Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejauh ini pembicaraan kita mengenai keuangan negara dan kebijakan fiskal selalu
dihubungkan dengan satu tingkat pemerintahan namun belum jelas tingkat pemerintahan yang
mana. Kita harus tidak membatasi diri seperti itu, karena sesungguhnya tingkat pemerintahan itu
dibedakan menjadi pemerintah pusat dan pemerintah daerah tingkat 1satu dan pemerintah daerah
tingkat dua. Daerah tingkat satu disebut dengan propinsi dan daerah tingkat dua disebut dengan
kotamadya dan kabupaten. Setiap wilayah kabupaten dibagi menjadi kecamatan-kecamatan, dan
setiap wilayah kecamatan dibagi lagi menjadi desa-desa.
Mengenai penyediaan barang-barang dan jasa-jasa sosial/publik perlu dipertanyakan
apakah harus disediakan oleh pemerintah pusat
(sentralisasi) ataukah diserahkan kepada pemerintah daerah masing-masing (desentralisasi).
Beberapa barang publik memiliki manfaat yang sangat luas bahkan bersifat nasional (seperti
pertahanan nasional, penelitian, pemasangan satelit, dan sebagainya), sedangkan di lain pihak
terdapat manfaat dari barang dan jasa publik yang sangat terbatas penyebarannya (seperti
penerangan jalan, mobil pemadam kebakaran, dan sebagainya), sehingga kelompok penerima
manfaat juga terbatas pada penduduk di suatu daerah yang terbatas.oleh karena itu jasa publik
tertentu seyogyanya diusahakan secara desentralisasi dan biayanya ditanggung oleh penduduk
daerah yang bersangkutan.

Hubungan keuangan antar pemerintah (inter-govermenmental fiscal relations) menunjuk


pada hubungan keuangan antar berbagai tingkatan pemerintah dalam suatu negara yang erat
kaitannya dengan distribusi pendapatan negara dan pola pengeluarannya termasuk dalam
kekuasaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana transfer pemerintah pusat ke pemerintah daerah ?
2. Berapa besarnya transfer pemerintah pusat kepada pemerintah daerah ?
3. Bagaimana bantuan pemerintah dan pembangunan daerah yang seimbang ?
4. Apakah bantuan pusat Tax Effort dan Fiscal Need ?

C. TUJUAN PENULIHAN
1. Agar pembaca dapat memahami tentang Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat Dan
Pemerintah Daerah.
2. Agar pembaca dapat mengetahui apa saja yang ada dalam hubungan keuangan pemerintah.
3. Agar pembaca dapat mengetahui sistem keuangan pemerintah dalam hubungannya antara pusat
dan daerah.
4. Agar pembaca memahami devinisi sentralisasi dan desentralisasi.

D. MANFAAT MAKALAH
Makalah ini diharapkan menjadi salah satu sumber pengetahuan khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi para pembaca dan masyarakat.
Diharapkan pula setelah membaca makalah ini pembaca dapat memahami dan dapat lebih
jauh mengetahui tentang Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat Dan Daerah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar Teori
1. Pengertian Dan Tujuan Perimbangan Keuangan Pusat Dan Daerah
Menurut UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang
dimaksud dengan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan
efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan
potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi
dan tugas pembantuan.
Pada dasarnya pelaksanaan perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan amanat
UUD 1945 yaitu diselenggarakannya otonomi seluas-luasnya dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Kemudian secara ekspisit tertuang dalam Pasal 18A ayat (2) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengamanatkan agar hubungan
keuangan, pelayanan umum, serta pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras
berdasarkan Undang-Undang. Dengan demikian, Pasal ini merupakan landasan filosofis dan
landasan konstitusional pembentukan Undang-Undang tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Lebih lanjut Pendanaan dalam perimbangan keuangan pusat dan daerah tersebut menganut
prinsip money follows function, yang mengandung makna bahwa pendanaan mengikuti fungsi
pemerintahan yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab masing-masing tingkat
pemerintahan.
Dalam UU No 33 tahun 2004 beberapa istilah yang penting adalah Daerah otonom adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sentralisasi adalah pengaturan kewenangan dari pemerintah daerah kepada pemerintah pusat
untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari
rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia.
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada gubernur sebagai
wakil Pemerintah.Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada Daerah dan/atau
desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pelaksanaannya kepada yang menugaskan.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut
berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi.
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah untuk mendanai
kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus
yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur
sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat
di daerah.
Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh
Daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas
Pembantuan.
Dana Darurat adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah yang
mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa, dan/atau krisis solvabilitas.
2. Definisi Hubungan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah
Hubungan antara pemerintah pusat dan daerah dapat diartikan sebagai suatu sistem yang
mengatur bagaimana caranya sejumlah dana dibagi di antara berbagai tingkat pemerintah, serta
bagimana cara mencari sumber-sumber pembiayaan daerah untuk menunjang kegiatan-kegiatan
sektor publiknya (Devas, 1989: 179).

B. Transfer Pemerintah Pusat Ke Pemerintah Daerah


1. Devinisi
Transfer pemerintah pusat ke pemerintah daerah disini dapat diartikan sebagai pemberian
dana dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk memenuhu kebutuhan dan
membangun daerah tersebut dalam segala sektor dari anggaran pemerintah pusat yang didapat
dari pendapatan nasional dengan tujuan mencapai tujuan ekonomi.
2. Transfer Pemerintah
Sebelum tahun 1970-1972, pemerintah pusat telah mengalokasikan dana ke daerah tingkat I
sesuai dengan rumusan (Undang-Undang No. 32) dengan mempertimbangkan faktor penduduk,
panjang jalan, panjang saluran irigasi, luas wilayah, serta potensi daerah. Namun metode ini
dianggap terlalu sulit, pemerintah daerah merasa tidak pasti dengan pembagian pendapatan yang
akan diterimanya dari tahun ke tahaun dan ternyata rumusan yang ada terlalu memihak (bisa)
terhadap jumlah penduduk. Akibatnya cara distribusi itu diakhiri sejak tahun anggaran 1970-
1972, dan digantikan dengan Undang-Undang No. 5/1974 tentang Pokok-Pokok Keuangan
Daerah, dengan mana pemerintah pusat membagi keuanganya dengan pemerintah daerah
didasarkan pada dua kategori yaitu: a) pendapatan yang ditunjuk/diserahkan dan b) subsidi.
A. Pendapatan yang diajukan /diserahkan meliputi : pajak royalti, pungutan yang semula dikenakan
oleh pemerintah pusat, tetapi deserahkan seluruhnya atau sebagian kepada pemerintah daerah. Ini
meliputi :
1. Ipeda (Iuran Pembangunan Daerah)
Pajak terhadap tanah dan bangunan di kota. 10% dari pendapatan ini dialokasikan untuk biaya
pemungutan, dan dari sisanya 10% diserahkan kepada pemerintah daerah tingkat I dan yang 90%
diserahkan kepada pemerintah daerah tingkat II. Pendapatan dari Ipeda ini dimasukkan dalam
anggaran pendapatan pembangunan. Mulai masuk 1986-1987 Ipeda digantikan dengan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB).
2. a. Pungutan produksi
Pungutan atas kayu yang ditebang di suatu daerah. Besarnya pungutan ini ditentukan oleh
Menteri Pertanian dan sekarang ini kira-kira sebesar 15% dari keuntungan bersih.
b. Cess
Sebesar Rp. 300,00/kg dikenakan pada cengkeh (Sumbangan Rehabilitasi Cengkeh) dibayarkan
kepada daerah tingkat I dimana cenkeh itu dihasilkan.

c. Cess
Yang dikenakan pada kopra dibayarkan kepada daerah tingkat I sebagai dana rehabilitasi.
B. Subsidi : Ada beberapa macam subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah tingkat I dan tingkat II untuk proyek-proyek tertentu:
1. Subsidi Daerah Otonom
Subsidi ini meliputi gaji dan tunjangan bagi karyawan yang dipekerjakan oleh pemerintah
kabupaten dan kotamadya. Yang pada mulanya dibayarkan oleh Menteri Dalam Negri kepada
daerah tingkat I melalui anggaran rutin. Subsidi ini meliputi semua golongan pegawai negri sipil
termasuk supir, pengantar surat maupun pesuruh.
2. Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I
Subsidi ini sering dikenal sebagai Inpres Dati I dan merupakan subsidi untuk berbagai macam
tujuan proyek pembangunan yang diusahakan oleh pemerintah propinsi. Subsidi ini
menggantikan Alokasi Devisa Otomatis (ADO) yang besarannya 10% dari jumlah nilai ekspor
propinsi yang bersangkutan. Sistem yang baru menjamin bahwa masing-masing propinsi akan
menerima subsidi paling tidak sama dengan jumlah yang diterima atas dasar sistem ADO,
sehingga menjamin propinsi-propinsi seperti Sumatera Utara dan Sumatera Selatan tetap
menerima di atas alokasi rata-rata.
3. Bantuan Kabupaten
Bantuan ini dialokasikan untuk penbiayaan proyek-proyek pembangunan yang telah ditentukan
oleh pemerintah pusat.
4. Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar
Bantuan ini dialokasikan ke kabupaten dan kotamadya untuk tujuan pembangunan pendidikan
dan dananya baru dapat dibelanjakan setelah ada persetujuan dari pemerintah propinsi sesui
dengan petunjuk yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat.
5. Bantuan Sarana Kesehatan
Bantuan ini sangat menyerupai bantuan pembanguna sekolah dasar, tetapi bantuan ini
dialokasikan ke kabupaten dan kotamadya untuk tujuan kesehatan.
6. Bantuan Desa
Dana ini dialokasikan sebagai bantuan untuk menunjang proyek-proyek pembangunan yang
berlangsung yg dalam hal ini untuk pembiayaan diluar bahan bangunan atau bahan-bahan pokok.
7. Subsidi Pembiayaan Penyelenggaraan Sekolah Dasar
Dan ini diberikan untuk bantuan operasional sekolah dasar.
Dari dana-dana bantuan yang diperuntukan untuk kepentingan sekolah dasar (SD) kini telah
berubah menjadi hingga tingkat sekolah menengak akhir (SMA).
C. Pembiayaan Sektoral
Sebagai tambahan terhadap subsidi/bantuan.
Alokasi utama dari pengeluaran jenis ini adalah:
1. Untuk departemen pekerjaan umum
Berupa pengeluaran sektoral untuk pembangunan jalan negara maupun jalan propinsi, serta
pembiayaan bagi kegiatan-kegiatan operasional dan pemeliharaan irigasi, dan
2. Untuk departemen pertanian
Berupa pengembangan pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan.
D. Pinjaman
Dana pinjaman yang diberikan oleh pemerintah daerah terutama sekali berupa Inpres Pasar untuk
program perbaikan kampung. Dengan program ini, Bank Rakyat Indonesian memberikan
pinjaman yang dijamin oleh pemerintah pusat kepada pemerintah propinsi, kotamadya maupun
kabupaten untuk pengembangan toko-toko, pasar, karena pemerintah pusat memberi subsidi
pembayaran bunga, dan dibayar kembali setelah 10 tahun.
C. Besarnya Transfer Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah
1. Subsidi Pemerintah Pusat Untuk Pemerintah Daerah Tingkat I. Meliputi:
a. Penerimaan rutin
b. Penerimaan pembangunan
2. Sumber pendapatan pemerintah daerah tingkat i
A. Pendapatan asli daerah
a. Pajak
Pajak rumah tangga
Bea balik nama
Pajak kendaraan bermotor
Tambahan pajak kekayaan
Pungutan iuran hasil hutang
Pajak BBM
Pajak atas ijin menangkap ikan
Pajak lain-lain
b. Pendapatan dari perusahaan-perusahaan daerah
c. Penerimaan dari jasa
d. Penerimaan dari sewa (tanah, rumah, dan bangunan, kendaraan)
e. Penerimaan dari dina-dinas
B. Pendapatan dalam negri
a. Pendapatan yang dianggarkan
b. Bantuan
c. Lain-lain (termasuk pinjaman)
3. Sumber pendapatan pemerintah daerah tingkat ii
A. Pendapatan asli daerah
a. Pajak
Pajak tontonan
Pajak hotel dan rumah makan
Pajak radio
Pajak bangsa asing
Pajak potongan hewan
Pajak kendaraan tidak bermotor
Pajak iklan
Pajak anjing
Pajak minuman keras
Pajak jalan
Pajak ijin usaha
Pajak lain-lain
b. Pajak jasa-jasa lokal
c. Penerimaan dari dinas-dinas
d. Penerimaan sewa (tanah dan bangunan, dan kendaraan, dll)
e. Penerimaan dari perusahaan-perusahaan daerah
B. Pendapatan dalam negri
a. Pendapatan yg dianggarkan
b. Pinjaman
C. Penghasilan lain-lain

4. Pelaksanaan otonomi daerah


Dalam pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah harus mempunyai sumber-sumber
keuangan yang memadai untuk membiayai penyelenggaraan otonominya. Kapasitas keuangan
pemerintah daerah akan menentukan kemampuan pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi-
fungsinya seperti melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat (public service function),
melaksanakan fungsi pembangunan (development function) dan perlindungan masyarakat
(protective function). Rendahnya kemampuan keuangan daerah akan menimbulkan siklus efek
negatif antara lain rendahnya tingkat pelayanan masyarakat yang pada gilirannya akan
mengundang campur tangan pusat atau bahkan dalam bentuk ekstrim menyebabkan dialihkannya
sebagian fungsi-fungsi pemerintah daerah ke tingkat pemerintahan yang lebih atas ataupun
kepada instansi vertikal (unit dekonsentrasi). Kemampuan keuangan daerah ditentukan oleh
ketersediaan sumber-sumber pajak (tax objects) dan tingkat hasil (buoyancy) dari objek tersebut.
Tingkat hasil pajak ditentukan oleh sejauhmana sumber pajak (tax bases) responsif terhadap
kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi objek pengeluaran, seperti inflasi, pertambahan
penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang pada gilirannya akan berkorelasi dengan tingkat
pelayanan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Di samping itu, sumber-sumber pendapatan
potensial yang dimiliki oleh daerah akan menentukan tingkat kemampuan keuangannya. Setiap
daerah mempunyai potensi pendapatan yang berbeda karena perbedaan kondisi ekonomi,sumber
daya alam, besaran wilayah, tingkat pengangguran, dan besaran penduduk
Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pusat dan Pemerintahan Daerah ditegaskan bahwa penerimaan Daerah dalam pelaksanaan
Desentralisasi terdiri atas Pendapatan Daerah dan Pembiayaan. Pendapatan Daerah bersumber
dari Pendapatan Asli Daerah; Dana Perimbangan; dan Lain-lain Pendapatan.
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut
berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Pendapatan Asli
Daerah (PAD) bersumber dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, hasil pengelolaan kekayaan
Daerah yang dipisahkan; dan lain-lain PAD yang sah (meliputi hasil penjualan kekayaan Daerah
yang tidak dipisahkan;jasa giro;pendapatan bunga;keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing; dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah).
2. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
Telly Sumbu (2010) menemukan berbagai ketidak selarasan dalam perundangan pengelolaan
keuangan Negara. Sebagai contoh Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 yang mengandung isi
dan pokok pengelolaan keuangan Negara dan daerah, namun jika ditelaah secara mendalam latar
belakang dan penyatuan tersebut tidak ditemukan dalam UU ini.
Bahkan lebih tidak selaras lagi (disharmoni) dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara, tidak ditemukan istilah
keuangan daerah, pada hal keuangan daerah ini merupakan obyek pemeriksaan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).

D. Bantuan Pusat Tax Effort Dan Fiscal Need


Literatur mengenai hubungan keuangan antara pemerintah ini mencangkup beberapa
perusahaan yang berkaitan dengan berbagai faktor seperti usaha pajak.
Tax effort adalah usaha pajak yang berarti jumlah pajak yang sungguh-sungguh
dikumpulkan oleh kantor pajak dan dilawankan dengan potensi pajak (tax capacity = tax
potensial) yaitu sejumlah pajak yang seharusnya mampu dikumpulkan dari dasar pajak (tax
base), yang biasanya berupa pendapatan per kapita.
Fiscal need adalah kebutuhan fiskal yang dapat diartikan sebagai biaya pemeliharaan
prasarana sosial ekonomi seperti angkutan dan komunikasi, lembaga pendidikan dan pusat
kesehatan. Dikehendaki bahwa transfer dana dan pengeluaran pemerintah di berbagai daerah
hendaknya memiliki dampak pemerataan (equalization effect) yang layak dalam masyarakat.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dalam hubungan keuangan pemerintah pusat dan daerah sangat erat kaitannya dengan
peraturan serta hukum yang sedang berlangsung pada saat ini.
Dalam hal ini pula dapat dilihat bahwa seluruh pendatan nasional telah dimasukan dalam
pos-pos khusus sebagai dasar pembuatan rancangan anggaran dalam pemerintahan.
Dan dapat dilihat pula bahwa pemerintah daerah kini telah mendapatkan kebebasan untuk
pengalokasian dannya yang disebabkan oleh adanya sistem desebtralisasi yang di antaranya
adalah adanya sistem otonomi daerah.

B. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan makalah kelompok kami meskipun
penulisan ini jauh dari sempurna. Dan daripada itu kami mengharapkan saran atau kritik agar
membuat kami menjadi tebih baik,

DAFTAR PUSTAKA

cahaya diatas awan. Pengertian dan tujuan perimbangan keuangan pusat dan daerah. 12 juni
2011.
http://tw17forever.blogspot.com/2011/06/mata-kuliah-hukum-keuangan-negara.htmlsecercah

moden, imam. keuangan pusat dan daerah. 11 Mei 2012.


http://imammoden.blogspot.com/2012/05/makalah-tentang-keuangan-pusat-daerah.html

my little scratch. hubungan pemerintah pusat dan daerah. 05 november 2013.


http://ziazone.wordpress.com/2013/05/11/hubungan-pemerintah-pusat-dan-daerah/

Suparmoko. 1992. Keuangan negara. bpfe yogyakarta : yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai