Anda di halaman 1dari 8

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian pustaka (library research), yaitu

merupakan penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk

memperoleh data penelitiannya.60 Salah satu ciri dari penelitian pustaka

adalah peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash) atau data angka dan

bukan pengetahuan langsung dari lapangan atau sanksi-mata berupa kejadian,

orang atau benda-benda lainnya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yakni metode

penelitian yang sistematis yang digunakan untuk mengkaji atau meneliti suatu

objek pada latar alamiah,61 penelitian kualitatif merupakan riset yang bersifat

deskriptif dan cenderung menggunakan analisa dengan pengekatan induktif.62

Selanjutnya, berkenaan dengan pendekatannya penelitian ini menggunakan

pendekatan semantik, yaitu ilmu yang mengkaji tentang hubungan antara

tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata

lain, ilmu yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa.63 Pendekatan ini

dipilih karena peneliti ingin mengkaji tentang nilai-nilai pendidikan Islam

60
Mestika Zed, Metodologi Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2004), hal. 21
61
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hal. 24
62
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesisi, Disertasi, dan Karya Ilmiah,
(Jakarta: Kencana, 2011), hal. 34
63
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990),
hlm. 2.

41
42

yang terkandung dalam peribahasa Jawa baik yang tersurat maupun tersirat

secara komprehensif

B. Sumber Data

Sumber kepustakaan ini diklasifikasi menjadi dua ketegori, yaitu

sumber primer dan sumber sekunder64 dengan rincian sebagai berikut:

1. Sumber primer, yaitu sumber data primer yang digunakan penulis adalah

keduapuluh peribahsa Jawa yang telah dihimpun sebelumnya oleh penulis

dari berbagai sumber seperti buku karya L. Mardiwarsito yang berjudul,

Peribahasa dan Saloka Jawa, buku karya F.S. Darmasoetjipta yang

berjudul Kamus Peribahasa Jawa dengan Penjelasan Kata-kata dan

Pengertiannya, buku yang ditulis oleh Sri Rahayu Prihatmi, Anhari

Basuki, Trias Yusuf, dan Slamet Ds yang berjudul Peribahasa Jawa

sebagai Cermin Watak, Sifat, dan Perilaku Manusia Jawa, dan buku karya

Adi Triyono, Wedhawati, Sri Widati, Ratna lndriani, dan Syamsul Arifin

yang berjudul Peribahasa dalam Bahasa Jawa. Adapun keduapuluh

peribahasa Jawa yang dijadikan objek penelitian adalah sebagai berikut:

a. Ana gula ana semut

b. Anggenteni watang putung

c. Bacin-bacin yen iwak

d. Belo melu seton

e. Cina craki

64
Suwadi, dkk., Penelitian Skripsi, (Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012), hlm. 21.
43

f. Jarit lawas ing sampiran

g. Kacang mangsa tinggalan lanjaran

h. Kakehan gludhuk kurang udan

i. Kegedhen endhas kurang utek

j. Klenthing wadhah masin

k. Mambu kulit daging

l. Matang tuna numbak luput

m. Nabok nyileh tangan

n. Ngemut legining gula

o. Nyungkup kramat bejad

p. Satru munggung cangkalan

q. Sumur lumaku tinimba

r. Tuna satak bathi sanak

s. Tunggak kalingan rone

t. Usung-usung lumbung

2. Sumber sekunder, yaitu berupa dokumen tertulis seperti buku, e-book,

transkrip, surat kabar, majalah, dan berbagai macam peraturan perundang-

undangan yang berlaku di Indonesia. Serta dokumen non terulis seperti

bangunan, film, dan rekaman65 yang relevan dengan variabel-variabel

penelitian sehingga memiliki daya guna untuk memecahkan masalah

penelitian.

65
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 82.
44

C. Seleksi Sumber

Semiotik memiliki tuntutan yang dikenakan pada sebuah korpus

sehingga menjadikannya akan diperhatikan atau diabaikan dalam proses

pengumpulan data penelitian. Berbentuk seperangkat pesan yang ditetapkan

oleh sebuah model lingusitik dengan susunan sebagai berikut:

1. Representatif, yaitu sumber data tidak mengacu pada kriteria statistik

apapun, namun hanya mengacu pada sebuah hubungan subordinasi

hipotatik antar komponen sebagai sebuah totalitas wacana.

2. Lengkap, maksudnya korpus-korpus tersebut secara implisit harus

mencakup semua unsur model.

3. Homogen, yaitu terikatnya data pada parameter situasional di mana ia

harus dipahami pada tataran penutur dengan keseluruhan lingkupnya.66

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan

teknik pengumpulan data melalui peninggalan tertulis terutaman berbentuk

arsip dan termasuk buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, konsep, atau

hukum-hukum yang berhubungan dengan masalah penelitian.67

Metode dokumentasi digunakan selain mempunyai kesesuaian dengan

pendekatan yang digunakan oleh penulis, juga karena metode dekumentasi ini

66
Stefan Titscher, dkk. Methods of Text and Discourse Analysis, alih bahasa Gazali, dkk.
Abdul Syukur Halim (ed.), Metode Analisis Teks dan Wacana, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2000), hlm. 217.
67
Hadawi Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1989), hal. 141
45

mempunyai sifat utama data yang tidak terbatas pada ruang dan waktu,

sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahu hal-hal yang

pernah terjadi di waktu silam.68

E. Teknik Analisis Data

Setelah penulis melakukan pengumpulan data, kemudian dibaca,

dipelajari, difahami, dipilih, dan dikumpulkan serta dianalisis, maka pada

tahap berikutnya adalah menyimpulkan berdasarkan data-data yang telah

dikumpulkan dan dianalisis tersebut. Pada tahap analisis data ini penulis

menggunakan metode content analysis dan analisis semiotik. Teknik content

analysis, merupakan teknik penelitian yang bertujuan untuk membuat

kesimpulan dengan cara mengidentifikasi karakteristik tertentu pada pesan-

pesan dari suatu teks secara sistematis dan objektif.69 Dalam analisis isi ini

memandang pernyataan dan tanda sebagai bahan mentah yang harus diringkas

agar bisa menghasilkan:70 Tujuan utama dari analisis konten tersebut adalah

membuat inferensi.71 Metode analisi isi pada dasarnya merupakan suatu

teknik sistematik untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan, atau

suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis perilaku komunikasi yang

terbuka dari komunikataor yang dipilih.72

68
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi ..., hal.141
69
Stefan Titcher, dkk., Metode Analisis Teks ..., hal. 97-98
70
Stefan Titcher, dkk., Metode Analisis Teks ..., hal. 97
71
Darmiyati Zuchdi, Penduan Penelitian Analisis Konten, (Yogyakarta: Lemlit IKIP
Yogyakarta, 1993), hlm. 1
72
Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia,
1998), hal. 176
46

Sedangkan teknik analisis semiotik analitik, yaitu teks sastra sebagai

sistem tanda dalam fenomena kehidupan sosial-budaya yang harus dianalisis

menjadi ide, objek dan makna. Tanda mempunyai dua aspek, yakni penanda

(signifier) dan petanda (signified). Penanda (signifier) adalah aspek

meterial/bentuk formal tanda itu, berwujud sesuatu yang

dikatakan/ditulis/dibaca dalam bahasa, berupa satuan bunyi atau huruf

dalam sastra tulis. Sedangkan petanda (signified) adalah gambaran mental,

yakni pikiran atau konsep mental dari bahasa atas sesuatu yang ditandai oleh

penandanya itu.73 Berdasarkan hubungan antara penanda dan petandanya,

ada tiga jenis tanda sebagai berikut:

1. Ikon, yaitu tanda yang penanda dan petandanya menunjukkan ada

hubungan yang bersifat alamiah. Penanda sama dengan petandanya.

Misalnya gambar/foto/lukisan rumah sama dengan wujud aslinya.

2. Indeks, yaitu tanda yang penanda dan petandanya menunjukkan adanya

hubungan yang bersifat kausalitas. Misalnya asap menandai adanya api

dan mendung menandai akan turunnya hujan.

3. Simbol, yaitu tanda yang penanda dan petandanya menunjukkan adanya

hubungan arbitrer (semau-maunya) berdasarkan konveksi atau peraturan

bersama. Misalnya kata ibu menandai orang yang melahirkan kita.74

Selanjutnya, untuk menghasilkan makna dari sebuah teks diperlukan

juga pemahaman terhadap relasi antar tanda. Meskipun bentuk interaksi ini

73
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), hlm. 125.
74
Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda dalam Kebudayaan
Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010), hlm. 27.
47

terbuka sangat luas bentuk-bentuknya, mulai dari sinonimi, antonimi,

homomini, homofini, homografi, hiponimi, hipernimi, polisemi, ambiguitas

hingga redundansi, akan tetapi ada dua bentuk interaksi utama yang dikenal

dalam dunia semiotika, yaitu:

1. Metafora, adalah sebuah model interaksi tanda yang di dalamnya sebuah

tanda dari sebuah sistem digunakan untuk menjelaskan makna sistem

lainnya. Misalnya istilah kepala batu untuk menjelaskan seseorang yang

tidak mau diubah pikirannya.

2. Metonimi, adalah sebuah model interaksi tanda yang di dalamnya sebuah

tanda diasosiasikan dengan tanda lain. Di dalamnya terdapat hubungan

perbagian dari keseluruhan. Misalnya tanda mahkota untuk mewakili

pikiran tentang kerajaan.75

Berikutnya, adapun pengolahan datanya disesuaikan dengan objek

yang akan diteliti, yaitu teks (peribahasa Jawa). Dengan demikian prosedur

analisis teks yang digunakanan sebagai berikut:

1. Klasifikasi data, terdiri dari:

a) Identifikasi teks

b) Pemberian alasan mengapa teks tersebut perlu diidentifikasi

c) Penentuan pola semiosis yang umum dengan mempertimbangkan

hierarki maupun sekuennya, atau pola sintagmatik dan paradigmatik

d) Penentuan kekhasan wacananya

75
Yasraf Amir Pialang, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna,
(Bandung: Jalasutra, 2003), hlm. 262.
48

2. Analisis data berdasarkan: 76

a. Ideologi, interpretan kelompok, frame work budaya

b. Pragmatik, aspek soial, komunikatif

c. Lapis makna, intekstualitas, kaitan dengan tanda lain, hukum yang

mengaturnya

d. Kamus vs ensiklopedi.

76
Alex Sobur, Analisis..., hlm. 154.

Anda mungkin juga menyukai