Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP

KENAKALAN REMAJA

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH (LITERATURE REVIEW)

ULFA MEGA PUTRI


NIM 13404319061

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKPER KESDAM ISKANDAR MUDA BANDA ACEH
BANDA ACEH
2022
ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP

KENAKALAN REMAJA

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH (LITERATURE REVIEW)

Disusun sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk


Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

ULFA MEGA PUTRI


NIM 13404319061

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKPER KESDAM ISKANDAR MUDA BANDA ACEH
BANDA ACEH
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun

intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa keingintahuan yang

besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani

menanggung resiko atas perbuatannya tanpa di dahului oleh

pertimbangan yang matang. Apabila keputusan yang di ambil dalam

menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh ke dalam berbagai

masalah kesehatan fisik dan psikologi (Infodatin 2014).

Masa remaja identik dengan masa yang penuh tantangan dan krisis.

Remaja juga perlu melakukan penyesuaian terhadap perubahan-

perubahan yang mulai timbul di masa ini. Perubahan dalam masa

remaja melibatkan 3 aspek, yaitu perubahan biologis, kognitif, dan

sosio-emosional. Perubahan biologis meliputi perubahan dalam hakikat

fisik individu; perubahan kognitif meliputi pikiran dan intelegensi; dan

perubahan sosio-emosional yang meliputi perubahan dalam hubungan

3
individu dengan orang lain, perubahan dalam emosi, kepribadian, dan

peran dari konteks sosial dalam perkembangan (Santrock, 2011).

Apa yang dihadapi remaja saat ini adalah tuntutan gaya bergaul yang

sering ditampilkan di berbagai media dan juga lingkungan nyata. Seperti

misalnya remaja saat ini harus memiliki pacar (kekasih), jika tidak maka

remaja tersebut sangat rendah dan diremehkan oleh lingkungan atau

remaja yang harus tampil dengan tren fashion terkini jika tidak ingin

dikatakan tidak gaul. Selanjutnya kondisi ini menyebabkan remaja yang

tidak mampu mengikuti tuntutan tren tersebut membuat remaja ini

merasa minder, galau, murung, menyendiri, dan sampai pada stres

sosial yang berujung pada tindakan-tindakan yang negatif. Beberapa

contoh tindakan negatif tersebut seperti, kenakalan remaja, menonton

vidio porno, menghabiskan waktu di warung internet untuk bermain

game online, merokok dan meminum minuman beralkohol, mencuri

serta sampai pada melakukan tindakan seksual yang berujung pada

tindakan aborsi. Semua itu dianggap sebagai pelarian dari

permasalahan yang dihadapi (BKKBN/2014).

Adapun Sarwono (2013) menjelaskan bahwa kenakalan remaja

merupakan perilaku yang menyimpang dari kebiasaan atau melanggar

hukum. Adapun wujud dari perilaku delinkuen ini adalah kebut-kebutan

4
dijalanan, perilaku ugal-ugalan, brandalan, perkelahian antar gang,

antar kelompok, antar sekolah, antar suku, membolos sekolah,

kriminalitas anak, remaja yang berupa mengancam, intimidasi,

memeras, mencuri, dan pelanggaran lainnya (Kartono, 2014).

Menurut Papalia (2014) kenakalan yang sering terjadi pada remaja di

bagi menjadi ke dalam dua bagian yaitu, Index offenses merupakan

tindakan kejahatan baik yang dilakukan remaja maupun dewasa.

Perbuatan-perbuatan itu meliputi perampokan, pencurian, pembunuhan,

pemerkosaan. Dan Status offenses merupakan tindakan-tindakan yang

tidak terlalu serius dan menentang status di usianya seperti membolos

sekolah, lari dari rumah, mengonsumsi alkohol dan ketidakmampuan

mengontrol diri sehingga menimbulkan perkelahian.

Remaja di dunia memiliki presentase 18 persen dari seluruh populasi

di dunia. Kelompok ini diperkirakan memiliki jumlah sebesar 1,2 milyar

(WHO, 2020). Terdapat 503 juta penduduk anak dan remaja yang

tinggal di Benua Asia Timur-Tenggara dengan proporsi 238 juta

perempuan dan 265 juta laki-laki (UNICEF, 2019).

BPS (2018) mengungkapkan jumlah remaja di Indonesia kurang lebih

66,9 juta dengan 2,3 juta jiwa berdomisili di Jakarta. Pada tahun 2018

diungkapkan proyeksi penduduk Indonesia untuk tahun 2010 sampai

5
2035, hasilnya jumlah remaja diperkirakan 25,6 persen dari jumlah total

penduduk Indonesia atau sebesar 66,3 juta jiwa. Pada masa remaja

terjadi banyak masalah yang terjadi pada individu yang sedang mencari

identitas dirinya ini.Data peningkatan kenakalan remaja dari tahun

ketahun diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013

angka kenakalan remaja di Indonesia mencapai 6325 kasus, sedangkan

pada tahun 2014 jumlahnya mencapai 7007 kasus dan pada tahun 2015

mencapai 7762. Artinya dari tahun 2013-2014 mengalami kenaikan

sekitar 10,7%, kasus tersebut dari berbagai kasus kenakalan remaja

diantaranya, pencurian, pembunuhan, pergaulan bebas dan narkoba.

Dari data tersebut terdapat jumlah peningkatan angka kenakalan remaja

setiap tahunnya. Tahun 2019 mencapai 11685,90 kasus dan pada

tahun 2020 mencapai 12944,47 kasus. Mengalami kenaikan tiap

tahunnya sebesar 10,7%. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dari 233

juta jiwa penduduk Indonesia, 28,6% atau 63 juta jiwa adalah remaja

berusia 10-24 tahun.

Sumara, Humaedi, & Santoso (2017) menjelaskan bahwa faktor yang

melatarbelakangi terjadinya kenakalan remaja yaitu krisis identitas dan

kontrol diri yang lemah pada remaja, kurangnya perhatian dari orang

tua, minimnya pemahaman tentang keagaman, pengaruh dari

lingkungan sekitar dan pengaruh budaya barat, tempat pendidikan,

6
serta pergaulan dengan teman sebaya. Sebagian besar kenakalan

remaja disebabkan dari faktor keluarga, karena dari keluargalah

karakter remaja tersebut terbentuk.

Kenakalan remaja juga dipengaruhi oleh pengasuhan orang tua. Pola

asuh pada orang tua berpengaruh pada perkembangan emosional

remaja, orang tua harus dapat menyesuaikan tindakan dan pola asuh

yang baik agar perkembangan emosional remaja semakin optimal

(Fitri&Sasmita, 2019).

Pola asuh orang tua ialah pola perilaku yang diterapkan pada anak

yang bersifat relative konsisten dari waktu kewaktu. Pola asuh pada

remaja ini dapat dilakukan oleh anak dari segi negative maupun positif

(Fitri&Sasmita, 2019).

Faktor pola asuh orang tua juga berpengaruh terhadap perilaku anak.

Beberapa orang tua dalam mendidik menggunakan pola asuh yang

menjadi penyebab anak menjadi nakal karena kurangnya perhatian,

kasih sayang, tidak diberi kebebasan menyampaikan keinginan, orang

tua cenderung mengekang dan terlalu membanding – bandingkan anak

dengan yang lain (Bendezu, Pinderhughes, Hurley, McMohan & Racz,

2019).

7
Berdasarkan hasil penelitian Elisabeth (2021) dapat disimpulkan

bahwa terdapat pengaruh yang positif antara pola asuh orang tua dan

kenakalan remaja, yang ditunjukkan dengan hasil uji t diperoleh nilai t

hitung 3,621 yang lebih besar dari t tabel pada taraf signifikansi 5%

sebesar 1,986, maka thitung>ttabel (3,621 > 1,986). Apabila

thitung>ttabel maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh signifikan Pola Asuh Orang Tua terhadap Kenakalan

Remaja.

Dan hasil penelitian yang di lakukan Ahmad (2017) menunjukkan

bahwa tingkat pola asuh orang tua memiliki pola asuh yang tinggi

sebanyak 17 responden (8,9%), yang memiliki polaasuh sedang

sebanyak 163 responden atau 85,34%. Kenakalan remaja rendah

sebanyak 11 responden atau 5,76%. Kenakalan Remaja tinggi

sebanyak 20 responden (10,47%),yang memiliki kenakalan remaja

rendah sebanyak 148 responden atau 77,49,dan yang memiliki

kenakalan remaja rendah sebanyak 23 responden atau 12,04%, Hasil

uji koreksi menunnjukkan bahwa nilai koreksi pola asuh dan kenakalan

remaja sebesar 0,484 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 (p<0,05).

Artinya adanya pengaruh antara pola asuh orang tua dan kenaklan

remaja.

8
Berdasarkan urain di atas, Maka penulis tertarik untuk

menganalisis dalam bentuk literature riview dengan judul “Analisis

Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kenakalan Remaja”.

B. Rumusan masalah

Bagaimana analisis pola asuh orang tua terhadap kenalakan remaja

berdasarkan studi emperis dalam sepuluh tahun terakhir ?

C. Tujuan penulisan

Mengetahui gambaran “analisis pola asuh orang tua terhadap

kenalakan remaja” berdasarkan studi emperis dalam sepuluh tahun

terakhir.

D. Manfaat penulisan

1. Remaja

Dari hasil penelitian ini siswa dapat lebih baik dalam

memotivasi diri dengan “Analisis pola asuh orang tua terhadap

kenalakan remaja”.

2. Bagi pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi kedepan

Pengetahuan ilmu dan teknologi keperawatan menambah

keluasan ilmu dan teknologi dibidang keperawatan terkait analisis

pola asuh orang tua terhadap kenalakan remaja.

9
3. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan ke dalam

dunia nyata analisis pola asuh orang tua terhadap kenalakan

remaja.

4. Instusi Akper Kesdam IM Banda Aceh

Dapat dijadikan sebagai bahan referensi temabahan dalam

rangka meningkatkan kualitas pengetahuan, Sikap dan

keterampilan bagi mahasiswa/I dalam memberikan asuahan

keperawatan analisis pola asuh orang tua terhadap kenalakan

remaja.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP REMAJA

1. Pengertian remaja

Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak kemasa

dewasa, pada masa ini mulai mulai terbentuk perasaan identitas

individu, pencapaian emansipasi dalam keluarga, dan usahanya

untuk mendapat kepercayaan dari ayah dan ibu.Pada masa

peralihan tersebut, individu matang secara fisiologik dan kadang-

kadang psikologik (Prawirohardjo, 2011). Masa Remaja merupakan

masa peralihan dari masa kanak- kanak menuju masa dewasa, yang

meliputi semua perkembangan persiapan memasuki masa dewasa.

Masa remaja merupakan masa yang penting dalam perjalanan

kehidupan manusia. Golongan usia ini dikatakan penting karena

merupakan jembatan antara masa kanak- 9 kanak menuju masa

dewasa yang menuntut tanggung jawab (Kusmiran, 2012).

Pada umumnya remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari

masa anak-anak menuju ke masa dewasa yang terjadi pada usia 12

11
tahun hingga 21 tahun (Dewi, 2012). Menurut Piaget, secara

psikologis masa remaja merupakan masa individu tidak lagi merasa

2 berada di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan

masa remaja merupakan masa individu berintegrasi dengan

masyarakat dewasa dan berada pada tingkatan yang sama (Hanifah,

2013).

2. Tahap perkembangan remaja

Remaja menurut (Hurlock 2013) dibagi atas tiga kelompok usia

tahap perkembangan, yaitu :

a. Early adolescence (remaja awal)

Berada pada rentang usia 12-15 tahun, merupakan masa

negatif, karena pada masa ini terdapat sikap dan sifat negatif

yang belum terlihat dalam masa kanak-kanak, individu merasa

bingung, cemas, takut dan gelisah.

b. Middle adolescence (remaja pertengahan)

Dengan rentang usia 15-18 tahun, pada masa ini individu

menginginkan atau menandakan sesuatu dan mencari-cari

sesuatu, merasa sunyi dan merasa tidak dapat dimengerti oleh

orang lain.

c. Late adolescence (remaja akhir)

Berkisar pada usia 18-21 tahun. Pada masa ini individu mulai

stabil dan mulai memahami arah hidup dan menyadari dari

12
tujuan hidupnya. Mempunyai pendirian tertentu berdasarkan

satu pola yang jelas.

3. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja

Tugas-tugas perkembangan yang harus disesuaikan selama

masa remaja, yaitu menurut (Dahlan 2014)

a. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman

sebaya. Remaja diharapkan mampu menerima hubungan

pertemanan atau persahabatan tidak terbatas hanya dengan

sesama jenis. Selain itu, remaja mampu menjaga dan

memelihara hubungan terjalin dengan baik.

b. Mencapai peran sosial sebagai priaatau wanita. Remaja

menerima keadaan diri sebagai pria atau wanita sesuai dengan

kodratnya dengan sifat dan tanggung jawab gender masing-

masing.

c. Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara

efektif. Pada periode pra remaja, anak tumbuh demikian cepat

yang mengarah pada bentuk orang dewasa, diiringi

perkembangan sikap dan citra tubuh. Remaja dapat menerima

keadaan diri sebagaimana adanya keadaan diri sendiri,

menjaga dan memelihara keadaan fisiknya secara efektif

sehingga timbul kepuasan diri.

13
d. Mencapaikemandirian secara emosional dari orangtua dan

orang dewasa lainnya. Tugas perkembangan yang dihadapi

remaja adalah bebas dari ketergantungan emosional seperti

saat masa kanak-kanak. Dalam masa remaja, seseorang

dituntut untuk tidak lagi tergantung dengan orangtua atau orang

dewasa lain dengan menjunjung tinggi sikap respek.

e. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi tujuan, dari tugas

ini adalah agar remaja merasa mampu menciptakan kehidupan.

4. Tugas Perkembangan Masa Remaja Pada Sikap Dan

Perilaku

Tugas

Perkembangan remaja berdasarkan kematangan emosional

dan sosial dari remaja yang tidak toleran dan bersikap superior

menjadi lebih bersikap toleran dan merasa nyaman. Remaja

yang kaku dalam bergaul menjadi luwes dalam bergaul. Remaja

yang kurang dapat mengendalikan diri sendiri dari rasa marah

dan sikap permusuhannya menjadi seorang remaja yang

mampu menyatakan emosinya. Remaja yang masih harus

dikontrol orangtua menjadi remaja yang mampu mengkontrol

diri mereka sendiri (Yusuf, 2011).

a. Menerima keadaan fisiknya.

14
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok

yang berlawan jenis.

d. Mencapai kemandirian emosional.

e. Mencapai kemandirian ekonomi.

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang

diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota

masyarakat. g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai

dan orang dewasa.

h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab social.

i. Mempersiapkan diri memasuki perkawinan memahami dan

mempersiapkan berbagai tanggung jawah kehidupan keluarga.

j. Memperoleh peranan social

k. Menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan

efektif.

l. Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang

dewasa lainnya.

m. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan

berdiri sendiri.

n. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan.

o. Mempersiapkan diri pembentukan keluarga.

p. Membentuk sistem nilai,moralitas dan falsafah hidup.

15
B. KONSEP KENAKALAN REMAJA

1. Pengertian Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja menurut Willis (2014) adalah tindak

perbuatan sebagian para remaja yang bertentangan dengan

hukum, agama dan norma-norma masyarakat, sehingga

akibatnya dapat merugikan orang lain, mengganggu ketentraman

umum dan juga merusak dirinya sendiri. Sedangkan kenakalan

remaja bersumber dari ; keluarga yang tidak efektif menjalankan

fungsinya, menurunya kewibawaan sekolah, dan peran lembaga

keagamaan yang tidak mampu menangani masalah moral.

Kenakalan remaja menurut Papalia (2014) mengacu pada

rentang perilaku yang luas,mulai dari perilaku yang tidak dapat

diterima secara social (seperti bertindak berlebihan di sekolah),

pelanggaran (seperti melarikan diri dari rumah) hingga tindakan

tindakan criminal (seperti mencuri) yang dilakukan oleh anak dan

remaja.

2. Faktor-Faktor Kenakalan Remaja

Menurut Agry (2014) menyebutkan faktor-faktor terjadinya

kenakalan remaja baik factor internal maupun eksternal.

a. Faktor internal

Krisis identitas, perubahan biologis dan sosiologis pada

diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi.

16
Pertama, terbentuknya perasaan akan konsisten dalam

kehidupnya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan

remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi

kedua.

Kontrol diri yang lemah, remaja yang tidak bisa

mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat

diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret

dengan perilaku “Nakal”. Begitupun bagi mereka yang telah

mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun

tidak bisa mengembangkan control diri untuk bertingkah laku

sesuai dengan pengetahuannya.

Keluarga dan perceraian orang tua, tidak adanya

komunikasi antara anggota keluarga, atau perselisihan antara

anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja.

Pendidikan yang salah dikeluargapun, perti terlalu

memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau

penolakan terhadap eksitensi anak, bisa menjadi penyebab

terjadinya kenakalan remaja.

b. Faktor eksternal

1. Teman sebaya yang kurang baik

2. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik

17
3. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja

Papalia (2014) menbedakan perilaku kenakalan ke dalam dua

kategori yaitu index offenses dan status offenses. index offenses

merupakan tindakan kriminal baik yang dilakukan remaja maupun

dewasa. Tindakan-tindakan itu meliputi perampokan, pencurian,

pemerkosaan. Status offenses merupakan tindakan-tindakan yang

tidak terlalu serius dan melawan status di usianya seperti

membolos sekolah, lari dari rumah, mengomsumsi alcohol dan

ketidakmampuan mengendalikan diri sehingga menimbulkan

perkelahian.

Masalah remaja lainya yang termasuk kenakalan remaja yang

menyebabkan terjadinya gangguan social, akademik,dan fungsi

pekerjaan di antaranya melakukan seks bebas atau perilaku

seksual, merokok di tempat umum atau di sekolah, melakukan

penyalahgunaan obat terlarang atau minum minuman berakohol

(Hidayati, 2013).

C. KONSEP POLA ASUH ORANG TUA

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh orang tua merupakan sejumlah model atau bentuk

perubahan skspresi dari orang tua yang dapat mempengaruhi

18
potensi genetik yang melekat pada diri induvidu dalam uapaya

memelihara, merawat, membimbing, membina, dan mendidik

anak-anaknya baik yang masih kecil ataupun yang belum

dewasa agar menjadi manusia dewasa yang mandiri kemudian

hari. Pola asuh yang dilakukan setiap orang tua secara alami

akan membentuk kepribadian seseorang, sehingga terjadi suatu

perkembangan psikis pada diri individu untuk membentuk

kepribadian yang berkerakter (Anisah, 2011).

2. Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua

Lingkungan sangat mempenagruhi perkembangan anak, yang

ikut serta mewarnai pola pengasuhan orang tua. Budaya yang

melekat pada lingkungan juga sering kalimembuat orang tua

mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam

mengasuh anak sebaborang tua mengharapkan kelak anaknya

dapat di terima di masyarakat dengan baik (Abdullah, 2015).

Faktor lain yang mempengaruhi pola asuh orang tua di

antaranya: latar belakang pola asuh orang sejak masih kecil dan

status ekonomi serta perkerjaan orang tua yang mempengaruhi

fungsi orang tua dan dalam memperhatikan anak. Pada

umumnya orang tua lebih ketat dalam memberi kebebasan

kepada anak perempuan dan memberikan tanggang jawab lebih

besar kepada anak laki-laki (Agustiawati, 2014).

19
3. Perilaku Pola Asuh

Perilaku pola asuh mempengaruhi perkembangan dan

pertahanan mental remaja dalam menyelesaikan masalah.

Perilaku pola asuh terbagi menjadi dua.

a. Perilaku control

Perilaku control dalam pola asuh merupakan aktivitas

dalam mengatur, mengelola, dan menyediakan petunjuk bagi

anak untuk menuntukan perilaku social yang tepat. Perilaku

control melibatkan proses pemantuan dan pendisiplinan.

Pemantuan dilakukan dengan membantu kesadaran tentang

perilaku yang tepat bagi remaja serta memdanpingi

perkembangan remaja. Pendisiplinan yang konsisten

berhubungan dengan hasil yang positif pada perilaku remaja.

Sedangakan pendisiplinan yang keras seperti mengancam,

menakuti, dan/atau menggunakan suara yang membentak

sehingga berkontribusi menghasilkan perilaku yang agresif

atau kekerasan (Hoskins, 2014)

b. Perilaku pengasuhan

20
Perilaku ini melibatkan dukungan dan kehengatan dari

orang tua, memberikan penjelasan terhadap terhadap

pengasuhan yang diberikan, dan memperhatikan interaksi

dalam kemunikasi antara orang tua dengan anak (Hoskins,

2014).

4. Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua

1. Pola Asuh Authoritarium (oteriter)

Pola asuh oteriter berpengaruh negatif terhadap

kemampuan social dan kognitif anak. Efek yang terlihat

terhadap kemampuan anak, dinataranya: anak menjadi tidak

mampu bergaul dengan teman sebaya, selalu menyindiri,

merasa cemas dan gelisah serta khawatir ketika bergaul

dengan teman sebaya dan cenderung memiliki hati nurani

yang rendah, tidak gembira, serta tidak mempunyai tujuan

yang jelas (Anisah, 2011).

2. Pola Asuh Permissive

Pola asuh permisif ini memeliki dua tipe, Tipe yang

pertama indulgent (pemanja) adalah orang tua yang

menganggap dan merasa yakin bahwa anak mereka memiliki

hak untuk tidak diintervensi oleh orang tua. Apabila orang tua

tidak terlalu banyak menuntut dari anak, orang tua dapat

21
memelihara kehangatan dab mau menenggapi anak

(responsive). Tipe yang kedua disebut negligent (penelantar)

yaitu orang tua tidak memiliki pendirian atau keyakinan

(conviction) tentang hak anak, tetapi didasarkan karena

mereka tidak dapat menguasai secara efektif tingkah laku

anak (Mensah dan Kuranchie, 2013).

3. Pola Asuh Authoritative (demokratis)

Pola asuh demokratis ini mendorong anak untuk memiliki

kemempuan yang lebih baik dari pada pola asuh oteriter atau

pun pesimisif. Anak–anak dari orang tua yang memiliki pola

asuh demokratis sangat memilihara tanggung jawab social

dan kebebasan ketika masih anak-anak, dan sesudah

menginjak usia 8-9 tahun baik anak laki-laki maupun anak

perempuan sudah memiliki kecakepan emosional artinya

kognitif socialnya sudah berkembang kea rah positif, punya

konrtol diri dan dapat mengendalikan diri sendiri, mempunyai

tujuan, berorientasi pada prestasi, menunjukkan minat dan

keingintahuan pada situasi yang baru, mampu menjalani

persahabatan dengan sesama, serta dapat menangani stress

dengan baik (Anisah, 2011).

22
BAB III

METODE PENULISAN

A. Stategi Pencarian Literature

1. Framework yang digunakan

Strategi yang digunakan untuk mencari arikel menggunakan

PICO framework

a. Population/problem, populasi atau masalah yang di analisis.

Dalam Literature Riview ini populasi atau masalah yang akan di

analisis adalah remaja dengan kenakalan remaja.

b. Intervention, suatu tindakan penatalaksanaan terhadap kasus

perorangan atau masyarakat serta penerapan tentang

penatalaksanaan. Dalam Literature Riview ini intervensi yang di

analisis adalah pola asuh orang tua.

23
c. Comparation, penatalaksanaan lain yang digunakan sebagai

pembanding dalam Literature Riview ini tidak ada intervensi

pembanding.

d. Outcome, hasil atau luaran yang diperoleh pada penelitian

Dalam Literature Riview ini outcome yang di analsis adalah

adanya hubungan pola asuh dengan kenakalan remaja.

2. Kata kunci

Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword

Boolean operator (AND, OR NOT or AND NOT) yang digunakan

untuk memperluas atau menspesifikasikan pencarian, sehingga

mempermudah dalam penentuan artikel atau yang digunakan Kata

Kunci yang digunakan dalam penelitian ini yaitu,”Remaja” and

“Pola Asuh Orang Tua” and “Kenakalan”.

3. Database atau search engine

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung. akan

tetapi diperoleh dari hasil penelitian yang telah di lakukan oleh

peneliti-peneliti terdahulu. Sumber data sekunder yang di dapat

berupa arikel atau jurnal yang relevan dengan topik dilakukan

mengunakan database melalui Google scholar.

24
B. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Tabel 1.
Kriteria inklusi dan ekslusi dengan format PICO

Inklusi Ekslusi
Kriteria
Population/ Artikel yang berhubungan Artikel yang tidak
Problem dengan topik penelitian berhubungan dengan topik
analisis pola asuh orang tua penelitian analisis pola asuh
terhadap kenakalan remaja orang tua terhadap
kenakalan remaja
Intervention Pola asuh orang tua Selain pola asuh orang tua
Comparation Tidak ada intervensi Ada intervensi pembanding
pembanding
Outcome Adanya pengaruh analisis Tidak adanya pengaruh
pola asuh orang tua analisis pola asuh orang tua
terhadap kenakalan terhadap kenakalan remaja
remaja
Study Mix methods Systematic/literature riview
design study,experimental
study,exsperiment pra
exsperiment design, pre-
exsperiment one group
pre-test design, quasi
eksperimen,
Tahun Artikel atau jurnal yang Artikel atau jurnal yang terbit
terbit terbit setelah tahun 2011 sebelum tahun 2011
Bahasa Bahasa Indonesia Selain bahasa Indonesia

25
C. Seleksi Studi Dan Penilaian Kualitas

1. Hasil pencarian dan seleksi studi

Berdasarkan hasil pencarian melalui publikasi google scholar

menggunakan kata kunci Remaja AND Pola asuh orang tua AND

kenakalan, penelitian menemukan 3.140 jurnal yang sesuai dengan

kata kunci tersebut. Jurnal tersebut kemudian di skrining, sebanyak

190 jurnal diekslusikarna terbitan tahun 2011 kebawah. Assesment

kelayakan terhadap 2.950 jurnal,jurnal yang di publikasi dan jurnal

yang tidak sesuai kriteria insklusi dilakukan ekslusi. Sehingga

didapatkan 4 jurnal yang di lakukan review.

26
Exclude (n=2.946)

Problem/populasi:(n=743)

-Tidak sesuai topik:(n=743)

Intervention:(n=2.046)

Skema 1. -pola asuh permissif : (n=489)

-pola asuh oteriter : (n=386)


Alur Review jurnal
-pola asuh demokrasi: (n=256)

-pola asuh keluarga : (n=212)

-pola asuh anak :(n=210)


Pencarian menggunakan
keyword melalui database -pola asuh singgel parent:(n=282)
google scholar
-Pola asuh authorithative (n=211)

N = 3.140
Comparation:(n=13)

- pola asuh oteriter dan konfermitas teman sebayat:(n=2)

- pola asuh orang tua dan lingkungan :(n=4)

Seleksi jurnal 10 tahun terakhir


-pengaruh konfermitas dan persepsi pola asuh oteriter orang
dengan menggunakan bahasa tua (n=2)
Indonesia
-pola asuh orang tua dan regulisitas (n=3)
N= 2.950
- pengaruh teman sebaya dan polaa suh orang tua (n=2)

Outcome:(n=144)

-perilaku bullying pada remaja :(n=28)


Seleksi judul dan duplikat
-kecerdasan emosional :(n=25)
N= 2.950
-perilaku seksual :(n=21)

- motivasi belajar:(n=20)

-kedisiplinan anak :(n=21)

Identifikasi abstrak
-perilaku agresif (n=19)
27
N=4 -persepsi remaja tentang seks pranikah: (n=10)

Study design:(n=0)
Rumusan dan tujuan

masalah tidak sesuai

Jurnal akhir yang dapat dianalisa N= 0


sesuai rumusan masalah dan
tujuan

N=4
1. Daftar artikel hasil pencarian

Literature review ini di sintesis menggunakan metode

naratif dengan mengelompokan data-data hasil ekstarksi yang

sejenis sesuai dengan hasil yangdi ukur untuk menjawab tujuan

jurnal penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi kemudian

dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal meliputi nama peneliti,

tahun terbit, judul, metode dan hasil penelitian serta database.

28

Anda mungkin juga menyukai