TUGAS VIKTIMOLOGI
DISUSUN OLEH :
RIFQI KHOIRRUDIN (
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
E-KTP atau KTP elektronik merupakan dokumen kependudukan yang memuat sistem keamanan/
pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada database
kependudukan nasional.(www.e-ktp.com, 20 Juni 2011)
Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor Induk Kepegawaian
(NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup.(www.e-ktp.com, 20
Juni 2011)
Nomor NIK yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor, Surat Izin
Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), PolisAsuransi, Sertifikat atas`Hak Tanah dan
penerbitan dokumen identitas lainnya (Pasal 13 UU No. 23 Tahun 2006).(www.e-ktp.com, 20 Juni 2011)
Proyek E-KTP dilatarbelakangi oleh sistem pembuatan KTP konvensional di Indonesia yang
memungkinkan seseorang dapat memiliki lebih dari satu KTP. Hal ini disebabkan belum ada basis data
terpadu yang menghimpun data penduduk dari seluruh Indonesia. Fakta tersebut memberi peluang
penduduk untuk berbuat curang terhadap negara dengan menduplikasi KTP-nya. Beberapa diantaranya
digunakan untuk hal-hal berikut :
1. menghindari pajak.
3. mengamankan korupsi.
2. Apa masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan dari pembuatan E-KTP yang dilaksanakan oleh
pemerintah?
3. Apa kaitannya permasalahan pelayanan E-KTP yang dilakukan oleh pemerintah kepada penduduk/
warga Negara sebagai konsumen?
2. Mengetahui apa masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan dari pembuatan E-KTP yang dilaksanakan
oleh pemerintah
3. Mengetahui apa kaitannya permasalahan pelayanan E-KTP yang dilakukan oleh pemerintah kepada
penduduk/ warga negara sebagai konsumen
BAB II
PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK E-KTP
E-KTP yang dibuat ini memiliki fungsi dan kegunaan, yang akan dijelaskan sebagai berikut.
b. Berlaku nasional, sehingga tidak perlu lagi membuat KTP lokal untuk kepengurusan izin, pembukaan
rekening Bank, dan sebagainya.
E-KTP memliki kelebihan dibandingkan kartu identitas di negara lain, yaitu sebagai berikut.
b. Bentuk dapat dijaga, tidak berubah karena gurat-gurat sidik jari akan kembali ke bentuk semula
walaupun kulit tergores.
3. Struktur E-KTP
E-KTP terdiri dari sembilan layer yang akan meningkatkan pengamanan dari KTP konvensional. Chip
ditanam di antara plastik putih dan transparan pada dua layer teratas (dilihat dari depan). Chip ini
memiliki antena di dalamnya yang akan mengeluarkan gelombang jika digesek. Gelombang inilah yang
akan dikenali oleh alat pendeteksi E-KTP sehingga dapat diketahui apakah KTP tersebut berada di tangan
orang yang benar atau tidak.utuk menciptakan E- KTP dengan sembilan layer, tahap pembuatannya cukup
banyak, diantaranya :
a. Hole punching, yaitu melubangi kartu sebagai tempat meletakkan chip
Dalam pelaksanaan pengadaan E-KTP yang dijalankan oleh pemerintah terdapat beberapa masalah yang
dihadapi dalam pelaksanaannya, yaitu sebagai berikut.
Lambannya pelayanan pembuatan E-KTP warga yang dilakukan oleh pihak pelaksana Deaerah yang tidak
memiliki strategi yang sesuai sehingga terjadi penumpukan warga di tempat pembuatan E-KTP yang telah
ditentukan.
Seperti berita yang saya kutip sebagian dari www.waspada.co.id tanggal 1 November 2011 :
Medan- Progam penerapan KTP elektronik (E-KTP) di Kota Medan yang menuai protes dari masyarakat
dari masyarakat karena lambannya pelayanan pembuatan E-KTP disebabkan progam kerja
penanggungjawab E-KTP, yakni Dinas Kependudukan danCatatan Sipil (Disdukcapil) Medan.
Seperti berita yang saya kutip dari Jakarta, Kompas.com yang telah dikutip di
www.rendyariesta.blogspot.com/2011/10/isu-permasalahan-e-ktp.html :
Kuasa Hukum Konsorsium Lintas Peruri Solusi, Handiks Honggowongso, melaporkan dugaan penipuan,
penggelapan, dan penyalahgunaan yang dilakukan penanggung jawab lelang tender kartu tanda penduduk
(KTP) elektronik atau E-KTP. Dia mengungkapakan banyak kejanggalan yang terjadi selama proses
tender berlangsung. Bahkan dia pun, menuding Menteri DDalam Negeri Gamawan Fauzi turut ambil
andil dalam pelanggaran proyek yang kini tengah disoroti banyak pihak itu.
Sudah kita ketahui bahwa pendapatan Negara Indonesia salah satu sumbernya adalah pajak, dan pajak itu
dibayar oleh warga negara/ penduduk yang bertujuan untuk memberikan kontribusi berupa dana yang
digunakan pemerintah dalam operasional pembangunan Negara ini serta kepentingan khayalak umum,
seperti gaji pemerintah, pembangunan fisik, program-program pemerintah, dan sebagainya. Dari
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa warga negara/ penduduk membayar pemerintah untuk
memberikan jasa kepada warga negara (secara tidak langsung, atau untuk kepentingan umum). Jadi warga
negara dapat dikatakan sebagai konsumen sedangkan pemerintah dapat kita katakan sebagai produsen
( penyedia layanan jasa).
1. Pemerintah terlalu mengejar target padahal ketersediaan alat serta sumber daya manusianya yang
belum memadai mengakibatkan adanya kelambanan dalam proses pembuatan E-KTP serta menyebabkan
ketidaknyamanan warga negara. Jika warga negara sebagai konsumen dan pemerintah sebagai penyedia
layanan jasa (produsen), maka seharusnya pemerintah memberikan layanan yang benar dan jujur. Jika
pemerintah merupakan produsen atau pelaku usaha maka jika mengacu pada Pasal 4 Hak dan Kewajiban
Konsumen Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen huruf a hak atas
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan /atau jasa (Ahmadi Miru,
dkk, 2004, hlm. 38). Maka warga dalam hal ini belum mendapatkan pelayanan yang baik karena warga
negara telah membayar pemerintah untuk memberikan jasanya. Dan juga warga negara mengalami
kerugian atas ketidak efisiennya pelaksana pengadaan E-KTP sehingga menyebabkan warga negara
kehilangan waktu untuk berproduktivitas atau bekerja serta untuk beristirahat.
2. Dalam pengadaan E-KTP diduga hanya untuk kepentingan bagi beberapa oknum saja atau hanya untuk
mendapatkan keuntungan. Jika hal ini benar maka warga negara telah mengalami penipuan atas harga
atau dengan kata lain pemerintah beserta sekumpulan orang tertentu mengambil keuntungan yang yang
lebih atas proyek pengadaan E-KTP padahal pemerintah (selaku penyedia layanan) sudah diberi gaji atas
pekerjaan mereka tersebut. Jika proyek pengadaan E-KTP ini disamakan dengan perdagangan atau niaga,
maka seharusnya mengacu kepada prinsip dasar yang telah ditetapkan Islam mengenai perdagangan dan
niaga yaitu tolak ukur kejujuran, kepercayaan, dan ketulusan.(Neni Sri Imaniyati, 2002, hlm. 169). Tidak
adanya transparasi dalam penggunaan dana proyek pengadaan E-KTP ini menyebabkan warga negara
sebagai konsumen/ pembeli tidak mempercayai serta bersikap pesimistis terhadap segala progam yang
ada dalam lembaga pemerintahan terkait.
Kerugian yang dialami atas kesalahan dan penyalahgunaan anggaran pengadaan E-KTP tidak hanya akan
dialami oleh warga negara sebagai konsumen saja, juga akan menimpa pemerintah sebagai produsen. Jika
masalah ini tidak selesai maka akan membuat warga negara akan menimbulkan ketidakpercayaan dan
sikap pesimis kepada pemerintah sebagai produsen terhadap segala progam pembangunan (atau bisa juga
dikatakan produk kebijakan pemerintah).
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
1. E-KTP memiliki chip yang membawa tentang identitas diri warga Negara.
2. Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pengadaan E-KTP yaitu lambannya pelayanan E-KTP serta
adanya dugaan penyalahgunaan dananya.
a. Pemerintah terlalu mengejar target padahal ketersediaan alat serta sumber daya manusianya yang belum
memadai mengakibatkan adanya kelambanan dalam proses pembuatan E-KTP serta menyebabkan
ketidaknyamanan warga negara. Jika warga negara sebagai konsumen dan pemerintah sebagai penyedia
layanan jasa (produsen), maka seharusnya pemerintah memberikan layanan yang benar dan jujur. Jika
pemerintah merupakan produsen atau pelaku usaha maka jika mengacu pada Pasal 4 Hak dan Kewajiban
Konsumen Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen huruf a hak atas
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan /atau jasa (Ahmadi Miru,
dkk, 2004, hlm. 38). Maka warga dalam hal ini belum mendapatkan pelayanan yang baik karena warga
negara telah membayar pemerintah untuk memberikan jasanya. Dan juga warga negara mengalami
kerugian atas ketidak efisiennya pelaksana pengadaan E-KTP sehingga menyebabkan warga negara
kehilangan waktu untuk berproduktivitas atau bekerja serta untuk beristirahat.
b. Dalam pengadaan E-KTP diduga hanya untuk kepentingan bagi beberapa oknum saja atau hanya untuk
mendapatkan keuntungan. Jika hal ini benar maka warga negara telah mengalami penipuan atas harga
atau dengan kata lain pemerintah beserta sekumpulan orang tertentu mengambil keuntungan yang yang
lebih atas proyek pengadaan E-KTP padahal pemerintah (selaku penyedia layanan) sudah diberi gaji atas
pekerjaan mereka tersebut. Jika proyek pengadaan E-KTP ini disamakan dengan perdagangan atau niaga,
maka seharusnya mengacu kepada prinsip dasar yang telah ditetapkan Islam mengenai perdagangan dan
niaga yaitu tolak ukur kejujuran, kepercayaan, dan ketulusan.(Neni Sri Imaniyati, 2002, hlm. 169). Tidak
adanya transparasi dalam penggunaan dana proyek pengadaan E-KTP ini menyebabkan warga negara
sebagai konsumen/ pembeli tidak mempercayai serta bersikap pesimistis terhadap segala progam yang
ada dalam lembaga pemerintahan terkait.
B.SARAN
Sebaiknya pemerintah segera menyelesaikan masalah ini demi terciptanya kepercayaan dari warga negara
sebagai konsumen kepada pemerintah sebagai penyedia layanan jasa.