Anda di halaman 1dari 8

Seksual

ikapRemaja terhadap Keperawanan danArtikel


Penelitian Perilaku dalam Berpacaran
Teenage Attitudes to Virginity and Sexual Behavior in Dating

Desi Rusmiati*, Sutanto Priyo Hastono**

**DepartemenProgramStudi S1 Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Mitra RIA Husada, Indonesia,

Indonesia Biostatistik dan Ilmu Kependudukan, Fakultas Masyarakat, Universitas Indonesia,

Abstrak showed an increase of teenage sexual behavior in terms of holding hands,


Laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 kissing, petting and intercourse. This study aimed to prove any relation of
dan 2012 menunjukkan terjadinya penurunan jumlah remaja yang teenage attitudes toward virginity with sexual behavior in dating that in-volved
memiliki sikap positif terhadap pentingnya mempertahankan keperawanan age, sex, education, domicile, age of first dating, knowledge and peers’
bagi se-orang perempuan. Dari laporan yang sama juga diketahui adanya influence as confounding variables. This study was quantitative with cross-
pe-ningkatan perilaku seksual remaja dalam hal berpegangan tangan, sectional design using risk factor model based on IDHS 2012 data as analyzed
berciu-man bibir, petting, dan melakukan hubungan seksual. Penelitian ini in univariate, bivariate and multivariate with complex samples. Population of
bertu-juan untuk membuktikan adanya hubungan antara sikap remaja study was 15 – 24 year-old teenagers, unmarried, ever or be-ing in a
terhadap keperawanan dengan perilaku seksual dalam berpacaran relationship when the survey was conducted. The amount of sam-ple was
dengan meli-batkan usia, jenis kelamin, pendidikan, tempat tinggal, usia 13,013 consisting of 7,329 men and 5,684 women. Results showed 1.1% of
pertama kali pacaran, pengetahuan, dan pengaruh teman sebaya sebagai teenagers disagreed of the importance of maintaining virginity and 25.2% had
variabel pe-rancu. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan risky sexual behavior. There was a relation of attitude, age, sex, knowledge
rancangan potong lintang menggunakan model faktor risiko dari data and peers’ influence with sexual behavior. Then no interaction found between
SDKI 2012 yang dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat attitudes with age, sex, education, knowledge and peers’ in-fluence. Peers’
dengan complex sam-ples. Populasi penelitian adalah remaja berusia 15 - influence variable is confounding variable affecting the rela-tion between
24 tahun, belum menikah, pernah atau sedang berpacaran saat survei attitudes and sexual behavior.
dilakukan. Sampel berjumlah 13.013 yang terdiri dari 7.329 laki-laki dan Keywords: Dating behavior, teenage sexual behavior, virginity attitude
5.684 perempuan. Hasil menunjukkan 1,1% remaja tidak setuju terhadap Pendahuluan
pentingnya menjaga keperawanan dan 25,2% remaja memiliki perilaku Menurut Perserikatan Bangsa - Bangsa, transisi de-
seksual berisiko. Terdapat hubungan antara sikap, usia, jenis kelamin, mografi yang terjadi pada beberapa dekade terakhir akan
pengetahuan, dan pengaruh teman sebaya dengan perilaku seksual. ada peluang bagi Indonesia untuk menikmati bonus de-
Tidak terdapat interaksi antara sikap dengan usia, jenis kelamin, mografi, yaitu pada periode tahun 2020 – 2030. Pada saat
pendidikan, pengetahuan, dan pengaruh teman sebaya. Variabel tersebut, penduduk usia produktif berjumlah dua kali lipat
pengaruh teman sebaya merupakan vari-abel perancu yang
dari penduduk nonproduktif. Peluang ini harus
dimanfaatkan sebaik-baiknya karena hanya akan terjadi satu
memengaruhi hubungan antara sikap dengan perilaku seksual.
Kata kunci: Perilaku berpacaran, perilaku seksual remaja, sikap kepe- kali dan itu dapat terjadidapatpabila penduduk usia pro-
rawanan duktif sungguh- sungguh berkarya dan berkiprah

Abstract
Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) reports in 2007 and 2012 Korespondensi: Desi Rusmiati, Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
STIKes Mitra RIA Husada, Jl. Karya Bhakti No. 3 Cibubur, No.Telp: 021-
8730818, e-mail: desi.anas@yahoo.com
showed a declining number of teenagers who had positive attitude to the

importance of maintaining virginity for a woman. The same report also


29
K smas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 10, No. 1, Agustus 2015

secara produktif.1 Untuk itu, persiapan sumber daya tuk melakukan perilaku seksual, baik yang berisiko
manusia y sehat, handal, dan berkualitas dalam rang- maupun yang tidak, sesuai dengan pengetahuan dan
ka menghadapi peluang tersebut harus dilakukan sejak sikap yang dimiliki.5 Adanya niat tersebut apabila
remaja. didukung oleh lingkungan norma yang membentuk dan
Masa remaja erupakan masa peralihan dari masa sesuai dengan norma subyektif akan memperkuat
kanak-kanak ke masa dewasa. Perubahan yang paling munculnya peril ku seksual yang konsisten antara penge-
enonjol pada masa ini adalah terjadinya proses pe tahuan, sikap, dan perilaku.
matangan organ reproduksi sehingga organ seksual terse- Beberapa penelitian menunjukan ad ya hubungan
but mulai berfungsi, baik untuk reproduksi maupun yang signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku sek-
rekreasi (mendapatkan kenikmatan), yang kemudian di- sual. 6,7 Remaja laki-laki tampaknya melakukan lebih
ikuti dengan perubahan penampilan, bentuk maupun banyak aktivit s seksual dibandingkan remaja perem
roporsi tubuh serta fungsi fisiologis yang akan puan.8 Demikian juga antara pengetahuan dengan peri-
pengaruh rhadap dorongan seksual. Semakin berkem laku seks pranikah.9-11 Penelitian l innya menunjukkan
bangnya bentuk dorongan seksual biasanya diekspre- adanya hubungan yang signifikan antara status tempat
sikan dengan ketertarikan terhadap lawan jenis.2 tinggal dan peran teman sebaya dengan perilaku seks
Ketertarikan remaja terhadap lawan je is diwujudkan pranikah.12,13
dengan berpacaran. Di dalam berpac ran, untuk dapat Banyak dampak buruk yang ditimbulkan dari perilaku
merasakan aman dan nyaman salah satu bentuk adalah seksu remaja yang tidak sehat, misalnya terjadi ke
dengan melakukan kedekatan atau keintiman fisik hamilan yang tidak diinginkan, aborsi, dan infeksi pelba-
bersama pasangan (p car). Mungkin pada awalnya hanya gai penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.14
ekadar ungkapan rasa sayang, tetapi umum ya akan Dampak tersebut tidak hanya secara fisik, tetapi juga
angat sulit membedakan antara rasa sayang dengan naf akan berdampak pada kesehatan mental dan emosi.
su (keinginan untuk menyalurk dorongan seksual) - Selain itu, berdampak pada keadaan ekonomi dan kese-
hingga banyak remaja yang melakukan aktivitas seksual, jahteraan sosial dalam jangka panjang yang tidak hanya
mulai dari aktivitas seksual yang belum berisiko seperti akan berpengaruh terhadap remaja itu sendiri, tetapi ju-
berpegangan tangan dan berciuman sampai aktivitas sek- ga terhadap keluarga, masyarakat, dan bangsa pada
s al yang berisiko seperti meraba/diraba bagian-bagian akhirnya. Sementara itu, untuk dapat menikmati bonus
tubuh pasangannya yang sensitif (petting) sampai d mografi, Indonesia harus memiliki generasi yang sehat
melakukan hubungan seksual.2 berkualitas sehingga remaja yang merupakan kelom ok
Fenomena perilaku seksual yang tidak sehat yang ter- risiko tinggi tersebut perlu mendapat perhatian d ri pel
jadi pada remaja saat ini sangat mengkhawatirkan. b gai pihak guna mewujudkan generasi bangsa yang -
Pelbagai pemb ritaan mengenai tindak asusila yang - hat dan berkualitas. Berdasarkan uraian tersebut, secara
lakukan oleh remaja banyak beredar di pelbagai media spesifik tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
massa, baik media elektronik maupun media cetak. sikap remaja terhadap keperawanan dan
Laporan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) hubungannya dengan perilaku seksual.
tahun 2007 dan 2012 menunjukkan adanya penuru
ikap remaja terhadap pentingnya menjaga keperawanan Metode
sebesar 32% pada remaja laki-laki dan 22% pada rema- Pen litian ini merupakan penelitian ntitatif de-
ja perempuan. Selain itu, terjadi peningkatan perilaku ngan potong lintang. Variabel yang an diteliti
seksual remaja dal m berpacaran dimana perilaku terse- terdiridesainda variabel dependen, yaitu perilaku
ut t dak sedikit yang telah sampai pada tahap dalam berpacaran dengan kategori
berisiko, yaitu perilaku pegangan tangan pada remajaperilaku- risiko dan tidak berisiko. Kategori perilaku seksual
ki-laki dan pe puan mengalami peningkatan sebesar b lum berisiko adalah remaja dalam berpacaran tidak
21,9% pada remaja laki-laki dan 4,8% pada remaja pernah atau pernah melakukan pegangan tangan/jemari
perempuan. Kemudian, berciuman bibir meningkat pada dan tidak pernah atau pernah berciuman serta tid k per-
remaja laki-laki dan perempuan masing- sebesar nah melakukan petting yaitu meraba/diraba atau
24,9% dan 10,3%. Demikian juga dengremaja masingperilaku pet-

ting meningkat sebesar 15,5% pada laki-laki dan 12,6% merangsang/dirangsang bagian tubuh lain yang sensitif,
pada remaja perempuan.3,4 seperti sekitar alat kelamin, payudara, paha, dan lain-
Kecenderungan seseorang dalam berperilaku seksual lain, juga tidak pernah melakukan hubungan seksual.
Sed ngkan kategori perilaku seksual berisiko dalah re-
dipengaruhi oleh sikap, yaitu suka dan tidak suka, atau maupunjayang dalam berpacseksualran pernah melakukan petting

setuju dan tidak setuju dimana sikap itu sendiri dibentuk hubungan . Kemudian, variabel indepen-den yaitu

- sikap remaja terhadap pentingnya menjaga keperawanan


oleh pengetahuan yang menyeluruh terhadap seks, se
hingga dapat dikatakan munculnya niat pada remaja un sebelum menikah serta variabel perancu

30
Rusmiati & Hastono, Sikap Remaja terhadap Keperawanan dan Perilaku Seksual dalam Berpacaran

yang terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pentingnya menjaga keperawanan sebelum menikah dan
wilayah tempat tinggal, usia pertama kali pacaran,pendidikan,nge- hanya sebagian kecil yang tidak setuju (1,1%).
tahuan tentang risiko kehamilan, dan pengaruh teman Berdasarkan karakteristik, sebagian besar remaja di
sebaya. Indonesia berada pada kelompok usia 15 – 19 tahun,
Penelitian ini menggunakan d ta sekunder dari SDKI sedangkan menurut jenis kelamin remaja laki-
Kesehatan Reproduksi Remaja (SDKI-KRR) tahun laki dengan remaja perempuan hampproporsisama. Kemudian,
2012. Populasinya seluruh remaja laki-laki dan perem tiga dari sepuluh maja di Indonesia memiliki tingkat
di Indonesia dengan sampel sebanyak 13.013 res- pendidikan yang rendah . Dilihat dari wilayah tempat
perempuan dengan kriteria usia 15 – 24 tahun, belum tinggal di wilayah perkotaan yaitu sebanyak 62,2% dan
onden yang terdiri dari 7.329 laki-laki dan 5.684 ggal, diketahui sebagian besar remaja di Indonesia

menikah pada saat survei dilakukan serta terpilih menja- sisanya tinggal di perdesaan. Lalu, tiga dari sepu-
di sampel penelitian dalam survei SDKI- KRR tahun luh remaja diket wilayahberpacaran pertama kali pada usia
2012. Selain itu, juga pernah atau sedang memiliki pacar ang dari 15 tahun serta memiliki pengetahuan yang
serta menjawab kuesioner SDKI-12 Wanita Usia Subur buruk tentang risiko kehamilan. Selanjutnya, seb yak
(WUS) bagian 17 tentang pacaran dan perilaku seksual 16,6% remaja menyatakan ada pengaruh dari teman se-
no. 1718, 1703 dan 1712. Kuesioner SDKI-12 RP baya terkait dengan perilaku seksual dalam berpacaran.
bagian1704,tentang pacaran dan perilaku seksual no. 704, Kemudian, Tabel 2 menunjukkan hasil analisis bi-
721, 703, dan 715. Kuesioner SDKI-12 WUS dan kue variat. Deng alpha 5% dan derajat kepercayaan 95%,
ioner SDKI-12 RP bagian 1 tentang latar belakang re- diketahui adanya hubungan yang signifikan antara sikap
sponden no. 5, 103, 105, serta kuesioner SDKI-12 WUS remaja terhadap dengan perilaku seksual
bagian 13 dan SDKI-12 RP bagian 2 tentang penge- dalam berpacarankeperawanan(nilai=0,000; OR = 3,6; CI = 2,3-
tahuan dan pengalaman mengenai sistem reproduksi 5,5). Hasil analisis hubungan antara usia dengan perilaku
manusia no. 210. seksual dalam berpacaran menunjukkan adanya
Dengan menggunakan kekuatan uji sebesar 90% dan hubungan yang signifikan (nilai p = 0,000; OR = 2,3; CI
tingkat keperc yaan 95%, data dianalisis secara univari- = 2,1 - 2,6). Demikian juga dengan hubungan antara je-
at, bivariat, dan multivariat dengan complex samples. nis kelamin dengan perilaku seksual dalam berpacaran,
bivariat uji kai kuadrat dan ana terdapat hubungan yang signifikan (nilai p = 0,000; OR
Analisismultivariat menggunakanuji regresi logistik bergan- = 6,8; CI = 5,8 -7,9). Sedangkan dengan tingkat -
da dengan pemodelan faktor risiko. didikan menunjukan tidak terdapat hubungan (nilaipen=
0,107), juga antara perilaku seksual dal m berpacar n
Hasil dengan wilayah tempat tinggal dan usia pertama kali
Tabel 1 menunjukkan tidak sedikit remaja di pacaran menunjukan tidak terdapat hubungan yang sig-
Indonesia yang memiliki perilaku seksual berisiko, yaitu nifikan dengan nilai p masing-masing 0,406 dan 0,799
satu dari empat remaja memiliki perilaku seksual yang (nilai p > α). Analisis hubungan antara pengetahuan ten
berisiko dalam b pacaran. Namun demikian, hampir tang risiko kehamilan dengan perilaku seksual menun-
seluruh remaja tersebut menyatakan setuju terhadap jukkan adanya hubungan yang signifikan (nilai p =

Tabel 1. Analisis Univariat

Variabel Perancu Kategori n %

Perilaku seksual dalam berpacaran Belum berisiko tangan dan atau berciuman bibir) 9368 74
P rilaku berisiko(peganganpettingdan atau melakukan hubungan seksual) 3645 25 2
Sikap terhadap keperawanan Setuju 12811 98,9
Tidak setuju 202 1,1
Usia 15 19 77 61 2
20 - 24 tahun 258 38 8
Jenis kelamin Perempuan 5684 42 3
Laki-laki 57 7
Tingkat pendidikan Tinggi (SMA-PT) 7329 69 2
Rendah (Tidak sekolah atau SD-SMP) 3504 0
Wilayah tempat tinggal desaan 5095 37 8
Perkotaan 7918 22
Usia pertama kali pacaran ≥ (≥ 15 tahun) 9139 67 7
< mean (<15 tahun) 3874 32
Pengetahuan tentang risiko kehamilan aik 8487 66 3
Buruk 4526 7
Pengaruh teman sebaya Tidak ada pengaruh 10551 83 4

Ada pengaruh 2462 16,6

31
Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 10, No. 1, Agustus 2015

Tabel 2. Analisis Bivariat

Perilaku Seksual dalam Berpacaran


Total
Variabel Kategori Belum Berisiko Berisiko OR (95% CI) Nilai p
N %
N % N %

Sikap terhadap keperawanan Setuju 9292 75,2 3519 24,8 12811 100 3,6 0,000
Tidak setuju 76 45,9 126 54,1 202 100 (2,3 - 5,5)
Usia 15 - 19 tahun 6133 81,2 1622 18,8 7755 100 2,3
20 - 24 tahun 3235 64,9 2023 35,1 5258 100 (2,1 - 2,6) 0,000
Jenis kelamin Perempuan 5104 91,9 580 8,1 5684 100 6,8
Laki-laki 4264 62,4 3065 37,6 7329 100 (5,8 - 7,9) 0,000
Tingkat pendidikan Tinggi (SMA-PT) 6871 75,5 2638 24,5 9509 100 1,1
Rendah (TS/SD-SMP) 2497 73,4 1007 26,6 3504 100 (0,9 - 1,3) 0,107
Wilayah tempat tinggal Perdesaan 3685 75,5 1410 24,5 5095 100 1,1
Perkotaan 5683 74,5 2235 25,5 7918 100 (0,9 - 1,2) 0,406
Usia pertama kali pacaran ≥ mean 6630 74,9 2509 25,1 9139 100 1,0
< mean 2738 74,6 1136 25,4 3874 100 (0,9 - 1,1) 0,799
Pengetahuan tentang Baik 6322 76,8 2165 23,2 8487 100 1,3
Risiko kehamilan Buruk 3046 71,0 1480 29,0 4526 100 (1,2 - 1,5) 0,000
Pengaruh teman sebaya Tidak ada pengaruh 8595 82,8 1956 17,2 10551 100 9,0
Ada pengaruh 773 34,8 1689 65,2 2462 100 (7,8 - 10,5) 0,000

Tabel 3. Model Awal Analisis Multivariat

95% CI
Variabel OR Nilai p
Lower Upper

Sikap remaja terhadap keperawanan 3,4 0,060 0,95 12,14


Usia 2,1 0,000 1,84 2,39
Jenis kelamin 4,5 0,000 3,78 5,35
Tingkat pendidikan 0,9 0,864 0,85 1,14
Pengetahuan tentang risiko kehamilan 1,3 0,000 1,15 1,55
Pengaruh teman sebaya 5,6 0,000 4,71 6,55
Sikap remaja terhadap keperawanan oleh usia 1,7 0,307 0,63 4,39
Sikap remaja terhadap keperawanan oleh jenis kelamin 0,4 0,247 0,11 1,75
Sikap remaja terhadap keperawanan oleh tingkat pendidikan 1,5 0,450 0,49 4,87
Sikap remaja terhadap keperawanan oleh pengetahuan tentang risiko kehamilan 0,9 0,858 0,35 2,38
Sikap remaja terhadap keperawanan oleh pengaruh teman sebaya 1,4 0,609 0,41 4,50

Tabel 4. Model Akhir Analisis Multivariat

95% CI
Variabel OR SE Nilai p
Lower Upper

Sikap remaja terhadap keperawanan 3,1 0,763 0,000 1,91 5,02


Pengaruh teman sebaya 8,9 0,700 0,000 7,72 10,47

0,000; OR = 1,3; CI = 1,2 – 1,5) dan antara pengaruh te- teman sebaya. Uji statistik menunjukkan perubahan nilai
man sebaya dengan perilaku seksual remaja dalam OR variabel sikap remaja terhadap keperawanan menja-di
berpacaran menunjukan adanya hubungan yang sig-nifikan 3,1 setelah dikontrol dengan variabel pengaruh teman
(nilai p = 0,000; OR = 9; CI = 7,8 - 10,5). sebaya, dari sebelumnya nilai OR = 3,6.
Analisis multivariat dilakukan dengan melakukan uji
interaksi dan uji perancu. Berdasarkan hasil uji interak-si, Pembahasan
tidak terdapat interaksi yang terjadi antara sikap ter-hadap Data yang digunakan adalah data sekunder dari SDKI
keperawanan dengan usia, jenis kelamin, tingkat tahun 2012, sehingga dapat terjadi bias informasi (recall
pendidikan, pengetahuan tentang risiko kehamilan, dan bias), yaitu dalam mengingat kembali kejadian yang telah
variabel pengaruh teman sebaya . Hal ini berdasarkan Tabel berlangsung. Misalnya informasi dari respon-den
3, uji statistik menunjukkan nilai p > α. Sementara hasil mengenai usia pertama kali berpacaran, tidak menu-tup
akhir dari uji perancu pada Tabel 4 menunjukkan terdapat kemungkinan jawaban yang diberikan responden tidak tepat
satu variabel perancu, yaitu variabel pengaruh sehingga dapat memengaruhi penelitian.

32
Rusmiati & Hastono, Sikap Remaja terhadap Keperawanan dan Perilaku Seksual dalam Berpacaran

Selain itu, tidak menutup kemu gkinan responden dan bangsa p da akhirnya.
memilih jawaban setuju untuk pertanyaan sikap terhadap Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh
entingnya keperawanan bagi seorang perem- adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis.17 Dalam
puan karenamenjagawaban tersebut (setuju) dinilai sebagai perkembangan emosi remaja memiliki rasa ingin tahu
yang aman dibandingkan dengan pilihan j wa- yang besar sehingga bermanifestasi menjadi suka menco-
jawabanlainnya (sangat setuju dan tidak setuju) sehingga hal ba-coba hal baru, misalnya berpac ran dan mel kukan
ini mungkin tidak menggambarkan sikap remaja yang aktivitas seksual yang pada akhirnya mengarah pada -
sebenarnya. rilaku berisiko.17 Kondisi ini tidak lepas dari pengaruh
Akan tetapi, untuk mengurangi bias informasi pada lingkungan, di antaranya globalisasi informasi melalui
gumpulan data SDKI 2012, telah dilakukan pelatihan media yang telah menyebabkan perubahan perilaku sek-
pencacah SDKI 2012 yang dilaksanakan pada bulan Mei sual remaja. Eksploitasi seksual dalam televisi, majala ,
2012 selama 12 hari untuk pencacah remaja dan tujuh video klip, media online dan film banyak memengaruhi
hari untuk pencacah laki - laki tidak kawin dan diikuti remaja melakukan aktivitas seks secara bebas. Pengum-
oleh 922 peserta. Seluruh peserta dilatih dengan meng- baran adegan seks melalui tayangan media tersebut
gunakan kuesioner rumah tangga d n individu. menimbulkan persepsi bahwa kegiatan seks bebas boleh
Di negara-negara barat yang relatif lebih maju, telah ilakukan oleh siapapun dan dimanapun tanpa meman
terjadi pergeseran dan penurunan nilai terhadap kepe- dang sisi etika, terlebih remaja belum memiliki kema-
rawanan. Semboyan hidup bebas tanpa aturan telah tangan emosi.
mengantar sebagian remaja kehilangan arah dan memili- Kondisi tersebut tergambarkan dari hasil penelitian
ki pemahaman kabur terhadap kebenaran sehingga ini yang menunjukan 25,2% remaja memiliki perilaku
e imbulk pola pergaulan y ng demikian bebas di- seksual berisiko. Penelitian erupa menunjukkan
mana pacaran sudah layaknya suami dan istri. Sed ngkan banyak 55,2% remaja Indonesia memiliki perilaku sek
di negara-negara timur, termasuk Indonesia, sejauh ini sual berisiko.18 berdasarkan penelitian lain-
masih lebih baik meskipun telah terdapat tanda-tanda nya yang dilakukanKemudian,Nigeri , diketahui remaja telah ter-
pengikisan nilai, salah satunya terlihat dari penuru libat dalam perilaku seksual yang tidak sehat, di -
sikap positif terhadap pentingnya menjaga keperawanan taranya usia yang masih terlalu muda saat melakuk
bagi seorang perempuan. hubungan seksual dan terlibat dalam banyak pasangan
Budaya malu masih tampak dalam kehidupan bangsa seksual.19
timur. Keperawanan bagi orang timur merupakan hal Sikap tumbuh diawali dari pengetahuan yang
yang sakral, harus dijaga dengan segala upaya sebab dipersepsikan sebagai sesuatu hal yang baik/positif
keperawanan merupakan lambang kehormatan perem maupun tidak baik/negatif, kemudian diinternalisasikan
puan. Sejalan dengan hasil penelitian ini, meskipun ter ke dalam dirinya. Hal yang diketahui akan memengaruhi
jadi pengikisan nilai terh dap namun re perilaku. Jika yang dipersepsikan tersebut bersifat positif,
maja di Indonesia sebagian beskeperawanan,masihmemiliki peni- maka seseorang cenderung berperilaku sesuai dengan
laian y ng tinggi terhadap keperawanan. Hanya sebab ia merasa setuju dengan yang dike
satu dari 100 responden menyatakan tidak setujuterdapat persepsinyatahui.Namun sebaliknya, jika ia mempersepsikan se-
hadap pentingnya menjaga keperawanan bagi perem- cara negatif, maka ia pun cenderung menghindari atau
puan. Sejalan ula dengan penelitian yang dilakukan di tidak melakukan apa yang dipersepsikan ke dalam peri-
Ba dar Lampung, sebagian besar remaja masih lakunya. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki sikap
menganggap penting menjaga keperawanan (94,5%) dan positif akan menunjukkan perilaku yang positif pula.
hanya sebagian kecil yang menganggap tidak penting Maka, dalam hal ini kecend rungan remaja berperilaku
(5,5%). 15 Penelitian lainnya mengatakan adanya per- seksual akan dipengaruhi oleh sikapnya, yaitu suka dan
mintaan operasi rekontruksi selaput dara kerap diminta tidak suka, atau setuju dan tidak setu u.
ol h perempuan dengan alasan budaya dan agama yang Sikap terhadap pentingnya menjaga keperawan n
menjadi hal penting saat pernikahan.16 merupakan pendapat atau penilaian seseorang terhadap
Perilaku se sual di kalangan remaja saat ini mem hal-hal yang berkaitan dengan upaya menjaga kepe
engkhawatirkan, tidak sedikit remaja di Indonesia yang rawanan dengan tidak melakukan hubungan seksual se-
memiliki perilaku seksual berisiko khususnya dalam belum menikah.20 Maka, remaja yang memiliki sikap
berpacaran. Padahal, banyak dampak buruk dari peri- ositif terhadap pentingnya menjaga keperawanan sam
laku seks berisiko tersebut dan cenderung bersifat pai menikah nanti cenderung tidak akan melakukan peri-
negat f, di antaranya adalah kehamilan di luar nikah, laku seksual yang berisiko, dan sebaliknya remaja yang
aborsi, dan infeksi menular seksual. Dampak terseb t memiliki sik p negatif atau tidak setuju ter adap p
tidak saja dirasakan ol h remaja itu sendiri tapi lebih lu- tingnya menjaga keperawanan sampai menikah nanti cen-

as akan berdampak negatif bagi keluarga, masyarakat, derung akan memiliki perilaku seksual yang berisiko.
33
Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 10, No. 1, Agustus 2015

Demikian h dengan hasil penelitian ini yang me- tinggi pendidikan seseorang, semakin baik pengetahu n-
nunjukkan adalnya hubungan ant ra sikap terhadap nya. Pengetahuan tersebut akan berkontribusi dalam
keperawanan dengan perilaku seksual, kelompok remaja membentuk sikap dan perilaku sehingga dapat diasum-
yang memiliki sikap negatif akan berp luang 3,6 kali sikan ba wa seseor ng yang memiliki pendidikan yang
lebih tinggi untuk memiliki perilaku seksual berisiko tinggi seharusnya dapat memiliki peri ku yang positif.
dibandingkan remaja yang memiliki sikap positif. Akan tetapi, hal tersebut tidak sejalan dengan hasil
Penelitian serupa menyimpulkan bahwa dengan erjanji penelitian ini yang menunjukan tidak terdapat hubungan
kepada diri sendiri untuk tidak melakukan hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku seksual.
seksual sampai menikah atau dewasa akan mengurangi Kondisi ini mungkin berkaitan dengan pelaksanaan
kemungkinan remaja melakukan hubungan seksual program kesehatan reproduksi remaja, misalnya pusat in-
(tidak memiliki perilaku seksual berisiko).20 formasi dan konseling remaja di sekolah belum optimal
Berdasarkan penelitian ini juga terlihat adanya yang berakibat rendahnya pengetahuan remaja tentang
hubungan antara usia dengan perilaku seksual, remaja kesehatan reproduksi sehingga akan membentuk sik p
yang berusia 20 – 24 tahun berpeluang 2,3 kali untuk rta perilaku seksual yang negatif. Selain itu, dorongan
memiliki perilaku seksual berisiko dibandingkan remaja seksual yang semakin meningkat seiring bertambahnya
yang berusia 15 – 19 tahun. Hal ini dipengaruhi oleh pe usia remaja, lingkungan, serta peran orangtua yang tidak
rubahan d perkembangan yang terjadi pada masa re memadai turut membentuk perilaku seksul remaja se-
maja. Semakin bertambah usia remaja, semakin berkem- hingga meskipun mereka berpendidikan tinggi, namun
bang organ reproduksi yang berpengaruh terhadap mereka tidak mampu mengendalikan dorongan seksual-
orongan seksual sehingga seseorang mulai merasakan nya.
dengan jelas meningkatnya dorongan seksual yang dapat Fakta menunjukkan bahwa semua tipe kejahatan re-
muncul dalam bentuk ketertari terhadap lawan jenis maja termasuk perilaku seks bebas semakin bertambah
dan keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual. jumlahnya dengan semakin laju perkembangan industri-
Dengan kata lain, remaja usia 20 – 24 ta un akan alisasi dan urbanisasi. Artinya, di kota-kota industri dan
mengalami proses kematangan seksual lebih dahulu kota besar yang cepat berkembang secara fisik, perilaku
dibanding remaja usia 15 – 19 tahun sehingga remaja seksual berisiko di k langan remaja jauh lebih banyak
akhir memiliki dorongan seksual yang lebih besar dibandingkan pedesaan. Namun, penelitian ini menun
dibandingkan remaja awal atau tengah. Penelitian yang proporsi perilaku seksual berisiko yang sama an-
serupa menunjukkan hal yang sama, terdapat hubungan jukkanremaja perkotaan dengan remaja perdesaan. Tidak
yang signifikan antara usia dengan perilaku berisiko re- terdapat hubungan antara wilayah tempat tinggal de
maja termasuk di dalamnya adalah perilaku seksual ngan perilaku seksual remaja adanya arus in-
pranikah.18,21 formasi yang semakin berkembangdisebabkanwilayah pedesaan
Jenis kelamin dan perilaku seksual berhubungan se elalui media massa, baik cetak maupun elektronik ter-
cara remaja laki-laki berpeluang memiliki pe- masuk internet yang menampilkan aktivitas seks secara
rilakusignifikan,ksualyang berisiko dalam berpacaran 6,8 bebas dalam pelbagai media tersebut menyebabkan pe-
lebih besar dibandingkan remaja perempuan. Haskali rubahan perilaku seksual remaja di pedesaan.
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah di Semakin muda usia pacaran, maka pengalaman
lakukan sebelumnya.6,21 Hal ini berkaitan dengan hor- berpacaran akan semakin banyak sehingga kemungkinan
mon testosteron yang menyebabkan seorang laki -laki mengalami pengalaman seks lebih banyak yang pada
leb h sensitif terhadap stimulasi yang menimbulkan sen- dapat mendorong mu cul perila seksual lain
sasi seksual. Kadar testosteron dalam darah juga akan akhirnya.Demikian halnya penelitian di Amerika y g menya
membuat otak mengaktifkan pikir n, termasuk me takan usia pertama kali pacaran berhubungan erat de-
rangsang mereka berfantasi seks. Inilah yang disebut re- ngan sikap dan perilaku seksual remaja.22 Hal tersebut
m ja laki-laki mudah mengalami ereksi bila distimulasi tidak sejalan dengan hasil penelitian ini yang menun
atau dirangsang secara seksual, baik dari penglihatan, jukkan bahwa tidak terdapat perbed an signifikan pro-
pendengaran, juga sentuhan. Bahkan terkadang, tanpa orsi perilaku seksual berisiko antara remaja yang usia
pdenganrtama kali pacarannyausia kurang dari 15 tahun (< mean)

rangsangan yang jelas, remaja yang mengalami pubertas remaja yang pertama kali pacaran lebih dari 15
dapat mengalami ereksi tanpa adanya stimulasi y tahun (≥ mean).
nyata sehingga remaja laki-laki akan mudah mengalami Remaja bisa saja merasa nyaman dan dapat menerima perubahan
dorongan seksual dibandingkan remaja perempuan. diri, namun jika tidak memilikimengendalikanpengethu yang cukup
Secara teori, pendidikan proses belajar mengenai seksualitas, cara
sehingga semakin tinggi pendidikmemengaruhiseseorang, semakin hindaririketika berinteraksi dengan hubunganlawanje seks,cara -
mudah orang tersebut menerima informasi baik dari diri dari pelbagai risiko maka ti
orang lain maupun media massa. Seyogyanya, semakin

34
Rusmiati & Hastono, Sikap Remaja terhadap Keperawanan dan Perilaku Seksual dalam Berpacaran

dak menutup kemungkinan terjerumus pada peri- Kesimpulan


laku seksual berisiko yang membahayakan kesehatan. Satu dari empat remaja di Indonesia memiliki peri
Pengetahuan yang baik mengenai kesehatan laku seksual berisiko dalam berpacaran dan satu dari se-
menjadi bekal bagi remaja untuk berperilakureproduksisehat ratus remaja tersebut tidak setuju terhadap
bertanggung jawab. Beberapa penelitian menjaga keperawanan. Terdapat hubunganpentingnyasig-
ada hubungan yang signifikan antara pengetahumenunjukkan nifikan antara sikap remaja terhadap keperawanan, usia,
dengan perilaku seksual remaja.9-11,23,24 Demikian hal- kelamin, pengetahuan tentang risiko kehamilan,
nya hasil penelitian ini menunjukan terdapat hubungan jenispengaruh teman sebaya dengan peril ku seksual
antara pengetahuan dengan perilaku seksual. Remaja dalam berpacaran. Tidak terdapat interaksi antara sikap
yang memiliki pengetahuan buruk eluang memiliki remaja terhadap keperawanan dengan usia, jenis ke-
perilaku seksual berisiko dalam berpacaran 1,4 kali lamin, tingkat pendidikan, pengetahuan tentang risiko
lebih besar dibandingkan remaja yang berpengetahuan kehamilan, dan pengaruh teman sebaya terhadap peri-
baik. laku seksual remaja dalam b rpa aran. Pengaruh
Pengaruh teman sebaya memili i kontribusi yang be- sebaya merupakan variabel perancu dalam hubunganteman-
sar dalam membentuk perilaku seksual remaja. R maja tara ikap remaja terhadap keperawanan dengan peri-
yang merasakan adanya pengaruh dari teman sebaya laku seksual berpacaran.
akan sembilan kali lebih besar berperilaku seksual
b risiko dibandingkan remaja yang tidak merasakan ada Saran
pengaruh. Penelitian ini juga membuktikan variabel te- Setiap remaja perlu selektif dal m pergaulan agar ter-
man sebaya menjadi variabel perancu yang memengaruhi hindar dari pengaruh buruk teman sebaya, sedangkan
hubungan sikap terhadap keperawanan dengan perilaku bagi orangtua perlu menjaga hubungan dan komunikasi
seksual. Remaja yang bersikap negatif 3,6 kali lebih ting- yang baik dengan anak untuk embentuk sikap positif
gi untuk berperilaku seksual berisiko dan turun menjadi anak terhadap harga diri termasuk pentingnya
3,1 kali lebih tinggi setelah dikontrol dengan pengaruh perawanan. Jika tidak diimbangi dengan hubungnilai
teman sebaya dibandingkan dengan remaja yang bersik keluarga, khususnya orangtua, maka anak akan mudah
ositif. Artinya, jika remaja bersikap negatif terhadap terjerumus pada pergaulan yang dapat membawa pada
ntingnya menjaga keperawanan, peluang memiliki perilaku seksual yang berisiko.
perilaku seksual berisiko akan lebih rendah jika tidak
merasakan pengaruh dari kelompok teman sebaya. Daftar Pustaka
Sebaliknya, peluang memiliki perilaku seksual berisiko 1. Maryati S. Dinamika pengangguran terdidik: tantangan menuju bonus
semakin tinggi jika ia bersikap negatif dan demografi di indonesia. Jurnal Economica Research of Economic and
merasakan adanya pengaruh dari kelompok teman se- Economic Education. 2015: 3 (2): 124-36.
baya. 2. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia. Modul untuk fasilitator
Remaja sering menilai bahwa jika dirinya melakukan proses belajar aktif kesehatan reproduksi remaja untuk orang tua remaja
hal yang sama dengan teman, maka kesempatan baginya dan guru SLTP/SMU. Jakarta: BKKBN; 2004.
untuk diterima oleh teman-teman sebaya menjadi besar. 3. Badan Pusat Statistik, BKKBN, Departemen Kesehatan. Survei demo-
D mikian pula bila anggota kelompok teman sebaya grafi dan kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik;
elakukan perilaku seksual berisiko dalam berpacaran, 2013.
misalnya petting dan melakukan hubungan seksual, ma- 4. Badan Pusat Statistik, BKKBN, Departemen Kesehatan Republik
ka anggota kelompok (remaja lainnya) cenderung ingin Indonesia. Survei demografi dan kesehatan Indonesia 2007. Jakarta:
mengikuti tanpa mempedulikan akibatnya. Hal ini Badan Pusat Statistik; 2008.
karenakan remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk 5. Notoatmojdo S. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: Rineka
disukai dan diterima oleh teman . Mereka merasa Cipta; 2010.
senang diterima, dan sebaliknya merasa 6. Nursal DGA. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual
dan cemasapabila ila dikeluarkan dan diremehkantertekanoleh- murid SMU Negeri di Kota Padang tahun 2007. Jurnal Kesehatan
an-teman sebaya sehingga kelompok teman sebaya Masyarakat. 2008; 2 (2): 175-80.
memiliki nan penting dalam penyesuaian diri rema- 7. Putri BD. Peran faktor keluarga dan karakteristik remaja terhadap pe-
ja dan persiapan bagi kehidupan di masa yang akan rilaku seksual pranikah. Jurnal Biometrika dan Kependudukan. 2014; 7
datang serta berperan terhadap panda-ngan dan perilaku (2): 8-19.
mereka. Hubungan deng n teman sebaya dapat bersifat 8. Rahyani KY, Utarini A, Wilopo SA, Hakimi M. Perilaku seks pranikah
positif atau negatif. Hal ini juga didukung dengan remaja. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2012; 7 (4):
beberapa penelitian yang menunjukkan teman sebaya 180-5.
memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku sek- 9. Pawestri, Wardani RS, Sonna. Pengetahuan, sikap dan perilaku remaja

sual remaja.13,19,24 tentang seks pra nikah. Jurnal Keperawatan Maternitas. 2013; 1 (1): 46-
35
Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 10, No. 1, Agustus 2015
54. 18. Lestary H, Sugiharti. Perilaku berisiko remaja di Indonesia menurut Survey
10. Rosdarni, Dasuki D, Sumarni DW. Faktor personal berpengaruh ter-hadap Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007. Jurnal
perilaku seksual pranikah pada remaja di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Kesehatan Reproduksi. 2011; 1 (3): 136-44.
Tenggara. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2015; 9 (3): 19. Aji J, Aji MO, Ifeadike CO, Emelumadu OF, Ubajaka C, Nwabueze SA, et
214-21. al. Adolescent sexual behaviour and practices in Nigeria: a twelve year
11. Gultom JA, Lubis RM, Fitria M. Faktor-faktor yang berhubungan de-ngan review. Afrimedic Journal. 2013; 4 (1): 10-5.
seksual pranikah pada remaja putri yang tinggal di kost lingkung-an 20. Bersamin, MM, Walker S, Waiters ED, Fisher DA, Grube JW. Promising to
Kelurahan Padang Bulan Kecematan Medan Baru tahun 2013. Jurnal Gizi, wait: virginity pledges and adolescent sexual behaviour. Journal of
Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi. 2014; 1 (2): 1-9. Adolescent Health. 2005; 36 (5): 428-36.
12. Lestari IA, Fibriana AI, Prameswari GN. Faktor-faktor yang berhu-bungan 21. Musthofa SB, Winarti P. Faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah
dengan perilaku seks pranikah pada mahasiswa Unnes. Unnes Journal of mahasiswa di Pekalongan tahun 2009-2010. Jurnal Kesehatan Repoduksi.
Public Health. 2014: 3 (4): 27-38. 2010; 1 (1): 33-41.
13. Darmayanti Y, Lestari Y, & Ramadani M. Peran teman sebaya terhadap 22. Miller BC, McCoy JK, Olson TD. Dating age and stage as correlates of
perilaku seksual pranikah siswa SLTA Kotabukit Tinggi. Jurnal Kesehatan adolescent sexual attitudes and behavior. Journal of Adolescent Research.
Masyarakat. 2014; 1 (3): 24-7. 1986; 1 (3).
14. Kotchick B, Shaffer A, Forehand R, Miller K. Adolescent sexual risk be- 23. Kartika RC, Kamidah. Hubungan pengetahuan remaja tentang kese-hatan
reproduksi dengan perilaku seks pranikah pada siswa kelas XI di SMAN
havior: a multi-system perspective. Clinical Psychology Review. 2001; 21
Colomadu. Jurnal Ilmu Kesehatan. 2013; 10 (1): 77-84.
(4): 493-519.
24. Kirana U, Yusad Y, Mutiara E. Pengaruh akses situs porno dan teman se-
15. JurnalSamino.DuniaAnalisisKesmas.perilaku2012;sex1remaja(4):175SMAN-83. 14 Bandar Lampung 2011.
baya terhadap perilaku seksual remaja di SMA Yayasan Perguruan Kesatria

16. 26Mitchell(2):152.C.The value of virginity. The Journal of Clinical Ethics. 2015; Medan tahun 2014. Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi.
17. Sarwono S. Psikologi remaja. Jakarta: Rajawali Pers; 2010. 2014; 1 (4): 1-8.

36

Anda mungkin juga menyukai