Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA TERHADAP GENERASI Z

Disusun oleh:

Nama Kelompok :

1) Mumtaz Imanullah (2312054)

2) Fahmi Kayyizi (2312021)

3) Nur Rizky Aditya (2312007)

4) Rizky Setiawan (2312051)

5) Fernanda Nevlin (2312053)

PROGRAM STUDI S1 Teknologi Informasi

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS MULIA

BALIKPAPAN

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai Pancasila
dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
akhir yang diberikan oleh dosen pengampu matakuliah Pancasila, Drs. Suprijadi,
M.Pd.

Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai tema Pancasila, yaitu
IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA TERHADAP GENERASI Z, karena sangat penting
untuk kita ketahui apa itu Pancasila Generasi Zaman sekarang.

Semoga dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, sehingga dapat menambah wawasan kita mengenai Pancasila, khususnya bagi
penulis. menyadari sepenuhnya, bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bisa
membangun menuju kesempurnaan dari pada pembaca untuk kesempurnaan makalah
kami selanjutnya.

Balikpapan, 22 Oktober 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
1. Latar Belakang....................................................................................................1
2. Rumusan Masalah...............................................................................................2
3. Tujuan Masalah..................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
1. Sejarah Lahirnya Pancasila.................................................................................3
2. Perilaku Generasi Z dalam Pancasila.................................................................8
2.1. Perilaku Generasi Z.....................................................................................8
3. Penerapan Pendidikan Pancasila melalui Media Sosial bagi Generasi Z.........18
BAB III.......................................................................................................................26
PENUTUP..................................................................................................................26
1. Kesimpulan.......................................................................................................26
2. Saran.................................................................................................................27
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pancasila, sebagai dasar negara Republik Indonesia, telah memainkan peran penting
dalam membentuk nilai-nilai masyarakat Indonesia sejak kemerdekaan pada tahun
1945. Namun, seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan generasi,
terutama Generasi Z, pertanyaan pun muncul tentang bagaimana nilai-nilai Pancasila
dapat diimplementasikan dalam kehidupan mereka. Generasi Z adalah kelompok
generasi yang tumbuh dalam era teknologi digital, globalisasi, dan dinamika sosial
yang berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Oleh karena itu, penting
untuk memahami bagaimana Pancasila dapat relevan dan bermanfaat dalam konteks
Generasi Z, yang merupakan penerus masa depan bangsa.

Makalah ini akan membahas berbagai aspek implementasi nilai Pancasila bagi
Generasi Z, termasuk tantangan, peluang, dan peran pendidikan serta budaya dalam
membantu generasi ini memahami dan menerapkan nilai-nilai tersebut. Selain itu,
kita akan menjelajahi peran teknologi dan media sosial dalam membentuk
pemahaman dan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
Generasi Z. Dengan menggali isu-isu ini, kita dapat memahami bagaimana nilai-nilai
Pancasila tetap relevan dalam menghadapi perubahan zaman dan menciptakan masa
depan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia.

2. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis

memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan beberapa rumusan

masalah. Rumusan masalah itu adalah:

1) Bagaimana sejarah lahirnya Pancasila?


2) Bagaimana perilaku Gen Z terhadap Pancasila?
3) Bagaimana pandangan social media terhadap Pancasila bagi Gen Z?

1
3. Tujuan Masalah

Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu:

1) Untuk mengetahui bagaimana sejarah lahirnya Pancasila di Negara Indonesia


2) Untuk mengetahui bagaimana perilaku Gen Z terhadap pancasila
3) Untuk mengetahui bagaimana diterapkannya Pancasila melalui media social bagi
Gen Z

BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah Lahirnya Pancasila

Secara etimologis istilah “pancasila” berasal dari sansekerta dari India (bahasa
kata brahmana) adapun bhasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta. Menurut
Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan “pancasila” memiliki dua
macam arti secara leksikal yaitu :

 “panca” artinya “lima”

 “syila” vokal i pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”

 “syila” vokal i panjang artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting
atau senonoh”

Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa


diartikan “susila” yang memiliki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu secara
etimologis kata “pancasila” yang dimaksudkan adalah istilah “Panca Syiila” dengan
vokal i pendek yang memiliki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara
harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”. Adapun istilah “Panca Syiila” dengan
huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku yang penting.

2
Enam puluh anggota biasa bangsa Indonesia tidak termasuk ketua dan ketua
muda dan mereka kebanyakan berasal dari Jawa, tetapi ada juga yang berasal dari
Sumatera, Sulawesi, Maluku, beberapa peranankan Eropa, Cina dan Arab.

Sebelum tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia dijajah oleh banyak Negara.


Misalnya Belanda, Inggris, Jepang, dan Portugis. Sebelum dijajah oleh Negara lain,di
Indonesia banyak kerajaan-kerajaan yang besar dan berjaya di Indonesia, diantaranya
adalah kerajaan Mataram, Majapahit, Banten, Demak dan masih banyak yang
lainnya, yang selalu melakukan perlawan terhadap para penjajah.

Negara yang paling lama menjajah di Indonesia adalah Belanda, mulai dari
tahun 1908 dan berakhir pada tahun 1942 tepatnya pada tanggal 8 Maret 1942
Belanda kalah oleh Jepang, Sebelum kekalahan jepang di Perang Pasifik melawan
sekutu, tentara pendudukan Jepang berusaha menarik dukungan rakyat Indonesia
dengan memberikan janji kemerdekaan pada bangsa Indonesia dan membentuk
Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dilantik tanggal 28 Mei 1945 dansidang
pertamanya diadakan pada tanggal 29 Mei – 1 Juni untuk membicarakan mengenai
dasar ideologi bangsa Indonesia setelah merdeka.

Sebagian besar anggota BPUPKI menyampaikan pendapatnya masing-


masing, diantaranya Muchammad Yamin yang mengemukakan lima dasar yaitu :

 Peri kebangsaan
 Peri kemanusian
 Peri ketuhanan
 Peri kerakyatan
 Kesejahteraan rakyat
Tetapi hal itu tidak merubah keadaan, dasar ideologi bangsa Indonesia pun belum
terwujud. Baru kemudian Bung Karno mengeluarkan pendapatnya pada tanggal 1
Juni 1945, beliau berpendapat bahwa lima dasar ideologi bangsa adalah :

3
 Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
 Internasionalisme (peri kemanusiaan)
 Mufakat dan demokrasi
 Kesejahteraan social, dan
 Ketuhanan yang berkebudayaan.
Yang dinamakannya Pancasila. Kemudian beliau mengemukakan dan memeras lima
dasar tersebut menjadi tiga yang disebut Trisila, yaitu;

 Sosio Demokrasi
 Sosio Nasionalisme
 Ketuhanan
Kemudian beliau memeras lagi menjadi Ekasila, yaitu Gotong Royong.

Pidato yang tidak dipersiapkan secara tertulis terlebih dahulu itu, diterima
secara terbuka oleh segenap anggota Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai. Sebagai realisasi
janji Jepang maka pada hari ulang tahun Kaisar Hirohito tanggal 29 April 1945
Jepang memberi semacam “hadiah ulang tahun” kepada bangsa Indonesia, yaitu janji
kedua dari pemerintah Jepang berupa “kemerdeka-an tanpa syarat. Tindak lanjut
janji tersebut dibentuklah suatu badan yang bertugas untuk menyelidi usaha-usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia yang dikenal dengan nama BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha Persipan Kemerdekaan Indonesia), yang dalam bahasa Jepang
disebut Dokuritsu Zyunbi Tioosakai.

Selanjutnya BPUPKI membentuk Panitia Kecil untuk merumuskan dan


menyusun Undang-Undang Dasar dengan berpedoman pada pidato Bung Karno,
sehingga dibentuklah Panitia Sembilan yang terdiri dari Ir. Soekarno, Muhammad
Hatta, Mr. AA Maramis, Abikusno Tjokrokusumo, Abdulkahar Muzakir, HA Salim,
Achmad Soebardjo dan Muhammad Yamin yang bertugas untuk merumuskan
kembali Pancasila sebagai Dasar Negara yang berdasarkan atas pidato yang
diutarakan oleh Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945, dan menjadikan dokumen itu
sebagai teks untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

4
Demikianlah, lewat proses persidangan selama tiga hari itu, akhirnya
Pancasila penggalian Bung Karno tersebut berhasil dirumuskan dan dicantumkan
dalam Undang-Undang Dasar 1945, yang disahkan dan dinyatakan sah sebagai dasar
negara Indonesia Merdeka pada tanggal 18 Agustus 1945. Berikut isi dari pancasila :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


 Memahami Ketuhanan sebagai pandangan hidup adalah mewujudkan
masyarakat yang beketuhanan, yakni membangun masyarakat Indonesia yang
memiliki jiwa maupun semangat untuk mencapai ridho Tuhan.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab (Moralitas)


 Nilai kemanusian ini bersumber pada dasar filosofi antropologi, bahwa
hakikat manusia adalah susunan kodrat rokhani (jiwa) juga jasmani (raga)
yang berdiri sendiri sebagai mahluk ciptaan Tuhan.
 Dalam sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab terkandung nilai bahwa
Negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat setiap warga Negara
sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Kemanusiaan yang adil dan
beradab, adalah pembentukan suatu kesadaran tentang keteraturan sebagai
asas kehidupan, yang didasarkan pada nurani manusia dalam berhubungan
dengan lingkungan sekitarmya. sebab setiap manusia mempunyai
kemampuan untuk menjadi manusia sempurna, yaitu manusia yang beradab.
 Manusia yang maju peradabannya tentu lebih maju,mudah menerima
kebenaran dengan tulus, lebih mungkin untuk mengikuti tata cara dan pola
kehidupan masyarakat yang lebih teratur, dan mengenal hukum universal.
Kesadaran inilah yang menjadi semangat membangun kehidupan masyarakat
yang aman untuk mencapai ketentraman dengan usaha keras, serta dapat
diimplementasikan dalam bentuk sikap hidup yang harmoni penuh toleransi
dan damai.

3. Persatuan Indonesia

5
 Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa Negara adalah
perwujudan sifat kodrat manusia sebagai mahluk monodualisme, yaitu
mahluk individu juga mahluk social. Negara adalah tempat berkumpulnya
elemen-elemen yang berupa suku, ras, etnis, klan, kelompok maupun
golongan yang didlamnya saling mengisi. Meskipun begitu bangsa Indonesia
tetap bersatu walaupun terdapat banyak kebudayaan yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Bangsa Indonesia hadir untuk mewujudkan kasih
sayang kepada segenap suku bangsa dari Sabang sampai Marauke.
 Persatuan Indonesia, bukan sebuah sikap maupun pandangan yang
sempit,namun harus menjadi upaya untuk melihat diri sendiri secara lebih
objektif dari dunia luar. Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk
dalam proses sejarah perjuangan panjang dan terdiri dari bermacam-macam
kelompok suku bangsa, namun perbedaan tersebut tidak untuk
dipertentangkan tetapi justru dijadikan dasar persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat dalam Permusyawaratan dan


Perwakilan

 Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hidup berdampingan dengan


orang lain, dalam interaksi itu biasanya terjadi kesepakatan, dan saling
menghargai satu sama lain atas dasar tujuan dan kepentingan bersama. Nilai-
nilai demokrasi yang terkandung dalam sila ini adalah :
a) Adanya kebebasan yang disertai tanggung jawab baik terhadap
masyarakat maupun moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b) Menjunjung harkat dan martabat kemanusiaan.
c) Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup
bersama.
d) Mengakui perbedaan individu, kelompok, ras, maupun golongan.
e) Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu.

6
f) Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama kemanusiaan yang
beradab.
g) Menjunjung tinggi asas musyawarah.
 Prinsip-prinsip kerakyatan yang menjadi cita-cita utama untuk
membangkitkan bangsa Indonesia, mengerahkan potensi mereka dalam dunia
modern, yakni kerakyatan yang mampu mengendalikan diri, tabah menguasai
diri, walau berada dalam pergolakan untuk menciptakan perubahan dan
pembaharuan. Hikmah kebijaksanaan adalah kondisi sosial yang
menampilkan rakyat berpikir dalam tahap yang lebih tinggi sebagai bangsa,
dan membebaskan diri dari belenggu pemikiran dan aliran yang sempit dan
hanya mementingkan dirinya sendiri.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

 Nilai keadilan adalah nilai yang menjunjung norma berdasarkan hak-hak dan
tidak memihak antara satu dengan yang lainnya, serta pemerataan terhadap
suatu hal.
 Keadilan disini meliputi keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya
sendiri , manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan masyarakat
bangsa dan negaranya. Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia merupakan cita-cita bernegara dan berbangsa serta hubungan
manusia dengan Tuhannya.
 Keadilan yang harus terwujud meliputi :
a) Kedilan Distributif, yaitu suatu hubungan keadilan antara Negara
terhadap warganya, maksudnya Negara harus menjamin kesejahteraan
dan ketentraman warga negaranya.
b) Keadilan Legal,yaitu suatu hubungan keadilan antara warga Negara
terhadap Negara maksudnya warga Negara wajib memenuhi keadilan
dalam bentuk mentaati peraturan dan perundang-undangfan yang
berlaku.

7
c) Keadilan Komutatif, maksudnya hubungan keadilan antara warga satu
dengan
lainnya saling timbal balik.

2. Perilaku Generasi Z dalam pancasila

2.1. Perilaku Generasi Z


Para perumus Pancasila sangat berkeinginan untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar
ideologi sejak pertama kali negara ini berdiri. Menurut Ir. Soekarno mengenai Pancasila,
ialah isi jiwa bangsa Indonesia, diturunkan berdasarkan generasi ke generasi dan
disembunyikan oleh budaya luar selama berabad-abad. Oleh karena itu, Pancasila bukan
sekedar falsafah negara, tetapi pada arti luas pula merupakan falsafah bangsa Indonesia.
Menurut Muhammad Yamin, Pancasila berasal dari istilah panca yang berarti lima dan sila
yang berarti sendi, asas, dasar atau pengaturan tingkah laku yang penting dan baik. Oleh
karenanya Pancasila adalah pedoman atau aturan mengenai tingkah laku yang penting dan
baik. Menurut Prof. Notonagoro, Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia, bisa
dikatakan sebahwanya Pancasila adalah dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan
menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai pemersatu, lambang persatuan dan
kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia (Notonagoro, 1967)
Pancasila itu pandangan hidup dan kepribadian bangsa yang terutama berupa
nilainilai kebangsaan dan landasan budaya bangsa, sehingga nilai tersebut sebagai
perwujudan dari keinginan atau cita-cita bangsa (Muzayin, 1992:16). Namun pada
saat ini nilai Pancasila mulai luntur dalam diri bangsa Indonesia karena seiring
perkembangan zaman (Fitri Anggriani, 2018). Generasi Z mengalami pudarnya nilai-
nilai Pancasila, nasionalisme dan patriotisme dalam jiwa mereka karena terlalu
mengikuti perkembangan IPTEK yang semakin canggih, arus globalisasi, pergaulan
bebas dan masih banyak lagi. Banyak yang tidak mampu untuk menerapkan Pancasila
dalam kehidupan mereka, karena telah menyatu dengan budaya luar yang serba
instan. Jiwa sosial di antara merka kian menipis, digantikan oleh teknologi baru di
mana mereka lebih tertarik pada kehidupannya di dunia maya (Yudistira, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa Generasi Z atau lebih akrab
dikenal dengan generasi digital yang berkembang bersama dengan perkembangan

8
teknologi, merupakan generasi yang tidak bisa lepas dari teknologi, lebih memilih
menghabiskan waktu untuk kehidupan sosialnya di dunia maya, implusif dan
individualitas yang tinggi membuat sikap generasi ini semakin lama semakin jauh
dari nilai Pancasila yang seharusnya diterapkan, seperti:
a) Ketuhanan Yang Maha Esa, yang memiliki makna nilai Ketuhanan, ialah bangsa
yang beriman dan bertakwa pada Tuhan YME. Namun sudah banyak generasi Z yang
bersikap acuh tak acuh dengan nilai ketuhanan, contohnya seperti saat Adzan
berkumandang bukannya bersiap-siap untuk sholat tapi masih disibukan dengan
aktivitas dunia mayanya.
b) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, memiliki makna nilai Kemanusiaan, saat
sedang berkumpul generasi ini lebih memperlihatkan sikap indiviual dengan fokus
terhadap gadget daripada mengobrol.
c) Sila ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia, banyak generasi Z yang lepas dari sila
ini karena lebih mementingkan dan mengapresiasi budaya luar daripada budaya tanah
air sendiri.
d) Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan, memiliki makna nilai demokrasi namun tidak diterapkan oleh generasi Z
sebagai contoh yaitu lebih mementingkan pendapat diri sendiri terlebih dahulu dan
bertingkah mengabaikan pendapat orang lain saat berdiskusi.
e) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, salah satu sikap yang tidak
mencerminkan sila kelima pada generasi Z adalah generasi ini tidak peduli dengan
orang lain dan lebih membela kelompoknya yang salah dengan dalih rasa solidaritas
yang tinggi.
Pancasila juga mempunyai makna bahwa Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa
Indonesia. Namun karena perkembangan zaman ini banyak membuat anak generasi Z
memandang sepele nilai-nilai Pancasila, generasi ini sangat bersikap acuh tak acuh
pada bangsanya sendiri. Pengaruh digital memang tidak bisa lagi dihindari oleh
generasi Z, nilainilai Pancasila yang luntur sangat menjadi pengaruh buruk bagi
mereka, oleh karena itu butuh perhatian lebih untuk menyadari generasi ini betapa
pentingnya nilai-nilai Pancasila. Banyak tantangan dalam penerapan Pancasila pada

9
generasi Z yang tidak bisa lepas dari gadget, tidak sopan, acuh tak acuh, implusif,
suka menyepelekan dll. Menurut Koesnadi Hardjasoemantri (Hardjasoemantri, 2000)
memberikan penjelasan bahwa Pancasila adalah satu kesatuann keyakinan secara
keseluruhan rakyat dan bangsa Indonesia, dalam kebahagiaan hidup akan terwujud
jika dilandasi oleh keharmonisan, keseimbangan dan kesatuan.

Pancasila Sebagai Dasar


Negara
Pancasila adalah ideologi
atau dasar negara yang
dijadikan pedoman
bangsa Indonesia.
Pancasila juga bisa
disebut sebagai identitas
bangsa
Indonesia yang memiliki
lambang burung garuda.
Sebagai dasar negara,
10
Pancasila perlu dihayati
dan dijunjung tinggi
oleh setiap warga negara
Indonesia. Nama Pancasila
berasal dari bahasa
Sanskerta yang terdiri dari
dua
kata, yaitu ‘panca’ yang
berarti lima dan ‘sila’ yang
3. Penerapan Pendidikan Pancasila Melalui Media Sosial Bagi Generasi Z
1. Instagram

Penggunaan Media Sosial seperti Instagram di Indonesia dapat dimanfaatkan dalam


rangka menanamkan nilai-nilai Pendidikan Pancasila Sejak dini Bagi Generasi Z,
dimana hal ini dibuktikan dengan eksistensi media sosial (Twitter, Instagram) sebagai
jejaring komunikasi massa yang diminati oleh generasi muda dewasa ini (Juwandi
dkk., 2019). Perkembangan teknologi dan informasi yang terjadi pada masyarakat
Indonesia dewasa ini sangat pesat dan hampir menyeluruh pada aspek kehidupan,
termasuk kehidupan sosial politik. Salah satu hal yang sejalan dengan perkembangan
teknologi dan informasi tersebut adalah maraknya media sosial (medsos) yang
banyak digunakan oleh masyarakat termasuk para mahasiswa sebagai bagian inheren

11
dari kehidupan sosial politik kemasyarakatan di Indonesia. Oleh karenanya,
penggunaan dan Sutisna, Sucherman, Suandi, Sukatmi, Kumalasari 330 pemanfaatan
media sosial harus dimaksimalkan dan disesuaikan dengan keharusannya sebagai
media interaksi dan informasi. Pengguna media sosial di Indonesia sebanyak 85%
terhubung ke sosial media facebook group (facebook, instagram, whatsapp
messenger) yang merupakan jumlah terbesar. Menurut infografis APJII, sebanyak 65
juta aktif menggunakan facebook setiap hari dan 50% bergabung digrup facebook.
Pengguna instagram sebanyak 45 juta setiap hari dan jika dirata-ratakan memposting
2 kali lebih banyak dari global average. Selain itu fi tahun 2022, bahwa Jumlah
Penduduk Terkoneksi Internet 2021- 2022 210.026.769 jiwa dari total populasi
272.682.600 jiwa penduduk Indonesia Tahun 2021 (APJII, 2022). Kasus yang terjadi
di banyak tempat yang diakibatkan oleh penggunaan media sosial cukup banyak dan
menyasar kalangan anak-anak usia sekolah. Mulai dari kasus bullying, pergaulan
bebas, prostitusi online serta konflik horizontal para pendukung calon kandidat pada
Pemilu 2019. Permasalahan yang muncul terkait dengan penelitian ini perlu
diantisipasi dengan menyelenggarakan pelatihan literasi media bagi kalangan muda
(Juwandi dkk., 2019). Selain itu riset yang dicanangkan oleh (Saputra, 2022), bahwa
Pendidikan Hukum bagi Remaja Milenial Melalui Instagram (Studi Pada Akun
@Pinterpolitik, @Politico, Dan @Generasi Melek Politik), ini mempunyai pola yang
berdasarkan Bildungwissen (pengetahuan pendidikan), orientierungwissen
(Pengetahuan Orientasi), verhaltungwissen (pengetahuan perilaku), aktionwissen
(pengetahuan tindakan), dimana pendidikan politik yang diberikan oleh akun-akun
instagram terhadap remaja milenial yakni mencakup bahwasanya remaja milenial
harus paham dengan kemampuan banga sendiri serta tidak merasa bahwa negaranya
tidak ada kelebihan, mempunyai sikap yang kritis untuk bisa menentukan sikap
terhadap suatu peristiwa politik yang terjadi, remaja milenial jugas harus mempunyai
kemampuan untuk memahami tata tertib, hukum serta peraturan, serta remaja
milenial harus mempunyai jalan keluar alternatif dari suatu permasalahan politik yang
terjadi agar dapat menjadi acuan untuk bisa menyelasikan permasalahan yang sedang
terjadi.

12
2. YouTube

Penggunaan Media Sosial seperti You Tube di Indonesia dapat dimanfaatkan dalam
menerapkan nilai-nilai pendidikan Pancasila Sejak dini Bagi Generasi Z. Hal ini
dibuktikan dengan Youtube Sebagai Sumber Belajar Generasi Milenial (Setiadi dkk.,
2019). Terlebih ada banyak Pengaruh Youtube Sebagai Media Pembelajaran Dalam
Perkembangan Kognitif, Afektif Dan Psikomotor seseorang, diantaranya hal ini
dikarenakan adanya Beragam tayangan disajikan di youtube dari berita, pembelajaran
hingga sekedar hiburan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Youtube
sebagai media pembelajaran bagi perkembangan nilai kognitif, nilai afektif, nilai
psikomotor pengaruh simultan untuk perkembangan nilai anak (Herminingsih dkk.,
2022). Terlebih dewasa ini bahwa YouTube dapat dijadikan Sebagai Medium
Alternatif Penyuluhan Hukum Milenial (Noviana, 2022). Selain itu dari Youtube
ketika sudah menjadi Tranding pembicaraan, maka dari data trending tersebut dapat
digunakan untuk mengetahui pola pengguna Youtube dan hubungan antara setiap
kelompok berdasarkan aktifitas pengguna dalam merespon konten (Seimahuira,
2022). Urgensi Pendidikan Pancasila Sejak Dini….. 331 Youtube adalah salah satu
platform atau sebuah layanan dari Google yang memfasilitasi penggunanya untuk
menguload berbagai video dan dapat diakses oleh pengguna yang lain dari seluruh
dunia secara gratis (Nanuru, 2017). Terlepas dari pengertiannya sebagai alat untuk
memperesentasikanatau media penyalur berbagai hasil karya, penulis beranggapan
bahwa youtube labih dari itu. Pada saatini youtube menjadi salah satu media untuk
memperoleh penghasilan yang menguntungkan hanya dengan membuat konten yang
bisa trending dan banyak ditonton orang. Selain itu, Pemanfaatan Video Kreatif dan
Media Sosial Youtube dapat dimanfaatkan sebagai Media Pembelajaran Matematika
Kelas Tinggi di Sekolah (Setiyadi dkk., 2022).

3. TikTok

Penggunaan Media Sosial seperti TikTok di Indonesia dapat dimanfaatkan dalam


menerapkan nilai-nilai pendidikan Pancasila Sejak dini Bagi Generasi Z, hal ini dibuktikan
dengan Pemanfaatan Aplikasi Tiktok untuk Pengembangan Bakat Seseorang (Amelia &

13
Hasanudin, 2022). Selain itu Penggunaan Aplikasi Tiktok salah satu manfaatnya adalah
Sebagai Wujud Aktualisasi Diri seseorang Di dunia Maya (Yurliana, 2022). Namun dalam
Literasi Digital dengan memanfaatkan TikTok memiliki peran penting di kalangan pemuda
seperti Mahasiswa. Mahasiswa perlu lebih memahami tentang penguasaan Literasi Digital
khususnya pada penggunaan berbagai aplikasi (Suhardiman & Kamaluddin, 2022). Dimana
dapat dilihat bahwa dalam berbagai kreasi konten yang mereka buat. Utamanya pada
aplikasi TikTok, pemuda-pemudi atau Masyarakat 5.0 membuat berbagai konten tematik
sekaligus mempublikasikan kreasinya tersebut kepada khalayak pengguna TikTok lainnya.
Sedemikian sehingga baik ragam unggahan konten semisal motivasi, edukasi, hiburan
beserta capaian pemirsanya menjadi gambaran objektif mereka ihwal literasi digital.
Terlebih TikTok merupakan salah satu media sosial yang sedang booming dan disukai oleh
berbagai kalangan karena memungkinkan penggunanya untuk dapat membuat video
pendek dengan suaradan menyisipkan lagu yang dapat dipilih secara bebas (Ayuningtyas
dkk., 2022). Menariknya, TikTok juga memiliki beragam fitur yang membuat pengguna tidak
bosan dengan aktivitas media sosial. Misalnya saja fitur challenge dan berbagai jenis musik
terbaru yang sedang hits. Namun di Indonesia, kesan pertama terhadap TikTok tidak terlalu
bagus. Pasalnya, banyak konten yang dianggap konyol dan tidak menganut budaya
ketimuran. Selain itu penggunaan aplikasi TikTok untuk media pembelajaran anak dapat
dilakukan dengan melihat konten edukasi yang terdapat dalam aplikasi tersebut (Karimah
dkk., 2022). Dengan perkembangannya yang cukup melejit, TikTok mulai dijadikan channel
pemasaran untuk beberapa startup di Indonesia (EKRUT, 2020). Selain itu pentingnya
medsos bagi pendidikan politik masyarakat, dimana melalui aplikasi media social dapat juga
dimanfaatkan sebagai kampanye sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai pendidikan politik
pemilih (KPU RI, 2018). Dalam hal lainnya yang terpenting dalam pendidikan politik bagi
masyarakat yang perlu dikedepankan adalah menekankan untuk mengedepankan kesatuan
dan persatuan sehingga tahun politik ini yakni 2022 tidak menyebabkan konflik di
masyarakat (Kominfo Banjar, 2022). Selain memanfaatkan media social sebagai sarana
pendidikan politik di Indonesia, juga perlu dilakukan penelitian tentang Vote Buying, Gender
dan Politik, Digitalisasi dan Kepemiluan, Perilaku Pemilih dan Ekspektasi penyelenggaraan
Pemilihan/Pemilu (Muhklis, 2021).

14
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN

PANCASILA MERUPAKAN DASAR NEGARA, IDEOLOGI DAN PANDANGAN HIDUP BAGI


BANGSA INDONESIA. PANCASILA MERUPAKAN SUMBER HUKUM YANG BERLANDASKAN
NILAI KETUHANAN, NILAI KEMANUSIAAN, NILAI PERSATUAN, NILAI KERAKYATAN DAN NILAI
KEADILAN. NILAI-NILAI TERSEBUT MERUPAKAN NILAI YANG DIAKUI OLEH NEGARA LAIN
ATAU YANG BERSIFAT UNIVERSAL. PANCASILA ADALAH SEBUAH PEDOMAN BAGI
KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA. MASYARAKAT
YANG ADIL DAN MAKMUR MERUPAKAN CITA-CITA BANGSA INDONESIA BERDASARKAN
PANCASILA DAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945. CITA-CITA TERSEBUT AKAN TERWUJUD
JIKA NILAI-NILAI PANCASILA DAPAT IMPLEMENTASIKAN OLEH MASYARAKAT INDONESIA
DALAM KEHIDUPAN SEHARIHARINYA. DALAM PANDANGAN MASYARAKAT INDONESIA
PANCASILA DIANGKAT ATAS NILAI ADAT, NILAI KEBUDAYAAN, DAN NILAI RELIGIUS BANGSA
INDONESIA. SEIRING PERKEMBANGAN ZAMAN DIIKUTI OLEH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
YANG SEMAKIN CANGGIH MEMBUAT NILAI-NILAI PANCASILA SEMAKIN MEMUDAR PADA
DIRI BANGSA INDONESIA, OLEH KARENA ITU NILAI-NILAI PANCASILA HARUS DITERAPKAN
KEPADA GENERASI MUDA SAAT INI, KHUSUSNYA BAGI GENERASI Z UNTUK MULAI
MENUMBUHKAN SIKAP NASIONALISME DAN PATRIOTISME DALAM DIRI MEREKA YANG
KIAN LAMA KIAN PUDAR KARENA TERLALU MENGIKUTI PERKEMBANGAN IPTEK DAN
BERDAMPAK NEGATIF PADA DIRI MEREKA. IMPLEMENTASI PADA NILAI-NILAI PANCASILA
BISA DIMULAI DARI MENUMBUHKAN SIFAT NASIONALISME TERLEBIH DAHULU, BISA
DIMULAI DARI SAAT ADANYA HARIHARI PENTING NEGARA INDONESIA SEPERTI HARI
KEMERDEKAAN, HARI PAHLAWAN, HARI SUMPAH PEMUDA DAN HARI-HARI PENTING
LAINNYA YANG DAPAT MENJADI MOMEN UNTUK MENGGALI SIKAP NASIONALISME PADA
GENERASI Z, KITA HARUS MEMANFAATKAN HAL TERSEBUT AGAR GENERASI INI TIDAK ACUH
TERHADAP NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM PANCASILA. SELAIN ITU, SEBAGAI
GENERASI MUDA SUDAH SEHARUSNYA MENUMBUHKAN SEMANGAT NASIONALISME,
SEPERTI MENCINTAI PRODUK DALAM NEGERI, SELALU BERSUNGGUH SUNGGUH BELAJAR
DALAM MERAIH PRESTASI UNTUK MENJUNJUNG NAMA BAIK BANGSA INDONESIA SERTA
MENGIMPLEMENTASIKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
DENGAN BAIK YANG TERKANDUNG DALAM PANCASILA. NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG
DALAM PANCASILA SEDARI DAHULU TIDAK PERNAH BERUBAH OLEH KARENA ITU NILAI-
NILAI PANCASILA HARUS TERUS DIIMPLEMENTASIKAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI.

2. SARAN

Semoga setelah membuat tugas mata kuliah Pancasila ini mahasiswa mengerti apa,
bagaimana, perjalanan bangsa indonesia unntuk mencapai kemerdekaan, didalam tugas ini
merangkum tentang sejarah dan lahirnya Pancasila, Pancasila sebagai sistem filsafat, dan

15
Pancasila sebagai dasar Negara. Kita sebagai bangsa Indonesia harus mengerti dan tahu
bagaimana Pahlawan kita memperjuangkan bangsa Indonesia untuk mencapai
kemerdekaan. Selain itu, mempelajari filsafat sangatlah penting dan harus mengetahui lebih
jauh tentang filsafat itu sendiri, minimal kita harus peduli terhadap filsafat itu apalagi filsafat
yang digunakan yaitu pancasila dan pancasila yang digunakan sebagai sistem filsafat.

DAFTAR PUSTAKA

Rey Manda Sianipar. 2013. “Pancasila Dalam Batang Tubuh UUD NRI 1945”.
Online.(http://reymandasianipar.blogspot.com/2013/10/pancasila-dalm-batang-tubuh-
uud-nri.html?m=1 )

Ria Vinola. 2014. “Hubungan Antara Pembukaan UUD 1945”. Online.


(http://riaviinola.blogspot.com/2014/09/hubungan-antara-pembukaan-uud-
%201945_79.html?m=1 )

Syarbaini. Syahrial.2002. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Ghaila


Indonesia: Jakarta.

Herman. 2019. Pancasila Dalam Kedudukuan dan Fungsinya Sebagai Dasar Negara.
Jakarta: Manggu Makmur Tanjung Lestari.

16

Anda mungkin juga menyukai