Anda di halaman 1dari 11

TINJAUAN HUKUM TANGGUNG JAWAB

PERDATA PT. CAHAYA ENERGI MANDIRI


KEPADA WARGA AKIBAT DAMPAK DARI
AKTIVITAS PENAMBANGAN DI KELURAHAN
MUGIREJO, KECAMATAN SUNGAI PINANG

(TUGAS PIDANA PERTAMBANGAN)

Anggota Kelompok :

1. Aditya Otavian (E0015009)


2. Aditya Widi Putranto (E0015010)
3. Ghani Dharuby (E0015 )
4. Rifqi Khoiruddin (E0015351)
Abstrak
Permasalahan lingkungan hidup di Indonesia harus mendapatkan perhatian
dan penanganan yang efektif dari pemerintah. Ada beberapa permasalahan
lingkungan hidup yang menyangkut kegiatan pertambangan di Samarinda yang
sangat menuai kontroversial, salah satunya yang terdapat di Kelurahan Mugirejo,
Kecamatan Sungai Pinang Kota Samarinda. Dimana di daerah tersebut terdapat
perusahaan tambang PT. CEM ( Cahaya Energi Mandiri ) yang berkantor di Jalan
Ir. H. Juanda, yang melakukan kegiatan pertambangan batu bara dimana ada
beberapa warga yang dirugikan akibat kegiatan pertambangan tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak apa saja yang
ditimbulkan dari aktivitas penambangan PT. Cahaya Energi Mandiri di Kelurahan
Mugirejo, Kecamatan Sungai Pinang dan untuk mengetahui bagaimana bentuk
tanggung jawab perdata dari PT. Cahaya Energi Mandiri kepada warga akibat dari
penambangan di Kelurahan Mugirejo, Kecamatan Sungai Pinang. Jenis penilitian
yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris. Penyelesaian
sengketa yang ditempuh PT. Cahaya Energi Mandiri yaitu melalui jalur Non
Litigasi atau diluar pengadilan. Dimana kepala Badan Lingkungan Hidup Kota
Samarinda yaitu bapak Ir. Endang Liansyah, MP yang menjadi mediatornya, serta
mendatangkan saksi-saksi dari para pihak warga yang tercemar. Tanggung jawab
perdata yang dilakukan yaitu berupa uang tunai dimana pergantian ganti rugi
tersebut sudah dipertimbangkan secara matang, adil, dan merata sesuai dengan
kerugiannya masing-masing. Perusahaan tambang di Kota Samarinda diharapkan
agar segera melakukan perbaikan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh suatu
kegiatan pertambangan tanpa harus menunggu warga yang menuntut ganti rugi
kepada perusahaan tersebut. Agar selanjutnya tidak menimbulkan kerugian-
kerugian baru lainnya baik secara materil maupun non materil.

Kata kunci : Dampak Pertambangan, Tanggung Jawab Perdata, PT Cahaya


Energi Mandiri.

1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
2
Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
3
Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Pendahuluan

Pasal 1 Ayat 2 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan

terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan

mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang

meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan,

dan penegakkan hukum. Lingkungan yang rusak tidak menyediakan lagi kondisi

habitat yang sesuai bagi kehidupan makhluk hidup. Penyebab utama kerusakan

lingkungan yang pertama adalah akibat ulah manusia dan yang kedua adalah

akibat alam, dalam hal ini bencana alam. Tetapi penyebab akibat ulah manusia

sangat tinggi dan besar pengaruhnya dibandingkan kejadian oleh alam yang tidak

setiap hari terjadi.

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan hidup

berpotensi dalam terjadinya perubahan atas lingkungan hidup itu sendiri yang

apabila tidak sesuai prosedur yang telah di tetapkan bisa berdampak terjadinya

kerusakan atau pencemaran lingkungan hidup. Adapun sebagai contoh dalam

masalah lingkungan yang sering kali kita temui disebabkan oleh kegiatan usaha

pertambangan. Kegiatan ini merupakan suatu bentuk eksploitasi sumber daya

alam yang tidak dapat di perbarui. Pertambangan batu bara menyebabkan

perubahan bentuk keadaan bentang alam dan lahan, terjadinya kerusakan dan

pencemaran lingkungan hidup, dan dapat mengakibatkan terjadinya kemerosotan

atas sumber daya alam dalam fungsi dan kemanfaatannya.

2
Ada beberapa permasalahan lingkungan hidup yang menyangkut

kegiatan pertambangan di Samarinda yang sangat menuai kontroversial, salah

satunya yang terdapat di Kelurahan Mugirejo, Kecamatan Sungai Pinang Kota

Samarinda. Dimana di daerah tersebut terdapat perusahaan tambang PT. CEM (

Cahaya Energi Mandiri ) yang berkantor di Jalan Ir. H. Juanda, yang melakukan

kegiatan pertambangan batu bara dimana ada beberapa warga yang dirugikan

akibat kegiatan pertambangan tersebut, yaitu limbah batu bara yang berdampak

kolam ikan warga yang ada disekitar lokasi pertambangan tersebut pada mati.

Sesuai kesepakatan tertulis bahwa pihak perusahaan akan mereklamasi dari

kegiatan tambang tersebut karena kegiatan pertambangan tersebut telah selesai,

dan akan mengganti rugi kolam warga yang tercemar serta mengganti rugi

tanaman warga yang rusak akibat kegiatan pertambangan tersebut. Di dalam

kesepakatan antara warga dan perusahaan dimuat dalam perjanjian tertulis

mengenai surat perjanjian ganti rugi kerusakan dan penggunaan lahan.

Pembahasan

1. Analisa hukum dampak yang ditimbulkan akibat dari aktivitas


penambangan PT. Cahaya Energi Mandiri di Kelurahan Mugirejo,
Kecamatan Sungai Pinang.

A. Lahan pertanian warga yang tidak bisa ditanam kembali.

Lokasi terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan yaitu

terjadi genangan air dan lumpur di lokasi pertanian warga. Sumber

penyebab dampak yaitu dari kegiatan tambang PT. Cahaya Energi Mandiri

yang kian dibuka SP I-25 menuju ke parit. Dampak yang dirasakan akibat

pencemaran dan atau kerusakan lingkungan yaitu masyarakat yang ada

disekitar sungai alam lubuk sawah terutama kelompok Tani Makmur tidak

3
bisa panen tanaman mereka mati dan membusuk akibat banjir lumpur

dari kegiatan PT. Cahaya Energi Mandiri. Begitu pun halnya dengan kolam

pemancingan bapak Muhadi, yang dimana kolam pemancingan ikan yang

tercemar akibat limbah yang berasal dari aktivitas pertambangan di Desa

Lubuk Sawah, namun telah di tindak lanjuti dan diverifikasi bahwa benar

kolam yang tercemar merupakan akibat aktivitas penambangan yang

dilakukan oleh PT. Cahaya Energi Mandiri yang berkantor di Jalan Ir. H.

Juanda. Dengan menyadari bahwa setiap kegiatan pada dasarnya

menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, maka perlu dengan

perkiraan pada perencanaan awal, sehingga dengan cara demikian dapat

dipersiapkan langkah pencegahan maupun penanggulangan dampak

negatifnya dan mengupayakan dalam bentuk pengembangan dampak

positif dari kegiatan tersebut. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup menyebutkan

bahwa setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang

melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain

atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan

tindakan tertentu.Dalam hal ini PT. Cahaya Energi Mandiri harus

mengganti rugi kepada Bapak Muhadi yang dimana sebagai pihak yang

dirugikan. Namun pembayaran ganti rugi masih di dalam proses.

4
2. Tanggung jawab perdata PT. Cahaya Energi Mandiri kepada warga
akibat dari aktivitas penambangan di Kelurahan Mugirejo,
Kecamatan Sungai Pinang.

Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dapat

digunakan jasa mediator untuk menyelesaikan sengketa lingkungan hidup.

Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa dimana para pihak meminta

bantuan pada pihak lain yang netral guna membantu para pihak yang

bersengketa dalam mencari bentuk penyelesaian sengketa. Dalam hal ini

Badan Lingkungan Hidup sebagai mediator antara PT. Cahaya Energi Mandiri

dengan beberapa warga lubuk sawah yang berada di kelurahan Mugirejo

kecamatan Sungai Pinang. Berdasarkan data di lapangan, terdapat

kesepakatan ganti rugi pada hari Rabu, tanggal 15 Januari tahun 2014 yang

bertempat di ruang rapat Badan Lingkungan Hidup Kota Samarinda yang

dimana bapak Hosbudi yang bertindak sebagai wakil kepala teknik tambang

PT. Cahaya Energi Mandiri telah melakukan pembayaran ganti rugi kepada

Bapak Gunanto, melalui perwakilan warga yaitu adalah Sekertaris Kelompok

Tani Makmur. Pembayaran ganti rugi sebesar RP. 132.000.000 (Seratus Tiga

Puluh Dua Juta Rupiah). Yang kemudian dibagi 20 warga yang terkena

dampak sebagaimana telah ditetapkan dari hasil verifikasi ganti rugi tanam

tumbuh sayuran di Desa Lubuk Sawah. (data tertera pada lampiran).

Kesepakatan tersebut telah mendatangkan saksi yaitu bapak Ir.Endang

Liansyah, MP yang berperan besar sebagai mediator dalam proses

penyelesaian sengketa ini dan sekaligus perannya dalam ketua Badan

Lingkungan Hidup Kota Samarinda. Untuk kolam pemancingan bapak

muhadi, PT. Cahaya Energi Mandiri wajib mengganti rugi pula kolam yang

5
tercemar akibat dari aktivitas penambangan tersebut. Namun dalam hal ini

masih proses pengganti rugian oleh kedua pihak yang terkait.

Penutup

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari pembahasan diatas, maka dapat dikemukakan

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan pertambangan yang di

operasikan PT. Cahaya Energi Mandiri sangat berperan bagi kemajuan

industri tambang di Kalimantan Timur, akan tetapi dengan kegiatan

pertambangan tersebut tidak sebanding dengan sebagian warga yang

berada di desa Lubuk Sawah Kelurahan Mugirejo, Kecamatan Sungai

Pinang. Banyak warga yang merasa dirugikan akibat kegiatan

pertambangan tersebut yang menyalahi aturan. Akibatnya berdampak

pada kolam warga yang tercemar, tanaman warga yang rusak dan tidak

bisa di tanami bibit sayuran lagi. Yang dimana mayoritas pekerjaan warga

disana adalah petani.

2. Tanggung jawab yang ditempuh PT. Cahaya Energi Mandiri yaitu melalui

jalur Non Litigasi atau diluar pengadilan melalui proses mediasi. Dimana

kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Samarinda yaitu bapak Ir. Endang

Liansyah, MP yang menjadi mediatornya, serta mendatangkan saksi-saksi

dari para pihak warga yang tercemar. Tanggung jawab perdata yang

dilakukan yaitu berupa uang tunai dimana pergantian ganti rugi tersebut

sudah dipertimbangkan secara matang, adil, dan merata sesuai dengan

kerugiannya masing-masing.

6
B. Saran

Berdasarkan uraian dari pembahasan di atas, dapat dikemukakan saran

sebagai berikut :

1. Perusahaan tambang di Kota Samarinda diharapkan agar segera

melakukan perbaikan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh suatu

kegiatan pertambangan tanpa harus menunggu warga yang menuntut

ganti rugi kepada perusahaan tersebut. Agar selanjutnya tidak

menimbulkan kerugian-kerugian baru lainnya baik secara materil maupun

non materil.

2. Pemerintah Kota Samarinda dapat melakukan upaya pemantauan

lingkungan secara berkesinambungan dan evaluasi terhadap setiap

kegiatan pertambangan yang berada di Kota Samarinda. Hal tersebut

mengenai AMDAL dan perizinannya.

3. Pemerintah Kota Samarinda harus menindak tegas setiap perusahaan

tambang yang bermasalah di Kota Samarinda.

Daftar Pustaka

A . Buku

Erwin, Muhammad, 2009, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Pembangunan


Lingkungan Hidup, Refika Aditama, Bandung.
Efendi, Aan, 2012, penyelesaian sengketa lingkungan, Mandar Maju, Bandung.
HS Salim, 2005, Hukum Pertambangan di Indonesia, RajaGrafindo Persada,
jakarta.
Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya
Bakti, Bandung.
Rahmadi Takdir, 2011, Hukum Lingkungan di Indonesia, RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Soebagyo, Joko, 1992, Hukum Lingkungan Masalah Dan Penanggulangannya,
Rineka Cipta, Jakarta
Soemartono, P Gatot RM, 2004, Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta.

7
Wardhana, Arya, Wisnu, 2001, Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi,
Jakarta.

B. Peraturan Perundang-undangan

Republik Indonesia, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945.
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral
Batu Bara.

C. Sumber Lainnya

Artikel berjudul “ Batubara Dampak dan Solusi”, dokumen di unduh dari


http://learnmine.blogspot.com/2013/05 yang di akses pada hari
Selasa, 25 Maret 2014 Pukul 17.00.
Artikel berjudul “Hukum Lingkungan”, dokumen diunduh dari
http://tekniklingkunganmalahayati.blogspot.com/2013/03 yang
diakses pada hari Selasa, 25 Maret 2014 pukul 17.00.
Galih Herniawan, “Hukum Lingkungan” dokumen di unduh dari
http://galihbebo.blogspot.com/2011/05 yang di akses pada hari
Jumat, 4 April 2014, pukul 13.40.
Artikel berjudul “Penerapan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
Dalam Penyelesaian Sengketa”, di unduh dari
http://ferli1982.wordpress.com/2010/12/21/113 yang di akses
pada hari Jumat, 4 April 2014, pukul 14.00.

8
TUNTUTAN WARGA PADA PT.CAHAYA ENERGI MANDIRI

Warga RT 17, Kelurahan Mugirejo, Kecamatan Sungai Pinang, Samarinda, Kalimantan


Timur (Kaltim) tampaknya semakin gerah dengan operasional pertambangan batubara
yang dilakukan PT CEM. Melalui Forum Masyarakat Tolak Tambang, warga RT Mugirejo
menuntut 3 hal menanggapi rapat hasil tindak lanjut dari Dinas Pertambangan dan Energi
(Distamben) Kaltim pada Selasa, 9 Agustus 2016.

Dinamisator Jatam (Jaringan Advokasi Tambang) Kaltim, Pradarma Rupang, menyatakan


tuntutan warga yang pertama terkait penutupan lubang tambang yang dekat dengan
pemukiman warga. Tuntutan pertama tersebut senada dengan rekomendasi Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH) atas penutupan lubang L27 milik PT CEM (Cahaya Energi
Mandiri).

Yang kedua, imbuh Rupang, yaitu soal reklamasi. Reklamasi ini berkaitan dengan adanya
sedimen-sediman material penutup lubang tambang yang letaknya berdampingan dengan
pemukiman. Warga ingin material penutup lubang tambang itu dipindahkan karena
dikhawatirkan akan menimbulkan bahaya.

Tuntutan ketiga perihal adanya laporan warga tentang kemungkinan adanya aktivitas
ilegal mining (pertambangan batubara ilegal). Jatam Kaltim menginginkan pihak kepolisian
segera menginvestivigasi ke lapangan terkait dengan adanya oknum-oknum yang telah
mengklaim memperoleh izin usaha pertambangan, baik di tingkat RT atau tingkat
Kelurahan.

Pihak PT CEM mengklaim tidak akan bisa menutup lubang L27 hanya dalam tenggat waktu
satu minggu. Menanggapi hal itu, Rupang menganggap hal itu merupakan alasan
perusahaan.

"Itu sebenarnya itu hanya alibi perusahaan untuk melakukan pemindahan batubara.
Sebenarnya itu tidak dibenarkan, karena kehendak KLH adalah proses penutupan bukan
proses penambangan lagi. Artinya, ini tindakan ilegal dari kehendak rekomendasi KLH.
Artinya sudah 2 hal yang dilanggar, pertama dekat dengan pemukiman aktivitasnya. Yang
kedua aktivitas produksi lagi yang sebenarnya tidak direkomendasikan KLH," pungkasnya

Anda mungkin juga menyukai