Anda di halaman 1dari 14

“HUBUNGAN ARTIKEL DI BIDANG LINGKUNGAN DNGAN 14 PRINSIP”

Disusun oleh

Suci Ramadhayani
1414421275

Program Studi Biologi


Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Gorontalo

2021
Pencemaran lingkungan hidup

Pencemaran lingkungan hidup harus  menjadi perhatian yang serius di era saat ini.
Meningkatnya kegiatan industri seperti pertambangan telah banyak mengganggu ekosistem
lingkungan hidup dengan kegiatan penebangan pohon dan kebisingan alat-alat pertambangan
yang digunakan.

Inti dari permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup, khususnya
manusia dengan lingkungan hidupnya. Ilmu tentang hubungan timbal balik makhluk hidup
dengan lingkungan hidupnya di sebut ekologi.

Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dengan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupannya dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya.

Dari definisi diatas tersirat bahwa makhluk hidup khususnya merupakan pihak yang
selalu memanfaatkan lingkungan hidupnya, baik dalam hal respirasi, pemenuhan kebutuhan
pangan, papan dan lain-lain. Dan, manusia sebagai makhluk yang paling unggul di dalam
ekosistemnya, memiliki daya dalam mengkreasi dan mengkonsumsi berbagai sumber-sumber
daya alam bagi kebutuhan hidupnya.

Di alam terdapat berbagai sumber daya alam. yang merupakan komponen lingkungan
yang sifatnya berbeda-beda, dimana dapat digolongkan atas :

 Sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable natural resources)


 Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable natural
resources).

Berbagai sumber daya alam yang mempunyai sifat dan perilaku yang beragam
tersebut saling berinteraksi dalam bentuk yang berbeda-beda pula. Sesuai dengan
kepentingannya maka sumber daya alam dapat dibagi atas Fisiokimia seperti air, udara,
tanah, dan sebagainya. Biologi, seperti fauna, flora, habitat, dan sebagainya, dansosial
ekonomi seperti pendapatan, kesehatan, adat-istiadat, agama, dan lain-lain.
Interaksi dari elemen lingkungan yaitu antara yang tergolong hayati dan non-hayati
akan menentukan kelangsungan siklus ekosistem, yang didalamnya didapati proses
pergerakan energi dan hara (material) dalam suatu sistem yang menandai adanya habitat,
proses adaptasi dan evolusi. Dalam memanipulasi lingkungan hidupnya, maka manusia harus
mampu mengenali sifat lingkungan hidup yang ditentukan oleh macam-macam faktor.
Berkaitan dengan pernyataan ini, sifat lingkungan hidup dikategorikan atas dasar :

1. Jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan hidup tersebut.


2. Hubungan atau interaksi antara unsur dalam lingkungan hidup tersebut.
3. Kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup.
4. Faktor-faktor non-materil, seperti cahaya dan kebisingan.

Hubungan Lingkungan Hidup dengan Pembangunan

Peningkatan usaha pembangungn, maka akan terjadi pula peningkatan penggunaan


sumber daya untk menyokong pembangunan dan timbulnya permasalahan-permasalahan
dalam lingkungan hidup manusia.
Dalam pembangunan, sumber alam merupakan kompnen yan gpenting karena sumber
alam ini memberikan kebutuhan asasi bagi kehidupan. Dalam penggunaan sumebr alam tadi,
hendaknya keseimbangan ekosistem proyek pembangunan, keseimbangan ini bisa terganggu,
yang kadang-kadang bisa membahayakan kehidupan umat.
Harus dicari jalan keluar yang saling menguntungkan dalam hubungan timbal balik
antara proses pembangunan, penggalian sumber daya, dan masala pengotoran atau perusakan
lingkunga hidup manusia. Sebab pada umumnya, proses pembangunan mempunyai akibat-
akibat yang lebih luas terhadap lingkungan hidup manusia, baik akibat langsung maupun
akibat sampingan seperti pengurangan sumber kekayaan alam secara kuantitatif & kualitatif,
pencemaran biologis, pencemaran kimiawi, gangguan fisik dan gangguan sosial budaya.
Kerugian-kerugian dan perubahan-perbahan terhadap lingkungan perlu
diperhitungkan, dengan keuntungan yang diperkirakan akan diperoleh dari suatu proyek
pembangunan. Itulah sebabnya dala setiap usaha pembangunan, ongkos-ongkos sosial untuk
menjaga kelestarian lingkungan perlu diperhitungkan, sedapat mungkin tidak memberatkan
kepentingan umum masyarakat sebagai konsumen hasil pembangunan tersebut.Beberapa hal
yang dapat dipertimbangkan dalam mengambil keputusan-keputusan demikian, antara lain
adalah kualitas dan kuantitas sumber kekayaan alam yang diketahui dan diperlukan; akibat-
akibat dari pengambilan sumber kekayaan alam termasuk kekayaan hayati dan habisnya
deposito kekayaan alam tersebut. Bagaiaman cara pengelolaannya apakah secara traditional
atau memakai teknologi modern, termasuk pembiayaannya dan pengaruh proyek pada
lingkungan terhadap memburuknya lingkungan serta kemungkinan menghentikan perusakan
lingkungan dan menghitung biaya-biaya serta alternatif lainnya.
 
Hal–hal tersebut di atas hanya merupakan sebagian dari daftar persoalan, atau
pertanyaan yang harus dipertimbangkan bertalian dengan setiap proyek pembangunan. Juga
sekedar menggambarkan masalah lingkungan yang konkret yang harus dijawab. Setelah
ditemukan jawaban yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan tadi, maka disusun pedoman-
pedoman kerja yang jelas bagi pelbagai kegiatan pebangunan, baik berupa industri atau
bidang lain yan gmemperhatikan faktor perlindungan lingkungan hidup manusia.

Eksploitasi Batu Bara Rusak Kalimantan


Kapal-kapal berisi gunungan-gunungan batu bara berlalu di atas Sungai Mahakam
yang tercemar setiap beberapa menit. Dilihat dari atas, mereka membentuk garis bertitik-titik
hitam sejauh mata memandang, yang berlayar menuju pembangkit-pembangkit listrik di
China dan India.

Perburuan batu bara yang telah menarik penambang internasional ke Kalimantan


Timur telah merusak ibukota provinsi Samarinda, yang berisiko ditelan pertambangan jika
eksploitasi deposit mineral itu berkembang lebih jauh.Tambang mencakup lebih dari 70
persen wilayah Samarinda, menurut data pemerintah, memaksa desa-desa dan sekolah untuk
menjauhi longsoran lumpur yang beracun dan sumber-sumber air yang tercemar.

Kerusakan hutan di sekitar kota untuk membuka jalan bagi tambang juga telah
menghancurkan penahan alami melawan banjir, menimbulkan air bah setinggi pinggang saat
musim hujan.Dan meski 200 juta ton batu bara digali dan dikirim dari Kalimantan Timur
setiap tahun, ibukota masih sering mengalami listrik padam selama berjam-jam karena
pembangkit listrik yang sudah tua terus bermasalah.

Seorang petani bernama Komari telah tinggal di pinggir kota Samarinda sejak 1985
dan hidup dari menanam padi dan beternak ikan. Namun tambang-tambang batu bara telah
meracuni air yang digunakan untuk sawah dan kolamnya, ujarnya."Padi ini tumbuh di atas air
beracun,” ujar pria berusia 70 tahun itu, yang tinggal di rumah kayu sederhana berkamar satu
bersama istrinya.“Kami masih memakannya tapi sepertinya buruk untuk kami,” ujarnya,
menambahkan bahwa air itu membuat kulitnya gatal.Bersama 18 petani lainnya, Komari
telah mengajukan tuntutan hukum melawan pejabat-pejabat pemerintah, menyalahkan
mereka karena mencemari sumber-sumber air dan mengizinkan pertambangan yang
marak.Mereka tidak mencari kompensasi, hanya meminta pemerintah mewajibkan sebuah
perusahaan batu bara dekat rumah-rumah mereka untuk membersihkan pencemaran air dan
menyediakan layanan kesehatan.

Samarinda Dirusak Para Kroni

Menurut Jatam, lembaga swadaya masyarakat yang mewakili komunitas-komunitas


yang terimbas pertambangan di seluruh Indonesia, akar permasalahannya jelas: para pejabat
lokal telah menerima suap dari perusahaan supaya mendapatkan izin pertambangan.

“Sekumpulan kroni telah melakukannya pada Samarinda. Kami menyebutnya mafia


pertambangan,” ujar Merah Johansyah dari Jatam Samarinda.

Jatam dan Indonesian Corruption Watch baru-baru ini melaporkan sebuah kasus pada
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), menuduh perusahaan Indonesia, Graha Benua Etam,
pada 2009 menyuap mantan kepala Dinas Pertambangan dan Energi Samarinda untuk
mendapatkan izin.Kedua lembaga ini menyebut sedikitnya Rp 4 miliar diberikan sebagai
sogokan, dan sejumlah uang itu mengalir pada mantan walikota untuk kampanye politik.
Perusahaan tersebut tidak dapat dimintai komentar.

Sogokan dibayar tidak hanya untuk mendapatkan izin pertambangan, ujar Merah.
Ia mengatakan uang suap juga membantu perusahaan menambang di daerah yang dilarang
dan menghindari kewajiban-kewajiban seperti konsultasi masyarakat dan melakukan analisa
mengenai dampak lingkungan.

Kerusakan Tambang Menyebar

Gambaran yang suram dari Samarinda ini sangat jauh dari masa kejayaan kota ini
dulu, sebuah hutan rindang dengan orangutan serta burung-burung eksotis, banyak
diantaranya hanya bisa ditemukan di Kalimantan.Kisah ini umum terjadi di pulau ketiga
terbesar di dunia tersebut, yang suatu kali hampir tertutupi oleh pohon, namun sekarang telah
kehilangan setengah hutannya, menurut lembaga perlindungan alam liar WWF.Seperti di
Amazon, hutan hujan Kalimantan berlaku seperti busa, menyerap karbon yang diakibatkan
perubahan iklim dari atmosfer.

Sebuah laporan terbaru dari LSM World Development Movement mengingatkan


bahwa perburuan batu-bara menyebar ke bagian-bagian Kalimantan yang dikonservasi,
seperti Kalimantan Tengah.Hutan di provinsi ini saat ini hampir tak tersentuh namun
perusahaan-perusahaan seperti BHP Billiton telah berencana menambang batu bara.BHP
mengatakan semua perkembangannya di Kalimantan “akan didasarkan pada analisa
mengenai dampak lingkungan dan sosial yang rinci. Namun para ahli lingkungan
mengingatkan mungkin tidak akan banyak yang tersisa jika kerusakan lingkungan terus
terjadi dengan kecepatan seperti sekarang ini. (AP)

Penyebab Kerusakan Tanah

Kerusakan Tanah Pertanian Akibat Erosi

Penggunaan lahan tanpa diimbangi dengan upaya konservasi dan perbaikan kondisi
lahan akan menyebabkan degradasi lahan. Lahan di daerah hulu dengan lereng curam yang
hanya sesuai untuk hutan, apabila mengalami alih fungsi menjadi lahan pertanian tanaman
semusim akan rentan terhadap bencana erosi dan atau tanah longsor. Perubahan penggunaan
lahan miring dari vegetasi permanen (hutan) menjadi lahan pertanian intensif menyebabkan
tanah menjadi lebih mudah terdegradasi oleh erosi tanah. Praktek penebangan dan perusakan
hutan (deforesterisasi) merupakan penyebab utama terjadinya erosi di kawasan daerah aliran
sungai (DAS).

Penurunan produktivitas usaha tani secara langsung akan diikuti oleh penurunan
pendapatan petani dan kesejahteraan petani. Disamping menyebabkan ketidak-berlanjutan
usaha tani di wilayah hulu, kegiatan usaha tani tersebut juga menyebabkan kerusakan sumber
daya lahan dan lingkungan di wilayah hilir, yang akan menyebabkan ketidak-berlanjutan
beberapa kegiatan usaha ekonomi produktif di wilayah hilir akibat terjadinya pengendapan
sedimen, kerusakan sarana irigasi, bahaya banjir dimusim penghujan dan kekeringan
dimusim kemarau.

Pencemaran Agrokimia
Tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan di lingkungan pertanian dapat
disebabkan karena penggunaan agrokimia (pupuk dan pestisida) yang tidak proporsional.
Dampak negatif dari penggunaan agrokimia antara lain berupa pencemaran air, tanah, dan
hasil pertanian, gangguan kesehatan petani, menurunnya keanekaragaman hayati, ketidak
berdayaan petani dalam pengadaan bibit, pupuk kimia dan dalam menentukan komoditas
yang akan ditanam.

Penggunaan pestisida yang berlebih dalam kurun yang panjang, akan berdampak pada
kehidupan dan keberadaan musuh alami hama dan penyakit, dan juga berdampak pada
kehidupan biota tanah. Hal ini menyebabkan terjadinya ledakan hama penyakit dan degradasi
biota tanah.

Penggunaan pupuk kimia yang berkonsentrasi tinggi dan dengan dosis yang tinggi
dalam kurun waktu yang panjang menyebabkan terjadinya kemerosotan kesuburan tanah
karena terjadi ketimpangan hara atau kekurangan hara lain, dan semakin merosotnya
kandungan bahan organik tanah.Akibat dari ditinggalkannya penggunaan pupuk organik
berdampak pada penyusutan kandungan bahan organik tanah. Sistem pertanian bisa menjadi
sustainable (berkelanjutan) jika kandungan bahan organik tanah lebih dari 2%. Bahan organik
tanah disamping memberikan unsur hara tanaman yang lengkap juga akan memperbaiki
struktur tanah, sehingga tanah akan semakin remah. Namun jika penambahan bahan organik
tidak diberikan dalam jangka panjang kesuburan fisiknya akan semakin menurun.

Pencemaran Industri

Pencemaran dan kerusakan lingkungan di lingkungan pertanian dapat juga disebabkan


karena kegiatan industri. Pengembangan sektor industri akan berpotensi menimbulkan
dampak negatip terhadap lingkungan pertanian kita, dikarenakan adanya limbah cair, gas dan
padatan yang asing bagi lingkungan pertanian. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa gas
buang seperti belerang dioksida (SO2) akan menyebabkan terjadinya hujan asam dan akan
merusak lahan pertanian. Disamping itu, adanya limbah cair dengan kandungan logam berat
beracun (Pb, Ni, Cd, Hg) akan menyebabkan degradasi lahan pertanian dan terjadinya
pencemaran dakhil. Limbah cair ini apa bila masuk ke badan air pengairan, dampak
negatifnya akan meluas sebarannya. Penggalakan terhadap program kali bersih dan langit
biru perlu dilakukan, dan penerapan sangsi bagi pengusaha yang mengotori tanah, air dan
udara.

Pertambangan dan Galian


Usaha pertambangan besar sering dilakukan diatas lahan yang subur atau hutan yang
permanen. Dampak negatif pertambangan dapat berupa rusaknya permukaan bekas
penambangan yang tidak teratur, hilangnya lapisan tanah yang subur, dan sisa ekstraksi
(tailing) yang akan berpengaruh pada reaksi tanah dan komposisi tanah. Sisa ektraksi ini bisa
bereaksi sangat asam atau sangat basa, sehingga akan berpengaruh pada degradasi kesuburan
tanah.

Semakin meningkatnya kebutuhan akan bahan bangunan terutama batu bata dan
genteng, akan menyebabkan kebutuhan tanah galian juga semakin banyak (galian C). Tanah
untuk pembuatan batu bata dan genteng lebih cocok pada tanah tanah yang subur yang
produktif. Dengan dipicu dari rendahnya tingkat keuntungan berusaha tani dan besarnya
resiko kegagalan, menyebabkan lahan-lahan pertanian banyak digunakan untuk pembuatan
batu bata, genteng dan tembikar. Penggalian tanah sawah untuk galian C disamping akan
merusak tata air pengairan (irigasi dan drainase) juga akan terjadi kehilangan lapisan tanah
bagian atas (top soil) yang relatif lebih subur, dan meninggalkan lapisan tanah bawahan (sub
soil) yang kurang subur, sehingga lahan sawah akan menjadi tidak produktif.

Pembahasan artikel 1

Pada artikel ini menjelaskan tentang Pencemaran lingkungan hidup.


Meningkatnya kegiatan industri seperti pertambangan telah banyak mengganggu
ekosistem lingkungan hidup dengan kegiatan penebangan pohon dan kebisingan alat-alat
pertambangan yang digunakan.Berdasarkanprinsipke 3 yang berbunyi. Materi, Energi,
Ruang, Waktu dan Keanekaragaman adalah kategori sumber daya. Permasalahan
lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan
lingkungan hidupnya. Ilmu tentang hubungan timbal balik makhluk hidup dengan
lingkungan hidupnya di sebut ekologi.Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia
dengan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupannya dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Berdasarkan prinsip ke 4 yang berbunyi Pada semua kategori Sumber Daya (SD),
bila pengadaannya sudah cukup tinggi, pengaruh unit kenaikannya menurun dengan
penambahan SD itu sampai pada suatu tingkat maksimum.Telahterjadipeningkatnya
kegiatan industri seperti pertambangan yang telah mengganggu ekosistem lingkungan
hidup dengan kegiatan penebangan pohon dan kebisingan alat-alat pertambangan yang
digunakan.Hal tersebut menyebabkan ketidak seimbangan antara makhluk hidup
khususnya merupakan pihak yang selalu memanfaatkan lingkungan hidupnya, baik dalam
hal respirasi, pemenuhan kebutuhan pangan, papan dan lain-lain. Dan, manusia sebagai
makhluk yang paling unggul di dalam ekosistemnya, memiliki daya dalam mengkreasi
dan mengkonsumsi berbagai sumber-sumber daya alam bagi kebutuhan hidupnya.Tetapi
manusia juga harus ingat bahwa sumber daya yang di ambil harus mengembalikan ke
alam karena konversi energi yang diambil harus yang sebanding dengan adanya materi
dan energi yang dikembalikan kelingkungan. Karena Ketersediaan Sumber Daya Alam
mempunyai batas optimal sehingga pada keadaan maksimal atau minimal
ketersediaannya tersebut akan berakibat kurangnya daya guna system `biologi.

Pembahasanartikel 2

Pada era sekarang ini, semakin banyak pertambahan penduduk semakin banyak
pula kebutuhan yang harus tercukupi. Kebutuhan tersebut diantaranya adalah tempat
tinggal. Untuk mendapatkan tempat tinggal haruslah mempunyai suatu lahan untuk
bermukim. Untuk mendapatkan tempat tinggal guna mengadakan pembangunan
dibutuhkan suatu lahan. Lahan yang semakin sempit ini tentunya tidak cukup untuk
menampung banyaknya penduduk. Maka penebangan pohon untuk pembangunan
semakin marak dilakukan di masa sekarang ini. Selain itu, dengan adanya pertumbuhan
penduduk yang semakin pesat mengakibatkan semakin banyak pula kebutuhan yang harus
dipenuhi terutama kebutuhan primer yaitu papan, pangan, dan sandang. Sementara,
banyaknya penebangan pohon untuk pembangunan ini terjadi secara liar. Kebanyakan
manusia, yang menebang pohon tidak memperhatikan prinsip prinsip lingkungan hidup.
Mereka hanya menebang pohon saja dengan sesukanya tanpa memikirkan resiko yang
akan terjadi di masa mendatang.

Seharusnya, penebangan hutan yang bertujuan untuk pembangunan harus


diimbangi dengan penanaman atau penghijauan kembali. Penebangan juga harus dipilih
pohon yang benar benar sudah pantas untuk di tebang. Tidak hanya asal menebang saja,
pohon besar dan kecil sesuka hati. Proses pembangunan akan berakibat yang lebih luas
terhadap lingkungan hidup manusia, baik akibat langsung maupun akibat sampingan
seperti pengurangan sumber kekayaan alam secara kuantitatif & kualitatif, pencemaran
biologis, pencemaran kimiawi, gangguan fisik dan gangguan sosial budaya

Apabila semakin banyak pohon yang ditebang berarti semakin berkurang


cadangan energi yang tersimpan di dalam ekosistem. Menurut Prinsip ke 3 lingkungan
hidup yang berbunyi “Dalam asas kimia, konversi energy oleh system biologi harus
berlangsung pada kecepatan (waktu) yang sebanding dengan adanya materi dan energi di
lingkungannya. Pengaruh ruang secara asas adalah analogi dengan materi dan energi
sebagai sumber alam”. Jika dikaitkan dengan prinsip ketiga lingkungan hidup ini, terjadi
ketidaksesuaian dengan kenyataan yang ada. Penebangan yang tidak memperhatikan
ruang dan waktu ini mengakibatkan adanya ketimpangan dalam ekosistem yang tidak
seimbang. Kecepatan penebangan yang tidak seimbang dengan proses penanaman yang
membutuhkan waktu yang lama untuk kembali seperti semula. Sedangkan kebutuhan
manusia yang semakin banyak dan semakin cepat membutuhkan sumber daya alam yang
lebih banyak dan cepat pula. Pada peristiwa ini konversi energi oleh sistem biologi tidak
sebanding dengan adanya materi dan energi yang ada di lingkungannya

Sedangkan, prinsip 4 lingkungan hidup menyatakan bahwa :

Pada semua kategori Sumber Daya (SD), bila pengadaannya sudah cukup tinggi,
pengaruh unit kenaikannya menurun dengan penambahan SD itu sampai pada suatu
tingkat maksimum.
Dalam peristiwa ini banyaknya pengadaan lahan terbuka untuk kepentingan
pembangunan dan semakin banyaknya pengadaan energi untuk memenuhi kebutuhan
manusia mengakibatkan produksi ekosistem untuk dapat mencukupinya mulai menurun.
Hal ini disebabkan karena apabila semakin banyak energi yang dibutuhkan semakin
sedikit jumlah energi yang diterima oleh setiap individu karena ekosistem sudah
mencapai tingkatan yang maksimum. Ketika sudah melampaui batas yang maksimum,
maka akan terjadi kejenuhan karena tidak akan ada timbal balik antar organisme.
Sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan. Keberadaan Sumber Daya Alam haruslah
seimbang. Karena menurut prinsip lingkungan hidup yang ke 4, pada saat dalam keadaan
maksimal maupun minimal akan mengurangi daya kegunaan sistem biologi.

Jadi, menjaga ekosistem agar tetap seimbang sesuai dengan prinsip prinsip
lingkungan hidup perlu ditanamkan sejak dini terutama kepada anak anak. Dengan
memperhatikan prinsip lingkungan hidup ini, diharapkan ekosistem tetap berada dalam
keadaan seimbang. Sehingga proses kehidupan dapat berjalan dengan lancar.

Pembahasan artikel ke 3

Pada artikel ini tertera bahwa terdapat ekspolitasi bahan tambang di Kalimantan
Selatan yang dilakukan secara masif. Hal tersebut mengakibatkan kerusakan hutan dan
pencemaran lingkungan. Pada akhirnya penduduklah yang merasakan akibatnya. Mereka
mengalami gangguan kesehatan, penurunan pendapatan, bahkan mengalami krisis energi.
Hal tersebut tentu sangat ironis mengingat banyaknya hasil tambang yang dihasilkan di
kalimantan.

Prinsip ketiga ilmu lingkungan menyatakan bahwa konversi energi sistem biologi
berlangsung pada waktu yang sebanding dengan materi dan energi. Berkaitan dengan
prinsip tersebut, eksploitasi tambang secara besar-besaran tentu akan merugikan generasi
selanjutnya. Hal tersebut dikarenakan pembentukan bahan tambang memerlukan waktu
yang sangat lama, ribuan bahkan mungkin jutaan tahun. Waktu yang diperlukan untuk
pembentukan bahan tambang tersebut tentu tidak sebanding dengan ekspoitasi yang
dilakukan. Sehingga akan menimbulkan ketidakseimbangan di alam.

Jika tidak dilakukan inovasi dan optimalisasi penggunaan alternatif energi selain
bahan tambang, bisa jadi generasi selanjutnya akan mengalami krisis energi. Ditambah
lagi masalah pencemaran lingkungan yang diakibatkan ekspoitasi bahan tambang besar-
besaran.

Prinsip keempat ilmu lingkungan menyatakan bahwa keberadaan sumber daya


memiliki batas optimal, sehingga untuk semua kategori sumberdaya, kecuali waktu dan
keanekaragaman, kenaikan di atas batas maksimum akan merugikan karena adanya
pengaruh keracunan. Ini merupakan pengaruh penjenuhan, atau prinsip pengosongan.
Dalam banyak gejala akan terjadi peningkatan peluang untuk terjadi kerusakan sistem
justru pada tingkat maksimum ketersediaan sumberdaya.

Prinsip tersebut sesuai dengan keadaan yang terjadi di Kalimantan Selatan.


Seiring dengan peningkan aktivitas tambang di daerah tersebut kerusakan alam yang
terjadi semakin meluas.Pengelolaan industri tambang yang melebihi batas optimum
memperparah keadaaan yang terjadi. Seharusnya pemerintah melakukan pengawasan
yang ketat terhadap industri-industri tambang. Pengawasan ini ditujukan agar industri
tambang tidak melakukan eksploitasi melebihi batas optimum dan memberi sanksi yang
tegas terhadap industri tambang yang melanggar peraturan undang-undang tenang
lingkungan sehingga dapat mencegah kerusakan lingkungan semakin meluas.

Pembahasan Artikel 4

Artikel disebutkan bahwa dampak negatif pertambangan dapat berupa rusaknya


permukaan bekas penambangan yang tidak teratur, hilangnya lapisan tanah yang subur,
dan sisa ekstraksi (tailing) yang akan berpengaruh pada reaksi tanah dan komposisi tanah.
Sisa ektraksi ini bisa bereaksi sangat asam atau sangat basa, sehingga akan berpengaruh
pada degradasi kesuburan tanah.Semakin meningkatnya kebutuhan akan bahan bangunan
terutama batu bata dan genteng, akan menyebabkan kebutuhan tanah galian juga semakin
banyak (galian C). Tanah untuk pembuatan batu bata dan genteng lebih cocok pada tanah
tanah yang subur yang produktif.

Dengan dipicu dari rendahnya tingkat keuntungan berusaha tani dan besarnya
resiko kegagalan, menyebabkan lahan-lahan pertanian banyak digunakan untuk
pembuatan batu bata, genteng dan tembikar..” Hal ini sesuai dengan prinsip 3 lingkungan
yang merupakan hubungan ketersediaan SDA dengan waktu pembentukan komponen zat
hara tanah. Jika lahan tanah yang subur untuk ditumbuhi padi–padian namun terus
menerus digali tanpa memperhatikan waktu pembentukan zat hara maka yang akan terjadi
tanah akan alih fungsi. Dari tanah yang berzat hara tinggi menjadi tanah yang kaku dan
tidak subur. Akibatnya lahan pertanian akan semakin menipis dan kuantitas padipun
menurun. Sebaiknya lahan tanah yang hampir saja mengalami degradasi fungsi
dimaksimalkan dalam hal perbaikannya sehingga tanah–tanah tersebut menjadi kembali
produktif lagi sehingga kita tidak kehilangan sumber daya penghidupan manusia.

Sedangkan dalam artikel juga disebutkan “sistem pertanian bisa menjadi


sustainable (berkelanjutan) jika kandungan bahan organik tanah lebih dari 2%. Bahan
organik tanah disamping memberikan unsur hara tanaman yang lengkap juga akan
memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah akan semakin remah. Namun jika
penambahan bahan organik tidak diberikan dalam jangka panjang kesuburan fisiknya
akan semakin menurun”. Hal ini sesuai dengan prinsip 4 lingkungan yang menyebutkan
bahwa jika segala sumber daya sampai pada batas maksimum bila ditambahkan lagi akan
mengalami penurunan bahkan kerugian. Apabila komposisi pupuk kimia tersebut
seimbang dengan kebutuhan tanaman maka akan pertumbuhannya pun akan optimal,
namun apabila ditambahkan sedikit saja kandungan pupuk tersebut akan menjadikan
dampak buruk. Tidak hanya oleh tumbuhan sendiri namun berdampak pula pada
lingkungan sekitar. Seperti akan menjadi eutrofisikasi pada ekosistem air, sehingga
ekosistem air akan menjadi ikut rusak. Sebaiknya penggunaan pupuk kimia sendiri harus
mengikuti prosedur yang ada sehingga tumbuhan akan tumbuh optimal dan ekosistem
disekitarnya juga tidak rusak.
DAFTAR PUSTAKA

Pencemaran lingkungan hidup. 2014. www.artikellingkunganhidup.com diakses pada 29


Maret 2015

Biota Laut Rusak Akibat Eksploitasi Perahu Gardan. 2014. www.pewarta-


kabarindonesia.blogspot.com/ diakses pada 29 Maret 2015

Ekspoitasi Batu Bara. 2014. www.voa-indonesia.com diakses 29 Maret 2015. Hubungan


Lingkungan Hidup dengan Pembangunan. 2014.
www.artikellingkunganhidup.com/ diakses pada 29 Maret 2015

Penyebab Kerusakan Tanah. 2014. www.artikellingkunganhidup.com/diakses pada 29


Maret 2015

Anda mungkin juga menyukai