Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP DI LUAR PENGADILAN


Studi Kasus Sengketa Antara PT. Kemilau Indah Nusatara dengan Kelompok Tani Aneka Karya
D esa Muara Bengalon Kecamatan Bengalon
Kabupaten Kutai Timur

Oleh
Marlin Sundu

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI TIMUR


DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KUTAI TIMUR
KOMPLEKS PEMERINTAHAN KABUPATEN KUTAI TIMUR
TAHUN 2020

[1]
Abstrak : Kegiatan Usaha Perkebunan Sawit ternyata dapat menimbulkan berbagai dampak
negatif yang merugikan kehidupan masyarakat. Dampak negatif terhadap komponen lingkungan dapat
berupa gangguan terhadap kualitas air, udara, tanah, kenyamanan lingkungan dan sebagainya.
Kasus serupa terjadi antara PT.Kemilau indah Nusntara yang berada di wilayah Desa Muara
Bengalon, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur dengan Kelompok petani setempat.
Makalah ini mencoba menganalisis penyebab terjadinya sengketa dan bagaimanakah bentuk
penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang diterapkan dalam menyelesaikan sengketa lingkungan
hidup antara PT. Kemilau Indah Nusantara dengan petani Desa Muara Bengalon, Kecamatan Bengalon
Kabupaten Kutai Timur.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya sengekta antara PT. KIN dengan petani Desa
Muara Begalon adalah Kerusakan lahan yang diakibatkan adanya penangulangan oleh PT. KIN, yang
menyebabkan tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan milik kelompok menjadi mati, penanggulangan
yang dilakukukan oleh PT. KIN tersebut mengakibatkan tergenangnya air di area kebun miliki Kelompok tani
menjadi rusak, yang mengakibatkan menurunnya pendapatan para petani. Bentuk penyelesaian
sengketa antara PT. KIN dengan petani Desa Muara Bengalon adalah dengan cara mediasi, hal ini
atas permintaan para kelompok tani yang diwakilkan oleh Bapak Andre yang menurut mereka cukup
untuk menuntut apa yang menjadi hak pada petani desa Muara Bengalon Kecamatan Bengalon Kabupten
Kutai Timur.

Kata Kunci : Sengketa,

[2]
Kata Pengantar

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan
pertolongaNYA saya dapat menyelesaikan maka ini . saya juga berterimakasih kepada Orang
Tua , Suami dan anakku Marchel Nathanel serta rekan-rekan kerja saya di Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Kutai Timur yang telah mendukung dan banyak membantu dalam penyusunan
makalah ini dengan baik.
Makalah. ini memuat tentang Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup diLuar Pengadilan (Studi
Kasus Sengketa Antara PT. Kemilau Indah Nusantara ( PT.KIN) dengan Petani D esa Muara
Bengalon Kecamatan Bengalon Kabupaten Kutai Timur), Kabupaten Kutai Timur yang akhir-
akhir ini cukup menjadi perhatian khusus akibat maraknya berita dan pengaduan masyarakat
atas kasus-kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan Hidup atas aktivitas kegiata.n
perusahaan yang beroprasi, dengan meningkatkan Pengawasaan terhadap izin lingkungan
hidup dan izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

semoga makalah ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan
dan keputusan terhadap penegakan Hukum Lingkungan Hidup yang telah diterbitkan
oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Timur. sekian dan terimakasih.

Diketahui Oleh : Sangatta, 28 Desember 2020

Pembina /VIa
NIP. 19741009 200212 2 003

[3]
Daftar Isi

1. Judul …………………………………………………………. (1)


2. Abstrak ........................................................................................ (2)
3. Kata Pengantar …………………………………………………. (3)
4. Daftar Isi ………………………………………………………....(4)
5. Bab I Pendahuluan .........................................................................(5)
6. Bab II Tunjaun Pustaka ..................................................................(5)
7. Bab III Rumusan dan Analisis Masalah..........................................(7)
8. Bab IV Hasil Evaluasi dan Pembahasan .........................................(7)
9. Bab IV Penutup
a. Kesimpulan ................................................................................(10)
b. Saran ..........................................................................................(10)
10. Daftar Pustaka ..................................................................................(11)

[3]
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintah telah mencanangkan program pembangunan berkelanjutan atau sustainable
development, yaitu pembangunan yang dilakukan dengan berwawasan lingkungan.
Dalam pembangunan berkelanjutan, harus dipenuhi syarat - syarat yaitu, pertama, adanya
kelestarian lingkungan dan kedua, dipenuhinya hak masyarakat akan lingkungan yang
bersih dan sehat .
Munculnya dampak negatif terhadap kualitas lingkungan hidup, adalah suatu realitas
bahwa pembangunan yang dilaksanakan tidak memperhatikan aspek lingkungan hidup,
sehingga meninbulkan penurunan kualitas lingkungan hidup. Dampak negatif terhadap
komponen lingkungan dapat berupa gangguan terhadap kualitas air, udara, tanah,
kenyamanan lingkungan dan sebagainya. Kasus yang terjadi antara PT. Kemilau
Indah Nusantara yang berada di wilayah Desa Muara Bengalon, Kecamatan Bengalon ,
Kabupaten Kutai Timur dengan petani setempat. Perusahaan tersebut saat ini dalam
menjalankan usahanya berada dalam tahap oprasional kegiatan Perkebunan Kepala Sawit yang
berbatasan langsung dengan lahan sawah milik para petani. Pembangunan Tanggul di area
perkebunan Sawit milik PT. KIN bertujuan untuk membendung masuknya air dari sungai
Bengalon agar pokok tanaman sawit tidak tergenang, namun dampak yang terjadi sebaliknya
lahan milik para petani menjadi tergenang dan mengalami kerusakan, hampir 1 tahun kondisi
genangan tersebut terjadi apalagi ketika musim hujan, segala upaya telah disampaikan kepada
pihak PT. KIN oleh pihak para kelompok petani namun tidak mendapatkan tanggapan.
Konflik yang berlarut-larut yang terjadi anatara pihak PT. KIN dan para petani,
membawa kasus ini kejalur hukum dengan mengadukan persoalan kerusakan lahan milik
petani yang terjadi ke Dinas Lingkungan Hidup Kutai Timur atas dampak kerusakan lahan,
Penyelesaian sengketa hukum lingkungan, menurut Undang Undang Nomor. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, selanjutnya disebut
UUPPLH, dapat dilakukan melalui pengadilan ataupun di luar pengadilan berdasarkan
pilihan secara sukarela para pihak yang bersengketa (pasal 84 ayat 1 ) administratif, perdata
maupun pidana. Sedangkan di luar pengadilan dapat dilakukan dengan negosiasi,
mediasi, konsiliasi maupun arbitrase.
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui pengadilan, khususnya jalur
perdata, kurang disenangi orang karena sering berlarut-larutnya proses penyelesaian
perkaranya di pengadilan. Beberapa kasus perdata yang di putus di Pengadilan Negeri
biasanya dilempar ke pengadilan yang lebih tinggi, dari tingkat banding hingga
kasasi, disebabkan tidak puasnya para pihak yang kalah atas putusan yang diterima.
Ada kecenderungan orang selalu mengulur waktu dengan selalu mempergunakan upaya
hukum, semata-mata untuk memenangkan perkara.
Penyelesaian sengketa lingkugan hidup yang diterapkan di Kabupaten Kutai
Timur adalah dengan cara medi asi, hal ini bertujuan agar penyelesaian seng keta
lingkungan dapat secepatnya tersel esaikan agar penegakan hukum lingkungan dapat
berjalan dengan efektif.

[4]
II. TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Wilayah PT. Kemilau Indah Nusantara (PT. KIN) adalah perusahaan
yang bergerak di bidang Perkebunan Kelapa Sawit. Keberadaan kegiatan Pertambangan PT.KIN,
berada dalam lahan pertanian. Desa Sepaso Barat, dan Muara Bengalon Kecamatan Bengalon
Kabupaten Kutai Timur.
Pengertian Pencemaran Lingkungan Hidup Yang dimaksud pencemaran lingkungan,
menurut Pasal 1 angka 14 UUPPLH, adalah masuk atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehinggamelampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
Sengketa Lingkungan Hidup Sengketa lingkungan hidup, menurut pasal 1 ayat 1
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 4 tahun 2013, adalah perselisihan antara dua
pihak atau lebih yang ditimbulkan oleh adanya atau diduga adanya pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup.
Ada beberapa penjelasan terkait dengan pengertian sengketa lingkungan hidup, yaitu :
a. Sengketa adalah perselisihan, konflik atau kontroversi yang berkaitan dengan suatu
tuntutan atau hak. Sengketa lingkungan hidup muncul sebagai perselisihan akibat tuntutan
orang akan hak-hak mereka yang “ditolak” oleh pihak lain.
b. Yang dimaksud dua pihak atau lebih adalah pihak pencemar dan/atau perusak
lingkungan (pelaku) serta pihak korban pencemaran dan/atau perusakan lingkungan.
c. Sengketa lingkungan hidup adalah sengketa yang hanya berkaitan dengan
pencemaran atau perusakan lingkungan hidup. Pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup itupun bukan hanya yang sudah sungguh-sungguh terjadi, melainkan yang baru
diduga adanya pun dapat menimbulkan sengketa.
Bentuk-bentuk Penyelesaian Sengketa dalam Pasal 84 ayat 1 UUPPLH, disebutkan
bahwa penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui pengadilan atau di
luar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang bersengketa. Pilihan
sukarela tersebut hanya berlaku untuk perbuatan melanggar hukum (onrechtmatige daad)
yang bersifat keperdataan. Untuk tindak pidana lingkungan hidup tidak ada pilihan lain,
selain harus melalui pengadilan.
a. Penyelesaian sengketa melalui Pengadilan :
1) Ganti kerugian dan Pemulihan Lingkungan
2) Tanggung Jawab Mutlak
3) Hak Gugat Pemerintah dan Pemerintah Daerah
4) Hak Gugat Masyarakat
5) Hak Gugat Organisasi Lingkungan Hidup
6) Gugatan Administratif
7) Ketentuan Pidana

Namun, pada kenyataannya cara ini kurang populer di kalangan pengusaha,


bahkan kalau tidak terpaksa, para pengusaha pada umumnya menghindari penyelesaian
sengketa di pengadilan. Hal ini kemungkinan disebabkan lamanya waktu yang
tersita dalam proses pengadilan sehubungan dengan tahapan- tahapan (banding dan
kasasi) yang harus dilalui, atau disebabkan sifat pengadilan yang terbuka untuk
umum, sementara para pengusaha tidak suka masalah-masalah bisnisnya dipublikasikan,
ataupun karena penanganan penyelesaian sengketa tidak dilakukan oleh tenaga-tenaga
ahli dalam bidang tertentu yang dipilih sendiri.

[5]
b. Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau yang dalam literatur asing disebut
dengan istilah Alternative Dispute Resolution (ADR) sebenarnya sudah lama dikenal
terutama di Amerika Serikat. Menurut Stephen B. Goldberg, yang menjadi latar
belakang dan sekaligus tujuan munculnya mekanisme alternatif penyelesaian
sengketa ini antara lain:
1) Untuk mengurangi penumpukan perkara di pengadilan (court
congestion).
2) Untuk meningkatkan keterlibatan dan otonomi masyarakat dalam proses
penyelesaian sengketa.
3) Untuk memperlancar dan memperluas akses kepada keadilan.
4) Untuk memberi kesempatan bagi tercapainya penyelesaian sengketa yang
menghasilkan keputusan yang dapat diterima oleh semua pihak.
Di Indonesia, ketentuan yang mengatur tentang ADR yaitu, UU No. 30
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
(UUADR) dan Peraturan Pemerintah No.54 Tahun 2000 tentang Lembaga
Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan
(PPLPJ).
Menurut UUADR, pengertian alternatif penyelesaian sengketa, seperti tercantum
dalam Pasal 1 angka 10, adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat
melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan
dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. Termasuk
didalamnya adalah penyelesaian dengan arbitrase. Terdapat beberapa jenis penyelesaian
sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan, yaitu :
1) Negosiasi
Yaitu berunding atau musyawarah sebagai upaya penyelesaian sengketapara
pihak tanpa melalui proses pengadilan dengan tujuan dapat dicapai kesepakatan
bersama atas dasar kerja sama yang harmonis dan kreatif.Menurut Fisher,
negosiasi adalah proses tawar-menawar yang bersifat konsensual yang di dalamnya
para pihak berusaha memperoleh atau mencapai persetujuan tentang hal-hal
yang disengketakan atau yang berpotensi menimbulkan sengketa.
2) Mediasi
Mediasi berasal dari bahasa Inggris mediation, yang berarti penyelesaian
sengketa dengan menengahi. Menurut JM. Nolan- Haley, 10 mediasi adalah
proses intervensi partisipatoris, dalam waktu pendek, terstruktur dan berorientasi
pada tugas (task oriented). Dalam Pasal 85 ayat 3 UUPPLH, dalam penyelesaian
sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan, dapat digunakan jasa mediator
dan/atau arbiter untuk membantu menyelesaikan sengketa lingkungan hidup.
Para pihak yang berkepentingan dapat meminta jasa pihak ketiga yang netral
yang dapat berbentuk :
a) Pihak ketiga netral yang tidak memiliki kewenangan mengambil
keputusan. Pihak ketiga netral ini berfungsi sebagai pihak yang
memfasilitasi para pihak yang berkepentingan sehingga dapat dicapai
kesepakatan. Pihak ketiga netral ini harus :
(1) Disetujui oleh para pihak yang bersengketa,
(2) Tidak memiliki hubungan keluarga dan/atau hubungan kerja dengan
salah satu pihak yang bersengketa,
(3) Memiliki ketrampilan untuk melakukan perundingan atau penegahan,
(4) Tidak memiliki kepentingan terhadap proses perundingan maupun
hasilnya.
[6]
b) Pihak ketiga netral yang memiliki kewenangan mengambil keputusan berfungsi
sebagai arbiter, dan semua putusan arbiter ini bersifat tetap dan mengikat para
pihak yang bersengketa Menurut PPLPJ, ditentukan kriteria untuk menjadi
mediator, yaitu:
a) Cakap melakukan tindakan hukum,
b) Berumur paling rendah 30 (tiga puluh) tahun,
c) Memiliki pengalaman serta menguasai secara aktif bidang lingkungan
hidup paling sedikit 5 (lima) tahun,
d) Tidak ada keberatan dari masyarakat (setelah diumumkan dalam jangka
waktu satu bulan),
e) Memiliki ketrampilan untuk melakukan perundingan atau penengahan.
3) Konsiliasi
Konsiliasi dapat diartikan sebagai salah satu cara penyelesaian sengketa
di luar pengadilan melalui cara perundingan dengan bantuan pihak ketiga netral
(konsiliator) untuk mendapatkan penyelesaian yang disepakati oleh para pihak yang
bersengketa.
4) Arbitrase
Dalam arbitrase, para pihak menyerahkan sengketa mereka kepada pihak
ketiga yang netral yang berwenang mengambil keputusan dan keputusannya itu
mengikat para pihak yang bersengketa dan mempunyai kekuatan eksekutorial.

III RUMUSAN MASALAH DAN ANALISIS MASALAH.


Dalam maka ini dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :
1. Apakah penyebab terjadinya sengketa lingkungan hidup antara PT. Kemilau Indah
Nusantara dengan petani Desa Muara Bengalon , Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai
Timur?
2. Bagaimanakah bentuk penyelesaian sengketa diluar pengadilan yang diterapkan dalam
menyelesaikan sengketa lingkungan hidup antara PT. Kemilau Indah dengan
Kelompok Tani Aneka Karya Desa Muara Bengalon, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai
Timur?

IV. HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN


1. Faktor-faktor yang Menyebabkan Se ngketa Antara PT. Kemilau Indah Nusantara
dengan Kelompok Tani Aneka Karya Desa Muara Bengalon, Kecamatan Bengalon, Ka
bupate n Kutai Timur.
Konflik yang terjadi antara PT. KIN dengan petani Desa Muara Bengalon
adalah karena terganggunya mata pencarian mereka akibat aktivitas kegiatan pembanguan
Tanggul Perkebunan Kelapa Sawit, Sebenarnya bukan hanya Kelompok petani saja yang
merasakan adanya kerugian yang dialami akibat tergenangnya lahan persawahan mereka
oleh PT. KIN , namun juga warga Desa sepaso barat kecamatan Bengalon pada.
Pencemaran yang dirasakan warga Desa sepaso barat adalah terjadinya banjir dan naiknya
volume air sungai bengalon ketika musum hujan terjadi,
Dampak pencemaran lingkungan yang dirasakan warga Desa Sepaso barat
dan Desa Muara Bengalon yang berada jauh dari lokasi perkebunan kelapa sawit adalah
Kerusakan lahan dimana dampak dari pembangunan tanggul oleh pihak perusahan
perkebunan kelapa sawit yang bertujuan agar pokok tanaman kelapa sawit milik PT. KIN
tidak tergenang , maun dampak yang terjadi malah lahan pertanian di sebalahnya malah
mengalami kerusakan dan tidak dapat dilakukan pemanenan dan penaman kembali. Akibat
kasus tersebut pihak kelompok tani telah berusaha melakukan musyawarah dengan pihak
PT.KIN namun tidak ada tindak lanjutnya, Melalui perwakilan kelompok tani menunjuk
Bapak Andre untuk melakukan tuntutan kerusakan lahan petani ke Dinas lingkungan Hidup
Kabupateb Kutai Timur.
[7]
[8]
Beberapa bentuk permasalahan yang dialami dengan adanya kegiatan
pertambangan batubara PT. Kemilau Indah Nusantara diantaranya :
1) Rusaknya lahan petani dan tercemar sungai bengalon.
2) Menurunnya Pendapatan para petani dan nelayan.
3) Terganggungnya pola aliran air yang berdampak terjadinya genang-genang
air yang cukup besar di desa sepaso Barat dan Desa Muara Bengalon.

2. Bentuk Penyelesaian Se ngketa Lingkungan Hidup yang Diterapkan Oleh


Kemilay Indah Nusantara dengan Kelompok Tani Aneka Karya Desa Muara
Bengalon, Kecamatan Bengalon, Ka bupa te n Kutai Timur.

Berdasarkan hasil laporan Kelompok Tani Desa Muara Bengalon kecamatan Bengalon
Kabupaten Kutai Timur ke Dinas Lingkungan Hidup terhadap Lahan pertanian yang berada
berbatasan dengan kegiatan Perekbunan Kelapa Sawit PT. KIN yang berjarak sekitar 3 meter.
Sengketa antara PT. KIN dengan lahan kelompok tani Aneka Karya petani Desa Muara
Bengalon terjadi pada bulan Juli 2018 kala itu berada pada musim hujan, kelompok tani ini
merupakan kelompok tani produktif dan banyak mendapatkan penghargaan namun sejak terjadi
genangan air dan berdampak atas kerusakan lahan para petani tidak dapat melakukan aktifitasnya
sperti biasa, PT KIN sendiri telah beroprasi sejak tahun 2006, namun untuk blok mura bengalon
baru 2 tahun dilakukan penamanan PT KIN sendiri memiliki luasan HGU 5.520.000 Ha area
luas tanam.
Berdasarkan hasil verifikasi lapangan yang dilakukan tim Pengawas Lingkungan hidup
dinas lingkungan Hidup kabupaten kutai timur ditemukan fakta lapangan adanya genangan air
yang cukup tinggi di area persawahan kelompok tani aneka karya yang terdekat langsung
dengan PT. KIN, sejak bulan tahun 2017 hingga tahun 2018 kelompok tani aneka Karya tidak
dapat melakukan penamaman dilahan yang telah tergenang tesebut,
Adapun berapa tuntuntan yang diminta oleh kelompok tani adalah dana konpensasi selama
1 (satu) hari sebesar Rp 100 ribu rupiah per KK (petani) dimana dalam kelompok tani tersebut
terdapat 20 orang petani, selain dana konpensasi, juga tedapat bentuk pemberdayaan seperti
bantuan handtraktor, bibit tanaman beserta pupuk dan pembuatan kolom ikan sebanyak 8 kolam,
namun tuntutan tersebut tidak dapat terpenuhi.
Dengan kondisi tersebut pihak petani yang diwakilkan bapak Andre meminta pihak Dinas
Lingkungan hidup untuk dapat membantu menyelesaikan permasalahan kelompok tani Desa
Muara Bengalon yang bersengketa dengan pihak PT. KIN. Harapan dari Kelompok Tani Aneka
Karya Desa Muara Bengalon Dinas Lingkungan Hidup yang diwakili oleh Tim Pengawas
Lingkugan Hidup dapat membantu menyelesaikan perundingan dengan lebih cepat dan tingkat
kepercayaan pihak warga terhadap independensi pihak Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan dianggap cukup efektif.
Tahapan Penyelesaian kasus Sengketa lingkungan hidup ya ng di l a ku ka n oleh Dinas
Lingkungan Hidup Kutai Timur a d a l a h Sebagai berikut:
1. Menerima laporan adanya pencemaran dan atau kerusakan lahan milik petani desa Muara
Bengalon Kecamatan Bengalon Kebupaten Kutai Timur pada bulan Mei 2018.
2. Dinas Lingkungan Hidup Kutai Timur menugaskan Tim Pengawas Lingkungan Hidup
Daerah (PPLHD) untuk melakukan verifikasi lapangan.
3. Hasil verifikasi lapangan ditemukan genangan air yang cukup tinggi di lahan persawahan
milik kelompok tani aneka karya desa Muara Bengalon dan adanya kegiatan Perkebunan
kelapa sawit PT. KIN yang secara syah terbukti sebagai sumber dampak atas tergenangnya
lahan Kelompok Tani Aneka Karya.
4. Dinas Lingkungan Hidup mengundang pihak PT. Kemilau Indah Nusantara dan
Kelompok Tani Aneka Karya untuk dilakukan mediasi
[9]
5. Hasil mediasi Pihak PT. Kemilau Indah Nusantara akan memenuhi tuntutan pihak petani
berupa ganti rugi tanam tumbuh dan kerusakan lahan diantaranya :
a. Membangun water gate (pintu buka tutup) dan gotong ke lahan ke lahan Kelompok
Tani Aneka Karya agar tidak lagi mengalami kebanjiran ketika air musim hujan turun
dan kondisi pasang surut sungai bengalon .
b. Memberikan dana konpensasi sebesar Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh
juta rupiah).
c. Memberikan bantuan swadaya berupa pemberian bibit tanaman buah-buahan dan
syaur-sayuran, pupuk selama 2 kali musim panen, dan membuatkan 8 kolam ikan
beserta bibit ikan nila dan ikan lele.

[10]
V. PENUTUP
1. Ke simpula n
a. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya sengekta antara PT. Kemilau Indah
Nusantara dengan Kelompok Tani Aneka Karya Desa Muara Bengalon dikarenakan :
- Tidak taatan dalam melaksanakan pengelolaan lingkungannya.
- Kurang baiknya komunikasi dengan pihak kelompok tani setempat
- Rusak lahan pertanian dan menurunnya pendapatan para petani akibat kegiatan
pembangunan tanggul Perkebunan Kelapa Sawit.
b. Bentuk penyelesaian sengketa Lingkungan Hidup antara PT. Kemilau Indah
Nusantara dengan Kelompok Tani Aneka Karya Desa Muara Bengalon adalah
dengan cara mediasi yang menghasilkan Kesepakatan bersama yang dituangkan
dalam Surat Kesepakatan Penyelesaian Sengeketa Lingkungan Hidup diluar
Pengadilan yang dibubuhi materai 600.

2. Sara n
a. Pemerintah Kabupaten Kutai Timur diharapkan dapat lebih memperhatikan
Pelestarian Lingkungan Hidup secara berkelanjutan dengan menerbitkan
peraturan- peraturan daerah dibidang penegakan hukum lingkungan dan
pengelolaan lingkungan yang lebih ketat agar potensi kerusakan lingkungan
diwilayah kabupatenn kutai timur dapat dikendalikan secara dini.
b. Meningkatkan sumber daya manusia dengan memberikan pelatiahan-pelatihan
teknis khususnya penyedian mediator yang telah bersertifikasi dan
pengembangan kapasitas bagi Para Pejabat Fungsional Pengawas Lingkungan
Hidup Daerah.
c. Mengalokasikan dana Kasus yang cukup agar penyelesaian bersifat idenpendensi
terhadap penangan kasus dapat berjalan dengan baik.

[11]
VI. DAFTAR PUSTAKA

A. Hamzah. 1997. Penegak an Huk um Lingk ungan. Jakarta : CV. Sapta Arta
Jaya. Dardiri Hasyim. 2004. Huk um Lingk ungan. Cetakan Pertama.
Surakarta : Sebelas Maret University Press. Hartiwiningsih, 2007.
Fak tor-Fak tor Yang Mempengaruhi Proses Penegak an Huk um
Pidana Lingk ungan. Surakarta : UNS Press.
Paulus Effendi Lotulung. 1993. Penegak an Huk um Lingk ungan Oleh
Hak imPerdata. Cetakan ke I. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Hyronimus Rhiti. 2006. Huk um Penyelesaian Sengk eta Lingk ungan Hidup.
CetakanPertama. Yogyakarta : Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Imam Supardi. 2003. Lingk ungan Hidup dan Kelestariannya. Edisi
Kedua Cetakan Kedua. Bandung : Alumni.
Gatot Soemartono. 2006. Arbitrase dan Mediasi di Indonesia. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Suparto Wijoyo. 1999. Penyelesaian Sengk eta Lingk ungan. Surabaya :
Airlangga Peraturan Perundang-und an gan Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun
2000 tentang Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa
Lingkungan Hidup Di Luar Pengadilan.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan danPengelolaan
Lingkungan Hidup.
Peraturan Menteri Lingkugan Hidup Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 2013
tentangPedoman Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup.
Berita Acara Pengawasan Verifikasi Pengaduan Dugaan Pencemaran / dan atau
kerusakan oleh PT. Kemilau indah Nusantara

[12]

Anda mungkin juga menyukai