Anda di halaman 1dari 13

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBASIS BIOSELULOSA HASIL FERMENTASI

LIMBAH CAIR SAGU SEBAGAI PLASTIK KEMASAN MAKANAN

1. LATAR BELAKANG

Kemasan makanan di era modern ini sudah berkembang dengan pesat menuju

kemasan praktis yang memudahkan konsumen. Berbagai kemasan yang banyak dijumpai di

pasaran antara lain karton, aluminium, kaca dan plastik. Namun belakangan ini, kemasan

plastik lebih mendominasi industri makanan di Indonesia dan hampir disemua kegiatan

dalam kehidupan meggunakan bahan plastik. Tahun 2015, diseluruh dunia diperkirakan

memproduksi plastik sebanyak 300 juta ton yang sebagian besar digunakan untuk mengemas

makanan (Arikan dan Ozsoy, 2015). Plastik kemasan yang banyak digunakan adalah plastik

sintetik.

Penggunaan plastik sintetik sebagai kemasan makanan sangat popular dimasyarakat

karena diklaim memiliki banyak keunggulan seperti bentuknya yang fleksibel sehingga

mudah mengikuti bentuk pangan yang dikemas, berbobot ringan, tidak mudah pecah, dapat

diberi warna, dapat diproduksi secara massal, harga relatif murah dan terdapat berbagai jenis

pilihan bahan dasar plastik. Namun seiring dengan keunggulannya, plastik sintetik juga

mempunyai kelemahan yaitu tidak dapat dihancurkan dengan cepat oleh mikroba penghancur

di dalam tanah. Hal ini menyebabkan terjadi penumpukan limbah plastik yang akan

mengakibatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Plastik sintetik diperkirakan

membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan

sempurna (Wibowo, 2011). Selain berdampak pada lingkungan, plastik juga dapat berbahaya

bagi kesehatan, karena berpotensi melepaskan sisa monomer dari polimer yang akan

termigrasi ke dalam bahan makanan yang dikemas (Harianingsih dan Suwardiyono, 2015).
Salah satu jenis kemasan makanan yang bersifat ramah lingkungan dan biodegradable adalah

edible film.

Edible film merupakan alternatif bahan pengemas yang tidak berdampak pada

pencemaran dan kerusakan lingkungan karena terbuat dari bahan tersedia di alam, yang dapat

diperbaharui. Komponen yang dapat digunakan sebagai materi pembuatan edible film adalah

bioselulosa. Bioselulosa merupakan selulosa yang dihasilkan oleh bakteri asam asetat yakni

Acetobacter xylinum. Bakteri ini memanfaatkan karbohidrat pada substrat sehingga pada

proses metabolismenya akan menghasilkan suatu jalinan-jalinan atau benang-benang halus

yang berwarna putih dan lama kelamaan akan mengalami penebalan yang dikenal dengan

bioselulosa. Selulosa yang dihasilkan oleh bakteri memiliki karakteristik yang unik, yaitu

selulosa yang dihasilkan murni, elastis, mampu mempertahankan air, memiliki indeks

kristalin yang tinggi, kekuatan tarik tinggi dan mempunyai kerapatan antara 300 dan 900

kg/m3 (Felasih, 2010). Berdasarkan ciri tersebut, selain dapat dikonsumsi, bioselulosa juga

dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik.

Sulawesi Tenggara merupakan salah satu daerah penghasil sagu terbesar d Indonesia.

Tercatat luas perkebunan sagu di Sulawesi Tenggara sebesar 4.741 Ha dan mampu

memproduksi sagu sebesar 5.919 ton dengan produktivitas sebesar 2.168,2 Kg/Ha (BPS,

2009). Tingginya tingkat produktivitas sagu akan menghasilkan limbah sagu. Limbah sagu

merupakan ampas empulur sagu yang telah diambil patinya. Limbah yang dihasilkan dari

pengolahan sagu biasanya dibuang disungai sehingga menimbulkan dampak buruk bagi

lingkungan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari pembuangan limbah sagu kesungai adalah

menumpukkan limbah tersebut dipermukaan sungai menyebabkan kurangnya penetrasi

matahari kedalam air, meningkatkan kekeruhan dan dapat menyebabkan gangguan


pertumbuhan bagi organisme dan kelarutan oksigen dalam air, menyebabkan keasaman pada

tanah serta dapat mencemari air dan menimbulkan aroma yang tidak sedap (Awg-Adeni dkk.,

2010; Yanti dan Munir, 2013). Limbah sagu mengandung serat kasar 18,25%, abu 2,99% dan

protein 1,132% (Iskandar dan Tampoebolon, 2009). Kandungan serat kasar merupakan

komponen terbanyak dalam limbah sagu. Serat kasar merupakan polisakarida yang terdiri dari

selulosa yang terbungkus oleh lignin dengan ikatan yang cukup kuat (Saha, 2004). Tingginya

kandungan karbohidrat pada limbah sagu berpotensi dijadikan sebagai media pertumbuhan

bakteri penghasil bioselulosa, untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku plastik kemasan

makanan (edible film).

Edible film yang akan digunakan sebagai plastik harus memiliki karakteristik fisik-

mekanik yang baik. Menurut Warkoyo, dkk., (2014), karakteristik fisik-mekanik edible film

meliputi kuat tarik (tensile strength), perpanjangan putus (elongation to break), elastisitas

(modulus young), suhu transisi gelas (Tg), melting point (Tm), ketahan dan daya serap air dan

densitas edible film. Pembuatan edible film karakteristik bioselulosa sangat diperlukan dan

Safitri (2017), telah melakukan penelitian tersebut, namun untuk pengembangan edible film

berbasis bioselulosa hasil fermentasi limbah cair sagu sebagai plastik kemasan makanan

belum dilakukan, sehingga penelitian yang berjudul “Karakteristik Edible Film Berbasis

Bioselulosa Hasil Fermentasi Limbah Cair Sagu Sebagai Plastik Kemasan Makanan”

menjadi penting untuk dilakukan.


III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2017-Januari 2018, pengambilan sampel

limbah cair sagu dilakukan di Desa Andaroa, Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe. Produksi

bioselulosa dari limbah cair sagu dilakukan di Laboratorium Unit Mikrobiologi, Jurusan Biologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Produksi edible film berbasis bioselulosa

hasil fermentasi limbah cair sagu dilakukan di Laboratorium Unit Mikrobiologi dan pengukuran

karakteristik fisik-mekanik edible film dilakukan di Laboratorium Material dan Ilmu Teknologi

Mekanik, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo (UHO), Kendari.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental, dengan perlakuan perbedaan

konsentrasi Carboxy-Methyl-Cellulosa (CMC), gliserol dan slurry pada produksi edible film

berbasis bioselulosa hasil fermentasi limbah cair sagu sebagai plastic kemasan makanan.

C. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang akan digunakan pada penelitian ini tercantum pada Tabel 2.

Tabel 1. Bahan penelitian dan fungsinya


No Bahan Satuan Fungsi

1 2 3 4

1 Limbah cair sagu mL Sebagai substrat


pembuatan bioselulosa
2 Asam cuka mL Sebagai pengatur pH

3 Gula g Sebagai sumber karbon

4 ZA (Zwavelzuur Ammoniak) g Sebagai sumber nitrogen


5 Karet gelang - Sebagai pengikat Koran

6 Lilin - Sebagai sterilisasi


pemijaran
7 Inokulum Acetobacter xylinum mL Sebagai sumber inokulum

Tabel 1. Lanjutan
8 Koran g Sebagai penutup wadah
fermentasi
9 Plastik tahan panas - Sebagai pembungkus
koran yang akan
disterilisasi
10 Slurry g Sebagai bahan baku plastik

11 CMC (Carboxy-Methyl- g Sebagai stabilizer


Cellulosa)
12 Gliserol mL Sebagai plasticizer

D. Alat Penelitian

Alat-alat yang akan digunakan pada penelitian ini tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3. Alat penelitian dan fungsinya


No Alat Satuan Fungsi
1 2 3 4
1 Sendok pengaduk - Untuk mengaduk limbah cair sagu yang
dipanaskan
2 Timbangan analitik g Untuk menimbang gula dan ZA
3 Sendok makan - Untuk mengambil gula dan ZA
4 Kompor - Untuk memasak limbah cair sagu
5 Gelas ukur mL Untuk mengukur volume larutan
6 Panci - Untuk memasak limbah cair sagu
7 Saringan - Untuk menyaring limbah cair sagu
8 Wadah plastik - Untuk wadah fermentasi bioselulosa

9 Jangka sorong mm Untuk mengukur ketebalan bioselulosa

10 Universal Testing - Untuk pengukuran karakteristik fisik-


Machine standar mekanik bioselulosa
ASTM-D638
11 Kamera - Untuk mendokumentasikan penelitian

12 Korek - Untuk menyalakan lilin


13 Botol kaca - Untuk wadah pembuatan inokulum
14 Jeriken L Untuk wadah pengambilan sampel
15 Blender - Untuk menghaluskan bioselulosa
E. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Indikator Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel yang akan diteliti beserta data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini

sebagai berikut:

a. Variabel bebas : Variasi konsentrasi CMC dan Gliserol.

b. Variabel terikat :Karakteristik fisik-mekanik (kekuatan tarik, perpanjangan putus

dan elastisitas, suhu transisi gelas dan melting point, ketahanan dan daya serap air dan

densitas edible film.

2. Definisi Operasional

Definisi atau batasan dari variabel yang telah ditetapkan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Variasi konsentrasi CMC adalah suatu seri perlakuan konsentrasi CMC untuk memperoleh

hasil yang optimum.

b. Variasi konsentrasi gliserol adalah suatu seri perlakuan konsentrasi gliserol untuk

memperoleh hasil yang optimum.

c. Variasi konsentrasi slurry adalah suatu seri perlakuan konsentrasi slurry untuk

memperoleh hasil yang optimum.

d. Bioselulosa adalah selulosa yang dihasilkan dari proses fermentasi dengan menggunakan

substrat limbah cair sagu yang ditambahkan inokulum Acetobacter xylinum.

e. Inokulum adalah starter atau biakan bakteri Acetobacter xylinum yang dimasukkan ke

dalam substrat limbah cair sagu untuk memproduksi bioselulosa.

f. Limbah cair sagu adalah limbah cair hasil pembuangan pada proses pengolahan sagu yang

berumur 1 hari dan digunakan sebagai substrat untuk produksi bioselulosa.


g. Edible film adalah lapisan tipis kontinyu dan terbuat dari bahan yang bias dimakan dan

digunakan untuk memberikan penahanan yang selektif terhadap perpindahan gas, uap air

dan bahan terlarut serta perlindungan terhadap kerusakan mekanis

h. Slurry adalah bioselulosa yang dihaluskan atau diblender sehingga berbentuk pasta

3. Indikator Penelitian

Indikator digunakan dalam penelitian karakteristik edible film berbasis bioselulosa hasil

fermentasi limbah cair sagu sebagai plastik kemasan makanan adalah sebagai berikut:

1. Terbentuknya edible film pada perlakuan konsentrasi CMC, gliserol dan slurry.

2. Karakteristik fisik-mekanik bioselulosa yang meliputi kekuatan tarik, perpanjangan putus

elastisitas. suhu transisi gelas dan melting point, ketahanan dan daya serap air dan densitas

edible film.

F. Rancangan Penelitian

Rancangan pada penelitian ini tercantum pada Tabel 4.

Tabel 4. Rancangan Penelitian


Perlakuan Ulanga
n
CMC C1 C2 C3 C4
Gliserol
G1 1 G1C1U1 G1C2U1 G1C3U1 G1C4U1
2 G1C1U2 G1C2U2 G1C3U2 G1C4U2
3 G1C1U3 G1C2U3 G1C3U3 G1C4U3
G2 1 G2C1U1 G2C2U1 G2C3U2 G2C4U1
2 G2C1U2 G2C2U2 G2C3U2 G2C4U2
3 G2C1U3 G2C2U3 G2C3U3 G2C4U3
G3 1 G3C1U1 G3C2U1 G3C3U1 G3C4U1
2 G3C1U2 G3C2U2 G3C3U2 G3C4U2
3 G3C1U3 G3C2U3 G3C3U3 G3C4U3
G4 1 G4C1U1 G4C2U1 G4C3U1 G4C4U1
2 G4C1U2 G4C2U2 G4C3U2 G4C4U2
3 G4C1U3 G4C2U3 G4C3U3 G4C4U4

Keterangan :
Faktor 1. Perlakuan konsentrasi gliserol yang terdiri dari :

G1 : Konsentrasi gliserol 0%
G2 : Konsentrasi gliserol 0,5%
G3 : Konsentrasi gliserol 1%
G4 : Konsentrasi gliserol 1,5%

Faktor 2. Perlakuan konsentrasi CMC yang terdiri dari :

C1 : Konsentrasi CMC 0%
C2 : Konsentrasi CMC 0,5%
C3 : Konsentrasi CMC 1%
C4 : Konsentrasi CMC 1,5%

F. Prosedur Penelitian

Prosedur kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Persiapan Alat dan Bahan

Alat dan bahan digunakan dalam penelitian ini seperti yang tercantum pada Tabel 1 dan

Tabel 2.

2. Sterilisasi Alat dan Media

Peralatan dan bahan digunakan pada penelitian terlebih dahulu disterilkan dengan

menggunakan metode sterilisasi pemanasan selama 2 jam pada suhu ± 70 0C (Waluyo,

2004).

3. Aktivasi Inokulum pada Medium Limbah Cair sagu

Aktivasi inokulum pada medium limbah cair sagu dilakukan dengan menyaring 500 mL

limbah cair sagu lalu dimasak dalam panci hingga mendidih, selanjutnya ditambahkan gula

pasir sebanyak 100 g/L dan ZA sebanyak 7,5 g/L lalu medium dididihkan selama 10 menit

(Muhiddin, 2012). Selanjutnya, limbah cair sagu didinginkan lalu ditambahkan 7,5 mL/L

asam cuka dan 50 mL/L inokulum Acetobacter xylinum. Langkah selanjutnya dimasukkan ke
dalam wadah fermentasi (botol kaca) kemudian difermentasi pada suhu ruang selama ± 7 hari

dan starter siap untuk digunakan.

4. Pembuatan Bioselulosa

Tahapan pertama dalam pembuatan media produksi adalah menyaring terlebih dahulu

500 mL limbah cair sagu yang berumur 1 hari. Selanjutnya limbah cair sagu dipanaskan

sampai mendidih kemudian ditambahkan gula sebanyak 50 g dan ZA sebanyak 7,5 g, diaduk

dan tunggu sampai 10 menit hingga gula serta ZA larut. Selanjutnya didinginkan pada suhu

kamar, setelah itu ditambahkan asam cuka 1% (5 mL) dan inokulum sebanyak 25% (125 mL),

dihomogenkan, dimasukkan 100 mL ke dalam masing-masing wadah fermentasi dan ditutup

dengan menggunakan koran steril serta diikat dengan menggunakan karet gelang. Selanjutnya

difermentasi pada suhu ruang selama ± 14 hari (Sihmawati dkk., 2014).

5. Pembuatan slurry

Bioselulosa yang telah terbentuk dalam bentuk komposit dicuci dengan air mengalir,

selanjutnya dipanaskan dalam air agar tingkat keasamannya lebih berkurang. Setelah itu

dimurnikan dengan NaOH 1% untuk menghilangkan komponen non selulosa, lalu dicuci lagi

dengan air sampai pH netral (Yusron, 2014). Bioselulosa dalam bentuk gel dipotong kecil

ditambahkan air kemudian diblender sampai berbentuk pasta. Slurry yang telah halus,

kemudian didiamkan selama 24 jam.

6. Pembuatan Edible Film

Slurry bioselulosa ditambahkan air, aditif CMC (Carboxy-Methyl-Cellulosa) dan

pemlastis (gliserol) sesuai perlakuan. Proses pencampuran bahan aditif dilakukan dengan

melarutkan CMC dalam akuades sedikit demi sedikit sambil diaduk di atas pemanas pada

suhu 80oC, kemudian ditambahkan gliserol dan diaduk sampai homogen. Selanjutnya
ditambhakan slurry yang telah didiamkan 24 jam sambil diaduk di atas pemanas sampai

homogen, lalu degassing (pembuangan udara) selama 5 menit. Menambahkan kembali

akuades hingga volume 600 mL, adu sampai homogen lalu pembuangan udara selama 5

menit. Selanjutnya dicetak dengan metode casting dan dikeringkan dalam oven pada suhu

400C selama 24 jam.

7. Pengukuran Karakteristik Fisik-Mekanik Edible Film

a. Pengujian Kekuatan Tarik (tensile strength) Bioselulosa

Film plastik dipotong sesuai dengan standar ASTM-D638 seperti tercantum pada

Gambar 3.

Gambar 3. Bentuk Spesimen Uji Kekuatan Tarik (Susilawati, dkk., 2011)

Pengujian dilakukan dengan cara kedua ujung sampel dijepit mesin penguji

tensile yaitu Universal Testing machine. Selanjutnya dicatat panjang awal dan ujung

tinta pencatat diletakkan pada posisi 0 pada grafik. Dinyalakan knob start dan alat

akan menarik sampel sampai putus dan dicatat gaya kuat tarik (F) dan panjang setelah

putus (Susilawati, dkk., 2011).

Menurut Setiani, dkk., (2013), kekuatan tarik (tensile strength) dihitung

menggunakan persamaan berikut:

F max
τ=
A

Keterangan :

τ : Kekuatan tarik (MPa)


F max : Tegangan maksimum (N)

A : Luas penampang melintang (mm2)

b. Pengujian Perpanjangan Putus (elongation at break) Bioselulosa

Menurut Setiani, dkk., (2013), perpanjangan saat putus (elongation at break)

dihitung menggunakan persamaan berikut:

¿−Lo
ε= × 100%
Lo

Keterangan :

ε : Perpanjangan saat putus (%)

Lt : Panjang pada saat putus (mm)

Lo : Panjang mula-mula (mm)

c. Pengujian Elastisitas (modulus young) Bioselulosa

Menurut Setiani, dkk., (2013), elastisitas (modulus young) dihitung

menggunakan persamaan berikut:

τ
E=
ε

Keterangan :

E : Modulus young (Mpa)

τ : Kekuatan tarik (MPa)

ε : Perpanjangan saat putus (%)

d. Pengukuran Suhu Transisi Gelas (Tg) dan Melting Point (Tm)

Analisis dilakukan menggunakan alat Differential Scanning Calorimetry (DSM).

Sampel
DAFTAR PUSTAKA

Arikan, E.B., dan Ozsoy, H.D., 2015, Investigation of Bioplastik, Journal of Civil Engineering
and Arvhitecture, 9(10) : 188-192

Harianingsih, dan Suwardiyono, 2015, Pembuatan Edible Film Dari Nata De Soya (Ampas
Tahu) Sebagai Bentuk Waste to Product UKM Tahu, Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta,
ISSN 2528-5912

Sihmawati, R.P., Oktoviani, D., & Wardah, 2014, Aspek Mutu Produk Nata de Coco dengan
Penambahan Sari Buah Mangga, Jurnal Teknik Industri HEURISTIC, 11(2), 66

Warkoyo, Rahardjo, B., Marseno, D.W., dan Karyadi, J.N.W., 2014, Sifat Fisik , Mekanik dan
Barrier Edible Film Berbasis Pati Umbi Kimpul (Xanthosoma sagittifolium) yang
Diinkorporasi dengan Kalium Sorbat, Jurnal Agritech, 34(1) : 72-81

Wibowo, D.W., 2011, Bahaya Kemasan Plastik dan Kresek, Universitas Jendral Soedirman,
Purmokerto.

Iskandar, Zaki, M., Mulyati, S., Fathanah, U., Sari, I., & Juchairawati, 2010, Pembuatan Film
Selulosa dari Nata de Pina, Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, 7(3), 110

Felasih, E., 2010, Pemanfaatan Selulosa Baktenil Alkohol Bakteri-Polivinil Alkohol (PVA) Hasil
Iradiasi (Hidrogel) sebagai Matriks Topeng Masker Wajah, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Muhiddin, N.H., 2012, Pemanfaatan Limbah Cair Sagu Melalui Teknologi Biosintesa untuk
Memproduksi “Nata de Sago”, Jurnal Paradigma, 16(2), 111-124

Waluyo, L., 2004, Mikrobiologi Umum, Universitas Muhamadiyah Malang, Malang.

BPS Sultra, 2009, Sulawesi Tenggara dalam Angka, Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara
2009.

Safitri, F., 2017, Karakteristik Bioselulosa Hasil Fermentasi Limbah Cair Sagu sebagai Bahan
Baku Plastik, Skripsi, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Halu Oleo, Kendari.

Susilawati, Mustafa, I., Maulina, & Desi, 2011, Biodegradable Plastic From AMixture of Low
Density Polyethylene(LLDPE) And Cassava Starch with TheAddition ofLow Density
Polyethylene(LLDPE) And Cassava Starch with TheAddition of Acrylic Acid, Jurnal
Natural, 11(2), 69-73
Setiani, W., Tety, S., & Lena, R., 2013, Preparasi dan Karakterisasi Edible Film dari Poliblend
Pati Sukun-Kitosan, Jurnal Valensi, 3(2), 100-109

Anda mungkin juga menyukai