Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang hingga saat ini masih

menghadapi beberapa permasalahan salah satunya adalah isu lingkungan. Hal ini tidak lepas dari

semakin pesatnya pertumbuhan penduduk Indonesia akan selalu ada perubahan lingkungan yang

kerap terjadi. Selain faktor alam, tanpa disadari manusia juga ikut ambil peran terhadap

perubahan lingkungan alam. Jutaan orang di Indonesia mengandalkan hidupnya dari sumber

daya alam yang kaya untuk makanan, tempat tinggal, air, energi, dan pekerjaan akan tetapi

dengan meningkatnya frekuensi dan tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh alam dan manusia

seperti angin topan, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan gempa bumi, akan merusak dan

membawa perubahan pada lingkungan fisik. Perubahan tersebut mencakup segala faktor biotik

dan abiotik yang ada di sekitar kita. Faktor biotik adalah semua komponen makhluk hidup yang

ada di sekitar kita termasuk manusia, sedangkan abiotik adalah komponen tidak hidup dari suatu

ekosistem seperti tanah, air, cuaca, dan suhu.

Sejak dahulu kita telah memiliki sumber daya alam, baik sumber daya alam darat

maupun sumber daya alam laut. Keberadaan sumber daya alam yang melimpah kurang

termanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Pemanfaatan sumber daya yang tidak tepat akan

menyebabkan kerusakan pada lingkungan. Perubahan lingkungan merupakan suatu proses

terganggunya lingkungan, baik karena faktor alam maupun karena manusia. Menurut Undang-

Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan, pengrusakan lingkungan adalah
tindakan yang menimbulkan perubahan langsung/tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau

hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi lagi dalam menunjang

pembangunan berkelanjutan. Aktivitas manusia yang menyimpang terhadap alam turut

mempercepat perubahan lingkungan. Meski cepat atau lambat akan menimbulkan dampak buruk

pada kerusakan lingkungan dan memberikan dampak negatif bagi makhluk hidup di dalamnya.

Perubahan kondisi lingkungan fisik seringkali didominasi oleh aktivitas manusia

yang berlebihan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Chaerina (2016: 201) menyatakan,

manusia menjadi salah satu faktor perubahan lingkungan alam yang menimbulkan kerusakan.

Seperti kurangnya pengetahuan tentang kepentingan ekologi, pola tingkah laku dan kebiasaan

buruk serta faktor sosial lainnya. Sebagai makhluk bumi, sudah sewajarnya umat manusia selalu

menjaga lingkungan dan alam demi mencegah kerusakan alam yang merugikan.

Menjaga kelestarian lingkungan menjadi salah satu tugas wajib setiap manusia. Hal

ini perlu dilakukan untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia, hewan, tumbuhan. Jika tidak

dirawat dengan baik, akan terjadi kerusakan pada alam dan bisa mengancam setiap makhluk

hidup.

Krisis lingkungan saat ini sudah sampai pada tahap yang serius dan mengancam

eksistensi planet bumi di mana manusia, hewan dan tumbuhan, bertempat tinggal untuk

melanjutkan kehidupannya. Manusia modern dewasa ini sedang melakukan pengrusakan secara

perlahan akan tetapi pasti terhadap sistem lingkungan yang menopang kehidupannya. Kerusakan

lingkungan baik dalam skala global maupun lokal termasuk di negara kita hingga saat ini sudah

semakin parah.
Bangsa kita adalah salah satu negara yang menjadi paru-paru dunia karena bangsa ini

diberikan potensi lingkungan yang sangat luar biasa, berupa kondisi sumber daya alam

(keanekaragaman hayati dan non hayati), kondisi geografis, serta kondisi demografis, yang tidak

dimiliki oleh bangsa lain. Anugerah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh

makhluk ciptaan-Nya khususnya manusia harus dimanfaatkan secara baik atau bijak.

Pemanfaatan anugerah tersebut untuk pemenuhan kebutuhan makhluk hidup haruslah disertai

tanggungjawab besar dalam perlindungan dan pengelolaan agar tetap terjaga kelestariannya

(keberlanjutan fungsi/sustainability).

Ironisnya bila kita melihat fakta saat ini kondisi yang terjadi berlawanan. Berbagai

aktivitas keseharian kita, dari skala kecil hingga besar, secara individu maupun kolektif

(masyarakat), memberikan kontribusi dalam pencemaran udara, pencemaran tanah, pencemaran

air, degradasi lahan dan hilangnya keanekaragaman hayati, krisis sumber daya dan energi, dan

puncaknya adalah global warming. Sementara itu disisi lain, pertumbuhan industri dan aktivitas

ekonomi yang begitu pesat dan ekspansif juga memperkuat malapetaka bagi lingkungan. Potensi

keanekaragaman hayati Indonesia dan kekayaan plasma nutfa yang sangat besar berada pada

posisi terancam bahkan mulai mengarah kepada kepunahan. Penyebab utama dari hal tersebut

adalah kehilangan, kerusakan/kehancuran, serta terfragmentasinya habitat, pemanfaatan secara

berlebihan dan kebakaran hutan.

Selain itu salah satu indikator perubahan kondisi lingkungan fisik adalah tingginya

tingkat erosi di daerah penambangan pasir dan juga di daerah sekitarnya akibat aktivitas

penambangan yang secara langsung di ambil dari sungai. Penambangan pasir dan batu di kali

Wayori biasanya dilaukan secara berkelompok dengan jumlah kelompok masyarakat dalam

aktifitas penambangan berbeda-beda, kadang-kadang ada kelompok yang terdiri dari 3-4 orang
dan ada pula yang terdiri dari 5-7 orang. Awalnya mayoritas para penambang pasir di kali

Wayori adalah petani dan nelayan. Akan tetapi menurunnya tingkat pendapatan dari hasil

pertanian dan nelayan maka sebagian masyarakat di sekitar kali Wayori mencari alternatif mata

pencaharian lain demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu diantaranya adalah kegiatan

penambangan pasir. Kegiatan usaha penambangan pasir ini dapat memberikan kontribusi

pendapatan terhadap perekonomian masyarakat setempat. Dengan adanya penambangan pasir

sebagai usaha mata pencaharian masyarakat maka aktivitas usaha tersebut membawa pengaruh

berupa perubahan kondisi lingkungan fisik bagi masyarakat di Wayori.

Keadaan diataslah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian dengan

judul “Perubahan Kondisi Lingkungan Fisik Area Penambangan Material Golongan C Di

Kali Wayori Negeri Passo Kecamatan Baguala”.


1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana perubahan kondisi lingkungan fisik area

penambangan material golongan C di kali Wayori Negeri Passo Kecamatan Baguala?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: Ingin mengetahui perubahan kondisi lingkungan fisik

area penambangan material golongan C di kali Wayori Negeri Passo Kecamatan Baguala.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

a. Manfaat Teoritis : Diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan konsep

ilmu pengetahuan geografi lingkungan (geografi integratif) terutama kondisi lingkungan

fisik yang rusak diakibatkan oleh aktifitas tambang secara terus menerus. Serta

diharapkan pula agar dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi peneliti berikutnya

terutama program studi pendidikan geografi.

b. Manfaat Praktis : Di harapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi penting

kepada masyarakat di Desa Wayori sebagai acuan untuk memperhatiakan aktifitas

penambangan di sekitar kali Wayori agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan fisik

secara berlebihan.
1.5. Penjelasan Istilah

1. Lingkungan adalah semua benda dan kondisi termasuk di dalamnya manusia dan tingkah

perbuatannya, yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan memengaruhi

kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia (Efbertias, 2021:2). Yang dimaksud

dengan lingkungan merupakan kombinasi antara kondisi fisik yang terdiri atas sumber

daya alam dan kebijakan dalam mengelola sumber daya tersebut. Sedangkan lingkungan

fisik yaitu faktor – faktor fisik seperti tanah, iklim, dan persediaan air. Dapat disimpulkan

bahwa lingkungan atau kawasan hidup merupakan segala sesuatu yang ada ditempat

tersebut dan memberikan pengaruh bagi kehidupan makluk hidup.

2. Perubahan lingkungan adalah suatu proses terganggunya lingkungan, baik karena faktor

alam maupun karena manusia. Perubahan lingkungan yang disebabkan oleh manusia

adalah hal yang sifatnya bisa dihindari. Sebagai manusia pada dasarnya mengemban

tugas untuk menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar karena aktivitas manusia bisa

menjadi faktor perubahan lingkungan. Sumber website (Mentari, Januari 18, 2022).

3. Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi mineral

dan/atau batu bara dan mineral ikutannya (Peraturan Menteri ESDM No. 26 Tahun 2018).

Penambangan material golongan C dalam hal ini adalah kegiatan penambangan pasir

yang merupakan proses penggalian dan pemisahan barang tambang dan pasir sebagai

aktifitas atau pekerjaan yang dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya.
1.6. Sistematika Pembahasan

Penulisan ini akan membahas lima bab yang saling berkaitan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sestematika pembahasan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Membahas teori-teori dan berbagai konsep dasar yang berkaitan dengan penelitian

tentang perubahan kondisi lingkungan fisik area penambangan material golongan C

bagi masyarakat yang akan diuraikan secara sistematis serta menggambarkan

kerangka berpikir dari penelitian ini.

Bab III : Metode Penelitian

Mendeskripsikan hal – hal yang berkaitan dengan waktu dan tempat penelitian,

penentuan sampel, jenis dan sumber data yang digunakan, prosedur pengumpulan

data, serta teknik analis yang harus dilakukan oleh peneliti.

Bab IV : Hasil Pembahasan

Menjawab pertanyaan dari rumusan masalah dengan menjabarkan lebih rinci tentang

perubahan kondisi lingkungan fisik area penambangan material golongan C di kali

Wayori serata gamabaran umum dari objek yang diteliti.


Bab V : Penutup

Menguraikan tentang hasil penelitian berupa kesimpulan pengembangan penelitian

dan saran mengenai perubahan kondisi lingkungan fisik area penambangan material

golongan C di kali Wayori Negeri Passo Kecamatan Baguala.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Lingkungan

Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, sumber daya, energi,

keadaan, dan makhluk hidup termasuk juga manusia dan perilakunya yang memengaruhi alam

itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain

menurut Undang undang No. 23 Tahun 1997. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), istilah lingkungan dapat diartikan sebuah daerah atau kawasan dan seluruh

bagian yang terdapat di dalamnya yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan

kehidupan manusia. Suatu lingkungan terdiri dari kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup

keadaan sumber daya alam seperti air, tanah, udara, energi surya, mineral, dan flora fauna yang

tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan.

Berikut ini beberapa definisi lingkungan menurut para ahli yang dikutip dari sumber

website (Ridha, April 5, 2022) sebagai berikut :

1. Otto Soemarwoto

Lingknungan adalah ruang yang ditempati suatu makhluk hidup seperti tumbuhan,

hewan, manusia, dan jasad ranik bersama dengan benda hidup dan tidak hidup di

dalamnya yang menempati ruang tertentu .

2. Jonny Purba

Lingkungan adalah sesuatu yang memiliki status sebagai lokasi terjadi semua

kegiatan. Kegiatan tersebut termasuk aktivitas baik seperti interaksi sosial kepada
berbagai kelompok dan pranatanya serta semua aktivitas lainnya yang dipengaruhi

oleh simbol-simbol dan nilai-nilai yang berlaku.

Menurut Wihardjo (2021:2) lingkungan adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi

perkembangan dan tingkah laku makhluk hidup. Segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang

mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung

disebut juga dengan lingkungan. Pemahaman terhadap lingkungan sebagai kesatuan ruang

dengan segala benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang

memengaruhi alam, kelangsungan hidup dan kesejahteraan hidup manusia serta makhluk hidup

lainnya.

Pendapat lain, lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang memengaruhi

kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup (Manik, 2016:31).

Berdasarkan beberapa pengertian lingkungan menurut para ahli di atas maka dapat

disimpulkan bahwa pada umumnya manusia dan lingkungan memiliki ketergantungan yang

sangat erat kaitannya dengan kehidupan berupa sumber daya alam yang dapat menunjang

kehidupan sehari-hari. Unsur-unsur lingkungan biasanya terdiri manusia, hewan, tumbuhan dan

lain-lain. Lingkungan merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan manusia. Sumber daya

alam yang utama bagi manusia adalah tanah, air dan udara. Tanah merupakan tempat manusia

untuk melakukan berbagai kegiatan. Air sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai komponen

terbesar dari tubuh manusia. Udara merupakan komponen sangat penting untuk kehidupan

manusia dan makhluk hidup lainnya.


2.1.2 Penyebab Perubahan Lingkungan Fisik

Terdapat beberapa hal penyebab perubahan lingkungan fisik yang dikutip dari

sumber website (Magang3, Juni 17, 2021) sebagai berikut :

a. Angin

Angin dapat bermanfaat bila bertiup tidak terlalu kencang dan teratur, misalnya untuk

pembangkit listrik, membantu penyerbukan, bermain layang layang, dan menyegarkan

lingkungan.

Angin juga dapat mengakibatkan kerusakan dan pengikisan tanah, contohnya adalah

angin tornado, angin kumbang, angin bahorok, angin brubu, dan angin gending.

b. Hujan

Hujan dapat membuat udara segar dan lebih bersih serta dapat menumbuhkan tanaman.

Air hujan juga dapat mengakibatkan banjr bandang, longsor, dan erosi.

c. Cahaya Matahari

Cahaya dan panas matahari merupakan sumber energi utama di Bumi. Panas matahari

dapat membantu fotosintesis tumbuhan. Batuan juga dapat hancur karena terkena panas

matahari. Cahaya matahari dapat menyebabkan keretakan pada tanah dan hutan, juga

dapat menjadi penyebab kebakaran pada hutan yang kering.

d. Gelombang Laut

Gelombang laut dapat dimanfaatkan manusia sebagai energi listrik, untuk pemandangan

atau rekreasi, dan bermain selancar. Gelombang yang besar dapat mengakibatkan abrasi,

tsunami, dan menenggelamkan kapal.

e. Kegiatan Manusia

Kenapa kegiatan manusia juga dikatakan sebagai perubahan lingkungan fisik ? Karena
kegiatan manusia dapat menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan fisik diantaranya

penebangan hutan yang tak terkendali, pengambilan bahan tambang tanpa reklamasi

lahan bekas galian, pembangunan sarana perumahan, pabrik dan jalan, pembukaan lahan

pertanian baru, serta perladangan berpindah.

2.1.3 Bentuk Kerusakan Lingkungan Dan Faktor Penyebabnya

Lingkungan hidup mempunyai keterbatasan, baik dalam hal kualitas maupun

kuantitasnya. Dengan kata lain, lingkungan hidup dapat mengalami penurunan kualitas dan

penurunan kuantitas. Penurunan kualitas dan kuantitas lingkungan ini menyebabkan kondisi

lingkungan kurang atau tidak dapat berfungsi lagi untuk mendukung kehidupan makluk hidup

yang ada di dalamnya. Kerusakan lingkungan hidup dapat disebabkan oleh beberapa fartor.

Berdasarkan penyebabnya, kerusakan lingkungan dapat dikarenakan proses alam dan karena

aktivitas manusia.

Kerusakan lingkungan akibat proses alam menurut Kurniasih (2017:5) kerusakan

lingkungan terjadi karena adanya gejala atau peristiwa alam yang terjadi secara hebat sehingga

mempengaruhi keseimbangan lingkungan. Peristiwa-peristiwa alam yang dapat mempengaruhi

kerusakan lingkungan antara lain :

a. Letusan gunung merapi

Letusan gunung api dapat menyemburkan lava, lahar, material-material padat,

berbagai bentik dan ukuran, uap panas serta debu-debu vulkanis. Selain itu letusan

gunung api selalu disertai dengan adanya gempa bumi lokal yang disebut dengan

gempa vulkanik. Hal tersebut dapat mematikan semua kehidupan yang dilaluinya.

b. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah gerakan yang ditimbulkan karena adanya gerakan endogen.

Semakin besar kekuatan gempa, maka akan menimbulkan kerusakan yang semakin

parah di muka bumi. Gempa bumi menyebabkan bangunan-bangunan retak atau

hancur, struktur batuan rusak, aliran-aliran sungai bawah tanah terputus, jaringan

pipa dan saluran bawah tanah rusak dan sebagainya. Jika kekuatan gempa bumi

melanda lautan, maka akan menimbulkan tsunami, yaitu arus gelombang air pasang

yang menghempas daratan dengan kecepatan yang sangat tinggi.

c. Banjir

Banjir merupakan salah satu bentuk fenomena alam yang unik. Dikatakan unik

kerena banjir dapat terjadi karena murni gejala alam dan dapat juga karena dampak

dari ulah manusia sendiri. Banjir dapat dikatakan sebagai gejala alam murni jika

kondisi alam memang memengaruhi terjadinya banjir misalnya, karena hujan yang

turun terus menerus. Selain itu banjir dapat terjadi karena ulah manusia misalnya,

karena penggundulan hutan di kawasan resapan, timbunan sampah yang menyumbat

aliran air, ataupun karena rusaknya dam atau pintu pengendali aliran air.

d. Tanah Longsor

Karakteristik tanah longsor hapir sama dengan karakteristik banjir. Bencana alam ini

dapat terjadi karena proses alam ataupun karena dampak kecerobohan manusia.

Bencana alam ini dapat merusak struktur tanah, merusak lahan pertanian,

pemukiman, sarana dan prasarana penduduk serta berbagai bangunan lainnya.

Peristiwa tanah longsor pada umumnya melanda beberapa wilayah Indonesia yang

memiliki topografi agak miring atau berlereng curam.


e. Badai/Angin Topan

Angin topan terjadi karena perbedaan tekanan udara yang sangat mencolok di suatu

daerah sehingga menyebabkan angin bertiup lebih kencang. Di beberapa belahan

dunia, bahkan sering terjadi pusaran angin. Bencana alam ini pada umumnya

merusakkan berbagai tumbuhan, memorakporandakan berbagai bangunan, sarana

infrastruktur dan dapat membahayakan penerbangan.

f. Kemarau Panjang

Bencana alam ini merupakan kebalikan dari bencana banjir. Bencana ini terjadi

karena adanya penyimpangan iklim yang terjadi di suatu daerah sehingga musim

kemarau terjadi lebih lama dari biasanya. Bencana ini menimbulkan berbagai

kerugian, seperti mengeringnya sungai dan sumber-sumber air, munculnya titik-titik

api penyebab kebakaran hutan dan menggagalkan berbagai upaya pertanian yang

diusahakn penduduk.

Kekayaan alam yang dimiliki negara kita melimpah sehingga terkadang membuat

kita terlena mempergunakan seenaknya padahal potensi alam yang dimiliki oleh negara kita

seiring waktu akan habis, dan salah satu hal untuk menjaganya adalah dengan melestarikan dan

mempergunakannya sebaik mungkin dengan cara yang bijaksana agar generasi penerus tetap bisa

menikmatinya. Namun sangat disayangkan karena seringkali yang dilakukan manusia tidak

diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Dan seringkali

dengan banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap

kelangsungan lingkungan hidup.

Selain bencana alam, hal yang bisa menyebabkan kerusakan lingkungan adalah

faktor buatan atau akibat aktivitas manusia. Umumnya ini dilakukan oleh manusia. Ada berbagai
contoh aktivitas perusak habitat, antara lain, penggundulan hutan, pembakaran lahan gambut dan

eksploitasi sumber daya alam besar-besaran.

Adanya fenomena tersebut sangat merugikan. Lingkungan yang seharusnya bisa

memberikan banyak manfaat untuk makhluk hidup harus rusak dan musnah hanya karena ulah

manusia. Seharusnya orang memahami bahwa alam perlu dijaga serta dirawat agar anak cucu

juga dapat menikmati keindahannya.

Beberapa bentuk kerusakan lingkungan karena faktor manusia yang dikutip dari

sumber website (Tyokronisilicus, September 30, 2015) antara lain :

a. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah dan suara) sebagai dampak

adanya kawasan industri.

b. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan

kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.

c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.

Adapun tindakan yang dilakukan manusia baik secara langsung maupun tidak

langsung membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup diantaranya :

a. Penebangan hutan secara liar

b. Perburuan liar

c. Merusak hutan bakau

d. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman

e. Pembuangan sampah di sembarang tempat

f. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan diluar batas

Dari uraian di atas sangat jelas bahwa pelestarian lingkungan hidup sangat

diperlukan demi kelangsungan hidup kita. Melestarikan lingkungan merupakan kebutuhan yang
tidak bisa ditunda lagi dan menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menjaganya. Karena

kalau bukan dari kita dapat dibayangkan akan seperti apa kelangsungan lingkungan hidup kita

yang akan datang, tanpa dijaga dan dilindungi pastinya akan sangat berdampak besar bagi

generasi kita selanjutnya karena tidak bisa menikmati kekayaan alam ini untuk dipergunakan.

2.1.4 Pengertian Lingkungan Fisik

Para ahli telah mengadakan pengelompokan jenis-jenis lingkungan seperti yang telah

disebutkan sebelumnya, satunya adalah lingkungan fisik. Lingkungan fisik (physical

environment) merupakan benda nyata atau materi dan kondisi yang mengelilingi kita.

Lingkungan fisik mengacu pada lingkungan alami dan lingkungan buatan manusia yang ada.

Lingkungan alami meliputi area tanah, ketinggian, cekungan drainase alami, dataran banjir dan

lereng, badan air, tanah, vegetasi, dan lain-lain. Lingkungan buatan manusia meliputi struktur

fisik, infrastruktur publik, tanaman, danau buatan manusia, tambang dan tambang batu.

Lingkungan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daerah (kawasan

dan sebagainya) yang termasuk di dalamnya. Lingkungan fisik ialah semua keadaan yang

terdapat di sekitar tempat hidup, yang akan mempengaruhi pada individu tersebut baik secara

langsung maupun tidak langsung. Lingkungan fisik dianggap sebagai area yang berwujud dan

mendukung, memengaruhi, dan mengembangkan kehidupan manusia dalam melakukan syarat

interaksi sosial. Lingkungan fisik atau anorganik yaitu lingkungan yang terdiri dari gaya kosmik

dan fisiogeografis seperti tanah, udara, laut, radiasi, gaya tarik, ombak, dan sebagainya

(Efbertias, 2022:4)
2.1.5 Tujuan Dan Manfaat Lingkungan

Tujuan pemanfaatan lingkungan yang dikutip dari sumber website (Ayu Rifka,

Oktober 15, 2021) sebagai berikut :

a. Tujuan Lingkungan

1. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan

lingkungan hidup.

2. Terwujudnya manusia sebagai makhluk hidup yang memiliki sikap dan perilaku

melindungi serta membina lingkungan hidup.

3. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.

4. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

5. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.

6. Terlindunginya Indonesia terhadap dampak dari luar yang dapat menyebabkan

pencemaran atau kerusakan lingkungan.

b. Manfaat Lingkungan

1. Tanah dan lahan yang ada di permukaan bumi dapat dijadikan sebagai tempat

berpijak dan beraktivitas sehari-hari.

2. Tanah juga dapat dijadikan sebagai area untuk kegiatan ekonomi, seperti lahan

pertanian, perkebunan, dan peternakan, aktivitas sosial lainnya.

3. Udara yang terdapat dalam lingkungan seperti oksigen dapat dimanfaatkan manusia

untuk memperlancar sistem pernapasan.

4. Komponen biotik seperti hewan dan tumbuhan memiliki manfaat seperti sumber

energi dan nutrisi bagi tubuh manusia.

5. Lingkungan memiliki sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan manusia untuk
kehidupan sehari-hari seperti mineral, minyak bumi, batu bara, dan sebagainya.

6. Mikroorganisme seperti bakteri pengurai dibutuhkan karena memiliki peran sangat

penting dalam eksosistem, yakni bisa sebagai dekomposer sisa-sisa tubuh dari

makhluk hidup yang telah mati.

7. Air merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki peran vital dalam

kehidupan manusia, seperti untuk minum, mandi, irigasi, dan lain-lain.

Sedangkan ada 3 (tiga) fungsi lingkungan yang dikutip dari sumber website

(Kurniasih, Novembar 26, 2021) antara lain :

1. Tempat mencari makan: Tempat utama makhluk hidup mencari makan adalah

lingkungan. Di dalam lingkungan, terdapat produsen. Produsen tersebut akan

menyediakan sumber makanan untuk konsumennya. Hewan dan manusia tetap

memerlukan lingkungan untuk mencari makanan. Makanan yang hewan dan manusia

makan juga berasal dari lingkungan sekitarnya. Contohnya seperti manusia yang

memakan hewan seperti ayam, sapi dan bebek. Hewan yang memakan tumbuhan,

seperti sapi dan kambing memakan rumput.

2. Tempat untuk melakukan aktivitas: Di dalam lingkungan, terdapat beragam aktivitas.

Aktivitas tersebut juga dilakukan oleh semua makhluk hidup yang ada di dalamnya.

Khusus untuk manusia, lingkungan dijadikan sebagai tempat bersosialisasi. Hal itu

karena manusia hidup bersama manusia lain, sehingga harus menjaga hubungan satu

sama lain. Contoh bagi hewan adalah seperti dalam mencari makan dan berburu.

Hewan juga mengandalkan lingkungan untuk berkembang biak. Tanpa adanya

lingkungan, maka makhluk hidup tidak dapat melakukan aktivitasnya.


3. Tempat untuk hidup: Poin ini sudah banyak disebutkan pada penjelasan-penjelasan

sebelumnya. Salah satu fungsi utama lingkungan adalah sebagai tempat untuk hidup.

Di dalam lingkungan, terdapat beragam makhluk hidup yang tinggal disana.

Lingkungan adalah tempat yang kondusif dan ideal untuk digunakan. Makhluk hidup

menjadikan lingkungan sebagai tempat interaksi. Di dalam lingkungan, makhluk

hidup dapat berinteraksi, beristirahat bahkan dapat melindungi diri mereka.

2.1.6 Kondisi Lingkungan Fisik

Sumber daya alam berdasarkan sifatnya digolongkan menjadi SDA yang dapat

diperbaharui dan SDA yang tidak dapat diperbaharui. SDA yang dapat diperbaharui adalah

kekayaan alam yang dapat terus ada selama penggunaannya tidak dieksploitasi secara berlebihan,

seperti: tumbuhan, hewan, udara, angin, dan air. Sedangkan SDA alam yang tidak dapat

diperbaharui adalah SDA yang jumlahnya terbatas karena penggunaannya lebih cepat daripada

proses pembentukannya dan apabila digunakan seacara terus-menerus akan habis. Salah satu

contoh dari SDA yang tidak dapat diperbaharui adalah bahan galian atau bahan tambang. Bahan

galian selain sebagai SDA yang tidak dapat diperbaharui juga merupakan salah satu sumber daya

alam non hayati yang keterjadiannya disebabkan proses-proses geologi.

Munculnya aspek lingkungan merupakan salah satu faktor yang ikut diperhitungkan

dalam menentukan kegiatan usaha penambangan. Setiap kegiatan pembangunan di bidang

pertambangan pasti menimbulkan dampak. Kegiatan penambangan bahan galian C mulai dari

eksplorasi sampai eksploitasi dan pemanfaatannya mempunyai dampak terhadap lingkungan baik

dampak positif maupun dampak negatif. Dapat diketahui bahwa dampak negatif berpotensi

tinggi merusak ekosistem lingkungan. Lingkungan fisik yang rusak akan menyebabkan
ketidaknyamanan bagi manusia maupun makluk hidup lainnya di sekitar.

Rona awal lahan yang sebelumnya adalah kebun tanaman budidaya masyarakat

sekitar di pinggiran sungai akibat penambangan terjadi pelebaran alur sungai apabila sungai

meluap akan merendam tanaman budidaya tersebut. Akibat dari pelebaran alur sungai yang

akibatkan erosi lateral menyebabkan pendangkalan sungai dan mengurangi debit air sungai. Pada

musim kemarau daerah tersebut akan kesulitan mencari air disungai dan muka air sungai akan

menurun sejalan dengan menyusutnya debit air sungai.

Selain masalah fisik terdapat juga masalah lain seperti pencemaran air. Pencemaran

air yang terjadi terutama disebabkan oleh tetesan minyak dari alat yang digunakan dan

disebabkan oleh proses pengerukan material di dalam air sehingga air bercampur minyak

sedangkan sungai-sungai tersebut sebagian besar masih digunakan masyarakat sebagai sarana

MC (mandi dan cuci) dan masih ada juga yang menggunakannya sebagai sumber air bersih.

Habitat yang ada di dalam air terutama ikan-ikan dan berbagai makluk hidup lainnya juga akan

terganggu.

Untuk menghindari kerusakan lingkungan fisik dan dapat mempengaruhi tata

kehidupan ekosistem dan lingkungan, baik terhadap alam sendiri maupun terhadap hewan,

tumbuh-tumbuhan dan manusia perlu pengawasan yang semaksimal mungkin terhadap

perusakan alam terutama perusakan dari perilaku manusia seperti penambangan bahan galian

golongan C yang banyak dilakukan masyarakat.

2.1.7 Pengertian Penambangan

Menurut Peraturan Menteri ESDM Nomor 26 Tahun 2018 menyatakan bahwa:

“penambangan adalah bagian kegiatan Usaha Pertambangan untuk memproduksi Mineral


dan/atau Batubara dan Mineral ikutannya.” Berdasarkan uraian tersebut, penambangan

merupakan suatu kegiatan yang didalamnya terdapat proses pengambilan bahan mineral maupun

dan unsur lainnya yang kemudian dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan.

Dapat disimpulkan bahwa penambangan adalah proses dari kegiatan pengambilan

material yang dapat diektraksi dari dalam bumi. Sedangkan pengertian tambang adalah tempat

terjadinya kegiatan penambangan.

Bahan galian golongan C atau di sebut juga mineral bukan logam dan batuan secara

umum diartikan sebagai bahan-bahan (material) yang di peroleh dengan cara mengambil,

menggali dan mengangkut bahan tersebut. Ketentuan PP Pasal 2 No. 23 Tahun 2010 terkait

dengan batuan yang termasuk dalam tambang golongan C, antara lain kerikil, batu, dan pasir.

Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,

pengelolaan dan pengusahaan bahan tambang yang meliputi penyelidikan, eksplorasi, studi

kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan penjualan.

Pertambangan pasir sudah diatur dalam UU No.11 Tahun 1967 tentang ketentuan pokok

pertambangan. Dalam dunia pertambangan terdapat beberapa macam jenis bahan galian.

Menurut Departemen pertambangan dan energi menggolongkan mineral ke dalam 3

kelompok yaitu:

1. Golongan A merupakan bahan galian strategis, yang dimaksud strategis adalah bahan

tambang yang memiliki kegunaan untuk menunjang perekonomian negara serta

pertahanan keamanan negara.

2. Golongan B merupakan bahan galian vital yang digunakan untuk menjamin hajat

hidup orang banyak, seperti besi, tembaga, emas dan perak.

3. Golongan C merupakan bahan galian yang tidak termasuk dalam bahan galian
strategis dan vital, contohnya marmer, batu kapur, pasir, tanah liat.

Jadi penambangan pasir termasuk dalam golongan C yang tidak termasuk ke dalam

bahan galian strategis maupun vital. Pasir merupakan salah satu bahan galian utama yang

keberadaannya cukup luas dan produksinya besar. Bahan galian golongan ini menjadi penghasil

terbesar dan sangat bernilai apabila pada tahapan survei hingga produksi dan pemasaran

dilakukan dengan optimal. Pasir juga merupakan salah satu bahan tambang yang biasa

dieksploitasi yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bangunan maupun dijadikan salah

bahan dalam pembuatan jalan.

2.1.8 Penambangan Material Golongan C

Aktifitas usaha pertambangan pada hakekatnya meruapakan suatu kegiatan industri

dasar yang berfungsi sebagai penyedia bahan baku bagi keperluan industri lainnya. Di Desa

Wayori Passo Kecamatan Baguala merupakan daerah yang memiliki potensi penambangan

bahan galian golngan C yang potensial, sehingga membuat masyarakat mulai melakukan usaha

di bidang penambangan terlebih khusus penambangan pasir. Pelaksanaan kegiatan usaha

pertambangan bahan galian, baik yang dilakukan oleh rakyat secara tradisional, maupun oleh

pihak swasta diatur dalam hukum pertambangan.

Pengertian hukum pertambangan ialah ketentuan yang khusus mengatur hak

menambang (bagian dari tanah yang mengandung logam berharga di dalam tanah atau bebatuan)

yang harus dilaksanakan menurut aturan-aturan yang telah ditetapkan. Definisi diatas

menggambarkan hukum pertambangan karena terdiri atas tiga unsur penting menyangkut hukum

pertambangan yaitu adanya kaidah hukum, adanya kewenangan negara dalam mengatur

pengelolaan bahan galian dan adanya hubungan hukum antara negara dengan orang dan atau
badan hukum dalam pengusahaan bahan galian.

Pertambangan bukan selalu dikuasai oleh suatu perusahaan milik pemerintah maupun

swasta, tetapi juga dilakukan oleh rakyat yang mandiri dan tidak terikat dengan perusahaan

manapun. Pertambangan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut tidak lain bertujuan untuk

mencari penghasilan dengan memanfaatkan adanya sumber daya alam disekitar lingkungan

dimana mereka tinggal. Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 11 tahun 1967 tentang

ketentuan-ketentuan pokok pertambangan dalam pasal 11 ayat satu (1) menyebutkan bahwa

pertambangan rakyat bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada rakyat setempat dalam

mengusahakan bahan galian untuk turut serta membangun negara di bidang pertambangan

dengan bimbingan pemerintah. Dari pasal tersebut, rakyat dapat memanfaatkan lingkungan

sekitar mereka untuk turut membangun perekonomian dengan memperoleh pendapatan dari hasil

penambangan.

Sesuai amanat Konstitusi, bahwa Kekayaan alam yang terkandung didalam perut

Bumi Indoneisa “dikuasai” dan dipergunakan oleh Negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat. Pengertian dikuasai dan dipergunakan disini, adalah suatu perintah dari seluruh rakyat

kepada Negara guna mengelola bahan galian untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Jadi

”Sifat Publik” dari pengelolaan bahan galian ini mempunyai landasan hukum yang sangat tinggi,

yaitu landasan Konstitusional yang secara tegas ditetapkan dalam Pasal 33 ayat (3) UU

DASAR 1945 “bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.

2.1.9 Dampak Penambangan Material Golongan C

Proses penambangan secara terus-menerus tentunya akan merubah bentuk suatu


lahan, baik dari lahan yang berbukit menjadi datar maupun membentuk lubang besar pada

permukaan lahan sehingga setiap tahapan kegiatan dapat berpotensi merusak lingkungan.

Aktivitas penambangan bahan galian golongan C yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan

aktivitas penggalian pasir yang tentunya akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan.

Kerusakan lahan akibat pertambangan dapat terjadi selama kegiatan pertambangan

maupun pasca pertambangan. Dampak yang ditimbulkan akan berbeda pada setiap jenis

pertambangan, tergantung pada metode dan teknologi yang digunakan. Kebanyakan kerusakan

lahan yang terjadi disebabkan oleh adanya penambangan-penambangan secara liar dan tidak

ramah lingkungan. Semakin besar skala kegiatan pertambangan, makin besar pula area dampak

yang ditimbulkan. Perubahan lingkungan akibat kegiatan pertambangan dapat bersifat permanen,

atau tidak dapat dikembalikan kepada keadaan semula.

Menurut Hasibuan (2016:20) dalam Jurnal Equality dampak positif yang ditimbulkan

dari penambangan bahan galian C yaitu (1) terserapnya tenaga kerja, (2) menambah pendapatan

asli daerah (PAD), (3) memperlancar akses transportasi. Sedangkan dampak negatifnya adalah

berupa resiko akibat penambangan bahan galian C tersebut. Pada umumnya pengusaha

penambangan bahan galian C menggunakan alat-alat berat untuk mengeruk bahan galian tersebut

sehingga meninggalkan lubang-lubang besar dan apabila tidak direklamasi akan menyebabkan

lingkungan sekitarnya menjadi rusak. Selain itu rona awal lahan yang sebelumnya merupakan

kebun tanaman budidaya seperti; jagung, pisang, bambu dan tumbuh-tumbuhan lain yang

terletak di pinggiran sungai, akibat dilakukan penambangan maka apa bila terjadi banjir dan

sungai meluap mengakibatkan tanaman-tanaman budidaya tersebut tenggelam dengan semakin

melebarnya pinggiran sungai.

Sedangkan menurut Halukati (2020:49) dalam Jambura Journal of Community


Empowerment (JJCE) dampak penambangan pasir terhadap kelestarian lingkungan dapat dilihat

dari beberapa indikator antara lain :

1. Rusaknya Lahan (Menjadi Tandus dan Kritis)

Penambangan pasir berdampak pada rusaknya lahan berupa longsornya tebing-tebing

tanah ataupun menjadikan cekungan-cekungan dipinggiran sungai sehingga

berpotensi juga terhadap banjir. Selan itu, berdampak negatif pada keseimbangan dan

fungsi lingkungan seperti menyebabkan terjadinya pengikisan terhadap humus tanah,

terbentuknya lubang-lubang besar dan mengakibatkan erosi.

2. Terganggunya Flora dan Fauna

Penambangan pasir memiliki dampak juga terhadap ekosistem hewan dan tumbuh-

tumbuhan terutama yang hidup disekitar penambangan pasir. Hal yang paling

dirasakan oleh masyarakat adalah dengan adanya penambangan pasir tersebut, ikan-

ikan yang hidup di seputaran sungai perlahan mulai punah akibat penggunaan masin

yang

dilakukan untuk menyedot pasir, yang tentunya mesin tersebut menggunakan bahan

bakar yang dapat mencemari air.

3. Terganggunya kesehatan dan keamanan penduduk

Dari aspek kesehatan dan keamanan penduduk yang diakibatkan oleh

penambangan pasir menunjukkan bahwa dengan keberadaan penambangan pasir dari

sisi kesehatan nampak pada jalanjalan yang dilalui truk pengangkut pasir yang lalu

lalang secara terus menerus juga mengakibatkan rusaknya jalan dan polusi udara

terutama saat musim kemarau sehingga berimbas pada kesehatan masyarakat sekitar.

Adapun dari aspek keamanan nampak pada suara mesin diesel penyedot yang
mengganggu pendengaran sehingga masyarakat merasa bising dan risih dengan

keberadaan proses penambangan pasir tersebut.

4. Lahan rawan longsor dan potensi terjadinya banjir

Dampak dari penambangan pasir juga berimbas pada keberadaan lahan yang rawan

longsor dan potensi terjadinya banjir, dimana kondisi area yang sering digali untuk

penambangan pasir semakin dalam. Tingginya pengambilaan sumberdaya alam di

sektor pertambangan pasir ini dapat mempercepat kerusakan lahan dalam waktu yang

relatif singkat. Hal ini akan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan.

5. Terjadinya polusi udara berupa debu dan pencemaran air bersih

Penambangan pasir berdampak pada polusi udara, dimana hal tersebut bagian dari

dampak fisik lingkungan dengan adanya polusi yang berasal dari asap mesin

penyedot dan aktivitas lalu lalangnya kenderaan pengankut pasir sehingga

mengakibatkan polusi udara terutama saat musim kemarau. Hal tersebut tentunya

sangat berpengaruh terhadap ekosistem lainnya yang ada di wilayah yang dialiri oleh

sungai tersebut.

6. Jalan menjadi rusak

Dampak lain yang dirasakan bagi masyarakat melalui aktivitas penambang pasir

adalah merembet pada sarana dan infrastruktur jalan yang sering dilalui oleh

kenderaan yang mengangkut pasir. Dengan adanya aktivitas tersebut mengakibatkan

banyak jalan rusak yang sering digunakan oleh masyarakat setempat. Keberadaan

tersebut juga meresahkan warga karena dengan kondisi jalanan yang sudah rusak

dapat beresiko tinggi terjadinya kecelakaan terutama dimalam hari.

Kegiatan penambangan dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dalam suatu


kawasan. Besarnya kerusakan tergantung pada faktor kegiatan penambanngan dan faktor kondisi

lingkungan. Faktor kegiatan penambangan antara lain berkaitan dengan letak cebakan mineral,

faktor teknik penambangan, pengolahan dan sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan adalah

faktor kepekaan lingkungan antar lain faktor geografis dan morfologis, faktor fauna dan flora

serta faktor hidrologis. Faktor-faktor tersebut harus dijadikan pertimbangan dalam kebijakan

alokasi mineral.

Soemarwoto (1994:51) mengemukakan secara garis besar dampak yang ditimbulkan

akibat kegiatan penambangan adalah sebagai berikut :

1. Kerusakan lahan pertanian, yaitu permukaan lahan rusak banyak cekungan, dan

lubang bekas penambangan yang tergenang oleh air umumnya tidak produktif lagi

karena tanahnya terkelupas.

2. Gangguan hidrologis, dapat menimbulkan banjir pada saat hujan deras dan juga di

posisi yang cepat pada dasar sungai.

3. Iklim mikro, dampaknya terhadap perubahan iklim mikro dan kualitas udara.

4. Flora dan fauna, mengakibatkan pindahnya spesies-spesies tertentu yang seharusnya

dilindungi dan dianggap langka.

5. Sosial ekonomi, kedatangan pekerja ke tempat penambangan sering menimbulkan

permasalah, penyediaan air bersih, pembuangan limbah dan dampak sosial.

2.1.10 Akibat Dilakukannya Penambangan Galian C

Perubahan kondisi lingkungan akibat dilakukannya penambangan material galian C

yang dikutip dari sumber website (DLH, Mei 08, 2018) adalah sebagai berikut :
1. Perubahan vegetasi penutup

Proses land clearing pada saat operasi pertambangan mulai menghasilkan dampak

lingkungan yang sangat signifikan yaitu hilangnya vegetasi alami. Apalagi kegiatan

pertambangan yang dilakukan di dalam kawasan hutan lindung. Hilangnya vegetasi

akan berdampak pada perubahan iklim mikro, keanekaragaman hayati (biodiversity)

dan habitat satwa menjadi berkurang. Tanpa vegetasi lahan menjadi terbuka dan akan

memperbesar erosi dan sedimentasi pada saat musim hujan.

2. Perubahan topograf

Pengupasan tanah pucuk mengakibatkan perubahan topografi pada daerah tambang.

Areal yang berubah umumnya lebih luas dari dari lubang tambang karena digunakan

untuk menumpuk hasil galian (tanah pucuk dan overburden) dan pembangunan

infrastruktur. Seperti halnya dampak hilangnya vegetasi, perubahan topografi yang

tidak teratur atau membentuk lereng yang curam akan memperbesar laju aliran

permukaan dan meningkatkan erosi. Kondisi bentang alam/topografi yang

membutuhkan waktu lama untuk terbentuk, dalam sekejap dapat berubah akibat

aktivitas pertambangan dan akan sulit dikembalikan dalam keadaan yang semula.

3. Perubahan pola hidrologi

Kondisi hidrologi daerah sekitar tambang terbuka mengalami perubahan akibatnya

hilangnya vegetasi yang merupakan salah satu kunci dalam siklus hidrologi. Ditambah

lagi pada sistem penambangan terbuka saat beroperasi, air dipompa lewat sumur-

sumur bor untuk mengeringkan areal yang dieksploitasi untuk memudahkan

pengambilan bahan tambang. Setelah tambang tidak beroperasi, aktivitas sumur

pompa dihentikan maka tinggi muka air tanah (ground water table) berubah yang
mengindikasikan pengurangan cadangan air tanah untuk keperluan lain dan berpotensi

tercemarnya badan air akibat tersingkapnya batuan yang mengandung sulfida sehingga

kualitasnya menurun.

4. Kerusakan tubuh tanah

Kerusakan tubuh tanah dapat terjadi pada saat pengupasan dan penimbunan kembali

tanah pucuk untuk proses reklamasi. Kerusakan terjadi diakibatkan tercampurnya

tubuh tanah (top soil dan sub soil) secara tidak teratur sehingga akan mengganggu

kesuburan fisik, kimia, dan biolagi tanah. Hal ini tentunya membuat tanah sebagai

media tumbuh tak dapat berfungsi dengan baik bagi tanaman nantinya dan tanpa

adanya vegetasi penutup akan membuatnya rentan terhadap erosi baik oleh hujan

maupun angin, terkikisnya lapisan topsoil dan serasah sebagai sumber karbon untuk

menyokong kelangsungan hidup mikroba tanah potensial, merupakan salah satu

penyebab utama menurunnya populasi dan aktifitas mikroba tanah yang berfungsi

penting dalam penyediaan unsur-unsur hara dan secara tidak langsung mempengaruhi

kehidupan tanaman.

5. Penurunan Kualitas Udara

Banyaknya penggunaan alat berat dalam proses penambangan akan menghasilkan

emisi gas buang, selain itu penggunaan kendaraan dalam proses pengangkutan

material tambang juga menghasilkan emisi gas buang serta mengakibatkan

peningkatan jumlah partikel debu terutama pada musim kemarau. Sehingga dalam

kurun waktu yang lama akan terjadi perubahan kualitas lingkungan terutama kualitas

udara, baik dilokasi penambangan maupun di jalur yang dilewati oleh kendaraan

pengangkut material tambang.


2.1.11 Pengelolaan Penambangan Yang Baik Dan Benar

Kegiatan penambangan memiliki kecenderungan untuk menurunkan nilai dan mutu

lingkungan. Usaha pemerintah untuk menekan terjadinya penurunan kualitas lingkungan akibat

aktifitas penambangan adalah dengan mengeluarkan beberapa peraturan, peraturan tersebut

diantaranya adalah Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun

2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL.

Dapat disimpulkan bahwa upaya pengelolaan lingkungan adalah serangkaian

kegiatan/upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijakan

pelaksanaan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian

lingkungan hidup dibidang pertambangan. Industri pertambangan merupakan industri yang

penuh dengan kontroversi. Di satu sisi industri pertambangan mempunyai potensi besar untuk

menciptakan kesejahteraan masyarakat, namun disisi lain industri ini juga menimbulkan berbagai

perubahan lingkungan yang mengancam kelestarian fungsi lingkungan dan kehidupan sosial

budaya masyarakat.

Penambangan pasir bisa dilakukan dengan strategi win-win solution, melalui

manajemen panambangan. Ini merupakan suatu usaha eksplorasi yang terencana, teratur, dan

terorganisir baik. Artinya, dalam menambang perlu memperhatikan beberapa aspek seperti

penentuan jumlah dan kualitas cadangan pasir; tempat yang layak tambang; waktu dan prioritas

penambangan; serta cara penambangan. Semuanya itu tentu dengan tetap mengedepankan

kelestarian alam. Manajemen penambangan ini harus dilakukan secara terpadu dan

berkelanjutan.
Dalam mengimplementasikan sistem manajemen penambangan pasir, perlu

berparadigma pada filsafat pembangunan ekosentris. Di mana tak hanya melihat dari sisi nilai

manusianya saja, tetapi juga tetap memperhatikan nasib makhluk hidup dan ekosistem lain

secara adil. Dari sini akan terwujud penambangan yang ramah lingkungan.

Namun yang jelas dari semua upaya tersebut, hal yang paling penting ialah kesadaran

kolektif masyarakat akan kelestarian lingkungan. Mengingat menjaga kelestasian lingkungan

merupakan tanggung jawab kita bersama. Maka, sangat tidak etis jika manusia lebih

mengedepankan keegoisan, mengeksploitasi alam secara membabibuta. Kita boleh

memanfaatkan alam ini secara bijak yaitu dengan memperhatikan nasib lingkungan, makhluk

hidup, serta warga masyarakat yang hidup di lingkungan sekitar.

2.2 Kerangka Konsep

Pada dasarnya manusia dan makhluk hidup lainnya saling ketergantungan dan saling

berinteraksi serta berada didalam lingkungan yang luas. Akan tetapi lingkungan yang tidak

dilestarikan akan merusak dan mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup yang ada

didalamnya.

Penambangan material golongan C dalam hal ini penambangan pasir pada prinsipnya

bersifat industri dan bahan baku yang tanahnya dapat diambil dan digali dari tanah oleh manusia

serta pengelolaannya sangat berkaitan dengan fungsi lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas

manusia dan alam. Penambangan material golongan C secara terus menerus akan mengakibatkan

perubahan kondisi lingkungan fisik seperti tingginya tingkat erosi di daerah penambangan pasir

dan juga di daerah sekitarnya.


Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya serta makhluk

sosial maka seharusnya manusia memiliki kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan

hidup demi tercapainya kesejahteraan dan kenyamanan manusia serta makhluk hidup di

lingkungan. Dengan demikian lingkungan yang rusak perlu adanya upaya pelestarian kembali

dengan cara reboisasi. Upaya pelestarian ini dapat dilakukan oleh pemerintah daerah, maupun

pemerintah desa serta masyarakat menuju kesejahteraan hidup manusia dan makhluk hidup

lainnya.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis dapat memberikan gambaran dalam

kerangka berpikir sederhana sebagai berikut :

Perubahan Kondisi Lingkungan Fisik Area Penambangan Material Golongan C Di Kali Wayori
Negeri Passo Kecamatan Baguala

Alam

Manusia

Proses Manusia & Alam

Indikator Akibat Dilakukannya Penambangan Galian C


1. Perubahan vegetasi penutup

2. Perubahan topograf

3. Perubahan pola hidrologi

4. Kerusakan tubuh tanah

5. Penurunan kualitas udara

Proses Reboisasi

Upaya pelestarian lingkungan oleh Pemda, Pemdes dan Masyarakat

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian Survei

Penelitian survei dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang

dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, untuk menemukan

kejadian-kejadian relatif,distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun


psikologis (Morissan, 2018:7). Umumnya, pengertian survei dibatasi pada pengertian survei

sampel di mana informasi dikumpulkan dari sebagian populasi (sampel) untuk mewakili seluruh

populasi. Ada 3 karakteristik pokok pada metode Survei: 1) Data informasi dikumpulkan dari

kelompok besar orang dengan tujuan mendiskripsikan berbagai aspek dan karakter seperti:

pengetahuan, sikap, kepercayaan, kemampuan dari populasi, 2) Data informasi diperoleh dari

pengajuan pertanyaan (tertulis dan bisa juga lisan) dari populasi, 3) Data informasi diperoleh dari

sampel bukan dari populasi.

Penelitian survei ini dimaksud untuk mengetahui perubahan kondisi lingkungan fisik

area penambangan material golongan C di kali Wayori Negeri Passo Kecamatan Baguala.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

a) Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di kali Wayori Negeri Passo Kecamatan Baguala

b) Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan satu bulan terhitung sejak proposal ini di seminarkan.

3.3 Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini penulis hanya melakukan pengambilan sampel sebagai

perwakilan dari populasi untuk mengkaji 2 (dua) subjek yang menjadi acuan untuk diteliti yaitu:

1) Pengamatan dua titik area sebagai sampel yang mewakili populasi area perubahan

kondisi lingkungan fisik akibat dilakukannya penambangan galian C di kali Wayori

Negeri Passo Kecamatan Baguala.

2) Pengambilan sampel pekerja penambang galian C sebanyak 15 (lima belas) orang untuk

mewakili seluruh populasi pekerja penambang pasir di kali Wayori Negeri Passo
Kecamatan Baguala.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau

kegiatan yang memepunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2019:68).

Berdasarkan pengertian diatas maka variabel dalam penelitiann ini adalah beberapa

bentuk kerusakan lingkungan dengan indikator dari sumber (DLH, Mei 08, 2018) sebagai

berikut :

1. Perubahan vegetasi penutup

2. Perubahan topograf

3. Perubahan pola hidrologi

4. Kerusakan tubuh tanah

5. Penurunan kualitas udara

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Menurut (Rijali, 2019:2) metode pengumpulan data adalah dengan cara apa dan

bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan sebagai hasil akhir penelitian dan mampu

menyajikan informasi yang valid dan reliable.

Purwanto (2010:164) mendefinisikan “Metode penelitian adalah proses yang

dilakukan dengan cara tertentu secara terencana, sistematik dan teratur sedemikian rupa sehingga

setiap tahap diarahkan kepada pemecahan masalah”. Metode penelitian selain harus dapat

memberikan jawaban secara efektif tepat pada sasaran, juga harus efisiensi. Untuk harus

diketahui juga berbagai pendekatan dalam penelitian, sehingga peneliti dapat memutuskan
pendekatan mana yang paling efisiensi untuk memberikan jawaban. Dalam penelitian ini penulis

mengumpulkan data dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik bila

dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara. Observasi tidak selalu

dengan objek manusia tetapi juga dengan objek-objek alam yang lain (Hasanah,

2017:15). Observasi yang dilakukan adalah peneliti melakukan pengamatan terhadap

perubahan kondisi lingkungan fisik di kali Wayori Negeri Passo.

2. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui

tanya jawab, sehingga dapat di konstruksikan makna dalam suatu topik tertentu

(Tamtanus, 2020:14). Wawancara dalam penelitian ini adalah peneliti melakukan

proses tanya jawab dengan responden.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah informasi yang berasal dari catatan penting baik dari

lembaga atau organisasi maupun perorangan Sugiyono (2017:37).

3.6 Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan yaitu analisis kualitatif. Menurut Miles dan

Huberman dalam (Sugiyono 2019:65), analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada

saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode
tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang

diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai telah dianalisis dan belum memuaskan, maka

peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap

kredibel. Analisis data kualitatif dengan pendekatan deskriptif dimaksudkan untuk

mendeskripsikan perubahan kondisi lingkungan fisik area penambangan material golongan C di

kali Wayori Negeri Passo Kecamatan Baguala.

DAFTAR PUSTAKA

Anton M Mulyono. 2001. Aktivitas Belajar. Bandung: Yrama


Alsa Asmadi. 2004. Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif serta Kombinasinya dalam penelitian
Psikologi. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Ali Khomsan, Arya Hadi Dharmawan, dkk. 2015. Indikator Kemiskinan dan Misklarifikasi
Orang Miskin. Jakarta. Fakultas Ekologi Manusia IPB
Chaerina, Y. 2016. Korespondensi antara kerusakan ekologi dan factor penyebabnya. Temu
Ilmiah IPLBI, 17–22. Retrieved from temuilmiah.iplbi.or.id
Dantje T. Sembel. 2005. Dampak Pencemaran Dari Berbagai Bahan Kimia Dalam Kehidupan
Sehari hari. Yogyakarta. Cv Andi Offset
Efbertias S, Erni Mohamad, dkk. 2021. Pengetahuan Lingkungan. Medan. Yayasan Kita Menulis
Efbertias S, David Soputra Asmuliani R, dkk. 2022. Pengantar Ilmu Lingkungan. Medan.
Yayasan Kita Menulis
Hasana H. 2017. Teknik – Teknik Observasi (Sebuah Alternatif Metode Pengumpulan Data
Kualitatif Ilmu – Ilmu Sosial). At - Taqaddum (1), 21.
Kurniasih. 2017. Cinta Lingkungan. Yogyakarta. Relasi Inti Media
Manik, K.E.S. 2016. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta. Kencana
Morissan. 2018. Metode Penelitian Survei. Jakarta. Kencana divisi dari PRENADAMEDIA
GROUP
Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip – Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung. Remaja
Rosda Karya
Hasibuan, Puspa M. 2016. Jurnal Equality. Vol. 11 No. 1. Februari 2016. (Dampak
Penambangan Bahan Galian Golongan C Terhadap Lingkungan Sekitarnya Di
Kabupaten Deli Serdang)
Halukati Melviyana, Abd. Hamid Isa. (2020). Jambura Journal of Community Empowerment
(JJCE). Vol. 1 No. 2. Desember 2020. (Dampak Penambangan Pasir Terhadap
Kelestarian Lingkungan)
Di Kelurahan Tumbihe
Rijali, A. 2019. Analisis data kualitatif. Al Hadharah: Jurnal Ilmu Dakwah, 17(33), 81-95.
Salim HS, H. 2007. Hukum Pertambangan di Indonesia. Jakarta. PT Grafindo
Persada.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2019. In Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Soemarwoto, Otto.1994. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Cetakan revisi
VI.Jakarta: Penerbit Djambatan
Soehartono Irawan. 2000. Metode Penelitian Sosial : Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial lain. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Tamtanus, Agus Sediadi. 2020. “Metode Wawancara dalam Pemahaman Mata Ajar
Nasionalisme”. Untirta Civic Education Journal. Vol. 5. No. 1.
Undang-Undang (UU) Nomor 11 tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Wihardjo R. Sihadi Darmo, Henita Rahmayanti. 2021. Pendidikan Lingkungan Hidup.
Pekalongan Jawa Tengah. NEM – Anggota IKAPI
SUMBER INTERNET

Mentari. (2002, Januari 18). Penyebab Perubahan Lingkungan. Retrieved from


https://www.zenius.net/blog/contoh-perubahan-lingkungan-dan-dampaknya
Ridha Rizkiana. (2022, April 5). Pengertian Menurut Ahli, Jenis Dan Manfaat Lingkungan.
Retrieved from https://lindungihutan.com/blog/lingkungan-adalah/
Ayu Rifka, S. (2021, Oktober 15). Pengertian Lingkungan, Macam, Manfaat Dan Cara
Melestarikannya Yang Wajib Diketahui. Retrieved from
https://hot.liputan6.com/read/4684938/pengertian-lingkungan-macam-manfaat-dan-
cara-melestarikannya-yang-wajib-diketahui
Kurniasih, W. (2021, Novembar 26). 18 Pengertian Lingkungan Menurut Para Ahli Dan
Fungsinya. Retrieved from https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-lingkungan-
menurut-para-ahli/#
DLH Kab. Karanganyar. (2018, Mei 08). Bahan Galian Golongan C.
https://dlh.karanganyarkab.go.id/2018/05/08/bahan-galian-golongan-c/
Magang3. (2021, Juni 17). Perubahan Lingkungan Fisik.
https://bangka.tribunnews.com/2021/06/17/materi-kelas-4-sd-perubahan-lingkungan-
fisik-latihan-soal-dan-tersedia-kunci-jawaban?page=4
Tyokronisilicus. (2015, September 30). Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia.
https://tyokronisilicus.wordpress.com/2015/09/30/kerusakan-lingkungan-hidup-karena-
faktor-manusia/

Lampiran : 1

KUISIONER PENELITIAN

Petunjuk :

Berilah tanda cek (√ ) pada jawaban yang dianggap paling sesuai


dengan keadaan dan situasi saudara saat ini.

KARAKTERISTIK RESPONDEN

1.
Nama :

2.
Jenis Kelamin :

Laki - laki Perempuan

3.
Usia : >45 Tahun
20 – 35 Tahun
35 - 45 Tahun

4.
Pendidikan :

D1, D2 dan D3 Lain - lain

SMA/SMK sederajat

5.
Pekerjaan :

PNS

Wirausaha

Tukang Kayu Petani


Sopir
Buruh Tani/Tambang
Tukang Ojek Lain – lain

Berikut ini ada beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan


perubahan kondisi lingkungan fisik area penambangan material golongan C di kali
Wayori Negeri Passo Kecamatan Baguala. Jawablah pertanyaan-pertanyaan
tersebut dengan memberikan tanda cek (√ ) pada salah satu jawaban yang saudara
anggap paling sesuai.

Ket :
1) STS = Sangat Tidak Setujuh
2) TS = Tidak Setujuh
3) CS = Cukup Setujuh
4) S = Setujuh
5) SS = Sangat Setujuh
PERUBAHAN VEGETASI PENUTUP
Penilaian
No. Pertanyaan STS TS CS S SS
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Kegiatan penambangan dapat mengubah
kondisi lingkungan fisik seperti hilangnya
tanaman atau tumbuh – tumbuhan di area
penambangan.
2. Masih terdapat pepohonan atau tumbuh –
tumbuhan di sekitar area penambangan.
3. Di sekitar area penambangan sering terjadi
erosi.
4. Perlu adanya proses reboisasi untuk
melindungi lingkungan dari ancaman
bahaya alam.
5. Masih terdapat penghijauan alami di area
penambangan pasir seperti menanam
tumbuh-tumbuhan alami.
PERUBAHAN TOPOGRAF
Penilaian
No. Pertanyaan STS TS CS S SS
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Kegiatan tambang mengakibatkan adanya
tanah longsor di sekitar area penambangan.
2. Terdapat tanda bahaya atau peringatan di
sekitar area penambangan akibat
penambang secara terus menerus.
3. Angin topan/angin puting beliung
mengakibatkan kerusakan dan pengikisan
tanah di sekitar area penambangan.
4. Letusan gunung merapi dapat mengubah
suatu bentuk lingkungan alam.
5. Gempa bumi yang dasyat dapat
menyebabkan perpindahan suatu tempat.
PERUBAHAN POLA HIDROLOGI
Penilaian
No. Pertanyaan STS TS CS S SS
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Air kali Wayori sering keruh/kotor setelah
adanya kegiatan penambangan.
2. Pada musim kemarau debit air kali Wayori
berkurang atau mengalami pengeringan.
3. Pada musim hujan sering terjadi banjir di
kali Wayori karena debit air yang tinggi.
4. Terjadi pencemaran di kali Wayori setelah
adanya kegiatan penambangan.

5. Peredaran air di kali Wayori terhambat


atau tidak mengalir dengan lancar akibat
adanya penambangan pasir.
KERUSAKAN TUBUH TANAH
Penilaian
No. Pertanyaan STS TS CS S SS
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Panas berlebihan dapat menyebabkan
keretakan pada tanah.
2. Saudara tahu bahwa pada lereng tebing
sering terjadi retakan - retakan yang dapat
mengakibatkan longsoran.
3. Tubuh tanah akan rusak apabila terjadi
kebakaran hutan akibat kemarau Panjang.
4. Tubuh tanah akan rusak apabila terdapat
zat – zat kimia berlebihan yang
diakibatkan oleh pencemaran lingkungan.
5. Material – material, uap panas dan debu
vulkanis akibat letusan gunung merapi
dapat merusak tubuh tanah.
PENURUNAN KUALITAS UDARA
Penilaian
No. Pertanyaan STS TS CS S SS
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Masyarakat di sekitar kali Wayori merasa
terganggu dengan adanya polusi udara
karena penambangan.
2. Kegiatan penambangan menimbulkan
kebisingan/polusi udara.
3. Banyak pencermar udara yang beredar di
sekitar area penambangan (seperti debu,
asap, suara) setelah adanya kegiatan
penambangan di kali Wayori.
4. Pencemaran udara di area penambangan
pasir kali Wayori sangat tinggi karena
kendaraan yang melintas.
5. Ada bentuk fisik pencemaran udara yang
terlihat (seperti asap kendaraan bermotor
bau pekat/warna hitam banyak berada di
udara).

Anda mungkin juga menyukai