Anda di halaman 1dari 7

Kasus Amdal (Usaha Pertambangan Cv.

Arjuna Di Makroman
Samarinda Kalimantan Timur)

Asal muasal terjadinya sengketa lingkungan hidup yang terjadi


disebabkan oleh pihak CV. Arjuna yang melakukan kegiatan usaha
pertambangan di dekat areal persawahan warga dengan tidak menyediakan
penampungan limbah hasil tambang yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan sehingga menyebabkan terjadinya luapan air ke sawah-sawah
warga saat hujan.
Sugianto yang juga selaku Ketua RT. 13 Kelurahan Makroman yang
memaparkan bahwa semenjak terjadinya luapan air di RT. 13, warga mulai
mengajukan aksi protes kepada pihak CV. Arjuna dengan cara menutup
jalan akses ke perusahaan sebanyak 2 (dua) kali dan 1 (satu) kali aksi protes
di depan Kantor Walikota Samarinda. Melihat kejadian ini, dari pihak
Pemerintah juga ikut andil dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi,
salah satunya dengan mempertemukan warga dengan pihak CV. Arjuna.
Salah satu pertemuan yang terjadi untuk membahas permasalahan
lingkungan di Kelurahan Makroman, CV. Arjuna sempat mengundang
perwakilan warga yang diwakilkan oleh Baharrudin serta dengan
mengundang pihak Pemerintah yaitu Dinas Pertambangan Dan Energi
(DISTAMBEN) Kota Samarinda sebagai penengah. Pertemuan tersebut
dihadiri oleh Baharrudin dan Irman Irawan (selaku perwakilan warga) dan
Resta (selaku perwakilan CV. Arjuna) ditengahi oleh Rusdi (pihak
Pemerintah yaitu DISTAMBEN Kota Samarinda), yang hasil dari
kesepakatan tidak tertulis tersebut ialah ganti rugi yang harus dikeluaran
pihak CV. Arjuna sebesar Rp. 4.000.000.- (4 Juta Rupiah) kepada masing-
masing kepala keluarga (15 kepala keluarga) yang sawahnya terkena luapan
air.
Analisis Kasus :

Melihat dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh kegiatan tambang,


perlu adanya kesepakatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini,
dikarenakan unsur-unsur didalamnya seperti tindakan pemulihan akibat
pencemaran dan/atau perusakan, tindakan tertentu untuk menjamin tidak 5
akan terulangnya pencemaran dan/atau perusakan, serta tindakan untuk
mencegah timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan hidup masih
belum ditemukan. Hal ini menunjukkan adanya hal-hal yang bertentangan
dengan dokumen AMDAL yang telah dibuat.
Akhir 2008 penampung limbah pencucian batubara perusahaan
jebol, mencemari sumber air dan masuk ke kolam ikan dan sawah. Sejak itu
penghasilan warga susut. Bibit ikan tak mau tumbuh, sementara bibit padi di
sawah tertimbun lumpur. Ini lah bentuk pelanggaran AMDAL yang di
temukan oleh warga Makroman.
Di lokasi pengerukan, beberapa bukit dengan hutan lebatnya
dibiarkan gundul setelah batubaranya dikeruk. Limbah batuan bertumpuk di
mana-mana, sungai dipotong, perbukitan rata dengan tanah. Air dari lubang
tambang dialirkan dengan pompa ke parit-parit ala-kadarnya, langsung
menuju sawah-sawah warga. Air ini membawa limbah batuan ke arah
bawah, arah hamparan sawah. Saat ini sudah dua lubang bekas
penambangan diwariskan perusahaan, dalamnya hampir 100 meter. Lubang
raksasa itu berada di pinggir jalan, terbuka, tak berpagar, bahkan tak ada
tanda peringatan bahaya. Tak ada tanda-tanda dilakukan reklamasi maupun
pemulihan. Sedangkan kawasan tersebut ialah merupakan jalan lintasan
warga menuju Samarinda. Tiga sumber air warga juga sudah rusak, dua
sumber mata air menjadi lubang tambang, sisanya menjadi kolam
penambung limbah. Hal ini membuat warga melakukan protes kepada
perusahaan pada Oktober 2009.
Untuk menyelesaikan masalah lingkungan hidup yang dilakukan
CV. Arjuna dengan masyarakat Keluarahan Makroman hendaknya
diselesaikan dengan cara non irigasi seperti negosiasi sebagaimana yang
telah dapat diketahui, Penyelesaian dengan cara ini telah memenuhi unsur
Pasal 85 ayat (1) huruf a Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
menyatakan bahwa penyelesaian lingkungan hidup yang dilakukan untuk
mencapai kesepakatan mengenai ganti rugi.
Sebagai upaya atau langkah konkrit dalam menyelesaikan sengketa
lingkungan hidup antara CV. Arjuna dengan masyarakat Kelurahan
Makroman, perlu diadakan negosiasi antara CV. Arjuna yang diwakili oleh
kepala Cabang CV. Arjuna dan koordinator masyarakat Kelurahan
Makroman.
Hasil pertemuan kedua belah pihak yang bersengketa tersebut guna
menghasilkan kesepakatan sebagai berikut:
1. Tidak boleh menambang diareal dekat pemukiman dan fasilitas warga;
Melihat kenyataan dilapangan bahwa terjadinya banjir atau luapan air
saat hujan turun, maka aktifitas pertambangan yang dilakukan
berdekatan dengan fasilitas warga sangat rawan menimbulkan
pencemaran lingkungan, sehingga pada salah satu poin tuntutan yang
diajukan warga ialah untuk tidak melakukan kegiatan usaha
pertambangan diareal dekat dengan 6 pemukiman dan fasilitas warga
seperti sawah, kebun, dan kolam ikan warga.
2. Wajib membangun waduk/bendungan tempat penampungan air;
Terjadinya luapan air saat hujan datang membuat warga susah mencari
air bersih untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak, mencuci, serta
mandi. Wajibnya membangun waduk/bendungan tempat penampungan
air dirasa cukup logis melihat susahnya mencari air bersih di Kelurahan
Makroman.
3. Wajib diperbaiki drainase/saluran irigasi diareal persawahan warga;
Tempat pembuangan limbah tambang CV. Arjuna masih dirasa kurang
sesuai dengan kapasitasnya, karena pada saat hujan datang,
penampungan limbah CV. Arjuna sering meluap, sehingga pihak
perusahaan mengalirkan air limbah tambang ke saluran irigasi warga
dan hal ini menyebabkan rusaknya saluran irigasi warga yang tidak
kuat menampung besarnya volume air seingga terjadinya kerusakan
pada saluran irigasi persawahan warga.
4. Perbaiki jalan lingkungan
Banyaknya kendaraan serta alat-alat berat yang lalu-lalang di jalan
akses warga membuat badan jalan tersebut mengalami kerusakan.
Sehingga saat hujan, sangat berbahaya untuk menggunakan jalan
dikarenakan licinnya serta banyaknya lobang-lobang pada badan jalan.
5. Wajib jalankan program CSR untuk warga;
6. Warga yang selama ini mengajukan keberatan siap berkerja sama
dengan perusahaan untuk menjalankan aktivitas masing-masing; dan
7. Pemerintah Kota Samarinda siap memantau serta mengawal
kesepakatan itu hingga benar-benar teralisasi. Dan dalam pelaksanaan
pekerjaan yang berkenaan dengan kepentingan warga setempat, maka
CV. Arjuna akan melibatkan warga secara langsung.
Mekanisme negosiasi yang dilakukan dan menghasilkan guna mencapai
nota kesepahaman yang berisi tuntutan oleh masyarakat Kelurahan
Makroman kepada CV. Arjuna sebelumnya telah diatur dan disebutkan di
dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Penyelesaian Masalah yang menyebutkan: “Penyelesaian
sengketa atau beda pendapat melalui alternatif penyelesaian sengketa
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselesaiakan dalam pertemuan
langsung oleh para pihak dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari
dan hasilnya dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis”.
Hasil kesepakatan negosiasi yang dicapai oleh kedua belah pihak
mengandung unsur Undang-undang didalamnya, yaitu tujuan dalam
melakukan penyelesaian sengketa lingkungan di luar jalur pengadilan dalam
hal ini ialah dengan jalur negosiasi, tepatnya pada Pasal 85 ayat (1) tersebut
menyebutkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menyatakan:
(1) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dilakukan
untuk mencapai kesepakatan mengenai:
 Bentuk dan besarnya ganti rugi;
 Tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau perusakan;
 Tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya
pencemaran dan/atau perusakan; dan/atau
 Tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif terhadap
lingkungan hidup.
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan lebih
menekankan kepada para pihak yang bersengketa untuk menentukan bentuk
yang dipilih atau disepakati untuk dijadikan forum penyelesaian bersama.
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui perundingan di luar
pengadilan dilakukan secara sukarela oleh para pihak yang berkepentingan,
yaitu para pihak yang mengalami kerugian dan mengakibatkan kerugian,
instansi pemerintah yang terkait dengan subyek yang disengketakan, serta
dapat melibatkan pihak yang mempunyai kepedulian terhadap pengelolaan
lingkungan hidup.
Hasil kesepakatan negosiasi yang dilakukan untuk menyelesaian
sengketa lingkungan hidup bersifat mengikat kedua belah pihak yaitu antara
pihak CV. Arjuna dengan masyarakat Kelurahan Makroman. Hal ini telah
sebelumnya diatur di dalam Pasal 1233 dan 1234 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata yang menyebutkan:
 1233 Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik
karena undang-undang.
 1234 Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk
berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.”
Dari hasil yang didapat melalui negosiasi yang dilaksanakan oleh
masyarakat Makroman dengan CV. Arjuna, ada beberapa poin yang
mewajibkan melakukan tindakan nyata untuk pencegahan dan pemulihan
lingkungan hidup yang mungkin terjadi lagi di Kecamatan Sambutan
Kelurahan Makroman, yaitu seperti wajib membangun waduk/bendungan
tempat penampungan air, wajib diperbaiki drainase/saluran irigasi diareal
persawahan warga, dan perbaikan jalan lingkungan.
Adanya itikad baik dari pihak CV. Arjuna untuk memenuhi
kewajibannya yang telah ditentukan perlu dilakukan agar hasil negosiasi
yang didapat dapat terlaksana. Waduk/bendungan tempat penampungan air
yang sebelumnya pada saat hujan turun biasanya meluap, perlu ditambah
dan diperluas oleh pihak CV. Arjuna guna mencegah luapan air datang pada
saat hujan, dan jalanan umum yang biasa masyarakat gunakan harus
diperbaiki, serta saluran irigasi warga yang sebelumnya 10 rusak karena
tidak tahan menampung air pada saat hujan telah diperbaiki. Program CSR
yang dituntut oleh masyarakat juga harus dilaksanakan, seperti membuat
koperasi untuk waga Kelurahan Makroman dan penyediaan pupuk bagi para
petani di kelurahan tersebut.
Pada Pasal 21 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2000
tentang Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa
Lingkungan Hidup Di Luar Pengadilan juga menyebutkan bahwa wajibnya
kedua belah pihak yang melakukan kesepakatan untuk tunduk kepada
kesepakatan yang telah dibuat.
Pemerintah Kota Samarinda yang dalam hal ini ialah Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Kota Samarinda dan DPRD Provinsi Kalimantan
Timur secara langsung perlu menyikapi aduan warga dengan menjadi
mediator antara CV. Arjuna dengan masyarakat Kelurahan Makroman, serta
mereka juga menfasilitasi tempat pertemuan.
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
penyelesaian sengketa lingkungan hidup diluar jalur pengadilan melalui
negosiasi antara CV. Arjuna dengan masyarakat Kelurahan Makroman
Kecamatan Sambutan merupakan solusi yang tepat karena telah sesuai
dengan Peraturan-perundangan yang berlaku, yaitu pada Pasal 85 Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan hidup serta mekanisme pelaksanaannya juga telah memenuhi
syarat yang dijabarkan dalam Pasal 6 ayat 1-9 Undang-undang Nomor 30
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Penyelesaian Masalah maupun pada
Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2000 tentang Lembaga
Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar
Pengadilan juga disebutkan tentang mekanisme penyelesaian sengketa
lingkungan hidup di luar jalur pengadilan.

Dari hasil kesimpulan maka dapat diberikan beberapa saran sebagai


berikut :
1. Dalam pengendalian dampak lingkungan hidup Pemerintah Kota
Samarinda beserta instansi terkait yang berkompeten dalam hal ini
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Samarinda diharapkan lebih
proaktif dan lebih ketat dalam hal pengawasan agar dapat
meminimalisir terjadinya kerusakan lingkungan hidup, yang berujung
pada sengketa lingkungan hidup.
2. Pemerintah Kota beserta instansi terkait dalam hal ini Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Kota Samarinda dapat mengakomodir atas
semua tuntutan masyarakat yang dirugikan atau yang terkena dampak
langsung sebagai akibat yang berdampak lingkungan yang ditimbulkan
oleh perusahaan, hingga tuntutan terpenuhi semua, sehingga kedua
belah pihak yang bersengketa dapat menyelesaikan sengketa secara
cepat.
3. Meskipun kasus sengketa lingkungan yang terjadi telah dilakukan
secara efektif, namun dalam aplikasi dari hasil kesepakatannnya
Pemerintah selaku pihak yang berwenang harus melakukan 12
pengawasan teradap hasil kesepakatan yang telah disepakati agar hasil
kesepakatan yang didapat dapat berjalan sesuai isi kesepakatan
tersebut.
4. Perlunya dikembangkan alternatif penyelesaian sengketa seperti pada
kasus diatas (negosiasi), namun sebagai salah satu alternatif
penyelesaian sengketa negosiasi harus terus dikembangkan. Apalagi
menyangkut sengketa yang bersifat polisentrik yaitu sengketa yang
melibatkan banyak pihak dan persoalan seperti sengketa lingkungan
hidup.

Anda mungkin juga menyukai