Anda di halaman 1dari 108

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

EFEKTIVITAS PROGRAM PENDAMPINGAN DALAM


PENGEMBANGAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)
DI KABUPATEN KOLAKA TIMUR

(Studi Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kab.KolakaTimur)

SKRIPSI

OLEH :

RIZKY SULASTRI
16100822

KOLAKA
2021
ABSTRAK

Rizky Sulastri 16100822. Program Studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu


Sosial Dan Ilmu Politik. Efektivitas Program Pendampingan Dalam
Pengembangan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Kolaka Timur. Pembimbing I :
Nursamsir Dan Pembimbing II : Puji Prio Utomo.

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui efektivitas program pendampingan


dalam pengembangan usaha kecil menengah kabupaten kolaka timur.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik


deskriptif kualitatif. Lokasi dalam penelitian ini adalah pada kantor Dinas
Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kab. Kolaka Timur. Informan dalam penelitian
ini terdiri dari Sekretaris Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja, Kabid
Penempatan Pelatihan Tenaga Kerja & Perluasan Kesempatan Kerja, dan
Masyarakat Pelaku Usaha. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan
data sekunder dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara,
dokumentasi, dokumen-dokumen, buku literature serta penelitian terdahulu.
Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis data miles dan
hubermen yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.

Hasil penelitian terhadap 11 informan bahwa mengenai efektivitas program


pendampingan dalam pengembangan usaha kecil,menengah kabupaten Kolaka
Timur, pelaksaan pendampingan belum optimal karena masih terdapat sebagian
kecil pelaku usaha yang mengalami kegagalan atau tutup usaha dikarenakan
belum optimalnya pendampingan yang diberikan terhadap pelaku usaha.

Kata kunci : Efektivitas, Pendampingan, Pengembangan, UKM.


KATA PENGANTAR

‫اﻟﺮ ِﺣﯿﻢ‬
‫اﻟﺮ ْﺣ َﻤ ِﻦ ﱠ‬
‫ﺴ ِﻢ ﱠ ِ ﱠ‬
ْ ‫ِﺑ‬
Syukur alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat
dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan
judul : Efektivitas Program Pendampingan Dalam Pengembangan Usaha Kecil
Menengah Kabupaten Kolaka Timur. Karya Ilmiah ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Publik (S.AP) di Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sembilanbelas November Kolaka.
Penulis menyadari baha dalam penyusunan karya ilmiah ini masih banyak
mengalami keterbatasan dan hambatan namun berkat bantuan dari berbagai pihak
keterbatasan dan hambatan ini dapat diatasi.
Sehubungan dengan ini penulis melalui kesempatan ini mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Kedua Orang Tua saya yang Tercinta
yaitu Bapak Anton dan Ibu Berliani dan juga kepada saudara saya Bella
Frizka, Boby Bachtiar, S.KM yang telah banyak memberikan dukungan dan
semangat pantang menyerah kepada penulis sehingga penyusunan karya ilmiah ini
dapat selesai sebagaimana mestinya, semoga Allah SWT memberikan ganjaran
pahalanya atas doa-doa mereka. Untuk Bapak Nursamsir. SE., M.Si Selaku
pembimbing I dan Bapak Puji Prio Utomo, S.Sos, M.P.A selaku pembimbing II
yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan
arahan sehingga penulis karya ilmiah ini dapat selesai. Selanjutnya ucapan
terimakasih penulis sampaikan khususnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. Azhari, S.STP.,M.Si Selaku Rektor Universitas Sembilanbelas
November Kolaka.
2. Bapak Nursamsir, SE.,Msi, selaku Dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sembilanbelas November Kolaka.
3. Bapak Dr. Abdul Sabarruddin, M.Si, selaku Wakil dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sembilanbelas November Kolaka.
4. Ibu Isra Djabbar, S.Sos.,M.Si selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sembilanbelas November Kolaka.
5. Ucapan terimahkasih kepada Bapak Arafat, S.pdi.,M.Si, selaku pelaksana
Ketua Program Studi Administrasi Publik.
6. Bapak dan ibu dosen serta staf administrasi FISIP yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu yang telah memberikan bimbingan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan studi dengan baik.
7. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Daerah
Khususnya pada pemerintah Kabupaten Kolaka Timur dan juga pemerintah
Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten Kolaka Timur yang telah
memberikan izin penelitian dan memberikan arahan kepada penulis selama
proses pengambilan data berlangsung.
8. Rekan-rekan Mahasiswa Administrasi Publik yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu namanya yang telah memberikan dorongan dan motivasi kepada
penulis.
9. Khusus teman-teman saya Rika Astuti, Kasnidar, Nurhayati, Putu Sunarti,
Nurul Atika, Nirmayana, Reski Helmiati, dan teman-teman kelas saya A3
Angkatan 2016 Yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini semoga persahabatan ini akan berlangsung
selamanya.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmatnya kepada kita semua dan


semoga karya ilmiah ini ada manfaatnya bagi para pembaca sekalian. Amin.

Kolaka, 2021

Rizky Sulastri
Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i


ABSTRAK ..................................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah......................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
2.1. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik.............................................. 7
2.2. Konsep Efektivitas ........................................................................ 7
2.2.1 Pengertian Efektivitas ........................................................... 7
2.2.2 Pengukuran Efektivitas ......................................................... 14
2.3. Pendampingan ............................................................................... 25
2.4.1 Pengertian Pendampingan ..................................................... 26
2.4.2 Tujuan Pendampingan ........................................................... 26
2.4.3 Model Pendampingan............................................................ 27
2.4.4 Peran Pendamping................................................................. 29
2.4.5 Indikator Pendamping ........................................................... 31
2.4. Pengembangan Usaha ................................................................... 32
2.5.1 PengertianPengembangan Usaha .......................................... 32
2.5.2 Faktor Internal Dan EksternalDalamPengembangan UKM...33
2.5. Usaha Kecil Menengah(UKM) ..................................................... 33
2.6. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 35
2.7. Kerangka Pikir .............................................................................. 39
BAB III METODE PENELITIAAN ...............................................................
3.1. Jenis Penelitian ............................................................................. 40
3.2. Lokasi Penelitian ........................................................................... 40
3.3. Informan Penelitian ...................................................................... 41
3.4. Jenis Dan Sumber Data ................................................................. 42
3.5. Teknik Pengumpualan Data .......................................................... 42
3.6. Teknik Analisis Data ..................................................................... 44
3.7. Keabsahan Data............................................................................. 45
3.8. Fokus Penelitian ............................................................................ 48
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ..............................................
4.1 Gambaran Umum Instansi .............................................................. 50
4.1.1 Sejarah Singkat Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja ......... 50
4.1.2 Visi, Misi Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja ................... 51
4.1.3 Struktur Organisasi Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja .... 52
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................
5.1 Karakteristik Informan .................................................................... 62
5.1.1 Umur Informan ..................................................................... 62
5.1.2 Tingkat Pendidikan Informan ............................................... 62
5.2 Hasil Penelitian ............................................................................... 63
5.2.1 Keberhasilan Program........................................................... 63
5.2.2 Keberhasilan Sasaran ............................................................ 64
5.2.3 Kepuasan Terhadap Program ................................................ 67
5.2.4 Tingkat Input Dan Output ..................................................... 69
5.2.5 Tujuan Pencapaian Menyeluruh ........................................... 71
5.3 Pembahasan..................................................................................... 72
5.3.1 Keberhasilan Program........................................................... 74
5.3.2 Keberhasilan Sasaran ............................................................ 76
5.3.3 Kepuasan Terhadap Program ................................................ 77
5.3.4 Tingkat Input Dan Output ..................................................... 77
5.3.5 Tujuan Pencapaian Menyeluruh ........................................... 78

BAB VI PENUTUP ...........................................................................................


6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 80
6.2 Saran ............................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah salah satu sektor ekonomi yang

sangat konstribusi terhadap perekonomian Indonesia. UKM mempunyai peran

yang stratgis dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini terlihat dari

konstribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang meningkat

setiap tahunnya. Dalam skris ekonomi yang terjadi di Indonesia sejak beberapa

waktu yang lalu, dimana banyak usaha yang berskala besar mengalami stagnasi

bahkan berhenti aktifitasnya, sektor UKM terbukti lebih tanggung dalam

menghadapi krisis tersebut (Hafsah, 2004), Pada negara yang mempunyai

pendapatan dalam tingkat sedang, UKM menunjukan sekitar 55 persen dari

lapangan pekerjaan dan hampir sekitar 40 persen Gross Domestik Produk (GDP).

Tetapi UKM menjadi hal lebih penting dalam suatu lingkungan dalam negara

yang mempunyai tingkat pendapatan tinggi. UKM pun mencapai tingkat 65

persen dalam menghasilkan lapangan pekerjaan dan menunjukkan 50 persen

dalam Gross Domestik Produk (GDP) negara tersebut.

UKM memainkan peran yang semakin penting dalam perekonomian

Selain itu, UKM juga memainkan peran sangat penting dalam menstabilkan

masyarakat dan juga merupakan sumber signifikan pertumbuhan dan lapangan

kerja di negara (Lowe, Julian dan Lynch, 2010).


Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Tenaga Kerja pada

tahuan 2013 jumlah angkatan kerja Indonesia sebanyak 133,56 juta orang. Angka

ini terdiri dari 126,41 juta pekerja dan 7,05 juta pengangguran. Namun dari total

pekerja Indonesia, masih terdapat penduduk yang menjadi stengah pengangguran.

Jumlah setengah pengangguran di Indonesia sebanyak 8,14 juta orang

(Kementerian Tenaga Kerja RI).

Kabupaten Kolaka Timur memiliki Jumlah Usaha, Kecil dan Menengah

yang tercatat sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Dinas Transmigrasi Dan

Tenaga Kerja kabupaten kolaka timur pada tahun 2017 berjumlah 300juta dan

disalurkan dalam bentuk peralatan usaha kepada 30 kelompok usaha. Mulai dari

mesin jahit, perbengkelan, pertukangan kayu, las karbit, pengelolan tahu-tempe,

pembuatan kue, keripik dan gula merah. Namun sangat disayangkan bahwa

pengembangan Usaha, Kecil dan Menengah di Kabupaten Kolaka Timur masih

belum optimal karena dari jumlah Usaha, Kecil dan Menengah yang ada hanya

sebagian kecil yang telah mendapatkan pendampingan secara kompherensif.

Usaha, Kecil dan Menengah di Kabupaten Kolaka Timur membutuhkan

kerja keras untuk menuangkan kreatifitas produknya agar mampu bersaing di

dunia usaha. Namun jika melihat kondisi di lapangan banyak diantaranya yang

tidak mampu bersaing dan tidak berkembang atau bahkan gulung tikar.
Berdasarkan hasil wawancara (September, 2019) dengan beberapa UKM

bahwa kesulitan yang dihadapi UKM adalah pendapatan UKM yang tidak

menentu atau cenderung tidak ada peningkatan, hal ini juga dipengaruhi oleh

kebiasaan UKM yang tidak dapat memisahkan keuangan pribadi dan keuangan

bisnis sehingga usaha yang di jalankan tidak berkembang akibat tidak adanya

investasi dari hasil pendapatan. UKM seringkali kekurangan modal usaha karena

keuntungan yang didapatkan dari penjualan terpakai untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari.UKM juga tidak melakukan pencatatan atau pembukuan usahanya

sehingga sulit melihat omzet maupun laba yang diperoleh.Selain itu, UKM belum

sepenuhnya konsisten dengan usahanya, mereka tidak berjualan secara rutin dan

pengelolaan bisnis masih sangat sederhana, itulah mengapa UKM perlu mendapat

program pendampingan.

Hal inilah yang harus terus diperhatikan dan dikembangkan khususnya

oleh pemerintah baik pusat maupun daerah berupa berbagai kebijakan yang

mendukung pengembangan Usaha, Kecil dan Menengah karena Usaha, Kecil dan

Menengah memiliki potensi dan peluangan untuk terus berkembang. Beberapa

potensi dan peluang tersebut adalah :

1. Usaha, Kecil dan Menengah merupakan mayoritas pelaku usaha di

Indonesia.

2. Masih besarnya pangsa pasar dalam negeri bagi pelaku Usaha, Kecil

dan Menengah.

3. Usaha, Kecil dan Menengah lebih banyak menggunakan bahan baku

lokal dengan dukungan sumber daya alam Indonesia


4. Komposisi modal sendiri lebih besar dari modal luar.

5. Kebutuhan pembiayaan tidak terlalu besar.

Beberapa kelemahan internal juga masih menjadi permasalahan mendasar yang

harus segera diselesaikan sehingga terbentuk Usaha, Kecil dan Menengah yang

proffesional Beberapa kelemahan tersebut adalah :

1. Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen.

2. Kelemahan struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh

jalur akses terhadap sumber-sumber permodalan.

3. Kelemahan memperoleh peluang (akses pasar) dan memeperbesar

pangsa pasar.

4. Keterbatasan pemanfaatan akses dan penguasaan teknologi terapan.

5. Rendahnya kualitas SDM yang meliputi aspek kompetensi,

keterampilan, etos kerja, karakter, kesadaran akan pentingnya

konsistensi mutu dan standarisasi mutu dan jasa, serta wawasan

kewirausahaan.

6. Keterbatasan penyediaan bahan baku mulai dari jumlah yang dapat

dibeli, standarisasi kualitas yang ada, maupun panjangnya rantai

distribusi bahan baku.

7. Efesiensi kerja rendah atau pengelolaan usaha berbiaya tinggi sehingga

kurang bisa diperhitungkan secara ekonomis. (UU RI No. 9 Tahun

1995)

Pemerintah sebagai salah satu stakeholder pengembangan Usaha, Kecil

dan Menengah seharusnya tidak hanya fokus pada sektor pembiayaan atau
permodalan sebagai salah satu komponen pengembangan Usaha, Kecil dan

Menengah, tetapi juga harus fokus pada berbagai sektor yang mendukung

pengembangan tersebut, sektor tersebut antara lain administrasi, produksi,

manajemen, pemasaran dan teknologi. Selain itu, pemerintah juga harus bersinergi

dengan pihak swasta dalam proses pendampingan dan pengembangan ini sehingga

sesuai dengan Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Undang-Undang No. 27 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan Belanja

Negara Tahun Anggaran 2015 Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2013 Tentang

Perluasan Kesempatan Kerja Mengingat begitu pentingnya pertumbuhan dan

perkembangan Usaha, Kecil dan Menengah, maka semua faktor yang dapat

mempengaruhinya harus terus diupayakan dan dibantu dengan serius dan

konsisten dari semua pihak. Baik itu pemerintah, para pelaku Usaha, Kecil dan

Menengah, lembaga keuangan, pemerintah maupun masyarakat itu sendiri.

Atas kondisi yang ada maka penulis tertarik melakukan sebuah penelitian

tentang “Efektivitas Program Pendampingan Dalam Pengembangan Usaha, Kecil

Dan Menengah di Kabupaten Kolaka Timur (Studi Dinas Transmigrasi dan

Tenaga Kerja Kabupaten Kolaka timur)’’

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Efektivitas Program Pendampingan

Dalam Pengembangan Usaha, Kecil Dan Menengah di Kabupaten Kolaka

Timur”?
1.3 Tujuan penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektivitas

Program Pendampingan Dalam Pengembangan Usaha, Kecil Dan Menengah

diKabupaten Kolaka Timur (Studi Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja

Kabupaten Kolaka Timur)

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah, dapat

menjadi bahan kajian dalam pengembangan ilmu Adm publik. Selain itu

penelitian ini diharapkan dapat menjadi reverensi bagi penelitian

selanjutnya yang membahas hal serupa berkaitan dengan program

pendampingan dalam pengembangan usaha kecil,dan menengah.

1.4.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini adalah, sebagai bahan

masukan dan kajian bagi pemerintah kab.kolaka timur dalam merumuskan

sebuah kebijakan yang berkaitan dengan program pendampingan dalam

pengembangan UKM.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Kebijakan Publik

2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik

Pada dasarnya, terdapat banyak definisi mengenai apa yang di maksud

dengan kebijakan (policy). Setiap definisi tersebut memberikan penekanan arti

yang berbeda-beda yang tentunya sesuai dengan pandangan setiap para ahli

dengan latar belakang masing-masingyang berbeda-beda pula dalam

mendefinisikannya.

Menurut Thomas Dye dalam Thoha (2008:107) bahwa “public policy is

whatever goverment chosee to do or not do”, kebijakan adalah apapun yang di

pilih oleh pemerintah untuk di lakukan ataupun untuk tidak dilakukan. Walaupun

batasan yang diberikan Dye dianggap agak tepat namun batasan ini tidak cukup

memberikan perbedaan yang jelas antara apa yang di putuskan oleh pemerintah

untuk di lakukan dan apa yang sebenarnya dilakukan oleh pemerintah.

Menurut Easton dalam Thoha (1993:59-60) kebijakan publik adalah

alokasi nilai yang otoritatif untuk seluruh masyarakat akan tetapi hanya

pemerintah lah yang dapat berbuat secara otoratif untuk seluruh masyarakat, dan

semuanya yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau untuk tidak

dikerjakan adalah hasil dari alokasi nilai-nilai tersebut.

Menurut James E Anderson dalam Subarsono (2006:2), mendefinisikan

kebijakan publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat
pemerintah. Walaupun disadari bahwa kebijakan publik dapat dipengaruhi oleh

para aktor dan faktor dari luar pemerintah.

Menurut Frederich dalam suharno (2013:4), kebijakan publik adalah suatu

tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok

atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya

hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai

tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

Berdasarkan pengertian kebijakan publik dari para ahli, peneliti

menyimpulkan pengertian kebijakan merupakan suatu tindakan-tindakan yang di

putuskan oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan secara otoritatif

untuk seluruh masyarakat guna mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan

atau mewujudkan sasaran yang di inginkan. Kebijakan publik yang di tetapkan

oleh pemerintah dapat pula di pengaruhi oleh para aktor dan faktor dari luar

pemerintah, namun tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai sosial di dalam

masyarakat karna setiap yang dilakukan pemerintah harus memiliki tujuan dan

mewujudkan sasaran yang tepat guna kepentingan masyarakat.

2.2 Konsep Efektivitas

2.2.1 Pengertian Efektivitas

Organisasi adalah merupakan kumpulan dari individu dan kelompok

sehingga keefektifan organisasi pada dasarnya adalah merupakan fungsi dari

keefektifan I divide dan kelompok. Secara lebih sederhana organisasi adalah

kesatuan susunan yang terdiri dari sekelompok orang yang mempunyai tujuan

yang sama, yang dapat dicapai secara bersama, dimana dalam melakukan tindakan
itu ada pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab bagi tiap-tiap personal

yang terlibat didalamnya untuk mencapai tujuan organisasi.

Organisasi biasanya berada dalam lingkungan yang bergolak dengan

sumber daya terbatas, lingkungan yang berubah-ubah sesuai dengan

perkembangan zaman, perubahan tersebut akan mempengaruhi efektivitas

organisasi,. Dalam lingkungan demikian organisasi harus tanggap dan pandai

mengantisipasi perubahan agar organisasi tersebut tetap dapat mempertahankan

keberadaanya (exist) dan dapat berfungsi (functional). Agar organisasi dapat

mempertahankan keberadaannya dan dapat berfungsi, maka organisasi itu

haruslah efektif.

Untuk menilai apakah organisasi itu efektif atau tidak, ada banyak

pendapat antara lain mengatakan bahwa suatu organisasi efektif atau tidak, secara

keseluruhan ditentukan oleh apakah tujuan organisasi itu tercapai dengan baik

atau sebaliknya. Teori yang paling sederhana ialah yang berpendapat bahwa

efektivitas organisasi sama dengan prestasi organisasi secara keseluruhan,

pandangan yang juga penting adalah teori yang menghubungkan tingkat kepuasan

para anggotanya. Menurut teori ini sesuatu organisasi dikatakan efektif bila para

anggotanya merasa puas. Akhir-akhir ini berkembang suatu teori atau pandangan

yang lebih komprehensif dan paling umum dipergunakan dalam membahas

persoalan efektivitas organisasi adalah criteria flexibility, productivity dan

satisfaction.

Dengan melihat organisasi sebagai system, usaha membahas efektivitas

organisasi secara lebih kompherensif menjadi lebih mungkin. Memang dalam


kenyataan sangatlah sulit melihat atau mempersamakan efektivitas organisasi

dengan tingkat keberhasilan dalam pencapaian tujuan. Hal ini disebabkan selain

karna selalu ada penyesuaian dalam target yang akan dicapai, juga dalam proses

pencapaiannya sering kali ada tekanan dari keadaan sekeliling. Kenyataan tersebut

selanjutnya menyebabkan bahwa jarang sekali target dapat tercapai secara

keseluruhan. Adam I. indrawijaya. (2000:227).

Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan. Dalam artian

efektivitas merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan

prosedur dari organisasi mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam pengertian

teoritis atau praktis, tidak ada persetujuan yang universal mengenai apa yang

dimaksud dengan “Efektivitas”. Bagaimana definisi efektivtas berkaitan dengan

pendekatan umum. Bila ditelusuri efektivitas berasal dari kata dasar efektif yang

artinya:

(1) Ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya, kesannya) seperti: manjur, mujarab,

mempan

(2) Penggunaan metode/cara, sarana/alat dalam melaksanakan aktivitas sehingga

berhasil guna (mencapai hasil yang optimal)

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (1993:250) Efektivitas diartikan sebagai

sesuatu yang ada efeknya (akibatnya,pengaruhnya), dapat membawa hasil,

berhasil guna (tindakan) serta dapat pula berarti mulai berlaku (tentang undang-

undang/peraturan). Menurut Gibson et. AL (1996:30) pengertian efektivitas

adalah penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok, dan

organisasi. Makin dekat prestasi mereka terhadap prestasi yang diharapkan


(standar), maka makin efektif dalam menilai mereka. Dari pengertian tersebut di

atas dari sudut pandang bidang prilaku keorganisasiaan maka dapat

didentifikasikan tiga tingkatan analisis yaitu: (1) individu, (2) kelompok, (3)

organisasi. Ketiga tingkatan analisis tersebut sejalan dengan ketiga tingkatan

tanggung jawab manajerial yaitu bahwa para manajer bertanggung jawab atas

efektivitas individu, kelompok dan organisasi.

Pencapaian hasil (efektivitas) yang di gunakan oleh suatu organisasi

menurut Jones (1993) terdiri dari tiga tahap, yakni input, conversion, dan output

atau masukan, perubahan dan hasil. Input meliputi semua sumber daya yang

dimiliki, informasi dan pengetahuan, bahan-bahan mentah serta modal. Dalam

tahap input, tingkat efesiensi sumber daya yang dimiliki sangat menentukan

kemampuan yang dimiliki.

Tahap conversion ditentukan oleh kemampuan organisasi untuk

memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, manajemen dan penggunaan teknologi

agar dapat berhasil nilai. Dalam tahap ini, tingkat keahlian SDM dan daya tanggap

organisasi terhadap perubahan lingkungan sangat menentukan tingkat

produktifitasnya. Sedangkan dalam tahap output, pelayanan yang diberikan

merupakan hasil dari penggunaan teknologi dan keahlian SDM. Organisasi yang

dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya secara efisien dapat

meningkatkan kemampuan pelayanan dengan memuaskan kebutuhan pelanggan.

Keunggulan kompetitif suatu organisasi menurut Jones, sangat tergantung

dari tingkat kompleksitas yang dimilikinya, yakni sejauh mana kemampuannya

untuk mencapai hasil atau value creation. Kemampuan tersebut meliputi


manufacturing (pada perusahaan). Kemampuan penelitian dan pengembangan

serta perancangan organisasi (organizational design). Apabila kemampuan

tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dan dikembangkan secara gradual,

maka organisasi itu dapat mengguli saingan-saingannya dan memberikan

pelayanan yang lebih baik. Keahlian yang dimiliki oleh SDM, penggunaan

teknologi yang semakin canggih serta kemampuan manajemen yang sangat

professional akan menentukan tingkat efektivitas organisasi. Berdasarkan

pendapat strees (1985:1), batu uji yang sebenarnya untuk manajemen yang baik

adalah kemampuan mengorganisasi dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia

dalam tugas untuk mencapai dan memelihara suatu tingkat operasi yang efektif.

Kata kunci pengertian ini adalah pada kata efektif karena akhirnya keberhasilan

kepemimpinan dan organisasi diukur deanngan konsep efektivitas itu.

Menurut Jones (1994), pemahaman para manajer mengenai efektivitas

organisasi sangat memperbaharui kemampuannya guna memanfaatkan sumber

daya yang dimiliki untuk mencapai hasil (value creation). Semakin efektif dan

semakin efisien suatu organisasi dapat memanfaatkan sumber daya yang

dimilikinya maka semakin tinggi volue creation yang dicapainya. Jones juga

mengemukakan bahwa control (pengendalian), innovation (penemuan) dan

efficiency merupakan 3 penekanan dalamm top management yang akan

menentukan efektivitas organisasi. Pertama , control atau pengendalian

merupakan kemampuan suatu organisasi untuk mengendalikan lingkungan

eksternal sekaligus untuk menarik sumber daya dan pelanggannya. Lingkungan

eksternal merupakan suatu hal yang dinamis, yakni selalu mengalami perubahan
dimana organisasi harus menanggapi dan menyesuaikan diri dengan perubahan-

perubahan tersebut. Kemampuan suatu organisasi untuk memanfaatkan

lingkungannya dengan menggunakan dan melindungi sumber daya secara optimal

menunjukkan kemampuannya untuk mengendalikan lingkungan eksternalnya.

Kedua, Innovacion merupakan pengembangan dan peningkatan keahlian suatu

organisasi untuk menemukan cara-cara dan hasil baru dalam proses pelayanan.

Innovation juga berarti penerimaan atau pembentukan nilai-nilai baru yang lebih

konstruktif agar suatu organisasi dapat meningkatkan kemampuannya untuk

menanggapi, menyesuaikan diri dan meningkatkan mekanisme kerjanya. Ketiga,

Effeciency merupakan rasio antara output dan input, yakni penerapan cara-cara

baru untuk meningkatkan produktifitas. Kemampuan teknis dari suatu organisasi,

yakni tingkat produktivitas dan efesiensi (rasio output dan input) dari sumber daya

yang dimiliki. Baik mutu SDM, teknologi yang dimilikinya dan manajemen yang

menentukan output yang dihasilkannya.

Berdasarkan pendapat Steers (1985:4), organisasi merupakan suatu

kesatuan yang kompleks yang berusaha untuk mengalokasikan sumber dayanya

secara rasional demi tercapainya tujuan. Dalam meneliti efektivitas suatu

organisasi sumber daya manusia dan perilaku manusia muncul sebagai pusat

perhatian dan usaha-usaha untuk meningkatkan efektivitas harus selalu dimulai

dengan meneliti perilaku ditempat kerja . pengertian efektivtas organisasi menurut

steers dapat dijelaskan dengan memahami 3 konsep yang saling berhubungan,

yaitu optimisasi tujuan, sistematika dan tekanan pada segi perilaku manusia dalam

susunan organisasi. Pertama, Dalam optimisasi tujuan, keberhasilan yang tercapai


oleh suatu organisasi tergantun dari kemampuannya untuk memperoleh dan

memanfaatkan sumber dayanya yang langka dan berharga secara sepandai

mungkin dalam usahanya mengejar tujuan operasi dan kegiatannya. Dalam hal ini,

organisasi harus mengatasi hambatan-hambatan yang dapat menghalangi

tercapainya tujuan dan mencari alternatif terbaik guna mencapai tujuan organisasi

secara optimal. Kedua , dalam perspektif sistem, organisasi terdiri dari berbagai

unsur yang saling mendukung dan saling melengkapi. Unsure-unsur tersebut

sangat berpengaruh terhadap proses pencapaian tujuan suatu organisasi. Ketiga,

Dalam perilaku manusia, tingkah laku individu dan kelompok, menentukan

kelancaran tercapainya tujuan suatu organisasi.

2.2.2 Pengukuran Efektifitas

Pencapaian efektivitas organisasi meliputi 3 perspektif yang saling

berhubungan antara unsur-unsur utama dari sitem organisasi dan bagaimana

unsur-unsur tersebut saling mempengaruhi untuk mempermudah atau

menghambat pencapain tujuan organisasi. Konsep efektivitas yang dikemukakan

para ahli organisasi dan manajemen memiliki makna yang berbeda, tergantung

pada kerangka acuan yang dipergunakan.

1. Efektivitas Organisasi

Stoner (1982:27) menekankan pentingnya efektivitas organisasi dalam

pencapaian tujuan-tujuan organisasi dan efektivitas adalah kunci dari kesuksesan

suatu organisasi. Sharma (1982:314) memberikan kriteria atau ukuran efektivitas

organisasi yaitu yang menyangkut faktor internal organisasi dan faktor lingkungan

organisasi itu berada (eksternal) yaitu :


1. Produktivitas organisasi/out put

2. Fleksibilitas organisasi dan bentuk keberhasilannya menyesuaikan diri

dengan perubahan-perubahan di dalam dan diluar organisasi

3. Tidak adanya ketegangan didalam organisasi/hambatan-hambatan konflik

diantara bagian-bagian organisasi.

Istilah efektivitas sangat variatif dimana penjelasannya menyangkut berbagai

dimensi yang memusatkan perhatian kepada berbagai kriteria evaluasi.

Selanjutnya, pengukurannya relative beraneka ragam dimana kriteria yang

berbeda dilakukan secara serempak. Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya

pencapaian tujuan organisasi. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan,

maka organisasi tersebut telah berjalan dengan efektif. Hal terpenting yang perlu

dicatat adalah bahwa efektivtas tidak menyatakan apa-apa temtang berapa besar

biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut.

Tolak ukur yang dapat menilai tingkat efektivitas suatu organisasi sangat

banyak. Pengukuran tersebut dapat menggambarkan dan mempelajari secara

lengkap unsure-unsur pokok yang berkaitan dengan pembinaan efktivatas suatu

organisasi dan sifat dari tolak ukur tersebut.

Pendapat Emitai Etzioni yang dikutip Adam I. Indrawijaya (2000:227)

mengemukakan pendekatan pengukuran efektivtas organisasi yang disebutnya

sistem model, mencakup empat criteria, yaitu adaptasi, integrasi, motivasi, dan

produksi. Pertama. Pada criteria adaptasi dipersoalkan kemampuan suatu

organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kedua, adalah

integrasi, yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk


mengadakan sosialisasi, pengembangan consensus dan komunikasi dengan

berbagai macam organisasi lainnya. Kriteria ketiga adalah motivasi anggota,

Dalam kriteria ini dilakukan pengukuran mengenai keterikatan dan hubungan

antara pelaku usaha organisasi dengan organisasinya dan kelengkapan sarana bagi

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi. Kriteria keempat adalah

produksi, yaitu usaha pengukuran efektivitas organisasi dihubungkan dengan

jumlah dan mutu keluaran organisasi serta intensitas kegiatan suatu organisasi.

Pendapat lain juga penting untuk diperhatikan ialah teori yang menghubungkan

pengertian efektivitas organisasi dengan tingkat kepuasan para anggotanya.

Menurut pandangan teori ini, suatu organisasi dikatakan efektif bila para

anggotanya merasa puas. Pandangan ini merupakan kelanjutan pandangan

penganut paham hubungan antar manusia, yang menempatkan kepuasan anggota

sebagai inti persoalan organisasi dan manajemen. Johny setyawan (1988:56)

efektivitas (hasil guna) dapat dipahami sebagai derajad keberhasilan suatu

organisasi (sampai seberapa jauh suatu organisasi dapat dinyatakan berhasil)

dalam usahanya untuk mencapai apa yang menjadi tujuan organisasi tersebut.

Definisi ini menyatakan bahwa efektivtas dimaksudkan sebagai tingkat seberapa

jauh suatu sistem sosial mencapai tujuannya. Efektivitas harus dibedakan dengan

pengertian efesiensi. Efesiensi utama mengandung pengertian perbandingan

antara biaya dan hasil, sedangkan efektifitas secara langsung dihubungkan dengan

pencapaian suatu tujuan. Becker dan Nuehauser (1975:44) menggunakan istilah

efesiensi organisasi (organizational efficiency) yang menunjukan mana sumber-

sumber daya (resources) dari suatu organisasi disusun. Dari berbagai pendapat
diatas ternyata semua hanya menujukkan pada pencapaian organisasi, sedangkan

bagaimana cara membahasnya tidak dibahas. Terdapat beberapa yang mengarah

pada bagaimana mencapai tingkat efektivitas, salah satunya adalah pendapat

Argyris (1968:312) Efektivitas organisasi adalah keseimbangan atau pendekatan

secara optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan pemecahan dan pemanfaatan

tenaga manusia.

Sedangkan Georgepoulus dan Tannenbaum (1969:82) berpendapat lebih lanjut

bahwa efektivitas organisasi adalah tingkat sejauh mana suatu organisasi yang

merupakan sistem sosial, dengan segala sumber daya dan sarana tertentu yang

tersedia memenuhu tujuan-tujuannya tanpa pemborosan dengan menghindari

ketegangan yang tidak perlu diantara anggota-anggotanya. Kriteria penting yang

digunakan untuk menilai efektivitas organisasi adalah performance “performance

is primary criterian for judging organization” Interplan (1969:15). Dalam hal ini

performance berkenan dengan kegiatan-kegiatan, seperti dinyatakan oleh interplan

(1969:15). Pandangan lainnya sebagai hasil penelitian, dikemukakan oleh

Georgepoulus dan Tannenbaum yang dikutip oleh Adam I.Indrawijaya (2000:22)

dikatakan bahwa, suatu pendekatan yang dapat lebih dipertanggung jawabkan,

sebagaiamna yang diajukan oleh para peneliti, adalah suatu cara pengukuran

efektivitas yang mempergunakan beberapa unsur yang biasa terdapat dalam

kehidupan organisasi yang berhasil. Hasil studi yang menujukkan adanya

penggunaan 3 unsur, yaitu produktivitas (efesiensi dalam arti ekonomi), tekanan

steers (dibuktikan dengan tingkat ketegangan dan konflik), dan fleksibilitas (atau

kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan intern dan ekstern).


Sedangkan menurut pendapat Duncan yang dikutip Adam I.Indrawijaya

(2000:22), yang dikenal dengan “Multiple Factor Model” mengatakan bahwa

pengukuran efektivitas organisasi harus mencakup berbagai kriteria, seperti :

efesiensi, kemampuan menyusuaikan diri dengan tuntutan perubahan adaptasi,

integrasi, motivasi dan produksi.

Disimpulkan bahwa konsep tingkat efektivitas organisasi menunjukkan tingkat

seberapa jauh organisasi melaksanakan kegiatan/fungsi-fungsi, sehingga tujuan

yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan menggunakan secara optimal alat-alat

dan sumber-sumber yang ada. Dengan demikian berbicara mengenai efektivitas

organisasi ada dua aspek didalamnya yaitu : 1). Tujuan organisasi dan

2). Pelaksanaan fungsi/cara/alat untuk mencapai tujuan tersebut. Georgepoulus

dan Tannenbaum (1969:82) memberikan kriteria ukuran efektivitas organisasi

yaitu yang menyangkut faktor intern organisasi dan faktor lingkungan organisasi

yang mana organisasi itu berada (faktor eksternal). Kriteria tersebut adalah :

1. Produktivitas organisasi (output);

2. Fleksibilitas organisasi dalam bentuk keberhasilannya menyesuaikan diri

dengan perubahan_perubahan didalam organisasi dan keberhasilan diri dengan

perubahan-perubahan yang diajukan dari luar;

3. Tidak adanyaketegangan didalam organisasi atau hambatan-hambatan konflik

diantara bagian-bagian organisasi.

Kimberly (1976:571-597) mengoprasionalkan luas (zise) organisasi sebagai

kemampuan fisik, banyaknya anggota organisasi, volume dari pekerjaan yang

dihadap dan banyaknya sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan
secara leluasa dan kelopok-kelompok atau organisasi. Kekuasaan (power),

pengaruh (influence), produksi, motivasi, kepuasan, (satisfaction), pengambilan

keputusan dan kepemimpinan (leadership) adalah contoh dari cirri-ciri perilaku

karena termasuk tindakan manusia.

Kebijaksanaan-kebijaksanaan (policies), tujuan goals), produser dan peraturan

yang berlaku dalam mengelola organisasi untuk mengontrol diskripsi dan cirri

perilaku baik dari dalam maupun dari luar organisasi disebut struktur-struktur

organisasi. Beberapa contoh seperti : hirarki kekuasaan, procedure, produksi dan

sosialisasi. Peraturan-peraturan dan sistem pemberian imbalan dapat disebut

sebagai struktur organisasi.

Lawlessh(1972:397-398) factor eksternal digolongkan kedalam perorangan

(individual), kelompok (group) dan factor-faktor organisasi (organizational

factors), sedangkan factor intern dari organisasi lain dan macro sistem yang

bersangkutan disebut sebagai factor-faktor eksternal. Individu, kelompok dan

organisasi dalam arti luas (internal dan eksternal) memiliki diskriptif (descriptive)

dan cirri-ciri perilaku (behavioral characteristics). Ciri perilaku dan proses

(processes) adalah pengertian/pengenalan (cognitive), semangat (psychomotoric)

dan kecendrungan tindakan (effective action) dari anggota-anggota organisasi

sebagai perorangan, sebagai kelompok dan sebagai organisasi.

Menurut Steers (1985:209), kerangka kerja yang dipakai dapt

mengindentifikasi empat rangkaian variabel yang berhubungan dengan efektivitas,

yakni cirri organisasi, cirri lingkungan, ciri pekerjaan serta kebijakan dan praktek

manajemen.
1. Ciri Organisasi

Pendekatan ciri organisasi oleh steers adalah terhadap struktur dan

teknologi karena kedua variabel tersebut sangat mempengaruhi efektvitas

organisasi. Perubahan yang bersifat inovatif dalam hubungan interaktif antar

anggota-anggota organisasi atau penyusunan hubungan SDM akan meningkatkan

efektivitas organisasi. Dengan terciptanya berbagai kemajuan di dalam struktur

organisasi, misalnya dengan meningkatkan spesialisasi fungsi, ukuran organisasi,

sentralisasi pengambilan keputusan dan formalisasi akan menigkatkan

produktivitas organisasi.

Ciri organisasi yang berupa struktur organisasi meliputi faktor luasnya

desentalisasi, faktor ini akan mengatur atau menentukan sampai seberapa jauh

para anggota organisasi dapat mengambil keputusan atau diikut sertakan dalam

pengambilan keputusan. Faktor lainnya yaitu spesialisasi pekerjaan yang

membuka peluang bagi para pekerja untuk mengembangkan diri dalam bidang

keahliannya sehingga tidak mengekang daya inovasi mereka. Faktor formalisasi

berhubungan terhadap tingkat adaptasi organisasi terhadap lingkungannya yang

selalu berubah.

2. Ciri Lingkungan

Baik lingkungan ekstern maupun lingkungan intern mempengaruhi

lingkungan organisasi. Lingkungan ekstern merupakan semua kekuatan yang

timbul diluar batas-batas organisasi dan mempengaruhi keputusan serta tindakan

di dalam organisasi. Pengaruh lingkungan ekstern meliputi derajat kestabilan yang

relative dari lingkungan, derajat kompleksitas lingkungan dan derajat ketidak


pastian lingkungan. Yang termasuk dalam lingkungan lantara lain adalah hukum,

ekonomi dan pasar dimana organisasi berusaha mendapatkan sumber daya dan

mendistribusikan keluarannya. Lingkungan intern dikenal sebagai iklim

organisasi, yang meliputi macam-macam atribut lingkungan kerja, khususnya

atribut-atribut yang diukur pada tingkat individual. Lingkungan dalam meliputi

kebudayaann dan sosial yang sangat menentukan perilaku kerja.

3. Ciri Pekerja

Katz Khan (1966) meneliti peranan tingkah laku dalm efektivitas

organisasi harus memenuhi tiga persyaratan tingkah laku yaitu: Pertama, setiap

organisasi harus mampu membina dan mempertahankan suatu armada kerja yang

mantap yang terdiri dari pekerja baik pria maupun wanita yang terampil. Hal ini

berarti disamping mengadakan penerimaan dan penempatan pegawai, organisasi

juga harus mampu memelihara para pekerja dengan imbalan yang pantas dan

memadai sesuai dengan konstribusi individu dan yang relavan bagi pemuasan

kebutuhan individu. Kedua, organisasi harus dapat menikmati prestasi peranan

yang dapat di andalkan dari para pekerjanya.

Peranan pekerja sangat mempengaruhi proses pencapaian tujuan sebab

menyangkut tingkat produktivitas kerja di dalam menghasilkan output. Apabila

pekerja bekerja secara produktif dan memperbesar serta memperlancar

kemungkinan tercapainya tujuan organisasi, maka efektivitas kerja akan

meningkat. Di lain pihak, apabila para pekerja dihadapkan pada situasi dimana

tujuan pribadi mereka bertentangan dengan saran organisasi, maka efektivitas

kerja akan berkurang. Dalam hal ini, seorang manajer atau direktur sangat
berperan dalam memahami perbedaan-perbedaan yang exist di dalam suatu

organisasi. Dalam kaitannya dengan pelayanan perpajakan, tingkat koordinasi

yang efisien dapt memanfaatkan dan mengatur perbedaan individual sehingga

tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif.

2. Efektivitas Program

Untuk menentukan efektif atau tidak efektifnya suatu program maka

diperlukan ukuran-ukuran efektifitas. Menurut Cambel JP (1999 : 47) bahwa

terdapat pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol adalah

sebagai berikut :

1. Keberhasilan Program

Efektivitas program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional dalam

melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Keberhasilan program dapat ditinjau dari proses dan

mekanisme suatu kegitan dilapangan.

2. Keberhasilan Sasaran

Efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian dengan memusatkan perhatian

terhadap aspek output, artinya efektivitas dapat diukur dengan seberapa jauh

tingkat output dalam kebijakan dan prosedur dari organisasi untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

3. Kepuasan terhadap Program

Kepuasan terhadap program merupakan kriteria efektivitas yang mengacu pada

keberhasilan program dalam memenuhi kebutuhan pengguna. Kepuasan yang


dirasakan oleh pengguna semakin tinggi, maka dapat menimbulkan keuntungan

bagi lembaga.

4. Tingkat output dan input

Pada efektivitas tingkat output dan input dapat dilihat dari perbandingan

masukan (input) dengan keluaran (output). Jika output lebih besar dari input

maka dapat dikatakan efisien dan sebaiknya jika lebih besar dari output maka

dapat dikatakan tidak efisien.

5. Tujuan pencapaian menyeluruh

Sejauh mana organisasi melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan dalam

hal ini merupakan penilaian umum efektifitas organisasi.

Sehingga efektifitass program dapat dijalankan berdasarkan dengan

kemampuan operasionalnya dalam melaksanakan program yang sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya secara komprehensif, efektifitas dapat

diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu lembaga untuk mencapai sasaran atau

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Cambell 1999:47)

Sugiyono dalam Budiani (2007:53) menyebutkan beberapa indikator yang

digunakan untuk mengukur efektivitas adalah sebagai berikut:

a. Ketetapan sasaran program, yaitu sejauh mana pesera program tepat yang

sudah ditentukan sebelumnya. Menurut makmur (2011:8) ketepatan sasaran

lebih berorientasi kepada jangka pendek dan lebih bersifat operasional, penentu

sasaran yang baik ditetapkan secara individu maupun sasaran yang ditetapkan

organisasi sesungguhnya sangat menentukan keberhasilan aktivitas organisasi.


Demikian pula sebaliknya, jika sasaran yang ditetapkan itu kurang tepat maka

akan menghambat pelaksanaan berbagai kegiatan itu sendiri.

b. Sosialisasi program, yaitu kemampuan penyelenggaraan program dalam

melakukan sosialisasi program sehingga informasi mengenai pelaksanaan

program dapat tersampaikan kepada masyarakat pada umumnya dan sasaran

peserta program pada khususnya. Menurut Wilcox dalam Mardikonto

(2013:86), memberikan informasi merupakan langkah awal yang dilakukan

untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal dan memperlancar dalam

melanjutkan suatu pekerjaan, karena dengan memberikan informasi dapat

dipergunakan dan meningkatkan pengetahuan bagi orang yang menerima

informasi tersebut.

c. Tujuan program, yaitu sejauh mana kesesuaian antara hasil program dengan

tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Duncan dalam

Steers (1985:53) menyebutkan bahwa pencapaian tujuan adalah keseluruhan

upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena

itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan baik

dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan

dalam arti periodesasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor yaitu :

kurun waktu dan sasaran yang merupakan target yang kongrit.

d. Pentahapan program, yaitu kegiatan yang dilakukan setelah dilaksanakan

program sebagai bentuk perhatian kepada peserta program. Selanjutnya

menurut Winardi (2010:7), pengawasan meliputi tindakan mengecek dan

membandingkan hasil yang dicapai dengan standar-standar yang telah


digariskan. Apabila hasil yang dicapai menyimpang dari standar yang belaku

perlu dilakukan tindakan korektif untuk memperbaikinya. Selanjutnya menurut

Bohari (1992:3) pengawasan merupakan suatu bentuk pemeriksaan atau

pengontrolan dari pihak yang lebih kepada bawahannya. Siagian dalam

Situmorang Dkk (1993:19) menyebutkan bahwa pengawasan merupakan

proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk

menjamin agar supaya pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.3. Pendampingan

2.3.1 Pengertian Pendampingan

Pendampingan atau dikenal dengan istilah Mentorship.Mentorship berakar

kata dari Mentor dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) memiliki makna

pembimbing atau pengasuh.Dalam buku karya Gendro Salim yang berjudul

Effective Coaching memaknai mentoring sebagai sebuah aktivitas bimbingan dari

seseorang yang sudah sangat menguasai hal-hal tertentu dan membagikan ilmunya

kepada orang yang membutuhkannya.

Menurut beberapa para tokoh dan lembaga, pendampingan memiliki pengertian

antara lain:

1. Karjono mengatakan, seperti yang dikutip oleh Ismawan bahwa pendampingan

adalah suatu strategi (cara mencapai tujuan) dimana hubungan antara

pendamping dengan yang didampingi adalah hubungan dialogis (saling

mengisi) diantara dua subjek. Diawali dengan memahami realitas masyarakat

dan memperbaharui kualitas realitas kearah yang lebih baik.


2. Departemen Sosial Republik Indonesia, mendefinisikan pendampingan sosial

sebagai suatu proses menjalin relasi sosial antar pendampingan dengan

Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Lembaga Usaha Mikro (LKM) dan

masyarakat sekitarnya dalam rangka memecahkan masalah, memperkuat

dukungan,mendayagunakan berbagai sumber dan potensi pemenuhan

kebutuhan hidup, serta meningkatkan akses anggota terhadap pelayanan sosial

dasar, lapangan pekerjaan, dan fasilitas pelayanan publik lainnya. Tujuan

pendampingan adalah pemberdayaan dan penguatan (empowerment).

Pendampingan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dan dapat bermakna

pembinaan, pengajaran, pengarahan dalam kelompok yang lebih berkonotasi pada

menguasai, mengendalikan, dan mengontrol.Kata pendampingan lebih bermakna

pada kebersamaan, kesejajaran, samping menyamping, dan karenanya kedudukan

antara pendamping dengan yang di dampingi (masyarakat) adalah sederajat,

sehingga tidak ada dikotomi antara atasan dan bawahan.Pada dasarnya,

pendampingan merupakan upaya untuk menyertakan masyarakat dalam

mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu mencapai kualitas kehidupan

yang lebih baik. Selain kemudian akan diarahkan untuk memfasilitasi proses

pengambilan keputusan yang terkait dengan kebutuhan masyarakat, membangun

kemampuan dalam meningkatkan pendapatan, melaksanakan usaha yang berskala

bisnis serta mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan partisipatif

2.3.2 Tujuan Pendampingan

Tujuan pendampingan adalah pemberdayaan.Pemberdayaan berarti

mengembangkan kekuatan atau kemampuan (daya), potensi, sumber daya


manusia yang ada pada diri manusia agar mampu membela dirinya sendiri.

Didalam kegiatan pendampingan perlu

memiliki tujuan dan sasaran yang jelas dan dapat dilihat dari hasilnya. Menurut

Juni Thamrin (1996: 89), yaitu banyak cara melakukan pendampingan dan salah

satunya melalui kunjungan ke lapangan, tujuan kunjungan ke lapangan ini adalah

membina hubungan kedekatan dengan masyarakat, kedekatan dapat menimbulkan

kepercayaan antara pendamping dengan yang didampingi. Menurut Deptan

(2004), tujuan dari pendampingan antara lain:

1. Memperkuat dan memperluas kelembagaan yang sedang dijalankan

dimasyarakat

2. Menumbuhkan dan menciptakan strategi agar berjalan dengan lancar dan

tercapai tujuan yang dijalankan

3. Meningkatkan peran serta aparat maupun tokoh masyarakat dalam

melaksanakan program pendampingan

2.3.3 Model Pendampingan

Pendampingan yang dilakukan merupakan salah satu bentuk partisipasi

dalam upaya memberikan upaya-upaya solusi bagi permasalahan yang

dihadapi.Aspek-aspek utama yang diberikan dalam pendampingan terkait

perubahan karakter agar memiliki pola piker yang maju sehingga mandiri serta

wawasan keilmuan untuk mencapai kesejahteraan.Pendampingan yang dilakukan

melalui tahapan-tahapan sesuai yang sudah direncanakan. Tahapan tersebut secara

global adalah sebagai berikut:

1. Penguatan spiritual sebagai pembinaan karakter


Tujuan dari pembinaan spiritual adalah menanamkan kejujuran, tawakkal,

berusaha merubah keadaan ke arah yang lebih baik. Secara sosiologis,

masyarakat yang hidup dalam kekurangan akan mudah emosional. Sehingga,

pembinaan mental spriritual harus dilakukan.Apabila dalam suatu usaha

mengalami kegagalan, maka tawakkal dan kesabaran harus menjadi dasar

pijakan hidup.Dan etos kerja harus ditanamkan kepada mereka, karena bekerja

merupakan ibadah yang harus dilakukan oleh setiap orang yang beriman.

Semantara hidup menggantungkan diri kepada orang lain tanpa berusah dicela

oleh agama. Pembinaan mental spiritual merupakan sumber kekuatan yang

akan menjadi mesin bagi perubahan perilaku masyarakat.

2. Peningkatan wawasan keilmuan

Langkah-langkah penghematan serta kebiasaan menabung menjadi ilmu yang

berharga dalam mengelola keuangan, juga mendapat mendapat pengetahuan

tentang manajemen usaha dan kerjasama dengan pihak lain (sistem kelompok

usaha). Denganbekal ilmu pengetahuan yang dimilki diharapkan terjadinya

kesinambungan dalam usaha sehingga peningkatan pendapatan dapat terjadi.

3. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan progam dapat dilakukan melalui berbagai bentuk sesuai

kepentingan dan keadaan SDM maupun progam yang dilakukan.Pembentukan

kelompok sebagai wadah untuk mempermudah kordinasi sebagai lembaga

mediasir untuk bertukar pikiran antar peserta progam merupakan hal yang

sangat penting.Kerjasama antar anggota dalam kelompok dapat meringankan

beban anggota pada saat mendapatkan kesulitan.Penyelesaian masalah yang


dilakukan dengan diskusi kelompok atau pemberian pendapat menjadi bagian

dari sistem pemberdayaan kelompok.Dalam pelaksaan progam lanjutan,

peserta progam menjadi pelaku utama yang memberikan arah bagi peningkatan

kehidupan ekonominya.Para pendamping hanya menjadi mitra untuk berdialog

dan berdiskusi manakala terjadi masalah.

4. Monitoring dan evaluasi

Merupakan langkah untuk melihat tingkat keberhasilan sebuah progam

pemberdayaan.Proses monitoring dan evaluasi tidak hanya pada pelaksanaan

progam, melainkan memberi masukan dan solusi bagi para peserta sejak awal

agar tidak ada kesulitan.Teknik evalausi yang dilakukan untuk meningkatkan

mutu progam agar bermanfaat dan tepat sasaran.Jika terjadi kegagalan dalam

sebuah progam, maka perlu dilakukan upaya-uapay penyelesaian dengan

melihat peluang yang dapat dilakukan.Dan monitoring dilakukan secara

berkala agara capaian pelaksaan dapat terukur.

2.3.4 Peran Pendampingan

Pendampingan sosial sangat menentukan kerberhasilan program

penanggulangan kemiskinan. Mengacu pada Ife (1995), peran pendamping

umumnya mencakup tiga peran utama, yaitu: fasilitator, pendidik, perwakilan

masyarakat, dan peran-peran teknis bagi masyarakat miskin yang didampinginya,

yaitu:

1. Fasilitator

Merupakan peran yang berkaitan dengan pemberian motivasi, kesempatan, dan

dukungan bagi masyarakat. Beberapa tugas yang berkaitan dengan peran ini
antara lain menjadi model, melakukan mediasi dan negosiasi, memberi dukungan,

membangun konsensus bersama, serta melakukan pengorganisasian dan

pemanfaatan sumber.

2. Pendidik

Pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan

direktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar gagasan

dengan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang

didampinginya.Membangkitkan kesadaran masyarakat, menyampaikan informasi,

melakukan konfrontasi, menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat adalah

beberapa tugas yang berkaitan dengan peran pendidik.

3. Perwakilan masyarakat

Peran ini dilakukan dalam kaitannya dengan interaksi antara pendamping dengan

lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan masyarakat

dampingannya. Pekerja sosial dapat bertugas mencari sumber-sumber, melakukan

pembelaan, menggunakan media, meningkatkan hubungan masyarakat, dan

membangun jaringan kerja.

4. Peran-peran teknis

Mengacu pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis. Pendamping dituntut

tidak hanya mampu menjadi manajer “perubahan” yang mengorganisasi

kelompok, melainkan pula mampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan

berbagai keterampilan dasar, seperti; melakukan analisis sosial, mengelola

dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi, memberi

konsultasi, dan mencari serta mengatur sumber dana.


2.3.5 Indikator Pendampingan

Pendampingan sosial merupakan suatu strategi yang sangat menentukan

keberhasilan progam pemberdayaan masyarakat. Edi Suharto menjelaskan bahwa

indikator pendampingan yakni berpusat pada empat bidang tugas atau fungsi,

yaitu:

1. Pemungkinan (Enabling) atau fasilitasi

Merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemberian motivasi dan kesempatan

bagi masyarakat, beberapaa tugas yang berkaitan dengan fungsi ini antara lain

menjadi model, melakukan mediasi dan negosiasi, membangun konsensus

bersama, serta melakukan manajemen sumber.

2. Penguatan (Empowering)

Penguatan merupakan fungsi yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan

guna memperkuat kapasitas masyarakat.Pendamping berperan aktif sebagai agen

yang memberi masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan

pengalaman serta bertukar gagasan dengan pengetahuan pengalaman masyarakat

yang didampinginya, membangkitkan kesadaran masyarakat, meyampaikan

informasi, melakukan konfrontasi, menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat

adalah beberapa tugas yang berkaitan dengan fungsi penguatan.

3. Perlindungan (Protecting)

Merupakan fungsi yang berkaitan dengan interaksi pendamping dengan lembaga-

lembaga eksternal atas nama dan demo kepentingan masyarakat yang

didampinginya. Pendamping dapat bertugas mencari sumber-sumber, melakukan

pembelaan, menggunakan media, meningkatkan hubungan masyarakat, dan


membangun jaringan kerja.Fungsi perlindungan juga menyangkuttugas

pendamping sebagai konsultan dalam pemecahan masalah yang dihadapi para

anggota.

4.Pendukungan (Supporting)

Mengacu pada keterampilan yang bersifat praktis yang dapat mendukung

terjadinya perubahan positif pada masyarakat.Pendamping dituntut tidak hanya

mampu menjadi manajer perubahan dalam mengorganisasi kelompok yang

didampingi, melainkan pula mampu melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan

berbagai keterampilan dasar yang dimiliki.Dalam menjalankan suatu usaha perlu

adanya pendampingan agar usaha yang dikelola masing-masing anggota

misyarakat dapat berjalan dengan baik dan dapat berkembang dengan baik.

2.4 Pengembangan Usaha

2.4.1 Pengertian Pengembangan Usaha

Pengembangan usaha adalah suatu bentuk usaha kepada usaha yang

dijalankan agar dapat berkembang menjadi lebih baik dan agar mencapai pada

satu titik atau puncak menuju kesuksesan.Perkembangan dalam usaha dilakukan

oleh usaha yang sudah mulai terproses dan terlihat ada kemungkinan untuk lebih

maju lagi. Perkembangan adalah wujud kesuksesan dalam berusaha yang dapat

dilihat dengan jumlah penjualan yang semakin meningkat, kemampuan pengusaha

dalam meraih peluang usaha yang ada dan berinovasi, luasnya pasar yang

dikuasai, mampu bersaing, mempunyai akses yang luas terhadap lembaga-

lembaga keuangan baik bank dan non bank sehingga dapat meningkatkan

pembiayaan usaha.
2.4.2 Faktor Internal dan Ekternal dalam Pengembangan Usaha Kecil

Menengah

Usaha kecil menengah (UKM) memang tengah menjadi primadona,

Alokasi anggaran untuk usaha ini cukup besar. Banyak program yang telah

dijalankan untuk memberdayakan UKM sejak hampir 20 tahun yang lalu,

meskipun hasilnya sampai saat ini belum menggembirakan. Sehingga perlu

dicarikan format baru yang berbeda dengan yang sebelumnya agar UKM memiliki

peluang untuk berkembang, namun perkembangan Usaha Kecil Menengah di

Indonesia masih terhambat sejumlah persoalan seperti dari segi internal dan

ekternal seperti halnya masalah komunikasi kerja, perekrutan, modal dan

pemasaran.

2.5 Usaha Kecil Menengah (UKM)

2.5.1 Pengertian Usaha Kecil Menengah(UKM)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Usaha menurut etimologi

berarti bekerja sedangkan menurut terminologi berarti kegiatan dengan

mengerahkan tenaga (fikiran dan badan) untuk mencapai suatu maksud

tertentu.Usaha kecil adalah orang yang berani membuka lapangan pekerjaan

dengan kekuatan sendiri, tetapi juga menguntungkan masyarakat, karena dapat

menyerap tenaga kerja yang memerlukan pekerjaan.Usaha kecil adalah kegiatan

ekonomi rakyat yang berskala kecil, memenuhi kekayaan bersih atau hasil

penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-

undang.Usaha kecil adalah bisnis yang dimiliki sendiri oleh seseorang, tidak

tergantung pada pemilik lain, dan melakukan operasional bisnisnya pada daerah
tertentu dengan bersaing secara adil dan tidak mendominasi bisnis yang ada. Pada

kenyataanya, memang hampir sebagian besar wiraswasta bergerak dalam usaha

kecil dan ada beberapa yang terjun langsung dalam industri besar. Yang

digunakan adalah kemampuanya dalam memimpin, membuat keunggulan atas

input perusahaan, dan melakukan inovasi atas produk yang dihasilkan perusahaan

tersebut.Usaha kecil adalah industri kerajinan dan industri rumahan yang dibina

menjadi usaha yang menjadi efesien dan mampu berkembang mandiri,

meningkatkan peranan dalam menyediakan barang dan jasa dalam berbagai

komponen baik untuk keperluan pasar dalam negeri maupun luar negeri.Menurut

UU No 20 Tahun 2008 ini, yang disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas

(sebuah kesatuan usaha) yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan

bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling

banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp

300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Sementara itu, yang disebut

dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai

berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan

tahunan lebihdari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai

dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Dari

pengertian-pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa usaha kecil adalah pribadi


tertentu yang secara kualitiatif lebih dari kebanyakan manusia pada umumnya,

yaitu pribadi yang memiliki kemampuan untuk :

a. Berdiri di atas kekuatan sendiri

b. Mengambil keputusan untuk diri sendiri

c. Menetapkan tujuan atas dasar perimbangan sendiri

d. Berani mengambil resiko

e. Memanfaatkan kesempatan usaha yang ada.

2.6 Penelitian Terdahalu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam

melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan

dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian yang relavan terdahulu

yang dipakai sebagai pertimbangan untuk menentukan arah dan fokus penelitian,

serta hubungan teori untuk menjawab fokus pertanyaan penelitian. Namun penulis

mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan

kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahuluberupa

beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis. Dalam hal ini,

fokus penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah terkait dengan acuan

Efektivitas Program Pendampingan Dalam Pengembangan Usaha Kecil dan

Menengah Pada Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kab. Kolaka Timur.

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, Beberapa penelitian terdahulu

yang dapat dijadikan referensi untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
Dani Danur Tri U (2013), tentang Pengembangan Usaha Kecil Menengah

(UKM) Berbasis Ekonomi Kreatif di Kota Semarang penelitian ini bertujuan

untuk menggali berbagai informasi yang berkaitan dengan usaha kecil dan

menengah (UKM) berbasis ekonomi kreatif di Kota Semarang dalam rangka

merumuskan solusi untuk pengembangannya. Penelitian ini menggunakan

metodologi penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa usaha

kecil dan menengah (UKM) kreatif dikota semarang belum dapat dijadikan

sebagai penopang utama perekonomian di Kota Semarang. Hal tersebut

dikarenakan industri besar lebih mendominan di kota ini. Usaha kecil dan

menengah (UKM) kreatif di Kota Semarang memiliki kemampuan yang terbatas

serta mengalami permasalahan dalam pengembangan usahanya. Hal ini

menyebabkan usaha kecil dan menengah (UKM) kreatif belum mampu

memberikan ciri khas tersendiri bagi Kota Semarang

Edy dan Susilo (2011), tentang Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan

Menengah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta penelitian ini bertujuan

menyusun strategi yang operasional dan tepat untuk mengembangkan usaha kecil

dan menengah (UKM ) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Penelitian

ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari survey

lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai sumber publikasi.

Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan deskriptif. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) tidak hanya

oleh UKM saja, tetapi juga harus didukung semua stakeholder. Dukungan

diharapkan dating dari asosiasi bisnis, perguruan tinggi, dan instansi terkait di
kabupaten atau kota di DIY. Kebijakan pemerintah juga diperlukan untuk

mendorong pengembangan UKM.

Pradytia (2017), tentang Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Tanggerang penelitian ini masalah yang

diidentifikasi adalah belum adanya Lembaga Keuangan Mikro yang di sediakan

oleh pemerintah Kota Tanggerang belum mengatasi permodalan. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

implementasi kebijakan UKM di Kota Tanggerang sudah baik, namun masih

perlu pembenahan dalam berbagai aspek. Hal ini disebebkan oleh beberapa factor,

seperti: tidak adanya Lembaga Keuangan Mikro di Kota Tanggerang sebagai

wadah promosi, kurangnya sumber daya manusia yang ada di Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi, belum adanya data base UKM di Kota Tanggerang.

Dadan (2016), tentang Perencanaan Stategi Sektor Usaha Mikro dalam

Mengatasi Permasalahan Pemasaran penelitian ini bertujuan untuk mengganalisis

perencanaan strategis sektor usaha mikro, dan merumuskan strategis dalam upaya

mengatasi permasalahan pemasaran usaha mikro. Penelitian ini menggunakan

metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses

penyusunan perencanaan strategis belum mencerminkan perencanaan yang

efektif, dan dalam implementasinya terkendala ketidak sepahaman antar actor

perencanaan pada berbagai tingkatan organisasi, pembinaan usaha mikro harus

diarahakan pada strategi agresif yaitu ekspansi pasar dan penguatan daya saing

dalam rangka menghadapi pasar bebas, melalui pembangunan jaringan kerjasama


memberdayakan komunitas/asosiasi UKM, dan fasilitas pembangunan jaringan

pemasaran online terpadu berbasis komunitas.

Ade muhamad (2015) tentang Peranan Usaha Kecil Menengah (UKM) Dalam

Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Di Kecamatan Cibeurun Kabupaten

Kuningan penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berfokus pada

pengembangan usaha tingkat kesejahteraan masyarakat dan juga seberapa besar

peran usaha tersebut dalam meningkatkan masyarakat sekitar.

Dari beberapa hasil penelitian terdahulu maka dapat digambarkan beberapa

persamaan dan perbedaannya. Adapun persamaan skripsi ini dengan hasil

penelitian sebelumnya adalah membahas mengenai pelaksaan Pengembangan

usaha kecil menengah (UKM), sedangkan, perbedaan pada skripsi ini adalah

terletak pada lokasi penelitian. Dimana lokasi penelitian skripsi ini dilaksanakan

pada Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kab. Kolaka Timur. Sedangkan lokasi

penelitian dari hasil penelitian terdahulu dilakukan di Kota Semarang, Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta, Kota Tanggerang, Dinas Perdagangan,

Perindustrian, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Di Kecamatan Cibeurun

Kabupaten Kuningan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori dari Cambel J.P

(1999 : 47) , bahwa terdapat pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling

meninjol adalah sebagai berikut: (keberhasilan program), (keberhasilan sasaran),

(kepuasan terhadap program), (tingkat output dan input), (pencapaian tujuan

menyeluruh).
2.7 Kerangka Pikir

Pada penelitian ini peneliti menggunakan Model Cambel J.P (1999 : 47) ,

dengan lima variabel untuk menentukan keberhasilan dari efektivitas

Kerangka Teori merupakan uraian atas definisi-definisi terkait dengan

permasalahan yang akan dijadikan sebagai tujuan dalam melakukan penelitian

(Natoadmojo, 2002).

Kerangka pemikiran ini menjelaskan proses berpikir peneliti dalam rangka

mengadakan penelitian tentang “Efektivitas Program Pendampingan Dalam

Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) Kab. Kolaka Timur (Studi Dinas

Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten Kolaka Timur). Alur pikir penelitian

beserta peranan untuk pemecahan masalah dalam penelitian ini pada gambar

berikut ini.

Pengukuran efektivitas program

1. Keberhasilan program

2. Keberhasilan sasaran Program pendampingan


dan pengembangan UKM
3. Kepuasan terhadap program
yang efektif
4. Tingkat input & output

5. Pencapaian tujuan menyeluruh

Cambell dalam smith (1999 : 47)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung

menggunakan analisis. Proses dan makna (persepktif subjek) lebih di tonjolkan

dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaakan sebagai pemandu agar

fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori ini juga

bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan

sebagai bahan pembahasan penelitian. Adapun alasan penulis menggunakan jenis

peneltian kualitatif karena lebih relavan di gunakan untuk menggambarkan

keadaan tentang efektivitas program pendampingan dalam pengembangan usaha

kecil dan menengah di kabupaten kolaka timur (studi dinas transmigrasi dan

tenaga kerja kabupaten kolaka timur) berdasarkan data yang diperoleh dari hasil

observasi awal penelitian.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian

akan dilakukan. Lokasi penelitian di lakukan di instansi dinas transmigrasi dan

tenaga kerja kabupaten kolaka timur, dengan alasan bahwa ada sebagian pelaku

usaha yang kurang mendapat pendampingan akibatnya usaha yang dijalankan

tidak berkembang atau bahkan gulung tikar.


3.3. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif pada umumnya mengambil jumlah yang lebih kecil

dibandingkan dengan bentuk penelitian lainnya. Unit analisis dalam penelitian ini

adalah individu atau perorangan. Untuk memperoleh informasi yang diharapkan,

peneliti menentukan informan yang akan dimintai informasinya. Penentuan

informan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling

(Sugiyono, 2017:85), yaitu mengambil informan secara tidak acak, tetapi dengan

pertimbangan dan kriteria tertentu, yaitu:

a. Informan merupakan subjek telah lama dan intensif meyatu dengan

kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian peneliti

dan ini biasanya ditandai dengan kemampuan memberikan niformasi

mengenai suatu yang ditanya peneliti.

b. Informan merupakan subjek yang masih terkait secara penuh aktif pada

lingkungan atau kegitan yang menjadi sasaran dan perhatian peneliti.

c. Informan merupakan subjek yang dalam memberikan informasi tidak

cenderung diolah atau dikemas terlebih dahulu.

Berdasarkan ketentuan tersebut maka Informan dalam penelitian adalah

1. Kepala Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja kabupaten kolaka timur

2. Kepala Bidang Penempatan Pelatihan Tenaga Kerja & Perluasan

Kesempatan Kerja

3. Para pelaku usaha yang mendapatkan bantuan UKM dari dinas

transmigrasi dan tenaga kerja kabupaten kolaka timur


3.4. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis data kualitatif dengan

sumber data primer dan sumber data sekunder menurut Sugiyono (2017:225)

a. Data primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan

datakepada pengumpulan data. Data primer merupakan data yang diperoleh

dari hasil observasi lapangan (pengamatan), interview (wawancara), kuisioner

(angket), dokumentasi dan gabungan dari keempatnya.

b. Data sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, sumber data sekunder ini dapat

berupa hasil pengelolaan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam

bentuk lain atau dari orang lain. Data sekunder dalam penelitian ini dapat

diperoleh dari internet, jurnal, skripsi, buku, undang-undang yang memuat

berkaitan tentang penelitian ini, pengumpulan data sekunder dilakukan dengan

mengambil atau menggunakan sebagian/seluruhnya dari sekumpulan data yang

berkaitan dalam penelitian ini.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu:

a. Teknik pengamatan (observasi), merupakan salah satu mekanisme dalam

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati objek yang akan

diteliti secara langsung, sistematis dan tepat berkaitan dengan analisis


pelaksanaan program pendampingan dalam pengembangan usaha kecil dan

menengah dikabupaten kolaka timur (studi Dinas perdagangan, perindustrian,

Koperasi, UKM kabupaten kolaka timur). Sambil melakukan pengamatan

peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut

merasakan suka dukanya, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam,

dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari pelaku yang Nampak

(Sugiyono, 2017:227).

b. Wawancara (interview) merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide mulai makna tanggung jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan dalam suatu topik tertentu, dengan menggunakan pedoman

wawancara serta dapat menggunakan alat bantu rekaman, gambar, serta

material lainnya yang dapat memperlancar proses wawancara

(Sugiyono,2017:231).

c. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumen biasa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,

cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar

misalnya, foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk

karya seni misalnya, karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film, dan

lain-lain. Studio dokumen merupakan perlengkapan dari pengguna metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2017:240)


3.6. Teknik Analisi data

Analisis data merupakan cara seorang peneliti dalam mengelola data yang

telah terkumpul sehingga mendapat suatu kesimpulan dari penelitiannya, Data dan

informasi yang diperoleh dari penelitian ini akan diolah dan analisis secara

deskriftif, kualitatif yaitu memberikan gambaran seluruh tentang permasalahan

dalam penelitian. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan model

analisis, interaktif, Miles dan Huberman, (1984 : 15-21):

Pengumpulan
Data
Penyajian
Data

Reduksi
Data
Penarikan Kesimpulan
Penarikan

Gambar 3.1 Teknik Analisis Data Kualitas menurut Miles dan Huberman

1. Pengumpulan data. Dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan

untuk mencapai tujuan penelitian, tahap analisis atau pengumpulan data ini

bisa dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi,

pengumpulan data, dan lain sebagainya.

2. Reduksi data. Data dari lokasi penelitian dituangkan dalam uraian laporan

secara lengkap dan terperinci data dan laporan tersebut kemudian di reduksi,

dirangkum, dan dipilih sebagai hal yang pokok dan difokuskan untuk dipilih

yang terpenting untuk dicari tema dan polanya.


3. Penyajian data. Dimaksudkan agar lebih mempermudah peneliti dalam melihat

gambaran secara keseluruhan dari data dalam bentuk tertentu sehingga

kelihatan lebih utuh dan disortir menurut kelompoknya sesuai dengan kategori

yang sejenis agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi.

4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi. Dalam penelitian kualitatif verifikasi

data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian dilakukan.

Selama proses pengumpulan data peneliti berusaha menganalisis dan mencari

makna dari data yang dikumpulkan yaitu mencari pola tema, hubungan

persamaan, hipotesis, dan selanjutnya dotuangkan dalam bentuk kesimpulan

yang masih bersifat tentatif.

3.7. Keabsahan Data

Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data seperti yang

dikemukakan oleh Moleong (2006: 327), adalah perpanjangan keikut sertaan,

ketekunan pengamatan, tiangulasi, pengecekan sejawat, analisi kasus negative,

kecukupan refernsial, dan pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam

penelitian. Pengujian keabsahan data menggunakan empat criteria sebagaimana

yang dikemukakan oleh Lexy J.Moleong (2004:173),yaitu: kredibilitas

(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan(dependability), dan

kepastian (confirmability).

1. Kepercayaan (credibility)

Uji credibility atau validitas internal merupakan uji kepercayaan terhadap

data hasil penelitian kualitatif yang dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,


peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman

sejawat, analisis kasus negatif, dan member check. Menurut Sutopo (dalam

Harsono, 2008: 173), triangulasi merupakan cara yang paling umumdigunakan

bagi peningkatanvaliditas dalam penelitian kualitatif.Ada tiga jenis triangulasi

ditambah stau review informan.

a. Triangulasi Sumber Membandingkan data hasil pengamatan dengan data

hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan di depan umum

dengan apa yang dikatakan secara pribadi, dan membandingkan

wawancara dengan dokumen yang berkaitan.

b. Triangulasi Metode Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil

penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat

kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

c. Triangulasi Peneliti Membandingkan informasi yang sama dari ketiga

kasus di Reviu Informan Mengkomunikasikan hasil analisis dengan

informan utama penelitian.

2. Keteralihan (transferability)

Keteralihan (transferability), pada dasarnya merupakan validitas eksternal

pada penelitian kualitatif.Transferability perlu dilakukan orang lain yang telah

mempelajarilaporan peneliti (Sutama, 2010: 73). Orang lain, termasuk rekan-

rekan peneliti, para pembimbing atau promoter,dan para penguji akan

membandingkannyadengankepustakaan, wacana, penelitian, dan pengalamannya

masing-masing. Agar mereka itu memperoleh gambaran yang jelas, peneliti perlu
menjelaskan latar dan adegan mengenai lapangan tempat gejala itu berlangsung

dan peneliti teliti.

3. Kebergantungan/reliabilitas (dependability)

Paradigmapositivistic memandang reliabilitas temuan penelitian sebagai

replikabilitas, yaitu kemampuan hasil penelitian untuk diulang yang dilakukan

dengan teknik pengujian berbentukparallel (Sutama,2010: 73). Dependability

dalam penelitian kelitatif disebut reliabilitas. Suatu penelitian dikatakan

dependability apabila orang lain dapat mengulangi atau mereplikasi proses

penelitian tersebut. Dalam penelitian kelaitatif, uji dependability dilakukan

dengan cara malakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya

dilakukan oleh auditor yangindependen atau pembimbing untuk mengaudit

keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian

4. Kepastian/dapat dikonfirmasi (confirmability)

Confirmability atau konfirmabilitas merupakan serangkaian langkah untuk

mendapatkan jawaban apakah ada keterkaitan antara data yang sudah

diorganisasikan dalam catatan lapangan dengan materi-materi yang digunakan

dalam audit trail (Harsono, 2008:176). Audit trail merupakan langkah diskusi

analitik terhadap semua berkas data hasil penelitian, mulai berkas data penelitian

sampai dengan transkip pelaporan. Secara lugas, konfirmabilitas dilakukan

dengan konfirmasi informasi secara langsung kepada narasumber dan

menghubungkan perolehan informasi satu sama lain.Pengujian confirmability

dalam penelitian kualitatif disebut dengan uji obyektifitas penelitian. Penelitian

dikatakan obyektif apabila hasil penelitian disepakati oleh banyak orang. Dalam
penelitian kualitatif, uji confirmability mirip dengan uji dependability, sehingga

pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Uji confirmabilityadalah

menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang dilakukan.

3.8. Fokus Penelitian

Agar penelitian ini lebih berfokus dan sesuai dengan masalah yang ada, maka

perlu dilakukan pembatasan objek penelitian sehingga lebih merata pada

permasalahan sesungguhnya dan diperoleh kesimpulan yang relavan serta dapat

dipertanggung jawabkan. Efektivitas suatu program kebijakan merupakan

tercapainya suatu hasil dan tujuan yang sudah direncanakan dan tolak ukur sejauh

mana sebuah program dapat melaksanakan kegiatan atau fungsinya sehingga

dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

1. Keberhasilan Program

Efektivitas program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional dalam

melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Keberhasilan program dapat ditinjau dari proses dan

mekanisme suatu kegitan dilapangan.

2. Keberhasilan Sasaran

Efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian dengan memusatkan perhatian

terhadap aspek output, artinya efektivitas dapat diukur dengan seberapa jauh

tingkat output dalam kebijakan dan prosedur dari organisasi untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.


3. Kepuasan terhadap Program

Kepuasan terhadap program merupakan kriteria efektivitas yang mengacu pada

keberhasilan program dalam memenuhi kebutuhan pengguna. Kepuasan yang

dirasakan oleh pengguna semakin tinggi, maka dapat menimbulkan keuntungan

bagi lembaga.

4. Tingkat output dan input

Pada efektivitas tingkat output dan input dapat dilihat dari perbandingan

masukan (input) dengan keluaran (output). Jika output lebih besar dari input

maka dapat dikatakan efisien dan sebaiknya jika lebih besar dari output maka

dapat dikatakan tidak efisien.

5. Tujuan pencapaian menyeluruh

Sejauh mana organisasi melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan dalam

hal ini merupakan penilaian umum efektifitas organisasi.


BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Instansi

4.1.1. Sejarah Singkat Dinas Transmigrasi Dan Tenaga Kerja Kabupaten

KolakaTimur

Kabupaten Kolaka Timur merupakan pemekaran dari Kabupaten Kolaka

berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Pembentukan

Kabupaten Kolaka Timur di Provinsi Sulawesi Tenggara. Untuk menjalankan

kewenangan pemerintahan, maka ditetapkan Peraturan Daerah Bupati Kolaka

Timur, dimana salah satu Organisasi Perangkat Daerah (ODP) yang dibentuk

adalah Dinas Sosial, Catatan Sipil, Kependudukan, Tenaga Kerja, dan

Transmigrasi Kabupaten Kolaka Timur, Nama ODP tersebut kemudian diubah

dalam Peraturan Bupati Kolaka Timur Nomor 62 Tahun 2016 menjadi Dinas

Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten Kolaka Timur.

Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten Kolaka Timur

merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah kolaka timur yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada

Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja

Kabupaten Kolaka Timur mempunyai tugas membantu bupati melaksanakan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan

yang diberikan kepada daerah di bidang transmigrasi dan tenaga kerja. Dalam

melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pelaksana urusan pemerintahan

kab.kolaka timur menyelenggarakan fungsi:


a. Pelaksanaan rumusan kebijakan teknis di bidang ketenagakerjaan daan

ketransmigrasian;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

ketenagakerjaan dan ketranmigrasiaan;

c. Pembinaan dan fasilitasi bidang hubungan industrial dan persyaratan kerja,

pelatihan dan penempatan Tenaga Kerja, pengawasan dan perlindungan

Tenaga Kerja serta bidang transmigrasi;

d. Pelaksanaan pembinaan administrasi ketatausahaan Dinas;

e. Pelaksaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan

fungsi Dinas.

4.1.2. Visi dan Misi Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kab. Kolaka

Timur

VISI :

“Mewujudkan Kabupaten Kolaka Timur Sebagai Wilayah Agrobisnis

yang Unggul dan Berdaya Saing’’.

MISI :

1. Pengembangan senta-sentra produksi pertanian dalam arti luas, dan

pemberdayaan ekonomi masyarakat;

2. Peningkatan pertumbuhan ekonomi wilayan melalui investasi

swasta dan pemerintah;

3. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia melalui

pelayanan pendidikan, kesehatan, pemuda serta olahraga,

Kabupaten Kolaka Timur


4. Peningkatan kualitas tata kelola pemerintah yang baik (good

governance) dan pencegahan pelanggaran, penegakan hukum serta,

sumber daya aparat;

5. Pengembangan interkonektivitas antara kawasan dan infrastruktur

ekonomi wilayah, infrastruktur dasar perdesaan, perkotaan;

6. Pengendalian dan pelestarian lingkungan yang berkelanjutan;

7. Peningktan persatuan dan kesatuan bangsa, melaksanakan revolusi

mental, pelestarian seni budaya, nilai-nilai kearifan local,

pemberdayaan, perlindungan dan pembinaan kesejahteraan

masyarakat.

4.1.3. Struktur Organisasi Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja

Kabupaten. Kolaka Timur.

Dalam struktur organisasi akan tergambar bagaimana pembagian tugas

secara jelas oleh masing-masing bagian atau orang yang terlihat dalam organisasi

tersebut. Dengan adanya struktur organisasi yang baik, maka pembagian kerja

akan mudah dilaksanakan, sehingga semua yang telah direncanakan akan

dikerjakan dengan baik dan mencapai tujuan.

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja mempunyai tugas

memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan urusan pemerintahan di

Bidang Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang menjadi kewenangan Daerah

dan tugas pembantuan serta bertanggung jawab atas terlaksananya tugas

dan fungsi Dinas.


2. Sekretariat

a. Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan pengeloaan administrasi

ketatausahaan, keuangan, perlengkapan dan kepegawaian serta

mengkoordinasikan penyusunan program, evaluasi dan pelaporan

Dinas.

b. Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

c. Susunan organisasi Sekretariat :

1) Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian;

2) Sub. Bagian Perencanaan dan Pelaporan;

3) Sub. Bagian Keuangan.

3. Bidang Penempatan, Pelatihan Tenaga Kerja dan Perluasan

Kesempatan Kerja

a. Bidang Penempatan, Pelatihan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan

Kerja mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan, koordinasi, fasilitasi dan pembinaan bidang

penempatan tenaga kerja, informasi Pasar Kerja, pelatihan dan

sertifikasi tenaga kerja, pengembangan kesempatan kerja serta

pengendalian penggunaan tenaga kerja asing.

b. Bidang Penempatan, Pelatihan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan

Kerja, dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada di bawah dan

bertangung jawab kepada Kepala Dinas.


c. Bidang Penempatan, Pelatihan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan

Kerja menyelenggarakan fungsi :

1) Penyusunan perencanaan bidang penempatan, pelatihan tenaga

kerja;

2) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelatihan dan

penempatan tenaga kerja , informasi pasar kerja dan bimbingan

jabatan, pengantar kerja dan bursa kerja, penempatan dan

perlindungan tenaga kerja serta pengendalian penggunaan tenaga

kerja asing;

3) Penyusunan pedoman dan petunjuk teknis di bidang informasi

pasar kerja dan bimbingan jabatan, pengantar kerja dan bursa kerja,

penempatan dan perlindungan tenaga kerja, pengembangan dan

perluasan kesempatan kerja serta pengendalian penggunaan tenaga

kerja asing;

4) Pemberian pembinaan dan supervise di bidang informasi pasar

kerja dan bimbingan jabatan, pengantar kerja dan bursa kerja,

penempatan dan perlindungan tenaga kerja, pengembangan dan

perluasan kesempatan kerja serta pengendalian penggunaan tenaga

kerja asing;

5) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan di bidang

informasi pasar kerja dan bimbingan jabatan, pengantar kerja dan

bursa kerja, penempatan dan perlindungan tenaga kerja,


pengembangan dan perluasan kesempatan kerja serta pengendalian

penggunaan tenaga kerja asing;

6) Pelaksanaan pelayanan administrasi bidang penempatan, pelatihan

tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja;

7) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

d. Bidang Penempatan, Pelatihan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan

Kerja, terdiri atas :

1) Seksi Penempatan Tenaga Kerja dan Informasi Pasar Kerja;

2) Seksi Pelatihan dan sertifikasi Tenaga Kerja;

3) Seksi Pengembangan Kesempatan Kerja dan Pengendalian

Pengunaan Tenaga Kerja asing.

4. Bidang Hubungan Industrial dan Perlindungan Tenaga Kerja

a. Bidang Hubungan Industrial dan Perlindungan Tenaga Kerja

mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan kebijakan, koordinasi,

pembinaan dan fasilitasi di bidang persyaratan kerja, pengupahan dan

jaminan sosial tenaga kerja, perlindungan, kelembagaan dan kerja sama

hubungan industrial dan penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

b. Bidang hubungan Industrial dan Perlindungan Tenaga kerja dipimpin

oleh kepala Bidang yang berada dibawahdan bertanggung jawab kepada

Kepala Dinas.

c. Fungsi Bidang Hubungan Industrial dan Perlindungan Tenaga Kerja


1) Penyusunan rencanaan dan program bidang hubungan industrial

dan perlindungan tenaga kerja;

2) Perumusan kebijakan di bidang persyaratan kerja, pengupahan,

jaminan sosial Tenaga Kerja, kelembagaan dan kerja sama

hubungan industrial, penyelesaian perselisihan hubungan industrial

dan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja;

3) Pelaksanan koordinasi dan fasilitasi bidang persyaratan kerja,

pengupahan dan jaminan sosial tenaga kerja, perlindungan

kelembagaan dan kerja sama hubungan industrial dan penyelesaian

perselisihan hubungan industrial;

4) Penyusunan petunjuk teknis di bidang persyaratan kerja,

pengupahan, jaminan sosial Tenaga Kerja, kelembagaan dan kerja

sama hubungan industrial, penyelesaian perselisihan hubungan

industrial dan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja;

5) Pembinaan dan supervise di bidang persyaratan kerja, pengupahan,

jaminan sosial Tenaga Kerja, kelembagaan dan kerja sama

hubungan industrial, penyelesaian perselisihan hubungan industrial

dan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja;

6) Pelaksanan monitoring dan evaluasi serta pelaporan di bidang

persyaratan kerja, pengupahan, jaminan sosial Tenaga Kerja,

kelembagaan dan kerja sama hubungan industrial, penyelesaian

perselisihan hubungan industrial dan pembinaan keselamatan dan

kesehatan kerja;
7) Pelaksanaan administrasi bidang hubungan industrial dan

perlindungan Tenaga Kerja;

8) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai

dengan tuas dan fungsinya.

d. Bidang Hubungan Industrial dan Perlindungan Tenaga Kerja terdiri

atas:

1) Seksi Persyaratan Kerja, Pengupahan dan Jaminan Sosial Tenaga

Kerja;

2) Seksi Perlindungan, Kelembagaan dan Kerjasama Hubungan

Industrial;

3) Seksi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

5. Bidang Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Permukiman

Transmigrasi

a. Bidang Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Pemukiman

Transmigrasi mempunyai tugas melaksanakan rumusan kebijakan,

koordinasi dan fasilitasi di bidang penyediaan areal, perencanaan teknis

penyiapan kawasan dan pembangunan permukiman transmigrasi serta

penempatan dan persebaran penduduk sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

b. Bidang Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Permukiman

Transmigrasi dipimpin oleh kepala Bidang yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.


c. Fungsi Bidang Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Permukiman

Transmigrasi

1) Penyusunan perencanaan dan program bidang penyiapan kawasan

dan pembangunan permukiman transmigrasi;

2) Pelaksanaan perumusan kebijakan dibidang pembinaan potensi

kawasan transmigrasi, pembangunan permukiman transmigrasi,

dan penataan persebaran penduduk;

3) Penyusunan petunjuk teknis di bidang pembinaan potendi kawasan

transmigrasi, penyediaan tanah transmigrasi, pembangunan

permukiman transmigrasi dan penataan persebaran penduduk;

4) Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembinaan

potensi kawasan transmigrasi, penyediaan tanah transmigrasi,

pembangunan permukiman transmigras, dan penataan persebaran

penduduk;

5) Fasilitasi, monitoring, evaluasi dan pelaporan di bidang pembinaan

potensi kawasan transmigrasi, penyediaan tanah transmigrasi,

pembangunan permukiman transmigrasi, dan penataan persebaran

penduduk;

6) Pelaksanaan administrasi bidang penyiapan kawasan dan

pembangunan permukiman transmigrasi; dan

7) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.


d. Bidang Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Permukiman

Transmigrasi, terdiri atas :

1) Seksi Penyediaan Areal dan Perencanaan Teknis;

2) Seksi Pembangunan Permukiman Transmigrasi;

3) Seksi Penempatan dan Persebaran Penduduk.

6. Bidang Pengembangan Kawasan Transmigrasi

a. Bidang Pengembangan Kawasan Transmigrasi mempunyai tugas

melaksanakan rumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan dan fasilitasi

pengembangan usaha dan promosi kemitraan, pengembangan sosial

budaya dan pelayanan pertanahan dan pengembangan Sarana

Prasarana dan Lingkungan.

b. Bidang Pengembangan kawasan Transmigrasi di pimpin oleh Kepala

Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

Dinas.

c. Fungsi Bidang Pengembangan Kawasan Transmigrasi

1) Penyusunan perencanaan dan program bidang pengembangan

kawasan transmigrasi;

2) Pelaksanaan perumusan kebijakan di bidang promosi dan kerja

sama kelembagaan, pembangunan dan pengembangan kawasan,

pengembangan usaha, pengembangan sosial budaya, dan pelayanan

pertanahan transmigrasi;

3) Penyusunan petunjuk teknis dibidang promosi dan kerja sama

kelembagaan, pembangunan dan pengembangan kawasan,


pengembangan usaha, pengembangan sosial budaya, dan pelayanan

pertanahan transmigrasi;

4) Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi promosi dan kerja sama

kelembagaan, pembangunan dan pengembangan kawasan,

pengembangan usaha, pengembangan sosial budaya, dan pelayanan

pertanahan transmigrasi;

5) Pembinaan dan pembimbingan teknis serta supervisi di bidang

promosi dan kerja sama kelembagaan dan pengembangan kawasan,

pengembangan usaha, pengembangan sosial budaya, dan pelayanan

pertanahan transmigrasi;

6) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang promosi dan kerja

sama kelembagaan dan pengembangan kawasan, pengembangan

sosial budaya, dan pelayanan pertanahan transmigrasi;

7) Pelaksanaan administrasi bidang pengembangan kawasan

transmigrasi;

8) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

d. Bidang Pengembangan Kawasan Transmigrasi terdiri atas :

1) Seksi Pengembangan Usaha dan Promosi Kemitraan;

2) Seksi Pengembangan Sosial Budaya dan Pelayanan Pertanahan;

3) Seksi Pengembangan Sarana Prasarana dan Lingkungan.


7. Unit Pelaksana Teknis Dinas

a. Unit Pelaksana Teknis Dinas adalah unsur pelaksana teknis dinas

secara operasional di lapangan.

b. Kepala Unit pelaksana Teknis Dinas berada di bwah dan bertanggung

jawab kepada kepala dinas.

c. Unit Pelaksana Teknis Dinas dilengkapi dengan Tata Usaha dan

Jabatan Fungsional yang berada dibawah dan bertanggung jawab

kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas.

d. Ketentuan mengenai pembentukan dan susunan organisasi serta tugas

dan fungsi Unit Pelaksana Teknis Dinas diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Bupati setelah dikonsultasikan secara tertulis kepada

Gubernur selaku Wakil Pemerintah Pusat.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian

tugas teknis dinas sesuai bidang keahliannya.

a. Jumlah Aparatur Sipil Negara dalam jenjang jabatan fungsional yang

terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.

b. Dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh

Bupati dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada

Kepala Dinas.

c. Jumlah Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud ditentukan

berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Informan

Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 10 orang

diantaranya adalah Sekretaris Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja, Kepala

Bidang Penempatan Pelatihan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja dan

Unsur Masyarakat yang menerima bantuan di Kab.Kolaka Timur. Sebanyak 10

orang uraian masing-masing informan meliputi umur, jenis kelamin dan tingkat

pendidikan secara rinci dapat dijelaskan secara berikut:

5.1.1 Umur Informan

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah informan yang digunakan memiliki

rentang usia antara 27 tahun sampai dengan 51 tahun. Kemudian informan dengan

rentan usia antara 27-31 tahun adalah berjumlah 2 orang sedangkan informan

yang berada pada rentan usia 31-51 tahun sebanyak 8 orang.

5.1.2 Tingkat Pendidikan Informan

Program pendidikan secara umum, baik dalam formal maupun non formal.

Hal ini penting agar Sumber Daya Manusia dapat diandalkan dalam rangka

mendukung program pembangunan.

Hasil penelitian dilapangan memperlihatkan bahwa informan yang berada

pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar(SD) sebanyak 1 orang sebagai pelaku

usaha, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 3 orang sebagai pelaku

usaha, Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 2 orang sebagai pelaku usaha,
dan informan yang mempunyai tingkat pendidikan Strata Satu (S-1) sebanyak 4

orang sebagai birokrat.

5.2 Hasil Penelitian

Pada dasarnya kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu

effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan

baik. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau

sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun

program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti

yang telah ditentukan.

5.2.1 Keberhasilan Program

Efektivitas Program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional

suatu lembaga dalam melaksanakan program-program kerja yang telah ditentukan

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, menciptakan program

yang sasaranya menjadikan masyarakat berdiri melalui usaha mikro menuju

kesejahteraan. Hal ini Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Sekretaris

Dinas WM pelaksanaan program pendampingan adalah sebagai berikut:

“pada dasarnya pendampingan diberikan tujuanya untuk menciptakan


wirausaha-wirausaha baru atau usaha pemula mandiri, sebagai salah satu
upaya untuk memperluas/menciptakan lapangan kerja yang
berkesinambungan dalam rangka mengatasi pengangguran, keberhasilan
program diukur dengan berjalan atau tidaknya suatu usaha yang ada di
kab. kolaka timur dan jika usaha tidak berkembang lebih banyak dari
usaha yang berkembang maka artinya program pendampingan tidak
berhasil.”(Wawancara 04 Januari 2021)

Ditambahkan oleh salah seorang pendamping wirausaha mengatakan bahwa

selama dilakukan pendampingan terhadap pelaku usaha memang usaha yang


mereka masih sementara berjalan tetapi untuk sekarang kami tidak mengetahui

lebih pasti apakah usaha yang mereka jalan masih tetap berjalan atau tidak berikut

pernyataan Ibu RM, menyatakan bahwa

“untuk kab.kolaka timur jumlah penerima bantuan alat usaha tersebut


berjumlah 30 Kelompok usaha terdiri dari 10 kecamatan untuk
keberhasilan program dilihat dari jumlah usaha yang masih
berjalan.”(Wawancara 04 Januari 2021)

Sedangkan Masyarakat/Penerima bantuan sebagai informan mengemukakan

pendapat yaitu Bapak MT mengatakan bahwa:

“Program Pendampingan sangat baik sekali sangat membantu dalam


menjalankan usaha saya karena dari pendampingan ini kami diberi
pembekalan-pembekalan, akses modal, bagaimana cara memulai usaha,
memasarkan produk, menulis laporan keuangan, serta solusi atas kendala-
kendala yang dihadapi.” (Wawancara 04 Januari 2021)

Hal ini relafan dengan yang disampaikan oleh Ibu MH selaku

Masyarakat/Penerima bantuan, adalah sebagai berikut:

“Program Pendampingan ini sangat baik karena sangat membantu dalam


menjalankan usaha saya setelah adanya pendampingan saya sudah bisa
mengatur modal usaha saya sehingga modal usaha saya bisa terpakai untuk
tetap berjualan.” (Wawancara 25 Januari 2021)

Dibenarkan oleh Bapak AS selaku Masyarakat/Penerima Bantuan, adalah sebagai

berikut:

“Program pendampingan serta bantuan alat usaha sangat membantu untuk


menjalankan usaha saya karena alat usaha yang diberikan sangat terpakai
selain bantuan penambahan alat usaha juga diberikan pendampingan yang
menurut saya sangat membantu dalam pengembangan usaha saya
sekarang ini” (Wawancara 25 Januari 2021)

Lebih lanjut dibenarkan oleh salah seorang pendamping wirausaha Ibu IY juga

menyatakan bahwa:
“Memang kami sebagai pendamping mengupayakan hadir di tengah
masyarakat, hidup bersama mereka, belajar dari apa yang mereka miliki,
dan mengajar dari apa yang mereka ketahui, dengan kata lain bekerja
sambil belajar.” (Wawancara 04 Januari 2021)
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan diatas maka dapat

disimpulkan Pendampingan usaha mikro dan kecil atau disebut usaha mandiri

yang telah menggerakkan ekonomi sebagian besar masyarakat kab. kolaka timur

terbukti mampu menyerap tenaga kerja serta mampu bertahan dan dapat

dijalankan sendiri oleh pelaku usaha secara produktif dan berkelanjutan.

5.2.2 Keberhasilan Sasaran

Efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian dengan memusatkan perhatian

terhadap aspek output, artinya efektivitas dapat diukur dengan seberapa jauh

tingkat output dalam kebijakan dan prosedur dari organisasi untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan oleh Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja dan

pemerintah Kabupaten Kolaka Timur untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

dengan mengeluarkan dana bantuan berupa alat usaha serta pendampingan

terhadap para pelaku usaha. Sehingga Kepala Bidang Penempatan Pelatihan

Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja Ibu RM menyatakan bahwa:

“sasaran dari program pendampingan ini diperuntukkan untuk masayarakat


pelaku usaha atau UKM yang kelas menengah kebawah yang akan
diberikan pendampingan mulai dari proses mengidentifikasi permasalahan,
mencari alternatif pemecahan masalah, sampai pada implementasinya.”
(04 Januari 2021)

Ditambahkan pula oleh salah seorang pendamping Ibu IY menyatakan

pendapat tentang keberhasilan sasaran berikut kutipan wawancara menyatakan

bahwa:
“sasaranya pasti masyarakat pelaku usaha yang telah menerima bantuan
namun karena pada saat proses pendampingan dilakukan para pelaku
usaha memang benar memakai alat bantuan yang diberikan tetapi kami
tidak selamanya memberikan pendampingan sehingga kami tidak
mengetahui apakah usaha mereka berjalan hingga sekarang atau tidak.”
(Wawancara 04 Januari 2021)

Dalam pemberian pendampingan yang menjadi patokan utamanya adalah

usaha yang telah diberikan bantuan karena pada dasar pemberian adalah untuk

pengembangan usaha terhadap pelaku usaha yang telah diberi bantuan alat usaha.

Kemudian hasil wawancaran dengan Sekretaris Dinas yaitu Bapak WM

mengatakan bahwa:

“dasar pemberian pendampingan bahwa kelompok perlu didampingi


dalam merintis usahanya pendampingan juga dilakukan baik untuk
meningkatkan kemampuan teknis maupun penguatan kemampuan
kelembagaan.” (Wawancara 04 Januari 2021)

Kemudian dikemukakan pendapat oleh salah seorang masyarakat berikut

kutipan wawancara Ibu HI mengatakan bahwa:

“saya meski telah mendapatkan pendampingan tetap saja masalah yang


saya hadapi tidak memberikan solusi karena pemberian pendampingan
tidak sesuai dengan apa yang saya butuhkan.”
(Wawancara 04 Januari 2021)

Kutipan wawancara juga dikemukakan oleh masyarakat atau pelaku usaha

yang mengajukan bantuan Ibu MH menyatakan bahwa:

“banyak sekali yang mengatakan bahwa hanya sebagian pelaku usaha yang
mendapat pendampingan secara komprensif alasannya adalah tidak semua
kebutuhan pelaku usaha di berikan hanya kebutuhan paling banyak yang
akan diberikan tidak dibenarkan untuk setiap individu, jika ditanya tepat
sasaran atau tidak maka dapat dikatakan tepat sasaran karena pihak
penyelenggara sangat selektif dalam melakukan pendampingan karena dari
sebagian besar pelaku usaha yang berhasil mengembangkan usahanya
namun masih ada juga usaha tidak berkembang karena bangkut.”
(Wawancara 25 Januari 2021)
Ditambahkan juga oleh salah satu pemberian Pendampingan Bapak AN

menyatakan pendapat tentang Pendampingan bahwa:

“Sasaran dari Pendampingan ini memang untuk pelaku usaha yang telah
menerima bantuan tujuan pendampingan memang untuk mengembangkan
usaha dan jika setelah adanya pendampingan tidak juga mengalami
perkembangan usaha maka berikutnya tidak diberikan lagi bantuan contoh
seperti saya dinyatakan tidak berkembang karena alat usaha saya tidak
pergunakan karena keuntungan tidak bertambah.”
(Wawancara 25 Januari 2021)

Dari hasil penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pihak

penyelenggara bantuan atau dalam hal ini Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja

telah melakukan tugas dengan baik dan mampu membawa perubahan pola

pengusaha lewat bantuan alat usaha yang diberikan dengan sasarannya adalah

masyarakat atau pelaku usaha yang telah memiliki usaha minimal 6 bulan dan

telah berumur 21-75 tahun, dengan ketentuan persyaratan yaitu memasukkan

proposal terlebih dahulu kemudian memiliki usaha yang membutuhkan alat usaha

sesuai kebutuhan dan kemudian diberikan pendampingan agar usaha yang

dijalankan bisa terus berkembang.

5.2.3 Kepuasan Terhadap Program

Kepuasan terhadap program merupakan kriteria efektivitas yang mengacu

pada keberhasilan program dalam memenuhi kebutuhan pengguna. Kepuasan

yang dirasakan oleh pengguna semakin tinggi, maka dapat menimbulkan

keberhasilan bagi pemerintah dan masyarakat yang mendapatkan bantuan serta

pendampingan melalui dinas yang terkait keberhasilan program tersebut adalah

harapan bagi pihak pemerintah.


Oleh karena itu, informasi yang didapat melalui Ibu RM yang juga

merupakan Kepala Bidang Penempatan Pelatihan Tenaga Kerja dan Perluasan

Kesempatan Kerja menyatakan, bahwa:

“kepuasan terhadap program diukur dengan pelaku usaha yang


mendapatkan bantuan serta pendampingan jika yang ditanyai pelaku usaha
yang berhasil dengan setelah mendapatkan pendampingan maka semuanya
mendapatkan program pendampingan tetapi banyak pula usaha tutup
meski telah menerima pendampingan itulah yang jadi salah satu
penghambat keberhasilan program.” (Wawancara 25 Januari 2021)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu HI menyangkut dengan program

pendampingan yang mengalami kegagalan dalam menjalankan usaha menyatakan,

sebagai berikut:

“banyak sekali yang mengalami tutup usaha di sebabkan karena


banyaknya persaingan terhadap pelaku usaha lain sehingga pendapatan
tidak menentu dan juga kurangnya kreatifitas yang saya miliki sehingga
usaha saya tutup.” (Wawancara 27 Januari 2021)

Kemudian hal senada dijelaskan lebih rinci oleh Ibu RM Kepala Bidang

Penempatan Pelatihan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja

mengatakan bahwa:

“untuk lebih jelasnya jika pelaku usaha mengalami kebangrutan maka


kami tidak lagi memberikan bantuan serupa karena kami sudah cukup
memberikan alat usaha serta pendampingan.”
(Wawancara 27 Januari 2021)

Ditanggapi oleh Ibu MH yang merupakan penerima bantuan serta

pendampingan menyatakan bahwa:

“saya pribadi sangat puas dengan bantuan serta pendampingan yang


diberikan oleh pemerintah karena alat usaha yang diberikan sangat
membantu dan sangat terpakai untuk menjalankan usaha menjahit saya
sebelum adanya bantuan alat usaha tersebut saya sangat lambat dalam
menjahit karena alat saya kurang dan setelah mendapatkan penambahan
alat usaha tersebut saya cukup cepat dalam menjahit dan juga
pendampingan yang diberikan bisa mengajarkan saya bagaimana agar
modal saya bisa tetap terpakai untuk usaha saya sekarang ini.”
(Wawancara 25 Januari 2021)

Ditambahkan juga oleh salah satu penerima bantuan Bapak AN

menyatakan pendampat tentang bantuan serta pendampingan bahwa:

“saya merasa tidak puas dengan program pendampingan yang diberikan


karena tidak sesuai dengan apa yang saya butuhkan misalnya yang saya
inginkan pembekalan pengembangan usaha atau meningkatkan kreatifitas
tetapi yang berikan pendampingan itu pembekalan pembukuan dan
pengelolaan keuangan usaha.” (Wawancara 27 Januari 2021)

Kesimpulan dari data yang diperoleh melalui wawancara diatas adalah

kepuasan terhadap program maka masyarakat puas dengan program yang berikan

tetapi yang menjadi kendala adalah pemberian pendampingan yang tidak sesuai

dengan kebutuhan pelaku usaha sehingga masih ada terdapat pelaku usaha yang

kurang puas dengan program pendampingan yang diberikan.

5.2.4 Tingkat Input dan Output

Pada efektifitas tingkat output dan input dapat dilihat dari perbandingan

antara masukan (input) dengan keluaran (output). Jika output lebih besar dari

input maka sapat dikatakan efisien dan sebaliknya jika lebih besar dari output

maka dapat dikatakan tidak efisen hal ini dimaksud adalah masukan yang diterima

pemerintah dari program yang dijalankan dan partisipasi yang dilakukan oleh

masyarakat serta output atau hasil yang diterima dari program yang dijalankan

oleh pemerintah kepada 30 kelompok usaha.

Berdasarkan wawancara kepala bidang penempatan pelatihan tenaga kerja

dan perluasan kesempatan kerja Ibu RM menyatakan pendapat bahwa:

“input atau masukan adalah program pendampingan berjalan dengan


lancar itu merupakan harapan besar yang kami semua harapkan tetapi
kenyataan dari 30 kelompok usaha yang telah kami berikan pendampingan
dan dalam waktu 3 sampai 6 bulan untuk melihat apakah usaha mengalami
perkembangan atau tidak dan jika tidak maka berikutnya tidak akan
diproses dari pemberian pendampingan masih terdapat beberapa pelaku
usaha yang mengalami kegagalan dalam menjalani usaha atau tutup usaha
karena kurangnya skill atau pengelolaan modal usaha yang menyebabkan
para pelaku usaha ini tidak lagi membuka usaha”.
(Wawancara 27 Januari 2021)

Hal ini didukung oleh salah seorang pegawai kantor yaitu Bapak IR

menyatakan bahwa:

“seluruh penerima bantuan alat usaha juga mendapatkan pendampingan


namun yang paling sering menjadi penyebab usaha tutup adalah kurangnya
kreatifitas yang dimiliki serta pengelolaan modal usaha yang kurang baik
sehingga para pelaku usaha sering kali menggunakan modal usaha untuk
kebutuhan sehari-hari”.(Wawancara 27 Januari 2021)

Sedangkan masyarakat atau pelaku usaha yang melakukan pengajuan atau

permohonan Bapak MT menyatakan pendapat tentang input dan output

pemerintah atau Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja

“inputnya adalah kami masyarakat mengajukan permohonan seperti


memasukkan proposal kepada dinas terkait kemudian dilakukan verifikasi
serta diberikan alat usaha dan juga pendampingan hal itu menandakan
verifikasi berhasil outputnya adalah kami atau saya pribadi dapat
mengembangkan usaha yang sudah saya miliki dan usaha saya adalah
berjualan tahu tempe sebelum adanya program pendampingan saya
kesulitan dalam mengatur antara modal dan keuangan pribadi sehinggaa
terkadang saya memakai modal untuk kebutuhan pribadi tetapi setelah
adanya pendampingan yang hadir memberikan solusi dari masalah yang
kami atau saya hadapi Alhamdulillah saya pribadi sekarang telah
mendapat solusi dari hasil pendampingan yang berikan dan juga alat usaha
tersebut sangat terpakai itulah sampai sekarang usaha saya masih tetap
berjalan”. (Wawancara 25 Januari 2021)

Ditambahkan oleh salah seorang masyarakat/pelaku usaha Bapak SN

menyatakan bahwa:

“Program ini sangat membantu pengusaha kecil untuk mengembangkan


usaha karena dari pendampingan serta bantuan alat usaha tersebut dapat
memberikan pemahaman serta pengetahuan yang lebih luas dan juga
pemberian alat usaha yang sangat bermanfaat bagi pelaku usaha seperti
kami yang hanya memasukkan proposal sebagai syarat untuk menerima
bantuan namun kelemahan dari program pendampingan ini hanya
diberikan kepada pelaku usaha yang lebih banyak kebutuhan yang di
inginkan tidak memberikan atau mendengarkan keluhan setiap pelaku
usaha” (Wawancara 25 Januari 2021)

Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa program

pendampingan yang diberikan kepada kelompok usaha menimbulkan polemik

dimasyarakat/pelaku usaha karena pada dasarnya pendampingan diberikan kepada

masyarakat/pelaku usaha yang paling banyak membutuhkan pendampingan yang

ingin kan tidak memberikan secara komprensif atau menyeluruh selebihnya

memang program ini sangat membantu pengusaha kecil untuk mengembangkan

usaha.

5.2.5 Pencapaian Tujuan Menyeluruh

Sejauh mana lembaga melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan

dalam hal ini merupakan penilaian umum efektifitas Program Pendampingan

terhadap pelaku usaha yang diberikan bantuan alat usaha yang ada di kabupaten

kolaka timur. Hal ini menyangkut Tujuan dari Program Pendampingan itu sendiri

dibuat yang harusnya mensejahterakan masyarakat melalui bantuan yang

diberikan berupa alat usaha kepada siapa saja pelaku usaha yang ada dikabupaten

kolaka timur namun terjadi kesalahpahaman masyarakat bahwa pendampingan

serta bantuan yang diberikan bukan untuk pemula tetapi pengusaha yang telah

memiliki usaha yang sedang berjalan dan membutuhkan tambahan alat usaha.

Adapun Wawancara yang dilakukan kepada Sekretaris Dinas Transmigrasi

dan Tenaga Kerja Bapak WM menyatakan pendapatnya tentang Program

Pendampingan berikut:
“Sebelumnya perlu diketahui bahwa program ini yaitu program
pendampingan adalah program pemerintah pusat yaitu Direktur/ Kepala
BBPPK dan PKK (Eleson II) kemudian pemerintah daerah yang
membidangi Ketenagakerjaan yaitu Kepala Dinas yang membidangi
ketenagakerjaan sebagai penyalur dan penyelenggara Program
pendampingan serta bantuan yang diberikan juga telah diberikan peraturan
dari pemerintah tujuan dari pendampingan adalah untuk menurunkan
tingkat pengangguran dan menyerap tenaga kerja seiring dengan
pertumbuhan wirausaha serta untuk pengembangan usaha dan dapat
meningkatkan taraf hidup menjadi sejahtera itu merupakan tujuan
pencapaian program pendampingan tersebut”.
(Wawancara 17 Januari 2021)

Hal ini lain diungkapkan oleh masyarakat/pelaku usaha ibu MH

menyatakan bahwa:

“yang melaksanakan program pendampingan adalah pemerintah daerah


namun yang menjadi masalah adalah ada beberapa pelaku usaha yang
meskipun telah diberikan pendampingan yang maksimal sesuai dengan
keluhan serta permasalahan yang dihadapi selama menjalani usaha masih
tetap saja usaha yang dijalankan tidak berkembang”.
(Wawancara 25 Januari 2021)

Wawancara juga dilakukan kepada seorang pendamping wirausaha Ibu IY

juga menyatakan bahwa:

“yang sebenarnya kami juga inginkan bahwa dari program ini tidak ada
lagi pelaku usaha yang mengalami tutup usaha tetapi kami hanya
melakukan tugas mendampingi hanya sampai 6 bulan saja tidak untuk
mendampingi selama menjalani usaha jika tujuan pencapaian menyeluruh
tentu saja tidak tercapai karena dari seluruh pelaku usaha yangtelah
menrima bantuan alat usaha serta pendampingan yang diberikan hanya ada
sebagian besar pelaku usaha yang masih tetap berjualan hingga sekarang
dan sebagian kecil diantaranya mengalami tutup usaha atau tidak lagi
berjualan”. (Wawacara 17 Januari 2021)

Ditambahkan juga oleh salah satu masyarakat/pelaku usaha Bapak AN

menyatakan pendapat tentang pendampingan bahwa:

“Selama dalam pemberian pendampingan memang sesuai dengan apa yang


saya butuhkan tetapi masih tetap saja dalam pengelolaan modal usaha saya
habis terpakai untuk kebutuhan pribadi karena kurangnya pemasukan atau
keuntungan yang didapat dari hasil berjualan”
(Wawancara 27 Januari 2021)

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan program pendampingan adalah

program yang diberikan kepada pengusaha kecil untuk pengembangan usaha kecil

program ini menjadi tidak efektif bagi pelaku usaha karena masih terdapat

beberapa usaha yang mengalami tutup usaha atau tidak lagi berjualan secara rutin.

5.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Pertumbuhan dan pemerataan ekonomi merupakan indikator dalam proses

pembangunan sebuah negara, terlebih lagi negara-negara yang sedang

berkembang dimana pembangunan diarahkan untuk mencapai tingkat

kemakmuran bagi rakyatnya. Di Indonesia. Tujuan tersebut tercantum dalam

pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu untuk “memajukan kesejahteraan

umum”. Tujuan ini memiliki maksud bahwa kesejahteraan masyarakat Indonesia

adalah prioritas terpenting dalam proses pembangunan Indonesia.

Salah satu bentuk kebijakan yang dilakukan oleh Kementerian

Ketenagakerjaan yaitu dengan memberikan bantuan dengan berbagai tahapan dan

mekanisme yang telah ditentukan dengan petunjuk pelaksanaan pemberian

bantuan peralatan usaha, dengan tata cara pemberian bantuan peralatan usaha

yaitu:

a. Pengajuan Proposal

b. Batas Akhir Pengiriman Proposal

c. Sistematika Penulisan Proposal

d. Penilaian Kelayakan Proposal

e. Penetapan Lembaga Penerima Bantuan


f. Pelaksanaan Bantuan Perlatan Usaha

g. Jenis Bantuan Pelatan Usaha

Kegiatan Pendampingan terhadap kelompok sasaran dilakukan dalam

bentuk:

a. Diskusi/Pertemuan Berkala

b. Kunjungan Lapangan

c. Membangun jaringan (networking)

d. Merintis Kemitraan Usaha

Melalui pendampingan sebagai salah satu upaya yang dikembangkan dalam

rangka perluasan kesempatan kerja diarahkan untuk memberdayakan masyarakat

sebagai perencana dan pelaksana pembangunan di daerahnya melalui kegiatan

usaha mandiri yang berbasis pada komunitas setempat.

Penumbuhan wirausaha untuk tenaga kerja mandiri merupakan salah satu

kegiatan perluasan kesempatan kerja yang telah dilakukan dari waktu kewaktu

selama ini dan telah menjangkau keseluruh Indonesia termasuk kabupaten kolaka

timur. Upaya tersebut juga telah menghasilkan perkembangan positif,yakni

dengan meningkatnya lapangan kerja baru melalui kegiatan wirausaha. Namun

demikian, dengan jumlah angkatan kerja begitu besar, dan pertumbuhan ekonomi

yang belum menunjukkan peningkatan yang diharapkan , maka jumlah

pengangguran baik dipedesaan maupun perkotaan masih menunjukkan angka

yang besar.

Usaha kecil dan menengah yang telah menggerakkan ekonomi sebagian

besar masyarakat Indonesia dan terbukti mampu menyerap tenaga kerja dalam
jumlah besar serta mampu bertahan sebagai katup pengaman perekonomian

Indonesia. Kenyataan tersebut menyadarkan bahwa upaya penting dalam rangka

perluasan kesempatan kerja atau mengatasi pengangguran adalah menumbuhkan

dan memperkuat kegiatan wirausaha. Terutama kegiatan usaha mandiri yang

dapat dijalankan sendiri oleh masyarakat secara produktif dan berkelanjutan

5.3.1 Keberhasilan Program

Efektivitas program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional

dalam melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya. Keberhasilan program dapat ditinjau dari proses dan

mekanisme sesuai dengan kegiatan dilapangan dalam hal pemberian

pendampingan terhadap pelaku usaha yang telah menerima bantuan dalam bentuk

peralatan usaha kepada pelaku usaha yang ada dikabupaten kolaka timur

diantaranya adalah perbengkelan, pertukangan, menjahit, tahu tempe, gula aren,

pembuatan kue, keripik, las karbit dari seluruh informan yang diteliti hanya ada

beberapa informan yang usahanya berkembang. Kemampuan operasional suatu

lembaga dalam melaksanakan program-program kerja yang telah ditentukan

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya menciptakan program

yang sasaranya menjadikan masyarakat berdikari melalui usaha mikro menuju

kesejahteraan.

Pelaku usaha yang telah diberikan bantuan serta pendampingan

dikabupaten kolaka timur berjumlah 30 kelompok usaha terbagi dalam 10

kecamatan yaitu kec. Tirawuta, Loea, Ladongi, Dangia, Poli-polia, Lambandia,

Lalolae, Mowewe, Uluiwoi, Ueesi dengan pemberian bantuan berjumlah 300 juta
rupiah dan disalurkan dalam bentuk peralatan usaha dari 30 kelompok usaha

hanya terdapat sebagian besar usaha yang berkembang sisanya tidak berkembang

dan untuk keberhasilan program dilihat dari jumlah usaha yang tutup. Berdasarkan

wawancara yang telah dilakukan diatas maka dapat disimpulkan pendampingan

yang dilakukan kepada seluruh kelompok usaha yang tujuan utamanya adalah

masyarakat yang diberikan bantuan alat usaha kemudian diberikan pendampingan

bertujuan untuk untuk memperluas/menciptakan lapangan kerja yang

berkesinambungan dalam rangka mengatasi pengangguran.

5.3.2 Keberhasilan Sasaran

Efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian dengan memusatkan perhatian

terhadap aspek output, artinya efektivitas dapat diukur dengan seberapa jauh

tingkat output dalam kebijakan dan prosedur dari organisasi untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan oleh Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kab.

Kolaka Timur untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memberikan

pendampingan terhadap para pelaku usaha yang menerima bantuan berupa

tambahan alat usaha agar mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat kab.

kolaka timur.

Dari hasil penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa program

pendampingan sudah terlaksana dengan baik namun belum maksimal diakibatkan

masih ada usaha yang gagal atau tidak lagi berjualan secara rutin sebagian kecil

dan Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja telah melakukan tugas dengan baik dan

mampu membawa perubahan pada pengusaha lewat bantuan penambahan alat

usaha yang diberikan dengan sasaranya adalah pelaku usaha atau masyarakat yang
telah memiliki usaha minimal 6 bulan dan telah berumur 21 tahun dan maksimal

75 tahun, dengan ketentuan persayaratan sesuai peraturan yaitu memasukkan

proposal dll sebagai kelengkaapan administrasi serta dilakukan juga evaluasi

setelah alat bantuan usaha diterima serta dilakukan pendampingan dan dalam

waktu 3 sampai 6 bulan untuk melihat apakah usaha mengalami perkembangan

atau tidak dan jika tidak maka berikutnya tidak akan diproses.

Namun dari hasil penelitian dilakukan oleh penulis dilokasi penelitian ternyata

terdapat pelaku usaha yang meski telah mendampat pendampingan masih tetap

saja masalah yang dihadapi tidak memberikan solusi misalnya pemberian

pendampingan tidak sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.

5.3.3 Kepuasan Terhadap Program

Kepuasaan terhadap program merupakan kriteria efektivitas yang mengacu

pada keberhasilan program dalam memenuhi kebutuhan pengguna. Kepuasan

yang dirasakan oleh pengguna semakin tinggi, maka dapat menimbulkan

keuntungan bagi lembaga. Namun sulitnya menilai pelaku usaha dari segi

kepribadianya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun kepribadianya masa lalu.

Penilaian personality juga mencakup sikap emosi, tingkah laku, dan

tindakan pelaku usaha dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya

sejauh mana pelanggan dari program tersebut tepat dengan sasaran yang sudah

ditentukan sebelumnya. Sasaran dari program Pendampingan adalah para pelaku

usaha di kab.kolaka timur yang membutuhkan penambahan alat usaha dalam

mengembangkan usahanya.
Kesimpulan dari data yang diperoleh melalui wawancara diatas adalah

kepuasan terhadap program maka masyarakat/pelaku usaha puas dengan program

yang ada tetapi yang menjadi kendala adalah banyak pelaku usaha yang tutup

karena pemberian pendampingan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pelaku

usaha sehingga masih ada terdapat pelaku usaha yang kurang puas dengan

program pendampingan yang diberikan

5.3.4 Tingkat Output Dan Input

Pada efektivitas tingkat output dan input dapat dilihat dari perbandingan

antara masukan (input) dengan keluaran (output). Jika output lebih besar dari

input maka dapat dikatakan efisien dan sebaliknya jika lebih besar dari output

maka dapat dikatakan tidak efisien. Hal ini dimaksud adalah masukan yang

diterima Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja dari program yang dijalankan dan

partisipasi yang dilakukan oleh para pelaku usaha serta output atau hasil yang

diterima dari program yang dijalankan oleh Pemerintah Pusat melalui Dinas

Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kolaka Timur.

Pendampingan hakikatnya juga harus memberikan perhatian yang serius

tentang harmonisasi antaran masyarakat, pendamping diwilayah program. Karena

keharmonisan keduanya akan berdampak secara nyata terhadap keberhasilan

program diwilayah yang bersangkutan

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa program pendampingan juga

menimbulkan polemik dimasyarakat karena pemberian pendampingan yang tidak

menyeluruh selebihnya bahwa program ini memang membantu pelaku usaha

untuk mencari solusi dari masalah yang dihadapi.


5.3.5 Tujuan Pencapaian Menyeluruh

Sejauhmana lembaga melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan

dalam hal ini merupakan penilaian umum efektivitas Program pendampingan

terhadap pelaku usaha 30 kelompok usaha yang telah menerima bantuan berupa

alat usaha yang sesuai dengan kebutuhan. Hal ini menyangkut Tujuan dari

program pendampingan itu sendiri dibuat yang seharusnya mensejahterakan

masyarakat melalui pendampingan namun terjadi masih saja terjadi kegagalan

dalam menjalani usaha karena kurangnya keuntungan yang didapat.

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan program pendampingan

adalah program yang diberikan kepada pelaku usaha yang telah menerima bantuan

berupa alat usaha namun program ini menjadi tidak efektif bagi

masyarakat/pelaku usaha yang tidak mendapat solusi dari masalah yang dihadapi

dalam menjalani usaha akibatnya usaha tutup. Maka untuk mengukur tingkat

efektivitas dalam pendampingan dan pengaruhnya dalam peningkatan kinerja

usaha kecil menengah dapat diukur menggunakan aspek tertentu, yaitu aspek

ketepatan sasaran, aspek ketepatan waktu, aspek jumlah usaha yang berkembang

dan aspek ketepatan prosedur yang tidak mencapai target yang ditetapkan karena

masih terdapat usaha yang mengalami kegagalan.


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan mengenai “efektivitas

program pendampingan dalam pengembangan usaha kecil menengah (Studi Dinas

Transmigrasi dan Tenaga kerja) dapat dilihat dari indikator-indikator penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Keberhasilan program

Pelaksanaan program pendampingan untuk usaha kecil menengah di kab.

kolaka timur sudah terlaksana dengan baik namun belum maksimal

diakibatkan dengan masih terdapat sebagaian usaha yang akhirnya usaha

tidak berkembang.

2. Keberhasilan sasaran

Belum terlaksana dengan baik karena ketidak telitian pihak pendamping

sehingga ada beberapa pelaku usaha tidak mendapat solusi dari masalah

yang dihadapi.

3. Kepuasan terhadap program

Untuk program masyarakat atau pelaku usaha sebagian besar puas dengan

adanya program pendampingan serta bantuan alat usaha yang diberikan,

namun juga yang menjadi polemik karena hanya sebagian yang mendapat

pendampingan secara komherensif.

4. Tingkat input dan output


Jumlah dan yang dikeluarkan oleh pemerintah berjumlah 300juta dan

disalurkan dalam bentuk peralatan usaha kepada 30 kelompok usaha dan

diberikan juga berupa pendampingan untuk pengembangan usaha namun

dari 30 kelompok usaha terdapat beberapa pelaku usaha yang mengalami

kegagalan karena kurangnya sklill yang di miliki serta pengelolaan modal

usaha yang mengakibatkan pelaku usaha tidak lagi membuka usaha/tutup.

5. Tujuan pencapaian menyeluruh

Ada beberapa hal yang membuat pencapaian program pendampingan

menjadi tersendat dimulai dari pelaku usaha yang meskipun telah

diberikan pendampingan yang maksimal sesuai dengan keluhan serta

permasalahan yang dihadapi selama menjalani usaha masih tetap saja

usaha yang dijalankan tidak berkembang.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ada, seta penelitian yang telah diperhitungkan maka

penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Program pendampingan sebaiknya dipertahankan dan lebih

ditingkatkan agar dapat berjalan semakin baik dan optimal dalam

pencapaian tujuan program pendampingan.

2. Perlu diberikan pendampingan secara komherensif terhadap seluruh

pelaku usaha agar pelaku usaha memiliki kreatifitas atau dapat

menciptakan karya baru agar usaha mereka tetap berjalankan dan

banyak diminati.
DAFTAR PUSTAKA

AriefRahwana,Usahakecilmenengahhttps://infoukm.wordpress.com/20
08/08/11/keragaman definisi-ukm-di-indonesia/ di akses 1 februari
2015.
BBPPKS
Makassar,PendampinganSosialdalamPemberdayaan,diaksespada
19 April 2018.
Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten Kolaka Timur
Green Blue Phinisi,PendampingandalamPemberdayaan,diaksespada
19 April 2018.
Handayaningrat,Soewarno. 2006. PengantarStudiIlmuAdministrasidan
Manajemen. Jakarta: TokoGunungAgung.
Hafsah, M.J. 2004, Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah
(UKM).
Hardani, dkk 2020
MetodepenelitianKualitatifdankuantitatifMataram,CVpustakailmu
Lubis, S.M. Hari&Huseini, Martani. 1987. TeoriOrganisasi:
SuatuPendekatan
Makro. Jakarta :PusatAntarUniversitasIlmu-IlmuSosial.
PresentasideputiBidangPembiayaanKementerianKoperasidan UKM
pada Indonesia Microfinance Conference II, Jakarta, 2
Desember 2009.
Suharto, MembangunMasyarakatMembangun Rakyat: KajianStrategs
Pembangunan KesejahteraanSosial Dan
PekerjaanSosial,,Bandung : RefikaAditama, 2005,
Suharno, 2008. Dasar-DasarKebijakanPublik. Jakarta: OmbakDua.
Strees, Richard M. 1985. EfektifitasOrganisasi. Jakarta: PPm.
Erlangga.
Sugiyono. 201. Metode Penelitian Kuantitatif KualitatifR&D.
Bandung: Alfabeta.
Tangkilisan, NogiHessel. 2005. ManajemenPublik. Jakarta : PT.
GramediaWidiasarana.
Sumber-sumber lain

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Undang-Undang Nomor 27 tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan Belanja


Negara
Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2013 tentang Perluasan Kesempatan Kerja

https://id.wikipedia.org/wiki/Pendampingan
PANDUAN WAWANCARA
JUDUL PENELITIAN : efektivitas program pendampingan dalam
pengembangan usaha kecil, dan menengah di
kab.kolaka timur (studi dinas Transmigrasi dan
Tenaga Kerja Kabupaten Kolaka Timur)

No Jenis pertanyaan Informan Ket

1. Keberhasilan Program
Pegawai/ Masyarakat/
1. Tujuan pendampingan dibuat? ASN pelaku
usaha
2. Bagaimana kondisi usaha yang dijalankan

para pelaku usaha setelah adanya program

pendampingan?

2. Keberhasilan sasaran

1. Siapa sasaran program pendampingan?

2. Bagaimana penanganan terhadap pelaku

usaha yang tidak berkembang?

3. Apa saja syarat penerima bantuan

penambahan alat usaha?

3. Kepuasan terhadap program

1. Bagaimana cara agar dinas Transmigrasi

dan Tenaga Kerja mengetahui kepuasan

masyarakat dalam menerima program

pendampingan?
2. Penyebab usaha dijalankan tidak

berkembang?

3. Sanksi apa yang diberikan terhadap pelaku

usaha yang tidak berkembang?

4. Tingkat input dan output

1. Berapa jumlah pelaku usaha yang

penerima pendampingan di Koltim?

2. Berapa lama rentan waktu pemberian

pendampingan terhadap pelaku usaha?

3. Apakah seluruh pelaku usaha menerima

pendampingan?

5. Pencapaian program menyeluruh

1. Siapa yang membuat program

pendampingan?

2. Apa permasalahan program pendampingan

setelah implementasi?
DAFTAR NAMA-NAMA INFORAMAN

NO NAMA INISIAL UMUR STATUS TINGKAT


PENDIDIKAN
1. Wahyudin WM 44 Sekertaris Dinas S1
Mursin, S.KM tahun Transmigrasi dan Tenaga
Kerja

2. Risna RM 47 Kepala Bidang S1


Maryam, tahun penempatan
S.KM pelatihan tenaga
kerja&perluasan
kesempatan kerja
3. Iswar, SH IR 27 Pegawai Dinas S1
tahun Transmigrasi dan Tenaga
Kerja

4. Irmayana, IY 27 Pendamping S1
S.Pd tahun

5. M.toha MT 39 Pelaku usaha tahu SMP


tahun tempe

6. Mustiha MH 48 Pelaku usaha SMA


tahun menjahit

7. Sudirman SN 51 Pelaku usaha gula SD


tahun aren

8. Haerani HI 51 Pelaku usaha SMP


tahun pembuatan kue

9. Anton AN 45 Pelaku usaha SMP


tahun pertukangan

10. Abunawas AS 51 Pelaku usaha SMA


tahun perbengkelan

11. Asri AR 41 Pelaku usaha Gula SMA


tahun Aren
DOKUMENTASI
Sekretaris Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kab. Kolaka Timur
Kepala Bidang penempatan pelatihan tenaga kerja & perluasan kesempatan
kerja
Pendamping
Pelaku usaha tahu tempe
Pelaku usaha menjahit
Pelaku usaha gula aren
Pelaku usaha perbengkelan
Pelaku usaha pembuatan kue
Pelaku usaha pertukangan

Anda mungkin juga menyukai