limbah kala permukiman

dapat diartikan sebagai sebuah system pelayanan sanitasi yang melayani

sekelompok rumah tangga, memiliki jaringan pipa, dan unit pengolahan air

limbah. Dalam pengelolaan IPAL sendiri biasanya melibatkan masyarakat, mulai

dari perencanaan, pelaksanaan, dan operasi pemeliharaan. IPAL Komunal sangat

bermanfaat bagi manusia serta makhluk hidup lainnya, antara lain :

1) Mengolah air limbah domestik agar sumber air di sekitarnya dapat

digunakan Kembali sesuai kebutuhan.

2) Mencegah pencemaran air sungai.


30

3) Menjaga kehidupan biota-biota sungai.

Terdapat dua jenis sistem pengolahan IPAL Komunal yaitu :

a) Sistem Anaerob

Sistem ini menggunakan mikroorganisme alami untuk penguraiannya,

sehingga tidak ada masalah teknis. Kegiatan pengelolaan IPAL dibatasi

untuk menjaga agar jaringan pipa domestik tidak terhalang.

b) Sistem Aerobik

Sistem ini menggunakan peralatan mekanis di unit pemrosesan, seperti

blower atau aerator, yang dapat dikelola oleh operator terlatih.

Pembangunan IPAL pada umumnya dilakukan sesuai dengan kesepakatan

Bersama. Dan berikut beberapa tahapan yang biasa dilakukan sebelum

membangun fasilitas:

a) Warga akan mengakomodasi dan sosialisasi berkaitan dengan fasilitas

umm IPAL. Proses diantaranya termasuk penanggungjawab, biaya yang

dibutuhkan dan proses perawatan kedepan.

b) Mengadakan survei, kegitan ini meliputi survei teknis yang berkaitan

dengan kebutuhan dan desain fasilitas ini nantinya juga dilakukan survei

social yang bertujuan menghitung berapa orang yang akan menggunakan

fasilitas IPAL nantinya.

c) Setelah proses dilakukan, sosialisasi pembangunan biasanya akan

diinformasikan ke masyarakat.

d) Konstruksi IPAL mengawali pembangunan IPAL.


31

e) Sosialisasi perawatan IPAL perlu disampaikan, agar fasilitas ini dapat

dirawat dengan benar oleh seluruh warga.

f) Setelah proses dilalui, IPAL selanjutnya dapat digunakan sebagaimana

mestinya.

5. Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan yang sekarang sedang marak adalah pembangunan yang han

ya bersifat sementara. Perkembangan masyarakat yang serba instan dan asal jadi,

budaya konsumtif telah mendarah daging pada sebagian besar masyarakat Indones

ia. Maka, dengan adanya konsep pembangunan berkelanjutan akan berusaha mem

berikan wacana baru mengenai pentingnya melestarikan lingkungan alam demi m

asa depan dan generasi yang akan datang. Menurut Dadang Mas

hur (Novia, 2021), pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang berlangsun

g secara berkelanjutan dan terdiri dari tahapantahapan yang di satu pihak bersifat i

ndependen akan tetapi di pihak lain merupakan “bagian” dari seuatu yang bersifat

tanpa akhir. Banyak cara yang dapat digunakan untuk menentukan pentahapan ter

sebut, seperti berdasarkan jangka waktu, biaya, atau hasil tertentu yang diharapka

n. Pembangunan berkelanjutan adalah proses p

embangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dan masyarakat) yang berprinsip me

menuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi

masa depan.

Pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) merupakan pemb

angunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan gene


32

rasi-generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Sementara Mann

ion menebutkan bahwa konsep sustainable development adalah suatu kebutukan g

una melakukan rekonsiliasi pembangunan ekonomi, kualitas kehidupan, dan lingk

ungan dalam kerangka politik yang beragam yang saling berkaitan pada tingkat int

ernasional dan global. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa makn

a pembangunan berkelanjutan tidak lepas dari kelestarian lingkungan. Lingkungan

yang lestari diharapkan dapat menopang kehidupan manusia. Dengan demikian, p

embangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan mampu meningkatkan

mutu hidup generasi masa sekarang dan masa depan.

Konsep pembangunan yang bertahan lama atau berkelanjutan pun diharap

kan dapat memfasilitasi persoalan lingkungan yang terjadi. Pembangunan berkela

njutan (sustainable development) merupakan paradigma pembangunan yang berka

itan langsung dengan keseimbangan alam atau lingkungan. Keraf menyebutkan ba

hwa paradigma pembangunan berkelanjutan diterima sebagai sebuah agenda politi

k pembangunan untuk semua negara di dunia. Sementara menurut Panayotou, hub

ungan antara ekonomi dan ekologi merupakan hal penting di dalam pembahasan p

embangunan berkelanjutan itu sendiri (Mira, 2018).

Tujuan pembangunan berkelanjutan yaitu seperti pembangunan ekonomi,

pembangunan social, dan perlindungan lingkungan seperti dibawah ini :

1. Keberlanjutan lingkungan, berupa keseimbangan fungsi ekosistem dalam

menopang sistem kehidupan alami yang menghidupi seluruh komponen lin

gkungan hidup manusia.


33

2. Keberlanjutan ekonomi, berupa proses ekonomi yang berjalan secara berla

njut (steady), dengan stabilitas ekonomi dan pertumbuhan produktivitas ya

ng memperkaya kualitas kehidupan manusia.

3. Keberlanjutan sosial perilaku, dengan melibatkan peran serta masyarakat

madani yang berdaya diri.

Tabel II.1 Bentuk Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan Ekonomi Sosial Ekologi

Ekonomi Kesejahteraan Dampak Dampak


masyarakat
Sosial Dampak Pekerjaan penuh Dampak
/kemiskinan nol
Ekologi Dampak Dampak Daya dukung/daya
tampung sistem pe
ndukung kehidupan
terpelihara

Sumber : Arif Zulkifli (Novia, 2021)

Menurut Gossling et al 2018 (dalam M.Permana, 2021 : 2) Pembangunan

berkelanjutan bertujuan untuk mencapai kemajuan social, keseimbangan

lingkungan dan pertumbuhan ekonomi. Definisi lain mengenai konsep

pembangunan berkelanjutan merupakan paradigma pembangunan serta konsep

yang menyerukan untuk meningkatkan standar hidup tanpa membahayakan

ekosistem bumi atau menyebabkan tantangan lingkungan seperti penggundulan

hutan dan pencemaran air dan udara yang dapat mengakibatkan masalah seperti

perubahan iklim dan kepunahan spesies.

6. Konsep Sanitasi
34

Menurut Rejeki (Novia 2021), Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan pen

yakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan. Dengan de

mikian, sanitasi merupakan usaha maupun tindakan dari seseorang terhadap lingk

ungan sekitarnya agar terkondisi bersih dan sehat. Lingkungan bersih dan sehat m

engindikasikan terbebas dari suatu penyakit. Sehingga penciptaan lingkungan ters

ebut harus dilakukan sedemikian rupa dengan maksud mencegah timbulnya bakter

i–bakteri penyebab penyakit yang dapat merugikan manusia. Secara konsep dasar,

sistem sanitasi yang sesuai tersebut bersifat komunal, terpadu dan terpusat, sehing

ga dalam sistem pengelolaannya sesuai apa yang diinginkan. Melalui IPAL, masy

arakat kota tidak perlu lagi membuang limbah cairnya secara sembarangan dengan

begitu tentunya masyarakat juga merasakan dampak positif dari hal tersebut sehin

gga bisa merasa kenyamanan. Berdasarkan pemaparan tersebut penerapan sanitasi

penting dilakukan sehingga berdampak baik pada kesehatan manusia.

Sementara itu, menurut Surono dkk (Novia, 2021), sanitasi dalam industri

makanan berarti membersihkan seluruh permukaan baik lantai, meja dan peralatan,

maupun pekerja yang bersentuhan dengan produk makanan melalui perlakuan ya

ng efektif dalam memusnahkan mikrobia yang membahayakan kesehatan masyara

kat, dan secara substansial mengurangi jumlah mikrobia yang tidak diinginkan lai

nnya, tapi tanpa mengganggu keamanan makanan bagi konsumen. Dengan demiki

an, sanitasi mencakup pula pada bidang pangan, usaha ini dilakukan pada semua b

enda yang terkontak langsung dengan makanan. Peralatan yang bersih akan terhin

dar dari bakteri-bakteri penyebab penyakit, lalat, maupun benda asing, begitu pula

dengan keadaan lantai dan meja. Selain itu, pekerja dalam hal ini sebagai penjama
35

h makanan turut berperan terkontaminasinya suatu makanan. Oleh karenanya, usa

ha sanitasi ini harus dilakukan secara efektif sehingga tidak ada mikrobia yang me

mbahayakan kesehatan, tetapi dengan tetap memperhatikan faktor keamanan pang

an yang dikonsumsi.

Sanitasi merupakan suatu usaha dalam kesehatan manusia yang menitik

beratkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang sangat

berpengaruh terhadap derajat kesehatan manusia itu sendiri. Secara konsep dasar,

sistem sanitasi yang sesuai tersebut bersifat komunal, terpadu dan terpusat,

sehingga dalam sistem pengelolaannya sesuai apa yang diinginkan. Melalui IPAL,

masyarakat kota tidak perlu lagi membuang limbah cairnya secara sembarangan

dengan begitu tentunya masyarakat juga merasakan dampak positit dari hal

tersebut sehingga bisa merasa kenyamanan (syamsud, 2020).

B. PENELITIAN TERDAHULU

Tabel II. 2 Penelitian Terdahulu tentang Implementasi Dampak Kebijakan

Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terhad

ap Masyarakat Kota Pekanbaru

No Nama peneliti Judul penelitian Perbedaan Persamaan


36

1. Azizatun Implementasi Instalasi Penelitian sebelumnya Mempunyai kesa


Nafi’ah 2015 Pengolahan Air Limbah memfokuskan pada pr maan dalam topik
(IPAL) Domestik oses deliberatif yang permasalahan IPA
Komunal Model Tata melibatkan L
Kelola Lingkungan banyak stakeholder da
Deliberatif Dalam Good lam implementasi IPA
Environmental L Domestik
Governance Di Kota Blitar Komunal di Kota Blita
r sedangkan peneliti in
i lebih berfokus pada
dampak kebijakan dari
pembangunan IPAL

2. Ervin Abd. Efektivitas pemanfaatan Penelitian sebelumnya Mempunyai kesa


Rahman dkk program bantuan instalasi menggunakan teori ef maan dalam topik
2018 pengolahan air limbah ektivitas sedangkan pe permasalahan IPA
komunal (IPAL komunal) nelitian ini mengguna L komunal
didesa Molingkapoto kan teori implementas
Selatan Kecamatan i kebijakan
Kwandang Kabupaten
Gorontalo Utara
3. Syamsud Dhuha Evaluasi Penerapan Penelitian sebelumnya Mempunyai kesa
2020 Program Instalasi dilakukan di Banda A maan dalam topik
Pengolahan Air Limbah ceh. Sedangkan peneli permasalahan yait
(IPAL) Komunal tian ini dilakukan di K u IPAL
Gampong Peunayong, ota Pekanbaru.
Banda Aceh.
4. Husni Arief Evaluasi Implementasi Penelitian sebelumnya Penelitian terdahu
Lutfiansyah Program IPAL (Instalasi menggunakan teori ev lu dan penelitian i
2012 Pengolahan Air Limbah) aluasi sedangkan pene ni mempunyai pe
di Kawasan Industri litian ini menggunaka mbahasan yang sa
Kampung Batik Laweyan n teori implemntasi ke ma yaitu tentang I
Surakarta bijakan PAL dan juga sa
ma dalam metode
penelitian yaitu K
ualitatif
5. Lukman Karyad Partisipasi Masyarakat Dal penelitian sebelumnya Penelitian terdahu
i/2010 am Program Instalasi Peng menggunakan metode lu dan penelitian i
olahan Air Limbah (IPAL) Kuantitatif sedangkan ni sama-sama me
Komunal di RT 30 RW 07 penelitian ini menggu mbahas partisipas
Kelurahan Warungboto, K nakan metode kualitati i masyarakat tenta
ecamatan Umbulharjo, Kot f ng program IPAL
a Yogyakarta
Sumber : Modifikasi Penulis, 2022
37

Pada penjelasan diatas mempunyai kesamaan atau perbedaan. Kesamaan y

ang ada dengan penelitian ini yaitu adanya kesamaan dalam tema Instalasi Pengol

ahan Air Limbah (IPAL). Dalam beberapa penelitian diatas ada kesamaan menera

pkan metode penelitian deskriptif kualitatif. Perbedaan penelitian ini menjelaskan

fokus yang berbeda.

C. KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka pikiran bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih rinci t

erkait variabel penelitian beserta indikator-indikator yang ada di dalam variabel pe

nelitian. Kerangka pkiran pada penelitian ini dapat dilihat pada bagan dibawah ini,

yaitu :

Gambar II. 1 Kerangka Pemikiran Implementasi Dampak Kebijakan Pemb

angunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terhadap

Masyarakat Kota Pekanbaru

Implementasi Dampak Kebijakan Pembangunan Instalansi Pengolahan Air


Limbah (IPAL) Terhadap Masyarakat Kota Pekanbaru

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor


04/PKT/M/2017 Tentang Penyelenggaraan Pengolahan Air Limbah

Teori Model Implementasi Kebijakan Merille S. Grindle :


1. Isi Kebijakan (contect of policy).
2. Lingkungan Kebijakan (contact of policy)
38

Hasil Kebijakan : Mengetahui Implementasi dampak


Kebijakan Pembangunan Instalansi
a. Dampak pada masyarakat, individu Pengolahan Air Limbah (IPAL)
dan kelompok Terhadap Masyarakat Kota
b. Perubahan dan penerimaan oleh Pekanbaru.
masyarakat
Sumber : Modifikasi Penulis, 2022

D. KONSEP OPERASIONAL

Operasional adalah dimensi penelitian yang menyediakan data bagi peneli

ti untuk mengetahui bagaimana metode dalam mengukur atau menilai variabel. M

engenai dalam benar dan salah dari suatu hal atau saat obeservasi dilakukan diman

a terdapat kegundahan dan kebingungan, maka dikemukakan konsep sebagai berik

ut :

1) Pemerintahan adalah sebuah disiplin ilmu yang mandiri, bahkan juga seni

(seni memerintah) dan moral (moral pejabat).

2) Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana

yang sudah disusun yang dilakukan untuk mewujudkan program hingga m

emperlihatkan hasilnya.

3) Kebijakan publik adalah tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam sua

tu kondisi sebagai salah satu tindakan pemerintah untuk menindak lanjuti

permasalahan publik yang mungkin akan terjadi atau sudah terjadi.

4) Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) adalah sarana untu

k mengolah limbah yang berbentuk cair misalnya limbah dari WC, dari air

cuci ataupun dari kamar mandi. Yang akrab bagi  masyarakat adalah IPAL
39

untuk limbah WC lebih dikenal dengan sebutan septik tank. IPAL bisa dib

angun secara pribadi atau digunakan untuk satu keluarga/bangunan dan di

operasikan sendiri. Bisa juga satu IPAL digunakan bersama-sama atau ko

munal. Komponen IPAL Komunal terdiri dari unit pengolah limbah, jaring

an perpipaan (bak kontrol & lubang perawatan) dan sambungan rumah tan

gga.  Unit pengolah limbah ada yang terletak jauh dari lokasi warga pengg

una IPAL Komunal ada juga yang berlokasi di lokasi pemukiman warga.

5) Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutu

han masa kini tanpa harus mengurangi kemampuannya untuk memenuhi k

ebutuhan dari generasi yang akan datang. Tidak hanya berfokus pada peme

nuhan kebutuhan saat ini, serta tanpa mengurangi, mengorbankan, dan me

nghancurkan keadaan lingkungan. Hal tersebut dilakukan agar generasi di

masa mendatang masih mendapat lingkungan yang layak untuk ditinggali.

6) Sanitasi adalah tindakan seseorang terhadap lingkungan sekitar dengan me

mbudayakan hidup bersih untuk mencegah timbulnya penyakit karena pen

garuh lingkungan yang tidak sehat.

E. OPERASIONAL VARIABEL

Tabel II. 3 Operasional Variabel Implementasi Dampak Kebijakan Pemban

gunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terhadap Masy

arakat Kota Pekanbaru

Konsep Variabel Indikator Sub Indikator


1. 2. 3. 4.
40

Menurut Grindle Implementasi Da Isi kebijakan (Cont a. Kepentingan kepentinga


(dalam Leo mpak Kebijakan ent of policy) n yang mempengaruhi
Agustino 2016) Ke Pembangunan Ins b. Tipe manfaat
berhasilan suatu im talasi Pengolahan c. Derajat perubahan yang
plementasi kebijak Air Limbah (IPA ingin dicapai
an publik dapat diu L) teerhadap d. Letak pengambilan kepu
kur dari proses pen masyarakat di Kot tusan
capaian outcomes a Pekanbaru e. Pelaksana program
(yaitu tercapai atau f. Sumber daya yang digun
tidaknya tujuan yan akan
g ingin diraih). Hal
ini dapat dilihat dar
i dua hal yaitu dilih Lingkungan kebija a. Kekuasaan kepentingan-
at dari prosesnya d kan (Context of pol kepentingan dan strategi
an apakah tujuan k icy) dari aktor yang terlibat
ebijakan tercapai. b. Karakteristik lembaga d
an rezim yang berkuasa
c. Tingkat kepatuhan dan r
esponsivitas kelompok s
asaran
Sumber : Modifikasi Penulis 2022, berdasarkan Teori Merilee S. Grindle
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitati

f, dikarenakan permasalahan yang diambil adalah fenomena sosial yang bersifat d

eskriptif. Metode Kualitatif adalah metode-metode penelitian untuk

mengeksplorasi dan memahami makna yang-oleh sejumlah individu atau

sekelompok orang dianggap berasal dari masalah social atau kemanusiaan. Proses

penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan

pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik

dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang

khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data (Creswell, 2016).

Pendekatan deskriptif yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau

subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, serta menjelaskan tentang variable

yang diteliti.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Pekanbaru

Alasan peneliti memilih lokasi penelitian dikarenakan untuk mengetahui tentang

Impemeentasi Dampak Pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)

Terhadap Masyrakat Di Kota Pekanbaru.


42

C. Informan Penelitian

Adapun informan dalam penelitian ini akan diambil dari pemerintah Kota

Pekanbaru, dengan key informan ialah Kepala Unit pelaksana Teknis Instalasi

Pengolahan Air Limbah Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota

Pekanbaru dikarenakan terkait pembangunan di Kota Pekanbaru merupakan

program dari pemerintah pusat yaitu Menteri Pekerjaan Umum Republik

Indonesia yang ditawarkan kepada beberapa daerah di Indonesia dan Kota

Pekanbaru terpilih sebagai salah satunya, maka setelah Dinas Pekerjaan umum

dan Penataan Ruang Kota Pekanbaru menyetujui untuk membangun IPAL

tersebut, maka dimintalah persetujuan dari Walikota Pekanbaru, oleh karena itu

serta masyarakat yang ada disekitar pengadaan program tersebut beberapa

diantaranya adalah :

No Jabatan Jenis
1. Kepala Unit Pelaksana Teknis Instalasi Key Informan
Pengolahan Air Limbah (UPT IPAL) Di
nas PUPR Kota Pekanbaru
2. Kepala Bidang Cipta Karya & Bina Informan
Marga Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kota Pekanbaru
(PUPR)
3. Masyarakat yang bertempat tinggal di Informan
daerah pembangunan dan masyarakat
pengguna ruas jalan.

D. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu sebagai berikut:

1. Data primer

Data primer adalah sumber data yang di dapatkan melalui kegiatan wawan
43

cara dengan pengamatan langsung dilapangan atau dengan subjek penelitia

n dan dengan observasi, yang menggunakan sumber informasi utama guna

memperoleh jawaban dari permasalahan yang ada.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang telah diperoleh dari

sumber yang sudah ada, melalui proses studi kepustakaan, peraturan

perundang-undangan, referensi-referensi, buku, jurnal, Koran, situs

internet yang berkaitan dengan pembahasan peneliti, dan laporan-laporan

atau dokumen-dokumen yang diperoleh dari lokasi penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling bagus dan strat

egis dalam sebuah penelitian, untuk memperole langkah tersebut, peneliti menggu

nakan metode-metode sebagai berikut:

1. Wawancara

Peneliti dapat melakukan face-to-face interview (wawancara berhadap-

hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau

terlibat dalam focus group interview (wawancara dalam kelompok

tertentu) yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan per kelompok.

Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-

pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat

terbuka (open-ended) yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan

opini dari para partisipan.


44

2. Teknik observasi

Ketika peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan

aktivitas individu-individu di lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini,

peneliti merekam/mencatat baik dengan cara terstruktur maupun

semistruktur (misalnya, dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang

memang ingin diketahui oleh peneliti) aktivitas-aktivitas di lokasi

penelitian. Pada umumnya observasi ini bersifat open-ended dimana

peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan umum kepada partisipan yang

memungkinkan partisipan bebas memberikan pandangan-pandanagn

mereka. Tenik ini dilakukan peneliti dengan cara melakukan pengamatan d

an pencatatan yang sistematis terhadap masalah-masalah yang terkait deng

an Implementasi dapak kebijakan pembangunan instalasi pengolahan air

limbah (IPAL) terhadap masyarakat kota pekanbaru.

3. Dokumentasi

Audio Dokumen ini bisa berupa dokumen publik (misalnya, Koran,

makalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat (misalnya buku harian,

diari, surat, e-mail) yang berhubugan dengan topik penelitian ini.

4. Audio dan visual

Data ini bisa berupa foto, objek seni, videotape, atau segala jenis

suara/bunyi. Masukkan juga prosedur pengumpulan data kreatif yang

masuk ke dalam kategori etnografi visual dan juga mencakup kisah hidup,

naratif visual metafora, dan arsip digital.


45

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara. Catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjpola, memilih nama yang pe

nting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipaha

mi. Penelitian ini menggunakan analisis data yaitu dengan cara melakukan pendek

atan Kualitatif, untuk menuntaskan masalah-masalah agar dapat dipahami dan dim

engerti. Data yang diolah menggunakan analisis secara deskriptif yaitu dengan me

nggambarkan dan memaparkan data yang berdasarkan kenyataan dilapangan tenta

ng Implementasi dampak kebijakan pembangunan Instalasi pengolahan air limbah

(IPAL) terhadap masyarakat di Kota Pekanbaru.

G. Jadwal Waktu Kegiatan Penelitian

Tabel III.4 Jadwal Penelitian Tentang Implementasi Dampak Kebijakan

Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

terhadap Masyarakat di Kota Pekanbaru.

Bulan, Minggu dan Tahun Ke

Jenis Desember
No Maret April Mei Juni
Kegiatan – Februari
2022 2022 2022 2022
2022
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan
UP
2. Seminar UP

3. Revisi UP
46

4. Penyusunan
Daftar
Wawancara

5. Survei
Lapangan
6. Analisis
Data
7. Penyusunan
Laporan
Hasil
Penelitian
8. Konsultasi
Revisi
Skripsi
9. Ujian
Skripsi
10. Revisi dan
Pengesahan
Skripsi

11. Pengadaan
dan
Penyerahan
Skripsi
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Agus, Subianto, Kebijakan Publik. Tinjauan Perencanaan, Implementasi dan

Evaluasi, 2020.

Cresswell, John w. (2016). Research Design. Pendekatan Metode Kualitatif, dan

Campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat. (2016). Sistem Pengelolaan Air LImbah Domestik Terpusat Skala

Permukiman.

Haudi, S. P., Hadion Wijoyo, S. E., SH, S., & MH, M. (2021). Pengantar Ilmu Pe

merintahan. Insan Cendekia Mandiri.

Inu Kencana Syafiie, Pengantar iImu Pemerintahan. Bndung: Refika Aditama,

2017.

Ndraha, Taliziduhu. (2015). Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru). Jakarta

Rineka Cipta.

Permana, Meiki. (2021). Degradasi Lingkungan:Pendekatan Kajian Pembangunan

yang Berkelanjutan. Nas Media Pustaka

Syahruddin. Implementasi Kebijakan Publik:Konsep, Teori dan Studi Kasus. 2019

Nusa Media, hlm 159

Subianto, Agus. "Kebijakan Publik: Tinjauan Perencanaan, Implementasi dan Eva

luasi." (2020).

45
48

H. Jurnal

Dhuha, S. (2020). Evaluasi Penerapan Program Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL) Komunal Gampong Peunayong, Banda Aceh.

Desrinelti, D., Afifah, M., & Gistituati, N. (2021). Kebijakan publik: konsep

pelaksanaan. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 6 (1), 83-88.

Junna, I., Karnaen, Z., & Rusdi, A. (2018). Analisis Kontruksi Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal Untuk Daerah Padat Penduduk

di Kelurahan Brang Bara Kecamatan Sumbawa Sumbawa Besar.

Karyadi, L. (2010). Partisipasi Masyarakat Dalam Program Instalasi Pengolahan

Air Limbah (IPAL) Komunal Di RT 30 RW 07 Kelurahan Warungboto, K

ecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta,

Yogyakarta.

Lutfiansyah, h. a. (2012). Evaluasi Implementasi Program IPAL (instalasi

pengolahan air limbah) di Kawasan Industri Kampung Batik Laweyan

Surakarta. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Nafi'ah, a. (2015). Implementasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Domestik Komunal Model Tata Kelola Lingkungan Deliberatif Dalam

Good Environmental Governance di Kota Blitar. fFsip Universitas

Airlangga.
49

Pudjowati, U. R., & Zenurianto, M. (2019). Perencanaan InstalasiI Pengolahan air

Limbah (IPAL) Komunal Cluster Riverplace Perumahan Tirtasani

Kabupaten Malang. PROKONS: Jurusan Teknik Sipil, 13(2), 145-153.

Pangaribuan, Novia. P.(2021). Dampak Pembangunan Instalasi Air Limbah

(IPAL) di Kota Pekanbaru. Jurnal FISIP, Administrasi Publik.

Rahman, Ervin Abd, and Tety Thalib. "Efektivitas Pemanfaatan Program Bantuan

Instalasi Pengolahan Air Limbah Komunal (Ipal Komunal) di Desa Moling

kapoto Selatan Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara." Publi

k: Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, Administrasi dan Pelayanan

Publik 5.2 (2018): 122-128.

Rosana, Mira. (2018). Kebijakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan li

ngkungan di Indonesia. Kelola: Jurnal Sosial Politik, 1(1), 148-163

Saputri, Shella. F. (2018). Implementasi Kebijakan Pembangunan IPAL Komunal

di Kampung Sanan, Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota

Malang (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).

B. Peraturan Perundang-Undangan
50

Undang-Undang No.23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Keputusan Menter Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu

Air Limbah Domestik

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008 Tentang Kebijakan

dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik

Permukiman

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia

Nomor 04/PRT/M/2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengolahan Air Limbah

Domestik.

D. Web Site

Firdausi, A. (2022, januari). Ujung Sumatera Upil dan IPAL di Kota Bertuah. Ret

rieved from riau antara news.

Satria, B. (2021, september). Ciptakan Sanitasi Masyarakat yang Bersih, Begini

Progres Pembangunan Jaringan IPAL Pekanbaru. Retrieved from hallo riau.

LAMPIRAN 1
51

Peraturan Wali Kota Pekanbaru nomor 289 pasal 5 tahun 2017 tentang tugas daan

tata fungsi serta tata kerja Kepala unit pelaksana teknis pengelolaan air limbah

pada dinas pekerjaan umum dan penataan ruang Kota Pekanbaru :

1. Kepala Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Air Limbah mempunyai tugas

membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan urusan dibidang pekerjaan

umum dan penataan ruang sub urusan air limbah.

2. Kepala UPT pengelolaan air limbah dalam melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menyelenggarakan fungsi :

a. Perencanaan kegiatan unit pelaksana teknis berdasarkan rencana

operasional di lingkungan UPT pengelolaan air limbah Kota

Pekanbaru.

b. Penyusunan rencana kerja dan rencana pengembangan pengelolaan air

limbah.

c. Pelaksanaan program kerja teknis pada UPT pengelolaan air limbah.

d. Ketertiban dan kelancaran pelaksanaan tugas UPT pengelolaan air

limbah.

e. Pelaksanaan sosialisasi, pelayanan, pengawasan, pengendalian dan

evaluasi pelaksanaan tugas.

f. Pelaksanaan dan pertanggungjawaban terhadap tugas teknis lapangan.

g. Pengkoordinasian mekanisme pungutan retribusi layanan instalasi

pengolahan air limbah.


52

h. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di lingkungan instalasi

pengolahan air limbah agar tercipta lingkungan yang bersih, sehat dan

aman.

i. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Direktorat Jenderal Cipta Karya mempunyai tugas menyelenggarakan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan sistem

penyediaan air minum, pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan drainase

lingkungan, dan pengelolaan persampahan, penataan bangunan gedung,

pengembangan kawasan permukiman, dan pengembangan sarana prasarana

strategis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Direktorat Jenderal Cipta Karya menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan sistem penyediaan air

minum, pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan drainase

lingkungan, dan pengelolaan persampahan, penataan bangunan gedung,

pengembangan kawasan permukiman, dan pengembangan sarana

prasarana strategis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

b. pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan sistem penyediaan air

minum, pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan drainase

lingkungan, dan pengelolaan persampahan, penataan bangunan gedung,

pengembangan kawasan permukiman, dan pengembangan sarana


53

prasarana strategis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

penyelenggaraan sistem penyediaan air minum, pengelolaan air limbah

domestik, pengelolaan drainase lingkungan, dan pengelolaan

persampahan, penataan bangunan gedung, pengembangan kawasan

permukiman, dan pengembangan sarana prasarana strategis sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyelenggaraan

sistem penyediaan air minum, pengelolaan air limbah domestik,

pengelolaan drainase lingkungan, dan pengelolaan persampahan, penataan

bangunan gedung, pengembangan kawasan permukiman, dan

pengembangan sarana prasarana strategis sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyelenggaraan sistem

penyediaan air minum, pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan

drainase lingkungan, dan pengelolaan persampahan, penataan bangunan

gedung, pengembangan kawasan permukiman, dan pengembangan sarana

prasarana strategis;

f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan

g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.


54

Kepala Bidang Bina Marga mempunyai tugas melakukan koordinasi, fasilitasi dan

evaluasi tugas pada Seksi Perencanaan dan Pengendalian Jalan dan Jembatan,

Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan, Seksi Preservasi Jalan dan Jembatan.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas Kepala Bidan

menyelenggarakan fungsi:

1. Penyusunan program kerja dan rencana operasional pada Bidang Bina

Marga

2. Penyusunan perencanaan, pemrograman, pelaksanaan pembangunan dan

preservasi jalan dan jembatan, pengamanan pemanfaatan bagian-bagian

jalan dan penerangan jalan umum, pengendalian mutu hasil

pelaksanaanpekerjaan,serta penyediaan dan pengujian bahan dan Peralatan

3. Penyelenggaraan pelaksanaan koordinasi, fasilitasi dan memeriksa hasil

pelaksanaan tugas di lingkungan Bidang Bina Marga

4. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

sesuai dengan tugas Bidang Bina Marga

5. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan sesuai tugas dan

fungsinya.

LAMPIRAN 2
55

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008 tentang kebijakan

dan strategi nasional pengembangan system pengolahan air limbah domestik

permukiman

MENTERI PEKERJAAN UMUM


REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 16/PRT/M/2008

TENTANG
KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGEMBANGAN SISTEM
PENGELOLAAN AIR LIMBAH PERMUKIMAN (KSNP-SPALP)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PEKERJAAN UMUM,

Menimbang :

a) bahwa dalam rangka penyehatan lingkungan permukiman yang

berkelanjutan, dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia

sehingga masyarakat dapat menjadi lebih produktif perlu dilakukan

pengembangan system pengolahan air limbah permukiman yang ramah

lingkungan
56

b) bahwa upaya mewujudkan situasi dan kondisi permukiman sehat yang

diinginkan dan memenuhi target Milenium Development Goals (MDGs)

yang di sepakati dalam KTT Milenium PBB bulan September 2000,

diperlukan rencana, program dan pelaksanaan kegiatan yang terpadu,

efisien, dan efektif, diperlukan kebijakan dan strategi Nasional

engembangan system pengelolaan air limbah permmukiman

c) bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan

huruf b, perlu menetapkan peraturan menteri pekerjaan umum tentang

kebijakan dan strategi nassional pengembangan system pengelolaan air

limbah permukiman (KSNP-SPALP).


57

Pasal yang membahas mengenai kebijakan pengadaan IPAL

MENTERI PEKERJAAN UMUM

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04/PRT/M/2017

TENTANG

PENYELENGGARAAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH

DOMESTIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN

PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA


58

Menimbang :

Bahwa dalam rangka melaksanakn ketentuan pasal 34 ayat (2) peraturan

pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang system penyediaan air minum, perlu

menetapkan peraturan menteri pekerjaan umum dan perumahan rakyat tentang

penyelenggaraan system pengelolaan air limbah domestic;

Mengingat :

1. peraturan ppemerintah nomor 122 tahun 2015 tentang system penyediaan

air minum (lembaran Megara repu blik Indonesia tahun 205 nomor 345,

tambahan lembaran Negara republic Indonesia nomor 5802).

2. Peraturan presiden nomor 15 tahun 2015 tentang kementerian pekerjaan

umum dan perumahan rakyat (berita Negara republik Indonesia tahun

2015 nomor 16).


59

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA
PEKANBARU

Kepala Dinas

Kelompok Jabatan Fungsional Sekretaris

Kabid Sumber Daya Air Kabid Bina Marga Kepala Bidang Cipta
Karya Kasumbag Umum Kasumbag Keuangan Kasumbag
Program
Kasi Perencanaan SDA Kasi Perencanaan Kasi Perencanaan
Bina Cipta Karya
Kabid Jasa Kasid Tata Ruang Kabid Pertamanan
Kasi Pelaksanaan SDA Kasi Pembangunan Kasi Perencanaan
Konstruksi
Jalan dan Jembantan Pengembangan
Spam dan PIp Kasi Perencanaan Kasi Pertamanan
Kasi Operasi dan Kasi Presevasi Jalan Kasi Pengaturan Tata Ruang & Ornamen
Pemel SDA dan Jembatan Kasi Penataan Jasa Kontruksi
Bangunan Kasi Pemanfaatan
Kasi Pemberdayaan Kasi Pembibitan
Ruang & Penghijauan
Jasa Kontruksi
Kasi Pengendalian
Kasi Pengawasan Pemanfaatan Kasi
Jasa Kontruksi Ruang Pemeliharaan
Uptd Ipal & Iplt Pertamanan

Upt Labotarium Upt Alat Berat


Kepala Upt
Sumbag Tata
Usaha
Kelompok Jabatan
Fungsional/Pelaksana

Anda mungkin juga menyukai